Professional Documents
Culture Documents
Tesis Aamiin
Tesis Aamiin
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanah adalah salah satu kebutuhan pokok yang mendasar bagi kehidupan
langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan tanah tersebut. Oleh karena itu,
perlunya peran pemerintah selaku pihak yang mengatur akan kepemilikan dan
persengketaan hak atas tanah yang timbul dapat diselesesaikan secara mediasi
Pada tatanan yang lebih luas tanah merupakan elemen yang tidak
menunjang pertumbuhan ekonomi, hal ini karena tanah mempunyai fungsi yang
sangat strategis . 2
1
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahman Lubis, 2012, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi Revisi
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, cetakan ketiga, Bandung :
Mandar Maju, hlm.3.
2 ?
a. Sebagai penunjang atau pendukung pada setiap rencana pembangunan baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat yang memberikan arah serta landasan hukum
sesuai dengan ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa : “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebenar-benarnya bagi kemakmuran rakyat” ;
b. Dapat memberikan pengayoman agar tanah dapat merupakan sarana bagi rakyat untuk
mencapai penghidupan yang layak yang sesuai dengan ketentuan pasal 27 ayat 2 Undang-Undang
Dasar 1945, yang menyatakan bahwa : “Tiap-tiap1 Warga Negara berhak atas pekerjaan yang dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
2
sosial3 yang berperan ganda di dalam kehidupan manusia karena harus dapat
a. sebagai social asset,4 dimana posisi tanah dalam hal ini merupakan sarana
b. sebagai capital asset,5 dimana tanah berperan sebagai modal penting dalam
pembangunan.
Sedangkan dalam sudut pandang yang lain, tanah merupakan salah satu
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang di ciptakan sebagai sarana atau wadah
bagi hidup manusia yang harus dapat dijaga kelestariannya untuk mencapai
berlaku.
3 ?
Fungsi sosial adalah merupakan ciri khas atas tanah Indonesia yang tidak dimiliki oleh
negara lain
4 ?
Social asset mengandung makna bahwa tanah memiliki fungsi sosial, dapat dilihat pada asas
yang terkandung pada pasal 6 UUPA : Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Seseorang
tidak dibenarkan mempergunakan atau tidak mempergunakan hak miliknya (atas tanah)semata
hanya untuk kepentingan pribadinya, apabila jika hal itu dapat merugikan kepentingan masyarakat
karena sesuai dengan asas fungsi sosial ini hak milik dapat hapus jika kepentingan umum
menghendakinya.
5 ?
Capital asset mengandung makna bahwa tanah memilik fungsi ekonomi, dimana tanah
menjadi objek capital, modal dalam transaksi ekonomi, misalnya tanah dapat diperjualbelikan,
disewakan, dijadikan kredit, maupun sebagai objek pengolahan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
untuk menghasilkan suatu pendapatan, seperti kegiatan pertanian maupun pembangunan.
6 ?
Achmad Rubaie,2007, Hukum Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Malang :
Bayumedia, hlm. 1
3
tiga unsur yang perlu di perhatikan yaitu harus adanya kepastian hukum
samping ketiga hal ini perlu juga suatu hal yang dapat menjamin suatu kepastian
dan keadilan. Hal ini tentunya menuntut agar perlu adanya alat bukti yang dapat
kehidupan bermasyarakat.
pasal 33 ayat 3, maka pada tanggal 24 September 1960 terciptala suatu hukum
yang menjadi dasar dari hukum Agraria Nasional yaitu Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang tercatat pada
lembaran Negara Nomor 104 atau selanjutnya disebut UUPA. Hal ini juga
perdebatan pada hukum peninggalan kolonial hindia Belanda yaitu hak eigendom
7 ?
Gustav Radbruch, 1961, Einfuhrung in die Rechtswissenschaft, Germany, p. 36, dikutip
oleh Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, 1993, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Jogjakarta :
Citra Aditya Bakti, hlm.1
8 ?
Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta : Djambatan, (cetakan kesembilan), hlm.28
4
Oleh sebab itu diperlukanya pejabat khusus yang menjlankan dan diberi
wewenang dalam tugas pertanahan yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Ketentuan tentang PPAT diatur dalam pasal 7 PP No.24 Tahun 1997 yang
menyatakan bahwa :
Akta Tanah, yang di beri kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
rumah susun seperti yang telah tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan
Nasional Nomor 4 Tahun 1999 yang telah di ganti dengan Peraturan Kepala
Indonesia Nomor 23 Tahun 2009 tentang perubahan atas Peraturan Kepala Badan
akta yang wajib didaftarkan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah seperti Jual beli,
Pembuat Akta Tanah tersebut hanya terbatas pada penyampaian akta yang
berkepentingan sendiri.
Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai Pejabat Tata Usaha Negara juga bisa terkena
9 ?
Lihat Pasal 97 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.
10 ?
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahman Lubis, 2012, Op. Cit, hlm 126
6
kerangka hukum publik. Sifat publiknya tersebut dapat dilihat dari pengangkatan,
hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
bahwa PPAT sebagai pejabat umum dan berwenang membuat akta yang berkaitan
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998, akta yang dibuat oleh
PPAT adalah akta otentik, akta dibuat untuk perbuatan hukum tertentu, dan objek
perbuatan hukumnya mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun. Menurut Pasal 1,2 dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998,
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
11 ?
