You are on page 1of 37

UANG BERBASIS UTANG

DALAM BELITAN SEJARAH BERBAU TENGIK.


Dr Agus Pandoman,SH,MKN CMB
Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
agus .pandoman@gmail.com

Abstract ; On August 15, 1971 the United States Dollar died, without the approval of Congress,
President Nixon ended the relationship between the United States Dollar and gold. The dollar
becomes Monopoly Money. After that, the biggest economic boom in history began. In 2009,
when the economy ran aground, central bankers in the world created trillion dollars, yen, pesos,
euros and pounds by following a monopoly for bankers. The concept has changed until the
present time.

The distribution of money was transformed into the concept of debt in various forms, including
the use of money as a loan and reward instrument. The rules of money have really changed and
are very leaning towards rich and powerful profits. the smell of rancid has started. US dollars
are no longer money, but currency. Savers become addicts.

The dollar is spread in the world as a loan tool for poor countries to carve a smelly history. This
history began in the era of the cold war, the US poured out loans to the dictatorial regimes, these
loans are known as Unclean Debt. After the Cold War global market domination was marked by
derivative loans, bringing disastrous financial crisis that has hit the countries of Asia, Latin
America, Africa and Europe.

In 1997/1998 the financial crisis burned down Indonesia resulting in the fall of Suharto. Since
2009, to this day, loans have drawn a storm that has not yet passed, the economic power
supported by more imports, than exports. The government prints debt securities faster to make
money, so the government needs more money than it sav
Abstrak : Pada tanggal 15 Agustus 1971 Dolar Amerika Serikat mati, tanpa persetujuan
Kongres, Presiden Nixon mengakhiri hubugan antara Dolar Amerika Serikat dan emas. Dolar
pun menjadi Uang Monopoli. Setelah itu, ledakan ekonomi terbesar dalam sejarah telah
dimulai.Pada tahun 2009, saat perekonomian kandas, bankir-bankir bank sentral di dunia
menciptakan triliun dolar, yen, peso, euro dan pound dengan mengikuti monopoli bagi para
bankir. Konsep sudah berubah hingga waktu sekarang ini.

Penyaluran uang pun menjelma menjadi konsep hutang dalam berbagai bentuknya, diantaranya
adalah penggunaan uang sebagai instrument pinjaman dan imbalan. Aturan uang benar-benar
berubah dan sangat condong ke keuntungan kaya serta berkuasa . bau tengik sudah di
mulai .Dolar AS bukan lagi uang , tapi mata uang. Penabung menjadi pencudang.

Uang dollar yang tersebar dibelahn dunia sebagai alat pinjama untuk negara-negara miskin
menorehkan sejarah berbau tengik. Sejarah ini dimulai pada era perang dingin, AS
menggelontorkan pinjaman kepada rezim-rezin dictator , Pinjaman ini dekenal dengan sebutan
Utang Najis. Pasca Perang Dingin penguasaan pasar global ditandai dengan pinjaman derivative ,
membawa petaka krisis keuangan telah menghantam negara-negara Asia , Amerika Latin,
Afrika dam Eropa .

Pada Tahun 1997/1998 krisis keuangan membakar Indonesia berakibat lengsernya Soeharto .
Semenjak tahun 2009, sampai hari ini , pinjaman menuai badai belum berlalu , kekuatan
ekonomi yang didukung lebih banyak import , dari pada eksport. Pemerintah mencetak surat
utang lebih cepat untuk di jadikan uang, sehingga kebutuhan uang bagi pemerintah lebih banyak
dari pada yang disimpannya.
A. Gagalnya Britton Woods
1. Probahan Uang Menjadi Mata Uang
Pada tanggal 15 Agustus 1971 Dolar Amerika Serikat mati, Pada hari itu tanpa persetujuan
Kongres, Presiden Nixon mengakhiri hubungan antara Dolar Amerika Serikat dan emas. Dolar
pun menjadi Uang Monopoli. Setelah itu, ledakan ekonomi terbesar dalam sejarah telah
dimulai1.Pada tahun 2009, saat perekonomian kandas, bankir-bankir bank sentral di dunia
menciptakan triliun dolar, yen, peso, euro dan pound dengan mengikuti monopoli bagi para
bankir. Inflasi dan deflasi selalu menjadi biang keladi alasan politik agar pemerintah dan Bank
yang seakan mengendalikan ekonomi dengan cara mencetak surat utang dan uang dan
meminjamkan uang dengan mudah . Meski Uang itu tanpa nilai apa pun , dengan di topang dan
di dukung oleh intrumen “kredit “, akhirnya uang menjadi kepercayaan penuh untuk
menciptakan kekayaan baru.

Amerika mencetak surat utang ( obligasi ) , dan orang diseluruh belahan dunia percaya
bahwa obligasi AS adalah paling aman untuk di beli dengan mata uangnya. Amerika ber utang
pada Kita dan Piutang Kita digunakan sebagai alur jaminan kredit , dan alur kredit seterusnya
dan seterusnya. Beban hidup masyarakat dunia dalam belitan utang. Dari utang, ke utang dan
utang. Karena kita tidak bisa hidup tanpa uang. Kecintaan akan uang adalah akar semua
kejahatan , namun uang itu sendiri bukanlah akar kejahatan. Untuk menjalani khidupan
diperlukan uang. Untuk mendapatkan kekayaan adalah fakta. Dollar bukan lagi “uang, tapi
mata uang.

Inflasi dan deflasi selalu menjadi biang keladi alasan politik agar pemerintah dan Bank yang
seakan mengendalikan ekonomi dengan cara mencetak surat utang dan uang dan meminjamkan
uang dengan mudah . Meski Uang itu tanpa nilai apa pun , dengan di topang dan di dukung oleh
intrumen “kredit “, akhirnya uang menjadi kepercayaan penuh untuk menciptakan kekayaan
baru. Amerika mencetak surat utang ( obligasi ) , dan orang diseluruh belahan dunia percaya

1
Robert T Kiyosaki – Rich Dads Conspiracy of The Rich The 8 New Rules of Money ,2009
diterjemahkankedalambahsa Indonesia olehRatu Fortuna Rahmi Puspahadi,2010, GramediaPustaka Tama, Jakarta,
halm 59
bahwa obligasi AS adalah paling aman untuk di beli dengan mata uangnya. Amerika ber utang
pada Kita dan Piutang Kita digunakan sebagai alur jaminan kredit , dan alur kredit seterusnya
dan seterusnya. Beban hidup masyarakat dunia dalam belitan utang. Dari utang, ke utang dan
utang. Karena kita tidak bisa hidup tanpa uang.

Kecintaan akan uang adalah akar semua kejahatan , namun uang itu sendiri bukanlah akar
kejahatan. Untuk menjalani khidupan diperlukan uang. Untuk mendapatkan kekayaan adalah
fakta. Dan Fakta menunjukan , setelah konsep Britton Woods berakhir, maka Dollar bukan lagi
uang tapi disebut sebagai mata uang. Konsep Britton Woods sudah berubah hingga waktu
sekarang ini.Penyaluran uang pun menjelma menjadi konsep hutang dalam berbagai bentuknya,
diantaranya adalah penggunaan uang sebagai instrument modal.

Bretton Woods system adalah sebuah sistem moneter internasional yang dibentuk pada
tahun 1944 bertempat di New Hampshire, Amerika Serikat, sistem ini dibentuk untuk
membangun suatu economic order pasca Perang Dunia II yang bersifat lebih fleksibel dan
stabil. Bretton Woods system juga melahirkan tiga institusi keuangan dunia yaitu IMF, World
Bank, dan GATT yang ketiganya bisa disebut sebagai Lembaga Moneter Internasional (LMI)
pertama di dunia, pendirian tiga institusi ini dimaksudkan sebagai pilar pendukung untuk
menjalankan aturan-aturan dalam Bretton Woods system sehingga sistem ini dapat berjalan
secara efektif seperti yang diharapkan. Sistem ini menggunakan Fixed Exchange Rate dengan
menggunakan standar dollar-emas sehingga secara efektif mengakhiri sistem standar emas yang
umum digunakan sebelumnya, jika dalam sistem standar emas mata uang suatu negara
dikonversikan langsung dengan emas, maka dalam Bretton Woods system konversi ditetapkan
melalui perantaraan dollar dengan standarnya kurang lebih adalah $35 = 1 ons emas.
Sistem ini berjalan dengan sebagaimana mestinya sepanjang tahun 1950-1970 ketika
Amerika Serikat yang ekonominya terkuat di dunia pada waktu itu berperan sebagai sebuah
hegemon dunia, tetapi, seiring dengan pesatnya perkembangan perekonomian Eropa dan Jepang,
mereka tidak lagi membutuhkan bantuan Amerika Serikat, ditambah lagi pada tahun 1970
Amerika Serikat mengalami masalah internal menyangkut Perang Vietnam, dan pada akhirnya
sistem ini diakhiri oleh Amerika Serikat sendiri secara sepihak pada tanggal 15 Agustus 1971.
Presiden Nixon mengumunkan pada dunia dengan ucapannya yang tidak bertanggung jawab :
We Gave Our Word To You But We Don’t Have To Keep It
         Sistem moneter kembali berevolusi di era modern karena sejumlah perkembangan ekonomi
dan politik. Uang bertransformasi menjadi kreasi seni yang di cetak oleh setiap negara. Kontrol
negara terhadap suplai dan permintaan uang menjadi determinan dari aktivitas ekonomi nasional
dan internasional.2 Uang sebagai alat yang bisa menciptakan kekayaan baru, memunculkan
pertanyaan apakah ini sebuah kebenaran dan realita autentik yang memberi pegangan kemasa
depan bagi pemiliknya.

Berakhirnya “ dollar “ tidak lagi dijaminan dengan emas , menjadi uang benar-benar
kertas ( fiat money ) , akhirnya Uang berada pada sebuah keadaan dimana realitas Uang bukan
lagi sebuah kebenaran autentik yang mendapatkan jaminan kekayaan dari sebuah negara yang
memiliki emas ribuan ton . “Uang “ dalam belitan sejarah kelahirnya adalah sebuah alat tukar
yang dijamin dengan emas atau perak , diujung peradaban ini “ uang “ membawa kisah dalam
belitan sejarah berbau tengik , karena menjelma menjadi tiruan dari berlapis-lapis tiruan (
derivative )

Keberadaan Uang dalam situasi ini sebagai simulacra sebuah keadaan dimana realitas
baru bisa dikenali bukan karena negara menyediakan payung hukum berupa jaminan emas atau
perak , tapi cukup dengan payung hukum berupa jaminan Undang-Undang tentang Uang dan
Undang-Undang tentang Surat Utang Negara ( Obligasi ). Maka dasar pijakan realita menjadi
nihil karena simulacrum ( kata tunggal dari simulacra ) tak menggambarkan apapun, kecuali
knowingly manufactured and contrieved reality ( realitas yang di rekayasa ).

Situasi ini menunjukan bahwa “uang “ yang diterbitkan oleh sebuah negara tampil betul
betul kertas ( fiat money ) yang dijamin dengan Surat Utang Negara, tidak memberi pegangan
ke masa depan yang pasti. Yang tampil adalah pernyatan-pernyataan tautologies ( kumpulan
kata-kata angka tanpa substansi, misalnya lima dolar , lima puluh ribu rupiah ), kumpulan kata-
kata itu diyakini mendapatkan perlindungan dari Tuhan “In God We Trust “. Atau dalam
lembaran kertas Uang kertas Rupiah terdapat kata-kata yang berbunyi semacam dolar US
“Berkat Rahmat Tuhan dst ….……..”

