You are on page 1of 28
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-85 /PB/2011 TENTANG, PENATAUSAHAAN PIUTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK, Menimbang Mengingat PADA SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, bahwa — menteri/pimpinan lembaga_ sebagai. pengguna anggaran/pengguna barang kementerian _negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas untuk mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggungjawab kementerian negarallembaga yang dipimpinnya; . bahwa Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- 02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piuta Penerimaan Negara Bukan Pajak belum mengatur secara inci mekanisme penatausahaan piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak; . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga; |. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); . Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Tahun Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3694); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85); . Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4652); ah ‘Menetapkan 7. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata cara Penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4995); 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan —Nomor 112/PMK.07/2008 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.07/2005 tentang Tata Cara Pengajuan Usul, Penelitian dan Penetapan Penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah dan Piutang Negara/Daerah; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.06/2007 tentang Pengurusan Piutang Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 88/PMK.06/2007 tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.06/2007 tentang Pengurusan Piutang Negara; 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih; 11. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak; MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PENATAUSAHAAN PIUTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yang dimaksud dengan: 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari enerimaan perpajakan dan hibah. 2, Piutang adalah uang yang menjadi hak pemerintah atau kewajiban pihak lain kepada pemerintah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa oleh pemerintah atau akibat lainnya berdasarkan eraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Surat Penagihan yang selanjutnya disebut SPn adalah dokumen yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga untuk penagihan pertama piutang PNBP kepada pihak terutang. 4, Surat Penagihan Kedua adalah dokumen yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga untuk penagihan piutang PNBP apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran pada ‘SPn (surat penagihan pertama), pihak terutang belum melunasi piutang PNBP. 10. 1". 12, 13. 14. ‘Surat Penagihan Ketiga adalah dokumen yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja Kementerian NegaralLembaga untuk penagihan piutang PNBP apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran pada Surat Penagihan Kedua, pihak terutang belum melunasi piutang PNBP. Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP adalah dokumen yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja untuk memindahkan pengurusan piutang PNBP ke Satuan Kerja baru apabila pihak terutang pindah Satuan Kerja Surat Keterangan Tanda Lunas yang selanjutnya disingkat SKTL adalah dokumen yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga yang menyatakan bahwa piutang PNBP pinak terutang telah lunas. Satuan Kerja adalah unit pelaksana teknis/unit organisasi_ fi Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan tugas, fungsi, program, dan tujuan Kementerian Negara/Lembaga dan tmemiliki kewenangan penggunaan anggaran. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran yang selanjutnya ingkat SKPP adalah surat keterangan tentang terhitung mulai bulan dihentikan pembayaran yang dibuatidikeluarkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berdasarkan surat keputusan yang diterbitkan oleh Kementerian Negara/Lembaga atau Satuan Kerja dan disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat. . Petugas Pengelola Administrasi Belanja Pegawai, yang selanjutnya disingkat PPABP adalah pembantu Kuasa Pengguna Anggaran yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola pelaksanaan belanja pegawai. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. x BABII RUANG LINGKUP, Pasal 2 (1) Penatausahaan piutang PNBP yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini meliputi a. Penatausahaan SPn, Surat Penagihan Kedua dan Surat Penagihan Ketiga, b. Penatausahaan Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP; cc. Penatausahaan SKTL. (2) iutang PNBP yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini adalah Piutang PNBP yang diselesaikan sendiri oleh Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. (3) PNBP yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini adalah jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian Negara/Lembaga (4) Jenis PNBP yang berlaku umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliput ‘a. penerimaan pengembalian belanja; b. penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara; c._penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara; 4. e. I. penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro); - penerimaan ganti rugi atas Kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan perbendaharaan); f. penerimaan denda keterlambatan