Sri Winarsi, 2002, Pengaturan Notaris dan PPAT sebagai Pejabat Umum, Majalah
YURIDIKA, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volume 17 No.2, Surabaya, Maret,hlm.186.
12 ?
Lihat Pasal 1 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
7
Satuan Rumah Susun. Yang menjadi PPAT disini adalah Notaris atau
PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT. PPAT Sementara ini
penunjukannya.
1. Berkewarganegaraan Indonesia;
2. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun;
3. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh
instansi kepolisian setempat;
4. Belum pernah dihukumpenjara karena melakukan kejahatan berdasarkan
utusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
5. Sehat jasmani dan rohani;
8
berikut :
Sehingga sesuai dalam pasal 5 ayat (3) huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 37
13 ?
Lihat Pasal 14 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2009 Tentang perubahan atas Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
14 ?
Pasal 19 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah
9
tersebut sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Hal ini dimaksudkan agar proses pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam
proses pendaftaran peralihan hak atas tanah di daerah yang belum cukupnya
terdapat PPAT dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan apabila terjadi
PPAT Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menetapkan
bahwa :
dalam Pasal 6 ayat (2) ini hanya disebutkan kegiatan-kegiatan tertentu, tidak
menjadi tugas PPAT maupun PPAT Sementara untuk membantu Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya.
15 ?
Lihat Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
10
Maka dalam hal ini dapat diketahui bahwa akta PPAT Sementara juga
moral dan dalam hukum apabila terjadi permasalahan yang terjadi. Tetapi dalam
Kantor Pertanahan ;
b. Pada penandatanganan akta jual beli yang tanpa di hadiri oleh saksi-saksi ;
c. Adanya perbedaan nilai transaksi yang dimuat dalam akta jual beli dengan
kotamadya yang belum dapat menjamin kepastian hukum bagi para pihak ;
11
Penyebab hal di atas dikarenakan tidak adanya suatu peraturan yang pasti
yang menjelaskan akan sanksi adminstratif yang tertulis pada tanggung jawab
pembuatan akta otentik tersebut atau dengan kata lain tidak lagi menjabat sebagai
Peraturan Jabatan PPAT, disamping itu juga fungsi PPAT seharusnya tidak
tunduk pada prinsip persamaan hukum (equality before the law), yang menganut
samping itu prinsip ini sangat penting dalam negara hukum karenanya
Apabila prinsip equality before the law ini merupakan salah satu pilar
keberlakuan prinsip ini dalam praktek harus berdasarkan kedaulatan hukum tanpa
pengecualian. Hal ini menyebabkan kedudukan akta yang dibuat dan tanggung
jawab PPAT khususnya PPAT sementara tidak seperti yang terjadi pada Notaris 17
berniat untuk mengkaji lebih dalam akan peran dan tanggung jawab Camat selaku
PPATS, serta kedudukan akta yang di buatnya apabila tidak menjabat lagi
hukum yang terjadi dalam kapasitasnya sebagai pejabat Pemerintah yang di tunjuk
membuat akta bersifat otentik setelah tidak lagi menjabat sebagai Camat. Penulis
DIBUATNYA.
B. PERMASALAHAN
Dari uraian yang telah di jelaskan pada latar belakang di atas, maka di
buatnya ?
pendaftaran tanah ?
1. Tujuan Penelitian
14
Tanah (PPAT) sementara setelah tidak menjabat lagi terhadap akta yang
tanah;
sebagai PPATsementara.
2. Manfaat Penelitian
b. Secara Praktis
kenotariatan;
profesionalitas;
16
D. Kerangka Teori
gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan
Berdasar dari judul tesis ini yaitu “Tanggung jawab Camat selaku
setelah tidak menjabat lagi terhadap akta yang dibuatnya dan Kedudukan
Applied Theory
before the law adalah salah satu asas terpenting dalam hukum modern.
Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule of Law yang juga menyebar
Dapat disebutkan asas equality before the law ini merupakan salah
perlakuan sama bagi setiap orang di depan hukum ( gelijkheid van ieder
18
makna perlindungan sama di depan hukum (equal justice under the law)
“ada satu pihak yang memerintah dan pihak lain yang diperintah” (the rule
dengan hukum oleh Henc van Maarseven disebut sebagai “blote match”,23
21 ?
Lilik Mulyadi, 2007, Hukum Acara Pidana, Jakarta: Citra Aditya Bakti, hlm 20
22 ?
Miriam Budiarjo, 1998, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
hlm.35-36
23 ?
Suwoto Mulyosudarmo, 1990, Kekuasaan dan Tanggung Jawab Presiden Republik
Indonesia, Suatu Penelitian Segi-Segi Teoritik dan Yuridis Pertanggung Jawaban Kekuasaan,
Surabaya : Universitas Airlangga, hlm. 30
19
yang telah diakui serta dipatuhi oleh masyarakat dan bahkan yang
atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu sesuai
istilah wewenang.
konsep hukum publik maupun dalam hukum privat. Dalam konsep hukum
undangan.