Kekayaan baru yang diciptakan oleh uang sekarang ini berada dalam situasi “utang “ , dari
utang ke utang, mekanisme pencetakan uang pada suatu negara , berbasis surat utang negara (

2
reviewed from international money matters, robert gilpin
obligasi ) kemudian di beli oleh Bank Sentral ( Bank Indonesia )3 , dan Bank Sentral mengubah
nya menjadi Uang. Kemudian Bank Sentral mengatur peredaran uang agar tidak terjadi resesi
dan dipresi .

Andrew Hitchcock mengungkapkan tentang kebohongan Bank Sentral sekarang ini pada
salah satu bukunya yang berjudul The History of TheMoney Changer4 , para ekonom senantiasa
membohongi masyarakat bahwa resesi dan depresi adalah bagian alami dari siklus perdagangan
Namun pada kenyataanya tidaklah seperti itu.

Resesi dan dipresi justru terjadi karena Bank Sentral memanipulasi jumlah uang beredar,
yang tujuan akhirnya adalah memastikan semakin banyak kekayaan yang ditransfer dari
masyarakat ketangan mereka. Kenapa demikian karena menurut pendapatnya bahwa Bank
Sentral merupakan metamorphosis dari pedagang uang di zaman dulu. Konsep ini merupakan
dasar penerapan ekonomi dunia dan pada akhirnya sudah menjadi sistim pembiayaan dunia ,
menurut Andrew sistem ini menciptakan banyak pecundang , dan beberapa pemenang.
Andrew mengutip perkataan Clemenceau , uang adalah masalah yang lebih serius untuk
diserahkan kepada Bank Sentral. Milton Friedman juga akan menyatakan “ saya tahu tidak ada
depresi berat, di negara atau di setiap waktu tanpa disertai penurunan tajam persediaan uang .
Begitu juga, tidak ada penurunan tajam stok uang yang tidak disertai depesi berat.
Kontruksi pendapat yang lain adalah dari Sir Josiah Stamp , Direktur Bank of England ,
membuat pernyataan berikut berkaitan dengan perbankan.
1) Sistem perbankan modern memproduksi uang dari fiat money , uang yang esensinya
sebagai bentuk ketiadaan . Proses ini mungkin bagian yang paling mengejutkan dari
segala sulap yang pernah diciptakan. Perbankan dikandung dalam rahim kejahatan
dan lahir dalam dosa. Bankir memiliki bumi. Bawalah bumi menjauh dari mereka
dengan kekuasaan untuk menciptakan uang, dan dengan jentikan pena mereka akan
menciptakan uang untuk membelinya kembali lagi..
2) Ambilah kekuatan besar ini dari mereka dan hilangkan semua kekayaan besar seperti
tambang, maka mereka akan menghilang, kefanaan mereka ini menyebabkan dunia
3
Lihat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara (SUN) Pasal 13 ( ayat 1 &2 ) –Menteri
Menunjuk Bank Indonesia sebagai Agen untuk melaksankan Lelang.
4
Andrew Hitchcock , The History of The Money Changers , copyright @2006, diterjemahkan oleh Satya
Pradana ,dengan judul “History of Money , “Membongkar Kejahatan zionis Menjajah Dunia melalui Manipulasi
Uang “ . 2015 Melvana Media Indonesia . Depok.
akan menjadi lebih baik. Dan lebih bahagia . Tetapi jika Anda ingin terus menjadi
budak bank yang memproduksi uang dari ketiadaan ini, anda sesungguhnya telah
membayar perbudakan Anda sendiri, dengan demikian Anda meyakini dan telah
menyerahkan hidup ini dengan membiarkan bankir-bankir Bank Sentral menciptakan
uang itu dan mengontrol utang Anda (Kredit )5
Bank Senntral dewasa ini adalah mereka orang-orang yang baik, sebagai regulator
keuangan, namun ia sesungguhnya telah melakukan hal yang salah karena apa yang ia lakukan
tentang uang, tak disadarinya bahwa yang ia cetak itu hanyalah selembar kertas bergambar
angka-angka. Umat manusia tidak memiliki harapan masa depan dengan uang yang ia miliki,
seandainya manusia ini berbondong-bondong menukarkan uangnya pada Bank Sentral ,maka
bank sentral tidak bisa menggantikan jumlah uang yang mereka miliki dengan sejumlah emas
atau benda berharga lainnya.
Katakanlah kita memiliki selembar uang kertas Rp 1000, - ( uang Indonesia ) , apakah
angka seribu itu cermin kekayaan kita yang banyak. Harapan kita hidup di Indonesia dengan
memiliki Uang Rp 1000,- bila kita tukarkan dengan benda, hanya mendapatkan satu buah
kerupuk. Kalau kita memiliki selembar kertas uang nominal seratus ribu, artinya bahwa
kekayaan kita hanya seratus kerupuk. Esensinya yang perlu bagi Bank Sentral adalah bukan
menyediakan gudang emas tapi sudah cukup hanya menyediakan kaleng kerupuk, bahkan
mungkin hanya kantong plastik. Jadi kalau kita datang ke Bank Indonesia (BI) untuk
menukarkan uang Rp 1000,- Bank Indonesia akan memberikan satu buah kerupuk.
Kerupuk itu kemudian kita bawa pulang, dan kita simpan , seberapa lama nilai kekayaan
yang berwujud kerupuk itu bisa kita simpan, satu hari dua hari kerupuk itu mlempen dan lenyap
tidak berarti apa-apa. Uang Rp 1000,- ternyata hanya sesuatu yang tidak berarti apa-apa.
Angka 1000 pada lembar kertas uang rupiah bukan cermin kekayaan yang berlimpah akan
tetapi adalah cermin dari ketidak adilan umat manusia terhadap dirinya sendiri. Bank Sentral
yang mencetak uang tanpa standar medium exchange,namun beestandar Utang menimbulkan
ketidak pastian moneter. Uang betul-betul kertas.

5
Lihat Andrew Hitctcock op cit.. hal 145.
2. Fiat Money ( Uang Benar-Benar Kertas )
Uang kertas yang betul-betul kertas , adalah biang keladi munculnya kekuasaan otoriter
di belahan dunia , fiat money dalam dentuk dollar yang dikeluarkan oleh Federal Reserve ( Bank
Sentral Amerika Serikat ) disebarkan ke 100 negara di bawah kontrol AS, di didukung oleh
kekuatan militer dan pinjaman sebagai imbalan kehadiran investasi AS dan sekutunya yang
membangun negara-negara berkembang. Ukuran devisa negara berstandar dollar , membuat mata
uang dollar, menjadi topangan nilai kurs bagi uang lokal, yang mengakibatkan agegrasi nilai
mata uang lokal sepanjang negara itu berdiri ,angka digitalnya semakin memanjang , efek bola
salju negara penerima pinjaman , terpuruk sepanjang masa dan tidak akan pernah lepas bergelut
dengan nilai tukar yang jungkir balik. Mata uang lokal tak akan sanggup menjelma sebagai mata
uang yang memiliki hak tawar tinggi terhadap dollar. Sebagaian besar mata uang-mata uang
lokal sirna dari papan money changger, dan sudah tentu mata uang rupiah pun tidak memiliki
nilai ekomonis bagi para pemegangnya.

Mata uang lokal mengalami korosi terhadap seluruh harta kekayaan rakyat negara penerima
pinjaman tersebut. Kemiskinan lebih dominan dibandingkan kekayaan berlimpah dari segelitir
orang . Pencarian kekayaan baru mengeleminir nilai mata uang lokal seperti halnya Rupiah.
Nasib mata uang ini terdegradasi di sepanjang tahun. Nilai mata uang lokal dari tahun ke tahun
terpuruk terhadap dollar AS. Nilai harta kekayaan rakyat di negara ini , tidak akan pernah lebih
baik hari kemaren dari pada hari ini , hari esok adalah kehidupan yang tidak pasti. Tahun ini
lebih buruk dari kehidupan masa lalu.

Mari kita melihat, kata Andrew Hitchcock bagaimana Federal Reserve/disingkat FED ( Bank
Sentral Amerika Serikat – Indonesia disebut Bank Indonesia ) menciptakan uang dari ketiadaan
( benar-benar kertas ) . Beginilah cara mereka membuat Bank Sentral/FED membuat fiat
money , yang dikenal dengan empat langkah :

1) Langkah pertama Federal Open Market Commite menyetujui pembelian Obligasi


Pemerintah Amerika Serikat ( di Indonesia disebut Surat Utang Negara ).
2) Langkah kedua Obligasi tersebut dibeli oleh Federal Reserve.
3) Langkah ketiga Federal Reserve membayar obligasi ini dengan kredit elektronik ke
bank penjual , kredit ini tidak didasarkan apa-apa.
4) Bank menggunakan deposito ini sebagai cadangan . Mereka dapat meminjamkan uang
dalam jumlah lebih dari sepuluh kali jumlah cadangan mereka kepada peminjam
baru ,dan mendapatkan bunga.

Surat Utang Negara ( Obligasi ), hanya secarik kertas dengan angka , yang merupakan
sebuah janji pemerintah untuk membayar , dikenal dengan istilah Government IOU ( intens of
Understanding ) . Pada umumnya kita membeli obligasi adalah untuk mendapatkan tingkat suku
bunga yang aman. Dan dibalik akhir ceritanya , pada ujungnya yaitu setelah jatuh tempo negara
harus melunasi utangnya plus bunga. Dan kemudian Surat Utang Negara ini lenyap.

Bagaimana sistem ini bekerja , secarik kertas Obligasi ( SUN ), dari ketiadaan menjadi ada
, paket Surat Utang Negara di terbitkan oleh pemerintah menjelma menjadi uang. Katakanlah
Pemerintah Indonesia menerbitkan Surat Utang Negara ( SUN ) senilai Rp 1 milyar ,-
Kemudian SUN dibeli oleh Bank Sentral ( BI ) , berubah menjadi Sertifikat Bank Indonesia
( SBI ) . selanjutnya SBI disalurkan pada Bank Umum. Lantas oleh Bank Umum di jadikan
deposito. Dan Deposito ini sebagai cadangan ( Setoran Wajib Minimum 10 % dari nilai Deposito
tersebut ). BI diperkenankan menciptakan 10 % dari jumlah tersebut., kemudian BI akan
mencetak uang sebesar Rp 10. Milyar . sedangkan bank-bank dapat membuat yang 90 %. .

Mekanisme SUN beredar , dapat kita ilustrasikan , sebuah bank , sebut saja - Bank Xena
membeli Sertifikat Bank Indonesia Rp 1 milyar Bank Xena menjual pada nasabah nya menjadi
Sertifikat Time Deposit senilai Rp 1 milyar. Bank Xena memiliki dana tunai Rp 1 milyar. Dana
tunai tersebut , sepuluh prosennya ( 10 % ) diwajibkan disetorkan BI ( Setoran Wajib
Minimum ). Sisa yang disetorkan 10 % pada BI, sekarang Bank Xena memiliki dana 90 % nya
sebesar Rp 900 juta, dana yang tersisa itu kemudian dipinjamkan lagi pada bank lain sebut saja
Bank Mandiri.

