You are on page 1of 8
Anima, Indonesian Psychological Joural 2008, Vo. 23, No.3, 248-255, Multiple Baseline Design Across Materials-Behaviors-Examiners + Penerapan untuk Kasus Blood Phobia Listyo Yuwanto dan Christine Santoso Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya smiauw_99@yahoo co id /5050814@zmail.com Abstract. This research was inspired by a sufferer of blood phobia, who needed a psychological Aeip ‘The subject was a female sufferer, Method used isa combination of qualitative approach and mul- tiple baseline design across behaviors-materals-examiners. Data were collected through interview, ‘observation, phobia self-test, and the big five personality iwentory. Subject was trated with cogni tive behavior therapy. Resull reveals an akcration between baseline phase and treatment phase, thus it can be concluded thatthe cognitive behavior therapy is appropriate for this bload phobia disorder pa- tient Key words: blood phobia sufferer, multiple baseline design, cognitive behavior therapy Abstrak. Penclitian ini dilatarbelakangi scorang penderita fobia darah yang membutuhkan bantuan penanganan, Metode penelitian merupakan Kombinasi antara kualitaif dan multiple baseline design ‘crass behaviors-materials-examuiners. Subjek penelitian satu orang (petempaan). Data diperoleh melalui wawaneara, observasi, phobia selftest, dan the big jfve personality inventory. Bentuk intervensi adalah terapi kognitif perilaku. Vasil pecefitian menunjukkan adanya perbedaan antara ‘baseline phase dengan treatment phac, sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi kognitif peilaku ccukup efektf dalam membantu mengatasi fobia darah yang dialami subjek Blood Phobia Phobias aren't just extreme fears: they are irra- tional fears. Menurut American Psychiatric Asso~ ciation (2000) fobia spesifik (specific phobia) ada- lah ketakutan irasional yang disebabkan oleh ada- nya situasi atau objek yang jelas, yang sebenarnya tidak berbahaya, situasi atau objek tersebut dihin- dari atau dihadapi dengan perasaan terancam. Indi- vidu yang mengalami fobia, takut tethadap objek atau situasi tertentu yang sebenamya tidak berba- haya dan sebagian besar orang tidak mengalami masalah ketika berhadapan dengan objeh atau sitsa- si yang ditakutkan oleh individu yang mengalami fobia (Royal College af Psychiatrists, 1998). Objek atau situasi yang ditakutkan oleh penderita fobia di- sebut dengan objek atau situasi fobik. Individu yang, mengalami fobia, sadar bahwa ketakutan terhadap suatu situasi atau objek tertentu bersifat irasional, Yowanto dan Christine Sanoso, Fa Surabaya JT Raya Kalirungher Kovespondensi kaltas Psikologi Universi Surabaya, 1a kunci: penderitafobia darah, multiple baseline design, tecapi kognitf perilaku tetapi ketika mereka berhadapan dengan situasi atau objek tersebut mercka menjadi takut dan tidak mampa mengontrol ketakutannya itu (National Mental Health Association, 1996). Makna irasional adalah ancaman objek atau situasi fobik di luar pro- porsi ancaman objek atau situasi yang sesungguh- nya, sebenarnya tidak mengancam tetapi bagi pen- derita fobia mengancam (Clerq, 1994; Sadarjoen, 2005) Pembagian tipe fobia spesifik menurut DSM-IV antara lain (sitat dalam Kaplan, Sadock, & Grebb, 1996): (a) tipe binatang, misalnya anjing, kucing, laba-laba. (b) tipe lingkungan alam, misalnya badai, air, (c)tipe darah, injeksi. dan cedera, (d) tipe situa- sional, seperti gelap, terang, dan (e) tipe lain yang, tidak masuk ke dalam empattipe sebeluranya misal- nya suara keras, orang asing, karakter bertopeng. Fobia spesifik termasuk dalam salah satu jenis anxiety disorder (American Psychiatric Association, 2000). Anxiety disorder senditi terditi atas panic disorder. agoraphobia, social phobia, obsessive compulsive, generalized ancien’ disorder, specific phobia, dan post traumatic stress disorder. 248, ‘8L000 PHOBIA 249 Penelitian ini dilatarbelakangi seorang penderita fobia darah yang membutuhkan bantuan penanga- nan Karena merasa.terganggo dalam kehidupan sehari-harinya dan adanya niatan untuk sembuh. Blood phobia mecupakan salah satu tipe gangguan specific phobia yang ditandai adanya ketakutan irasional (irrational thinking) dan berlebihan (un- proportional) techadap darah. Pendecita menyadari bahwa ketakutannya tersebut jrasional dan tidak ‘mampu mengontrol ketakutannya. Penderita beru- saha untuk menghindari darah atau bila bethadepan, dengan stimulus darah akan merasa terancam, yang berdampak mengganggu kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ke- sejahteraan penderita fobia dan