27
Ateng Syarifudin, 2000, Menuju Penyelenggaraan Pemerintah Negara yang Bersih dan
Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Bandung : Universitas Parahyangan, Hlm.22
21
hukum publik.29
akta jika menimbulkan akibat hukum bagi para pihak setelah dia tidak lagi
menjabat.
diketahui teori tanggung jawab ini berkaitan akan kesalahan yang terjadi
28 ?
Indroharto, 1994, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus Efendie
Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Bandung: Citra Aditya
Bakti, hlm. 65
29 ?
Stout HD, 2004, de Betekenissen van de wet, dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan
Peradilan Administrasi terhadap Tindakan Pemerintah, Bandung: Alumni, hlm. 4
30 ?
Andi Hamzah, 2005, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia
22
dan resiko yang harus diterima dari pihak yang memegang kewajiban
tersebut.
Dalam hal ini penulis menggunakan teori tanggung jawab ini untuk
2) Teori Sanksi-Sanksi
dan resiko, maka dalam hal ini diperlukan suatu hukuman yang bagi
E. Kerangka Konseptual
23
antara konsep-konsep khusus, yang ingin akan diteliti. Suatu konsep bukan
merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi
tersebut.31
proses hukum pendaftaran peralihan hak atas tanah di daerah yang belum
jabatan bukan jabatan yang diperoleh sebagai jabatan profesi yaitu PPAT
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
31 ?
Soejono Soekanto.1986, Op. Cit, hlm. 132.
32 ?
Lihat Pasal 5 ayat 3 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan
Jabatan Pembuat Akta Tanah.
24
2. Pendekatan Penelitian
utama.
ada 2 (dua) macam, mengacu pada tata cara penyusunan sumber bahan-
dengan judul tesis ini termasuk juga semua peraturan dan ketentuan
sementara.
33 ?
Soejono dan Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta, hlm.
56.
27
yaitu : 34
a. Penafsiran Gramatikal
hukum. 35
b. Penafsiran Sistematis
34
Mochtar Kusumaatmadja, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung:Alumni, hlm. 100.
35
Ibid.
28
c. Penafsiran Autentik
Undang-Undang.
d. Penafsiran Teleologis
dapat dilihat dari sejarah dan dapat dilihat pula dari sifat hubungan
rumusan permasalahan.
36
Sudikno Mertukusumo dan A. Pitlo,1993, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum,
Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993, hlm.65
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Negara Mesir Kuno, ketika Raja Fir’aun saat itu memerintahkan pegawai
47
30
merupakan bekas jajahannya. Adapun maksud dari kadaster ini dari segi
bahasa adalah suatu register atau capita atau unit yang digunakan dalam
pajak tanah romawi, yang berarti suatu istilah teknis untuk sebuah record
pemegang hak atas tanah, sedangkan kadaster yang modern bisa terjadi
hukum, dan juga dalam kepentingan penarikan pajak atau hanya untuk
Hal ini diakui juga oleh AP. Parlindungan, yang menyatakan bahwa
perusahaan Hindia Timur Belanda atau sering disebut VOC pada (Verenigde
41
AP. Parlindungan,1994, Op.cit, hlm.11-12
32
yaitu berlakunya juga hukum barat yang merupakan hukum yang berlaku
pada Hukum Agraria yang membagi dua golongan hak-hak atas tanah yaitu
yang merupakan penjajah Indonesia pada masa ini, hanya mengenai tanah-
tanah eropa saja, walaupun ada juga pendaftaran tanah yang bersifat
lain.43
42
a. Hak-hak Barat, yaitu hak yang harus tunduk pada hukum yang berlaku bagi
golongan eropa yang dikenal dengan hukum Barat,atau juga disebut dengan hak barat
contohnya yakni hak Eigendom, hak Erfpacht, dan hak Opstal. Tanah-tanah dengan
hak barat disebut tanah eropa.
b. Hak-hak adat, yaitu hak yang tunduk pada hukum yang berlaku bagi golongan Bumi
Putera yang disebut tanah-tanh Indonesia (Inlands bezitrecht).
43
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahman Lubis, 2012,Op. Cit, hlm.21-22.
33
1) Penyelenggaraan kadaster
hak.
penggunaannya.
47
Kadaster dalam arti modern dapat di rumuskan sebagai pendaftaran atau pembukuan
bidang-bidang tanah dalam daftar-daftar berdasarkan pengukuran pemetaan yang seksama dari
bidang-bidang tanah itu. Secara singkat kadaster dirumuskan sebagai pengukuran, pemetaan dan
pembukuan tanah seperti yang dirumusakan dalam Pasal 19 ayat 2 sub a UUPA.
37
oleh ahli ukur, agar dapat demikian dap dibuat surat tanah
yang diperbaiki.
tanah; dan
modern di Indonesia.
l. Tahun 1809, pada saat ini kantor ahli ukur dihapuskan lagi
bahwa ;48
2. Kadaster Lama
48
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahman Lubis, 2012,Op. Cit,hlm.38
39
Periode ini menurut CG Van Hulls disebut juga periode ahli ukur
instruksi bagi para ahli ukur di Jakarta, Semarang dan Surabaya untuk
petakan;
- Daftar Peta;
atau alat bagi para ahli ukur untuk memelihara peta dan daftar
Periode ini menurut CG. Van Huls disebut dengan periode Jawatan
tahun 1870 merupakan suatu titik awal yang sangat penting mengenai
Wet.50
tanah rakyat, yang membuat politikus Liberal yang saat itu tidak setuju
49
Pajak Verponding merupakan suatu pajak yang dikenakan atas tanah-tanah dengan hak
Eropa. Pajak tersebut bermula pada ditetapkannya Plakaat tanggal 8 Juli 1685 yang berlaku
dampai dengan 1860.