penyelesaian _pekerjaan pemerintah; 9. penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang; dan 1h. penerimaan PNBP yang berlaku umum lainnya. BAB III PENATAUSAHAAN PIUTANG PNBP Bagian Kesatu Prinsip Dasar Pasal 3 (1) Setiap Satuan Kerja_Kementerian Negara/Lembaga wai melaksanakan penatausahaan piutang PNBP yang menjadi tanggungjawabnya. (2) Penatausahaan piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan agar setiap piutang PNBP dapat diselesaikan seluruhnya secara tepat waktu. Bagian Kedua Unit Penatausahaan Piutang PNBP Pasal 4 (1) Dalam rangka melaksanakan penatausahaan piutang PNBP, Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga membentuk Unit Penatausahaan Piutang PNBP (2) @) (4) (5) 6) Unit Penatausahaan Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), metiputi: a. Unit Operasional; b. Unit Administrasi; dan cc. Unit Pembukuan, Masing-masing Unit Penatausahaan Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan oleh satu atau beberapa petugas sesuai dengan besar kecilnya organisasi dan transaksi yang ditangani. Unit Penatausahaan Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk setelah diketahui timbulnya Piutang PNP. Pembentukan Unit Penatausahaan Piutang PNBP ditetapkan dalam ‘Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Kepala Satuan Kerja dan tidak terikat dengan tahun anggaran. Kegiatan masing-masing Unit Penatausahaan Piutang PNBP ‘sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah: ‘a. Unit Operasional melaksanakan kegiatan pengelolaan penerimaan negara, meliputi: 1) Menyelesaikan surat penyataan piutang; 2) Membuat surat penagihan piutang; 3) Menyelenggarakan pengawasan terhadap jalannya pembayaran penagihan piutang PNBP; 4) Membuat surat peringatan terhadap pihak terutang yang lala 5) Membuat Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP terhadap pihak terutang yang pindah Satuan Kerja; 6) Membuat SKTL terhadap piutang yang telah dilunasi oleh pihak terutang bersangkutan; 7) Mengirimkan surat tagihan kepada petugas administrasi dan petugas pembukuan; 8) Membuat surat tentang penyerahan pengurusan piutang yang tidak tertagin kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan; 9) Membuat usulan penghapusan piutang setelah memperoleh Pernyataan Piutang Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT) dari Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN); 10) Mengarsipkan dokumen piutang b. Unit Administrasi melaksanakan kegiatan penerimaan dan pengiriman dokumen piutang, meliputi: 1) Menerima dokumen/surat penagihan piutang; 2) Mengagendakan surat/dokumen yang masuk maupun yang harus dikirim kepada pihak terutang; 3) Membuat surat pengantar; 4) Meneruskan dokumen tanggapan pihak terutang ke unit/petugas operasonal; 5) Mengirimkan bul setor kepada unit pembukuan. 994 a) (2) 8) ¢. Unit Pembukuan melaksanakan kegiatan pembukuan dan pelaporan piutang, meliputi: 1) Menerbitkan dan melakukan pencatatan piutang ke dalam kartu piutang berdasarkan dokumen-dokumen transaksi 2) Melakukan pencatatan piutang sewa rumah negara; 3) Mempbuat Daftar Rekapitulasi Piutang; 4) Membuat Daftar Umur Piutang dan Reklasifikasi Piutang; 5) Membuet Daftar Saldo Piutang setiap triwulan berdasarkan Kartu Piutang; 6) Membuat penyisinan piutang tidak tertagih dalam Kartu Penyisinan Piutang Tidak Tertagih Semesteran dan Tahunan sesuai dengan format sebagaimana Lampiran | Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini; 7) Melakukan pengarsipan dokumen; 8) Membuat dan mengirimkan laporan-laporan PNBP. Bagian Ketiga Penatausahaan Surat Penagihan Paragraf Pertama Penerbitan SPn Pasal 5 ‘SPn wajib diterbitkan untuk setiap timbulnya piutang PNP. Timbulnya piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabiia: a. penyetoran penerimaan PNBP ditetapkan secara angsuran; b. wajib bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum melunasi penyetoran penerimaan PNBP yang — menjadi tanggungjawabnya. Penerbitan SPn atas piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan dokumen-dokumen: a. Surat. Keputusan Pembebanan Penggantian Kerugian Negara kepada bendahara; b. Surat Keputusan Pengenaan Ganti Kerugian Negara terhadap pegawai negeri bukan bendahara; ¢. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tentang Sewa Beli Rumah Negara; d. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan tentang Pembebanan Kerugian Negara Kepada Bendahara; e. Surat Keputusan Penghunian Rumah DinasiNegeri atau Surat Izin Penghunian Rumah Dinas/Negeri yang diterbitkan Pejabat yang berwenang; §. SKPP yang memuat adanya utang/sisa utang kepada negara; g. SPMISP2D persekot gaji; 1. Surat keputusan mengenai pengembalian Kelebihan belana; 4 -6- i. Dokumen tain yang dapat mengakibatkan terjadinya piutang PNBP. (4) SPn_sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sebagai surat penagihan pertama (5) SPn diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak timbulnya piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (6) SPn dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan: a. Lembar pertama untuk pihak terutang; b. Lembar kedua untuk unit administrasi; ¢. Lembar ketiga untuk unit pembukuan untuk digunakan sebagai dokumen pencatatan/penatausahaan pada Kartu Piutang. (7) Penerbitan SPn mermpunyai tanggal jatuh tempo pembayaran paling lama 1 (satu) bulan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang- undangan. (8) SPn_diterbitkan sesuai dengan format sebagaimana lampiran Il Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Pasal 6 Pembayaran Piutang PNBP secara angsuran dari