Professional Documents
Culture Documents
Silsilah Bagan PDF
Silsilah Bagan PDF
JOYOKUSUMO (MAKAM
DI KADILANGON)
1. KH. ABDURROMAN
MENUR
2. MBAH SYAIAN
3. MBAH MARDI
4. MBAH JANAH
5. MBAH SURATMAN
6. MBAH KASTAWI
1. KH. ABDURROMAN
MENUR Hj. SHOFIYAH
KH. MASYKURI
KH. MAHFUDZ
MAUNAH
MARFI’AH
ASFIYAH
NUR MUTMAINAH
KH. MASYKURI + SITI KHODIJAH
MARFI’AH
- ASFIYAH
- NUR HADI
- MASYHADI
- M. AMIN
- JUWARIYAH
- FATHURROHMAN
ASFIYAH
- JUWAIR
- HJ. PARISAH
- H. SALAFUDIN (MBAH SALAFUDIN)
NUR MUTMAINAH
- Hj. Mutiah
- ASFIYAH
- ASMANAH
- RODIYAH
- MANSUR
2. MBAH SYAIAN
MBAH SAMUNAH
MBAH AHMAD
MBAH MUINAH
MBAH MUHAMMAD
MBAH AHMAD
3. MBAH MARDI
4. MBAH JANAH
. MBAH SURATMAN . MBAH PARMI
SAHLI
DARMI
PAMIRAH
SURATMI
1. SAHLI
- MASRUR
2. DARMI
- ABDUL MUFID
- MASTUR
3. PAMIRAH
4. SURATMI1
5. MBAH KASTAWI
- MBAH NASIR
- MBAH SUKAIMI
MBAH IRSYAD
MBAH MUSTHOFA
- H. ANWAR
. Idris
. Nur hadi
- RUHIYAH
- Hj. SHOFIYAH
- H. Ridwan yang menurunkan keturunan di kaligawe semarang
. H. Arifin
. H. Khomsah
- AHMAD
- MIR’AN
. Romli
. Yanah
- KUSNI
. Muhammad zaini
. sulasi
. Muhammad ruhani
- H. SIRDI
. baidlowi
. fadhil
KETURUNAN MBAH NASIR :
- MUTIAH
- UMMI KULSUM
- MASYHURI
- MUNDANAH
- MBAH MASYHURI
. KH. ROFII
. MBAH JARIYAH
. UMMI KULSUM
- MBAH ROMLAH
. MBAH SAUDAH
. ROFIAH
. IRFAN
. SULAIMAN
- MBAH RAMLI (*MENINGGAL KETIKA PERJAKA)
- MBAH SUMI
. ZUHDI
. MAUNAH
. MAIMUNATUN
. SAIDAH
. MAHMUDAH
. SYA’RONI
. MARYAH
- MBAH ZAINURI
. SYARQOWI
. SITI MAIMUNAH
. RUQIYAH
. M. UZER
. KHUDLORI4
MBAH HJ.
MBAH MUSTHOFA MBAHALI/WARYO MBAH SIDIQ SHOFIYAH
MBAH KH.
MBAH THOHIR MBAH KIAI ZAID MBAH KIAI ZUHRI
MUHAMMAD
HADI
Ketika perjaka mbah Abdurrahman pamit kepada ayahnya (mbah rohmat), beliau izin untuk ke
songgopuro sekarang negara Malaysia, karena kondisi keluarga. selang beberapa waktu kurang
lebih satu tahun adiknya (mbah mardi menyusul ke songgopuro) setelah itu mbah
Abdurrohman melasanakan Ibadah haji dari songgopuro (malaysia) saat melaksanakan haji
status mbah abdurrohman masih jejaka. Setelah menunaikan ibadah haji mbah abdurrohman
pulang ke desa menur dan mbah mardi masih menetap di songgopuro.
Sampainya di menur mbah abdurrohman di jodohkan dengan mbah Hj. Sofiyah binti H. Shidiq,
status dari mbah hj. shofiyah janda beranak satu. Anaknya bernama asmuni bin ibrahim,
sampai sekarang keturunan mbah asmuni ada yang di menur ada di jamus dan ringin jajar.
Cerita dari mbah fathurrohman, dari mbah abdul karim penggaron Mbah asmuni bin ibrahim
pernah menjadi mudin sebelum mbah wardi.
