You are on page 1of 96
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BENDUNGAN MARET 2003 Kantor Sekretariat KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN (BALAI KEAMANAN BENDUNGAN) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIRS! ARP KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN NOMOR : 05/KPTS/2003 Tentang PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN PEDOMAN KRITERLA UMUM DESAIN BENDUNGAN PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN “Menimbang Mengingat Direktur Jenderal Sumber Daya Airé Ketua Komisi Keamanan Bendungan a. Bahwa bendungan sebagai bangunan yang mempunyai kemanfaatan umum, perl adanya upaya pengamanan ager diperclch manfeat yang menerus serta jeminan atas ‘keselamatan masyarakat; >. Bahwa upaya pengamanan bendungan perlu ditindak lanjuti dengan pengaturan inspeksi dan evaluasi keamanan bendungan dalam suatu Pedomen Inspeksi dan Eveluasi Keamanan Bendungan; d. Bahwa untuk melaksenakan tugas dan tanggung jawabnya, Komisi Keamanan Bendungan berwenang untuk mengatur lebih Lanjut pelaksanaannya; ¢. Bahwa schubungan hal tersebut diatas, perlu ditetapkars Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air. 1. Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan; 2, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang ‘Sungai; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenagan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 5, Keputusan Preside Pembentukan Kabinet Goteng Royong; RI Nomor 228 Tahun 2001 tentang, Menctapkan PERTAMA 6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tate Kerja Departemen; 7. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor O1VKPTSM/2001 tentang Orgmmisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; 8. Peraturan Menteri PU Nomor 41/PRT/1989 tentang SNI No 1731 - 199 F tentang Pedoman Keamanan Bendungan; 9, Peraturan Menteri Pekerjan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan Jo. Keputusan Menteri Permukiman dan Presarana Wilayah__ Nomor ‘296/KPTS/M/2001 tentang Perubahan Peraturan Menteri Peterjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamenan ‘Bendungan. 10, Keputasan Mentéri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRT/1989 (entang Pembagian Wilayah Sungei; 11, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 102 Tahun 1994 tentang Penunjukan/Penganakalan Ketua, Anggota, Sekretaris pada Organisasi Keamanan Bendungan; 12, Keputusan Presiden Nomor 105/M. 2002 tentang Penunjukan dan Peagangkatan Direktur Jenderal Sumber Daya Ait Departemen Permukiman dan Prasarana ‘Wilayah. MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR TENTANG: A, PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN; B, PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BNDUNGAN; . PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUAST KEAMANAN BENDUNGAN. Mengesahkan berlakunya ketiga Pedoman tersebut diatas sebagaimane tereantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai pedoman bagi para Pemilik/Pengelola Bendungan dan Balai Keamanan Bendungan dalam melakukan kajian pembangunan dan pengopersian bendungan. KEDUA —: _—_ Keputusan ini mnlai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan Kelentuan akan diadakan perubalian dan perbaikan seperlunya bilamana dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapann ya. Ditetapkan di JAKARTA Padatonggel =: 1A Maret. «= 2003 DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR. DEPARTEMEN KIMPRAS WIL, KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN Ir. Roestam Sj parm, Tembusan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: . Bapak Menteri Permukiman dan Praserana Wilayah Selaetaris Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Inspektur Jenderal Departemen Permulkiman dan Prasarana Wilayah Kepala Balitbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah . Staf Ali Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan Daerah |. Staf Ali Menteri Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Kerja /. Kepala Puslitbang Sumber Daya Air Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 9, Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya air 10.Kepala Biro Perencanaan dan KLN, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 11. Para Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan/Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi 12. Perum Jasa Tirta dan I. PN OVewRS 1) 2) 3} DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA Pemvakarsa 1. Balai Keamanan Bendungan 2 Direktorat Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya Air Pengarah 1. Ir, PugjiHastowo, Dipl HE, 2. ir, Soekistiarso, Dipl.HE, Penyusun Pedoman Balei Keamanan Bendungan Dit, Bintek, Difjen Sumber Daya Air NO. NAMA, LEMBAGA. 1. | Ir. Pugji Hastowo, Dip. HE 2, | Ir. Zaenuddin, ME 3. | Ir Bambang Pinudji Getama 4, | Ir. Soekistiarso, Dipl. HE 5._| Ir. Soedibyo, MT Balal Keamanan Bendungan Balai Keamanan Bendungan Balai Keamanan Bendungan Dit, Bintek, Ditjon, SDA Konsultan KATA PENGANTAR Meskipun bendungan memberkan manfaat yang sangat besar bagi umat manusia, namun pembangunannya bukannya tanpa risiko gagal. Oleh karena itu keamanan bendungan merupaken hal pokok yang peru mendapatkan perhatian dari semua pihak pihak terkait. Dalam kaitan inilah parlu disusun Pedoman-Pedaman yang ciharapkan dapat dipakai sebagai acuan dan salah satu diantaranya adalah : Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan. Meskipun Pedoman ini telah disusun dengan melibatkan beberapa pihak, banyak enjinir dan pejabat, namun disadar bahwa masih banyak Kekurangan-Kekurangannya. Oleh karena itulah diharapkan tegur sapa dan kritik membangun dari semua pihak, untuk lebih menyempurakan pada penerbitan revisi-revi untuk menampung sumbang saran dari para pengguna jasa dan penyedia jasa setelah melaksanakan pembangunan proyek yang mencakup pembangunan bendungan, | masa mendateng, Revis! diperlukan Atas perhatian yang diberikan diucapkan terima kasih, dan semoga Pedomen ini bermantaat bagi kita semuanya, Jakarta, Meret 2003 Balai Keamanan Bendungan jastowo, Dipl HE DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 4. PENDAHULUAN 1 12 Umum Maksud dan Tujuan 1.3 Lingkup Keiteria 1.4 HalHel yang perlu diperhatikan 18 — Validitas dan Keterbatasan 1.6 Dokumen-Dokumnen yang harus disiapkan TIPE BENDUNGAN 21 Umum 2.2 Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Fungs! 23 Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Aspek Hidraulik 2.4 Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Materialnya 2.8 — Bandungan Urugan Tanah 26 © Bendungan Urugan Batu 27 — Kiiteria Dasar dan Umum 2.8 Pemiihan Lokesi dan Tipe Bendungan SURVAI DAN INVESTIGAS! 310 Umum 3.2 Survai Topografi 33 Investigasi Geologi 3.4 Investigas| Material 35 Studi Gempa 3.6 Studi Sosial Ekonomi dan Lingkungan serta Pemindahan Penduduk HIDROLOG! 4.1 Pengumpulan Data Hidrolegi dan Meteorologi 42 Pemeriksaan Data 4.3 Analisis Probabilitas Banjir Desain 4.4 Perkiraan Banjir Desain dari Data Hujan 4.5 Ketersediaan Air Waduk 4.8 Tinggi Jagaan 4.7 Sedimentasi BEBAN $1 Beban yang Bekerja pada Bendungan Urugan 5.2 Berat Sendiri 5.3. Tekanan Hidrosiatis 5.4 — Tekanan Air Porl 5.5 Beban Gempa 5.8 Kondisi dan Kombinasl Beban serta Faktor Keamanan 5.7 Kriteria Faktor Keamanan Minimum 40. 41. 12. 13. DESAIN PONDAS! 61 Umum 6.2 Jenis Pondas! Bendungan 6.3 Pondasi Batuan 6.4 Pondasi Material Berbutir Kasar 6.5 Pondasi Material Berbutir Halus BENDUNGAN URUGAN TANAH 7.4 Umum 7.2 Puncak Bendungan 7.3 Perlindungan terhadap Lereng Bendungan 74 — Filter dan Transisi 7.5 Desain Timbunan BENDUNGAN URUGAN BATU 8.1 Umum 8.2 Penerapan 8.3 Desain Pondasi 8.4 Parl Halang 8.5 Desain Urugan 8.6 Desain Membran BANGUNAN PELIMPAH a4 Umum 9.2 Fungsi Pelimpah den Pemilihannya 93 Kapasitas Keluaran 9.4 Bangunan Pengontrol 95 Saluran Pembawa 96 Peredam Energi 9.7 Tipe Bangunan Pelimpah 9.8 Bangunan Pelimpah Berpintu Air 99 Studi Model BANGUNAN PENGELUARAN 10.1 Umum 10.2 Tipe Bangunan Pengelvaran 10.3 Tipe Mulut Pengambilan 10.4 Bangunan Pengeluaran Berupa Kenduit 10.5 Pipa dan Saluran Bawah Tanah INSTRUMENTASI 11.1 Umum 112 Tujuan Pemasangan Instrumentasi dan Faktor Penyebab Kerusakan Bendungan 11.3 Kriteria instrumentas| 41.4 Instrumentasi Bendungan Yang Diperlukan 14.5 Jenis Instrumen Bendungan PEKERJAAN PENGALIHAN ALIRAN SUNGAI 12.1 Metoda 12.2 Bangunan Pengelak LAIN-LAIN 13.1. Hal-Hal Yang Harus Ada Di dalam Keiteria Desain 13.2. Spesifikasi Teknik Bendungan Urugan Tabel 3-1 Tabel §-1 Tabel 7-41 abel 9-1 Tabel 11-1 Gambar 4 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gamber 7 Gambar& DAFTAR ISTILAH TERJEMAHAN SUMBER PUSTAKA DAFTAR TABEL Jenis Uji Materia Bendungan Urugan Kondisi Dan Kombinasi Beban Serta Faktor Keamanan Minimurn Hubungan Antara Jenis Tanah Dasar Den Kriteria Filter ‘Tipe dan Komponen Bangunan Pelimpah Keuntungan dan Keterbatasan Janis Pisometer DAFTAR GAMBAR Potongan Bendungan Tipe Urugan Tanah Bendungan Tipe Urugan Batu Matode pengendalian rembesan air pads bendungan urugan Pengaruh membran hulu pads panahan urugan terhadap geseran Detil membran beton aspal pada dinding part hatang Dell dinding parit halang beton dan doweled toe slab Detil membran pelat baja pada dinding parit halang Kolam Olak USER: 7 ar at a7 3 23 24 ay a7 49 12 13. 14 4, PENDAHULUAN Umum Kfiteria Umum Desain Bendungan Urugan, berisi patokan dasar dan umumm untuk pembuatan desain bendungen urugan termasuk bangunan pelengkapnya. Kriteria Umum tidak memberi penjelasan secara rinci mengenai metoda dan rumus-rumus yang harus dipakal, oleh karenanya sebelum pembuatan desain bendungan, lebih dulu Perencana harus menyiapkan kriteria desain yang rinci khusus bagi endungan yang akan dislapkan desainnys. Penyiapan kriteria desain rinci harus dilakukan oleh seorang ahli bendungan yang bemengalaman, dengan berpedeman pada Kriteria Umum Desain Bendungan ini serta standar dan pedorman-pedoman lain yang terkalt dan berlaku. Pada Kriteria ini hanya akan dibahas mengenai krteria umum bendungan urugan yang secara garis besar dibedakan menjadi due kelompok yaitu, urugan tanah dan urugan batu, Untuk bendungan beton aken dibuat kriteria umum tersendiri. Maksud dan Tujuan Keiteria ini dimaksudkan sebagai patokan dasar dan umum dalam penyiapan desain bendungan urugan, dengan tujuan agar dapat dihasilkan desain bendungan yang memenuhi kaidab-kaidah keamanan bendungan yang berlaku. Lingkup Kriterla Lingkup Kiiterla ini, mencakup kriteria dasar dan umum untuk desain bendungan urugan tanah dan bendungan urugan balu, bagi bendungan dengan ukuran seperti yang disebut dalam SNI No.1731-1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan. Hal-Hal yang perlu diperhatikan Desain bandungan harus dibuat dengan mengikuti aturan, standar dan pedoman ini yang beflaku dengan memperhatkah : faktor keamanan bendungan; pemenuhan fungsl; pemanfeatan material setempat yang kualiias dan kuantitasnya memenuhi syarat; biaya pembangunan operasi dan pemeliharaen ekonomls; selares dengan lingkungan dan kondisi sosial setempat. Berkaitan dengan hal ini, rencana pembangunan bendungan perlu di-sosialisasi-kan kepada masyarakat selempat terutama kepada masyarakal. penerima dampak pembangunan bendungan. Sebelum membuat desain, lebin dulu. Perencana bendungan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : a. Pembangunan bendungan disamping akan memperoleh manfaat, berarti juga akan mengundang dan menylapkan potensi bahaya. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir bandang yang sangat dahsyat yang mengancam keselamatan jiwe dan harta benda dinfir bandungan, 15 Kejadian keruntuhan bendungan dapat menimpa bendungan mana saja dan kapan saja, sehingga Perencana bendungan harus melakukan antisipesi terhadap segala kemungkinan peluang terjadinya keruntunan bendungan. Pada umumnya keruntuhan bendungan dimulaidari zona atau titik-titik lemahnya, bukan pada kondisi rata-ratanya, oleh karenanya dalam penyiapan desain perlu diperhatikan lebin pada zona atau titik-ttik lemah fersebut. Agar dapat mengetahul dan memahami sifat, perilaku dan titik-titk lemah setiap tipe bendungan, sebelum membuat desain Perencana wajib mempelajarl berbagai kejadian keruntuhan bendungan, mengkaji potensi penyebab dan model keruntuhannya sehingga dalam penyiapan desain dapat mengupayakan pencegahan-pencegahannya. Penyiapan desain bendungan hatus dimulai dari konsep desain yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan mendetailkan bagian- bagiannya, bukan sebaliknya. Tubuh bendungan dan pondasinya harus ditinjau dalam satu kesatuan fungsi yang bekerja borsama-sama, tidak secara terpisat-pisah, Khusus untuk bendungan urugan, karena adanya pengaruh-pengaruh : faktor alamiah, pembebanan dan kualitas pelaksanaan yang tidak seragam alau Kurang bak, maka zona-zona yang ada pada bendungan urugan didalam pelaksanaannya tidak akan selalu dapat betul-betul homogen seperti yang diasumsikan dalam desain. Memahami hal inl, Perencana bendungan harus mengambll langkah-langkah entisipesi_lerhadap kekurangan-kekurangan yang dapat terjadi, walaupun berdasarkan perhitungan mungkin tidak diperiukan Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 1998 tentang Jasa Konstruks!, apablia terjadi kegagalan bendungan, semua pinak yang terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan yakri = Konsultan Perencana, Supervisi, Kontraktor dan Pangelola / Pemillk bendungan, harus bertanggung jawab atas terjadinya kegagalan sesual dengan bidang profesi masing-masing. iditas dan Keterbatasan Kiiteria Umum hanya berisi patokan dasar dan umum desain bendungan unugan yang penggunaennya harus mengacu pula pada standar dan pedoman lain yang terkalt dan berlaku, seria tetap diperlukan adanya keputusan-keputusan profesional dan Ahli Perencana Bendungan yang berpengalaman, untuk melakukan penyesuaian-penyesualan dengan kondis! aktual. KKhusus untuk bendungan penampung limbah tambang dan_ Indust, pemekaian Kriteria Umum ini harus memperhatican pula Pedoman Bendungan Limbah yang terkait. 1.6 c. Kiiteria Umum tidak dimaksudkan bagi bendungam-bendungan. yang mempunyai kondisi khusus atau mempunyai ukuran yang sangat tinggi yang, memeriukan pertimbangan-pertimbangan dan metoda-meteda pelaksanaan khusus, Dokumen-Dokumen yang harus disiapkan Dokumen yang harus disiapkan pada tahap desain, sekurang-kurengnya adalah sebagai berikut : Laporan Kaji Ulang atas dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya Laporan Survei Topogratfi Laporan Investigasi Gealagi dan Gealeknik Kriteria Desain Laporan Analisis Hidrologi Laporan Perencanaan Pendahuluan Laporan Pengujian Model Hidraulik Laporan Perhitungan Desain (design calculation) Laporan Pelaksanaan Desain / Nota Desain (design note) Gambar Desain Panduan Operasi Pemeliharaan dan Pengamatan, untuk kondisi normal maupun darurat ‘Spesifikas| Teknis Meioda Pelaksanaan Konstruksi dan Penggunaan Alat-Alat Berat Reneana Mutu Konstruksi (Contruction Quality Plan) Rencana Implementasi Proyek, termasuk dokumen tender sesuai pemaketan Rencana Pembebasan Tanah dan Rencana Pemindahan Penduduk Analisis Ekonomi dan Finansial Rinci Laporan Studi AMDAL wriceacseern eat sapes 24 22 2, TIPE BENDUNGAN Umum Bendungan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok tergantung pada tujuan pengelompokannya. Didalam Kiteria ini, bendungan dikelompokkan berdasarkan tiga hal berikut, yakni = fungsi, desain hidrolik dan material yang digunaken. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsi Berdasarkan fungsinya, tipe bendungan dapat dibedakan menjadi bendungan = penampung air, pengalih aliran dan pengendali banjir, dan lebih jauh lagi dapat pula didedakan berdasar fungsi khususnya a. Bendungan penampung air Dibangun untuk menampung air pada saat kelebihan dan digunakan pada saat kekurangan, Pada Umumnya penampung ilakukan pada musim hujan kemudian digunaken pada musim kemarau. Leblh inci lag bendungan penampung air dapat dibedaken berdasarkan tujuan penempungan airnya yaitu untuk ; air beku, pembangkit listrik, penkanan, rekreasi dan lain sebagainya. ‘Tujuan atau tujuan khusus pembangunan bendungan, sering berpengaruh pula pada desain struktumya dan mungkin peria ditentukan kriteria besernya fluktuasi muka ait waduk dan besar debil rembesan yang dizinkan, b. Bendungan pengalih aliran (diversfon dans) Dibangun untuk meninggikan muka ait agar diperoleh tinggi jatuh yang cukup atau ager dapat dialihkan aliran sungainya masuk kesaluran atau sistem pembawa lainnya. Beberapa bendungan tipe ini digunakan untuk pengembangan irigas, pengalihan aliran dari sungal ke weduk diiuar sungal yang bersangkutan, untuk air baku dan industri, atau untuk kombinasi bertiagai keperluan. ¢. Bendungan pengendali banjir Bendungan tive ini disebut pula bendungan detensi atau retensi bani, dibangun untuk mempertambat atau menyimpan sementara aliran banjir dan mengurangi terladinya benjir besar. Bendungan pengendall banjir dapat cibedakan lagi menjadi dua macam tipe, yaitu : tipe yang umum adalah untuk menyimpan sementara dan melepas aliran banjir dengan debit yang fidak melampul kapasitas sungai dihilir. Tipe yang Iain adalah untuk menahan air selama mungkin agar air meresap ke tebing-tebing atau pondas! yang Julus air. Bendungan tipe ini kadang-kadang juga dibangun Untuk menangkap sedimen, sehingga kadang-kadang disebut pula sebagal bendungan penangkap sedimen (debris darns). d. Bendungan serbaguna Umumnya pombangunan bendungan tidak hanya bertujuan untuk memperoleh manfaat tunggat, tapi untuk febih dari satu manfeat seperti untuk penyedia alr ingasi, tenaga listrik, air baku, pengendali banijir, 23 24 25 perikanan, rekreasi dan lain sebagainya, bendungan sepert ini lazim disebut bendungan serbaguna Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Aspek Hidraulik ‘Ada 2 tipe yall bendungan yang boleh dilimpasi air dan bendungan yang tidak boleh dilimpast air. a. Bendungan yang boleh dilimpasi air fovertiow dams) Adalah bendungan yang didesain boleh dilmpasi air di puncaknya, Bendungan seperti ini umumnya hanya memiliki tinggi beberapa meter, bendungan dibuat dari material yang tahan tethadap erosi, seperti beton, pasangan batu, baja, kayu dan lain-ain, b. —_ Bendungan yang tidak boleh dilimpasi air (nonoverfow dams) ‘Adalah bendungan yang didesain tidak boleh meluap. Tipe ini lazimnya dibuat dari material urugan tanah dan urugan batu, dan sering pula berupa bendungan beton yang dikombinasikan dengan pelimpah serta urugan tanah atau batu disisi-sisinya sehingga membentuk bangunan komposit, Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Materialnya Pengelompokan bendungan yang paling lazim digunakan didalam diskusi desain adalah berdasarken material pembentuk bendungan. Tipe bendungan berdasar material pembentuk bendungan ini, juga dikenal sebagai tipe dasar didalam pembuatan desain bendungan, seperti : bendungan beton gaya berat (concrate gravity dams) bendungan beton dengan penyangga (butiress dams), bendungan beton pelengkung (arch dams). bendungan urugan tanah dan urugan batu. Dalam iriteria ini, selanjutnya hanya akan dibahas mengenal bendungan urugan tanah dan urugan batu, Bendungan Urugan Tanah Adslah bendungan yang paling lazim dibangun, Karena konstruksinya menggunakan material galian setempat yang tersedia yang fidek perl banyak pemrosesan. Dibanding dengan tipe lain, tipe ini dapat dibangun hampir pada segala jenis tanah pondasi dan pada topografi yang kurang baik, dan umumnya lebih sering dibangun untuk tujuan penampung air. Pada gambar 1 diperiihatkan berbagal potongan tipe bendungan urugan yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua tipe, yakni © Bendungan urugan tanah homogen © Bendungan urugan tanah berzona (dengan inti tegak atau inti miring) Pembuatan zona-zona pada tubuh bendungan adaleh bertujuan untuk meningkatkan keamanan bendungan, yaitu dalam rangka mendapatkan kekuatan (strength) yang cukup, serta pengendalian rembesan dan retakan. Untuk mendapatkan desain yang aman, dapat dibuat berbagal kemungkinan tipe zona, bila. material yang digunaksn memiliki tingkat lulus alr yang rendah atau diperlukan adanya kelahanan terhadap retakan, dihilir bendungan perlu dipasang 26 ar 274 lapisan drainasi horizontal yagn dikombinasikan dengan drainasi tegak atau miring. Bendungan urugan tanah harus dilengkapi dengan bangunan pelimpah dengan kapasitas yang memadsi. Kelamahan utama bendungan tis ini adalah rawan terhadap erosi yang dapat berakibat kerusakan atau keruntuhan bendungan. Bendungan Urugan Batu ‘Adalah bendungan unugan yang sebagian besar material timbunannya berupa balu, yang berfungsi sebagal pendukung uiama stabilitas bendungan. Agar bendungan kedap air, dipasang lapisan kedap air berupa membran kedap air dimuka \ereng hulu (dikenal sebagai bendungan sekat atau facing dems) atau didalam tubuh bendungan berupa inti, Lapisan kedap air atau membran dapat berupa zona kedap air dari tanah, beton, paving beton aspal, geomembran, plat baja, atau didalam tubuh bendungan dapat berupa lapisan kedap air tipis: dari tanah, beton, beton aspal, dan geomembran, seperti yang ciperlihatkan pada gambar 2, Bendungan urugan batu dengan zona kedap air dari tanah harus dilengkapi dengan fiter dan atau transisi untuk mencegsh perpindahan material dari zona berbutir halus ke zona bebutir lebih kasar. Secara garis besar bendungan urugan batu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu: * bendungan urugan batu dengan lapis kedap air dimuka (bendungan sekat / facing dams) ® — bendungen urugan batu berzona (dengan inti tegak atau inti miring) Seperti bendungan urugan tanah, bendungan urugan batu juga dapat rusak atau runtuh akibat meluapnya air waduk, oleh karenanya bendungan harus dilengkapi bangunan pelimpah dengan kapasitas yang cukup. Perkecuailan berlaku bagi bendungan pengallh aliran, bendungan detensi benjir atau penangkap sedimen yang secara khusus didisain tahan terhadap meiuapnya air waduk, dimana permukaan lerengnya dilengkapi dengan batu-baiu beser yang didisain khusus tahan terhadap erosi dari luapan air, Bendungan urugan batu mambutuhkan fondasi yang penurunannya (saitiement) keeil agar tidak merusak membran. Jenis fondasi yang cocok adalah batuan atau pasir kerikil yang sangat kompak. Tipe urugan batu cocok untuk dipilin bila: persediaan material balu cukup banyak, fondasi batuan berada atau di dekat permukaan tanah, material tanah yang oocok untuk urugan tanah tidak tersedia, musim hujan yang panjang mengakibatkan pelaksangan konstruksi urugan tanah menjadi tidak praktis, atau bila pembangunan bendungan beton kurang ekonomi. Kriteria Dasar dan Umum. Secara garis besar desain bendungan harus memenuhl kriterla dasar dan unum sebagai berikut ; Kriteria Dasar a. aman terhadap kegagalans structural b. aman terhadap rembesan dan bocoran © aman terhadap kegagatan hidraullk 272 28 28.4 Kriteria Umum @, Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abuimen (bukit tumpuan} dan tepi sekelling waduk harus selaly stabil dalam keadaan apapun juga termasuk dalam keadaan gempa Sumi selama operas| dan pemelinaraan yang kemungkinan tefjadi selama umur_bendungan. Kalaypun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan, b. Untuk mencegah lerjadinya bahaya limpasan diatas puncak bendungan, harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar yang diperiukan. Tinggi jagaan harusiah cukup untuk menahan limpasan air banjir sebagai akibal gelombang c. _Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirken debit banjir desain dengan aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk melewatkan debit banjir desain dengan aman sesuai SNI 03-3432-1994 Harus diupayakan pula agar kapasitas bangunan pelimpah tidak termasuk kapasitas bangunan pengelvaran lain. d. Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada bendungan dan pondasi yang mengakibatken terjedinya aliran buluh, sembulan pasit, retak hidraulik dan arching, @ _Lereng4ereng bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran, sekeliling waduk, saluran, tebing sungal dan lair-lain yang terkait dengan bendungan, bila peru diadakan perkuatan lereng dan lebing, agar selalu stabil dan tidak mudah longsor sehingga dapat dioperasikan dengan aman dan andal balk dalam keadaan normal maupun darural. Pemilihan Lokasi dan Tipe Bendungan Umum Pada tahap planning dan disain, pemilihan lokasi dan tipe bendungan harus betul- betul dipertimbangkan secera hati-hati, Pada disain awal, perlu dibuat beberapa allernatit pilinan tipe bendungan dan bangunan pelengkapnya, yang sesual dengan lokasi bendungan, baru Kemudian ditstapxan satu altematif yang paling ‘socok dan ekonomis. Pemilhen tipe bendungan perlu dilakukan bersama-same oleh para ahli yang terdiri dari: ahli planning, geoteknik, hidraulk dan struktur, agar ciperaleh hasil disain yang ekonomis dan cocok dengan fakior fisik seperti: topografi, kondisi fondasi, aeologi dan kegempaan, ketersediaan material, serta hidrologi. Faktor-faktor yang harus dipertimbangken dalam pemilinan tipe bendungan antara lain: = Tujuan pembangunan bendungan Perlindungan terhadap aliran air dari pelimpah - Keterbatasan bangunan pengeiuaran Masalah yang dihadapi dalam pengalihan aliran selama pelaksanaan konstruksi - Kemudahan akses ke lokasi bendungan 2.8.2 Kelersediaan tenaga kerja dan peralatan Faktor fisik jokasi bendungan Keamanan bendungan Faktor-Faktor yang harus dipertimbangkan Tujuan pembangunan Tujuan pembangunan bendungan biasanya akan berpengaruh pada operasi waduk yang kemudian akan berskibat pada fluktuasi muka air waduk. Untuk muka air waduk yang sangat fluktualif dan dengan fluktuasi yang besar kurang cocok untuk bendungan urugan tana, Topografi Topografi yang peru dipertimbangkan, antara lain termasuk _bentuk permukaan lokasi bendungan dan deereh genangen, kemudahan akses ke lokasi dan akses material konstruks \ondisi pondasi dan geolegi Pertimbangan geologi mencakup menilai kecocokan jenis tanah dan batuan sehagal fondasi dan kesesuaiannya dengan material tubuh bendungan. Geologi fondasi lokasi bendungan sering menjadi penentu didalam menetapkan tips bendungan yang cocok dengan ickasi tersebut. Kondisi fondasi dan geclogl yang harus diperlimbangkan antara lain mencakup: kekuatan, ketebalan, arah dan kemifingan lapisan, tingkat ulus aivpermeabilitas, kekar, retakan dan struktur sesar. Hidrotog! Keadaan hidrologi akan berpengaruh pada operesi waduk yang kemudian berakibat pada Muktuasi air waduk yang periu dipertimbengkan didalamn pemilihan tipe bendungan seperti pada tujuan pembangunan butir a). Disamping itu ada hubungan erat antara factor ekonomi dengan hirolog! yang perlu dipertimbangkan pula, karakteristik aliran dan curah hujan dapat berpengaruh besar pada bieya konstruksl, yaitu terkait dengan pekerjaan pengelakan sungal dan lamanya waktu pelaksanaan konstruksi bendungan urugan tanah. ‘Tersedianya bahan bangunan Bendungan harus menggunakan material yang yang mutunya_memenuhi syarat dan secara ekonomis tersedia di atau dekat lokasi bendungen. Tipe bendungan yang paling ekonomis bissanya adalah bendungan yang menggunakan material yang tersedia dalam jumlah yang memadai dan jarak angkut yang layak. Jumlah material yang memadai terkisar antara dua sampal tiga kall volume yang dibutuhkan, Kegempaan Kondisi kegempaan dilokasi bendungan, akan berpengaruh pada pemilinan tipe bendungan. Bendungan tipe urugan batu lebih tahan terhadap gempe dibanding urugan tanah. Bagi bendungan yang terletak di daerah gempa, harus dibuat disain bendungan yang tahan terhadap tambahan beban gempa dan tegangan. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi peda waktu pengalinan aliran sungal. Ada tiga alternatif piihan bagi saluran pengelak, yaitu: terowong, konduit dan saluran terbuka. Konduit dan saluran terbuka mempunyal kelemahan pada bidang kontak antara pasangan beten dengan urugan tanah, yaitu rawan terhadap ierjadinya aliran buluh. Berdasar pertimbangan keamanan bendungan, terowang adalah piihan yang terbaik Perlindungan terhadap aliran pelimpah Kecuali bendungan penangkap sedimen, agar dihindarkan pembangunan pelimpah diatas tubuh bendungan urugan, Sebaiknya pelimpah dibangun pada galian saluran dibukit tumpuan diluar atau didekat tubuh bendungan. Penempatan pelimpah diluar tubuh bendungan akan menghindarkan perlunya konstruksi pelindung di kaki tubuh bendungan dari erosi dan lurbulenst aliran pelimpah, 34 32 3. SURVAI DAN INVESTIGASI Umum Pada pembangunan bendungan, surval dan investigasi merupakan tahap yang penting dalam rangka mendapatkan data pandukung dalam menantukan tipe dan disain bendungan yang akan dibangun. Tidek memadainya survai dan investigasi akan menyebabkan tidak akuratnya desain bendungan, sehingga dapat berakibat fatal berupa keruntuhan bendungan. Sebelum melaksanakan survai dan investigasi lebih dulu harus dibuat rencana yang balk scsusi tahapan pembangunan bendungan, Secara gers besar survai investigasi dapat dikelompokkan sesuai tahap perbangunan bendungan, sebagal berikut : survai investigasi untuk perencanaan umum (overall planning), desain awal! dasar, desain rincl, konstruks!, seria operasi dan pemeliharaan. Disamping itu ade pula survai investigasi tambahan (supplement) untuk mengantisipasi permasalahan baru yang timbul, seria survai investigasi untuk keperluan Khusus, seperti : untuk .ganti rugi, studi fingkungan, dan untuk penyusunan Reneana Tindak Darural, Jenig-jenis surval investigas! yang Giperlukan untuk mendukung pembustan desain aniara lain : surval lopografi, geologi teknik, material bangunan, meteorologi dan hidrologi, Kegiatan survai investigasi ini, harus_memenuhi kebutuhan minimal desain bendungan sesuai jenis dan dimens! bendungan yang akan dibangun, antara tein : cakupan areainys, Ickasi, kedalamannya, jumlah sample, jenis dan jumlah uji laboratorium serla uji insitu, dan lain sebagainya. Metode surval investigasi harus mengikuti aturan, standar dan pedoman lain yang berlaku. Seperti hainya kegiatan desain, kegiatan survai Investigasi belum dianggap selesai sebelum pelaksanaan konstruksi bendungan selesai, Sebelum pelaksanaan survai investigasi, alat-alat ukur dan pembacaan harus dikalibrasi lebih dulu, sesuai manual yang dibuat oleh pabrik. Ketentuar-ketentuan teknis yang lebih rinci mengenai surval investigasi yang tidak diatur dalam Pedoman Kriteria Umum ini, henéaknya mengacu pada pedoman- pedoman berikut : © Panduan Perencanaan Bendungan Urugan, Volume I, Survai dan Investigasi, Direktorat Jenderal Pengairan, 1999. © Standar Perencanaan Irigasi, PT 02 Bagian Pengukuran, Ditjen Pengalran, 1986, ¢ Standar Perencanaan Ingasi, PT 03 Bagian Penyelidikan Geoteknik, Ditjen Pengairan, 1986. Survai Topografi Semua kegiatan survel tapografi harus menggunakan tik referensi yang sama, sedapat mungkin agar menggunakan titik referensi dari jaringan tranguiasi. Tingkat ketelitian survai hanus memenuhi standar yang berlaku. 10 a3 33.4 Data survai yang dibutuhkan pada setlap tahap pembangunan, antara lain : Peta Daerah Pengaliran Sung: ‘Survai topografi untuk perencanaan umum, © Peta Daerah Pengaliran Sungai skala 125.000 sampai 1:50.000 ® Peta situasi cekungan waduk dan sekelilingnya termasuk lokas! bendungan utama, bendungan pelana, bangunan pelengkap, fasilitas penunjang, daerah galian, rencana relokas| jalan dan lain sebagainya, skala 1:5.000 ~ 1:10.00. Survai topogtefi untuk perencanaan dasar dan parencanaan rind! © Peta lokasi bendungan, skala 1:500 ~ 1:1.000. © Potongan memanjang dan metintang lokasi bendungan, ekata 1:200 ~ 4:50. }olongan memanjang dan melintang bangunan peimpah, skala 1:200 ~ 500. Peta cekungan waduk, skala 1: Potongan memanjang cekungan waduk, skala 1:200 ~ 1:500 Peta daerah sumber galian, skala 1:500 ~ 1:1.000 ‘Surval topografi untuk supervisi dan pelaksanaan konstruksi © Pengukuran tata letak (uit zet, setting out) bendungan dan bangunan, skala 1:100 ~ 1:200. Pemetaan pondasi bendungan, skala 1:100 ~ 1:200. Pengukuran puma Konstruksi (as built, setting out bendungan dan bangunan lain, skala 1:200, dapat menggunakan foto udara den peta fopografl yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, yang dapat berupa gambar pets atau data digital, Sebelum digunakan agar dilekukan Uji validitas luntuk menyakinkan bahwa datenya baik dan valid digunakan. Investigasi Geologi dan Geoteknik. Umum Investigasi ini dilakukan untuk mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan kondisi pondasi dan cadangan bahan alamiah yang tersedia, yang diperlukan untuk mendukung desain bendungan. Investigasi harus dilakukan antara lain : dickas! bendungan dan bangunan pelengkapnya, cekungan waduk dan daerah sekalilingnya serta pada sumber bahan galian, Keglatan yang perlu dilakukan, antara lain : Pengumpulan dan pengkajlan data dan hasil studi yang telah ada Investigasi geologi permukaan Investigasi bawah permukaan Ujiinsitu geatekenie Uji laboratorium Pengolshan hast investigasi aaeeee 3.3.2 venis, metode dan tingkat akurasi investigas! geologi, harus dilakuken sesuai dengan tahapen pelaksanaan, Pelaksana investigasi (investigator) harus memilki kemampuan : mengkiasifikasi tanah dan batuan, memahami sifat teknik dan geologi berbagai bentuk rupa bumi (landforms), terbiasa dengan metods-metode : ‘sampling, logging, seria uji lapangan dan laboratorlum untuk bendungan, Investigasi Geologi Permukaan Investigasi geologi permukaan, perlu dilakukan pada tahap desain ewal maupun desain rinci yang kegiatannya mencakup : pengkajian data yang telah ada, pengenalan ‘lapangan, pengamatan terhadap singkapan-singkapan dan pembuatan peta geologi yang dilakuken dengan cara analogi tethadap kondisi bawah permukaan. Data yang perlu dikaji antara lain ; topografi, stratigrafi, struktural geologi, sifat batuan, material endapan, hidrageologl dan sejarah geologi (geohistory). Penyebaran dan ketebalan endapan permukaan, Jenis dan sifat bahan, derajat pelapukan, pola dan penyebaran bidang-bidang ciskontinyuitas dikaji lewat pengamatan terhadap singkapan-singkapan yang ada dengan bantuan peta topografi. Tebal, derajat pelapukan dan sifai tanah penutup, diamati dengan membuat paritan dan sumur uli Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi * Peta wilayah dengan skala 1:50.000 sampel 1:100.000 © Peta semi detil lanangan skala 1:10.000 sampai 1:25.00 © Peta detil dengan skala 1:500 sampai 1:5.000 Data yang diperoish dari investigasi harus mampu member informasi mengenai : stratigrafl; struktur geologi; orientasi bidang diskontinyultas seperti struktur sesar, kekar; jurus; kemiringan laplsan; jenis dan sifat_ batuan; hidrogeolagi; daerah longsoran; lokasi Sumber material timbunan dan aggregat beton, Hasil_ investigasi ini bersama dengan hasll keglalan investigas!