Pegawai Negeri atau Pejabat Negara dilaksanakan dengan memperhitungkan piutang metalui pemotongan gaji. Paragraf Kedua Penatausahaan Kartu Piutang Pasal7 (1) Piutang PNBP yang telah diterbitkan SPn harus dicatat dalam Kartu Piutang. (2) Kartu Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat per SPn yang memuat paling kurang jumiah piutang, mutasi, dan saldo piutang masing-masing pihak terutang. (3) Petugas pada Unit Pembukuan melaksanakan pencatatan piutang ke dalam Kartu Piutang berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), SPn, bukti setoran piutang atau bukti Pemotongan piutang, SKTL atau Surat Keputusan Penghapusan Piutang dari Presiden/Menteri Keuangan dan dokumen lainnya yang menyebabkan perubahan posisi piutang PNBP. (4) Kartu Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat sesu: dengan format sebagaimana lampiran Il Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, Paragraf Ketiga Penerbitan Surat Penagihan Kedua Pasal 8 (1) Setiap kewajiban penyetoran atas piutang PNBP sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran pada SPn yang belum diselesaikan penyetorannya, pihak terutang wajib diberikan Surat Penagihan Kedua. a (2) Prosedur penerbitan Surat Penagihan Kedua, sebagai berikut: a. Paling lambat 1 (satu) hari kerja, petugas pada Unit Pembukuan memberitahukan kepada petugas pada Unit Operasional apabila terdapat kewajiban penyetoran penerimaan PNBP yang samp: dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum diselesaikan, b. Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Petugas pada Unit Operasional membuat Surat Penagihan Kedua untuk disampaikan kepada pihak terutang, (3) Surat Penagihan Kedua dibuat sesuai dengan format sebagaimana jampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Paragraf Keempat Penerbitan Surat Penagihan Ketiga Pasal 9 (1) Dalam hal_sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran setelah diberikan Surat Penagihan Kedua pihak terutang belum melakukan pembayaran, diterbitkan Surat Penagihan Ketiga sebagai surat penagihan terakhir. (2) Prosedur penerbitan Surat Penagihan Ketiga, sebagai berikut: a. Paling lambat 1 (satu) hari kerja, petugas pada Unit Pembukuan memberitahukan kepada petugas pada Unit Operasional apabila terdapat kewajiban penyetoran penerimaan PNBP yang sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran belum diselesaikan. b. Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, petugas pada Unit Operasional membuat Surat Penagihan Ketiga untuk disampaikan kepada pihak terutang. (3) Tembusan Surat Penagihan Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada: a. Inspektur Jenderal Kementerian Negara/Lembaga; b. Biro Keuangan Kementerian Negara/Lembaga; . Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran; 4. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. (4) Surat Penagihan Ketiga dibuat sesuai dengan format sebagaimana lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Paragraf Kelima Penyerahan Pengurusan Piutang PNBP Pasal 10 (1) Dalam hal sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran setelah diberikan Surat Penagihan Ketiga (terakhir), pihak terutang belum melakukan pembayaran, dilakukan penyerahan pengurusan piutang PNBP kepada Panitia Urusan Piutang NegaraiDirektorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan sesuai ketentuan perundang- undangan, (2) Penyerahan pengurusan piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan tagihan piutang PNBP bersangkutan; ah b. Membuat surat penyerahan pengurusan piutang PNBP untuk ditandatangani Kepala Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan; ©. Surat penyerahan pengurusan piutang PNBP_ sebagaimana dimaksud pada huruf b, disampaikan kepada Biro Keuangan Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan_ untuk selanjutnya diserahkan pengurusan piutang PNBP tersebut kepada Panitia Urusan Piutang Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan dengan dilampiri _dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf a; 4. Tembusan surat sebagaimana dimaksud pada huruf c, disampaikan kepada: 1) Badan Pemeriksa Keuangan; 2) Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan; 3) Inspektur Jenderal Kementerian Negara/Lembaga; 4) Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal ‘Anggaran. Paragraf keenam Penatausahaan sewa rumah dinas negeri Pasal 11 (1) Setiap penghunian rumah dinasinegeri diterbitkan SPn_berdasarkan Surat Keputusan Penghunian Rumah Dinas/Negeri oleh Pejabat yang berwenang, dengan memperhatikan tarif yang telah ditetapkan. (2) Dalam hal Surat Keputusan Penghunian Rumah Dinas/Negeri belum diterbitkan, sewa rumah dapat dipungut berdasarkan Surat Izin Penghunian Rumah Dinas/Negeri yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. (3) Pembayaran sewa rumah dinas/negeri dilakukan melalui pemotongan gaji oleh PPABP Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. (4) Setiap_pembayaran sewa rumah dinas/negeri ditatausahakan dalam Kartu Piutang, (5) Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga menyampaikan laporan Pembayaran sewa rumah dinas/negeri kepada Menteri/Pimpinan Lembaga secara berjenjang. Bagian Keempat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP Paragraf Pertama Penerbitan Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP Pasal 12 (1) Apabila pegawai negeri yang masih memiliki tunggakan/kewajiban membayar utang kepada negara pindah Satuan Kerja, pengurusan Penagihan piutang pegawai negeri dimaksud dipindahkan dari Satuan Kerja lama ke Satuan Kerja baru, ac, (2) Pemindahan