1) Bank Mandiri memiliki dana 900 juta, kemudian harus setor ke Bank Indonesia 10 %
nya ( Rp 9 juta ) , Dana di Bank Mandiri berkurang sepuluh prosen menjadi Rp 810
juta dipinjamkan pada Bank Bejo Asia ( BBA )
2) BBA harus setor ke BI 10 % nya dari Rp 810 juta yaitu Rp 81 juta., BBA memiliki
dana deposito menjadi Rp 729 juta dipinjamkan lagi kepada Bank Rakyat Sejahtera
( BRS ).
3) BRS dapat dana Rp 729.000.000 ,- , yang 10 % nya sebagai Setoran Wajib Minimum
pada BI Rp 72.900 ,- BRS memiliki sisa dana Rp 656 juta , Dana itu kemudian di
pinjamkan lagi pada Bank Bantulan ( BB )
4) BB setor wajib minimum 10 % , dari Rp 656.000.000 . ,sehingga sisa uang nya sebesar
Rp 590.500 dipinjamkan kepada Bank Hati Mulia ( BHM )
5) BHM memiliki dana Rp 590.500.000 , Setoran Wajib minimum 10 %, sisa Rp
531.000 ,- dipinjamkan lagi pada Bank Seno ( BS )
6) BS memiliki dana Rp 531.000.000 setoran wajib minimum 10 %, sisa uang Rp
477900.000 dipinjamkan lagi kepada Bank Danamitra ( BD )
7) BD memiliki dana Rp 477.900.000 setoran wajib minimum 10 % sisa Rp
430.110.000 dipinjamkan lagi kepada Bank Raka ( BR )
8) BR memiliki dana Rp 430.110.000 Setoran Wajib Minimum 10 %, sisa Rp 387.
099.000 dipinjamkan pada Bank Kirana ( BK )
9) BK memiliki dana Rp 387.099.000 setoran wajib minimum 10 % , sisa Rp
348.300.000,- dipinjamkan lagi pada Bank Zena ( BZ )
10) BZ memiliki dana Rp 348.300.000, setoran wajib minimum 10 % sisa Rp 313.470.000

Lalulintas kertas yang bernilai Rp 1 milyar , berputar-putar menjadi uang yang disimpan
sebagai cadangan dana bank , yang kemudian berubah jumlahnya lebih dari satu milyar, dan
bank yang memiliki deposito itu masing-masing bisa meminjamkan uang sepuluh kali lipatnya
dari dana cadangan yang disimpan di Bank Indonesia.

Bank Sentral diperkenankan dari putaran itu mencetak Uang sebesar sepuluh kali lipatnya
menjadi Rp 10.milyar, oleh sebab itu, bank-bank, diperkenankan meminjamkan dana deposito
nya pada pihak debitur sepuluh kali lipat dana yang disetorkan pada Bank Sentralnya. Cara
bekerjanya Utang menjadi uang , tentu mengakibatkan nilai mata uang akan terus merosot , dari
tahun ke tahun, dan menambah panjang angka nol.
Angka tulisan dalam kertas mata uang akan disesuikan dengan kurs mata uang asing. Kita
bisa bayangkan jika angka rupiah tetap ditulis perlembarnya atau perkoinnya angka satu rupiah.
Manakala ditukar dengan mata uang dolar , misalkan per dolar seharga empat belas ribu rupiah,
sudah barang tentu pemilik dolar akan repot membawa uang rupiah, sebesar itu, apalagi kalau
bentuknya koin dengan nilai satu rupiah, berarti pemilik dolar akan menjinjing uang yang telah
ditukarkan dengan rupiah berapa kantong yang disediakan untuk membawa uang rupiah tersebut.
Jalan pintasnya angka nol semakin berjejer di belakang angka nominal mata uangnya, agar
pemilik dolar hanya membawa beberapa lembar kertas rupiah saja.

Hitungan jumlah nominal yang bererdar ini menjadi tugas Bank Sentral, sebagai pencetak
uang dan sekaligus pengelola permainan. Bentuk permainan ini menjadi rutinitas Bank Sentral,
sehingga kerja Bank Sentral praktis , tidak lebih dan tidak kurang hanya sebatas , menyedot
uang beredar dan atau menambah uang bererdar.

Apakah dengan model uang semacam itu , dimana SUN sebagai pinjaman yang diterima
oleh negara Indonesia, dari tahun ke tahun rakyatnya menjadi tambah makmur atau tambah
miskin dapat kita gambarkan sebagai berikut :

- Pada tahun 1950 , katakana rakyat di dunia bisa membeli 581 ekor kambing. Patokan
harga kambing dengan ukuran GDP Perkapita masyarkat dunia US $ 2,756. Kemudian
pada tahun 2011 menjadi US $ 11,071. Jika kita ukur mata uang dollar terhadap GDP
Indonesia Tahun 2011 adalah 1/3 dari rata –rata dunia , maka pada tahun 2011 ukuran
GDP memang naik, tapi nilai kurs semakin menurun , maka pada tahun 2011 rakyat
hanya bisa membeli 52 ekor kambing.
- pertama kita harus menyepakati dahulu tolok ukurnya. Bila tolok ukurnya yang
digunakan adalah uang kertas – yaitu yang digunakan di dunia saat ini, maka betul seolah
telah terjadi lompatan kemakmuran di dunia. GDP per capita masyarakat di dunia telah
melonjak dari US$ 2,756 tahun 1950, menjadi US$ 11,071 tahun 2011 apakah bisa
dikatakan mereka tambah makmur ? tentu tidak, malah yang sebaliknya yang terjadi –
rata-rata mereka bertambah miskin !.
- Gambaran diatas menunjukan bahwa pinjaman dollar yang di sinkronkan dengan GDP
apabila kita sandingkan antara Dollar berbasis utang dengan mata uang berbasis emas,
sebut saja uang Dinar yang berbasis emas.
- Uang yang berbasis emas sudah tentu, mengacu pada nilai harga emas dimana kenaikan
harga selalu tercatat dalam data harga emas selama dua abad terakhir, sedangkan harga
kambing kurang lebih mengikuti harga emas ini selama lebih dari 1400-tahun. Jika kita
memiliki emas di tahun 1950 , mendapatkan kambing berapa, sudah bisa di ukur. Dan
karena uang berbasis emas, maka kekayaan kita dengan uang yang kita miliki tidak akan
pernah terdegradasi dengan uang dan kambing itu.
- Dengan demikian kekayaan rakyat di Indonesia , jika ukurannya Gross Domitic Product (
GDP ) , meskipun bertambah , kenyataannya kekayaan dengan nilai mata uang yang
dimiliki rakyatnya , tidak akan bisa membeli kambing lebih banyak tahun 1950,
walaupun nilai kekayaannya memiliki angka digital lebih banyak . Uang berbasis utang
tidak akan pernah bisa memakmurkan penduduk bumi meskipun ukuran nilai angka
digital pada lembaran uang kertas itu lebih banyak dibandingkan angka digital pada
lembaran uang kertas yang di jamin dengan emas.
- Uang berbasis emas jika nilainya pada waktu itu tercatat dengan angka /digital kecil ,
pada tahun 1950 misalkan Rp 6000 , ( tiga ribu rupiah ) bisa membeli sapi atau unta.
Pada tahun 2020 angka digital pada kekayaan lembar kerta harus memiliki angka Rp
3.000.000 ,- Angka sebesar ini pada tahun 1950 , bisa membeli kambing 500 ekor.
-

Grafik diatas menggambarkan bagaimana kinerja pendapatan penduduk dunia sejak


tahun 1950 6. Tahun 1950 sampai dengan 2010 , memang telah terjadi peningkatan
kemakmuran bila di ukur dengan mata uang berbasis utang, karena angka-angka digital pada
mata uang juga mengalami pertambahan. Namun apakah ukuran uang itu berfungsi sama jika
sebagai alat tukar , kebutuhan kehidupan manusia , apabila alat tukar itu di kompensasikan
dengan jumlah kambing hari kemaren dengan hari ini. Maka pemilk kambing tidak akan bisa
memiliki mata uang yang konstan .
Pengingkaran Amerika terhadap perjanjian Breton Woods, yang semula ber-komitmen
terhadap perjanjian bahwa uang kertas harus dikaitkan dengan emas , tetapi mulai tahun 1971
uang kertas tidak lagi dikaitkan dengan emas . Fungsi mata uang dollar berbasis utang sangat
mudah di cetak, Dolar yang telah dan akan di cetak oleh negaranya, tidak perlu lagi negara harus
memiliki se- gudang emas. Fungsi uang bukan murni sebagai alat tukar, tapi berubah fungsi
sebagai alat komoditi, sehingga uang semacam ini, membawa turunannya secara derivatif.
Pergeseran fungsi uang yang berbasis utang ini, membawa power effect ( efek dominasi
kekuasaan ) sehingga mata uang juga dapat digunakan sebagai instrumen politik.

6
Thomas Edison penemu listrik , pernah mengatakan dalam sebuah artikel di New York
Times , diterbitkan pada tanggal 6 Desember 19217 , “Jika bangsa kita dapat menerbitkan
obligasi ( Surat Utang ) dolar, maka ia dapat mencetak uang dolar. Unsur yang membuat obligasi
menjadi baik , juga bisa membuat uang menjadi baik juga…, maka menjadi tidak masuk akal
untuk mengatakan bahwa negara kita dapat mengeluarkan 30 juta dolar dalam bentuk obligasi,
namun tidak dapat mencetak 30 juta dolar dalam bentuk lembar uang. Padahal keduanya adalah
sama-sama bentuk janji untuk membayar, tapi bentuk yang satu merupakan janji yang dapat
menggemukan pundi-pundi rentenir, sedangkan yang lainnya dapat membantu masyarakat.
Amerika Serikat dengan kekuatan militernya, berperan penting dalam pengamanan
kehidupan ekonomi di belahan dunia terutama negara-negara miskin atau negara sedang
berkembang. Kekuatan militernya harus ditopang dengan industri militer sehinga corak
kekuasaan dan corak ekonomi menjadi satu kesatuan, dalam rantai distribusi global di 100
negara anggota PBB , yang telah menerima pinjaman utang dibawah kontrol kekuasaanya.
Elaborasi senjata dan utang, negara-negara penerima pinjaman AS, sebagai upaya pengendali
rejim-rejim berkuasa di negara-negara ber utang . Apa pentingnya Uang jika diperoleh dengan
janji ‘Utang “ .
3. Urgensi Utang
Petikan kalimat yang ditulis oleh Lord Bryce “ Demokrasi tidak memiliki musuh yang
lebih gigih dan berbahaya dari pada kekuasaan uang “8 dan lahirnya uang ternyata di bangun
dengan Surat Utang Negara ( SUN ), cara bekerjanya SUN membawa kita pada pertanyaan
seberapa urgensinya negara menjadi debitur atau ber utang.

Ketika kita dihadapakan pada konteks “ urgensi utang “ , tentu alam pikiran kita ter-
konsentrasi diantara dua hal mengapa urgen boleh utang dan utang boleh ? dan keadaan ini
sudah berlangsung lama dalam basis olah pikir ratio kita, yang menyamakan antara boleh utang
dan utang boleh , karena ada ganngguan dalam berwaktu.

