You are on page 1of 17
ANALISIS FARMASI BEDAH JURNAL “Analisis Bahan Kimia Obat Sibutramin Hcl Pada Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Kota Manado” Disusun oleh : 1. EVA JOSIKA 052211011 2. SITIFAIQOH 052211014 3. SANCA BERTLY MADA 052211015 4. MUHAMMAD ROIS MAULANA 052211016 PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2022 BABI PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia pada umumnya relatif berminat menggunakan pengobatan alami, dari setiap kalangan muda hingga dewasa cukup mengerti tentang pengobatan alami, seperti halnya Jamu, Masyarakat beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional lebih aman dibandingkan obat sintetis Karena memiliki efek samping yang relatif lebih. kecil (Oktora, 2006). Pengobatan ini terkadang menjadi pilihan awal masyarakat dalam pengobatan penyakit ringan namun terkadang kurangnya pengetahuan tentang ilmu tata cara pengobatan secara tepat. Berdasarkan Permenkes RI No.007 tahun 2012, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia yang berkhasiat obat. Namun pada kenyataanya, di pasaran masih juga beredar jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO). Sejalan dengan perkembangan obat tradisional ini menjadikan persaingan yang semakin ketat dan cenderung membuat industri Jamu menghalalkan segala cara untuk dapat bertahan, serta mencampur jamu dengan bahan bahan kimia berbahaya sering dilakukan untuk menjadikan jamu tersebut berkhasiat secara instan. Hal ini berbahaya bagi tubuh manusia karena selain memiliki efek samping dan kontra indikasi, obat sintetik juga memiliki dosis tertentu yang harus dipatuhi saat terapi agar menimbulkan efek terapi dan tidak terjadi reaksi toksisitas Karena kelebihan dosis pemakaian (Hermanto, 2007) Sibutramin HCI merupakan salah satu obat antiobesitas yang berkhasiat sebagai anoreksansia, Dimana anoreksansia merupakan zat zat berdaya menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada penanganan obesitas. Dalam artikel! “Analisis Bahan Kimia Obat Sibutramin HCI Pada Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Kota Manado” memiliki tujuan untuk melakukan percobaan identifikasi untuk menentukan adanya penambahan bahan kimia obat dalam jamu pelangsing. Sibutramin memiliki gugus kromofor yang berupa benzen Klorida, sehingga dapat dianalisis menggunakan metode spektrofotometri UV-" 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah di dalam Obat jamu pelangsing terdapat kandungan Sibutramin HCI? 2. Bagaimana efek terapi apabila obat jamu pelangsing dikombinasi dengan Sibutramin HCl? 1.3 TUJUAN 1. Mahas wa dan masyarakat mengetahui kadar obat Jamu pelangsing terdapat kandungan Sibutramin HCL 2. Maha fa dan masyarakat mengetahui dampak efek terapi obat jamu pelangsing dikombinasi dengan Sibutramin HCI 1.4 MANFAAT PENELITIAN Sebagai literatur untuk mengerti tentang edukasi kombinasi pengobatan alami yang dikombinasi dengan bahan obat kimia (BKO) dan literatur tentang, pengujian kadar sibutramine dalam jamu obat pelangsing. BABII TINJAUAN PUSTAKA 21 JAMU Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 007 tahun 2012, jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang sebagian besar belum dilakukan standarisasi dan belum pernah ditelit, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan: a. Bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat. b. Narkotika atau psikotropika c. ewan atau tumbuhan yang dilindungi Salah satu jenis jamu adalah jamu pelangsing, jamu pelangsing merupakan jamu yang membantu mengurangi kegemukan, dalam ramuan/komposisinya mengandung simplisia yang berasal dari tumbuhan obat dengan efek farmakologi yaitu penekan nafsu makan, pemacu katabolisme lemak, pelancar buang air besar, penghambat enzim lipase, pengelat (Badan POM RI, 2014). Hal ini tersebut menimbulkan bahaya bagi orang yang ‘mengonsumsi karena selain memiliki efek samping dan kontra indikasi, obat sintetik juga memiliki dosis tertentu yang harus dipatuhi saat terapi agar menimbulkan efek terapi dan tidak terjadi reaksi toksisitas karena kelebihan dosis pemakaian (Hermanto,2007). 