_ yang lain, selanjutnya dituangkan didalam peta geologl skala detil yang harus mampu menggambarkan hasil investigasi geologi permukaan dengan jelas, dan dibuat berdasarkan klasifikasi qeologi sesuai dengan tujuan investigasi. Investigas| untuk mengkaji pondasi, klasifikas! geologi terutama cidasarkan pada kekuatan dan permeabilitas batuan pondasi, sedang untuk investigasi cadangan material lebih diutamakan pada fakior gradasi serta hal-hal yang berkallan dengan penggeliannya. Lokasi singkepan, batas formasi baluan dan lokasi struklur sesar, kekar, bidang geser harus dinampakkan dengan jelas didalam peta. Formasi batuan sebaiknya diklasifikasi berdasar sitat mekaniknya. Peta geologi peru disiapkan, pada lokasi-lokasi berikut a. Cekungan waduk dan daerah sekitarnya, dengan skala 1:500 ~ 1:6.000 b. — Lokasi bendungan utama dan pelana, bangunan pelengkap, skala 1:50 ~ 4:1.000 ¢. — Lokasi sumber galian, skala 1:500~ 1:1.000 d.—_Lokasi lain yang dianggap perlu 12 3.3.3 Investigasi Geologi Bawah Permukaan Investigasi ini dimaksudkan untuk ; mengklasifikasi batuan pondasi berdasarkan sifat-sifat teknisnya yang antara lain, kondis| geologi yang mencakup jenis dan sifat batuan baik fisik, mekanik, dan sifat hidrauliknya, serta mengumpulkan data Jengkap guna menentukan tipe bendungan, batas galian serta perbaikan pondasi, Kendisi distas dapat diketahul dari hasil pemboran inti, Selain pemboran inti, metode Iain yang lazim digunekan adalah pendugaan geofisik dengan survai seismik, dan terowongan uji. Secara umum ickasi dan kuantitas investigasl ini ditetapkan dengan mempertimbangken tipe den ukuran bendungan serta kondisi geologi setempat. a ‘Survai Seismik Pada desain awal ; survai seismik diperlukan untuk memperkirakan kedalaman lapisan tanah dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, kondisi dan tingkat pelapukan batuan. Jalur survai, paling tidak dilakukan pada : sepanjang tapak bendungan sejajar poros bendungan, palung sungal, tumpuan kanan dan kiri, serta sepanjang bangunan pelimpeh Pada desain rindi : surval seismic diperiukan untuk melengkapi data yang diperoleh pada tahap desain awal. b. Pemboran Pemboran diperlukan untuk mengetahul secara langsung kondisi geologi dicalon lokasi bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian. Pemboran dilakukan menggunakan “rofary core drilling" dengan diameter mata bor >56 mm. Kedalaman pemboran dilokasi bendungan pada prinsipnya harus sampal menembus batuan dasar lebih dari 5 meter, atau secara umum paling tidak 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang pasti ditetapkan berdasarkan hasil uji seismik dan geologi seternpat. Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, yang antera lain penetras! slandar (SPT) pada setiap interval kedaleman 2 meter alau setiap pergantian lapisan © Uji permeabilitas pada setian interval kedalaman 1,5 ~ 3 meter. Metode ji permeabllitas (uji packer bertekanan, alau open end test) disesuaikan dengan karakteristik formas Pada tahap desain awal ; paling tidak diperiukan 2 jobang bor pada pores bendungan masing-mesing ditumpuan kanan dan Kiri; 2 atau 3 lubang bor dipalung sungai kecvali bila terfihat adanya singkapan baluan segar jumlah lobang bor dapat dikurangl; 1 lobang bor dibawah mercu pelimpah, dan ditempat-tompat lain yang memeriukan, Bila lembah sungal sempit dan diduga merupakan jalur struktur sesar, periu gilakukan pemboran miring pada sisi tebing sungai menembus formasi batuan dibawah sungai Pada desain rincl ; juriah dan lokas! pemboran tergantung pada kondisi geologi setempat, dengan mempertimbangkan titik-tilic pemboran yang telah dilaksanakan pada tahap desain ewal, Secara umum lokasi pemberan sama dengan jalur pemboren pada desain awal, namun jarak ‘titik pemboran perlu dirapatkan dengan jarak antara masing-masing titik pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai 30 m. 13 3.3.4 Inti hasil pemboran, narus disimpan dengan baik didalam peti kayu, isusun sesual kemajuan pemboren. Diskripsi sample inti pemboran harus dicatat dalam kolom-kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat ; nama pelaksana, tanggel, elevasi, diskripsi, satuan batuan, perolehan inti, ROD, koefisien permeabilitas, SPT, air pembilas, dan lair fain yang periu. Data hasil pemboran bersama hasil kegiatan investigasi geologi yang lain, setelah diolah kemudian dibuat peta geologi tsknik rinci, termasuk peta peta kontur batuan dasar, penampang alau profil geologi, serta peta Jugeon untuk menentukan kedalaman dan Kerapatan injeksi. Pada tahap konstruksi nanti, peta geolog! rinel harus diperbalki kembali_ sesuai hasit investigas| pada galian pondas! dan investigasi tambahan. Profil geologi bendungan digamberean dari arah hulu, dengan skala 1:500 ~ 1:10, satidaknya mencakup sepanjang poros bendungan sampai batas galian pada bukit tumpuan, bangunan pelimpsh, terowongan pengelak dan ferowongan pengambilan, c — Terowong ull Metade ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungen besar tinggi diatas 30 meter, dimana kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahul Terowong uji dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri dan atau kanan tergantung kendisi geologi setempat. Uji Insitu Geoteknik Ada dua faktor kekuatan penting yang harus diketahul pada batuan pondasi, yaitu kkust desak atau kuat tarik dan kuat geser, Uji kuat desak atau kuat tarik dapat dilakukan dilaboratorium terhadap sample inti pemboran dan galian uji, namun ‘evaluasi terhadap fondasi tidak dapat hanya berdasar pada uji lahoratonum karena pengaruh dari retakan dan kelembaban alamiah batuan tidak tercerrin didalam hasil uji. Oleh karena itu disamping uij Laboratorium juga pertu dilakukan jl insitu pada tanah batuan asli yang langsung dilakukan pada lobang bor seperti yang telah diuraikan ¢iatas, dan alau pada galian uji. Jenis uli insity yang dilakukan pada terowong atau sumuran uji antara lain ; © Uji pembebanan / uji deformasi © Ujlinsitu geseran © Uji cepat rambat gelombang elastis Disamping itu periu dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan (slaking) untuk mengetahul stabilitasnya Jangka panjang, Uji Laboratorium Uji laboratorium diperiukan untuk : © Melakukan analisis sifat teknik baluan (fragmen pembentuk batuan) dan melengkapi data untuk mengklasifikasi baluan dengan membandingkan sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan. © Mengetahui sifat teknik batuan atau fragmen batuan sebagai bahan timbunan, agregat beton dan iain sebagainya serta untuk mengevaluasi mutu bahan, 14 34 Sesual janis material yang diuj|, pekeriaan uji laboraloium dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu uj laboratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti berikut : @. —_Ujilaboratorium mekanika tanah Sample tangh yang akan diuji unutk investigasi pondasi adalah tanah asi. Lingkup uji meliputi : 4) Sifat fisik, antara lain : berat spesifik (Gs), berat isi (yn), kadar air (Wn), analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer. 2) Sifat mekanik / teknik antara lain : uji geser langsung (CD), kensolidasi (Go, Cv, Es), uji tiaksial : takterdrainase dan terkonsolidasi (consolidated undrained, GU), takletdrainase dan takterkonsolidasi (unconsolidated undrained, UU), (consolidated drained, CD). Uji permeabilitas, dan bila perlu uji Erodibilty atau slake durability test. 'b, _Ujilaboraterium mekanika batuan 1) Sifat fisi - selalu : berat spesifik, berat satuan, porositas, serap lembab, permeabilitas; = sering kali : modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis; stabiitas terhadap pembasahan dan penyerapan air; besarnya pengembangan (swelling) dan tekanan akibat peremdaman, dll. 2) Sifat mekanik : - selaly : kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), modulus deformasi (elastis), nilai poison = sering kali : triaksial-konstanta kekuatan balvan (c, ¢), modulus deformasi, niai polson; geseran langsung kekuatan geser, kenstanta batuan : tegangan tarik Brasilian - bila perlu : tegangan tarik satu dimens!; bengkokan; daya dukung kekerasan (shore hariness); koefisien restitusi. Investigasi Material Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan : * Kualitas material, yang mencakup Kasifikasi teknis, sifat fisik, dan mekanik, sekaligus menetapkan material yang memenuhi persyartan desain dan konstruksi. © Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat. © Kondisi yang berkaitan dengan penggalian, lokasi sumber yang mencakup Jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dan lain-lain. Kegiatan investigasi yang perlu dilakukan : investigasi geologi permukaat investigasi geologi bawah permukaan untuk mendapatkan data mengenai kualltas, jumish, penyebaran, ketebalan endapan, jenis sifst, derajat pelapukan, pola dan bidang diskontinyuitas, Cadangan material yang tersedia harus lebih besar 2 sampai 3 kali volume kebuluhan. aciual untuk konstruksi. Investigasi geologi permukaan, membutuhkan peta dasar skala 1:500 sampai 4:1.000_ 15 34.4 342 3.4.3 Investigasi bawah permukaan, diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi dibawah permukaan. Metode yang. lazim ; dengan pemboren inti dan ssurvai seismrik untuk Iokasi material batu; pemboran auger mesin atau tangan ‘serta paritan dan atau sumuran uji untuk lokasi material taneh. Penempaian titik pemboran sebaiknya dengan sistim grid, sedang lokasi dan jumlah paritan atau sumuran uji, ditetapkan berdasarkan persyaratan jumlah sample yang harus: dipenuhi, Kebutuhan minimal mengenai jenis investigasi dan uji material sesual jenis materialnya, diuraikan pada sub bab 3.4.1 dan pada tabel 3-1, Material Kedap Air / Tanah Lampungan a. Tahap perilitan lokasi sumber galian =f sumuran uji setiap interval grid 150~ 200 m uji fisik : 1 sample setiap 25.000 m3 material = ujidinamik: 1 sampie setiap 50.000 m3 material b, Tahap desain rinci - 1 sumuran uji atau pemboran auger setiap interval grid 50 ~ 100 - _ujifisik : 1 sample setiap 10,000 ~ 25,0000 m3 material = ujicdinamik : 1 sample setiap 10.000 ~ 25.000 m3 material c. _ Persiapan konstruks| = Ufifisik : (2) x (b) x (6) x (8) Keterangan: (a). Mesin pemadat 2 ~ 3 jenis (b), Metoda pemadatan 2 ~ 3 macam {¢), _Tebal