Gejala berfikir semacam ini meminjam pendapat Daoed Joesep (opini Kompas 14
September 2014.) , karena manusia Indonesia kelihatan mengalami gangguan dalam” ber
waktu” . Jangka pendek sering dianggap sebagai horizon pasti dan cenderung bergerak dari

7
Andrew Hitchcock , opcit hal 116.
8
Ibid halm 138.
jangka pendek ke immediate , dari horizon tertutup ke tidak adanya horizon ,hingga terpaku
pada waktu riil : jarak temporal sebesar nol derajat.

Lebih lanjut Daoed Joesoep mengtakan bahwa Miopia waktu lalu membuat kehidupan
bersama dikuasai oleh “tirani urgensi “ yang mendesakan cara kerja dadakan. Dengan dalih just
on time , tirani urgensi dengan gaya pendadadkannya membuat kriteria aksi yang simple –
fleksibilitas dan adaptasi – menjadi absolut dalam pengambilan keputusan . Keputusan ini bisa
saja membuahkan manfaat , terutama dibidang politik yang dikuasai oleh parpol dan politikus
oportunis . Dalih just on time dari tindakan mendadak itu sendiri bukan berarti ia dilakukan tepat
waktu , sesuai jadwal. Sesuatu yang dianggap urgen sebenarnya sudah terlambat. When is
urgent , it is already too late .

Maka tirani urgensi membiasakan merespon langsung tanpa analisis cukup hingga
kebijakan mereka menjadi suatu rangkaian adaptasi pasif immediate terus menerus. Aksi mereka
yang diambil guna mengatasi kelumpuhan ( kekurangan uang ) berupa tindakan spektakuler yang
serba cepat menepiskan akal sehat. Karena esensi Utang adalah tindakan konsumtif dengan
menggunakan penghasilan yang akan datang dalam bentuk harapan. Dengan demikian tindakan
konsumtif ( belanja ) yang dilakukan oleh generasi sekarang , sesungguhnya menggunakan
penghasilan yang akan datang dari generasi berikutnya . Dan kebetulan generasi berikutnya
adalah kita

Sepintas lalu urgensi utang tidak ada alasan untuk khawatir bahwa anak cucu kita tidak bisa
hidup bahagia di bumi Indonesia yang terkenal kaya dengan sumber daya alamnya, uang dari
pinjaman pasti terbayar. Namun berhadapan dengan aneka jenis eksploitasi keuangan yang rakus
demi keuntungan yang serba instan, urgensi membuat kontrak utang dengan pembayaran sumber
alam yang semakin menipis, manfaat utang demi masa depan ekonomi , semestinya dihindari
“the does and the don’t.” Dan di negeri tercinta ini memang terjadi salah arah eksploitasi utang
antara penghamburan dan tepat sasaran, akan mengancam masa depan penghasilan anak cucu
kita yang masih dalam bentuk harapan , pada hari ini telah digunakan lebih awal sebelum
genarasinya.

Apakah demikian ? mari kita menelusurinya dimanakah letak urgensi boleh utang itu dan
berada dimana utang itu boleh ? Katakanlah Santoso telah ber-utang uang pada
Amir ,pertanyaannya, dimanakah urgensinya utang bagi aspek kehidupan Santoso, jika
Santoso itu boleh utang dan bagaimana utang bagi Santoso itu boleh ?

Kehidupan dalam konsepIslam mengajarkan hidup berdasarkan nafkah atau kemampuan


yang dihasilkan hari ini dan berhemat untuk persediaan hari esok . Berutang atau utang pada
esensinya merupakan tindakan konsumtif yang menggunakan pendapatan dimasa depan yang
masih dalam bentuk harapan.9

Utang adalah suatu tindakan meminjam untuk mendapatkan benda dengan menggunakan
alat tukar yang berupan uang . Benda itu didapatkan sesungguhnya hanya pinjaman, dan
memiliki kegunaan untuk pemenuhan kebutuhan hidup ( Santoso ), yang menjadi bagian
aktifitasnya dari segala aspek kehidupan yang menopang hidupnya, yang harus dikembalikan
lagi dalam bentuknya sesuai apa yang ia pinjam.

Pada aspek ekonomi keluarga Santoso , yang diperlukan sekarang ini salah satunya adalah
membangun infrastruktur yakni sebuah infrasturktur yang berupa pembanguanan sarana dan
prasarana perdagangan , termasuk pembangunan infrastruktur jalan,pelabuhan ,bandara dan
yang berkaitan dengan proyek –proyek tersebut. Saat ini adalah waktu yang sangat penting
/urgen bagi Santoso .Jelas bahwa dibandingkan dengan aspek ekonomi lainnya, pembangunan
infrastruktur merupakan konsep jitu yang dapat menopang bergairahnya kehidupan perekomian
di seluruh pelososk negerinya.

Pendapatan yang dihasilkan hari ini dimana ia sekarang menjabat kepala rumah tangga ,
tidak menunjukan potensi ekonominya mampu menghasilkan ketersedian “ uang “ ( money
follow fungtion ) untuk membangun infrastruktur , apalagi berhemat untuk persediaan hari esok .

Konsep ekonomi tentang ketersedian “uang “ bagi kehidupan rumah tangga Santoso tiada jalan
lain kecuali utang , karena seluruh potensi ekonominya baik itu neraca perdagangan maupun
neraca pembayaran mejangkau nilai minus /defisit . Sementara menurut akal sehatnya
pembangunan infrastruktur adalah salah satu faktor “ kehidupan yang harus terpenuhi “ .

9
Hendy Hrijanto, 2013, Selamatkan Perbankan, Jakarta, Expose.
hal 228.
Pada dasarnya keluarga Santoso percaya bahwa kehidupan yang terpenuhi itu, diperlukan dua
hal ; pertama “kepemilikan dan harta “ , kedua “keahlian “ . Keahlian ini diperlukan dalam
rangka menghasilkan kepemilikan.Tanpa kedua hal itu, rumah tangga tidak dapat hidup atau
hidup dengan baik. Pada kenyataanya dalam hal ini , potensi kehalian ekonomi keluarga
Santoso dalam usahanya mendapatkan kepemilikan, yang ia bisa lakukan hanya dengan
berutang uang .

Uang yang diperoleh Santoso dalam rangka menghasilkan kepemilikan untuk membangun
proyek infrastruknya sebagai sarana untuk mendorong aspek kehidupan ekonomi negeri, tersirat
secara langsung atau tidak yang berintegrasi secara utuh dengan penghasilan yang akan datang
di fungsikan hari ini. Dengan cara menggunakannya hari ini dan selama ia berada dalam
kedudukannya sebagai kepala rumah tangga , adalah menjadi tanggung jawab kepala rumah
tangga.

Dari penglihatan kaca mata kekinian , Santoso sekarang sedang menjalankan usaha
memakmurkan keluarga dan lingkungan nya , melalui sumber daya bisnisnya, ber - penghasilan
dan berhemat untuk masa datang , walaupun demikian tetap saja kalkulasi bisnisnya defisit ,
timbulah antagonisme antara boleh berutang dan berutang juga boleh.

Kemapuan Santoso telah mendapatkan pinjaman uang , maknanya berdekatan dengan


kredit atau pistis , arti yang dikandungnya meliputi kepercayaan dan kelayakan mendapatkan
pinjaman oleh orang yang meminjamkannya, karena ada referensi pada reputasi yang dimiliki
seseorang . merupakan suatu estimasi bahwa orang itu akan dapat mempertahankan karakter dan
reputasinya , sehingga ia dapat dipercaya mengembalikan utang ( Iqbal, Zamir dan Abbas
Mirakhor ,2007 , hal 13 )

Sesungguhnya Santoso belum cukup ber- penghasilan untuk membangun infratsruktur


rumah tangganya . Penghasilan yang akan ia peroleh dimasa datang yang masih dalam bentuk
harapan adalah bagian rencana masa depan dan untuk menopang aspek kehidupan yang akan
datang, adalah berbatas waktu dan merupakan hal yang mungkin . Mungkinkah selama dalam
jangka lima tahun ia bisa mengumpulkan penghasilan rumah tanggannya untuk membangun
infrastruktur.
Tentu bagi Santoso pilihan diatas sangatlah absurd ,meski koleksi kekayaan alam berlimpah
untuk menopang kehidupannya , sumber daya alam mungkin tak terpanggil untuk membangun
masa depannya yang mengutamakan pembangunan infrastruktur , meski ia menyematkan dirinya
sebagai penyandang gelar “ pemimpin yang berhasil “ membangun kehidupan ekonomi
keluarga, dengan meletakan tapak tilas infrastruktur .

Namun langkah yang serba spektakuler ini dengan menciptakan kecepatan waktu berupa
bandara , pelabuhan dan jalan tol disetiap pelosok negeri ini tidak menggunakan pendapatan
yang diperoleh hari ini. Ternyata yang dibangun itu hanya sarana lambang keberhasilan tanpa
ung sendiri, tapi jauh lebih besar dengan apa yang telah dinyatakan berhasil, kecuali utang.

Kesadaran yang dinyatakan telah berhasil membangun infrastuktur , terutama mengenai


hakekat dari faktor-faktor untuk mewujudkan segala aspek kehidupan ekonomi yang serba
diwahanakan, akan tetapi hanyalah tekad dadakan usaha pembangunan rumah tangganya dalam
bidang infrastruktur , seakan tiada jalan lain selain infrastruktur , dan biayanya dengan
menggunakan penghasilan yang akan datang yang masih dalam bentuk harapan . ia anggap
sebagai horizon hari ini, hari dimana ia menjadi kepala rumah tangga. Mengkompensasikan
utang dengan promosi keberhasilan, yang dianggap status martil sama dengan test-tube.

Sebaiknya jangan lagi kita kacaukan hakekat /esensi “ utang “ dengan perhitungan angka-
angka vesibalitas makro ekonomi, menganggap status utang sebagai martil tidak menganggu
aspek lainnya - neraca pembayaran, neraca perdagangan dan lain-lain, sekedar menenangkan dan
bisa ditepis dengan kemapuan atisipatif dan pikiran prespektif oleh pembantunya.

Bermodal pada penyangkalan yang berdebu maka kerusakan lapisan ozon perekonomian
keluarga menguras semuanya guna memenuhi kebutuhan sekarang, dengan menyerahkan begitu
saja kepada generasi mendatang untuk menemukan sendiri solusi masalah yang diakibatkan oleh
utang.

Utang yang secara tata kelola keuangan adalah bagian dari kontur aktiva dan pasiva
perusahaan atau neraca anggran keluarga/perusahaan . Oleh karena itu penggunaan uang dari
utang memerlukan langkah adaptasi . Suatau langkah adaptasi bukan upaya jangka pendek
Adaptasi perubahan anggran neraca keluarga atau perusahaan bersifat jangka panjang , misalnya
dilihat dari situasi masa depan, karena utang esensinya adalah penggunaan penghasilan masa
depan yang bersifat jangka panjang yang digunakan sekarang dalam kurun waktu Karso sebagai
kepala keluarga. Karena itu adaptasi tidak reaktif pada suatu keperluan ekonomi jangka pendek.