50
Agrarische Wet (S. 1870-55) adalah sebuah undang-undang yang dibuat di Belanda
yang kemudian diberlakukan di Indonesia sebagai ayat-ayat tambahan dari Pasal 62 Regerings
Reglement Hindia Belanda tahun 1854. Pasal 62 Regerings Reglement tersebut kemudian menjadi
Pasal 51 Indische Staatsregeling pada tahun 1925.
41
Pada periode ini juga awal dari munculnya pemberian hak Erpacht51,
51
Hak Erfpacht adalah hak kebendaan untuk menarik penghasilan seluas-luasnya untuk
waktu yang lama dari sebidang tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sejumlah uang
atau penghasilan tiap-tiap tahun yang dinamakan “pacht”
Hak erfpacht dapat juga diartikan sebagai hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya akan
kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain, dengan kewajiban akan membayar upeti
tahunan kepada si pemilik sebagai pengakuan akan kepemilikannya, baik berupa uang, hasil atau
pendapatan (Pasal 720 KUHPerdata)
52
Hak Eigendom adalah hak atas sesuatu benda untuk mengenyam kenikmatan se-
luas2nya dan mempergunakannya secara tidak terbatas asal penggunaannya tidak bertentangan
dengan UU atau peraturan2 umum yg dikeluarkan oleh sesuatu kekuasaan yg memang berhak
mengeluarkannya, dan tidak mengganggu hak orang lain (Pasal 570 BW).
53
Harsono B. 1995. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jilid 1 – Hukum Tanah Nasional. Djambatan. Jakarta.
42
1944).
Nomor 1945).
hak-hak atas tanah di Indonesia tidak memiliki bukti yang tertulis yang
54
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahman Lubis, 2012,Op. Cit,hlm.79-80.
43
Indonesia;
tersebut.
55
Ibid, hlm.81
44
akan tetapi disamping hal tersebut pendaftaran tanah juga dipakai untuk
pendaftaran secara sporadik atau insiatif keinginan dari pemegang hak atas
atur dalam satu ketentuan yaitu UUPA, dengan kata lain terjadinya
pada pasal 19 ayat 1 UUPA yang merupakan landasan yang kuat yang di
56
Pasal 19 ayat 1 yaitu untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
57
Ibid, hlm.82
45
kepada pemegang hak sebagai tanda bukti hak yang kuat, akan tetapi
bukan merupakan bukti yang mutlak. Hal ini menyangkut kekuatan bukti
dari suatu hak yang tertera dalam teori atau disebut asas publisitas. Bila
disebutkan sebagai alat bukti hak yang kuat, maka yang dipakai dalam
surat tanda bukti hak dan arti pendaftaran bagi peralihan hak, maka hal-hal
tersebut telah di ukur dan dipetakan, jadi dengan kata lain apabila
sebagai syarat bagi peralihan hak atas tanah daerah itu. Peraturan
atas tanah;
subjek haknya. Hal ini tentunya kurang tepat jika dikaitkan dengan
juta bidang tanah atau hanya dapat 30%dari bidang tanah yang
61
Irawan Soerodjo, Op.cit.hlm.92
62
Op. Cit, 2012, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi Revisi Peraturan Pemerintah Nomor
13 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
Pada Badan Pertanahan Nasional, cetakan ketiga, Bandung : Mandar Maju, hlm.91.
48
tanah;
pemetaan;
dilakukan pemegang hak atas tanah, baik dalam hal pemindahan hak
tersebut.
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan
yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-
pendaftaran dalam bidang data fisik yakni mengenai tanahnya itu sendiri
seperti lokasinya, batas-batasnya, luas bangunan atau benda lain yang ada
baik yakni berupa pemegang hak, peralihan hak, ataupun perubahan hak
tersebut.
pasal 23 ayat 2, pasal 32 ayat 2 dan pasal 38 ayat 2. Pendaftaran tanah juga
63
Lihat Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 yang berbunyi ;
“Pendaftaran tanah bertujuan:
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang
tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah
agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar;
c. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.”
64
- Pendaftaran tanah secara sistematik yakni berupa kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua objek pendaftaran
tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
Pendaftaran tanah secara sistematis ini diselenggarakan atas prakarsa Pemerintah
berdasarkan pada suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan di
wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional ;
- Pendaftaran tanah secara sporadik yakni berupa kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau
bagian wilayah desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara
sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang
berhak atas objek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya
51
tahun 1961, antara lain pengertian pendaftaran tanah65 itu sendiri, azas-
data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan
dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat
terjadi kemudian.67
b. Bidang yuridis, yaitu pendaftaran hak-hak atas tanah, peralihan hak dan
pendaftaran atau pencatatan dari hak-hak lain yaitu baik hak atas tanah
letak batas dan luas tanah, status tanah, dam orang yang berhak atas tanah
69
Adrian Sutedi, 2007, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta:Sinar
Grafika,hlm.114
70
Ibid, Sertipikat Hak Atas Tanah, Op.Cit,.hlm.109
54
datanya. Hal ini tampak dilihat dengan adanya buku tanah sebagi dokumen
yang memuat data fisik maupun yuridis yang dihimpun dan disajikan, serta
diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah yang
didaftar.