pengurusan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara menerbitkan Surat Pemindahan Penagihan tang PNBP. (3) Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh petugas pada Unit Operasional Satuan Kerja lama. (4) Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP dijadikan sebag penagihan Piutang PNBP pada Satuan Kerja baru sesuai dengan status penagihan terakhi. (6) Petugas pada Unit Operasional Satuan Kerja baru tidak perlu menerbitkan SPn atas piutang yang tercantum dalam Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (6) Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP merupakan satu kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan dari dokumen penagihan piutang PNBP. (7) Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNEP diterbitkan dalam rangkap 3 (tiga) dengan peruntukan: a. Pihak terutang; b. Satuan Kerja baru; ¢. Pertinggal di Satuan kerja lama. (8) Penagihan atas piutang PNBP yang dipindahkan menjadi kewenangan dan tanggungjawab sepenuhnya pada Satuan Kerja baru. (9) Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP diterbitkan sesuai dengan format lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Pasal 13 ‘Sebelum menerbitkan Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP, Satuan Kerja wajib metakukan konfirmasi kebenaran setoran piutang PNBP kepada KPPN atas setiap piutang PNBP yang dipindahkan. Paragraf Kedua Penatausahaan Piutang PNBP untuk Pegawai Pensiun Pasal 14 (1) Apabila pegawai negeri yang masin memiliki tunggakan/kewajiban membayar utang kepada negara telah memasuki batas usia pensiun, pelunasan piutang dilakukan paling lambat sebelum pembayaran gaji terakhir pegawai bersangkutan. (2) Apabila pegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat melunasi_ kewajiban pembayaran utang kepada negara, pelunasan piutang dilakukan: a. melalui pemotongan pembayaran pensiun pegawai bersangkutan; atau det send ke Kas Negara. -10- (3) Dalam hal penyelesaian piutang PNBP dilakukan melalui pemotongan pembayaran pensiun, Satuan Kerja menyampaikan surat pemberitahuan kepada cabang PT. Taspen (Perseroy/PT. Asabri (Persero) yang menjadi tempat pembayaran uang pensiun pegawai yang bersangkutan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah penerbitan SKPP Pensiun. (4) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilampiri dengan: a. copy SKPP Pensiun pegawai yang bersangkutan; . copy SPn pegawai yang bersangkutan. (5) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan lampiran pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagai dasar PT. Taspen (Persero)/PT. Asabri (Persero) dalam melakukan pemotongan uang pensiun. (6) Cabang PT. Taspen (PerseroyPT. Asabri (Persero) paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah pemotongan, menyetorkan hasil pemotongan ang pensiun atas piutang PNBP ke Kas Negara. (7) penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat digabung untuk setiap satuan kerja. (8) Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah penyetoran, Cabang PT. ‘Taspen (Persero)/PT. Asabri (Persero) melaporkan kepada satuan kerja penerbit SKPP Pensiun dilampiri dengan copy SSBP dan rincian per orang dalam hal penyetoran piutang digabungkan sebagaimana dimaksud pada ayat (7). (9) Berdasarkan laporan dari Cabang PT. Taspen (Persero)/PT. Asabri (Persero) sebagaimana dimaksud pada ayat (8), petugas pada Unit Pembukuan menatausahakan setoran piutang pada kartu piutang. Bagian Kelima Penyetoran Piutang PNBP Pasal 15 (1) Untuk piutang PNBP yang disetor sendiri ke Kas Negara, paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah penyetoran, pihak terutang wajib menyampaikan tembusan bukti setoran kepada Unit Penatausahaan Piutang PNP Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga terkait. (2) Berdasarkan bukti setoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) petugas pada Unit Pembukuan melaksanakan pencatatan piutang ke dalam Kartu Piutang dan menatausahakan bukti setoran dimaksud. Bagian Keenam Penerbitan SKTL Pasal 16 (1) Setiap penyelesaian/pelunasan piutang PNBP yang pembayarannya dilakukan tidak sekaligus atau secara angsuran, Satuan Kerja wajib menerbitan SKTL. (2) Dalam hal penyelesaian/pelunasan _piutang PNBP — yang Pembayarannya dilakukan sekaligus, SSBP dijadikan sebagai bukti pelunasan. AN ate (3) (4) a) (2) 8) 4) Datam rangka penerbitan SKTL, petugas pada Unit Pembukuan Satuan Kerja wajib mengkonfirmasi kebenaran setoran piutang PNBP kepada KPPN. Konfirmasi kebenaran setoran piutang PNBP dalam rangka penerbitan SKTL diatur sebagai berikut: . Untuk piutang PNBP yang jangka waktu pembayarannya ditetapkan kurang dari 1 (satu) tahun, konfirmasi kebenaran atas. setoran dilakukan sebelum penerbitan SKTL; b. Untuk piutang PNBP yang jangka waktu pembayarannya ditetapkan lebih dari 1 (satu) tahun, konfirmasi kebenaran atas setoran dilakukan setiap 1 (satu) tahun. Pasal 17 Tata cara penerbitan SKTL dilaksanakan sebagai berikut: a. Petugas pada Unit Pembukuan melakukan konfirmasi kebenaran setoran piutang PNBP apabila terdapat setoran piutang PNBP yang belum dikonfirmasi ke KPPN; b. Petugas pada Unit Pembukuan memberitahukan kepada petugas ada Unit Operasional atas piutang PNBP yang telah lunas dilampiri dengan: 4) Asli dokumen transaksi; 2) Hasil konfirmasi; dan 3) Kartu Piutang, . Petugas pada Unit Operasional melakukan pengujian dengan cara membandingkan dokumen transaksi, hasil konfirmasi, dan catatan pada Kartu Piutang; 4d. Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf c, termasuk pengenaan denda dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran piutang; fe. Pengenaan denda sebagaimana dimaksud pada huruf d diiaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; 1. Dalam hal terdapat perbedaan pencatatan data antara kartu piutang dengan hasil konfirmasi, data yang dipergunakan adalah data pembayaran piutang PNBP berdasarkan hasil konfirmasi; g. Berdasarkan dokumen transaksi, hasil konfirmasi, dan Kartu Piutang, petugas pada Unit Operasional menerbitkan SKTL yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. ‘SKTL dapat digunakan sebagai dasar pemindahan hak oleh pihak yang terutang. SKTL dibuat dalam rangkap 2 (dua) dengan peruntukan: a. Lembar pertama disampaikan kepada yang bersangkutat b. Lembar kedua sebagai pertinggal. ‘SKTL diterbitkan sesuai dengan format lam, Jenderal Perbendaharaan ini. n Vil Peraturan Direktur 12- Bagian ketujuh Konfirmasi Setoran Piutang PNBP Pasal 18 (1) Konfirmasi_ditujukan guna memastikan kebenaran bahwa setoran piutang PNBP telah masuk ke Kas Negara. (2) Petugas pada Unit Pembukuan meminta konfirmasi setoran piutang PNBP untuk disampaikan kepada KPPN. (3) Berdasarkan permintaan konfirmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPPN meneliti kebenaran setoran_piutang PNBP dengan membandingkan pada pembukuanicatatan KPPN. (4) Untuk lebih memberikan keyakinan atas setoran piutang PNBP, KPPN dapat_meminta konfirmasi kebenaran setoran piutang PNBP kepada Bank/Pos Persepsi tempat penyetoran pembayaran piutang PNBP dimaksud. (5) Apabila sudah dapat dipastikan bahwa setoran bersangkutan telah masuk ke Kas Negara, KPPN memberikan hasil konfirmasi untuk disampaikan kepada Unit Pembukuan Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan. (6) Tata cara konfirmasi setoran piutang PNBP dilaksanakan sesuai dengan kelentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan konfirmasi surat ‘setoran penerimaan negara. BAB IV AKUNTANS! DAN PELAPORAN PIUTANG PNBP. Pasal 19 ‘Akuntansi dan pelaporan piutang PNBP berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan yang mengatur mengenai Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak. BABV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Tethadap setoran piutang PNBP sebelum tahun 2011 yang belum dikonfirmasi kebenarannya, Satuan Kerja mengajukan konfirmasi atas seluruh setoran piutang PNBP dimaksud kepada KPPN paling lambat 30 Juni 2012. BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Dalam hal piutang PNBP berasal dari pendapatan Sewa Beli Rumah Negara Golongan Ill, pelaksanaan penatausahaan piutang PNP termasuk penerbitan SKTL dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum cq. Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai peraturan perundang-undangan. =13- BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku, maka 1, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PBI2007 tentang Pedoman Penatausahaan dan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan penatausahaan piutang PNBP yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. 2. Keputusan Dirjen Anggaran Nomor KEP-7/A/54/0193 tanggal 9 Januari 1993 tentang Pedoman Penatausahaan Piutang Negara dan Pengelolaan Penerimaan Bukan Pajak Pada Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Anggaran dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 23, Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku 1 (satu) bulan setelah tanggal ditetapkan, Ditetapkan di Jakarta padatanggal 5 Deseaber 2011 .)-DIREKTUR JENDERAL, ~~) AGUS SUPRIUANTO NIP 19530814 197507 1 001 tide Kementeran/Lembaga: (1) fselon 2) Peron Diet ener erbendaharaan Seven re) Remor Ba/2011 enangPenturhan Pitang H Penerimaan Negara ukan Pajak pada Satuan Ker Kementerian Negara/Lembaga KARTU PENVISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH PER XX X000000004X 20XX (5) ‘Azuran/Sitaan| _emloh Pensa Putang Teak Teragh Wo} Noma oebiur [No & Tanggat sen] Salo Pens Nini Agunarstaan | kusitas Putang [Sado Piutane stl Jumlah Peryisinan| Keterangan on Benne |MISLABIENSRIEC] Vngapemiungan | | Aguanstaon | trtenate Putone oe ‘Aguran/staan (@o) ry ee Penyisan (8) ra oH] a oH @ @ @ wm @ 27) Go, Ti=o9) ro a te) 9) (20) (a4) 32) (83) (4) 15) (6) 7) 8) JUMLAH 3) t ota, tanggal, bun, tahun (20) Petugas Unit Pembuluan Putang PNAP, Nama (21) Name (23) ot (22) NP (24) -18- PETUNJUK PENGISIAN KARTU PENYISIAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH No. __Uraian Isian (1) _|Disi dengan kode dan nama Kementerian/Lembaga (2) _|Diisi dengan kode dan nama Unit Eselon | (3) _[Diisi dengan kode dan nama Wilayah (UAPPA.W) (4) _[Diisi dengan kode dan nama Satuan Kerja (5) _|Disi Per 30 Juni atau 31 Desember Tahun Anggaran berjalan (6) _|Diisi dengan kode akun dan uraian jenis piutang negara bukan pajak (7) Dis dengan nomor urut (8) _[Diisi dengan nama debitur (9) [Diisi dengan nomor dan tanggal Surat Penaginan (SPn) (10) |Disiseldo piutang yang diambil dari Kartu Piutang per posisi fanggellaporan Keuangan |(Semesteran) (17) Piisibentuk agunanvsitaan sesual PMK mengenai Kvalifas Piutang KIL dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih (12)_|Disi Nilai agunan/sitaan (13)_[Disi Nilai agunan’sitaan yang dapat Giperhitungkan sesual PMK mengenai Kualitas Piutang K/L dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagin (14) [Disi kualitas piutang sesuai PMK mengenai Kuslitas Piutang KIL dan Pembentukan Penyisinan Piutang Tidak Tertagih (13), [isi dengan saldo piutang seteiah dkurangi nial agunanisitaan yang dapat dipemiungkan |sebagai pengurang (16)_[Pisiprosentase penyisinan piutang berdasarkan