Adaptasi perubahan keuangan yang diatasi dengan utang , maka yang dilihat adalah potensi
kejadian dan kemanfaatan untuk masa depan ( timelate ) yang berfluktasi pada posisi nilai
maksimum atau minimum dari jumlah utang yang ada yang akan ditanggung oleh generasi
berikutnya. Misalnya bagaimana mungkin jumlah utang orang tua Karso yang memimpin
perusahaan ditanggung oleh Karso dan kemudian pada saat Karso menggantikanya justru lebih
tinggi jumlahnya, kemungkinan yang demikian membebankan utang pada generasi yang akan
datang melepaskan tanggung jawab pada generasi kini. Siapa yang membolehkan hal ini terjadi,
sehingga menambah beban generasi berikutnya karena boleh utang - utang boleh. Katakan

Karso adalah subjek hukum pribadi , tentu yang menyatakan dan boleh utang-utang boleh
adalah istrinya, namun jika ia dalam kapasitas badan hukum, utang boleh – boleh utang ialah
RUPS . Kemudian sejenak kita menengok pada negara republik Indonesia , Apakah negara
boleh utang – utang boleh ( Lihat Pasal 7 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 Tentang
Surat Utang Negara - Penerbitan surat utang negara harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat ).
Legal inconcerto terdapat penyertaan modal negara pada BUMN , sementara BUMN
adalah persero , jika BUMN menerbitkan Surat Utang ( obligasi ) apakah identik dengan Surat
Utang Negara . Siapa yang menyatakan BUMN boleh utang – utang boleh , apakah juga harus
persetujuan DPR
Legal akses dari dua surat utang - Surat Utang Negara ( SUN ) dan Obligasi Badan Usaha
Milik Negara ( BUMN ) surat utang yang pertama terhubung dengan Undang-Undang no 24
Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara , sedangkan surat utang yang kedua terhubung dngan
Undang-Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Legas akses dari ke dua surat
utang itu , menunjuk arah yang sama yaitu sebuah pengakuan utang dan janji untuk membayar,
yang harus ditanggung generasi berikutnya rakyat Indonesia . Meskipun legal aksesnya berbeda
antara Negara/Pemerintah dengan BUMN , namun pada hakekatnya Surat Utang Negara
( SUN ) dan Obligasi BUMN adalah sma-sama milik negara yang berarti milik rakyat Indonesia
.
Utang akan menemukan solusi hanya terhadap kondisi perekonomian generasi dimana
utang itu timbul , akan tetapi sesuatu kemustahilan bagi generasi berikutnya menikmati utang
itu, ia hanya sebagai penanggung beban masa lalu dan tiada jalan lain yang bisa ditempuh untuk
menerima warisan masa lalu diluar jalan yang sama, tidak ada yang berubah untuk melintasinya
satu-satunya lewat jalur itu juga dengan membuat utang baru , dan seterusnya dan seterus, utang
negara sebagai utang tanpa pemeran, karena generasi berikutnya beralu dengan utang dan selalu
dikatakan beban masa lalu . Utang meninggalkan kisah yang tak sedap atau tengik dari generasi
ke generasi berikutnya.
Beban utang masa lalu dimulai dari era pemerintahan rejim Soeharto saat dimana negara
dunia terbelah menjadi dua anak tangga, antara komunisme dipimpin oleh Uni Soviet dan
kapitalisme dikomandani oleh Amerika Serikat ,seperlima dari semua utang kepada negara
berkembang merupakan pinjaman yang mendukung munculnya para diktator. Mobutu,Marcos,
Soeharto dan para penguasa kejam lainnya merupakan orang-orang yang didukung dengan
pinjaman/utang yang besar.10
Meskipun mereka melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia, melakukan korupsi secara
massive, dan secara terang-terangan mentransfer uangnya ke bank-bank Swiss , tetap saja
menerima pinjaman tersebut, Namun ketika para penguasa tersebut jatuh dan runtuh seperti
pemerintahan Soeharto di Indonesia, generasi berikutnya yang kebetulan kita, sebagai pengganti
pemerintahannya menanggung beban untuk membayar utang-utangnya. Haruskan kita sebagai
anak keturunan para korban penindasan membayar harga bagi penjara dan siksa mereka
( Soeharto –di Indonesia pen ), .Pemberi pinjamanlah ( Amerika dan sekutunya ) dan bukan
generasi berikutnya dari para peminjam ( debitor ) , namun para kreditorlah sebagai pemberi
pinjaman yang harus bertanggung jawab terhadap pinjaman-pinjaman para penguasa tiran dan
kejam itu.
Menurut Joseph ada dua alasan dapat diajukan , kenapa utang-utang tersebut tidak
seharusnya untuk di bayar :
1) Pinjaman itu menimbulkan efek moral hazard, jika para kreditor dengan memaksakan
pengembalian pinjaman , bukankah akibat dari glontoran pinjaman dari para kreditor
memunculkan pemerintahan kejam dan diktator dapat diterima oleh pikiran sehat

10
Joseph Hanlon “We’ve been here before” Jubilee 2000, London 1998. Dipetik dari buku berjudul “Warisan
Hutang Rezim Diktator “penerbit PIRAC bekerja sama dengan INSIST PRESS , penerjemah Zaim Saidi dan Kurniawati
cetakan I , 2000, halm 4.
generasi berikutnya. Pertimbangan kemanusianlah yang seharusnya diutamakan, yaitu
jika ingin meminjamkan dengan integritas, dan pinjaman itu tidak bertujuan untuk
menimbulkan rejim penindas . Namun pada kenyataanya pada era pemerintahan itu
katakanlah rejim Soeharto, melahirkan pemerintahan yang anti demokrasi karena
mendapat pinjaman sebagai imbalan tindakan :
 Pada bulan Agustus 1965 , Presiden Soekarno menyatakan keluar dari Bank
Dunia, dan IMF, menimbulkan anti pati Barat terhadap pemerintahnya.
Beberapa lama kemudian , Soeharto berhasil menjatuhkan pemerintahan
Soekarno dan kemudian terjadi pembunuhan masal terhadap 700 ribu
masyarakat yang dituduh sebagai komunis. Pada tahun 1966 misi IMF tiba di
Jakarta. Kemudian pada bulan Desember pada tahun itu juga negara-negara
kreditur Barat yang tergabung dalam Paris Club bertemu dan menghadiahi
Soeharto dengan menyetujui Moratorium.selama empat tahun untuk semua
pembayaran pokok maupun bunga utang Soekrano. Soeharto lantas
menjalankan semua yang diminta oleh pertemuan itu, termasuk menerima
program penyesuaian dari IMF berupa devaluasi dan kurs bebas. Ia juga
diminta untuk membuka lebar negeranya terhadap investor asing dengan segala
perlindungan yang tidak diperoleh oleh perusahaan domistik.
 Persyaratan-persyatan diatas disetujui oleh pemerintahan Soeharto , dan
Sejarah utang mulai menyosong kehidupan bernegara , dimana utang yang di
berikan oleh para kreditur Barat , terus meningkat dengan cepat dari 200 juta
dolar AS pada tahun 1967 menjadi 600 juta dolar AS pada tahun 1970.
Sembilan tahun kemudian yaitu tahun 1979 Indonesia sudah ber utang 12
milyar dolar AS , berbanding terbalik dengan utang pemerintahan Soekarno
sebanyak 2 milyar dolar AS . dan utang pemerintahan Soeharto terus
bertambah sampai diakhir pemerinthannya meninggalkan total utang sebesar
126 milyar AS11
 Pemberian pinjaman karena imbalan bagi tindakan pemerintah terhadap Timor
Timur . Pada tahun 1975 ketika Soeharto berhasil menduduki Timor-Timur ,
bukannya ia mendapat ganjaran , malah mendapat imbalan lebih dari 100
11
Pada saat pemerintahan Soekarno di jatuhkan oleh Soeharto, Pemerintahan Orde Lama beban utang nya hanya
sebesar 2 milyar dolar AS, Lihat Joseph Hanlon opcit halm 28.
milyar dolar dalam bentuk pinjaman selama dua dekade berikutnya , selain itu
juga pasokan penjualan senjata 12.
2) Pinjaman tersebut tidak bisa menjadi tanggung jawab siapapun yang tidak
menerimanya dan menikmati hasil dari pinjaman tersebut., dan neurut hukum
international pinjaman itu merupakan utang najis ( odious debt )13.
Utang-utang yang di terima oleh para diktator , mengelupas dalam belitan sejarah berbau
tengik ( sour smeel of history ) yang pada akhirnya menjadi warisan utang, yang harus
ditanggung oleh generasi berikutnya, dan generasi berikutnya itu adalah Anda.

B. Sejarah Berbau Tengik.


1. Frasa Sejarah Berbau Tengik

Frasa sejarah berbau tengik ( Sour smell history ) , berasal dari buku yang berjudul
Clash of Fundamentalism yang di karang oleh Tariq Ali 14. Frasa ini mengungkapkan pasca
perang dunia II ( 1939 -1945 ), Amerika Serikat (AS) menjadi penguasa dunia, kebangkitan
Amerika Serikat ditandatai dengan gerak perkembangan ekonomi dunia yang sudah memasuki
periode a way from society ( menjauh dari rakyat ), menuju pada bentuk ekstrimnya yaitu
penguasaan baru sistem kapitalisme berdasarkan industri militer.15

Amerika Serikat merumuskan peran barunya ; menancapkan pengaruhnya dengan


memapankan hegemoni politiknya sendiri dan membangun industri militer yang mendorong
perkembangan ekonomi dunia yang berbasis dari industri militer. Menurut Tariq Ali, industri ini

12
Joseph Hanlon op cit.
13
Patria Adams, Odious Debt,Earthscan ,London ,1991.
14
Frasa sejarah berbau tengik ( Sour smell of history ) , di petik dari artikel Fachri Ali dengan judul KPK dan
Narasi Indonesia Raya yang dimuat di harian kompas berdasar pada referensi buku berjudul Clash of
Fundamentalism yang di karang oleh Tariq Ali (2002 ).
15
Lahirnya ungkapan sejarah berbau tengik ( Sour smell of history ) , pada judul diatas dari buku yang berjudul
Clash of Fundamentalism yang di karang oleh Tariq Ali .yang akhirnya kemudian muncul juga frasa history
without a subject ( sejarah tanpa pelaku ) , frasa yang berasal dari buku David Ashley tahun 1997 ini
menggambarkan absennya kebenaran dan realitas autentik ,dimana dunia sekitar menjadi hanya tiruan dari berlapis-
lapis tiruan . Situasi sebagai simulacra sebuah keadaan dimana realitas baru bisa dikenali setelah dipalsukan. Maka
dasar pijakan realita menjadi nihil karena simulacrum ( kata tunggal dari simulacra ) tak menggambarkan apapun,
kecuali knowingly manufactured and contrieved reality ( realitas yang di rekayasa ). Situasi history without a subject
ini membuat narasi sebuah negara tampil tanpa greget emosi da, diatas itu, tidak memberi pegangan ke masa depan.
Yang tampil adalah pernyatan-pernyataan tautologies ( kumpulan kata-kata tanpa substansi ) tanpa kesadaran
sejarah dan realitas sosiologis.
merangsang tumbuhnya industri berat ( heavy industry ), riset elektronika,pesawat udara, kimia ,
dan ruang angkasa. Proses industrialisasi global yang dapat kita lihat sekarang ini , sebagian
besar lahir dari industri militer.