pejabat pendaftaran tanah pada saat itu, yang mengeluarkan produk berupa
grosse akta yang diberikan kepada penerima hak. Akan tetapi sistem itu
merupakan hak yang sebagian besar tidak tertulis hanya berupa lisan
yang berada di indonesia agar bersifat nyata, terang dan tunai ( kontant,
71
Urip Santoso, 2011, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group,hlm.361-362
55
kelurahan.
c) penerbitan sertifikat;
menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar
tanah, daftar nama, daftar surat ukur, buku tanah, dan sertifikat dengan
pemindahan hak atas bidang tanah yang sudah didaftar. Pemegang hak
1. pemindahan hak;
2. pemindahan hak dengan lelang;
3. peralihan hak karena pewarisan;
4. peralihan hak karena penggabungan atau peleburan
perseroan atau koperasi;
5. pembebanan hak;
6. penolakan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak.
Peralihan hak atas tanah, yang dilakukan dengan cara jual beli,
hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh
1. Pengertian Akta
72
Wibowo Tunardy, “Pelaksanaan Pendaftaran Tanah”,
<http://www.jurnalhukum.com/pelaksanaan-pendaftaran-tanah>, diakses pada 20 April 2017,
21.00 WIB.
73
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, PP
No. 24, TLN No. 3696, Pasal 37 ayat 1
58
Akta atau Acte adalah surat tanda bukti suatu tulisan, yang
peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat
dengan perbuatan hukum, berasal dari kata acte yang dalam bahasa
74 ?
R. Subekti dan Trijrosoedibio.2008, Kamus Hukum. Jakarta: Pradnya Paramitha, hlm.5
75 ?
A.Pitlo, Sudikno Mertokusumo, dan Subekti, dalam Sjaifurrachman dan Habib Adjie, 2011,
Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Permbuatan Akta. Bandung:Mandar Maju, hlm.99.
76 ?
L.G. Rai Widjaja, 2002, Merancang Suatu Kontrak Contract Drafting, Bekasi Timur: .
Kesaint Blane, hlm.9.
59
2. Macam-Macam Akta
1) Akta Otentik
atas permintaan para pihak agar tindakan atau perbuatan para pihak
pejabat umum;
undang (wet);
c. Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat harus
yang berlaku, baik itu dari atau tanpa bantuan dari pihak-pihak
77 ?
Santia Dewi dan Fauwas Diradja, 2011, Panduan Teori dan Praktik Notaris, Yogyakarta:
Pusaka Yustisia, hlm.36.
78
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan
Tulisan tentang Notaris dan PPAT), Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, hlm.268
79
Ibid, hlm.267-268
60
karakter yuridis dari akta otentik. Dalam hal ini tidak berarti
umum tetap berada di luar para pihak atau bukan pihak dalam akta
80
Husni Thamrin, 2011, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris, Yogyakarta:Laksbang
Pressindo, hlm.11.
61
81
Lihat pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan ;
“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikat diri
terhadap satu orang lain atau lebih”.
82
Lihat pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Yang memberi
pengertian yaitu Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini atau berdasarkan Undang-undang lainnya.
83
Lihat pasal 1 angaka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Yang memberi pengertian bahwa PPAT Sementara adalah
pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan
membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.
62
para pihak yang melakukan perjanjian saat ini. Hal ini disebabkan
bukan dilakukan oleh atau dihadapan pejabat umum, atau pejabat yang
84
Lihat pasal 1867 KUH Perdata, yang menyatakan ;
“Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan tulisan di
bawah tangan”
63
KUHPerdata).85
pada ;
membuktikan kebenarannya;
Perdata
Bentuk Dibuat dalam bentuk yang tidak Dibuat dalam bentuk yang sudah
ditentukan oleh undang-undang, tanpa ditentukan oleh undang-undang
perantara atau tidak dihadapan pejabat (pasal 38 UUJN), dibuat di
umum yang berwenang. hadapan pejabat-pejabat yang
diberi wewenang dan tempat
dimana akta tersebut dibuat.
C. PPAT SEMENTARA
1) Pengertian Camat
mengepalai Kecamatan.86
Sementara (PPATS)
sebagai PPAT sementara atau PPAT khusus : Camat atau Kepala Desa
yang belum cukup terdapat PPAT. Dalam hal ini yang ditunjuk karena
86
Poerwodharminto, 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
hlm.181
66
juga dapat dilakukan apabila ada formasi PPAT pada daerah tersebut.
pembebanan hak atas tanah dan akta pemberi kuasa pembebanan hak
87
Lihat pasal 5 angka 3 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang menyatakan “ Untuk melayani masyarakat
dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani
golongan masyarakat tertentu dalam pembuatan akta PPAT tertentu, Menteri dapat menunjuk
pejabat-pejabat di bawah ini sebagai PPAT sementara atau PPAT Khusus; a. Camat atau Kepala
Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT
sementara.
