You are on page 1of 38
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat Menetapkan KESATU KEDUA NOMOR 1252 TAHUN 2021 TENTANG PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan program kemandirian pesantren secara terarah, sistematis, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan, perlu ditetapkan peta jalan kemandirian pesantren; b. ‘bahwa berdasarkan pertimbangan —_sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Agama tentang Peta Jalan Kemandirian Pesantren; 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 191, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6406); 2. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168); 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1495); 4. Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan Pesantren (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1432); 5. Keputusan Menteri Agama Nomor 749 Tahun 2021 tentang Program Kemandirian Pesantren; MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN MENTERI AGAMA TENTANG PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN. Menetapkan Peta Jalan Kemandirian _Pesantren sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan i Peta Jalan Kemandirian Pesantren sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU menjadi pedoman pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren untuk: menyusun dan memprioritaskan alokasi anggaran; melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, badan usaha, dan masyarakat; dan c. melaksanakan program sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. oF KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Desoxtber 2021 MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, HOLIL, QOUMAS » @ LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1252 TAHUN 2021 TENTANG PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN, BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Secara historis keberadaan Pesantren di Indonesia memiliki kontribusi penting dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam upayanya memenuhi kebutuhan atas pendidikan keagamaan. Jauh hari sebelum sistem pendidikan sekolah formal ada, pendidikan berbasis Pesantren justru hadir lebih awal mengisi kebutuhan_pendidikan, dakwah dan pemberdayaan umat. Realitas ini dapat dilihat dari beberapa hasil studi masyarakat Jawa di zaman pra-kolonial hingga kolonialisme, di mana sejak awal telah memiliki corak khas pendidikan keagamaan yang dimanifestasikan dalam bentuk pondok dan/atauPesantren. Dalam konteks ini hadirnya kelembagaan Pesantren dapat dipahami sebagai gairah perjuangan ulama/Kiai tanah air melawan keterbelakangan pengetahuan dan meningkatkan keimanan umat. Dalam upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia, Pesantren yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dengan kekhasannya telah berkontribusi penting dalam mewujudkan Islam yang rahmatan lil’alamin dengan melahirkan insan beriman yang berkarakter, cinta tanah air dan berkemajuan, serta terbukti memiliki peran nyata baik dalam pergerakan dan perjuangan meraih kemerdekaan dan pembangunan nasional dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pesantren sebagai subkultur, memiliki kekhasan yang telah mengakar serta hidup dan berkembang di tengah masyarakat dalam menjalankan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat. Ketiga fungsi tersebut saling berkelindan dan menjadi basis kehidupan sehari-hari santri di Pesantren. Biasanya para santri hidup dan menghidupi Pesantren secara mandiri dalam kegiatan sehari-hari. Kemandirian ini dilatari oleh adanya basis produksi yang dimiliki Pesantren, seperti perkebunan atau pertanian bahkan peternakan. Kemudian tatakelolanya kerap melibatkan santri-santrinya sebagai media pendidikan, keterampilan dan pemberdayaan. Pada satu sisi aktifitas produktif di Pesantren tersebut dapat menjadi bekal para santri ketika kembali ke-masyarakat. Kemudian pada sisi yang lain juga menopang ekonomi dalam pembiayaan Pesantren dan kemandirian Pesantren itu sendiri Pesantren merupakan lembaga pendidikan berbasis masyarakat yang didirikan oleh perseorangan, yayasan, atau organisasi masyarakat Islam dan/atau masyarakat yang menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt., menyemaikan akhlak mulia, serta memegang teguh ajaran Islam rahmatan lil'alamin yang tercermin dari sikap rendah hati, toleran, keseimbangan, moderat, dan nilai luhur bangsa Indonesia lainnya melalui pendidikan, dakwah Islam, keteladanan, keterampilan dan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam konteks kekinian, kelembagaan Pesantren semakin dituntut untuk tetap hidup di tengah tantangan modernisasi pendidikan. Oleh sebab itu, Pesantren perlu memiliki kemampuan self supporting dan self financing. Untuk mewujudkan dua kemampuan tersebut sudah mulai banyak tumbuh Pesantren yang membawa santri-santrinya terlibat dalam kegiatan produktif yang mendatangkan keuntungan ekonomi. Artinya, sudah banyak Pesantren yang berupaya untuk membangkitkan minat kewirausahaan untuk diarahkan menuju pada kemandirian kelembagaan Pesantren itu sendiri Narasi di atas menemukan momentumnya manakala pemerintah melalui Kementrian Agama Republik Indonesia _menempatkan kemandirian Pesantren sebagai program prioritas pada tahun 2021 Setidaknya terdapat tiga argumentasi penting memandirikan Pesantren. Pertama, Pesantren sudah teruji sebagai pusat pendidikan yang bisa bertahan bertahun-tahun, dan Pesantren juga memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang melimpah yang berpotensi menjadi SDM yang unggul. Kedua, Pesantren dan masyarakat sekitarnya memiliki sumber daya ekonomi yang bila dikelola dengan baik bisa menjadi potensi ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga, Pesantren harus dimandirikan adalah karena lembaga ini juga memiliki jejaring antar Pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Jaringan itu terbentuk baik dari relasi guru-murid (alumni), maupun dari sanad keilmuan. Jejaring ini menjadi foktor potensial bagi pengembangan ekonomi umat. Sinergi ekonomi antar Pesantren bisa menjadi kekuatan yang dapat menopang perekonomian bangsa. Argumentasi penting di atas _berkorespondensi__ dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren. Peraturan tersebut menjadi momen penting bagi upaya memaksimalkan kehadiran negara untuk memberikan rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi kepada Pesantren berdasarkan tradisi dan kekhasannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren juga menjadi landasan untuk menyelesaikan masalah kesenjangan alokasi sumber daya negara yang besar dalam pengembangan Pesantren. Sebagai bagian strategis dari kekayaan tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang perlu dijaga kekhasannya, Pesantren perlu diberi kesempatan untuk berkembang, dan ditingkatkan mutunya oleh semua komponen bangsa, dan sudah menjadi tugas pemerintah untuk memastikannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren memberikan landasan hukum bagi rekognisi terhadap peran Pesantren dalam membentuk, mendirikan, membangun, dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, tradisi, nilai dan norma, varian dan aktivitas, profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, serta proses dan metodologi penjaminan mutu. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren juga menjadi landasan hukum bagi pemerintah untuk memberikan fasilitasi dalam pengembangan Pesantren Salah satu perhatian yang menjadi fokus dalam pengembangan Pesantren adalah mengenai kemandirian Pesantren khususnya di bidang ekonomi. Pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang kuat dan berkelanjutan di pandang akan dapat menjalankan fungsi Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat dengan optimal. Oleh karena itu, sebagai bentuk perwujudan dari komitmen pemerintah khususnya Kementerian Agama, Program Kemandirian Pesantren telah ditetapkan sebagai program prioritas Kementerian Agama melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 749 Tahun 2021 tentang Program Kemandirian Pesantren yang mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan sumber daya Pesantren, serta untuk meningkatkan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat. Sebuah pedoman pelaksanaan menjadi penting agar segala upaya rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi bagi pengembangan Pesantren sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan arah pembangunan nasional. Target dan ukuran dari capaian target harus teridentifikasi dengan tepat. Sebagai amanat dari Keputusan Menteri Agama Nomor 749 Tahun 2021 tentang Program Kemandirian Pesantren, sebuah peta jalan perlu disusun sebagai pedoman dalam pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren, dalam bentuk Peta Jalan Kemandirian Pesantren Maksud dan Tujuan 1. Maksud Peta Jalan Kemandirian Pesantren dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren. 2. Tujuan Peta Jalan Kemandirian Pesantren bertujuan untuk menjamin pelaksanaan Program = KemandirianPesantren dalam mengoptimalkan sumber daya Pesantren dan untuk meningkatkan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat. Asas Asas yang digunakan dalam penyusunan Peta Jalan Kemandirian Pesantren sebagaimana asas umum pemerintahan yang baik yang mencakup asas kepastian hukum, asas kemanfaatan, ‘asas ketidakberpihakan, asas kecermatan, asas tidak menyalahgunakan wewenang, asas keterbukaan, asas kepentingan umum, dan asas pelayanan yang baik. Ruang Lingkup Ruang Lingkup Peta Jalan Kemandirian Pesantren meliputi: 1. model pengembangan kemandirian Pesantren; dan 2. kerangka Peta Jalan Kemandirian Pesantren. BAB II MODEL PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN PESANTREN Dasar Pemikirian Salah satu institusi atau organisasi yang mengakar kuat dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di masyarakat yaitu Pesantren. Dalam konteks masyarakat Indonesia, Pesantren memiliki mekanisme kelangsungan hidup yang