Suatu ketika mbah tas pernah disuruh oleh mbah abdurrohman untuk mengantarkan orang
yang menggali tanah dibelakang ndalemnya mbah dur, yang berniat (mencuri), orang tersebut
menggali hingga fajar, orang tersebut menggali terus ndak selesai karena kebingungan.
Kemudian mbah dur ngendiko “Tas wong seng nduduk nek mburi kae kei mangan terus terke
balik sampai rel” yang indosnesianya : tas orang itu diberi makan setelah itu antarkan sampai ke
rel.
Riwayat mondok
Mbah dur menur mendalami ilmu agama, ilmu tasawuf kepada mbah yai ibrohim brumbung,
kiyai yang terkenal kharismatik dan alim. Singkat cerita mbah yai Ibrohim akan mengangkat
Kholifah dalam thoriqoh untuk menangani santri santri thariqoh yang sudah tersebar. Sehingga
dipanggilah beberapa santri beliau ke mushalla dengan maksud untuk disuruh wiridan (dzikiran)
yang sudah di berikan kepada para santri-santrinya yang berjumlah 11 orang. Adapun wiridan
tersebut dilaksanakan jam 00:00 atau tengah malam dan akan selesai jika Mbah Ibrohim sudah
kembali ke tempat. Maka para santri mengikuti arahan gurunya, sehingga antara jam 01:30
tiba-tiba ada ular yang sangat besar menghampiri dan lewat di depan para santri yang sedang
berdzikir. Sontak para santri berhamburan keluar meninggalkan mushalla tempat dzikiran
tadi. Mereka semua menghadap syeikh dengan nafas yang tersengal-sengal bagai orang yang
akan meniti akhir dari perjalanan panjang pengabdiannya di muka bumi, dengan tidak
mengurangi keta’dziman pada sosok berwibawa syeh ibrahim, mereka matur:
“mbah Ibrahim dalem nyusun duko lan bade matur bilih wonten ing musholla wonten
sawer engkang ageng sanget, mili kulo sak rencang sami mlajar lan dereng saget
ngrampungaken dzikir engkang sampun kadawuhan mbah dateng kulo sak rencang.”
Kemudian dengan kharismatik yang terpancar, beliau mengajak para santri tadi kembali
ke musholla, betapa terkejutnya mereka semua, ternyata dari sekian banyak santri yang
berhamburan meninggalkan majlis dzikir, masih ada 2 santri yang tetap khusyuk, tenang dalam
keindahan berdzikir, bagi mereka berdua seperti tidak terjadi apa-apa, beliau adalah Kiai
Abdurrahman bin qosidil haq Mranggen dan kiai Abdurrahman Menur, maka setelah kedua
santri tersebut selesai berdzikir kepada Allah, kembalilah pada posisi awal sebelas santri Syeh
Ibrahim untuk menunggu apa yang menjadi dawuh beliau.
Dengan suara burung hantu yang memecah keheningan malam, dengan penuh hikmat
sang Guru Rohani tersebut menyampaikan petuahnya kepada para santri-santrinya:
“Poro santri kang kinasih kedaden ono ing mbengi iki sejatine minangka pratanda yen
poro santri isih durung mantep lan madep anggone taqorrub marang gusti Allah, isih mikir
donya lan ugo isih pingin diarani wong kang biso, mulo OJO RUMONGSO DADI WONG,
ANANGING DADIO WONG SENG DUWENI RUMONGSO, ing dino iki songko pituduhe Allah, lan
kineksen poro santri kabeh, santri loro kang wus ngrampungke dzikir lan ora kagodo donyo tak
bai’at dadi mursyid.” Beliau adalah KH. Abdurrahman Qosidil Khaq Mranggen dan KH.
Abdurrahman Menur.
Tal lama kemudian Setelah mbah ibrahim wafat yang meneruskan kemursyidan thoriqoh
qodiriyah wa naqsabandiyah adalah mbh dur menur, mbah dur mengajar thoriqoh ngelaju dari
menur ke brumbung. Thoriqoh brumbung pada awalnya hari selasa (laki2), rabu (perempuan),
selang beberapa waktu mbah dur mendapatkan ilham dari pertemuan mbah dur dengan mbah
ibrahim kemudian mbh ibrahim memberikan pesan untuk pengajian toriqoh dipindah ke menur
sesuai hari di brumbung selasa dan rabu.5
5
Wakiman adbduL wahid munif dari mbah ai masykuri menur