67
hukum mengenai;
a. Jual beli
b. Hibah
c. Tukar menukar
sebagai berikut;
88
Lihat pasal 27 angka 2 dan angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
68
diperkenalkan;
yang berlaku;
D. TANGGUNG JAWAB
hukum bagi seseorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal
pertanggungjawabannya91.
yaitu : 93
93
Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, hlm, 503.
71
berasal dari Bahasa latin (orquer) atau (tortus) dalam Bahasa Perancis,
seperti kata (wrong) berasal dari Bahasa Perancis (wrung) yang berarti
seperti apa yang disebut oleh pribahsa latin, yaitu (juris praecepta sunt
semboyan hukum adalah hidup secara jujur, tidak merugikan orang lain
dan memberika hak orang lain. Sebelum tahun 1919 yang dimaksud
orang lain, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, kewajiban hukum
94
Abdulkadir Muhammad, Op. cit. hlm 511
72
bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori perbuatan
maupun kelalaian) ;
BAB III
hukum publik.100
komponen yaitu;
Sebagaimana hal di atas maka dapat kita ketahui bahwa camat itu
Istilah ini semula berasal dari ajaran hukum perdata (het woord
berikut;
maka wewenang seorang pejabat harus jelas dan tegas sesuai dengan
yang bersangkutan.
dalam asas atau aturan umum pemerintah yang baik dan akan
77
bersangkutan.
104
Habib Adjie, 2009, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan
Tulisan tentang Notaris dan PPAT), Bandung:PT.Citra Aditya Bakti, hlm.249
78
105
Lihat pasal 5 angka 3 Peratur
an Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah.
79
membuat akta peralihan hak atas tanah didasarkan pada Pasal 19 ayat
dibuktikan degan suatu alat bukti hukum yang berupa akta yang dibuat
oleh dan dihadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria
( selanjutnya dalam peraturan pemerintah ini disebut pejabat).”
a. Notaris;
agrarian;
pejabat;
d. Orang yang telah lulus dalam ujian yang diadakan oleh Menteri
Agraria.
kelestaria lingkungan hidup dan tata guna tanahnya dan tidak jarang
perkembangan zaman,106
106
Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahman Lubis, 2012, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi
Revisi Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, cetakan ketiga,
Bandung : Mandar Maju, hlm.14.
82
tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
cmenguatkan aktanya.
107
Musdar Ali, 2009, Kedudukan Hukum Notaris dan PPAT Ditinjau Dari Peraturan
Perundang-Undangan, Jakarta: Mitra Ilmu, hlm.13
83
dalam pasal 19 ayat 1, yang bersangkutan dalam hal ini yaitu camat
Wilayah.
sementara
paling lama 3 (tiga) bulan. Apabila Camat yang telah ditunjuk sebagai
hukum.108
108
Khairuddin Ahmad, 2009, PPAT sebagai Pejabat Khusus di Bidang Pertanahan,
Jakarta:Media Ilmu, hlm.23
84
sudah terdaftar.
perbuatan hukum yaitu berupa jual beli, tukar menukar, serta hibah.
membuat akta Otentik, seperti halnya yang tertera pada pasal 3 angka 1
2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah
111
Lihat Pasal 9 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2006
tentang Ketentuan pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat pembuat Akta Tanah. Yang berbunyi yaitu Formasi PPAT sementara ;
1. Formasi atau kebutuhan dan penunjukan PPAT Sementara ditetapkan oleh Kepala
Badan dengan mempertimbangkan faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1).
2. Dalam hal di daerah kabupaten/kota yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 PPATnya telah terpenuhi, maka terhadap
Camat yang baru dilantik tidak lagi ditunjuk sebagai PPAT, kecuali jumlah PPAT
yang telah ada berkurang dari jumlah formasi yang telah ditetapkan atau formasinya
diadakan perubahan.
3. Formasi PPAT Sementara yang telah ditetapkan, dapat ditinjau kembali oleh Kepala
Badan apabila terdapat perubahan berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1).
87
otentik.
ketentuan yang berlaku, maka dapat kita ketahui akta yang dibuat oleh
camat itu adalah otentik, ini dikarenakan akta tersebut dibuat dihadapan
Akta yang dibuat oleh PPAT yang merupakan pejabat umum lain
pejabat pemerintahan. Jika akta yang dibuat oleh PPAT sebagai pejabat
oleh badan atau pejabat tata usaha negara, produk pemerintah selama
112
Lihat Pasal 2 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentan Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
88
a. Cuti;
b. Memperoleh uang jasa (honorarium) dari pembuatan akta
sesuai dengan pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.37
Tahun 1998;
c. Memperoleh informasi serta perkembangan peraturan
perundang-undangan pertanahan;
d. Memperoleh kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri
sebelum ditetapkannya keputusan pemberhentian sebagai
PPAT.
melaksanakan cuti kepada pejabat yang berwenang dalam hal ini yakni
113
Lihat Pasal 36 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1 Tahun 2006 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah
114
Pasal 45 huruf d Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1 Tahun 2006
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
115
Pasal 44 ayat 3, Ibid
89
pejabat Pembuat Akta Tanah , maka dapat kita ketahui Camat selaku
Tanah,116 hal ini berarti bahwa camat yang ditunjuk Badan Pertanahan
116
Pasal 8 ayat 2 berbunyi ; “ PPAT Sementara dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan
tugas PPAT , apabila tidak memegang jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 3 huruf a
dan b atau diberhentikan menteri”.