khas, dan berbeda dengan keberadaan Pesantren di belahan dunia Islam lainnya. Pesantren di beberapa kawasan negara Timur Tengah seperti, Turkey dan Mesir tidak mampu bertahan di tengah terpaan modernisme pendidikan. Sedangkan Pesantren di Indonesia kebal dan mampu beradaptasi dengan modernisme pendidikan membuatnya tetap bertahan hingga saat ini. Kemudian yang lebih menarik lagi yaitu kemampuan Pesantren untuk bertahan hidup juga karena didukung oleh simbol ke-Islaman dan karakteristiknya yang berkelindan dengan budaya lokal atau indigenous {asli Indonesia) membuat Pesantren tetap memiliki daya pikat dihati masyarakatnya. Pesantren sebagai media pendidikan dengan karakteritik indigenous dikarenakan kelembagaan sejenis sudah hadir pada masa pra-kolonial, tepatnya pada masa kekuasaan Hindu-Buddha, kemudian Islam melanjutkan serta mengembangkannya dengan corak keislamannya. Pada fase selanjutnya, tepatnya pada masa Kolonialisme Belanda kiprah kelembagaan Pesantren semakin berkembang dan meluas menjadi basis pendidikan umat dan basis perjuangan Kiai dan Santri untuk melawan penjajahan. Disinilah kita bisa melihat bagaimana semangat nasionalisme dibangun dan diperjuangkan melalui kelembagaan Pesantren itu sendiri. Narasi historis di atas tentunya dapat menjadi penanda bahwa keberadaan Pesantren ada jauh sebelum kemerdekaan dan mendukung kemerdekaan Indonesia, tumbuh dan besar dari masyarakat untuk masyarakatnya, Realitas tersebut dapat dilihat dari berbagai aktifitas Pesantren di bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta kegiatan-kegiatan lainnya yang bersentuhan langsung dengan Kepentingan masyarakat telah memberi manfaat bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, Kontribusi Pesantren dalam pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat tentunya patut diapresiasi_serta dikembangkan kemandiriannya dan keberadaannya oleh Pemerintah Indonesia. Sebab, karakterisitk pendidikan yang dikembangkan di Pesantren bersesuaian dengan isi yang terkandung dalam Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menjelaskan: pendidikan nasional berfungsi —mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokratis serta bertanggungjawab. Narasi UU tersebut secara tegas dan jelas sudah sudah dimuat dalam dimensi kemandirian yang menjadi basis logika dan praktik pendidikan di Pesantren. Berkaitan dengan kemandirian Pesantren, maka Undang-Undang No 18 tahun 2019 menjadi titik pijak bagi pemerintah untuk berperan memajukan Pesantren, khususnya dalam hal memandirikan Pesantren Sebagaimana penjelasan mengenai jiwa kemandirian Pesantren dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, maksud dari kemandirian bukan hanya kemampuan dalam mengurusi persoalan internal. Lebih daripada itu, kemandirian juga berarti adanya Kesanggupan membentuk kondisi Pesantren sebagai institusi yang independen dan tidak menggantungkan diri pada bantuan dan pamrih kepada pihak lain. Kemandirian berarti Pesantren harus mampu berdiri di atas kekuatannya sendiri, Dalam menyelenggarakan fungsi Pendidikan, Pesantren akan memiliki kemandirian dalam pengelolaan pendidikan berdasarkan kekhasan, tradisi, dan kurikulum pendidikan masing-masing Pesantren untuk membentuk Santri yang unggul dalam mengisi kemerdekaan Indonesia dan mampu menghadapi perkembangan zaman. Pesantren juga akan mandiri dalam menyelenggarakan fungsi dakwah untuk mewujudkan Islam rahmatan lil’alamin. Dalam menyelenggarakan fungsi pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat, Pesantren yang mandiri akan secara optimal dalam melaksanakan aktivitas dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mandiri dan memiliki keterampilan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan. ‘Tidak dapat dipungkiri, faktor ekonomi sangat berperan dalam membentuk kemandirian tersebut. Di masa sebelum kemerdekaan, Pesantren secara mandiri menopang kehidupan ekonomi melalaui berbagai usaha schingga mampu memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat yang pada saat itu sangat terbatas pada golongan tertentu saja. Kegiatan ekonomi yang dilakukan Pesantren kemudian menjadi media dakwah dan juga media pemberdayaan masyarakat yang ada di sekitar Pesantren. Akar historis dari kemampuan dan upaya Pesantren untuk berdikari menjadi landasan yang mendasari Kementerian Agama untuk memperkuat kemandirian Pesantren melalui penguatan di bidang ekonomi schingga terwujud Pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang kuat dan berkelanjutan sehingga dapat menjalankan fungsi Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat dengan optimal, melalui Program Kemandirian Pesantren. Program Kemandirian Pesantren dirancang sebagai suatu program yang dapat diakses secara setara bagi semua Pesantren (inklusif), berbasis kebutuhan Pesantren dengan mempertimbangkan aspek sektor bisnis dan kondisi geografis (fasilitatif), sebagai suatu kolaborasi antar pemangku kepentingan kementerian/lembaga/badan usaha_—_milik__negara/pemerintah daerah /organisasi sosial keagamaan/organisasi kemasyarakatan/lainnya yang terkonsolidasikan (konsolidasi), bersifat terbuka sehingga bisa diakses oleh scmua Pesantren yang membutuhkan (transparan), serta akuntabel sehingga setiap proses dan hasil harus dapat dipertanggungjawabkan, sebagai prinsip kerja dari Program Kemandirian Pesantren. Tahapan dan Pendekatan Upaya membentuk kemandirian Pesantren khususnya di bidang ekonomi menckankan pada upaya aktualisasi potensi yang sudah dimiliki untuk dapat secara mandiri sebagai suatu sistem mampu mengorganisir diri mereka sendiri dengan pendekatan peran yang bukan sebagai objek, tetapi sebagai pelaku atau subyek dalam menentukan tindakan yang sesuai bagi mereka. Upaya tersebut dilakukan dengan merelokasikan aktivitas agar dapat mendatangkan kentungan tidak hanya bagi Pesantren namun juga bagi masyarakat sehingga dapat merevitalisasi masyarakat di lingkungan Pesantren, yang pada akhirnya dapat memperbaiki kualitas kehidupan. Dampak yang diharapkan adalah terciptanya masyarakat yang mandiri, berpikiran jauh kedepan, mampu merencanakan dan melaksanakan perubahan secara sistematis, dan menerima hasil-hasil perubahan yang direncanakan secara rasional. Pesantren diharapkan mampu untuk mengembangkan aset, sumberdaya, dan potensi yang ada berupa: (1) kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sebagai penunjang produktivitas; (2) norma- norma atau nilai informal yang dimiliki bersama diantara anggota suatu kelompok yang saling mempercayai sehingga memungkinkan terjadinya kerja sama di antara mereka; (3) modal fisik atau infrastruktur yang dimiliki; (4) kemampuan dan akses pendanaan atau yang dimiliki; dan (5) sumberdaya alam yang ada di lingkungan. Upaya membangun kemandirian Pesantren terbagi dalam dalam 3 (tiga) tahapan proses, yaitu: (1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi Pesantren dapat berkembang, di mana potensi yang ada tersebut dibangun, didorong, dan dimotivasi serta dibangkitkan kesadaran akan potensi yang mereka miliki; (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh Pesantren, meliputi penyediaan berbagai dukungan dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat Pesantren menjadi makin berdaya; dan (3) melindungi yang lemah, di mana Pesantren yang sudah mandiri dapat melindungi Pesantren lain untuk mengembangkan diri serta mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi. Pendekatan utama dalam upaya pengembangan kemandirian Pesantren adalah bahwa Pesantren tidak dijadikan obyek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Hal tersebut dilakukan dengan menempatkan mereka sebagai pihak utama atau pusat pengembangan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guna menganalisa kondisi dan potensi serta masalah-masalah yang perlu diatasi dengan dengan partisipasi semua pihak. Oleh karenanya pendekatan yang dilakukan meliputi: (1) Pentargetan, yang dilakukan melalui program yang dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhannya, dengan langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh Pesantren yang menjadi sasaran, dengan tujuan supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka, sekaligus meningkatkan keberdayaan Pesantren dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan dirinya; (2) Kelompok, dengan mengumpulkan berbagai Pesantren agar mereka lebih memiliki kekuatan apabila disatukan, di mana secara sendiri-sendiri mungkin akan sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya; (3) Pendampingan, dengan _—melibatkan —pendamping _—_ sebagai pendorong/inisiator menuju kemandirian, fasilitator dan konsultan untuk masalah yang bersifat teknis, pendampingan selama proses, serta untuk membantu mencari solusi terhadap masalah yang yang dihadapi. Pengembangan Rencana dan Target Program Membangun kemandirian Pesantren menjadi langkah strategis untuk memberikan kemampuan kepada Pesantren untuk dapat memberdayakan dirinya sendiri sekaligus masyarakat disekitarnya. Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Pesantren berfungsi sebagai pelaksana program, konsultan, dan sebagai pembantu/pendamping masyarakat dalam _pelaksanaan Program. Aktivitas yang dilakukan oleh Pesantren, baik yang berasal dari inisiatif Pesantren ataupun seperti apa yang dilakukan oleh lembaga Jain diluar Pesantren harus dapat bersinergi dengan program pemerintah schingga dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini berarti, perlu adanya kolaborasi antar pemangku kepentingan kementerian /lembaga/badan usaha milik negara/pemerintah daerah/organisasi sosial keagamaan /organisasi kemasyarakatan /lainnya yang terkonsolidasikan. Aktivitas tersebut harus menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat efek pengganda pada peningkatan pendapatan masyarakat Pesantren dan sekitarnya, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Hal ini juga berlaku untuk Pesantren, dimana masing-masing Pesantren dapat mempunyai keunggulan yang berbeda-beda, tergantung karakteristik wilayahnya. Dalam menyelenggarakan fungsi pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat, Pesantren melaksanakan aktivitas dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mandiri dan memiliki keterampilan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan. Bentuk rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi dalam Program Kemandirian Pesantren mengacu pada layanan bagi penyelenggaraan fungsi pemberdayaan masyarakat Pesantren yang merupakan amanat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, di mana pemerintah memberikan rekognisi terhadap penyclenggaraan aktivitas pemberdayaan masyarakat oleh Pesantren dalam bentuk: (1) pelatihan dan praktik kerja lapangan; (2) penguatan potensi dan kapasitas ekonomi Pesantren dan masyarakat; (3) pendirian koperasi, lembaga keuangan, dan lembaga usaha mikro, kecil, dan menengah; (4) pendampingan dan pemberian bantuan | pemasaran terhadap produk masyarakat; (5) pemberian pinjaman dan bantuan keuangan; (6) pembimbingan manajemen keuangan, optimalisasi, dan kendali mutu; (7) pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan; (8) pemanfaatan dan pengembangan teknologi industri; dan/atau (9) pengembangan program lainnya. Selain itu, Pemerintah juga memberikan afirmasi sebagai wujud dukungan dan _fasilitasi sckurangnya dalam bentuk: (1) bantuan keuangan; (2) bantuan sarana dan prasarana; (3) bantuan teknologi; dan/atau (4) pelatihan keterampilan. Scbagai tahapan awal, diperlukan upaya pemetaan untuk menghasilkan gambaran berupa posisi dan potensi apa yang dimiliki oleh Pesantren berikut kebutuhannya, sehingga upaya yang dilakukan dilakukan benar-benar ditujukan langsung kepada mereka yang - 10 - membutuhkan, serta dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhan. Hasil pemetaan berupa posisi Pesantren menyangkut kondisi yang ada di Pesantren yang kemudian dipilah menjadi 4 (empat) kategori kluster dan juga menentukan bentuk afirmasi dan fasilitasi yang akan diberikan, berdasarkan aset, sumber daya, dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing Pesantren. Pemetaan tersebut juga menggunakan rujukan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah yang dikelompokkan berdasarkan kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Adapun kriteria tersebut meliputi: 1. Kategori I: Pesantren yang belum memiliki unit usaha atau bisnis, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan ditujukan untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi Pesantren untuk berkembang, terkait dengan bagaimana memperkuat asct dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren sehingga mampu berkembang menjadi suatu unit usaha atau bisnis yang juga melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja Pesantren; 2. Kategori Il : Pesantren yang memiliki unit usaha atau bisnis pada skala kecil yaitu memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp1,000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan terkait dengan bagaimana makin memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren untuk dapat mengembangkan skala unit usaha atau bisnis, dan juga mulai melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja Pesantren; 3. Kategori Ill : Pesantren yang memiliki unit usaha atau bisnis pada skala menengah atau besar namun belum berkembang dengan baik yaitu memiliki modal usaha lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan terkait dengan bagaimana makin memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren, serta penyediaan berbagai dukungan dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang schingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat kepada pasar, efisiensi dalam hal biaya, akses kepada barang atau jasa, akses kepada pengembangan usaha dan kesempatan usaha baru, serta kualitas barang dan jasa yang lebih baik; dan 4. Kategori IV : Pesantren yang memiliki unit usaha atau bisnis pada skala besar yaitu memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, yang kemudian dapat memberikan bimbingan kepada Pesantren lain, utamanya yang masih termasuk dalam Kategori I dan Kategori Il untuk mengembangkan usaha atau bisnis di wilayahnya, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan terkait dengan bagaimana makin memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren, serta penyediaan berbagai dukungan dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang termasuk juga penguasaan teknologi tinggi sehingga selain -1- makin memiliki posisi tawar yang lebih kuat kepada pasar, efisiensi dalam hal biaya, akses kepada barang atau jasa, akses kepada pengembangan usaha dan kesempatan usaha baru, serta kualitas barang dan jasa yang lebih baik, sekaligus juga sebagai aset sumber pengetahuan dan pengalaman bagi pengembangan Pesantren yang lain agar lebih berdaya sebagai acuan oleh Pesantren yang ingin mengembangkan usaha atau model sejenis, melalui proses alih pengetahuan dan/atau melalui kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan, memajukan, dan menguatkan. Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh Pesantren yang dalam konteks membangun kemandirian di bidang ekonomi diwujudkan dalam bentuk unit usaha atau bisnis Pesantren, diharapkan mempunyai dampak positif seperti. meningkatkan pendapatan _Pesantren, menciptakan kemandirian ekonomi Pesantren, —_meningkatkan keterampilan santri, meningkatkan jiwa kewirausahaan santri, meningkatkan pendapatan keluarga di lingkungan Pesantren, serta terciptanya jejaring melalui alumni santri dan unsur masyarakat. Semua kegiatan ekonomi tersebut merupakan potensi awal yang dapat dikembangkan sebagai inkubator bisnis bagi santri dan masyarakat sekitar. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Pesantren dengan perluasan akses pendidikan keterampilan untuk ustadz, santri, dan masyarakat, sehingga memiliki daya saing dan produktivitas tinggi, pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Kegiatan fasilitasi tempat praktek keterampilan usaha bagi ustadz, santri, dan masyarakat, menjadi inovasi model penumbuhan wirausaha baru di kalangan ustadz, santri, dan masyarakat tersebut, di mana fungsinya sebagai tempat belajar (teori), praktik, latihan keterampilan usaha bagi para santri dan masyarakat Pesantren lainnya, sebagai kegiatan ekstra- kurikuler di bidang kewirausahaan, Keterampilan usaha yang diberikan merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mendapatkan pekerjaan, yang merupakan keterampilan sebagai bekal kecakapan hidup. Pemberdayaan masyarakat lebih optimal jika terjadi keterkaitan dalam kemitraan usaha di antara yang telah mampu dengan yang masih tertinggal terutama melalui penyediaan modal untuk pengembangan usaha. Upaya ini dapat diperluas dalam berbagai bentuk pola kemitraan langsung terutama antara dunia usaha swasta dan lembaga keuangan atau perbankan dengan usaha ckonomi Pesantren. Pemupukan modal adalah landasan dalam perubahan struktural yang tumbuh dan berkembang, Modal tersebut adalah hibah kepada masyarakat, yang dipinjamkan kepada anggota masyarakat, dengan biaya yang ditentukan masyarakat sendiri dengan cara yang sesuai dengan tradisi dan budaya setempat. Akses ke dalam modal harus diartikan sebagai keterjangkauan, yang memiliki dua sisi, yaitu ada pada saat diperlukan, dan dalam jangkauan kemampuan untuk memanfaatkannya. Dengan demikian, Pesantren bertindak sebagai sebagai unsur masyarakat yang mengelola modal usaha sebagai perluasan akses keuangan, bagi santri dan masyarakat yang membutuhkan dana bagi kegiatan produktif. Pada akhirnya, kemajuan yang dicapai dari proses membangun kemandirian Pesantren perlu dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Selain modal, unsur sumber daya manusia sebagai pelaksana amatlah = 19} = penting. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan perluasan akses pendidikan keterampilan untuk ustadz, santri, dan masyarakat, sehingga ilmu dan pengetahun yang mereka punya menjadikan mereka memiliki daya saing dan produktivitas tinggi, yang sclain berdampak pada peningkatan kesejahteraan, juga dapat berdampak kepada lahirnya inovasi dan teknologi baru yang mendukung usaha agar lebih efektif dan efisien. Untuk itu, perlu adanya standardisasi berdasarkan praktek- praktek baik (best practices) sebagai acuan replikasi oleh Pesantren lain.Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kemudian menguatkan peran Kementerian Agama dalam mewujudkan Kemandirian Pesantren melalui pengelolaan program yang efektif dengan prinsip Good Governance yang ditempuh melalui pengembangan kerangka kerja, penguatan dan penyelarasan regulasi dan anggaran terkait implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, penguatan struktur pelaksana program dan penyediaan anggaran, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program. BAB III KERANGKA PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN Umum Untuk mengawal pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren, diperlukan Peta Jalan Kemandirian Pesantren yang disusun berdasarkan narasi model kemandirian Pesantren yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dasar dari peta jalan meliputi bagaimana visi Kementerian Agama tentang Kemandirian Pesantren dan prinsip kerja dari Program Kemandirian Pesantren. Dasar tersebut kemudian diterjemahkan menjadi Rencana Strategis yang terdiri dari Strategic Goals (Kegiatan Prioritas/KP), Outcome (indikator KP), dan Strategic Initiatives (Proyek Prioritas/ProPN). Sebagai kerangka implementasi, setiap Strategic Initiatives (ProPN) diterjemahkan menjadi berbagai Tactic (Proyek) dan Kegiatan berikut indikator pencapaiannya masing-masing. Terakhir, dalam peta jalan diterjemahkan dalam rencana Implementasi berikut prioritas dan highlight Program Kemandirian Pesantren untuk tahun 2021 - 2024. Dasar 1. Visi Kementerian Agama Tentang Kemandirian Pesantren Visi Kementerian Agama tentang Kemandirian Pesantren “Terwujudnya Pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang kuat dan berkelanjutan