penghamparan 2 ~3 macam (4). Jumlah sample 3 + uf dinamik : prinsipnya sama dengan uji fisik hanya ditambah goneangan misalnya sebagai akibat gempa. Penguilan ini, terutama disarankan bagi bendungan tinggi dan sangat tinggi / ekstrim yang terletak dideerah yang memiliki Kondisi geokogi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang aktif atau bendungan yang terletak pada zona E dan F pads peta zona gempa. = ujipenimbunan : # uj Material Semi Kedap Air / Tanah Pasiran 3. Tahap pemifihan lokasi sumber galian + ujifisik: 1 ~ 2 sample = ujidinamik: 1 ~ 2 sample b. Tahap desain rinci = ujfisik : 1 ~ 2 sample, tergantung pada gradasi material Persiapan kanstruksi = Uji penimbunan : 1 uji Material Lulus Air / Batu a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian ~ Pemboran, dilakukan bila perl ~ — Ujiibatuan (kecuali yji geser) 10 sample tlap jenis = _ Uji gradasi, untuk material endapan sungai b. Tahap desain rinci = pamboran untuk kanfimas! kualitas dan kuanlites, 1 lobang setiap 200,000 m3 16 - uj batuan : 5 sample tiap jenis = Uji geser: 5 sample tian jenis €, — Persiapan konstruke! = Uji peledakan - ujifisik : 3 sample = Ulidinamik: 1 sample Tabel 3-1 Jenis Uji Material Bendungan Urugan Vctarial Gan Tahap Sul] Wateral Keda Ar | Waloral Sem] Wateral Lous Ai | Kedao Air Koterangan ui Diesain_| Konst_| Dassin | Konwir | Desain | Koaste Brat spastic o a 3 9 0 ‘Q_| Uroren bose kararg ‘Kandungan air (a o oO o oO ‘deri 4.78.00 1) uj [Anolis butiran o o o o. + ° eeu Siiet [Balas cair o a + o + a ere enc ty Fisk [Bates pasta 6 o + = + | hae yang. condecung Kanduagan erganik | + = = falak gan ‘siaky, not [oirtapangan = > + + ambi sanplenys 7) Dispersion + = 1): carole tomas Lanain = + + + 7 7] B,: Satale raga yar sig peda Kona | Heat eng Pemadatan 6 5 a a + OC _| Bie raid Tostkan yar | ink Konus + + ‘Gounakan fia sander Roreesbiise a: 2 8 os z =| Etter tos eran Go ‘Konsolidast 6 5 ~ = 2 = 195 diamier dalam motd. Geserftriaksial 8. o o 5 oO oO oO Untuk pemedetan Butian halve + fz 3 + = | samen, ele ma. in + + + + + =] rarus >10 on es Indek permadatam hanus ‘tetapuan, ba Mae10. d maxstti Me> 10,4 mane 10-8 deciareter mold ‘. mmeururantuan rake yang dan Bera speamie S| z = e o o up | daya serap air Batu |_kerkit an [ual tokan oo ‘Stabiiis t : ‘Ketahanan abresi = a Kader Kelantan + + total Nila PH # = Tein-sin + ¥ = > + Catatal Konstr = tahap konstruksi, + 8 harus dilekukan, - + = dilakukan bila perky 35 ‘Studi Gempa Syarat pokok desain bendungan tahan gempa adalah, harus mampu memberi perlindungan kepada masyarakat dan fara benda dari ancaman bahaya bendungan. Untuk memenuhi syarat pokok tersebut ada beberapa hal yang harus 7 3.54 Ginsrtimbangkan dalam menetapkan parameter gempa yang digunakan dalam evaluasi keamanan bendungan, ha-hal sebagai berikut Tingkat bahaya gempa (seismic hazard ratiig) dilokas| bendungan Tingkat / kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesal dibangun Tipe bendungan Kebutuhan atau persyaratan yang tericait dengan fungsl bendungan Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau tertalu tinggi Disamping itu unutk penetapan gempa desain, juga harus mempertimbangkan faktor-fakior seperti yang diuraikan pada butir 3.5.1; 3.5.2 dan 3.6.3, Parameter gempa untuk desain bendungan dapat ditentukan dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi gempa tersendir, Pata Zona Gempa tidak dapat digunakan bag! bendungan tinggi dan sangat tinggi yang terletak didaeran yang memiliki Kondisi geclogi khusus seperli kekar, retaken, Sesar besar yang aktif, atau bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Feta Zona Gempa, Bagi bendungan yang memiliki kondisi seperti tersebut, parameter gempa desainnya harus diletapkan dengan melakukan studi gempa sendirl, Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan gempa desain Mencakup antara lain : @, — Geologi wilayah : studi geologi wilayah harus mencakup minimal radius 100 km, dan pada kondisi khusus peru diperiuas sampai 300 km agar mencakup daerah sesar utama atau yang memiliki karakteristik atenuasi khusus. Data geologi yang perlu dikali antara lain, 1) Selarah geologi daerah stud, 2) Icentifkas! sifal-sifat fisiografi wilayah; 3) Deskripsi formasi geolog) 4) Lokas! struklur geologi wilayah Utama, seperti lipatan, patahan, rekahan, dll 5) Perkiraan derajat aktivitas sesar dan aktivitas. deformasi b. Sejarah kejadian gempa Sori data kejadian gempa yang dikajl harus cuKUp panjang yang mencakup daerah dengan radius minimal 100 km, yang pada kasus khusus dapat diperluas sampai 500 km. Untuk mengkaj sejarah kejadian gempa, diperlukan kataleg gempa seperti yang dihasilkan oleh BMG, Direktorat Geologi, USGS (United States Geological Survey), BGS (British Geological Survey), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration USA), Gil Data kejadian gempa yang diperlukan mencakup antara lain : 1) Koordinat episentrum 2) — Intensitas / magnitude pusat gempa 3) Tanggal dan waktu kejadian 4) Mekanisme pusat gempa 5) Kedalaman pusat gempa 6) Daerah yang tepengaruh 7) Efek pada permukaan tanah 8) Pengaruh intensitas di lokasi bendungan 18 3.5.2 35.3 36 Bila perlu, data selsmologi, yang anlara lain : aktivitas mikroscismik, kedalaman pusat gempa, mekanisme pusat gempa dan catatan / data goncangan kuat, serla interpretasi seismoteklonik, yang antara lain = perkiraan tegangan wilayah pada periode geclogi yang berbeda, pengukuran tegangan in-situ didalam daerah lapangan, interpretasi mekenisme tektonik wilayah dan tipe-tipe sesar, lokasi dan deskripsi dari sesar yang berpotensi menimbulkan gempa, setta definisi daerah seismotektonik dan peta seismotektonik. Faktor Lokal a Geolog! lokal, antara lain : stratigrafi dan petrografi batuan dasar, tektonik lokal dan mikrotektonik (sesar, kekar), deposit lapisan atas (aluvial, endapan teres, moraine), peta kontur baluan dasar, peta deposit lapisan alas Hidrogeologi, antara Isin : perubahan periodik elevas! air statis, studi permeabiltas, dan komposisi kimiawi air. ‘Studi geoteknik, antara jain : investigasi lapangan dan laboratorium, Data geoteknik, antara lain : batuan dasar dan deposit lapisan alas, Eksploitasi dari sumber daya alam disekiter proyek, antara lain : air tanah, minyak dan gas serta deposit mineral. Pemilihan Parameter Gempa Goncangan gempa memiliki beberapa macam parameter seperti : percepatan, kecepatan atau alihan, durasi, respon spectra dan sejarah waktu percepatan gempa (acceleration time history). Untuk evaluasi keamanan bendungan seting digunzkan berbagal kombinasi parameter tersebut. Pemilihan parameter yang akan digunakan dalam evaluasi dan analisis, harus memperhatikan pengaruh kandisi lokal sebagal b kul = Kiasifikas! lokasi (alluvial atau batuan) Sifat fisik (physical properties) dan ketebalan lapisan pondasi Kedekatan dengan lokasi sesar (near field effects) Jarak dengan daerah pelepasan energi Pemiliian magnitude untuk dessin Studi Sesial Ekonomi dan Lingkungan serta Pemindahan Penduduk’ Studi ini diperlukan untuk menghindari atau mengurangl dampak negatif, meningkalkan manfaal pembengunan berdungan, mencari masukan untuk penyusunan planning bendungan, membuat perencanaan pemindahan penduduk, menetapkan kelas bahaya bendungan yang definiiif, penyusunan Rencana Tindak Darurat dan iain sebagainya. Studi ini harus mencakup daerah yong terkena proyek dan daerah yang mendapat dampak negatif adanya proyek, Setelah pembangunan bendungan selesai dan dioperasikan, hasil studi perlu dievaluasi ulang untuk menial kemball dampak positif maupun negalif yang fimbul, 19 44 42 43 44 HIDROLOG! Pengumpulan Data Hidrologi dan Meteorologi Jenis data yang harus dikumpulkan antara lain : © Aliran air J debit sungai, mencakup debit minimum, rata-rata, dan maksimum, © Kualltas air, terkait dengan syarat f beku muty untuk masing-masing pengguna, dan lain-lain Sedimentasi, terkait dengan umur layanan waduk, ® ~ Curah hujan, periode jam4aman, harian, bulanan dan tahunan. © Kelembaban udara dan penguapan, terkait dengan perhitungan kelersediaan air. © Suhu/ temperatur, terkait dengan perhitungan kelersediaan air. © Kecapaian angin, terkait dengan perhitungan ketersedisen alr dan ting! jagaan, Pemeriksaan Data Untuk analisis. hidrologi syarat data yang digunakan harus : konsisten dan homogen, independent, representative, menerus (continue), seria panjang data yang cukup. Sebelum digunakan, data harus disaring aiau diperiksa, Secara manual dan secara stalistk, untuk mefihal pemenunannya terhadap syarat diatas. Untuk menetapkan curah hujan maksimum boleh jadi (CMB atau PMP) dan baniir maksimum boleh jadi (BMB atau PMF), agar hasil analisisnya akurat diperlukan dala pengamatan jangka paniang lebih dar! 30 tahun. Anal is Probabilitas Banjir Desain Analisis probabilitas banjir dessin bendungan, harus menggunakan data debit yang dapat dipercaya dari hasil pengamatan jangka panjang dilokasi atau dideket Iokasi bendungan. Bila data debit yang tersedia tidak mencukupi, harus digunakan pula data curah hyjan pengamatan jangka panjang dari daerah tangkapan yang bersangkutan, Dalam hal data hujan ini tidak tersedia, dapat digunakan dala pengamatan hujan deri tetangga yang kondisi meteorologinya mirip dengan Gaerah tangkapan dilokas! stucl, Perkiraen banjir desain dengan menggunakan rumus rasional, hanya disarankan untuk daerah tangkapan kecil. Penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah harus: berpedoman pada SN/ 03-3432-1994, Perkiraan Banjir Desain dari Data Hujan Banjir maksimum dapat diperkirakan dari intensitas curah hujan dan unit hidrograt yang disiapkan dari hasil pengamatan, Bila hidragret pengamatan tidak tersedia dapat dilakukan analisis hubungan hujan dan limpasan (runoff) dengan unit hidrograf sintetis atau metode lain, Didalam proses perhitungan agar diusahakan unit hidrograf sintetis diuji kesesuaiannya dengan data pengamatan banjir dan data cufah hujan, atau digunakan beberapa metode yang selanjutnya hasiinya diperbandingkan. 