Hal itulah yang membuat ekonomi domestik Amerika menjadi lebih stabil, tak terlalu
terpengaruh fluktuasi ekonomi, yang menurut Tariq Ali dikatakan “ It helps to cushion the
impact of the recession “ Maka perekonomian Amerika relative kedap dari bencana
menghancurkan, seperti krisis pada tahun 2008 , dan krisis –krisis keuangan lainnya yang telah
dialami dan melanda negara-negara di Eropa, Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Kekuatan industri militer harus di pacu dengan seluruh jaringan ekonominnya yang
dibutuhkan dalam skala industri global, maka untuk menjaga rantai ekonomi yang berbasis
militer ini , Amerika harus tetap menjaga keunggulan tegak di atas struktur modal ( uang )
global yang di rakit dengan memperluas pasar global di negara-negara Timur Tengah , Afrika,
Eropa, Amerika Latin, dan Asia Tenggara ( Indonesia tidak terkecuali ).

Keunggulan industri militer bukan semata-mata hanya perkara teknik yang dididistribusikan
ke pasar global, namun juga harus dengan konsep merubah alam pikir dan budaya negara dimana
industri itu akan dipaksakan berikut rantai ekonominya. Keunggulan itu dipertahankan secara
fisikal harus dengan menempatkan militernya agar dapat memperluas kontrol atas wilayah-
wilayah negara yang memiliki kekayaan alam yang kaya bahan mentah, dari jumlah 187 negara
anggota PBB, Amerika Serikat telah menempatkan kekuatan militernya di 100 negara anggota
itu. Untuk memperkuat kontrolnya terhadap negara-negara tersebut.

Amerika membangun ekonomi negara-negara asuhanya melalui kosep culture consensus


( persetujuan budaya ) . menjadi kekuatan besar , untuk mempertahankan rezim kekuasaanya
dengan pasokan utang . Pasokan utang ini dapat menggerakan perdagangan senjata dalam siklus
The US industial military – origin economy, dibawah perlindunga The Arm Export Control Act
( Undang-Undag Export Persenjataan ) . Apa yang dikatakan oleh Paul Commack dalam
bukunya yang berjudul Capitalism and Democracy , , Amerika melalui penyebaran modal dan
keunggulan gagasan-gagasan Barat terutama Amerika Serikat , ingin menanamkan way of life
terhadap negara-negara yang dibawah kontrolnya karena beban utang, yang terus dikucurkan.
membangun modernisasi dalam gurita utang.
Melalui konsep penyebaran modal ( uang ), berbasis utang , muncul gelombang baru
globalisasi ekonomi, terus menerobos gaya hidup penguasa-penguasa otoriter. Utang diperbesar
berkaitan kepentingan politiknya untuk mempertahankan kekuasaanya. Pada masa perang dingin
model demokrasi pemerintahan yang didukung oleh AS akan bertahan cukup lama ( misalnya
Rezim Soeharto, merupakan rejim terlama di dunia ) . Pasokan uang pinjamana yang
digelontorkan oleh pemerintahan Barat , sebut saja IGGI pada era Pemerintahan Soeharto ,
justru di kemudian hari melahirkan pemerintahan Soeharto menjadi diktator terlama di dunia .
Beban pemerintahan ini adalah sejarah yang membawa beban masa lalu bagi generasi berikutnya
yang menanggung utang rezim diktator .

Utang rezim diktator ini oleh Joseph Hanlon disebut Utang Najis.( Odius Debt )16, dan jika
utang najis dipaksakan untuk dikembalikan oleh generasi berikutnya dimana orang tuanya telah
menjadi korban rezim diktator , hal itu akan menjadi “imbalan” bagi siapapun yang mengambil
utang-utang berikutnya untuk pelunasan utang najis, maka akan mendorong mereka untuk
melakukannya lagi dimasa yang akan datang, oleh generasi berikutnya.

2. Utang Najis

Pada Era Perang Dingin, yaitu pasca perang dunia ke dua, munculnya dua pengaruh besar
antara komunis dan kapitalis. Amerika membangun kapitalisme yang otonom , ia tampil sebagai
polisi dunia ( global gerdaane ). Untuk mewujudkan itu maka ia membangun industi militer
yang lebih unggul , dibanding pesaingnya yaitu Uni Soviet. Selanjunya guna memasok
kebutuhan industri militernya Amerikan harus bisa memperluas pengaruhnya dinegara-negara
yang menyediakan sumber kekayaan alamnya yang berlimpah memiliki kandungan bahan baku ;
minyak bumi , biji besi, batu bara, bauksit, tembaga, emas, perak, aluminium, nikel dan bahan-
bahan kimia ( manganese ).

Perang dingin dilakukan bukan seperti perang dunia ke dua, dengan perang terbuka adu
senjata ,saling membunuh , akan tetapi dengan cara ; aliansi ekonomi –politik dengan penguasa
wilayah-wilayah itu ( Kepala Negara/Pemerintah ) menggunakan pola Intervensi politik dengan
menggalang serangkaian kudeta , atau hadir langsung secara militer di wilayah-wiayah yang
strategis, seperti di Amerika Latin, Afrika , Timur Tengah dan Asia Tenggara ( Indonesia )

16
Joseph Hanlon op.cit , hal xiii.
Pengaruh ciptaan AS ini secara konseptual , harus di jaga dengan menciptakan demokrasi
kediktatoran ( rekayasa demokrasi ) melalui kompensasi pemberian bantuan modal dengan
skema utang .

Seperlima dari semua utang yang diberikan kepada negara-negara berkembang merupakan
pinjaman yang mendukung munculnya para diktator, Mobutu,Marcos, Soeharto. Orang-orang
ini dan para penguasa lainnya yang berhasil meraih dan mempertahankan kekuasaanya di
negaranya di topang oleh rekayasa politik / intervensi politik dengan kucuran utang . dimana
utang itu di pakai oleh rezim yang berkuasa ,sebagai imbalan karena berhasil menjatuhkan
kekuasaan dan pembunuhan masal, darah dan rekayasa demokrasi politik. Sebagain besar
pemberian pinjaman dalam bentuk kredit ekspor, sehingga mereka dapat membeli barang-barang
dari Amerika Serikat untuk keperluan militer, kebutuhan ekonomi dan komiditi lainya yang
berkaitan dengan kepentingan rezim yang berkuasa .

Bagaiman mekanisme utang untuk kepentingan rejim berkuasa itu terjadi. Pada era perang
dingin kedua paham ( Paham Kapitalis dan Komunis ) saling mengucuri utang bagi para
pendukungnya. Pendukung negara-negara kapitalis ( Amerika Serikat dan Sekutunya ) , adalah
negara yang berperan aktif menggelontorkan pinjaman dibandingkan dengan pesaingnya Uni
Soviet. Kucuran dana pinjaman ini salah satunya sebagai contoh adalah untuk penguasa Zaire ,
Mobutu Sese Seko, adalah salah satu pemimpin yang terkenal korup di dunia dan pada saat itu
muncul kata “ kleptokrasi “. Mobutu menjadi salah satu orang terkaya di dunia , dengan
kekayaan pribadinya diperkirakan lebih dari 10 milyar dolar. Ia memiliki istana –istana di Eropa
dan Zaire. Meskipun pemerintahannya demikian diktatornya tetapi Barat ( Amerika Serikat dan
Sekutunya ) memandang Mobutu sekutu yang setia ,karena ia mendukung Amerika Serikat dan
juga mendukung Unita di Angola .

Pada tahun 1978 IMF menunjuk orangnya sendiri, Edwin Blumenthal, untuk suatu jabatan
penting di Bank Sentral Zaire. Tapi ia tidak begitu merasa senang, dua tahun kemudian ia
berhenti dari jabatan yang diberikannya itu, dengan alasan yang dikeluhkannya pada IMF,
adanya korupsi yang kotor dan jahat yang sangat serius , sehingan ia berkali-kali mengatakan
bahwa Zaire tidak mungkin, dan kemudian mengatakannya lagi dengan nada tinggi “tidak
mungkin “ dapat membayar utangnya. Namun ironis setelah fakta itu diungkapkan ternyata
justru IMF membuat Zaire sebagai negara penerima pinjaman terbesar yaitu sebesar 5 milyar
dolar. Dan pada tahun 1998 , saat Mobutu jatuh dan meninggal dunia, utang negra Zaire
menyentuh angka 13 milyar dolar lebih.17

Seperti halnya kisah pinjaman pada Zaire , utang yang sama adalah utang pemerintahan
rejim Marcos di Pilipina , menurut Patricia Adam dalam bukunya Odius Debt18 , memperkirakan
kekayaan presiden ini dengan istrinya Imelda Marcos mencapai $ 10 milyar , yang di keruknya
sepertiga dari seluruh pinjaman Pilipina , dan sebagian besar pinjaman itu dalam bentuk
pembayaran dan pencarian bantuan dan dana proyek-proyek untuk negaranya. Pada tahun 1993
AS memberikan pinjaman kepada Pilipina $ 29 juta , 10 % nya dipergunakan untuk satu proyek
yakni reator nuklir yang didirikan bersama dengan perusahaan Westinghaous dari Amerika
Serikat.

Utang negara Negeria ,disuplai dari Kerajaan Inggris , salah satu negara yang berperan aktif
memberikan pinjaman kepada para diktator, dan semua utang yang diberikan pada negara-negara
di dunia , sepertiganya atau sebesar tiga milyar poundsterling di salurkan pada negara Negeria,
dan semuanya dilakukan selama masa kekuasaan militer. Selain Negeria adalah Sudan . Negara
Sudan adalah negara pengutang terbesar keempat kepada pemerintah Inggris, beban utangnya
mencapai 32 juta pounsterling. Di belahan Afrika lainnya yaitu negara Algerria, Negara Inggris
baru memberi pinjaman kepada negara ini setelah pemerintahan yang ada membatalkan
pemilihan umum yang demokratis, dan saat ini utang Algeria mencapai 166 juta poundsterling.
Republk demokratik Kongo yang baru , dari revolusi mendapat pinjaman dari negara Inggris
sebesar 134 juta poundsterling. Dan pada tahun 1985 Mobutu dari Zaire mendapat tambahan
pinjaman dari negara Inggris ,anehnya pinjaman ini diberikan setelah ia mengalihkan kekayaan
milik negara kepada rekening pribadinya.

Pada tahun 1976, hanya beberapa bulan setelah Soeweto menjelaskan sistem Apartheid
melalui pidato politik yang disiarkan melalui jaringan Televisi di seluruh dunia .IMF dengan
dukungan Amerika dan Inggris –memberikan pinjaman yang sangat besar. Muatan kepentingan
politik adalah faktor utama pemberian pinjaman yang disalurkan oleh negara-negara kreditor
pada negara ini. yaitu dukungan politik untuk sistem Apartheid dari pada dukungan ekonomi,
17
Enam tahun setelah laporan Blumenthal ,IMF memberi pinjman pada Zaire sebesar $ 600 juta, dan World Bank $
650 juta. Total pinjman negara Barat dalam enam tahun itu memberi pinjaman pada Mobutu hampir $ 3 triliun
berbeda dengan selama periode tersebut bank-bank komersial menolak memberikan pinjaman lagi pada Mobutu
( dipetik dari Joseph Hanlon op cit halm 6 ).
18
Patricia Adams ,Odius Debt, Earthscan , London 1991. ( Joseph Hanlon op cit )
dan rejim kulit putih ini melegalkan pemerintahannya dalam naungan politik Barat berjalan
selama 15 tahun. Mereka memberi pinjaman terbesar kepada rezim Apartheid Afrika Selatan
dalam tahun 1970 sampai tahun 1980 . Di tahun 1990 , pemerintahan rezim kulit putih ini
memiliki antara lain :

- utang 14 milyar dolar,kepadabank-bank intenational,


- 3,8 milyar dolar utang kepada bank inggris,
- Utang 2,6 milyar dolar kepada bank-bank Jerman
- 2,3 milyar dolar utang kepada bank Prancis.