mengetahui efek- tivitas terapi bagi penderita fobia. Intervensi terapi) ‘yang diberikan berupa terapi kognitif perilaku (de- rngan berdasarkan hesil asesmen penyebab fobia darah). Fobia yang dialami subjek adalah adanya pemikiran negatif terhadap darah yang mendasari munculnya perilaku tidak adaptif saat berinteraksi dengan darah setelah mengalami kejadian pencetu Terapi Kognitif perilaku bertujuan menghilangkan irrationalierror/bias belief tentang situasi atau ob- jek yang mendasari terjadinya fobia. Pendekatan ini mengarah pada usaha perubahan pala pikir negatif yang menjadi penyebab gangguan (cugnitive re- ‘siructaring). Metode Tehap pertama dalam penelitian ini adalah pe- nyelenggaraan asesmen. Tahap asesmen bertuiuan mengungkap dinamika gangguan fobia darah Yang dialamii subjek pewelitian yang meliputi onset, pe~ nyebab, dampak, dan respon saat berhadapan de- ‘agan objek fobik. Jenis penelitian untuk tahap ases- men adalah studi kasus dengan paredigma interpre- tif. Metode pengumpulan data melalui wawancara, phobia self-test, dan the big five personality inven- tory. Data dianalisis secara kualitatit. metaiui open an selective coding. Tahap intervensi bertujuan memberikan pena- nganan terhadap gangguan yang dialami subjek. Je- nis penelitian yang digunakan adalah penelitian cks- perimen dengan desain single case maliple baseline design across behaviors-muterials-examiners, Prin- sip multiple baseline design across behaviors-mate rials-examiners adalah mengukur beberapa perilaku (across behavior) pada beberapa material (across ‘materials) yang dilakukan oleh beberapa pengukur (across examiners). Pengukuran dilakukan pada kondisi tanpa perlakuan (baseline phase) dan pada. kondisi perlakuan (creatment phase). Desain ran- cangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 Perilaku (behavior) yang diukur adalah pusing, mual, dan muntah. Bahan (materials) yang digu- nakan sebagai objek fobik adalah (a) mendengar dan membicarakan darah, (b) melihat gambar darah, dan (c) melihat darah asli. Pengukur (examiners) adalah peneliti dan subjek penelitian Treatment (X) berupa terapi kognitif perilaku. Subjek diminta menuliskan sesuatu yang lebih positif mengenai darah dalam lembar self-ins- ‘truction. Subjek mewuliskan bahwa dara itu tidak menjijikkan, darah itu tidak menyakitkan, darah tidak harus selalu darah kecelakaan, dan darah itu bagian ciptaan Tuhan yang penting bagi manusia untuk hidup. Subjek juga dilatih melakukan relak- sasi pernapasan dan membayangkan makanan fa- voritnya. Makanan kesukaan subjek adalah pizza. Subjek membayangkan makanan kesukaannya ka- rena hal itu bisa membuat tenang ketika sedang tertekan. Jadi relaksasi dilakukan melalui pemba- angen makanan favorit dan pengaturan pernapas- fan. Subjek melakukan self-instruction, relaksasi pemapasan dan membayangkan makanan favoritnya saat bethadapan dengan objek fobik untuk rekon- struksi kognitif bahwa darah tidak selalu identik ‘dengan kecelakaan dan sakit. Proses pelaksanaan intervensi dibagi menjadi dua fase yaitu baseline dan treatment. Pada baseline Phase ditakukan pengukuran perilaku subjek saat berhadapan dengan objek fobik tanpa perlakuan. Baseline phase ini terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah pengukuran baselixe phase untuk objek fobik mendengar dan membicarakan darah. Sesi kedua adalah pengukuran baseline phase untuk objek fobik melihat gambar darah, Sesi ketiga ada- lah pengukuran baseline phase untuk objek fobik melihat darah asia, Urutan antar-ketigst sesi bersifat serial dengan ur tan pelaksanaan sesi pertama, sesi kedua, dan terakhir sesi ketiga. Sesi kedua dilakuikan setelah sesi pertama selesai, dan sesi ketiga dilakukan setelah sesi kedua selesai. Penyussnan urutan ini berdasarkan pada per- timbangan hierarki objek fobik, sesi pertama merapae 250 YUWANTO DAN SANTOSO. Tabel 1 Desain Rarcangan Penelitian Intervensi ‘Fahap baseline ‘Tahap treatment : A(X)+02 A>01 AOI A+O1 A=O1 B-01 B01 BO! B01 C01 C=01 C01 C501 A(X)+02_A(X)102 A(X)+02 > BQ)02 BOX)-»02 BO)+02_BEX)+02 ©OX)}+02__C(X)+02 C(X)-102_C(X)--02 Keterangan: A ™ objek fObik (materials) mendengar + membicarakan dah B = objekfobik (materials) meliatgumbaedarah c ‘objek fobk (materials) melita dara asi oO pengukuran pada kor anpa prlakuan 2 pengukuran pada kondisi dengan pecakuan x perlakaan (reaiment) ‘A~sOl__ = Sehavior baseline phase measurement untuk objek fobik mendengar dan membicarakan darah ‘AQX)02 = behavior ireament phase measurement untuk objek fobik mendengsr dan mermbicarakan darah BOI behavior Baseline phase