20 45 46 ar Penentuan curah hujan maksimum boleh jadi (PMP) dengan pendekatan statistik, agar menggunekan seri data hujan harian maksimum tahunan dengan panjang data diatas 30 tahun. Kewajaran hasil hitungan agar diperiksa, antara lain dengan peta isohit PMP 24 jam (bila ada), curah hujan maksimum diwilayah sekitarnya baik dari data pengamatan maupyn hasi hitungan dan lain sebagainya Hidrograt banjir keluar waduk, dihitung dengan penelusuran banjir diweduk (reservoir routing}, berdasarkan masukan dari hidrograf banjir masuk yang dihitung dari curah hujan desain (PMP). Curah hujan desain, sebelumnya: perl didistribust dulu dalam satuan waktu jam-jaman atau dalam satuan waktu yang lebih pendek, dengan durasi hujan krits (ertical duration storm), Ketersediaan Air Waduk Data yang diperiukan untuk analisis ketersediaan air adalah data debit hujan atau bulanan dengan periode pencatatan yang cukup panjang, minimal 10 tahun. Untuk mendapatkan hasil yang leblh akurat, sebaiknya dipakal seri data yang lebih panjang. Data yang dipakai harus merupakan hasil rekaman pos duga alr dilckasi bendungan atau dekat disebelah hulu atau hilimya. Bila data terlalu pendek atau tidak tersedia, debit bulanan dapat disimulasi berdasarkan data hujan dan data evapolrenspirasi potensial pada daerah studi dengan bantuan model matematik hubungan hujan — limpasar. Tingkat keandalan ketersediaan air waduk, ditetapkan sesuai persyaralan. bagi masing-masing pemanfaat. Besar volume tampungan bersih waduk yang dibutuhkan dengan tingkat Keandalan tertentu, dilentukan secara simulasi berdaserkan neraca air waduk sebagai fungsi inflow (dari has perhitungan kelersediaan alr} dan oufflow (kebutuhan air) serta tampungan dwaduk datam interval waktu tertentu, misainya tengah bulanan atau bulanan. Tinggi Jagean Digunakan untuk mencegah bahaya peluapan lewat puncak bendungan, yang untuk bendungan urugan sama sekall tidak diperbolehkan, Pethitungan tinggi jagaan tersebut harus memperhatikan 5 faktor, yaltu 2. Tinggi gelombang karena angin dengan memperhatikan jangkauen b. —Peningkatan tinggi muka air karena angin dengan memperhatikan Jjangkauan’ c. _Tinggf rayapan gelombang d. Tinggi gelorbang karena gempa e. Tinggi cadangan sebagai akibat ketidak pastian ‘Apabila terjadinya peluapan sangat jarang, dapat digunakan parapet Sedimentasi Secara umum laju sedimentasi yang terjadi di dalam waduk, hamplr selalu jauh lebih besar dani pada hasil hitungan, kerena adanya asumsi parameter-parameter yang terlalu optimis. Perkiraan laju sedimentasi di dalam waduk dapat Siperkirakan berdasarkan persamaan empiris atau dengan pengukuran muatan 24 sedimen (sampling). Bagi DSP yang cukup luas (>10 km) sebaiknya menggunakan metode pengukuran langsung, Untuk mengetahui umur layanan waduk, lebih dulu harus diketahui pola penyebaran / distribusi sedimen di dalam waduk. Bagi waduk kecil, sedimen yang masuk kedalam waduk dapat dianggap langsung diendapkan secara merata dibagian tampungan mali, tapi bagi waduk besar penyebaren pengendapan sedimen diwaduk harus dilakukan menggunakan metode khusus, seperti metods empiris “Area — reduction” atau metode matematik “Area ~ increment”. LEGEND, Dranae iting atau veal Z Dralnase solr herisanal 2 = ye mir slau hevisonal dalam pada Wn hea ait 2 1 Sanaungen wnagan tana becaoea derci = = oe be Beneungan utugan tanah berzona dengan hl lepungtogek pad pandasi heap eit 1 2 = a Su «. Bedungan urugar tana beczona dengen fxs larapung micing pad ponsias!kadag alt ‘Setar Weaap ar has a {:Beedungan wugan nah terzona dangen meribra di uly Zona 1, intl tanah Zona 2, material drain untuk filter (pasir dan kerikil dengan proses tertentu) Zona 3, tanah lulus alr Zona 4, tanah sembarang Gamber 1. Potongan Bendungan Tipe Urugan Tanah Grouting Beal by, Bendurgan vingen batu bereona dengan Inlltegake eter yang eetapis bencungan uragon blu, ‘Sbangon dengss eomtingan’2: + (4%), Sanger menggenakan baton baluen busitas bak Membran boton simu sina bersspal, bola 5, Bendungan dengan membran hua 4. Int tanh lemmpang 2. Zona fiter 3. Zona gradasi batk 4, Batwan ukuran kes 5, Baluen dengan kuatitas balk Gambar 2. Bendungan Tipe Urugan Batu 24 51 S44 513 544 5. BEBAN Beban yang Bekerja pada Bendungan Urugan Terdiri atas : berat sendiri tubuh bendungan, tekanan hidrostatis, tekenan port dan beban gempa, Berat Sendiri Tubuh Bendungan ‘Analisis Keamanan bendungan yang diakukan untuk kondisi akhir konstruksi, dihitung berdasarkan density material basah (wet density material). Pada keadsan muka air maksimum dan muka air waduk rendah perhitungan dilakukan berdasarkan density material basah dan density material jenuh untuk masing- masing bagian alas dan bagian bawah garis freatis G=wxv dimana: = Berat tubuh bendungan W = Berat basah / jenuh air Vs Volume tubuh bendungan Tekanan Hidrostatis Tekanan hidrostatis diperhitungkan bekerja tegak lurus pada permukaan tubuh bendungan. pewoxh tekanan hidrostatis. berat satuan Tekanan Air Pori Tekanan air pori diperhitungkan bekerja tegak lurus bidang gelincir, Pada analisis stabiliias tubuh bendungan, tekanan pori setidak-tidaknya dlitinjau pada kondisi akhir konstruksi, muka air normal dan surut cepat, Beban Gempa Beban gempa diperhitungkan sebagai gaya yang bekerja horizontal, sebesar berat tubuh bendungannya dikalikan koefisien gempa Gk=9xk dimana: Gk = gaya gempa g = beral tubuh bendungan k= koefisien gempa 25 52 524 6.22 $2.3 5.3 Kriteria Gempa untuk Desain Beban gempa yang hans diperhitungkan delam analisis stabililas bendungan adalah gempa desain maksimum (maximum design earthquake, MOE), gempa dasar operasi (operating basis earthquake, OBE) dan gempa imbas waduk (reservoir induced earthquakes, RIE). Gempa Desain Maksimum Merupakan gempa yang memberikan goncangan terbesar pada lokasi studi yang dipakal untuk desain dan analisis, dengan memperhitungkan resiko kerusakan dan periode ulang dalam desain. Gempa Dasar Operasi Merupakan batesan goneangan gempa dipermukaan tanah pada lokasi studi dengan tingkat peluang 80% tidak terlampaui dalam kurun waktu 100 tahun, Apabila gempa OBE ini terjadi, maka bendungan termasuk bangunan pelengkap dan peralatannya harus masih dapat berfungsi dengan baik, atau bila terdapat kerusakan dapat diperbalki dengan mudah. Gempa Imbas Waduk Merupakan gempa bumi yang terjadi sebagai akibat pengisian waduk untuk pertama kalinya, yang mengakibatkan terjadinya goncangan permukaan tanah maksimal di lokasi bendungan, pada tinggi bendungan yang sama atau lebih beser dari 100 m, atau waduk yang volumenya sama aiau lebih beser dari 500 juta meter kubik. Meskipun volurnenya lebih kecil, bila bendungannya terietak di daerah yang sensitif terhadap gerakan gempa teklonik, sesar-sesar yang dijumpal bukan sesar aktif, gempa imbas dapat mencapai nilai sebesar MDE tergantung dari lokasi dan kondis! seismotektoniknya, Kondisi dan Kombinasi Beban serta Faktor Keamanan Ikhtisar_kondis! dan kombinasi beban serta faktor keamanan minimum yang dipersyaratkan untuk stabiltas Konstruksi dapat dillhat pada Tabel 5.1. 28 54 Tabel 5.1. Kondisi dan Kombinasi Beban serta Faktor Keamanan Minimum We, Kondist uot Tekanan Air Pork * |e Geser Tanpa | Dengan Gumpa | Gempa 7 | Selesai _perbangunan | 1. Efoki’ | Poningkatan tekenan air pon | 180) 120 tengantung pada timburan dan ponds! 1. Jadwal perbangunan. Gintwng menggunakan data lab. "dan perwawesan 2 Hubungan —_anlara inctrumen = - oe Tdem hanya tanpa| iad | 120 pongawasan inetrunen, Leteng hulu dan ir on oe so tptas wae Hanya pada tmbunan tanpa| 10 | 120 cree, aati | |ameeeagre oefisien gempa dessin, 422 al Total | Tanpa inumen 130 [120 2, | Rembesan Tetap | 4. Etektt | Gani analcisrembesan 1 | 120 terganting 1, Blevasi uke ait normal sebolah ht, 2, Elves! hulu dan File Dengan ueinoa tanga erusatan igunakan 00% Kaefision gempa seeain 3. | Pengoperasian weak | 7, Efekil | Sunt expat dan Gl Moke oir] 130 | 1.10 tergantung normal sampal El. Muka ait 4, Elevasi mika ale sini. ‘raksloun oi hue Loneng hula dan ie 2. Elovash muka ir Surut copat don El Mule air) 130 | minimum i hal tmaksimum sampai El, Mula (dead storege) air atinimam. Pengarun Lereng hulu baru gempa dlamba 0% dan Kook. dianalisis untuk hondisi pean deen, suru cena | Lusrbiass terganting! | 1. Eteki | Swot copst ded EL Mike air [420 | maksinum —eampal EL 4. Penbarsen pate Sean”: ia pengelueran 2. Surut cepa arene et ae Penganh genps dlablisn. ‘alot kebutshan 3, Sunt copat pada onde! gawet darvrat. | Keterangan: Fk —faktor keamanan El—elevasi Kriteria Faktor Keamanan Minimum Analisis stabilitas: bendungan dan lereng alami membutuhkan perhitungan kuat geser material sepanjang permukaannya berpotensi runtuh. Berdasarkan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb dengan konsep tegangan efeklif, kual geser "S" (pada saal runtuh) dapat dirumuskan sebagai berikut : 27 5a S=ci+(o-ujptang Dengan : ¢’ = kohesi efektif = sudut efektif dari tahanan geser U = tekanan air pori pada bidang runtun akibat beban, pada saat runtuh 6 = tegangan normal total pada bidang runtuh akibat pembebanan pada saat runtuh S = kuat geser efektif Parameter kual geser material yang digunakan di dalam analisis harus memberikan gamberan tentang perilaku material pada tiap Kondisi pembabanan. Kuat Geser pada Kondis! Selesal Pembangunan Pembebanan pada waduk pembangunan selesal dapat dianalisis dengan menggunakan konsep Kuat geser total dan kansep kuat tegangan efektif. a, Kuat geser total 4) Pondast Parameter kuat geser tanah pondasi yang berupa tanah lempung yang jenuh air dapat diperoleh dengan uji tekan (desak) bebas (UC) atau ull triaksial UU (lakterdrainase dan takterkonsolidas!) tanpa pangukuran fekanan air pori pada contoh uji tak terganggu. Conich tanah tak terganggu sebaiknya dipiih dan diuji berdasarkan rentang kedalaman dari material pondasi. Jka digunakan uli geser baling dilapangan, make sebaiknya juge diuji berdasarkan rentang kedalaman. 2) Material bendungan Contoh ul yang mewakill material bendungan diperoleh dengan melakukan uli kompeksi standar (SNI 03-2822-1992) teriebin dahulu, sehingga diperoleh kurva hubungan antara kadar air (w) dan kepadatan Kering (v2). Kemudian untuk pengulian laboratorium benda uji diperoleh dengan menunibuk material dalam tabung cetak sehingga diperolah benda uji yang berat volume kering (fou) dan kadar air (Wi) sesual dengan kondis lapangan yang dikehendaki. Kemudian benda uj ini diuji ‘iaksial UU (takterdrainase dan takterkonsolidasi), Tekanan kelllng yang digunakan pada pengujian ini sebaiknya sesuai dengan rentang tegangan normal yang diharapkan terjaci dilapangan. Pada umumnya, sudut geser dalam ~ 0 dan kohesi ¢ # 0 untuk tanah lempung yang jenuh, Sedangkan untuk tanah jempung jenuh sebagian, selubung keruntunan Mohr (Mohr envelope) berbentuk kurva pada rentang fegangan normal rendah. Penentuan sudut geser dalam dan kohesi ditentukan pada rentang tegangan yang sesuai dilapangen. b. Tegangan efektif Apabila tekanan air por pada bendungan dan pondasi meningkat karena adanya proses penimbunan beban, maka harus digunakan kuat geser efektif dalam analisis stabilitas lereng. Uji trisksial terkonsolidasi takterdrainase (CU) dengan pengukuran tekanan air pori harus dilakukan pada contoh tanah Jempung dan Ianau kerena permeabililasnya rendah sehingga dapat diasume! untuk mengalari untuh pada kondisi takterdrainase. Uji triaksial terkonsolidasi dan terdrainase (CD) atau uji geser langsung (CD) dapat 28 542 543 5.5 digunakan untuk material yang kedap air dan kedap sebagian pada pembebanan jangka panjang dengan Keoepatan pambebanan sama atau lebih rendah dari kecepatan konsolidas! dengan menjaga agar lekanan ait pori berlebih adalah nol. Kuat geser material pondasi yang “averconsolidated lay’ dan "clay-shale” dapat diperaleh dar uf triaksial CD atau CU Kuat Geser pada Kondisi Rembesan Tetap Stabilitas bendungan pada kondisi rembesan tetap herus dianalisis dengan menggunakan parameter kual geser efektii yang berhubungan dengan pengukuran atau perkiraan tekanan air por pada bendungan dan pondasi, Penggunaan ul triaksial CU atau CD dengan pengukuran tekanan air pori sangat dianjurkan, Pemberian tekanan balik (backpressure) yang cukup untuk mencapai derajat kejenunan (95%) yang cukup harus dilakukan balk untuk benda uji material terkompaksi maupun material pondasi yang takterganggu. Uji geset langsung digunakan untuk pasir, lempung berpasir atau lempung kelanauan. Uji ini juga dapat digunakan untuk lempung plastisitas rendah sampai