kualitas plutang sesuai PMIK mengeni Kualitas Piutang K/L dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagin Diisi dengan saldo penyisihan piutang tak tertagih, yaitu saldo piutang setelah dikurangi nilai (17) Jegunan/sitaan yang dapat diperhitungkan dikalikan prosentase penyisinan piutang yang ditetapkan (19) _[Disidengan Keterangan, misalnya keputusan penetapan kuelias piulang, yang dianggap Ipenting dan relevan (19) _[Disi dengan hasil penjumlahan penyishan piutang Tek tertagin, yang akan dinput sebagai jJumian Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Neraca (20)_|Diisi Nama kota, tanggal, bulan dan tahun. (21)_[Diisi dengan nama Kuasa Pengguna Anggaran (22)_|Diisi dengan NIP Kuasa Pengguna Anggaran (23)_[Disi dengan nama petugas unit pembukuan Piutang PNBP. (24) [Disi dengan NIP petugas unit peribukuan Piutang PNBP_ DIREKTUR JENDERAL, iG ‘@__ AGUS SUPRIJANTO Nip 19530814 197507 1 001 -16- Lawermann PERATURAN OEKTUR JENOERAL PERBENOAHARAAN NOMOR PER. 85 IPE011 TENTANG PENATAUSANAAN PIUTANG PENERRIAAN NEGARA BUKAN PAIAR PAOA SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARAREMBAGA Sotuan Kero (1. Kementerin (3) Noma tA) (9 SURAT PENAGIHAN (SPn) | Lembarke (5) Berdatarkan dokuren sumber penagitan pulang PNBP berupa Surat Kepulusan tentang ......-(8) tanggal (7)... Nomor......(8)..... yang diterbitkan oleh (9). kepada pegawai/pihak terutang yang tersebut di bawah ini: Nama (10, Penyetoran Pitang PNBP ke Kas Negara menggunakan Kodeskoge sebagar bert alamat « Kementerian (19). (ossennond Negeratembaga Harus menyetor ke Kas Negara pada Bank Pos/Persepsi Unit Organisasi : (19). ¢ ) seveser [Rp (12) Satan Kea ae oy Dengan hurt. Seas! Lokast enue Gueneneued Jens Kewenangan oc) Yat: ee Fongsi St we (ance ‘Sub fungsi tes 419). ¢ so) Program a oe) Dibayerkan sekalgus) | Dibayarkan secara angsuran epatan eas a Jatuh tempo pembayaran |. ...(16).... kali angsuran — (19). Goren) nar ee Jeni bela oo lb. Bessr angsuran tan 19). Rowell ore) ah Je. Jatub tempo. pembayaran setap tanga! (8). ‘Perhatian sn (20). 4. Surat penagihan ini harus disimpan baik-baik Come 2. Setiap penyetoran atas taginan ini, agar pada bukti setor berkenaan dicantumkan tanggal dan nomor Surat Penagihan ii 3. Apabila penyetoran dilakukan senditi ke bank persepsi, ‘maka penyetoran menggunakan kode-kode satuan kerja sebagaimana tersebut di atas, kemudian fokopi bukti ppenystoran tersebut disampalkan kepada satuan kerja bersangkutan ‘Surat Penagihan ini berlaku sebagai surat penagihan pertama, dis! sesuai dengan cara pembayaren piutang PNEP. 2M “7- PETUNJUK PENGISIAN SURAT PENAGIHAN No. Uraian Isian (1) | Diisi dengan nama satuan kerja (2) | Diisi dengan kode satker (@) | Disi dengan nama kementerianiiembaga (@)_| Diisi dengan nomor surat penagihan ~ (6) | Diisi dengan lembar surat penagihan a. Lembar pertama untuk pihak yang berutang; b. Lembar kedua untuk unit administrasi untuk digunakan sebagai penagihan ¢. Lembar ketiga untuk unit pembukuan untuk digunakan sebagai ‘dokumen pencatatan/penatausahaan pada Kartu Piutang _ (©) | Diisi dengan uraian surat keputusan (7) | Diisi dengan tanggal surat keputusan © | Diisi dengan nomor surat keputusan ©) | Diisi dengan pejabat yang menerbitkan surat keputusan (70)| Diisi dengan nama pihak terutang (17) | Diisi dengan alamat pihak terutang (12)| Diisi dengan jumlah piutang PNBP dalam angka et (73) | Diisi dengan jumiah piutang PNBP dalam huruf (74) | Diisi dengan uraian piutang PNBP (75) | Disi dengan tanggal jatuh tempo pembayaran piutang PNBP (satu bulan terhitung sejak jatuh tempo pembayaran piutang PNBP) (76) | Diisi dengan angka yang menunjukan berapa kali piutang PNBP akan diangsur (77) | Diisi dengan nilai rupiah per angsuran dalam angka dan huruf (i8)|| Diisi dengan tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran (19)| Diisi dengan uraian dan kode Kementerian Negara/Lembaga, Unit Organisasi, Satuan Kerja, Lokasi, Jenis Kewenangan, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, output, jenis belanja, akun piutang PNBP bersangkutan. (20)| Diisi dengan tempat dan tanggal penandatanganipenerbitan SPn (21) Diisi dengan nama dan NIP Kepala Satuan Kerja bersangkutan DIREKTUR JENDERAL, a AGUS ‘SUPRIJANTO NIP 19530814 197507 1 001 “18- LAMPIRAN II PERATURAN oiREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 85 /PB/2011 TENTANG PENATAUSAHAAN —” PIUTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA ‘SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA Kementerian Negara/Lembaga : (1) Tenis Piutang = (5) Eselon | : (2) Nomor : 6) Wilayah :@) NomorSPn : (7) Satuan Kerja: (4) Tanggal SPn : (8) KARTU PIUTANG Nama 78) Jumiah Piutang 7(14) NIPINPWP =(10) ‘Tanggal Jatuh tempo 2(18) Alamat 2(14) ‘Angsuran perbulan (16) Unit Kerja :(12) Mulai Mengangsur 2(17) Kementerian NegaralLembaga —: (13) Dasar Penetapan Piutang No SK 2 (18) Tanggal SK £(19) Tol Keterangan Debet Kredit Saldo ci) ei 2y (23) 24) Dicatat oleh: Disetujui oleh: (26)... PETUNJUK PENGISIAN KARTU PIUTANG No. Uraian Isian (1) | Diisidengan kode dan uraian kementerian negaraflembaga (2) | Dis dengan kode dan uraian unit eselon 1 (9) _| Diisi dengan kode dan uraian Kantor wilayan (@)_| isi cengan kode dan uraian satuan kerja (6) | Dis cengan uraian jens piutang (6) | Diisicengan nomor per jenis piutang (7)_| Diisi dengan nomor Surat Penagihan (@) | Diisi dengan tanggal Surat Penagihan (9) | Diisi dengan nama pihak terutang (10) | Diisi dengan NIPINPWP, NIP untuk pihak terutang PMS. (11) | Diisi dengan alamat pinak terutang (12) | Diisi dengan unit kerja pihnak