sehingga dapat menjalankan fungsi Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat dengan optimal” 2. Prinsip Kerja Prinsip kerja dalam pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren dalam Peta Jalan Kemandirian Pesantren adalah: a. _ inklusivitas, yaitu akses yang setara bagi semua Pesantren; b. fasilitatif, yaitu berbasis kebutuhan Pesantren dengan mempertimbangkan aspek sektor bisnis dan kondisi geografis; sebagai objek, tetapi sebagai pelaku atau subyek dalam menentukan tindakan yang sesuai bagi mereka. Upaya tersebut dilakukan dengan merelokasikan aktivitas agar dapat mendatangkan kentungan tidak hanya bagi Pesantren namun juga bagi masyarakat sehingga dapat merevitalisasi masyarakat di lingkungan Pesantren, yang pada akhirnya dapat memperbaiki kualitas kehidupan. Dampak yang diharapkan adalah terciptanya masyarakat yang mandiri, berpikiran jauh kedepan, mampu merencanakan dan melaksanakan perubahan secara sistematis, dan menerima hasil-hasil perubahan yang direncanakan secara rasional. Pesantren diharapkan mampu untuk mengembangkan aset, sumberdaya, dan potensi yang ada berupa: (1) kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sebagai penunjang produktivitas; (2) norma- norma atau nilai informal yang dimiliki bersama diantara anggota suatu kelompok yang saling mempercayai sehingga memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka; (3) modal fisik atau infrastruktur yang dimiliki; (4) kemampuan dan akses pendanaan atau yang dimiliki; dan (5) sumberdaya alam yang ada di lingkungan. Upaya membangun kemandirian Pesantren terbagi dalam dalam 3 (tiga) tahapan proses, yaitu: (1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi Pesantren dapat berkembang, di mana potensi yang ada tersebut dibangun, didorong, dan dimotivasi serta dibangkitkan kesadaran akan potensi yang mereka miliki; (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh Pesantren, meliputi penyediaan berbagai dukungan’ dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang yang akan membuat Pesantren menjadi makin berdaya; dan (3) melindungi yang lemah, di mana Pesantren yang sudah mandiri dapat melindungi Pesantren lain untuk mengembangkan diri serta mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang dan eksploitasi. Pendekatan utama dalam upaya pengembangan kemandirian Pesantren adalah bahwa Pesantren tidak dijadikan obyek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subyck dari upaya pembangunannya sendiri. Hal tersebut dilakukan dengan menempatkan mereka sebagai pihak utama atau pusat pengembangan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guna menganalisa kondisi dan potensi serta masalah-masalah yang perlu diatasi dengan dengan partisipasi semua pihak. Oleh karenanya pendekatan yang dilakukan meliputi: (1) Pentargetan, yang dilakukan melalui program yang dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhannya, dengan langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh Pesantren yang menjadi sasaran, dengan tujuan supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka, sekaligus meningkatkan keberdayaan Pesantren dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan dirinya; (2) Kelompok, dengan mengumpulkan berbagai Pesantren agar mereka lebih memiliki kekuatan apabila disatukan, di mana secara sendiri-sendiri mungkin akan sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya; (3) Pendampingan, dengan —melibatkan — pendamping _ sebagai pendorong/inisiator menuju kemandirian, fasilitator dan konsultan untuk masalah yang bersifat teknis, pendampingan sclama proses, serta untuk membantu mencari solusi terhadap masalah yang yang dihadapi. Pengembangan Rencana dan Target Program Membangun kemandirian Pesantren menjadi langkah strategis untuk memberikan kemampuan kepada Pesantren untuk dapat memberdayakan dirinya sendiri sekaligus masyarakat disekitarnya. Hal ini sejalan dengan strategi pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Pesantren berfungsi sebagai pelaksana program, konsultan, dan sebagai pembantu/pendamping masyarakat dalam pelaksanaan program. Aktivitas yang dilakukan oleh Pesantren, baik yang berasal dari inisiatif Pesantren ataupun seperti apa yang dilakukan oleh lembaga Jain diluar Pesantren harus dapat bersinergi dengan program pemerintah schingga dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini berarti, perlu adanya kolaborasi antar pemangku kepentingan kementerian/lembaga/badan usaha —milik _negara/pemerintah daerah /organisasi sosial keagamaan/organisasi kemasyarakatan/lainnya yang terkonsolidasikan. Aktivitas tersebut harus menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat efek pengganda pada peningkatan pendapatan masyarakat Pesantren dan sekitarnya, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan. Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Sctiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Hal ini juga berlaku untuk Pesantren, dimana masing-masing Pesantren dapat mempunyai keunggulan yang berbeda-beda, tergantung karakteristik wilayahnya. Dalam menyelenggarakan fungsi pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat, Pesantren melaksanakan aktivitas dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mandiri dan memiliki keterampilan agar dapat berperan aktif dalam pembangunan. Bentuk rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi dalam Program Kemandirian Pesantren mengacu pada layanan bagi penyelenggaraan fungsi pemberdayaan masyarakat Pesantren yang merupakan amanat dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, di mana pemerintah memberikan rekognisi terhadap penyelenggaraan aktivitas pemberdayaan masyarakat oleh Pesantren dalam bentuk: (1) pelatihan dan praktik kerja lapangan; (2) penguatan potensi dan kapasitas ekonomi Pesantren dan masyarakat; (3) pendirian koperasi, Iembaga keuangan, dan lembaga usaha mikro, kecil, dan menengah; (4) pendampingan dan pemberian bantuan’ pemasaran terhadap produk masyarakat; (5) pemberian pinjaman dan bantuan keuangan; (6) pembimbingan manajemen keuangan, optimalisasi, dan kendali mutu; (7) pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan; (8) pemanfaatan dan pengembangan teknologi industri; dan/atau (9) pengembangan program lainnya. Selain itu, Pemerintah juga memberikan afirmasi sebagai wujud dukungan dan _fasilitasi sckurangnya dalam bentuk: (1) bantuan keuangan; (2) bantuan sarana dan prasarana; (3) bantuan teknologi; dan/atau (4) pelatihan keterampilan. Sebagai tahapan awal, diperlukan upaya pemetaan untuk menghasilkan gambaran berupa posisi dan potensi apa yang dimiliki oleh Pesantren berikut kebutuhannya, sehingga upaya yang dilakukan dilakukan benar-benar ditujukan langsung kepada mereka yang -10- membutuhkan, serta dirancang untuk mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhan. Hasil pemetaan berupa posisi Pesantren menyangkut kondisi yang ada di Pesantren yang kemudian dipilah menjadi 4 (empat) kategori kluster dan juga menentukan bentuk afirmasi dan fasilitasi yang akan diberikan, berdasarkan aset, sumber daya, dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing Pesantren. Pemetaan tersebut juga menggunakan rujukan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah yang dikelompokkan berdasarkan kriteria modal usaha atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Adapun kriteria tersebut meliputi: 1. Kategori I: Pesantren yang belum memiliki unit usaha atau bisnis, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan ditujukan untuk menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi Pesantren untuk berkembang, terkait dengan bagaimana memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren schingga mampu berkembang menjadi suatu unit usaha atau bisnis yang juga melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja Pesantren; 2. Kategori Il : Pesantren yang memiliki unit usaha atau bisnis pada skala kecil yaitu memiliki modal usaha sampai dengan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan terkait dengan bagaimana makin memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren untuk dapat mengembangkan skala unit usaha atau bisnis, dan juga mulai melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja Pesantren; 3. Kategori Ill : Pesantren yang memiliki unit usaha atau bisnis pada skala menengah atau besar namun belum berkembang dengan baik yaitu memiliki modal usaha lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan terkait dengan bagaimana makin memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren, serta penyediaan berbagai dukungan dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang sehingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat kepada pasar, efisiensi dalam hal biaya, akses kepada barang atau jasa, akses kepada pengembangan usaha dan kesempatan usaha baru, serta kualitas barang dan jasa yang lebih baik; dan 4. Kategori IV : Pesantren yang memiliki unit usaha atau bisnis pada skala besar yaitu © memiliki modal usaha lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, yang kemudian dapat memberikan bimbingan kepada Pesantren lain, utamanya yang masih termasuk dalam Kategori I dan Kategori II untuk mengembangkan usaha atau bisnis di wilayahnya, di mana bentuk afirmasi dan fasilitasi yang diberikan terkait dengan bagaimana makin memperkuat aset dan sumber daya yang dimiliki oleh Pesantren, serta penyediaan berbagai dukungan dan pembukaan akses ke dalam berbagai peluang termasuk juga penguasaan teknologi tinggi sehingga selain makin memiliki posisi tawar yang lebih kuat kepada pasar, efisiensi dalam hal biaya, akses kepada barang atau jasa, akses kepada -1l- pengembangan usaha dan kesempatan usaha baru, serta kualitas barang dan jasa yang lebih baik, sekaligus juga sebagai aset sumber pengetahuan dan pengalaman bagi pengembangan Pesantren yang lain agar lebih berdaya sebagai acuan oleh Pesantren yang ingin mengembangkan usaha atau model sejenis, melalui proses alih pengetahuan dan/atau melalui kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan, memajukan, dan menguatkan, Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh Pesantren yang dalam konteks membangun kemandirian di bidang ekonomi diwujudkan dalam bentuk unit usaha atau bisnis Pesantren, diharapkan mempunyai dampak positif seperti meningkatkan pendapatan _Pesantren, menciptakan kemandirian ekonomi Pesantren, —_meningkatkan keterampilan santri, meningkatkan jiwa kewirausahaan santri, meningkatkan pendapatan keluarga di lingkungan Pesantren, serta terciptanya jejaring melalui alumni santri dan unsur masyarakat. Semua kegiatan ekonomi tersebut merupakan potensi awal yang dapat dikembangkan sebagai inkubator bisnis bagi santri dan masyarakat sekitar. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Pesantren dengan perluasan akses pendidikan keterampilan untuk ustadz, santri, dan masyarakat, schingga memiliki daya saing dan produktivitas tinggi, pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Kegiatan fasilitasi tempat praktek keterampilan usaha bagi ustadz, santri, dan masyarakat, menjadi inovasi model penumbuhan wirausaha baru di kalangan ustadz, santri, dan masyarakat tersebut, dimana fungsinya sebagai tempat belajar (teori), praktek, latihan keterampilan usaha bagi para santri dan masyarakat Pesantren lainnya, sebagai kegiatan ekstra- kurikuler di bidang kewirausahaan. Keterampilan usaha yang diberikan merupakan keterampilan yang dapat digunakan untuk mendapatkan pekerjaan, yang merupakan keterampilan sebagai bekal kecakapan hidup. Pemberdayaan masyarakat lebih optimal jika terjadi keterkaitan dalam kemitraan usaha diantara yang telah mampu dengan yang masih tertinggal terutama melalui penyediaan modal untuk pengembangan usaha. Upaya ini dapat diperluas dalam berbagai bentuk pola kemitraan langsung terutama antara dunia usaha swasta dan lembaga keuangan atau perbankan dengan usaha ekonomi Pesantren. Pemupukan modal adalah landasan dalam perubahan struktural yang tumbuh dan berkembang. Modal tersebut adalah hibah kepada masyarakat, yang dipinjamkan kepada anggota masyarakat, dengan biaya yang ditentukan masyarakat sendiri dengan cara yang sesuai dengan tradisi dan budaya setempat. Akses ke dalam modal harus diartikan sebagai keterjangkauan, yang memiliki dua sisi, yaitu ada pada saat diperlukan, dan dalam jangkauan kemampuan untuk memanfaatkannya. Dengan demikian, Pesantren bertindak sebagai sebagai unsur masyarakat yang mengelola modal usaha sebagai perluasan akses keuangan, bagi santri dan masyarakat yang membutuhkan dana bagi kegiatan produktif. Pada akhirnya, kemajuan yang dicapai dari proses membangun kemandirian Pesantren perlu dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Selain modal, unsur sumber daya manusia sebagai pelaksana amatlah penting. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan perluasan akses pendidikan keterampilan untuk ustadz, santri, dan masyarakat, sehingga ilmu dan pengetahun yang mereka punya menjadikan mereka memiliki daya saing dan produktivitas tinggi, yang selain berdampak pada peningkatan kesejahteraan, juga dapat berdampak kepada lahirnya inovasi dan teknologi baru yang mendukung usaha agar lebih efektif dan efisien. Untuk itu, perlu adanya standarisasi berdasarkan praktek- praktek baik (best practices) sebagai acuan replikasi oleh Pesantren lain.Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kemudian menguatkan peran Kementerian Agama dalam mewujudkan Kemandirian Pesantren melalui pengelolaan program yang efektif dengan prinsip Good Governance yang ditempuh melalui pengembangan kerangka kerja, penguatan dan penyelarasan regulasi dan anggaran terkait implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, penguatan struktur pelaksana program dan penyediaan anggaran, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program. BAB III KERANGKA PETA JALAN KEMANDIRIAN PESANTREN Umum Untuk mengawal pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren, diperlukan Peta Jalan Kemandirian Pesantren yang disusun berdasarkan narasi model kemandirian Pesantren yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dasar dari peta jalan meliputi bagaimana visi Kementerian Agama tentang Kemandirian Pesantren dan prinsip kerja dari Program Kemandirian Pesantren. Dasar tersebut kemudian’ diterjemahkan menjadi Rencana Strategis yang terdiri dari Strategic Goals (Kegiatan Prioritas/KP), Outcome (indikator KP), dan Strategic Initiatives (Proyek Prioritas/ProPN). Sebagai_kerangka implementasi, setiap Strategic Initiatives (ProPN) diterjemahkan menjadi berbagai Tactic (Proyek) dan Kegiatan berikut indikator pencapaiannya masing-masing. Terakhir, dalam peta jalan diterjemahkan dalam rencana Implementasi berikut prioritas dan highlight Program Kemandirian Pesantren untuk tahun 2021 - 2024. Dasar 1. Visi Kementerian Agama Tentang Kemandirian Pesantren Visi Kementerian Agama tentang Kemandirian Pesantren: “Terwujudnya Pesantren yang memiliki sumber daya ekonomi yang kuat dan berkelanjutan sehingga dapat menjalankan fungsi Pendidikan, Dakwah, dan Pemberdayaan Masyarakat dengan optimal” 2. Prinsip Kerja Prinsip kerja dalam pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren dalam Peta Jalan Kemandirian Pesantren adalah: a. _ inklusivitas, yaitu akses yang setara bagi semua Pesantren; b. fasilitatif, yaitu berbasis kebutuhan Pesantren dengan mempertimbangkan aspek sektor bisnis dan kondisi geografis; c. Konsolidasi, yaitu kolaborasi antar pemangku kepentingan kementerian/lembaga/badan usaha milik negara/pemerintah daerah /organisasi sosial keagamaan/organisasi kemasyarakatan/lainnya yang terkonsolidasikan; d. transparansi, yaitu bersifat terbuka sehingga bisa diakses oleh semua Pesantren yang membutuhkan; dan ¢. akuntabilitas, yaitu setiay dipertanggungjawabkan C. Rencana Strategis p proses dan hasil harus dapat No. Strategic Goals (KP) Outcome (indikator KP) Strategic Initiatives (ProPN) Penguatan fungsi Pesantren dalam menghasilkan insan (SDM) yang unggul dalam ilmu agama, ketrampilan kerja, kewirausahaan. Meningkatnya kapasitas Pesantren dalam menghasilkan insan (SDM) yang unggul dalam ilmu agama, ketrampilan kerja, kewirausahaan. Ll Reorientasi pembelajaran Pesantren untuk menghasilkan insan yang unggul dalam ilmu agama, ketrampilan kerja, kewirausahaan 12 Pelibatan pemangku kepentingan untuk memfasilitasi pembelajaran kewirausahaan bagi santri 1.3 Peningkatan kapasitas santri dalam aspek ketrampilan kerja dan kewirausahaan 1.4 Pengembangan platform link & match bagi santri dengan end-users Penguatan Pesantren dalam mengelola unit bisnis sebagai sumber daya ekonomi yang kuat & berkelanjutan Meningkatnya kapasitas Pesantren dalam mengelola unit bisnis sebagai sumber daya ekonomi yang kuat & berkelanjutan 21 Pengembangan Data ‘Terpadu dan Sistem Informasi 2.2 Pengembangan Generic- Business model yang dapat di-customized untuk pengembangan unit bisnis Pesantren yang sesuai 2.3 2.4 Konsolidasi program KL terkait pembentukan dan penguatan unit bisnis Pesantren, Pengembangan kerjasama dengan dunia bisnis swasta, BUMN, BUMD dan Perguruan Tinggi terkait penguatan unit bisnis Pesantren 25 Peningkatan kapasitas Pesantren dalam pengelolaan unit bisnis 2.6 Implementasi program pengembangan unit bisnis Pesantren -14- No.] Strategic Goals Outcome ‘Strategic Initiatives (KP) (indikator KP) (ProPN) 2.7 | Peningkatan kapasitas unit bisnis Pesantren menjadi Badan Usaha Milik Pesantren 3 | Penguatan Meningkatnya 3.1 | Pengembangan Pesantren dalam _| kapasitas Pesantren infrastuktur hard dan soft menjalankan fungsi | dalam menjalankan | | untuk pengembangan Pemberdayaan fungsi Pemberdayaan strategi Pesantren sebagai Masyarakat dengan | Masyarakat dengan Community Economic Hub menjadi Community | menjadi Community Beonomic Hub di | Economic Hub di Se Eben mae lingkungannya lingkungannya moremunity. Beonomic: Fl yang dikelola Pesantren 3.3 | Peningkatan kapasitas | Pesantren untuk mengelola Community Economic Hub 3.4 | Implementasi program Community Economic Hub | (CEH) yang dikelola Pesantren: 3.5 | Pengembangan dan perluasan marketplace 4 | Penguatan peran Menguatnya peran | 4.1 | Pengembangan Kerangka Kementerian Agama dalam mewujudkan Kemandirian Pesantren Kementerian Agama melalui pengelolaan Kerja Program Kemandirian Pesantren Program yang efektit (7-5 dengan prinsip Good Governance Penguatan dan Penyelarasan Regulasi dan APBN terkait implementasi UU Pesantren 4.3 Penguatan Struktur Pelaksana Program & Penyediaan Anggaran 44 Pelaksanaan Pemantauan, dan evaluasi Program Kemandirian Pesantren -15- D. _Implementasi No. Tactic Kegiatan Indikator (Proyek) 1 | Strategic Goals (KP): Penguatan fungsi Pesantren dalam menghasilkan insan (SDM) yang unggul dalam ilmu agama, ketrampilan kerja, kewirausahaan. Outcome (indikator KP}: Meningkatnya kapasitas Pesantren dalam menghasilkan insan (SDM) yang unggul dalam ilmu agama, ketrampilan kerja, kewirausahaan Ll Strategic Initiatives (ProPN) : Reorientasi pembelajaran Pesantren untuk menghasilkan insan yang unggul dalam ilmu agama, ketrampilan kerja, kewirausahaan 1.1.1 | Pengembangan Penyusunan Konsep _ | Tersusunnya Konsep Reorientasi Reorientasi Reorientasi Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran Pesantren Pesantren Pesantren Penyelarasan Terselenggaranya FGD Kurikulum Penyelarasan Kurikulum Reorientasi Pembelajaran Pesantren Riset daan Terselenggaranya FGD penyusunan literatur | Riset daan penyusunan pembelajaran literatur pembelajaran kewirausahaan dalam | kewirausahaan dalam Pesantren Pesantren Penyediaan sumber- | Tersedianya Buku-Buku sumber pengetahuan _| Kewirausahaan Pesantren 1.1.2 | Peningkatan Halagah Pengasuh __| Terselenggaranya Halagah apasitas Pesantren Pengasuh Pesantren Fesantren dalam | Penyusunan modul | Tersedianya modul oo peningkatan kapasitas | peningkatan kapasitas —_ Pesantren untuk Pesantren untuk pembelajaran pembelajaran berorientasi berorientasi kewirausahaan kewirausahaan Pelatihan Pengelola __| Tersclenggaranya Pelatihan Pesantren dan Tenaga | Pengelola Pesantren dan Pendidik Tenaga Pendidik 1.1.3 |Pengembangan | Peluncuran Gerakan _ | Terselenggaranya Gerakan Pesantrenpreneur Peluncuran Gerakan Pesantrenpreneur Pesantrenpreneur Kampanye Gerakan | Terselenggaranya Kampanye Gerakan Pesantrenpreneur 1.2 | Strategic Initiatives (ProPN): Pelibatan pemangku kepentingan untuk memfasilitasi pembelajaran kewirausahaan bagi santri -16- No. Tactic Kegiatan Indikator (Proyek) 1.2.1 | Peningkatan Pengembangan model | Tersedianya model kerjasama kerjasama Pesantren _| kerjasama Pesantren Pesantren dengan | dengan KL dan dengan KL dan industri KLdan industri_| industri untuk untuk pembelajaran untuk pembelajaran kewirausahaan bagi santri pembelajaran kewirausahaan bagi kewirausahaan | santri baateantst Pendirian Learning _| Terselenggaranya FGD Centre, kerjasama _| Pembentukan Learning dengan pemangku Centre kepentingan Inisiasi program Link Terlaksananya Inisiasi & Match antara program Link & Match Pesantren dengan antara Pesantren dengan industri industri 1.2.2 Pengembangan __| Pengembangan Tersedianya platform platform platform pembelajaran | pembelajaran ketrampilan pembelajaran ketrampilan kerja kerja terkait industri halal ketrampilan kerja _| terkait industri halal terkait industri halal | 1.2.3 | Pengembangan —_| Pengembangan | Tersedianya platform platform platform pembelajaran | pembelajaran pembelajaran kewirausahaan digital | kewirausahaan digital bagi kewirausahaan _| bagi santri santri digital bagi santri | 1.3 | Strategic Initiatives (ProPN) : Peningkatan kapasitas santri dalam aspek ketrampilan kerja dan kewirausahaa — 1.3.1 | Pengembangan Peluncuran Gerakan _ | Terselenggaranya Gerakan Santripreneur Peluncuran Gerakan Santripreneur Santripreneur Kampanye Gerakan Terselenggaranya Santripreneur Kampanye Gerakan Santripreneur Lomba dan Festival Terselenggaranya Lomba Pendukung dan Festival Pendukcung Santripreneur 1.3.2|Pengembangan | Pengembangan modul | Tersedianya modul pelatihan pelatihan pelatihan kewirausahaan kewirausahaan | kewirausahaan santri_| santri berbasis sektor bagi santri berbasis sektor berbasis potensi _ Pesantren | Pelatihan Tersalurkannya bantuan Kewirausahaan bagi pemerintah untuk | santri mendukung pelatihan kewirausahaan bagi santri dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren No. Kegiatan Indikator Pelatihan Tersalurkannya bantuan | Kewirausahaan Digital | pemerintah untuk bagi santri mendukung pelatihan kewirausahaan digital bagi | santri dalam rangka | pelaksanaan Program | Kemandirian Pesantren | Program Pemagangan | Tersalurkannya bantuan santri (PKL) sesuai | pemerintah untuk industri mendukung pemagangan santri dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren 1.4 _| Strategic Initiatives (ProPN) Pengembangan platform link & match bagi santri dengan end-users 1.4.1 | Pengembangan Pengembangan peta _| Tersedianya peta potensi peta potensi vokasi | potensi vokasi BLK, _| vokasi BLK, SMK berbasis BLK, SMK ‘SMK berbasis Pesantren sesuai potensi berbasis Pesantren | Pesantren sesuai Pesantren sesuai potensi potensi Pesantren Pesantren 1.4.2 | Bekerjasama Bekerjasama dengan _| Tersedianya peta potensi dengan Bappenas, | Bappenas, Kemenaker, | ketenagakerjaan santri Kemenaker, dll dll untuk sesuai kebutuhan industri untuk pengembangan peta pengembangan potensi peta potensi ketenagakerjaan santri ketenagakerjaan | sesuai kebutuhan santri sesuai industri ‘kebutuhan industri 2 Strategic Goals (KP): Penguatan Pesantren dalam mengelola unit bisnis sebagai sumber daya ekonomi yang kuat & berkelanjutan Outcome (indikator KP): Meningkatnya kapasitas Pesantren dalam mengelola unit bisnis sebagai sumber daya ekonomi yang kuat & berkelanjutan 2.1 | Strategic Initiatives (ProPN): Pengembangan Data Terpadu dan Sistem Informasi 2.1.1 | Pemetaan Tipologi | Pemetaan Tipologi Terselenggaranya Pemetaan: Pesantren, Pesantren berdasarkan | Tipologi Pesantren berdasarkan kapasitas kegiatan berdasarkan kapasitas kapasitas kegiatan | ekonomi Pesantren _| kegiatan ekonomi ekonomi Pesantren Pesantren 2.1.2 | Pengembangan Tersedianya Dashboard Dashboard Pembuatan Dashboard | Informasi Bisnis dan Informasi Bisnis | Informasi Bisnis dan | Ekonomi Pesantren Ekonomi Pesantren - 18 - No. Tactic Kegiatan Indikator (Proyek) dan Ekonomi Pengadaant Server Tersedianya Pengadaan Pesantren Dashboard Informasi | Server Dashboard Informasi Bisnis dan Ekonomi | Bisnis dan Ekonomi Pesantren: Pesantren Alat Pengolah Data _| Tersediannya Alat Pengolah Dashboard Informasi | Data Dashboard Informasi Bisnis dan Ekonomi _| Bisnis dan Ekonomi Pesantren Resantren Dukungan Pengelolaan | Tersediannya Dukungan Data Dashboard Pengelolaan Data Informasi Bisnis dan | Dashboard Informasi Bisnis Ekonomi Pesantren _ | dan Ekonomi Pesantren 2.2 | Strategic Initiatives (ProPN) Pengembangan Generic-Business model yang dapat di-customized untuk pengembangan unit bisnis Pesantren yang sesuai 2.2.1 | Penyusunan Penyusunan Modul —_| Tersedianya Generic Generic Business | Generic Business Business Model Model Model | ‘Tersediannya naskah oe tertulis dan audio visual Pammanan best practice kemandirian Pesantren 2.2.2 | Penyusunan | Penyusunan Generic | Tersedianya Business Model Generic Business | Business Model terkait | terkait Industri Halal dan Model terkait Industri Halal dan Masyarakat Ekonomi Industri Halal dan | Masyarakat Ekonomi | Syariah Masyarakat Syariah Ekonomi Syariah 2.2.3] Pengembangan _| Pengembangan Tersedianya Business Model Business Model _| Business Model spesifik sesuai tipologi spesifik sesuai ‘spesifik sesuai tipologi | Pesantren (sektor, kondisi tipologi Pesantren_| Pesantren (sektor, gcografis, dst) (sektor, kondisi_ | kondisi geografis, dst) geogratis, dst) 2.3. | Strategic Initiatives (ProPN): Konsolidasi program KL terkait pembentukan dan penguatan unit bisnis Pesantren 2.3.1 | Koordinasi Koordinasi Terselenggaranya penyelarasan penyelarasan program | Koordinasi penyelarasan program KL KL dengan rencana —_| program KL dengan dengan rencana _| spesifik berbasis spesifik berbasis | kebutuhan Pesantren kebutuhan Pesantren, rencana spesifik berbasis kebutuhan Pesantren No. Tactic Kegiatan Indikator (Proyek) 2.3.2| Pengembangan _| Pengembangan ‘Terlaksananya integrasi integrasi program | integrasi program KL _| program KL di Pesantren KLdiPesantren | di Pesantren untuk —_| untuk menjaga untuk menjaga _| menjaga keberlanjutan | keberlanjutan program keberlanjutan program Program 2.4 | Strategic Initiatives (ProPN) Pengembangan kerjasama dengan dunia bisnis swasta, BUMN, BUMD, dan Perguruan Tinggi terkait penguatan unit bisnis Pesantren 2.4.1 | Pelibatan jejaring | Konsolidasi jejaring _| Terlaksananya Konsolidasi pemangku pemangku jejaring pemangku kepentingan dalam | kepentingan dalam _| kepentingan dalam pengembangan | pengembangan unit _| pengembangan unit bisnis unit bisnis bisnis berbasis tipologi | berbasis tipologi Pesantren berbasis tipologi | Pesantren Pesantren 2.4.2 | Pengembangan Pengembangan proyek- | Tersalurkannya bantuan proyek-proyek proyek inkubasi bisnis | pemerintah untuk inkubasi bisnis mendukung pembentukan inkubasi bisnis Pesantren dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren 2.4.3|Pengembangan | Peluncuran Platform _ | Terselenggaranya platform Ekonomi Digital Peluncuran Platform kewirausahaan _| Pesantren Ekonomi Digital Pesantren digital Pesantren 2.5 _ | Strategic Initiatives (ProPN): Peningkatan kapasitas Pesantren dalam pengelolaan unit bisnis 2.5.1 | Peningkatan akses | Penguatan kerjasama_| Meningkatnya akses permodalan akses permodalan permodalan 2.5.2 | Peningkatan Pengembangan modul | Tersediannya modul kapasitas peningkatan kapasitas | peningkatan kapasitas pengelolaan unit | Pesantren Pesantren bisnis Pelatihan pemetaan __| Terselenggaranya potensi ekonomi pendampingan dalam Pesantren dan rangka pemetaan potensi lingkugan sekitar ekonomi Pesantren dan lingkugan sekitar Pelatihan pengelolaan | Terselenggaranya unit bisnis pendampingan dalam rangka pelatihan pengelolaan unit bisnis Pelatihan Terselenggaranya kewirausahaan digital | pendampingan dalam bagi pengelola unit —_| rangka pelatihan bisnis Pesantren kewirausahaan digital bagi pengelola unit bisnis Pesantren - 20 - No. Tactic Kegiatan Indikator (Proyek) Pelatihan membangun | Terselenggaranya jejaring bisnis pendampingan dalam rangka pelatihan membangun jejaring bisnis 2.5.3 | Peningkatan Peningkatan kapasitas | Terselenggaranya kapasitas kepemimpinan dan —_| pendampingan dalam kepemimpinan —_| kewirausahaan rangka peningkatan dan kapasitas kepemimpinan kewirausahaan dan kewirausahaan 2.5.4 | Pembentukan Pembentukan Terselenggaranya FGD Community of Community of Practice | Pembentukan Community of Practice sebagai _| sebagai pusat Practice sebagai pusat pusat pembelajaran bersama | pembelajaran bersama pembelajaran dengan memanfaatkan | dengan memanfaatkan best bersama dengan _| best practices practices memanfaatkan best practices 2.6 | Strategic Initiatives (ProPN): Implementasi program pengembangan unit bisnis Pesantren 2.6.1 | Prototyping Pengembangan, Ditetapkannya 9 Pesantren prototype Unit Bisnis | Prototype sesuai tipologi Pesantren (9 Pesantren Percontohan) 2.6.2 | Pilot Program Pelaksanaan Program | Ditetapkannya 100 100 Pesantren Pilot Pesantren Pilot 2.6.3 | Pemantauan dan | Pemantauan dan Terselenggaranya evaluasi dan evaluasi dan monitoring dalam rangka Pengembangan Pengembangan pengembangan Berkelanjutan Berkelanjutan berkelanjutan 2.6.4 | Replikasi Pelaksanaan Program | Terselenggaranya FGD Pesantrenpreneur Pelaksanaan Program Pesantrenpreneur 2.7 _| Strategic Initiatives (ProPN) Peningkatan kapasitas unit bisnis Pesantren menjadi Badan Usaha Milik Pesantren 2.7.1 | Penyediaan Penyediaan Bantuan Tersediannya Bantuan Bantuan Operasional Kompetitif | Operasional Kompetitif Operasional untuk Manaji untuk Manajemen Kompetitif untuk | Kemandirian Kemandirian Pesantren Manajemen