tinggl; namun dalam pelaksanaannya membuluhkan kecepatan geser lambat, sehingga menjadi Kurang praktis. Stabilitas lereng udik umumnya tidak bersifat kritis untuk kandisi pembsbanan ini, sehingga lereng bagian hilirsaja yang harus dianalisis. Kuat Geser pada Kondisi Surut Cepat Stabilitas bendungan pada kondisi surut cepat dapat dianalisis dengan menggunakan parameler kuat geser yang bethubungan dengan peningkatan tekanan air por pada bendungan dan pondasi, Uji triaksial CU dengan penjenuhan sebelumnya dan pengukuran teksnan air pori dianjurkan untuk tanah, baik yang kedap air maupun kedap air sebagian. Uji triaksiot (CD) atau ujl geser fangsung (CD) dapat digunaken untuk material dengan permeabilitas yang ting! & 107 cmidet). Faklorfaktor yang harus dipertimbangkan untuk pengujian tanah lempung “overconsolidated” atau “clay shales” antara lain adalah keadaan geologl sekitar bendungen, keberacaan bidang perlapisan, dan daerah yang pemah mengalam! longsoran. Pengujian yang dapat dilakukan untuk material ini adalah uli triaksial CU dengan pengukuran tekanan pori, uji triaksial CD, atau uji geser langsung CD. Pada daerah yang permukaannya berpotensi runtuh dan ada tanda-tanda bidang longsr, maka analisis stablitas harus menggunakan parameter kuat geser sisa (residual) dengan ujl geser langsung (CD), Pongaruh Gempa Pada Bendungan Pengaruh gempa pada bendungan urugan antara lain adalah : a. Gelaran dapat menyebabkan terjadinya kerusakan di dekat puncak bendungan sejajar dengan as bendungan, dan retakan dapat berkembang ke arah as sungal sebagai akibat dari perbedaan penurunan. Dalam keadaan terburuk, rembesan dapat berkembang melalui retakan ini menjadi ‘erosi buluh, yang sering mengakibatkan keruntuhan bendungan, b. Gelaran dapat menyebabkan terjadinya penurunan puncek bendungan karena tekanan pondasi atau urugan yang berakibat tinggi jagaannya 29 56 5.6.1 5.6.2 5T menjadi berkurang, sehingga dalam keadaan terburuk dapat menyebabkan limpasan lewat puncak bendungan. . Terdapatnya endapan pasir halus yang ural dan jenuh air pada batuan pondas| dan atau tubun bendungan akan mengakibatkan terjadinya likuifaksi, yang dalam keadaan terburuk dapat menyebabkan keruntuhan bendungan (Bendungan Sheftield 1925). d. Gaya gempa dapat mengakibatkan terjadinya longsoran pada permukaan lereng bendungan atau sebagian bendungan terangkat (heave). ©. Gerakan sesar pada pondasi timbunan dapat menyebabkan terjadinya geseran yang dapal mengakibatkan keruntuhan bendungan. f. Getaran gempa dengan magnitude besar yang terjadi di dasar waduk akan menimbulken terjadinya gelombang, Bila waduknya besar, gelombang tersebut dapat mengakibalkan terjadinya limpasan air lewet puncak bendungan. g. _ Longsoran pada tebing-tebing bukit di sekellling waduk, apabila cukup besar dapat mengakibatkan limoasan lewat puncak bendungan. h. Deformast kerak bumi di sekeliling waduk yang terkait dengan gerakan sesar dapat mengekibalkan terangkatnya dasar waduk yang akan mengurangi volume waduk sehingga kemungkinan dapat mengekibatkan terjadinya limpasan lewat puncalt bendungan. i. Retak-retak dapat mengakibatkan getaran yang berbeda-beda lingkatannya pada material pembentuk bendungan. Metode Analisis Terdapat dua metode analisis yang digunakan yaitu analisis stabllitas statis semu dan analisis respon seismik. Analisis Stabilitas Statis Sernu (Pseudostatic stability analysis) ‘Muatan selsmik diasumsikan memperbesar gaya horisonital yang bekerja pada bendungan dengan arah yang paling kritis. Untuk bendungan beser, USBR mengkombinasiken gaya horisontal tersebut dengan gaya verlikal yang besamya diambil 50% dari gaya horisontal. Kedua arah gaya harusiah diamiil yang paling tidak menguntungkan pada stabilitas Konstruksi. Analisis Respon Dinamis (Dynamic response analysis) Digunakan di daerah yang zona seismiknya tinggi pada zona 3 atau 4. Analisis dilakukan dengan metoda finite element method dua atau tiga dimensi. Hal-Hal Penting yang perlu Diperhatikan Dalam Analisis Stabilitas a. Dalam banyak kesus. regangan runtuh yang ekivelen terhadap kuat geser maksimum sangat bervariasi antara material urugan dan formasi aluvial alamian, Sehingga kuat geser maksimum tidak dapat diperoleh secara 30 bersamaan dari kedua material tersebut. Dalam hal ini kuat geser urugan dapat diabaikan atau dapat digunakan kuat geser residual. Apabila tekanan ait pori berkurang karena adanya lapisan lulus air horisontal maka hal tersebut harus diperhitungkan pula dalam anelisis stabilitas. Apabila terdapat lapisan lempung tipis yang mempunyai plastisitas tinggi pada tanah pondasi yang mempunyai plastisitas sedang sampai tinggi yang parameter kuat geser dengan tegangan geser efektit (c') dan (0°) dari lepisan lempung lebih kecil dibanding dengan parameter kuat geser rata- rata (c') dan ($') tanah pondasi, maka stabiltas dari pondasi seluruhnya ditentukan oleh lapisan tipis ini, Apabila lapisan lempung tipts yang mempunyal plastisitas tinggi ditempatkan di daerah pondasi yang plastisitasnya sedang sampai tinggi. yang parameter tegangan geser efekiiinya (c') dan (4) lebih kecil dibanding parameter tegangan geser rata-rala pondasi, maka stabilitas pondasi seluruhnya juga ditentukan oleh stabilitas lapisan tipis tersebut. Nill estimasi penurunan konsolidasi dan penentuan parameter desain harus dilakukan dengan cukup tell, terutama pada bendungan tinggi. 31 64 62 DESAIN PONDASI Umum Batuan pondasi bendungan pada prinsipnya harus mampu mendukung dengan stabil temadap segala kandisi pembebanan dan aman terhadap rembasan, Kondisi geologi pondasi bendungan sangat mempengaruhi pemilihan tipe bendungan, oleh Karena itu penelitian dan penyelidiken geologi harus dilskukan dengan cukup memadai balk kualitas maupun kuantitasnya. Faktorfaktor yang harus diperhatikan antara lain adalah : Kuat Geser Bendungan harus didesain sedemikian rupa agar kuat geser batuan pondasinya cukup kuat mendukung berbagai kondisi pembebanan, baik pada tahap pelaksanaan konstruksi, pengisien pertame maupun pada tahap: operasi dan pemeliharaan waduk. Stabilitas Pondas! Uniuk memperoleh pondasi yang memenuhi syarat, tanah / batuan harus digali sampal kedalaman tertentu dan dliakukan perbeikan pondasi, sehingga pondasi mempunyai daya dukung, kelahanan terhadap rembesan dan deformasi yang dizinkan sesuai dengan persyaratan pada berbagal kendisi pembebanan. Pencegahan Rembesan dengan Drainase Apablla pondasi berupa lapisan batuan yang mempunyai kualitas kurang baik, maka harus dilakukan perbalkan pondasi, misalnya dengan grouting tirai atau metoda lain untuk mengurangi pengeruh rembesan yang merugikan. Air rembesan yang keluar dari kaki bendungan harus dialirkan dengan membuat sistem drainase yang baik. Air rembesan tersebut harus dikendalikan balk kualitas maupun kuantitasnya, mulal tahap konstruksi, pengisian pertama sampai dengan tahap operasi dan pemeliharaan waduk, Jenis Pondasi Bendungan Pada umumnya pondasi bendungan terdki atas 4 (empal) tipe yaitu. pondas! batuan, pondesi material berbutir kasar, pondasi material berbulir halus, dan pondasi yang merupakan gabungan antara lebih satu jenis. Pondasi batuan Masalah yang biasanya dihadapi adalah kemungkinan terdapatnya retakan, ‘kekar, calah, rekahan, atau palahan / sesar, karena dapat mengakibatkan terjadinya rembesan air yang berlebihan dengan dampak yang merugikan Pondasi berbutir kasar Bendungan urugan biasanya tidak mengalami masslah ditinjau dari segi aya dukung tanah dan kuat geser karena tidak memerlukan daya dukung yang tingg| 63 634 6.3.2 ¢. Pondasi material berbutir halus Lapisan jenis tana ini mempunyai sifat yang kedap air, sehingga rembesan air tidak menimbulkan masalah. Masalah yang biasanya dihadapi adalah daya dukung tanah yang rendah; schingga memerlukan investigasi geoteknik yang lebih mendalam dan memadai. d. — Pendasi yang merupakan gabungan antara 2 atau lebih jenis tanah Jenis tanah pondasi ini sering dijumpai dilapangan sehingga banyak menimbulkan permasalahan yang kadang - kadang sulit diatasi. Untuk mengalasinya harus dilakukan peneliian dan penyelidikan yang lebih mendalam, Pondasi Batuan Umum Pondasi bendungan yang benupa batuan kompak dan masif dapat dianggap sebagai pondasi yang baik (ideal), namun kondisi tersebut jarang dijumpai. Pada kenyataannya lapisan batuan pondasi tersebut sering mengandung sejumlah fekahen, retakan, kekar, sesar tapukan, dan diskontinyuitas dengan batuan lainaya, sehingga diperlukan investigasi geologi untuk mempelajari sifat fisik, teknik serta sifat kelulusan airnya Lapisan batuan yang berupa batu lempung, batu lanauan dan serpih blasanya mempunyai sifat yang tidak menguntungkan ditinjau dari aspek siabilitasnya. Adanya zona lemah, sisipan atau perlapisan harus diperhatikan secara hati-hati dalam metakukan analisis stabilitas. Lapisan batuan pondasi yang mengandung sesar, rekahan atau zona yang mudah terlarut dapst mengakibatken terjadinya masalah rembesan dan Kkebocoran, Potensi adanya alur—alur rembesan yang berlebihan atau bocoran hharus dlantisipasi dengan tindakan perbaikan yang memadai dan lekanan hidraulik pada pondasi harus dapat dikontrol, Hal yang membahayakan bendungan yang harus diperhatikan adalah rembesan berlebihan yang memacu terjadinya erosi buluh dan tekanan angkat (up lift pressure), Perbaikan Pondasi Perbaikan pondasi dapat dilakukan dengan grouting, parit halang atau drainase, setelah cilakukan perbaikan permukaan terlebih dahulu. Metoda dan jenis perbaikan pondasi harus dipilih dengan mempertimbangkan + a. Kemampuan dalam mencegah timbuinya erosi buluh dan tekanan angkat yang berlebihan. b, Tujuan pembangunan seperti kebocoran air waduk apakah mempengaruhi operasi waduk. ¢. — Perlimbangan aspek ekonomi Pada pondasi jenuh air yang mendapat beban dinamis (goneangan gempa}, sebaglan beban rutin yang biasanya ditahan oleh butiran tanah, sementara sisanya akan diteruskan ke air dan kual geser efektiinya berkurang, sehinaga dapat menyebabkan keruntuhan bendungan. Permukaan Pondasi Perbaikan permukaan harus dilakukan terhadap rekshan, retakan, kekar, sesar, lapukan, perlapisan yang menggantung, cekungan, tonjolan dan diskontinyuitas dengan batuan lainnya. Bidang transis! antara pondasi dan Umbunan tidak boleh merupakan bidang lemah Karena dapat menjadi alur rembesan Grouting Tipe grouting yang sering digunakan : 1) Grouting Tiral Grouting pada pondasi adalah proses injeks! cairan penutup dengan tekenan tertentu kedalam lapisan batuan melalui lubang bor dengan tujuan untuk menutup atau mengisi retakan sisipan (bedding seam) atau bukeen Iainnya, Grouting biesanya dilaksenakan dengan injeksi semen, dan sering disebut smentasi, Grouting biasanya digunakan untuk mengurangl rembesen atau gaya tekan keatas serta kehilangan air yang beriebihan melalui kekar, retaken, lapisan lulus ir atau bidang seser pada pondasi batuan. Penentuan pola grouting dilakukan berdasarkan investigas| geolog! dan pengujian kelulusan air melalui lubang — lubang bor. Sallu baris grouting biasanya tidak cukup untuk mengurangi rembesan, namun hasil analisis terhadap satu baris tersebut dapat membantu untuk menentukan pola grouting berikutnya (rmuffiote — line curtain grouting}. Untuk mendapatkan hasil yang balk blasanya digunakan 3 aris grouting. Apabila rekahan dan bukaan terisi oleh pasir halus, lanau atau lempung (material berbutir halus), make material tersebut tidak dapat tersementasi dengan balk olen grouting. Material nalus tersebut dapat terbawa oleh rembesan dengan tekanan yang tinggi. Kandungan kimia dati pondasi dan waduk juga dapat mempengaruhi dan mengurangi efeklivitas grouting, Faktor — faktor yang harus diperhatikan adalah terjadinya pemisahan dari partikel semen akibat gravitas! atau berkurangnya campuran grouting (campuran kurus) saat pelaksanaan injeksi pada kondisi air tanah yang mengali. 