117
Lihat Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
pejabat Pembuat Akta Tanah yang berbunyi ;
1. PPAT yang berhenti menjabat karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1)
huruf b, c, dan d, diwajibkan menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT di daerah
kerjanya;
2. PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT Sementara menyerahkan protokol
PPAT kepada PPAT Sementara yang menggantinya;
3. PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus menyerahkan protokol PPAT
kepada PPAT Khusus yang menggantikannya;
4. Apabila tidak ada PPAT penerima protokol sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dan (3), protokol PPAT diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat.
92
protokol ini juga dapat diartikan sebagai serah terima tanggung jawab
Tanggung jawab pada Camat selaku PPAT sementara ini di bagi dua
yakni;
pejabat.
yang dilakukannya, dalam hal ini membuat akta. Ini terjadi apabila
akta relaas atau akta pejabat. Dalam pembuatan akta ini harus
suatu haka tau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja
118
Lihat Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
119
Lihat Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
120
A. Pitlo, 1986, Pembuktian dan Daluwarsa, alih bahasa M. Isa Arief,
Jakarta:Intermasa, hlm.52
121
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi ke-7,
Yogyakarta :Liberty, hlm.120.
95
fungsi akta PPATS yaitu sama dengan akta yang dibuat oleh PPAT
122
Vicktor M. Situmorang Sitanggang, 1993, Grosse Akta Dalam Pembuktian dan
Eksekusi, Jakarta: RInika Cipta, hlm.26 dan Cormentyna.
123
Sudikno Mertokusumo, 2006, Op. cit, hlm. 121-122
96
hukum dalam hal pemindahan hak atas tanah dikarenakan jual beli
124
Adrian Sutedi, 2010, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Cetakan Ke-4,
Jakarta: Sinar Grafika, hlm.79
125
Boedi Harsono, 2007, PPAT , Sejarah, Tugas dan Kewenangannya, Majalah RENVOI
Nomor 844.IV, Januari 2007, hlm.11.
97
berkepentingan adalah ;
126
Herlien Budiono, 2006, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia Hukum
Perjanjian Berlandaskan Asas-asas Wigati Indonesia, Bandung:Citra Aditya Bakti, hlm.256
127
B.I.P. Suhendro dalam Reza Febriantina, 2010, Kewenanangan Pejabat Pembuat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) Falam Pembuatan Akta Otentik, Semarang: Tesis Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, hlm.92.
98
128
A. Pitlo, 1986, Op.cit, hlm 54
99
a. dapat dibatalkan;
b. batal demi hukum;
c. mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan;
d. dibatalkan oleh para pihak sendiri; dan
e. dibatalkan oleh putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap karena penerapan asas praduga sah.
formil
129
Habib Adjie, 2009, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai
Pejabat Publik, Cetakan Ke-2, Bandung: Refika Aditama, hlm.81
100
undang – undang maka salah satu unsur akta otentik itu tidak
b) Akta itu harus dibuat oleh door atau dihadapan ten overstain
c) Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum yang
yakni :
130
Habib Adjie I, Op. cit, hal. 48.
101
Tanah :
berlaku”.
diluar daerah kerja PPAT dana tau diluar Kantor PPAT dan
Pendaftaran Tanah :
102
Situmorang, bahwa :
131
Pantas Situmorang, 2008, “Problematika Keontentikan Akta PPAT”, Tesis, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 102 – 103.
104
juncto Pasal 1868 dan 1869 KUHPerdata, maka akta otentik dapat
Materil
yaitu : 132
132
Subekti, 2001, Hukum Perjanjian, Penerbit Intermasa, Jakarta, hal.17.
105
1. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas
disampaikan :
133
Penulis berpendapat makna kata “menolak” pada ketentuan ini adalah syarat yang sifatnya
mutlak, karena sifatnya mutlak berarti bersifat materil, sehingga PPAT dilaranguntuk menerima
pembuatan akta jual beli apabila menyimpang dari ketentuan ini. Berpijak pada penafsiran a
contario, maka PPAT harus menerima pembuatan akta jual beli apabila memenuhi ketentuan
tersebut, dan ketentuan ini adalah sebagai syarat materi dari prosedur pembuatan akta PPAT.
106
dibuat akan tetap mengikat para pihak selama tidak dibatalakan (oleh
tersebut.
akta jual beli yang dibuat oleh PPATS bersangkutan dapat dinyatakan
batal demi hukum atau batal dengan sendirinya, artinya sejak semula
dari PPATS dalam pembuatan akta jual beli tanah yang mengandung
akta PPATS, yang terdiri dari syarat subyek (subyek hak atau orang –
orang yang menhadap atau komparan) dan syarat obyek (obyek hak
hukum.
bagi PPAT. Salah satu kewajiban PPAT adalah bekerja dengan penuh
rasa tanggung jawab, mandiri, jujur dan tidak perpihak. Disamping itu
PPAT, yaitu :
kelalaian dalam pembuatan akta jual beli yang menyimpang dari syarat
formil dan syarat materil tata cara pembuatan akta PPAT, maka PPAT
ditetapkan dalam pasal 6 ayat (1) Kode Etik IPPAT, yakni bagi anggota
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan IPPAT;
d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan IPPAT;
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan IPPAT.