Sebagai bagian dari perang dingin , banyak utang yang diberikan kepada diktator oleh negar-
negara Barat dan oleh lembaga-lembaga keuangan yang mereka kendalikan. Uni Soviet juga
memberikan pinjaman terbesar kepada diktator Afganistan, Ethipia dan Somalia. Penerima
pinjaman diharuskan membeli barang ekspor dari pemberi pinjaman yaitu ekspor untuk
mendukung penjualan senjata19 . Kondisi utang yang di banjirkan oleh negara-negara
berpengaruh ini yang disalurkan melalui pemimpin-pemimpin negara berkembang yang di
kondsisikan untuk memerintah secara otoriter ini, sesungguhnya pinjaman itu dipaksakan
padahal bagi mereka itu bagian yang membingungkan dan tidak dibutuhkan oleh negaranya. Dan
para peminjam ( pemimpin negara otoriter ) ini kemudian mencari cara lain ketika uang terbuang
percuma. Bagaimana utang itu terbuang percuma,kasus Afesel jelas berkaitan dengan kebijakan
apartheid , Rwanda karena utangnya dipakai oleh rezim berkuasa yang terlibat dalam
pembantaian rakyatnya sendiri.

Menelusuri perbincangan dalam kasanah uang terbuang percuma, coba kita kembali
menengok pemerintahan Orde Baru, menurut Joseph Hanlon20 kuatnya kemungkinan Orde Baru
masuk dalam katagori pengguna utang najis. Kasanah uang berbasis utang najis adalah uang
hasil utang yang dipakai untuk kegiatan yang bertentangan kehendak rakyat . Banyak fakta telah
dikemukakan tentang banyak nya “pengungsi pembangunan “ dimasa lalu yang diketahui dunia
internasional misalnya kasus Kedung Omboatau Nipah. Demikian korban-korban lain ,meski tak
langsung berkaitan dengan proses pembangunan,seperti kasus Tanjung Priok,kasus Lampungdan
sejenisnya. Bisa di tambahkan dalam dimensi lainnya ,kerusakan lingkunganatau penggerusan

19
Selama tahun 1994 ekspor negara-negara pemberi pinjaman adalah untuk penjualan senjata .
20
Op cit halm xii
hutan dan sumber daya alam lain – yang akhirnya juga merugikan rakyatdimasa lalu, sekarang
maupun yang akan datang – yang terjadi karena kesalahan-kesalahan kebijakan ( ill policies ) ,
dan bukan karena sebab yang bisa di cegah , semisal bencana alam.

Selanjutnya kebijakan yang mega korupsi dan kolusi,kebocoran dana pembangunan


mendekati angka 30 %.., Dan dalam artikelnya Hanlon mengatakan bahwa Soeharto adalah
diktator penerima utang terbesar dari lembaga dana internasional. Bila kewajiban-kewajiban
pembayaran kembali utang-utang najis tetap dipaksakan kepada generasi berikutnya yang justru
yang menjadi korban dari rezim berutang , maka praktek ini akan terus menerus berlangsung.
Dari utang ke utang , karena meski gagal bayar akan ada yang menanggung , dan biarpun
pemerintah bertindak sewenang-sewenang melaksankan demokrasi yang curang pun toh tetap
didukung oleh kreditor ( negara –negara investor ) dan SUN tetap laku.

Utang berkelanjutan ( Utang dibayar dengan utang ) adalah bersumber dari inisiatif HIPC (
Highly Indebted Poor Countries ) IMF .Konsep ini lahir pada tahun 1996 dirundingkan case –by
case harus dengan para meter yang terukur. Substansi HIPC memberikan para kreditur peluang
masksimum menerapkan persyaratan tambahan untuk menjamin setidaaknya sebagian utang itu
tetap dilunasi dengan instrument utang baru .

Insiatif HIPC menyerukan pengurangan utang sampai pada tingkat yang oleh IMF di sebut
sebagai utang “ berkelanjutan “ ( sustainabl debt ) yaitu tingkat agar suatu negara dapat
memenuhi kewajiban pencicilan utang masa kini dan masa depan sepenuhnya tanpa memerlukan
pengampunan utang lanjutan, meskipun dengan meng-asumsikan aliran bantuan utang
berkelanjutan dengan pinjaman lunak . Dan pinjaman berkelanjutan ini biarkan bersinergi
dengan kepentingan pemerintah penerima pinjaman , tidak perlu dikaitkan dengan menggangu
adanya “pertumbuhan “ ekonomi atau tidak.

Insistif HIPC menggunakan tolok ukur hanya dengan dua parameter antara lain :
1) Nilai Net Present Value ( NPV )21 dari utang terebut harus berada antara 200% dan 250
% dari ekspor tahunan. Itu berarti nilai utangnya setara dengan total ekspor selama dua
sampai dua setengah tahun.
2) Cicilan utang tahunan ( bunga plus pokok ) sebesar antara 20% dan 25 % dari ekspor
tahunan . Bila hal tersebut terpenuhi , maka sampai 80 % dari NPV utang dapat
diputihkan.

Bilamana sebuah perbandingan bisa dibuat , kriteria HIPC dalam prakteknya hanya
menimbun utang atau lebih tepatnya tidak akan bisa dibayar atau menumpuk utang , kita dapat
menemukan kasusnya adalah di negara Indonesia , penumpukan utang itu terus berjalan dari
pemerintahan ke pemerintahan berikutnya, dan pada titik nadir ini jumlah utang negara Indonesia
sudah menyentuh angka Rp 7000 triliun22.

Dengan demikian Model HIPC ini menuju pada sebuah kehidupan dalam siklus
pemerintahan membangun negaranya dengan semboyan tiada hari tanpa utang . Ketika para
kreditor secara serius menempatkan utang berkelanjutan ( sustainebl debt ) pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia , sudah barang tentu “ tidak ada makan pagi yang gratis “ . Mereka
menambahkan sejumlah piranti23 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan dengan
21
Nilai Net Present Value ( NPV ) adalah jumlah uang yang diperlukan pengutang dalam rekening bank dengan
perolehan bunga pada tingkat suku bunga pasar agar dapt mencicil bunga dan utang pokok yang jatuh tempo.
Kalau tingkat suku bunga utangnya lebih tinggi dari suku bunga pasar, sebagaimana terjadi pada mortgage rumah
di Inggris,maka NPV –nya lebih tinggi dari nilai buku utang . Kalau suku bunga di subsidi , seperti pada utang-utang
Bank Dunia , dan pembayarannya disebar dalam jangka panjang , maka NPV –nya akan lebih kecil dari nilai buku.
NPV utang Malawi kurang dari setengah nilai buku utangnya.
22
Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah mencapai Rp 4.778 triliun hingga akhir 2019. Jika
dibandingkan dengan posisi utang di periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 4.418,3 triliun, maka sepanjang
tahun 2019 utang pemerintah bertambah sebesar Rp359,7 triliun. Namun demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengatakan, rasio utang yang sebesar 29,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut masih
terjaga aman. Pasalnya dalam UU No 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara dijelaskan, rasio utang pemerintah
diperbolehkan hingga menyentuh 60 persen dari PDB. Dia pun mengatakan, jika dibandingkan dengan negara
tetangga, rasio utang Indonesia juga relatif masih aman. "Rasio utang Indonesia terjaga di 30 persen. Kalau
dibandingkan dengan negara lain kita masih cukup hati-hati," kata Sri Mulyani ketika memberi keterangan kepada
awak media di Jakarta, Selasa (7/1/2020 kompas .com dengan judul “ Tembus Rp 4.778 . triliun ) . Utang Orde
Baru ketika runtuh mencapai Rp 126 Triliun. Dua puluh tahun berikutnya sudah menyentuh angka mendekati Rp 5
000 triliun. Kalau dibagi rata –rata tiap tahunnya adalah sebesar Rp 250. Triliun Setiap tahun pertambah utang
pemerintah dibandingkan Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun , maka utang pemerintah reformasi di setiap
tahunnya lebih besar ( naik 200% ) dari total utang Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.  

Pirantinya yaitu penyesuaian lewat kontraksi : negara itu diharuskan membayar utang dengan cara
23

mengendalikan harga energi , suku cadang , dan kebutuhan rumah tangga , menaikan harga gas, minyak , listrik ,
menggunakan teori pertumbuhan ekonomi, yang sesungguhnya bisa saja menggunakan teori
konspirasi merekayasa pertumbuhan , mereka menjamin dengan mempublikasikannya melalui
media bahwa negara itu ( termasuk Indonesia ) mampu membayar utang-utang nya dengan
alasan logisnya “ pertumbuhan ekonomi “ negara itu bagus. Perlakuan manis para kreditor
terhadap negara –negara yang ber- utang ( debitor ) , dengan keseluruhan pendekatan
merupakan kebalikan dari perlakuan yang mereka harapkan dapat mensejahterakan rakyatnya .

Utang-utang yang terus berlanjut ( sustainable ) ini mengikuti suatu siklus bisnis , dan terus
mengalir mengikuti arus ini , Dan kebiasaan buruk ini , bersal dari dorongan utang , karena utang
diterbitkan tanpa jaminan emas , hanya dengan lembaran kertas SUN yang dicetak berbasis
Undang-Undang , dan Uang yang diterbitkan juga hanya lembaran kertas tanpa Jaminan emas, di
legalkan karena Undang-undang , Dibawah perlindungan legalitas Undang-Undang itulah secarik
kertas dengan angka-angka itu , dapat di gunakan sebagai alat tukar, kemudian oleh sistem
perbankan, obligasi ( SUN ) yang masuk melalui sistem itu di ubah menjadi kredit line. Jalur
utang ini, mengubah kehidupan serba utang. Hidup bertahta utang , menjelma menjadi kecerian
serba gampang.

Kecerian mendapatkan utang gampang ini, digunakan untuk tujuan pertumbuhan ekonomi
yang terus ber kelanjutan , sedangkan tujuan mensejahterakan rakyat adalah gagasan konstitusi ,
dengan berbekal istrumen Surat Utang Negara (SUN ) , pemerintah ingin mendapatkan uang
mudah . Kalau begitu , kita tidak perlu heran - bilamana kita tiba-tiba membaca berita
kompas.com yang memuat beritanya seperti ini - Pemerintah langsung tancap gas menarik
utang pada awal 2020. Tak tangung-tanggung, jumlahnya mencapai Rp 63,3 triliun24. Penarikan
utang tersebut terdiri dari 2 kali lelang Surat Utang Negara (SUN). Pertama, lelang SUN rupiah
dilakukan pada 7 Januari 2020 sebesar Rp 20 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dari total
penawaran yang masuk yang mencapai Rp 81,5 triliun.