2.2 BAHAN KIMIA OBAT Menurut Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dan direktorat jendral Bina Kefarmasin & Alat Kesehatan,tahun 2014 bahwa Bahan Kimia Obat (BKO) adalah senyawa sintes atau bisa juga produk kimiawi yang berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan pada pengobatan modem. Beberapa jenis jamu dinilai berbahaya karna didalamnya terkandung bahan kimia obat, menurut temuan Badan POM RI, 23 salah satu obat tradisional yang sering dicemari BKO adalah obat tradisional yang digunakan untuk antiobesitas atau jamu pelangsing, BKO yang sering ditambahkan adalah sibutramin hidroklorida. SIBUTRAMIN HCL Sibutramin HCI merupakan salah satu obat antiobesitas yang berkhasiat sebagai anoreksansia obat yang hanya dapat diperoleh dan digunakan berdasarkan resep dokter. Organoleptis Sibutramin hidroklorida ialah berwarna putih, dan berbentuk serbuk Kristal, memiliki BM 334,3 g/mol, titik lebur 191,0-192,0° C, larut dalam metanol dan air (2,9 mg/L dalam pH 5,2) (Maluf dkk, 2007). Anoreksansia merupakan zat-zat berdaya menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada penanganan obes . Obesitas didefinisikan sebagai keberadaan lemak tubuh dalam jumlah abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan tinggi badan dan jumLah otot tertentu, Obesitas merupakan pencetus faktor resiko untuk diabetes dan dapat meningkatkan resiko akan timbulnya hemia, varices, dan artrose pada lutut dan kaki (Tjay, 2007). Mekanisme kerja sibutramin HCI adalah menghambat reuptake noradrenalin dan serotonin oleh sel saraf setelah kedua neurotransmitter ini menghantarkan pesan diantara sel saraf yang ada di otak. Penghambatan reuptake ini membuat kedua neurotransmitter bebas menjelajah di otak, saat itulah serotin dan reuptake noradrenalin menghasilkan perasaan penuh (kenyang) pada pasien sehingga mengurangi keinginan untuk makan (Tjay dan Kirana, 2007). Efek samping yang dapat terjadi dari penggunaan obat sibutramin hidroklorida meliputi-peningkatan denyut jantung, palpitasi (jantung berdebar), peningkatan tekanan darah, sakit kepala, kegelisahan, kehilangan nafsu makan, konstipasi, mulut kering, gangguan pada alat in (BPOM R1,2006). Interaksi obat Sibutramin berinteraksi dengan obat-obat pemicu perasa, vasodilatasi pusing, berkeringat dan lain- susunan saraf pusat dan seratogenik, obat yang dapat meningkatkan tekanan darah atau denyut jantung atau yang menghambat metabolisme sitokrom P450. BAB IIT METODE PENELITIAN 1 METODE SAMPLING Metode Sampling yang digunakan adalah metode Sampling Acak Bertingkat (Stratified Sampling) yaitu merupakan proses pengambilan sampel melalui proses pembagian populasi ke dalam strata, memilih sampel acak sederhana dari setiap stratum, dan menggabungkannya ke dalam sebuah sampel untuk digunakan dalam menaksir parameter populasi (Siti dkk., 2018). Dalam jurnal dikatakan bahwa, sampel jamu pelangsing diambil dari daerah kota Manado. Total sampel 10 macam jamu dengan masing-masing merek yang berbeda. Sebingga hal ini dapat dikatakan, populasinya adalah seluruh jamu pelangsing yang ada di kota Manado, Lalu setelah itu di kelompokkan menjadi 10 jenis merk jamu pelangsing, dan kemudian di ambil secara acak dari setiap kesepuluh merk jamu tersebut untuk di jadikan sampel. 3.2. METODE PREPARASI SAMPEL Menggunakan metode pengecilan ukuran partikel. Namun pada jumal tidak menjelaskan menggunakan penggerusan manual atau blender, tetapi hanya dikatakan bahwa sampel yang telah dihaluskan ditimbang, 3.3 UJI ORGANOLEPTIS Pada penelitian ini tidak 3.4 METODE UJI KUALITATIF Jakukan uji organoleptis pada sampel. menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). METODE UJI KLT Menggunakan fase diam silika gel GF254 dengan jarak pengembangan sebesar 8 cm, fase gerak campuran etil asetat : n-Heksan ( Kloroform (7:3), aseton : Kloroform : n-heksan (5:3: METODE UJI KUANTITATIF Analisis kuantitatif menggunakan Spekrofotometri UV-Vis, dengan jenis pelarut aqua bidestilata, dan mencari 2 maksimum pada rentang panjang gelombang 200 — 400 nm. BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis sibutramin HCI pada jamu pelangsing yang beredar di kota Manado dilakukan menggunakan 10 jenis jamu pelangsing. Analisis kualitatif menggunakan metode KLT dengan campuran 3 fase gerak. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan bahan kimia obat sibutramin HCI pada jamu pelangsing. Penampakan noda pada sinar UV 254 nm dan 366 nm disebabkan Karena adanya interaksi antara sinar UV dengan gugus komofor yang terikat oleh auksokrom yang terdapat pada noda tersebut. Gugus kromofor merupakan gugus atom yang dapat menyerap radiasi elektromagnetik (sinar UV) dan mempunyai ikatan rangkap yang tak jenuh (terkonyugasi). Sedangkan gugus terkonyugasi ialah struktur molekul dengan ikatan rangkap tak jenuh lebih dari satu yang berada berselang seling dengan ikatan tunggal. Dari sepuluh sampel tersebut menggunakan tiga fase gerak berbeda hanya 1 produk jamu pelangsing yang memilik Rf sama dengan sibutramin HCl, yaitu sampel D, sehingga dapat dikatakan sampel tersebut positif mengandung sibutramin HCI dan untuk seberapa besar Konsentrasinya akan telihat lebih jelas pada saat dilakukan analisis kuantitatif. Analisis Kuantitatif Dari hasil yang diperoleh panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu 266 nm dengan absorbansi 0,19. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika absorbsi ‘mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap sinar. Penentuan Operating Time ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan yaitu 266 nm dengan konsentrasi yang dipilih yaitu 5 pg/mL dengan rentang waktu 1 — 10 menit Persamaan kurva kalibrasi merupakan sumbu x dan sumbu y dimana sumbu x dinyatakan dengan konsentrasi yang diperoleh sedangkan sumbu y merupakan absorbansi atau serapan yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi yang diperoleh adalah y= 0,0438-0,0532 dengan koefisien korelasir = 0,9935. Harga koefisien korelasi yang mendekati 1 menyatakan hubungan yang linier antara Konsentrasi dengan serapan yang dibasitkan dengan arti peningkatan nilai absorbansi analit berbanding lurus dan signifikan dengan peningkatan konsentrasinya sesuai dengan syarat nilai koefisien korelasi (r) yang baik ialah 20,997 (Shargel, 1985) Batas deteksi yang diperoleh adalah 0,0358 g/mL. artinya pada konsentrasi tersebut masih dapat dilakukan pengukuran sampel yang memberikan hasil ketelitian suatu alat berdasarkan tingkat akurasi individual hasil analisis, sedangkan batas kuantitas yang diperoleh adalah 0,1193 pg/mL. artinya pada konsentrasi tersebut bila dilakukan pengukuran masih dapat _memberikan kecermatan analisis. Batas deteksi merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi (Harmita, 2004). Pengujian ketelitian menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji yang diukur melalui penyebaran hasil dari ratarata secara terulang. Presisi diukur sebagai simpangan baku berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap replikasi sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004)... Hasil absorbansi digunakan untuk menghitung harga absorbansi dan Konsentrasi rata-rata, standar devisiasi (SD), koefisien variasi (KV) serta ketelitian alat. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan nilai_koefisien variasi (KV) adalah 0,2737% sehingga ketelitian alat yang diperoleh yaitu 99,7263%. Menurut Harmita (2004), nilai KV <2 menunjukkan bahwa metode tersebut memberikan presisi yang baik. Pada pengujian ketepatan yang dinyatakan sebagai persen perolehan Kembali (recovery) analit_ yang ditambahkan, Akurasi hasil analisis sangat tergantung kepada sebaran alat sistematik didalam keseluruhan analisis. Hasil uji recovery yaitu 84,798%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki ketepatan yang baik ditunjukkan dengan nilai recovery berada pada kisaran 80 ~ 110% sesuai dengan yang disyaratkan, Nilai recovery menunjukkan kemampuan metode untuk memberikan ketepatan pengukuran terhadap analit berdasarkan angka perolehan kembali. Hasil penetapan kadar sibutramin HCI pada jamu pelangsing dengan nama merk yang berbeda diperoleh. Pada analisis kuantitatif dilakukan pengujian pada 10 sampel walaupun pada analisis kualitatif hanya satu sampel yang positif mengandung sibutramin HCI, hal ini dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa sampel lainnya benar tidak mengandung sibutramin HCl. Hal ini dikarenakan — sensitivitas spektrofotometri Uv-Vis lebih tinggi dibandingkan metode KLT. Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi adalah batas deteksi (LOD). Hasil LOD yang didapatkan adalah 0.0358. Berdasarkan data sampel yang diperoleh kesepuluh sampel tersebut menunjukkan konsentrasi diatas batas deteksi, sehingga dapat dikatakan bahwa kesepuluh sampel tersebut terdeteksi: mengandung sibutramin HCI. Oleh karena itu, sampel sampel yang terdeteksi tersebut tidak memenuhi persyaratan dan berbahaya jika dikonsumsi secara rutin karena sibutramin HCI merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit kardiovaskuler. BABV PENUTUP 5.1 KESIMPULAN 1 Kadar sibutramin pada sampel merk A sampai J ialah 8,124 g/mL, 3,543 pg/mL, 6,732 pg/mL, 12,790 pg/mL, 9,479 pg/mL, 19,52 yg/mL, 10,613 pg/mL, 15,461 g/mL, 18,444 pg/mL, dan 9,265 pg/mL Dalam 10 jamu data sampel diketahui mengandung Sibutramin HCI sampel yang. terdeteksi tersebut tidak memenuhi persyaratan dan berbahaya jika dikonsumsi secara rutin karena sibutramin HC] merupakan obat eras yang salah satunya Kontraindikasi dengan penyakit kardiovaskuler DAFTAR PUSTAKA Adhe W. HLS, Sri S, Widya A.L., 2017. Analisis Bahan Kimia Obat Sibutramin Hel Pada Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Kota Manado. PHARMACON Jurnal Imiah Farmasi. UNSRAT. Badan Pengawan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2006. Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan RL. Badan Pengawan Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Laporan KinerjaBPOM Report To The Nation. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Gultom, Y., 2021. Analisis Bahan Kimia Obat Sibutramin Hel Pada Beberapa Produk Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Kota Medan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV. Thesis. Universitas Sumatera Utara Medan, Harahap, A., 2021. Studi Literatur Bahan Kimia Obat Sibutramin Hidroklorida Pada Jamu Pelangsing Dengan Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis Dan Spektrofotometri Uv-Vis. Thesis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Hermanto dan Subroto, 2007. Pilih Jamu dan Herbal tanpa Efek Samping. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Maluf, D. F., Farago, P. V., Barreira, 8. M., Pedroso, C. F., & Pontarolo, R. 2007. Validation of an Analytical Method, Latin American Journal of Pharmacy. 26(6): 909. Putra,A. M. P., 2016. Analisis kualitatif sibutramin Hel Pada Jamu Pelangsing Yang Beredar Di Wilayah Banjarmasin tengah, Jurnal IImiah Ibnu Sina, 1 (1), 36- 41. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Faigotul Ulya, YL. Sukestiyarno, Putriaji Hendikawati, 2018. Analisis Prediksi Quick Count Dengan Metode Stratified Random Sampling Dan Estimasi Confidence Interval Menggunakan Metode Maksimum Likelihood. UNNES Journal of Mathematics. 7(1): 108-119. Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, Edisi Keenam, 497-499, Elex Media Computindo, Jakarta PHARMACONiurnal Iimiah Farmasi— UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT SIBUTRAMIN HCI PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI KOTA MANADO. Adhe Wisnu HS?, Sri Sudewi”, Widya Astuty Lolo” "Program Studi Farmasi Fakultas MIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Chemical drugs was banned to be added in tradisional medicine dosage. However, in fact there's still circulatate slimming herbal medicine that contain chemical drugs. This research aims to determine the chemical drug of sibutramine hydrochloride and contained rates in herbal slimming, TLC methods used for qualitative analysis and UV-Vis spectrophotometric method for quantitative analysis that had validated before. Validation parameters used are linearity, precision, accuracy, LOD and LOQ. The result of the tle method identified only one sample contained sibutramine hydrochloride. Uv-vis Spectrophotometric method identified 10 samples which contain sibutramine hydrochloride. Uv-Vis spectrophotometric analysis has obtained sibutramin hydrochloride level on sample A, B, C, D, E, F, G, H, Land J sequentially are 8,124 ugimL, 3,543 ug/ml, 