terutang (12) | Diisi dengan uraian nama kementerian negarallembaga pihak terutang (14) | biisi eengan jumiah rupiah piutang PNBP (18) | bis dengan tanggaljatuh tempo pivtang (16) | bisi dengan jumiah rupiah angsuran perbulan apabita pembayaran piutang cilakukan dengan mengangsur (17) | Dis dengan tanggal mulai mengangsur (18) | Diisi dengan nomor SK penetapan piutang (19) | Diisi dengan tanggal Sk penetapan piutang (20) | Diisi dengan tanggal pencatatan (21) | Diisi dengan uraian transaksi (22) | Di dengan rupiah penambahan piutang PNEP (23) | iis dengan rupiah pengurangan piutang PNBP (24) | iis dengan setisin antara kolom (20) dengan kolom (21) (25) | Diisi dengan nama petugas yang mencatat Kartu Piutang (28) | Diisi dengan nama penanggungjawab satuan kerja ~ DIREKTUR JENDERAL, £i Ha ct Aud Q\ AGUS SUPRIJANTO. i NIP 19530814 197507 1 001 20 LAMPIRAN IV PERATURAN. DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 85. /P/2011 TENTANG PENATAUSAHAAN —~ PIUTANG PENERIMAAN NEGARA GUKAN PAJAK | PADA ‘SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARALEMBAGA KEMENTERIAN ..(1)... SATUAN KERJA ....(2).. Nomor : (3) ey Lampiran : (4) Hal : ® Yth. (7) Di. PENAGIHAN KEDUA Menunjuk Surat Penagihan (SPn) yang kami terbitkan tanggal... No... .-.(9).-...dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut: 3. Menurut penatausahaan piutang PNBP kami, sampai saat ini Saudara belum melakukan pelunasan/pembayaran atas piutang PNBP sebesar Rp......(10)......(....(11)....) sesual dengan tanggal jatuh tempo penagihan kami sebagaimana tercantum dalam Surat Penagihan (SPn). 4. Oleh karena itu diminta agar Saudara melunasi/membayar tagihan tersebut, ditambah denda sebesar RP....u.(12)seeern(ors-re(13)..---.) dengan menyetorkan ke Kas Negara pada Bank/Pos Persepsi paling lambat tanggal ......(14)...... dengan mencantumkan tanggal dan nomor Surat Penagihan Kedua pada bukti setor berkenaan. 5. Apabila Saudara telah melakukan penyetoran, diminta agar fotocopy bukti setor berkenaan disampaikan kepada kami. (8). Demikian agar maklum Kepala Satuan Kerja Tembusan: 1. Inspektur Jenderal Kementerian Negara/Lembaga .....(16). Biro Keuangan Kementerian Negara/Lembaga ...... (17)... Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran Direktorat Jenderal Kekayaan Negara seen Pertinggal sebagai arsip. a -2t- PETUNJUK PENGISIAN SURAT PENAGIHAN KEDUA No. Uraian Isian (1) | Dist dengan uraian kementeran negaralembaga i (2) | Dist dengan uraian satuan kerja Z (3) | Dist dengan nomor surat penagihan kedva (4) | Diisidengan jumiah lampiran blaada : ates (5) | Diisi dengan uraian perihal surat penagihan kedua (8) | Diisi dengan tanggal surat penagihan kedua (7) | isi dengan nama dan alamat pihak terutang (8) | Diisi dengan tanggal Surat Penagihan (9) | Diisi dengan nomor Surat Penagihan a (10)| Diisi dengan jumiah rupiah piutang PNP yang belum dibayar pihak terutang (11)| Diisi dengan jumtah dalam huruf piutang PNBP yang belum dibayar pihak terutang (12)| Diisi dengan jumlah rupiah denda atas keterlambatan pembayaran piutang (13)| Diisi dengan jumtah dalam huruf denda atas keterlambatan pembayaran piutang (14)| Diisi dengan tanggal batas akhir pembayaran plutang (satu bulan setelah tanggal jatuh tempo surat penagihan pertama) (15)| Diisi dengan nama dan NIP Kepala Satuan Kerja bersangkutan (18) Diisi dengan uraian kementerian negarallembaga bersangkutan ay jengan uraian kementerian negarallembaga bersangkutan / DIREKTUR JENDERAL, @\ AGUS SUPRIJANTO NIP 19530814 197507 1001 “22+ LaMPrRAN v PERATURAN DIREKTUR, JENDERAL PERBENOAHARAAN NOMOR PER- 85° /PB/2011 TENTANG PENATAUSAHAAN —PIUTANG. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK. PADA, SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARALEMBAGA, KEMENTERIAN ..(1)... SATUAN KERJA ....(2).. Nomor : (3) (6) soon Lampiran : (4) Hal : ©) Yth. (7) Di.. PENAGIHAN KETIGA Menunjuk Surat Penagihan (SPn) yang kami terbitkan tanggal (9). ‘dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut: 1. Atas penagihan tersebut di atas, telah kami sampaikan kepada Saudara Surat Penagihan Kedua tanggal........ No... (10) 2. Menurut penatausahaan piutang PNBP kami, sampai saat ini Saudara belum melakukan pelunasan/pembayaran atas piutang PNBP sebesar Rp......(11)......(....12)....)_ Sesuai dengan tanggal jatuh tempo penagihan kami sebagaimana tercantum dalam Surat Penagihan Kedua tersebut. 3. Oleh karena itu diminta agar Saudara melunasi/membayar tagihan tersebut, ditambah denda sebesar Rp.......(13).. (14)......) dengan menyetorkan ke Kas Negara pada Bank/Pos Persepsi paling lambat tanggal ......(15)....., dengan mencantumkan tanggal dan nomor Surat Penagihan Kedua pada bukti setor berkenaan. 4, Apabila Saudara telah melakukan penyetoran, diminta agar fotocopy bukti setor berkenaan disampaikan kepada kami. sn(B)- Demikian agar maklum. Kepala Satuan Kerja (16). ‘Tembusan: 4. Inspektur Jenderal Kementerian Negara/Lembaga ....(17)...- 2. Biro Keuangan Kementerian Negara/Lembaga ...... (18). 3. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran 4. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. 