dengan aspek formal akta PPATS dalam pembuatan akta otentik adalah
266 KUHP);
Jo. Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP atau Pasal 264 atau Pasal 266
KUHP);
menggunakan surat palsu yang dipalsukan (Pasal 56 ayat (1) dan (2)
Jo. Pasal 263 ayat (1) dan (2) KUHP atau Pasal 264 atau Pasal 266
KUHP).
dari jabatannya di pemerintahan, bukan berarti lepas dari tanggung jawab dan
saksi yang diperolehnya, walaupun telah atau tidak menjabat lagi, akan tetapi
tetap mempunyai tanggung jawab terhadap produk hukum yaitu akta otentik yang
134
Habib Adjie, 2007, Op. cit, hal. 124
114
Dasar 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia adalah negara hukum”; maka
melindungi hak asasi manusia. Persamaan di hadapan hukum memiliki arti bahwa
semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality
before the law). Persamaan perlakuan di hadapan hukum bagi setiap orang berlaku
peradilan.
kepastian hukum, maka itu setiap perbuatan hukum yang dilakukan PPATS
kelalaian PPATS saat dia menjabat di lihat dari tindakan tersebut didasarkan atas
tidak ada unsur salah sangka atau salah paham. 135 Hal ini dapat dipahami bahwa,
pelanggaran atau sanksi yang diperoleh PPATS itu setelah tidak menjabat lagi
Camat selaku PPATS itu ikut serta atau dengan sengaja melakukan perbuatan
hukum saat masih menjabat PPATS,136 yang menyebabkan kerugian bagi para
pihak yang melakukan perbuatan hukum. Hal ini dimaksudkan bahwa fungsi
135
Meljatno, 2008, Asas-asas Hukum Pidanan Edisi Revisi, Jakarta:Rineka Cipta, hlm.63
136
Lihat Pasal 266 ayat 1 KUHPidana Jo. Pasal 56 ayat 1 KUHPidana
115
PPATS itu sebagai pejabat yang diberi kewenangan seperti PPAT untuk membuat
akta otentik, maka PPATS itu dapat dikatakan sebagai perpanjangan tangan
tercukupi PPAT.137
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diberikan oleh penulis dalam pembuatan tesis ini adalah:
padanya. Apabila Camat selaku PPATS ini apabila tidak menjabat lagi
Setempat. Dalam hal serah terima protokol ini juga dapat diartikan
137
Lihat Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
116
membuat akta itu tidak berwenang untuk membuat akta tersebut atau
yuridis atau berakibat hukum yaitu dapat dibatalkan dan/atau batal demi
hukum.
dan saksi yang diperolehnya, walaupun telah atau tidak menjabat lagi,
hukum, yang tidak terlepas walaupun tidak menjabat lagi. Akan tetapi,
B. SARAN
Saran yang diberikan oleh penulis dalam pembuatan tesis ini adalah :
hal ini dalam membuat akta otentik. Maka PPAT sementara tersebut
jabatannya.
2. PPATS harus lebih teliti dalam menelaah perbuatan hukum yang akan
membuat akta, dalam hal ini akta tersebut harus memenuhi syarat-
sementara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Achmad Chomsah, Ali. 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia), jilid 2,
Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.
Ahmad,Khairuddin, 2009, PPAT sebagai Pejabat Khusus di Bidang Pertanahan,
Jakarta:Media Ilmu.
Abdulkadir ,Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya
Bakti.
119
Santia Dewi dan Fauwas Diradja, 2011, Panduan Teori dan Praktik Notaris,
Yogyakarta: Pusaka Yustisia.
Santoso, Urip. 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta :
Kencana Prenada Media Grup.
Setiabudi, Jayadi, 2013, Panduan Lengkap Mengurus Rumah Tangga Serta
Perizinannya, Yogyakarta: Buku Pintar.
Soekanto,Soerjono. 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.
Soerodjo, Irawan, 2002, Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia,
Surabaya:Arkola.
Soetomo, 2010, Penerapan Peraturan di Bidang Akta Pertanahan, (PPAT),
Jakarta:Pustaka Ilmu
Soejono dan Abdurrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Soimin, Soedharyo. 1993, Status Hak dan dan Pengadaan Tanah, Jakarta : Sinar
Grafika.
Sudikno Mertukusumo dan A. Pitlo,1993, Bab-Bab tentang Penemuan Hukum,
Bandung : Citra Aditya Bakti.
Sutedi, Adrian, 2007,Peralihan Hak Atas Tanah, Jakarta: Kencana Media Group.
_____________, 2012, Sertifikat Hak Atas Tanah, Cetakan Kedua, Jakarta:Sinar
Grafika.
Syaifuddin,Muhammad. 2012, Hukum Kontrak ( Memahami Kontrak dalam
perspektif filsafat, teori, dogmatic, dan praktik
hukum),Bandung:Mandar Maju.
Thamrin, Husni, 2011, Pembuatan Akta Pertanahan oleh Notaris,
Yogyakarta:Laksbang Pressindo.
Titik Triwulan dan Shinta Febrian,2010,Perlindungan Hukum bagi Pasien,
Jakarta: Prestasi Pustaka.
B. Makalah
C. Peraturan Perundang-undangan.