2) Grouting Selimut dan Grouting Konsolidasi Grouting selimut dan grouting konsolidasi adalah grouting dangkal, dilakukan sampai kedalaman antara 6 - 9 m dengan sistem grid. Pada zona rekahan, diantara 2 lubang grout dapat ditambah satu lubang (split spacing). Tujuan dari grouting selimut adalah membuat lapisan kedap air di zona permukean atas pondasi, untuk mencegah rembesen (yang dapat membawa butiran tanah) atau aliran melalui rekahan batuan dekat bidang Kontak zona kedap air timbunan dan dengan grouting tirel. Sedangken grouting konsolidasi bertujuan untuk meningkatkan daya dukung pondasi 3) Grouting Dental Setelah dilakukan penggalian pondasi bendungan sering dijumpal beroagai_celah, rekahan, retakan, tonjolan, cekungan dll yang tidak teratur. Celah, rekahan, retakan yang relatif kecil / tipis dan tidak dalam harus dilakuken slush grouting dengan spesi beton agar tidak terjadl rongga. Sedang untuk cekungan yang cukup dalam dan atau 34 besar harus dilakukan penggalian untuk membuang tanah yang lunek dan diganti beton yang disebut grouting dental. Parit Halang Pada batuan Pondasi seperti balu pasir yang lulus air atau mengandung material yang mudah larul, misalnya batu kapur atau gipsum, harus dilengkapi dengan parit halang yang memotang zona hilir untuk mengkantrol rembesan dan mengurangi petarutan. Parit halang dapat dibuat melalui zona atas dari lapisan batuan pondasi yang terlapuk kuat. Galian parit halang biasanya disi kembali dengan tanah lempungan yang dipadatken dengan kemiringan gelian parit halang dangkal tidak boleh Kurang dari 45°, Apablla parit halang cukup dalam, dapal dipertimbangken_penggunaan dinding membran yang lebih tipis dan ekonamis. Drainase Lapisan filter dan drainase telap diperiukan untuk mengalirkan dan mengontrol rembesan baik melalui tubuh maupun Pondasi bendungan, meskipun pondas! tidak dilengkapi dengan grouting atau parit halang. Hal tersebut harus dipertimbangkan di dalam desain untuk mengantisipasi hal — hal yang tidak terlihat misalnya diskontinyuitas dan rekahan akibat gempa atau Kekurang sempuraan pelaksanaan perbalkan pondasi, Untuk mengontrol rembesan harus dibuatkan lapisan drain horisontal, toe ~ drain den pariten kaki guna dipiin salah satu atau kembinasi diantaranya. 64 Pondasi Material Berbutir Kasar Umum Pondasi ini biasanya berupa endapan aluvial yang lulus air, yaitu pasir den kerikil; bervariasi mulai dari pasir halus sampai dengan kerikil, tapi sering dijumpal berupa campuran berlapis — lapis yang heteragen. Endapan pasir dan kerikil lersebut memaunyai kuat geser yang cukup untuk mendukung beban bendungan, meskipun demikian keamanan bendungan harus diverifikasi dengan eksplorasi yang cukup, pengujian dan analisis yang memadai, Masalah utama yang dihadapi pada lapisan pondasi material berbutir kasar adalah besarnya debit rembesan dan besamya tekanan angkat yang ditimbukannya. Metoda dan jenis perbalkan pondasi hans. mempertimbangkan terhadap tujuan pembuatan bendungan seperti kebocoran air waduk apakah mempengaruhi operas! waduk, dan juga tetap mempertimbangkan aspek ekonomis. Kegagalan bendungan sebagai akibat eresi buluh dan tekanan angkal yang berlebihan harusiah menjadi perlimbangan utama. Masalah khusus dapat terjadi pada pondasi pasir dan kerikil yang mempunyai kepadatan rendah. Lapisan pasir dan kerikil yang jenun dapat runtuh akibat beban dinamis. Meskioun lapisan pasir yang urai dapat mendukung beban statis melalui Kontak butiran-butirannya, getaran atau goncangan gempa depat menyebabkan butiran-butiran tersebut menjadi lebin padat: namun drainase tidak dapat berlangsung dengan segera, sehingga sebagian beban statis yang semula didukung oleh butiran-butiran pasir dipindahkan sementara ke air, sehingga kual geser efektif lapisan 35 pondasi jauh berkurang yang dapat mengakibatkan keruntuhan bendungan. Penyelidikan terhadap lapisan pondasi pasir kerikil yang mempunyai kepadalan rendah tersebut harus dilakukan dengan hati-hali untuk menentukan jenis perbaikan pondasi yang tepat, Lapisan pasir yang sangat ural, juga mempunyal potensi runtuh pada beban statis, Pada waktu konstruksi, lapisan tersebut mungkin telah mempunyai daya dukung yang cukup, namun saat waduk disi air terjadl proses pembasahan sehinggs lapisan menjadi jenuh, akibatnya dapat terjadi Penurunan dengan cepat dilkuti _keruntuhan. Hal tersebut harus dipertimbangkan secara hati — hati dalam desain. Rembesan Baweh (Underseepage) Uniuk mengetahui besar rembesan melalui pondasi diperlukan parameter keefisien kelulusan air (permeabilitas) yang tergantung pada ukuran buliran dan gradasinya, kandungan material halus (lempung) dan kepadatannya. Koefisien Kelulusan air tersebut dapat diperoleh dari uji kelulusan air, diantaranya adalah : 4) Pump — out test; yaitu air dipompa dari sebuah sumur pengulian dengan kecepatan terlentu dan penurunan air diukur melalui lubang- lubang pengamatan pada jarak tertentu. Pengujlan dilakukan dengan mengamati kecepatan aliran dari bahan cairan atau elekirolit tertentu yang dimasukkan ketempat tertentu ke sumur atau lubang-lubang pengamatan 2) Pumping - in test; air dimasukkan dengan pompa kedalam lubang bor atau lest-pit dan kecepatan aliran air diukur pada beda tinggi tekanan (head) tertentu Pengendalian Rembesan Borbagai cara pengendalian rembesan dapat digunakan, tergantung keperluan pencegahan kehilangan air dan pertimbangan keamanan terhadap eros! buluh dan tekanan angkat berlebihan (blowout). Bebsrapa cara pengendalian tersebut diantaranya adalah 4) Parit halang yang dilsi kembali dengan lempung yang dipadatkan 2) Dinding halang (disfragma) campuran lempung dengan bentonit 3) Dinding halang beton 4) Selimut lempung kedap air di bagian hulu 5} Horisontal drain di bagian hilir 6) Toe-drain 7) Sumur pelepas tekanan (relief well) 8) Kombinasi antara 1) santpai dengan 7) tersebut di atas Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. 36 Keterangan : 1. Zona penahan air 6. Drainase selimut 14, Saluran parit halang 7, Drainase tumit 2, Zona stabilitas hulu dan 8. Saluran drainase (terbuka atau drainase tertutup) 2A, Zona transisi 9. Sumur pelepas tekan 3. Drainase corong. 10. Selimut hulu 3A. Filter 11. Dinding parit halang 4. Zona sekat 12. Grout trai 5. Zona stabilitas hilir 13. Berem rembesan Gambar 3. Metede pengendalian rembesan air pada bendungan urugan d. Drainase (horisontal, toe-drein, renches) Tujuan dari sistem drainase ini adalah untuk mengalirkan disipasi tekanan air pori tanpa mengganggu lapisan pondasi dan mencegah bahaya erosi buluh. Bissanya drain horisontal, toe-drain dan saluran drainase tersebut menjadi suatu sistem pengeluaran dengan disipasi tekanan air pori, sehingga air rembesan dapat diukur melalui alat pengukur yang dipasang pada saluran ¢rainase yang juga berfungs! sebagai saluren pembuang. Sumur pelepas tekanan (Rellef well} Sumur pelepas ini berguna untuk mengurangi tekanan air dari pondasl yang lebih dalam dengan cara memotong alur rembesan. Biasanya cara ini cukup efektif untuk mencegah terjadinya "blow out” dari lapisan yang kedap air diatasnya, dan juga dapat mengurangi tekanan pisometik pada lapisan ulus air yang mudah tererosi. Parit halang Parit halang biasanya ditempatkan tidak terlalu jauh ke hulu as bendungan, dan juga tidak terialu jun ke hilir, untuk memudzhkan mengentisipasi kemungkinan pemboran investigasi, pemasangan instrumen atau pekerjaan grouting nantinya. Parit halang dapat dibuat sedalam iapisan pondasi yang lulus air atau sebagian, tergantung dari properti dari material pondasi dan debit rembesan yang dijinkan keluar, dan digali dengan kemiringan minimal 45" dan diisi kembali dengan lempung yang dipadatkan. Parit halang yang lebih tipis dan lebih dalam (dinding membran) yang diisi dengan beton plastik atau bentonit sehingga memeriukan teknik khusus didalam pelaksanaannya, 7 65 Pondasi Material Berbutir Halus Pondasi ienis ini sering isebut pondasi lunak (soft foundation) a ft Umum Lapisan ini biasanya berupa isnau dan lempung yang.cukup kedap air untuk mencegeh terjadinya rembesan bawah dan erosi buluh. Masalah uiama lapisan ini adalah daya dukung dan kuat geser yang rendah. Perlu perhatian dalam menganilisis stabilitas bendungan berkenaan dengan perubahan kuat geser akibst pembasahan dan penjenuhan setelah waduk isi air. Pondasi Jenuh Air Apabila lapisan pondasi terdiri dari tanah berbutir halus yang jenuh, penentuan kuat geser dalam analisis stabilitas harus berdasarkan dari prosedur pengujian yang baku (standar) untuk kondisi tersebut. Pondasi Relatif Kering Pengaruh pembasahan pada lapisan pondasi tanah berbutir halus yang tidak jenuh pada pengisian waduk dapat menysbabkan berkurangnya kuat geser tanah. Kuat geser efektif akan berubah akibat proses konsolidasi, Pada Jenis tanah yang mempunyai kepadatan rendah dapat mengalami perurunan yang besar atau runtuh, apabila menjadi jenuh oleh air waduk, meskipun pondasi jenis lanah tersebut mempunyai kuat geser yang tinggi. Apabila tidak dilakukan perbaikan yang tepat dan efektif, pondasi bendungan akan mengalami keruntuhan sebagai akibat 1) perbedaan penurunan yang besar. 2) pengurangan tingg/ jagaan sebagai akibal penurunan yang dapat mengakibatkan limpasan lewat puncak bendungain, 3} tendensi “bridging” akibat adanya daerah yang lunak di pondasi yang menyebabkan kebocoran yang membawa butiran tanah (piping) melalui daerah yang mempunyai tegangan rendah tersebut. Likuitaks! Apabila terkena gonoangan gempa. lapisan pondasi berupa lanau yang mempunyal kepadatan rendah juga dapat kehilang daya dukungnya sehinggs menyebabkan longsomya bendungsn. Untuk itu harus diskukan analisis dinamis.sesual prosedur dan standar yang berlaku, Pengendalian Rembesan Meskipun lapisan pondasi berupa lanau mempunyai koefisien kelulusan ait rendah, namun Karena lanau tersebut juga bersifat non-kohesif dan bersifat mudah tererosi, maka pada tekanan pisometik yang rendah dapat menyebabkan terjadinya erosi buluh dan keruntuhan. Untuk mencegah hal tersebul, bagian kaki bendungan harus dilengkapi dengan lapisan filter dan drainase yang baik serta memenuhi syarat. Bila terdapat zena iunak yang cukup luas dl lapisan pondasi, maka lapisan lunak tersebut peru digali dan diganti dengan tanah yang lebih baik (cara enggantian tanah) atau dengan cara perbaikan tanah lainya, Metede analisis Dapat digunakan metode bidang gelincir lingkaran atau bukan dengan analisis tegangen total atau tegangan efektit 38 7A 72 7.22 7.2.3 724 7. BENDUNGAN URUGAN TANAH Umum Pada umumnya bendungan homegen hanya sesuai untuk ketingglan bendungan kurang atau sama dengan 40 m. Untuk bendungan homogen yang tingginya

You might also like