Pemerintah telah melakukan transaksi penjualan SUN dalam 2 mata uang asing ( dual-
currency ). SUN mata uang asing itu tediri dari 1,2 miliar dollar AS atau Rp 16,8 triliun (kurs Rp
14.000 per dollar AS), 800 juta dollar AS atau Rp 11,2 triliun, 1 miliar euro atau Rp 15,3 triliun

serta suku bunga bank. Dan dampaknya pemerintah mengeluarkan kebijakan mengencangkan ikat pinggang bagi
kehidupan rakyatnya.
24
Dikutip dari siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR ) ( Kompas.com 7
januari 2020 )
(kurs Rp 15.300 per euro). "Transaksi penjualan SUN dual-currency ini dilaksanakan Pemerintah
dengan memanfaatkan kondisi pasar keuangan yang relatif stabil dan sentimen yang kuat dari
investor di awal tahun 25.

Argumen demikian adalah turunan dari sustainable debt , dengan publikasi pemerintah
menargetkan pertumbuhan ekonomi diatas 5 prosen , target pertumbuhan ini lebih bagus dari
tahun lampau. Hal inilah yang menurut pandangan Menteri Keuangan RI yang mantan staf Bank
Dunia berkeyakinan , meskipun total utang negara sudah menembus angka Rp 4.778. ( empat
ribu tujuh ratus tujuh puluh delapan ) triliun , pemerintah menjamin sanggup , dapat membayar
utang-utang nya , berdasar pada asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi membaik.
.  Kemudahan mendapatkan pinjaman itu, merupakan kebijakan yang memberikan peluang-
peluang politik terhadap kekuasaan uang yang nota benenya ada pada para aktor politik.
Memang tidak ada yang salah kebijakan terhadap penerbitan Surat Utang Negara, karena
semuanya berkoridor hukum. Namun untuk membayar utang tidak ada jalan lain kecuali pajak
di naikan , efek selanjutnya mereka penjual SUN , tentu harus mendapatkan rente , dimana ia
harus mendapatkan bunga yang lebih tinggi dari macamnya pajak-pajak apa saja yang ia harus
setorkan pada pemerintah. Penduduk negeri ini secara tidak sadar bahwa sesungguhnya kita
yang hidup dimana SUN dikeluarkan akan membayar bunga dari SUN yang diterbitkan oleh
Pemerintah pada hari ini, sedangkan pelunasannya akan di bebankan oleh generasi berikutnya.

Uang berbasis utang satu-satunya sistem yang hanya meninggalkan beban sejarah bagi
generasi berikutnya, entah itu terjadi pada era perang dingin atau pasca perang dingin adalah
sistem moneter yang tidak didukung oleh niat baik pemerintah, asumsinya hanya mengejar
pertumbuhan dimana proyeksi itu tidak bisa menghapuskan utang masa lalu, namun terus
menerus menjadi tanggungan karena utang seperti alunan lagu naik-naik ke - puncak - gunung.

Meskipun kita berada pada sistem demokrasi , namun tiada yang lebih hebat dari sistem ini,
kecuali kehebatan apa yang telah di cuplik pada uraian terdahulu. Demokrasi tidak memiliki
musuh yang lebih gigih dan berbahaya dari pada kekuasaan uang . Kalimat ini mengisaratkan
pada kita , bahwa kita berada pada suatu sitem moneter , dimana pertumbuhan ekonomi di ukur
25
lelang Surat Utang Negara (SUN) dilakukan untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN
2020. Rencananya, pemerintah akan kembali menarik utang pada 14 Januari 2020 lewat lelang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara dengan target indikatif Rp 7 triliun. Lelang SBSN akan dilaksanakan
dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai Agen Lelang SBSN
dengan seberapa besar kredit tumbuh ( peredaran surat utang ) ,suatu sistem yang memberikan
begitu banyak keleluasaan untuk beberapa orang saja ( Kementrian ) . Sehingga kesalahan yang
dilakukan , menurut Andrew entah dapat dimaafkan atau tidak – dapat memiliki efek yang jauh
lebih buruk adalah bukti bahwa sistem ini tidak bisa mensejahterakan rakyatnya.

Sistem ini memberikan kepercayaan pada orang-orang dalam kebebasan , hanya oleh sebab
demokrasi memberikan pada pemenangnya yang menduduki jabatan sebuah kekuasaan untuk
mencetak Surat Utang Negara, di payungi oleh legalitas tinggi dari lembaga politik ( DPR ),
namun luput , tidak disertai dengan hak pemeriksaan yang efektif , sehingga uang yang berbasis
utang dalam suatu negara adalah masalah yang lebih serius , dari pada konstitusinya sendiri.

Problem mengenai kekuasaan uang ini adalah persediaan uang itu sendiri. Maka benar apa
yang di ucapkan oleh Milton Friedman “saya tahu tidak ada depresi berat, di negara atau di
setiap waktu tanpa di sertai dengan penurunan tajam persediaan uang . Begitu juga , tidak ada
penurunan tajam stok uang yang tidak disertai depresi berat.

Disamping kalimat diatas, di temukan juga ucapan yang sangat mengejutkan dari seorang
Direktur Bank of Enggalnd tahun 1928 -1941 Sir Josiah Stamp “ 26 . Sistem perbankan modern
memproduksi uang dari ketiadaan . Proses ini mungkin bagian yang paling mengejutkan dari

Segala sulap yang pernah di ciptakan. Perbankan di kandung dalam rahim kejahatan dan lahir
dalam dosa “ . Lebih lanjut dia mengatakan dua kalimat di bawah ini.

- “ Bawalah bumi menjauh dari mereka, tetapi ketika meninggalkan mereka dengan
kekuatan untuk menciptakan uang , maka dengan jentikan jari penanya , mereka akan
menciptakan uang untuk membelinya kembali “.
- Ambil kekuatan besar ini dari mereka dan hilangkan semua kekayaan besar seperti
tambang, maka mereka akan menghilang , maka hal ini akan menjadikan dunia yang
lebih baik dan lebih bahagia. Tetapi ,jika Anda ingin terus menjadi budak bank dan
membayar biaya perbudakan Anda sendiri, maka biarkan bankir terus menciptakan uang
dan mengontrol utang.

26
Di cuplik dari Andrew Hitchcock ..opcit hal 144.
Sungguh bagi kita yang membaca buku ini , ornament ucapan praktisi perbankan (bankir )
ini menunjukan betapa buruknya kisah sejarah uang berbasis utang ini , berbau tidak sedap dan
tengik ( sour smell history ).

DAFTAR PUSTAKA

Andre Hitchcock, History of The Money Chengers , Copy Right @ 2006, diterjemahkan kedalam
Bahasa Indonesia penerjemah Stya Perdana , dengan Judul Membongkar Kejahatan Zionis

Menjajah Dunia Melalui Manipulasi Uang, Cetakan ke 1 , Penerbit PT Melivana Media

Indonesia, 2015.

Andrian Sutedi, 2014, Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta, Raih Asa Sukses.

Black Henry Campbel, 1990, Black Law Dictionary, St. Paul Minnesota West Publishing Co

Badrulzaman Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Fuady Munir, 2005, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung, Citra Aditya Bakti

__________, 2006, Hukum Tentang Pembiayaan, Bandung, Citra Aditya Bakti

__________1999, Hukum Perbankan Modern, Bandung, Citra Aditya Bakti

Hasymi Ali, 1991, Dasar-Dasar Operasi Bank, Jakarta, Rineka Cipta.

Hermansyah, 2005,Hukum Perbankan Nasional, Jakarta, Kencana .

Muhamad Jumhana, 1993 , Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung, Citra Adtiya Bhakti.

J. Soedrajat Djiwandono, 1997, Kredit Sindikasi, Jakarta, Media Surya Grafindo.

Joseph Hanlong, 2000, Warisan Hutang Rezim Diktator, PIRAC ,bekerjasama dengan

INSIST,Cetakan Ke 1 .

Marwan Efendi, 2012, Tipologi Kejahatan Perbankan Perspektif Hukum Pidana, Jakarta,

Referensi.

Frasminggi Kamasa, 2012, The Age Of Deception, Jakarta, Gema Insani.

Petrus C.K.L. Bello, 2013, Ideologi Hukum, Bogor, Insan Merdeka.

Dudley G. Luckett, 1994, Uang Dan Perbankan Edisi Ke 2, Jakarta, Erlangga.

Hendy Hrijanto, 2013, Selamatkan Perbankan, Jakarta, Expose.


Ktut Silvanita Mangani, 2002, Bank & Lembaga Keuangan Lain, Jakarta, Erlangga.

Budi Untung, 2011, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta, Andi Offset.

Djoni S Gazali & Rahmadi Usman, 2010, Hukum Perbankan, Jakarta, Sinar Grafika.

Hadikusuma Hilman, 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja dan Skripsi Ilmu Hukum, Bandung,
Mandar Maju.

Harahap Yahya M, 2006, Segi – Segi Hukum Perjanjian, Bandung, Alumni

Harsono Budi, 2004, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan – Peraturan Hukum
Tanah, Jakarta, Djambatan.

Ichsan Achmad, 2006, Hukum Perdata IB, Jakarta, Pemibimbing Masa.

Kusumohamidjojo Budiono, 2001, Panduan Untuk Merancang Kontak, Jakarta Grasindo

Muhammaad Abdulkadir, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti

Peter Heffey, 2002, Principles Of Contract Law, Sidney, Thomson Legal And Regulatory
Limited.

Prodjodikoro Wirjono, 2000, Asas – Asas Hukum Perjanjian, Bandung, Sumur

Salim, H. S. 2005, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Jakarta, Sinar


Grafika.
Simatupang Richard Burton, 2007, Aspek Hukum Dalam Bisnis (Edisi Revisi), Jakarta, Rineka
Cipta.

Rachmadi Bambang, 2007. Membedah Tawaran Franchise Lokal Indonesia, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama.

Rahardjo Satjipto, 2000, Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya.

Ramdan. E. Henry, 2009 Franchise Untuk Orang Awam, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Soekanto, Soejono dan Sri Mamudjo, 1995, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta Raja Grafindo Persada
Sofwan Masjchoen Soedewi Sri, 2008, Hukum Benda, Yogyakarta Leberty,

Subekti R, 2008, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa

Sunggono Bambang, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Rhineka Cipta.

Widjaja Gunawan, 2001, Waralaba, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Veithzal Rifai & Andria Permata Veithzal , 2007, Credit Management Handbook, Jakarta, Raja

Grafindo

PERUNDANG – UNDANGAN

Indonesia, Keputusan Menteri Perindustria dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-
DAG/Per/7/2006 Tentang Ketentuan dan Tata cara Penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Usaha Waralaba.

________, Peraturan Pemerintah RI. No. 42 Tahun 2007 Tentang waralaba.


HASIL PENELITIAN DAN ARTIKEL
Dedi Haryadi , Matinya Kawasan Sekretif - Artikel Kompas
http://www.wikipiediabahasaindonesia.com/waralaba/

http://www.bridgeswaralaba.com/.lannykwandy/15februari2007/

http://www.franinfo.com/waralaba/16-3-2009/.

http://coretansangpemimpi.artikel.kewirausahaancom
http://waralabafranchiseindomaret.org
http://indomaret.co.id

You might also like