6,732 ug/ml, 12,790 ugiml, 9.479 gimL, 19,52 ug/ml, 10,613 ugimL, 15,461 ygimL, 18,444 ug/ml, and 9.265 ugimL. Therefore, it is necessary 10 check and oversight of slimming herbal medicine around Manado, Key words: Sibutramine HCI, Slimming herbs, TLC, Validation, UV-Vis spectrophotometry ABSTRAK Bahan kimia obat dilarang ditambahkan ke dalam sediaan obat tradisional. Namun pada kenyataanya, di pasaran masih juga beredar jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO), Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan kimia obat sibutramin HCI dan kadar yang terkandung dalam jamu pelangsing. Metode KLT digunakan untuk analisis kualitatif dan metode spektrofotometri UV-Vis untuk analisis kuantitatif yang sebelumnya divalidasi terlebih dahulu. Parameter validasi yang dipakai yaitu linearitas, presisi, akurasi, LOD dan LOQ. Hasil metode KLT ‘mengidentifikasi hanya satu sampel saja terkandung sibutramin HCl. Metode spektrofotometri Uv-Vis mengidentifikasi 10 sampel yang teridentifikasi mengandung sibutramin HCI. Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis didapatkan kadar sibutramin HCI pada sampel A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J secara berturutan yaitu sebesar 8,124 ig/ml, 3.543 ugimL, 6.732 jig/ml, 12.790 usimL., 9.479 ng/mL, 19.52 pg/mL, 10,613 ye/mL, 15.461 pg/mL, 18,444 pg/mL, dan 9,265 ugimL. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap produk jamu pelangsing yang beredar di kota Manado, Kata kunci; Sibutramin HCI, Jamu pelangsing, KLT, Validasi, Spektrofotometri UV-Vis 75 PHARMACONiurnal Iimiah Farmasi— UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 PENDAHULUAN Kecenderungan masyarakat saat ini untuk Kembali ke alam (back to nature), berdampak pada semakin meningkatnya penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun untuk tujuan lain. Masyarakat beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional lebih aman dibandingkan obat sintetis karena memiliki efek samping yang relatif lebih kecil (Oktora, 2006). Berdasarkan Permenkes RI No.007 tahun 2012, obat tradisional dilarang ‘menggunakan bahan kimia yang berkhasiat obat, Namun pada kenyataanya, di pasaran masih juga beredar_jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO). Sejalan dengan perkembangan oat tradisional ini menjadikan persaingan yang semakin ketat dan cenderung_membuat industri jamu menghalalkan segala cara untuk dapat bertahan, serta mencampur jamu dengan bahan bahan kimia berbahaya sering dilakukan untuk menjadikan jamu tersebut berkhasiat secara instan. Hal ini berbahaya bagi tubuh manusia Karena selain memiliki efek samping dan kontra indikasi, obat sintetik juga memiliki dosis tertentu yang harus dipatuhi saat terapi agar menimbulkan efek terapi dan tidak terjadi reaksi toksisitas karena kelebihan dosis pemakaian (Hermanto,2007). Sibutramin HCl merupakan salah satu obat antiobesitas yang berkhasiat sebagai anoreksansia. Dimana anoreksansia merupakan zat zat berdaya menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada penanganan obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai keberadaan lemak tubuh dalam jumlah abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan tinggi badan dan jumLah otot tertentu. Obesitas merupakan pencetus faktor resiko untuk diabetes dan dapat_meningkatkan resiko akan timbulnya hernia, varices, dan artrose pada lutut dan kaki (Tjay, 2007). Tdentifikasi dalam pereobaan ini menggunakan metode Kromatograli Lapis Tipis (KLT), hal ini diperlukan untuk menentukan adanya penambahan_ bahan kimia obat dalam jamu__ pelangsing. Sibutramin memiliki gugus kromofor yang berupa benzen klorida, schingga dapat dianalisis _ menggunakan spektrofotometri UV-Vis. metode METODE PENELITIAN Bahan-bahan yang digunakan ialah 10 Jamu pelangsing dengan berbagai_merk berbeda yang dijual di sekitar Kota Manado, sibutramin HCI (pa), metanol (pa), aqua bidestilata (pa), etil asetat (pa), n-heksan (pa), aseton (pa), kloroform (pa). Alatalat yang digunakan ialah mortir, stamfer, peralatan gelas (Pyrex), neraca analitik (KERN ACJ 220 - 4M), chamber, mikropipet (ecopipette), plat silika GF254, spektrofotometer_ UV-Vis (Shimadzu 00787). Pengambilan Sampel Sampel jamu_pelangsing diambil dari daerah kota Manado. Total sampel 10 macam jamu dengan masing-masing merek yang berbeda. Pembuatan Larutan Standar Kualitatit Ditimbang secara akurat 50 mg sibutramin hidroklorida dan dipindahkan ke dalam tabu takar 100 mL, dilarutkan dengan metanol dan diencerkan hingga kandungan —sibutramin _hidroklorida menjadi 500 jig/mL. Diambil 10° mL dipindahkan ke Jabu takar 100 mL dan diencerkan (suthar ef al., 2009) Preparasi Sampel KLT Satu gram sampel yang telah diserbuk halus ditimbang dengan seksama, 76 PHARMACONiurnal Iimiah Farmasi— UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan _ menggunakan metanol sebanyak 5 mL. Dikocok selama 30 menit dan disaring. Filtrat dimasukkan dalam Tabu takar 10 mL dan tambah dengan metanol. Pembuatan Kuantitatif Standar sibutramin HCI ditimbang secara seksama sebanyak 100 mg dan dilarutkan menggunakan aqua bidestillata sampai 100 mL di dalam labu takar. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dipipet 50 wl dan ditambahkan dengan aqua bidestilata sampai 10 mL, kemudian dibaca untuk mencari_ 2. maksimum menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada rentang panjang gelombang 200 - 400 nm. Waktu Optimasi Dari Larutan Standar Sibutramin HCI 100 mg/100 mL dibuat larutan baku dengan cara dipipet_ 50 yl. dan ditambahkan dengan aqua bidestillata sampai 10 mL dikocok hingga homogen dan dimasukkan ke dalam kuvet kemudian dibaca absorbansinya pada _panjang gelombang maksimum sampaidiperoleh absorbansi yang relatif Konstan dengan rentang pembacaan I menit sekali Kurva Baku Dibuat seri konsentrasi 5 g/mL, 75 ug/ml, 10 g/mL, 12,5 yigimL dan 15 ng/mL dari larutan standar 1000 g/mL, kemudian — dibaca—pada_—alat spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum yang didapatkan, Linearitas Dibuat masing masing konsentrasi sibutramin HCl yang mengacu pada pembuatan kurva baku. Masing masing konsentrasi dilakukan pengukuran ulang sebanyak 5 kali dengan lat Larutan Standar spektrofotometri UV Visibel. Dibuat kurva baku dan persamaan garis linear untuk uji kuantitatif dari sampel yang diduga mengandung sibutramin HCL Ketelitian Dari Iarutan Standar Sibutramin HCI 100 mg/100 mL. dipipet 50 tL dan ditambahkan dengan aqua _bidestillata sampai 10 mL kemudian —dibaca absorbansinya pada panjang_gelombang maksimum. Uji Ketelitian ini dilakukan dengan lima kali pengulangan. Ketepatan Ditimbang 100 mg zat aktif Sibutramin HCI secara duplo, masing masing dimasukkan ke dalam labu ukur. Pada salah satu labu ukur ditambahkan 45 mL larutan standar sibutramin HCI. Kedua sampel tersebut — ditambahkan aqua bidestilata hingga volume 50 mL. Dikocok hingga homogen kemudian dari masing masing larutan larutan tersebut diambil 50 hl kemudian diencerkan dengan aqua bidestilata hingga volume tepat 10 mL. talu dibacaabsorbansinya pada _panjang gelombang maksimum dan operating time. Uji ketepatan dilakukan dengan penambahan tarutan standar 100 mg/100 mL dengan 5 kali pengulangan. Preparasi Sampel Spektrofometri Uv- Vis Timbang 200 mg secara seksama sampel yang diperkirakan mengandung sibutramin, kemudian letakkan dalam labu takar 25 mL tambahkan dengan aqua bidestilata. Dipipet 250 yl tambahkan dengan aqua bidestilata sampai 10 mL, kemudian — dibaca -—_- menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Analisis Kualitatit Analisis dilakukan menggunakan metode KLT dengan fase diam silika gel GF254 dengan jarak _ pengembangan sebesar 8 cm, fase gerak campuran etil 7 PHARMACONUurnal ilmiah Farmasi- UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 asetat : n-Heksan (7:3), aseton : kloroform (7:3), aseton : Kloroform theksan (5:3:2). Data KLT diperoleh dengan menghitung RF yang didapat dan dibandingkan antara nilai Rf standar Sibutramin HCI dengan nitai Rf sampel. Analisis Kuantitatif Dari larutan standar diperoleh hasil panjang gelombang maksimal, persamaan kurva baku dan nilai R, persamaan kurva baku digunakan untuk menghitung kadar sibutramin di dalam —sampel. Hasil penotolan pada KLT yang mempunyai Rf sama kemudian dianalisis menggunakan Spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang maksimum dan pada panjang gelombang inilah didapatkan data absorbansi_ yang maksimum. Data absorbansi yang diperoleh kemudian dicari kadamya menggunakan persamaan kurva baku HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kualitatit Analisis sibutramin HCI pada jamu pelangsing yang beredar di kota Manado dilakukan menggunakan 10 jenis jamu pelangsing, Analisis kualitatif menggunakan metode KLT dengan campuran 3. fase gerak. Metode ini bertujuan untuk ~—_mengidentifikasi kandungan bahan kimia obat sibutramin HCI pada jamu pelangsing. Hasil analisis kualitatif yang diperoleh : Gambar 1. Hasil Uji Fase gerak Etil Asetat N-Heksana (7:3) Gambar 2. Hasil Uji Fase gerak Aseton Kloroform (7:3) Gambar 3. Hasil Uji, Fase gerak Aseton : Kloroform : N-Heksana (5:3:2) Tabel 1. Hasil analisis kualitatif adanya sibutramin HCI pada jamu tin he Nanny EOE eA Rs i 0 Han.) "0 Dilihat dari Rf yang didapat menunjukkan tidak terdapat kesamaan pada masing masing gerak dan menghasilkan bercak yang bervariasi. Penampakan noda pada sinar UV 254 nm dan 366 nm disebabkan Karena adanya 78 PHARMACONiurnal Iimiah Farmasi— UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 interaksi antara sinar UV dengan gugus komofor yang terikat oleh auksokrom yang terdapat pada moda tersebut. Gugus kromofor merupakan gugus atom yang dapat menyerap radiasi elektromagnetik (sinar UV) dan mempunyai ikatan rangkap yang tak jenuh (terkonyugasi). Sedangkan gugus terkonyugasi ialah struktur molekul dengan ikatan rangkap tak jenuh lebih dari satu yang berada berselang seling dengan ikatan tunggal. Dari sepuluh sampel _tersebut menggunakan tiga fase gerak berbeda hanya 1 produk jamu pelangsing yang memilik Rf sama dengan sibutramin HCI, yaitu sampel D, sehingga dapat dikatakan sampel tersebut positif - mengandung sibutramin HCI dan untuk seberapa besar Konsentrasinya akan telihat lebih jelas pada saat dilakukan analisis kuantitatif. Analisis Kuantitatif Dari hasil_ yang diperoleh panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu 266 nm dengan absorbansi 0,19. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui_ketika absorbsi_mencapai_maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi_ larutan tethadap sinar. Penentuan Operating Time ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan yaitu 266 nm dengan konsentrasi_ yang dipilih yaitu 5 ug/ml. dengan rentang waktu 1 — 10 menit Persamaan kurva kalibrasi merupakan sumbu x dan sumbu y dimana sumbu x dinyatakan dengan konsentrasi__yang diperoleh sedangkan sumbu y merupakan absorbansi atau serapan yang diperoleh dari hasil pengukuran sehingga persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi_ yang diperoleh adalah = 0,0438 — 0,0532 dengan koefisien korelasi r = 0,9935. Harga koefisien korelasi yang mendekati 1 menyatakan hubungan yang linier antara konsentrasi dengan serapan yang dihasilkan dengan arti peningkatan nilai absorbansi analit berbanding lurus dan signifikan dengan —_peningkatan konsentrasinya sesuai dengan syarat nilai Koefisien korelasi (r) yang baik ialah 20,997 (Shargel, 1985). 07 06 05 04 03 y= 0,0438x -0,0532 R= 0,9871 02 oa ° 105 Konsentrasi Gambar 4. Kurva_hubungan absorbansi Vs Konsentrasi Sibutramin HCI Setelah mendapatkan kurva kalibrasi yang memenuhi persyaratan analisis, selanjutnya menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitas (LOQ). Batas deteksi yang diperoleh adalah 0,0358 higimL. artinya pada konsentrasi tersebut masih dapat dilakukan pengukuran sampel yang memberikan hasil ketelitian suatu alat berdasarkan tingkat akurasi individual hasil analisis, sedangkan batas kuantitas yang diperoleh adalah 0,1193 g/mL. artinya pada konsentrasi_ tersebut bila dilakukan pengukuran masih dapat memberikan kecermatan analisis. Bi deteksi_merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi (Harmita, 2004), Pengujian ketelitian’ menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji yang diukur melalui penyebaran hasil dari rata- rata secara terulang. Presisi diukur sebagai simpangan baku berdasarkan_ penelitian 79 PHARMACONiurnal limiah Farmasi— UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 