Pesantren | Kemandirian Pesantren | 2.7.2 | Pendampingan Pendampingan | Terlaksananya Upgrading Kapasitas Unit Bisnis Pesantren Upgrading Kapasitas Unit Bisnis Pesantren Pendampingan Upgrading Kapasitas Unit Bisnis Pesantren -21- No. Tactic Kegiatan Indikator (Proyek) 3 | Strategic Goals (KP): Penguatan Pesantren dalam menjalankan fungsi_Pemberdayaan Masyarakat dengan menjadi Community Economic Hub di lingkungannya Outcome (indikator KP): Meningkatnya kapasitas Pesantren dalam menjalankan _fungsi Pemberdayaan Masyarakat dengan menjadi Community Economic Hub di lingkungannya 3.1 | Pengembangan infrastuktur hard dan soft untuk pengembangan strategi Pesantren sebagai Community Economic Hub 3.1.1 | Pelibatan jejaring | Pelibatan jejaring Terselenggaranya FGD ekonomi Pesantren | ekonomi Pesantren Pelibatan jejaring ekonomi untuk mendukung | untuk mendukung Pesantren untuk pengembangan pengembangan mendukung pengembangan comunity economic | comunity economic hub | comunity economic hub hub 3.1.2|Pengembangan —_| Pengembangan Terselenggaranya FGD kerjasama dalam | kerjasama dalam Pengembangan kerjasama konteks ekosistem | konteks ekosistem dalam konteks ekosistem pembangunan pembangunan pembangunan ekonomi dan ekonomi dan ekonomi dan Masyarakat Ekonomi Masyarakat Masyarakat Ekonomi | Syariah Ekonomi Syariah | Syariah 3.2 _| Pengembangan model Community Economic Hub yang dikelola Pesantren 3.2.1 | Konsolidasi daya | Konsolidasi daya Terselenggaranya FGD dukung dari dukung dari Konsolidasi daya dukung pemangku pemangku dari pemangku kepentingan kepentingan kepentingan 3.2.2 | Pemanfaatan zakat | Pemanfaatan zakat _| Terselenggaranya FGD wakaf produktif | wakaf produktif Pemanfaatan zakat wakaf produktif 3.2.3 | Pengembangan Pengembangan Terselenggaranya FGD marketplace: marketplace: offline Pengembangan offline online online marketplace: offline ontine 3.2.4 | Penyediaan akses | Penyediaan akses Tersalurkannya bantuan permodalan permodalan pemerintah untuk mendukung penguatan: modal usaha dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren 3.2.5 | Pengembangan Pengembangan Terselenggaranya FGD prototype model | prototype kawasan _| Pengembangan prototype Community ekonomi yang dapat | kawasan ekonomi yang Economic Hub menjadi learning dapat menjadi learning yang dikelola centre sekaligus pusat | centre sekaligus pusat Pesantren kegiatan bisnis kegiatan bisnis masyarakat masyarakat setempat | setempat 3.3 Peningkatan kapasitas Pesantren untuk mengelola Community Economic Hub - 22 - No. Tactic Kegiatan. Indikator (Proyek) 3.3.1 | Peningkatan Pengembangan modul | Tersusunnya modul kapasitas peningkatan kapasitas | peningkatan kapasitas Pesantren untuk | Pesantren sebagai Pesantren sebagai pengelola pelibatan, pengelola CEH CEH pendampingan masyarakat dalam: peningkatan ekonomi, serta pengendalian Community Economic Hub Pelatihan Pesantren __| Tersalurkannya bantuan sebagai penggerak _| pemerintah untuk masyarakat mendukung pelatihan Pesantren sebagai penggerak masyarakat dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren: Pelatihan Pesantren | Tersalurkannya bantuan sebagai pendamping _| pemerintah untuk bisnis masyarakat | mendukung pelatihan Pesantren sebagai pendamping bisnis masyarakat dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren Pelatihan Pesantren | Tersalurkannya bantuan sebagai pengendali pemerintah untuk CEH mendukung pelatihan Pesantren sebagai pengendali CEH dalam rangka pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren 3.4 | Implementasi program Community Economic Hub (CEH) yang dikelola Pesantren 3.4.1 | Piloting CEH Piloting CEH Terselenggaranya FGD Penentuan Piloting CEH 3.4.2 | Pemantauan dan | Pemantauan dan Terselenggaranya evaluasi dan evaluasi dan monitoring dalam rangka Pengembangan Pengembangan pengembangan Berkelanjutan | Berkelanjutan berkelanjutan implementasi program Community Economic Hub (CEH) yang dikelola Pesantren 3.4.3 | Replikasi CEH Replikasi CEH Terselenggaranya relikasi CEH 3.5 _| Pengembangan dan perluasan marketplace 3.5.1 | Pengembangan Pengembangan: Terselenggaranya FGD marketplace local, regional marketplace local, regional Pengembangan marketplace lokal dan regional - 23 - No. Tactic Kegiatan | Indikator (Proyek) 3.5.2 | Pengembangan Pengembangan Terselenggaranya FGD marketplace online | marketplace online Pengembangan marketplace online 4 Strategic Goals (KP): Penguatan peran Kementerian Agama dalam mewujudkan Kemandirian Pesantren Outcome (indikator KP): Menguatnya peran Kementerian Agama melalui pengelolaan program yang efektif dengan prinsip Good Governance 4.1__| Pengembangan Kerangka Kerja Program Kemandirian Pesantren 4.1.1 | Penyusunan Peta | Penyusunan Peta Tersusunnya Peta Jalan Jalan Jalan Kemandirian | Kemandirian Pesantren Pesantren Launching/Peluncuran | Terselenggaranya Peta Jalan Launching/Peluncuran Peta Kemandirian Jalan Kemandirian Pesantren Pesantren Penyusunan Peta ‘Tersedianya Peta Program Program KL, dunia KL, dunia bisnis swasta, bisnis swasta, BUMN/BUMD dan BUMN/BUMD dan Perguruan Tinggi untuk Perguruan Tinggi kewirausahaan Pesantren untuk kewirausahaan Pesantren 4.1.2 | Penyiapan Modul _| Penyiapan Modul ‘Tersedianya Modul Dasar Dasar Sosialisasi_ | Dasar Sosialisasi UU _| Sosialisasi UU Pesantren UU Pesantren Pesantren kepada kepada pemangku kepada pemangku | pemangku kepentingan kepentingan kepentingan 4.2 _ | Penguatan dan Penyelarasan Regulasi dan APBN terkait implementasi UU Pesantren, 4.2.1 | Penguatan Penyusunan Regulasi | Tersusunnya Regulasi Regulasi Pendukung Program | Pendukung Program Kemandirian Kemandirian Pesantren Pesantren Berbentuk KMA dan Kepdirjen 4.2.2 | Penyesuaian Penyesuaian struktur | Terlaksananya Penyesuaian struktur dengan | dengan peningkatan _| struktur dengan peningkatan Eselon untuk peningkatan Eselon untuk Eselon untuk mewadahi mewadahi implementasi UU mewadahi implementasi UU Pesantren implementasi UU | Pesantren Pesantren 4.2.3 | Penyesuaian APBN | Penyesuaian APBN Tersediaanya anggaran untuk mewadahi | untuk mewadahi dalam APBN untuk pengembangan —_| pengembangan fungsi_| mewadahi pengembangan fungsi Pesantren | Pesantren dari fungsi Pesantren dari dari Pendidikan —_| Pendidikan menjadi 3_| Pendidikan menjadi 3 menjadi 3 fungsi | fungsi fungsi (Proyek) OO Oe = Rb = No. Tactic Kegiatan Indikator 4.3_| Penguatan Struktur Pelaksana Program & Penyediaan Anggaran 4.3.1 | Penguatan Struktur Pembentukan POKJA | Terbentuknya POKJA Implementasi Program Implementasi Program Pelaksana Program | Kemandirian Kemandirian Pesantren Pesantren Pada Setiap Tahun Anggaran 4.3.2 | Pembentukan Tim | Pembentukan Tim Terbentuknya Tim Advisor Advisor Advisor (Multipemangku (Multipemangku | (Multipemangku kepentingan) Pada Setiap kepentingan) kepentingan) Tahun Anggaran 4.3.3 | Penyediaan anggaran dan sarpras Penyediaan anggaran | Tersedianya anggaran dan dan sarpras sarpras 4.4 _| Pelaksanaan Pemantauan dan evaluasi Program Kemandirian Pesantren 4.4.1 | Penyusunan Model Pemantauan dan Penyusunan Model Pemantauan dan Tersusunnya model pemantauan dan evaluasi evaluasi evaluasi 4.4.2 | Monitoring dan —_| Monitoring dan ‘Terselenggaranya Pelaporan Pelaporan monitoring dalam rangka pelaporan pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren 4.4.3 | Evaluasi Program dan Dampak | Evaluasi Program dan Dampak Terselenggaranya Evaluasi Program Kemandirian Pesantren 4.4.4 | Pengembangan Program Pengembangan Program Terselenggaranya Pengembangan Program Kemandirian Pesantren E. Rencana Implementasi 2021-2024 No. Tactic (Proyek) Kegiatan Implementasi 2021 2022 | 2023 | 2024 Pengembangan 1.1.1 | Reorientasi Pembelajaran Pesantren Penyusunan Konsep Reorientasi Pembelajaran | Pesantren Penyelarasan Kurikulum | Riset dan penyusunan literatur pembelajaran Kewirausahaan dalam | Pesantren Penyediaan sumber- sumber pengetahuan -25- No. Tactic Kegiatan Implementasi Preval 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Halagah Pengasuh Pesantren x x is x Penyusunan modul Peningkatan peningkatan kapasitas kapasitas Pesantren untuk x 1.1.2 | Pesantren dalam pembelajaran reorientasi berorientasi pembelajaran | kewirausahaan Pelatihan Pengelola Pesantren dan Tenaga x x x x Pendidik Pengembangan _| Peluncuran Gerakan x 1.13 | Gerekan Pesantrenpreneur Pesantrenpreneur | Kampanye Gerakan x Pengembangan model kerjasama Pesantren dengan KL dan industri untuk x Peningkatan pembelajaran. kerjasama kewirausahaan bagi Pesantren dengan | santri 1.2. | Kh den industri | Pendirian Learning pembelajaran Sone ea x kewirausahaan | yeneet Pemar bagi santri penne Inisiasi program Link ‘& Match antara x Pesantren dengan industri Pengembangan platform Pengembangan 1.2.9 | Pembelajaran platform pembelajaran | y | - ketrampilan kerja | ketrampilan kerja terkait industri terkait industri halal halal Pengembangan | pengembangan platform pembelajaran 1.2.3 | pembelajaran kewirausahaan digital | * kewirausahaan bagi eantn digital bagi santri : Peluncuran Gerakan z Santripreneur Pengembangan Tempeneee 1.3.1 | Gerakan Santripreneur x Santripreneur - Lomba dan Festival x [Pendukung - 26 - No. Tactic Kegiatan Implementasi (Proyek) 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Pengembangan modul pelatihan x kewirausahaan santri berbasis sektor | Perenbengas Pelatihan peasant Kewirausahaan x x x kewirausahaan He beat 1.3.2 ‘sant bagi santri = berbasis potensi _| Pelatihan a. eager Kewirausahaan Digital x |x] x bagi santri Program Pemagangan santri (PKL) sesuai x x x industri Pengembangan e Pengembangan peta Brie Rane YOK*S | potensi vokasi BLK, 14.1 a SMK berbasis x berbasis Pesantren . pesual poteeat | Pesantren sesuai ran pe potensi Pesantren Bekerjasama dengan Bappenas, | Bekerjasama dengan Kemenaker, dil | | Bappenas, Kemenaker, untuk dil untuk 1.4.2 | Pengembangan pengembangan peta x 42 | eta potensi potensi ketenagakerjaan _ | ketenagakerjaan santri santri sesuai sesuai kebutuhan kebutuhan industri industri nue Tipologi | pemetaan Tipologi cep Pesantren berdasarkan 2.1.1 | berdasarkan k: i kegi x Kapasitas kegatan | Kebasitaskegiatan ekonomi Pesantren | ©0707 Pesantren Pembuatan Dashboard Informasi Bisnis dan | x Pengembangan | Ekonomi Pesantren 2.1.2 | Informasi Bisnis dan Ekonomi Pengadaan Server Pesantren Dashboard Informasi_ | Bisnis dan Ekonomi Pesantren, - a7 - No. Tactic Kegiatan Implementasi (royeld 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Alat Pengolah Data Dashboard informasi | | Bisnis dan Ekonomi Pesantren Dukungan Pengelolaan Data Dashboard x Informasi Bisnis dan Ekonomi Pesantren Pengemb: | Daiceer "| Fengembangan 2.1.2 | Informasi Bisnis | Dashboard Informasi | . sisnis dan Ekonomi dan Ekonomi ‘Pesantrea Pesantren . Penyusunan Modul Generic Business x Penyusunan Model 2.2.1 | Generic Business - Model Best Practice Kemandirian x x x x Pesantren Penyusunan etna Penyusunan Generic MearersiPeSS | Business Model terkait 2.2.2 i Industri Halal dan x industri Halal dan Masyarakat Ekonomi Masyarakat Syariah Ekonomi Syariah_| S¥ Pengembangan: Business Model / Pengembangan 2.2.3 | Spesifiksesusi | spesifik sesuai tipologi |X tipologi Pesantren Pesantren (sektor, (sektor, kondisi | PoP eaeratin dst) geografis, dst) 2 Koordinasi | penyelarasan Koordinasi program KL penyelarasan program 2.3.1 | dengan rencana __| KL dengan rencana a spesifik berbasis | spesifik berbasis kebutuhan kebutuhan Pesantren Pesantren Pengembangen Pengembangan mean Pe eee integrasi program KL 2.3.2 | vruk mentees | di Pesantren untuk x x | x x Malukmeniage menjaga keberlanjutan keberlanjutan cae program - 28 - No. Tactic Kegiatan Implementasi ‘| (Proyels 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Pelibatan jejaring pemangku Konsolidasi jejaring kepentingan dalam | pemangku 24,1 |Pengembangan | kepentingan dalam unit bisnis pengembangan unit berbasis tipologi _| bisnis berbasis tipologi Pesantren Pesantren: Pengembangan _| Pengembangan 2.4.2 | proyek-proyek proyek-proyek x x x x inkubasi bisnis | inkubasi bisnis Pengembangan | Petuncuran Platform 2.4.3 | Platform Ekonomi Digital x “S| kewirausahaan | Fkonomi | digital Pesantren 2.5.1 | Peningkatan akses | Penguatan kerjasama | . permodalan akses permodalan Pengembangan modul peningkatan kapasitas |X Pesantren Pelatihan pemetaan potensi ekonomi x x Pesantren dan Peningkatan lingkugan sekitar kapasitas 252 | pengsloloan unit |Pelthan pengriolaan x | | x | x ene unit bisnis Pelatihan kewirausahaan digital bagi pengelola unit Re) RK) XY) & bisnis Pesantren Pelatihan membangun x x x x Jjejaring bisnis Peningkatan kapasitas Peningkatan kapasitas 2.5.3 | kepemimpinan —_| kepemimpinan dan x} x} x |x dan kewirausahaan kewirausahaan Pembentukan Community of |__| Pembentukan Practice sebagai | Community of Practice 2.5.4 | Pusat sebagai pusat x re 5.4 | pembelajaran pembelajaran bersama bersama dengan | dengan memanfaatkan memanfaatkan _| best practices best practices I -29- No. Tactic Kegiatan. Implementasi (Proyek) 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Pengembangan: prototype Unit Bisnis 2.6.1 | Prototyping sesuai tipologi x Pesantren (9 Pesantren Percontohan) Pelaksanaan Program - 2.6.2 | Pilot Program 100 eenteee Oe x Pemantauan dan | Pemantauan dan | evaluasi dan evaluasi dan 2-63 | pengembangan _| Pengembangan x] x | x Berkelanjutan Berkelanjutan . . Pelaksanaan Program 2.6.4 | Replikasi Pesantrenpreneur x x x Penyediaan Bantuan Penyediaan Bantuan Operasional Operasional Kompetitif 2.7.1 | Kompetitif untuk | untuk Manajemen x |x |x Manajemen Kemandirian Kemandirian Pesantren: Pesantren Foceaiiogan Pendampingan 2.7.2 | Upgrading Upgrading Kapasitas x x x Repasitas Unit | Unit Bianis Pesantn Bisnis Pesantren cn Pelibatan jejaring ; ekonomi Pesantren | Felibatan caring tintuk mendalune | ekonomi Pesantren 34d untuk mendukung x pengembangan a comunity economic | Pengembangan = comunity economic hub Pengembangan Pengembangan kerjasama dalam | kerjasama dalam konteks ekosistem | konteks ekosistem 3.1.2 | pembangunan pembangunan x ekonomi dan ekonomi dan | Masyarakat Masyarakat Ekonomi Ekonomi Syariah Syariah Konsolidasi daya | Konsolidasi daya dukung dari dukung dari x pemangku pemangku kepentingan kepentingan 3.2.2 Pemanfaatan zakat | Pemanfaatan zakat x x x 2-2 | wakaf produktif | wakaf produktif Z Pengembangan _| Pengembangan 3.2.3 | marketplace: marketplace: offline x x x offline dan online dan online Penyediaan akses | Penyediaan akses 3.24 | permodalan permodalan x | * if ® - 30 - No. acti Kegiatan Implementasi ‘k) Exysl) 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Pengembangan Pengembs prototype model | Prototype kawasan Coa ekonomi yang dapat 3.2.5 | eoonomie Hub menjadi learning x you acl centre sekaligus pusat Pesantren kegiatan bisnis masyarakat setempat Pengembangan modul . peningkatan kapasitas Poningiatany Pesantren sebagai x Pesantren untuk pensslola. CEH pelibatan, Pelatihan Pesantren pendampingan sebagai penggerak x x x 3.3.1 | masyarakat dalam |™asyarakat peningkatan Pelatihan Pesantren ekonomi, serta sebagai pendamping x x x peapendalien bisnis masyarakat mmunity Economic Hub Pelatihan Pesantren sebagai pengendali x |x | x CEH 3.4.1 | Piloting CEH Piloting CEH x Pemantauan dan Pemantauan dan 3.42 evaluasi dan evaluasi dan x x “| Pengembangan —_| Pengembangan Berkelanjutan Berkelanjutan 3.4.3 | Replikasi CEH Replikasi CEH x | x Pengembangan Pengembangan 3.5.1 | marketplace local, | marketplace local, x | x | x regional regional Pengembangan Pengembangan 3.5.2 | marketplace online | marketplace online % | x | x Penyusunan Peta Jalan Kemandirian x Pesantren: Launching/ Peluncuran Peta Jalan | | Kemandirian 4.1.1 | Penyusunan Peta | Pesantren io Jalan Penyusunan Peta Program KL, dunia bisnis swasta, BUMN/BUMD dan x x x x Perguruan Tinggi untuk kewirausahaan Pesantren - 31 < No. Tactic Kegiatan Implementasi (Proyek) 2021 | 2022 | 2023 | 2024 Penyiapan Modul | Penyiapan Modul Dasar Sosialisasi_| Dasar Sosialisasi UU 4.1.2 | UU Pesantren Pesantren kepada x kepada pemangku | pemangku kepentingan kepentingan Penyusunan Regulasi | 4.2.1 | Penguatan Pendukung Program x x | x x Regulasi Kemandirian Pesantren _ Penyesuaian : struktur dengan Te eee peningkaten Eselon untuk 4.2.2 | Eselon untuk mbsweilali x x mewadahi : : + implementasi UU. implementasi UU | PoP Sten Pesantren: Penyesuaian APBN | Penyesuaian APBN untuk mewadahi | untuk mewadahi 4.2.3 |Pengembangan —_| pengembangan fungsi ~*~ | fungsi Pesantren | Pesantren dari dari Pendidikan _| Pendidikan menjadi 3 menjadi 3 fungsi _| fungsi Penguatan Pembentukan POKJA Struktur Implementasi Program 43.1 | Pelaksana Kemandirian el BY we | Program Pesantren Pembentukan Tim | Pembentukan Tim | Advisor (Multi Advisor (Multi a.5.n| | Aavisee Eade x} x |x) x kepentingan) kepentingan) | Penyediaan . 4.3.3 | anggaran dan Renyedioan anggaran x x x x sarpras: sarpré Penyusunan Model | Penyusunan Model 4.4.1 | Pemantauan dan Pemantauan dan x evaluasi evaluasi 4.4.2. | Monitoring dan Monitoring dan 5 x x |x Pelaporan Pelaporan: Evaluasi Program | Evaluasi Program dan 4.4.3 dan Dampak Dampak x x x x 4.4.4 | Pengembangan Pengembangan ae x x _ Program Program - 32 - F. Prioritas dan Highlight Program Kemandirian Pesantren 2021 - 2024 2021 + Peta Jalan + Prototyping, kickoff dengan MoU April 2021 + Pengembangan modul & model bisnis, + Pengembangan model bisnis untuk ekonomi syariah + Penguatan Regulasi, Juknis dst + Konsolidasi KL & mitra + Penentuan 100 Pesantren Pilot + Pengembangan Reorientasi pembelajaran pondok Frigritas Pesantren untuk kewirausahaan. + Pengembangan ketrampilan terkait industry halal & syariah + Pengembangan ekosistem bisnis utk Kategori IV + Pengembangan Peta potensi vokasi, platform link & match, Dashboard Informasi & Ekonomi Pesantren | + Pengembangan Beasiswa santri/ustadz untuk kepentingan kemandirian Pesantren + Launching Piloting Program di 100 Pesantren di Hari Highlight Santri Okt 2021 Program + Launching Program Pesantrenpreneur + Launching Dashboard Informasi & Ekonomi Pesantren 2022 Fungsi Pendidikan: + Pengembangan model Kerjasama antara Pesantren dengan Lembaga usaha atau industry, untuk peningkatan kapasitas kewirausahaan santri. + Implementasi program Pendidikan Kewirausahaan Santri + Pengembangan Inkubasi Bisnis Priotitas Unit Bisnis Pesantren: ; + Pelatihan, pendampingan, coaching + Pengembangan Kerjasama dg BUMN, Swasta, PT, KL + Pengembangan BUMPes + Pengembangan platform ekonomi digital Pesantren + Pengembangan model Community Economic Hub yang Gikelola Pesantren + Replikasi Model Kemandirian Pesantren di 500 Pesantren + Replikasi 500 Pesantren Highlight + Launching 100 BUMPes Program + Launching Program Santripreneur + Launching Platform Digital Ekonomi Pesantren 2023 + Pengembangan communities of practice dengan Prioritas menggunakan best practices dari unit bisnis | Pesantren - 33 - + Replikasi Model Kemandirian Pesantren di 1500 Pesantren + Implementasi model Community Economic Hub yang dikelola Pesantren Highlight + Replikasi 1500 Pesantren Program + Launching Community Economic Hub 2024 PS Replikasi Model Kemandirian Pesantren di 1500 Prioritas Pesantren Fighlight Tahun Kemandirian Pesantren Berkelanjutan | Program BAB IV PENUTUP Demikian Peta Jalan Kemandirian Pesantren ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan Program Kemandirian Pesantren sebagaimana dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 749 Tahun 2021 tentang Program Kemandirian Pesantren yang mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan sumber daya Pesantren dan untuk meningkatkan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat, untuk menyusun dan memprioritaskan alokasi anggaran, melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga/badan usaha_milik negara/pemerintah daerah/organisasi_sosial_keagamaan/organisasi kemasyarakatan/lainnya, dan melaksanakan program sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, jUT CHOLIL QOUMAS: 4 »

You might also like