5. Pertinggal sebagai ars. -23- PETUNJUK PENGISIAN SURAT PENAGIHAN KETIGA No. Uraian Isian a) Diisi dengan uraian kementerian negarallembaga (2) Diisi dengan uraian satuan kerja (3) Diisi dengan nomor surat penagihan Ketiga Diisi dengan jumlah lampiran bila ada 6) Diisi dengan uraian perihal surat penagihan Ketiga (6) Diisi dengan tanggal surat penagihan Ketiga (7) Diisi dengan nama dan alamat pihak terutang (8) Diisi dengan tanggal Surat Penagihan (9) Diisi dengan nomor Surat Penagihan (10) Diisi dengan tanggal dan nomor Surat Penagihan Kedua (1) dengan jumiah rupiah piutang PNBP yang belum dibayar pihak terutang (12) Diisi dengan jumlah dalam huruf piutang PNBP yang belum dibayar pihak terutang (13) Diisi dengan jumlah rupiah denda atas keterlambatan pembayaran piutang (14) Diisi dengan jumlah dalam huruf denda atas keterlambatan pembayaran piutang (15) Diisi dengan tanggal batas akhir pembayaran piutang (satu bulan setelah tanggal jatuh tempo surat penagihan kedua) (16) Diisi dengan nama dan NIP Kepala Satuan Kerja bersangkutan (17) Diisi dengan uraian kementerian negara/lembaga bersangkutan i) Diisi dengan uraian kementerian negara/lembaga bersangkutan DIREKTUR JENDERAL, AGUS SUPRIJANTO NIP 19530814 197507 1.001 “24+ LAMPIRAN vil PERATURAN DIREKTUR _JENDERAL PERBENOAHARAAN. NOMOR PER: 85/6011 TENTANG “PENATAUSAHAAN PIUTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA SATUAN KERJA KEMENTERIAN NEGARAILEMBAGA, KEMENTERIAN . SATUAN KERJA .. (3).. SURAT KETERANGAN TANDA LUNAS, No Kepala Satuan Kerja atas nam (6). ., dengan ini menerangkan bahwa utang .. fengan rincian: (7) ‘Sebesar yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan : tanggal (12)...... danfatau Surat Perjanjian tanggal serta yang ditagih dengan Surat Penagihan (SPn) telah dibayar lunas. Kepala Satuan Kerja PETUNJUK PENGISIAN ‘SURAT KETERANGAN TANDA LUNAS. No. Uraian + = acs (1) | Diisi dengan uraian kementerian negara/lembaga (2) | Diisi dengan uraian nama satuan kerja (3) | Disi dengan tanggal penerbitan SKTL (4) | Diisi dengan uraian nama satuan kerja (8) | Diisi dengan jenis piutang (6) | Diisi dengan nama pinak terutang (7) | Diisi dengan spesifikasi/rincian piutang (8) | Diisi dengan jumlah rupiah piutang dalam angka (9) | Diisi dengan jumiah rupiah piutang dalam huruf (10) | Diisi dengan nama jabatan pejabat yang menerbitkan surat Keputusan (11)] Diisi dengan tanggal Surat Keputusan (12)| Diisi dengan nomor Surat Keputusan (13)| Diisi dengan tanggal Surat Perjanjian (14) | Diisi dengan nomor Surat Perjanjian (15) | Diisi dengan tenggal Surat Penagihan (16) | Diisi dengan nomor Surat Penagihan (17)| Diisi dengan nama dan NIP Kepala Satuan Kerja bersangkutan. DIREKTUR JENDERAL, : Ctiukd Q\ AGUS SUPRIJANTO NIP 19530814 197507 1 001 Lawpiean vt a PERATURAN DIREKTUR JENOERAL PERSENDAHARAAN NOMOR PeR-B5 Peaon} TENTANG PENATAUSARAAN PIUTANG PENERIMAAN NEGARA BBUKAN PALAK PADA SATUAN KERIA KEMENTERIAN NEGARALEMOAGA SURAT PEMINDAHAN PENAGIHAN PIUTANG PNBP Nomor 1). Covenant ake Satara a Gunrtan Sua Kapa def) Nome (9); areal | Keron eguanbage > Blas Goon) | Kemer epuaambepe Wn and (seo eget ai ee ear bony | rk orpie on cy NP: oh Sauankeje = uli Gea) | Sanka on ay gen tS af 0) agian cnn dn Sees ae th stad Lata es Gene) | tlt (wn ty oxy, SPS, SR a GP | ts = fee a fen ey nme At fas 5 lth la m feat 1 man pcg PEP Pfam bontthend | Sohogd + wall tena) | sebinps on fee 2 png Pig oo foatVannttoue) | Prom (= a [eee on ca 2 Sopher yagi eth "Bond | Hagan 6, a ee 7 ce oon tna 6, ton) | ost on oy 4 Peote ngsoan (9) Jot boats i, (oo see 7 i eee oun oe toned | aan on i) oe armaper gn Relat Yang sang! st Boum itagh beinsh me Koweargn dx ee ea a i eee PoninaenPeaphan Play PREP haus ian ake om Soe eee ee eae crmmian og dan nner Si Panideen Panaghan ‘Terlampir dalam dokumen ini berkas penaginan piutang pegawei ‘Piutang PNBP i io dan dure bo pewanan ny esa ty aan sn kbar pops mate penaoan merge ose sua ka sebnnae etn Soraghtn pc aon Ke kam ar ah Gra Praghan Pong | Sn afoot oerbtaaspencn Tose aces saan ioe west means gas 4. Bet event Pecan Phang PDP menpaan sls nsn prem ag fl ape than du onan pnaphan plas Pe PETUNJUK PENGISIAN SURAT PEMINDAHAN PENAGIHAN PIUTANG PNBP No. (1) | Diisi dengan nomor Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP (2) | Disi dengan pejabat yang menerbitkan Surat Keputusan (3) | Diisi dengan nomor Surat Keputusan (4) | Diisi dengan tanggal Surat Keputusan (8) | Disi dengan nama pegawai yang dipindahkan (6) | Disi dengan alamat pegawai yang dipindahkan (7) _| Disi dengan uraian satuan kerja lama (penerbit Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP) (8) | Diisi dengan uraian satuan kerja baru (9) | Diisi dengan uraian satuan kerja lama (10) | Disi dengan jumlah Piutang PNBP dalam angka dan dalam huruf (11) | Disi dengan jumiah akumulasi Piutang PNBP dalam angka dan dalam huruf (12) | Diisi dengan jumlah Piutang PNP yang belum tertagih dalam angka dan dalam huruf (13) | Disi dengan uraian periode angsuran (contoh: bulanan, tahunan, dsb) (14) | Disi dengan tanggal jatuh tempo angsuran (contoh: setiap tanggal 1 bulan berkenaan, dsb) (15) | Disi dengan jumiah/besaran per angsuran dalam angkan dan dalam huruf (16) | Di lengan uraian satuan kerja baru (17) | Disi dengan uraian dan kode Kementerian Negara/Lembaga, Unit Organisasi, Satuan Kerja, Lokasi, Jenis Kewenangan, fungsi, sud fungsi, program, kegiatan, output, jenis belanja satuan kerja lama dan akun piutang PNBP bersangkutan (18) | Disi dengan uraian dan kode Kementerian Negara/Lembaga, Unit Organisasi, Satuan Kerja, Lokasi, Jenis Kewenangan, fungsi, sub fungsi, program, kegiatan, output, jenis belanja satuan kerja baru dan akun piutang PNBP bersangkutan (19) | Diisi dengan tempat dan tanggal penandatanganan Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP- (20) | Diisi dengan tandatangan, nama, NIP Kepala Satuan Kerja penerbit Surat Pemindahan Penagihan Piutang PNBP- 2 (laud) a side SUPRIJANTO. NIP 19530814 197507 1 001 -28-

You might also like