yang dilakukan tethadap replikasi sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004)... Hasil absorbansi digunakan untuk menghitung harga absorbansi dan konsentrasi rata-rata, standar devisiasi (SD), koefisien. variasi (KY) serta ketelitian alat, Dari hasil yang diperoleh_ menunjukkan nilai_koefisien variasi (KV) adalah 0,2737% sehingga Ketelitian alat yang diperoleh_yaitu 99,7263%. Menurut Harmita (2004), nilai KV < 2% menunjukkan bahwa metode tersebut memberikan presisi yang baik Pada pengujian ketepatan yang dinyatakan sebagai persen _perolehan Kembali (recovery) analit’ yang ditambahkan, Akurasi hasil analisis sangat tergantung kepada sebaran alat sistematik didalam keseluruhan analisis. Hasil uji recovery yaitu 84,798%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki ketepatan yang. baik ditunjukkan dengan nilai recovery berada pada kisaran 80 — 110% sesuai dengan yang disyaratkan. Nilai__ recovery menunjukkan kemampuan metode untuk memberikan —ketepatan —_pengukuran tethadap —analit_berdasarkan —angka perolehian kembali. Hasil penetapan kadar sibutramin HCI pada jamu pelangsing dengan nama merk yang berbeda diperoleh : ‘Tabel 2. Konsentrasi Sibutramin HCI pada sampel Sapa Kemet Kar Karty Kara as) (gn) Sampel 40668 81M 4 jy $28 points 40545 32 Sampe 17% 350 B We 772% yt Lm 0 Samp 355% am c 337% 33668 pink 331% ney ‘Samp 688 179 D 698% 63558 pinks am Os Samp 4m oa E iy 5% ans ams a Same! 915% 1932 K 97634 598 pola 9.168%, ots ‘Samp 52878 mas G 53108 gai. 6 ‘Samp 15461 H 17318 yeh os ‘Sipe I 920m 92319% ‘Sipe 487% J 487% 46398 9251 465% Pada analisis kuantitatif dilakukan pengujian pada 10 sampel walaupun pada analisis kualitatif hanya satu sampel yang positif mengandung sibutramin HCI, hal ini dilakukan bertujuan untuk memastikan bahwa sampel lainnya benar tidak mengandung sibutramin HCl. Hal. ini dikarenakan sensitivitas spektrofotometti Uy-Vis lebih tinggi dibandingkan metode 80 ie Teresi Tents Tents Tents Tents Tents Tents Teresi Teresi Teresi PHARMACONiurnal Iimiah Farmasi— UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493 KLT. Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi adalah batas deteksi (LOD) Hasil LOD yang didapatkan adalah 0,0358. Berdasarkan data sampel yang diperoleh_ kesepuluh sampel _tersebut menunjukkan konsentrasi diatasbatas deteksi, sehingga dapat dikatakan bahwa Kesepuluh sampel tersebut — terdeteksi mengandung sibutramin HCl, Oleh karena itu, sampel sampel yang terdeteksi tersebut tidak — memenuhi —_persyaratan dan berbahaya jika dikonsumsi secara rutin Karena sibutramin HCI merupakan obat keras yang salah satunya kontraindikasi dengan penyakit kardiovaskuler. KESIMPULAN 1, Dari 10 merk jamu pelangsing yang beredar di Kota Manado dinyatakan teridentifikasi_ mengandung sibutramin HCl. . Kadar sibutramin pada sampel merk A sampai J ialah 8,124 pg/mL, 3,543 nigimL, 6,732 g/mL, 12,790 ug/ml, 9,479 ywgimL, 19,52 ug/L, 10,613 nigimL, 15,461 pg/mL, 18,444 ug/mL, dan 9,265 g/mL. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No.007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat — Tradisional. Menteri Kesehatan RI. Jakarta Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah mu Kefarmasian, Vol., 1, nomor 3, 117-132 Hermanto dan subroto, 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping, Penerbit. PT Elex Media Komputindo. Jakarta Kumala Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006 Pemanfaatan bat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya. Majalah mu Kefarmasian, Vol. Il, No.l. Fak. Farmasi Jember. Surabaya. Shargel, L. 1985. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah Fasich, Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Universitas Airlangga. Halaman 16 Suthar, A.P., Dubey, S.A. & Patel S.R., 2009, A Validated Spesific Reverse Phase Liquid Chromatographic Method for The Estimation of Sibutramine Hydrochloride Monohydrate in Bulk Drug and Capsule Dosage Forms, International Journal of Chemtech Research, 1: 793-801 Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja, 2007. Obat-Obat_ Penting, Edisi Keenam, 497-499, Elex Media Computindo. Jakarta. 81

You might also like