measurement untuk objck foik weltat gambar darah B(X)~+02 = behavior treatment phase measuremene untuk objek fobik melihal gambar darah cor behavior baseline phase measurement untuk objek fobik melihat darah ali C(X)}-+02 = behavior ireatment phase measurement untuk objek fobik melihat darah asl kan hierarki kecemasan yang paling rendah dan sesi merupakan hierarki kecemasan yang paling bagi subjek. Sesi pertama (mendengar kata da- rah) dilakukan pengukuran baseline sebanyak empat kali selama empat hari berturut-turut dengan waktu pengukuran masing-masing kurang lebih sepuluh me- nit, Setelah itu dilakukan pengukuran baseline melihat ‘gambar darah sebanyak empat kali selama empat hari berturut-turut dengan waktu pengukuran masing-ma- sing kurang iebih lima menit. Pengukuran baseline un- tuk sesi ketiga (berhadapan dengan darah asli) dilaku- kan saat subjek menstruasi. Pengukuran juga dilaku-kan sebanyak empat kali selama empat hari berturut-turut. Waktu pelaksanaan antar-basefine dan intra-base- line dilakukan pada hari yang berbeda, schingga total waktu pelaksanaan tahap baseline adalah dua belas ha- ri, Pengukuran baseline objek fobik ms.ing-masing, dilakukan sebanyak empat kali dengan pertimbenigan untuk mendapatkan pola pengukuran yang stabil dan keakuratan Kondisi subjek penelitian. Setelah semua Pengukuran tahap baseline selesai (tahap baseline ‘wendengar dan memicarakan darah, metihat gamba darah, dan melitat darah asli) kemudian dilakukan ta- hap treatment Pada treatment phase dilakukan pengukuran perilaku subjek saat berhadapan dengan objek fobik dengan perlakuan. Treatment phase ini juga terbagi menjadi tiga sesi, Sesi pertama adalah trearment Phase untuk objek fobik mendengar dan membica- rakan darah. Sesi kedua adalah treatment phase ‘untuk objek fobik melihat gambar darah. Sesi ketiga adalah freaiment phase untuk objek fobik melihat darah asti. Urutan antar-ketiga sesi bersifat serial dengan urutan pelaksanaan sesi pertama tahap treatment, sesi kedua tahap treatment dilakukan setelah sesi pertama tahup treatment selesai, dan sesi ketiga tahap éreatment dilakukan setelah sesi kedua tahap treatment selesai. Penyusunat urutan i, berdasarkan pada pertimbangan hierarki objek fobik, yaitu sesi pertama merupakan hierarki kece- masan yang paling rendah dan sesi ketiga meru- pakan hierarki kecemasan yang paling tinggi bagi subjek Pada sesi masing-masing, dilakukan pengukuran treatment phase sebanyak empat kali pada hari yang berbeda. Dengan demikian scsi pertama (mendengar kata darah) dilakukan pengukuran sebanyak empat kali selama empat hari berturut-turut dalam waktu Kurang lebih 10 menit, Setelah itu dilakukan peng- ukuran melihat gambar darah sebanyak empat kali selama empat hari berturut-turut dalam waktu ku- rang lebih lima menit. Pengukuran untuk sesi ketiga (berhadapan dengan darah asli) dilakukan saat sub- jek menstruasi, tetapi waktw menstruasi subjek ber: eda dengan waktu menstruasi subjek pada tahap baseline. Pengukuran juga dilakukan sebanyak a ee ee leet cheatin. iil, BLOOD PHOBIA 251 ‘empat kali selama empat hati berturut-wrut Waktu pelaksanaan antar-treatment dan intra- treatment dilakukan pada hari yang berbeda. Total ‘waktu pelaksanaan tahap ireatmient adalah dua belas hari. Pengukuran sreatment pada abjek fobik ma- sing-masing dilakukan sebanyak empat kali dengan pertimbangan untuk mendapatkan pola pengukuran ‘yang stabil, keakuratan kondisi subjek penelitian, dan juga untuk membandingkennya dengan base- line phase yang objek fobik masing-masing peng- ukurannya juga dilakukan sebanyak empat kali, Objek fobik pada baseline phase dan treatment ‘phase untuk objek fobik mendengar dan membi rakan darah berupa pembacaan cerita proses per- edaran darah oleh peneliti dilanjutkan dengan dis- kusi tentang bacaan itu antara peneliti dengan sub- jek. Peneliti menggunakan metode wawancara de- ngan subjek untuk mengungkap pikiran terhadap darah, pusing dan mual stat baseline dan treatment phase. Adapun untuk mengukur perilaku muntah peneliti menggunakan metode observasi Objek fobik pada baseline phase dan treaiment phase untuk objek fobik melihat gambar darah be- rupa gambar darah menetes yang ditampilkan oleh peneliti metatwi media komputer. Peneliti menggu- nakan metode wawancara dengan subjek untuk mengungkap pikiran terhadap darah, pusing dan mual saat baseline dan treatment phase. Adapun untuk mengskur perilaku muntah peneliti mengeu- rnakan metode observa Objek fobik pada baseline phase dan treatment phase untuk objek fobik melihat darah asli adalah

You might also like