You are on page 1of 14

Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan

PENGGABUNGAN PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU ISO 9001:2008 DAN


SISTEM HACCP KE DALAM SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO
22000:2009 (STUDI KASUS DI PT INDOKOM SAMUDRA PERSADA)
[The Merger of Quality Assurance System ISO 9001:2008 and HACCP system into
Food Safety Management SystemISO 22000:2009 (Case Study at Indokom Samudra
Persada / ISP Company)]
Novri Ilmiawan1), Sussi Astuti2), Otik Nawansih2)
1)
Alumni Jurusan Magister Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung
2)
Dosen Jurusan Magister Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung
ABSTRACT
The object of this research was to merge the application
of HACCP system and ISO 9001:2008 in ISP company into
ISO 22000:2009. The research method used was case study
method. The study was conducted on three stages. The first was
the arrangement gap analysis conducted by comparing the
conditions of the company with ISO 22000:2009 standards.
The second was by observing sanitation and pre requisite
programs. The third was by observing traceability system. The
Diterima : 21 Maret 2014 data in this research were reported descriptively, consisted of
Disetujui : 23 Mei 2014 ISO 9001:2008 and HACCP application in the company and
the gaps of principles in ISO 22000:2009 toward ISO
Korespondensi Penulis : 9001:2008 and HACCP. The result showed that ISP company
otik.nawansih@fp.unila.ac.id
has applied 12 steps which covered in HACCP system, and
also the ISO 9001 system were appropriate with ISO
9001:2008 standards in every clauses. Pre requisite program
(GMP and SSOP) have been effectively applied. GMP in ISP
company is categorized on the first spot (excellent). The eight
keys of SSOP have been fulfilled. ISP company has been
fulfilling 54 from 57 (94.74%) criteria in ISO 22000:2009
standards, yet there still several things needed to be improved,
which are the quality manual content and HACCP table plan
and its monitoring. The traceability system has been applied
well in ISP.
Keywords : HACCP, ISO 9001, ISO 22000, GMP, SSOP.

PENDAHULUAN mutu produk, keamanan pangan, dan


kemampu telusuran (traceability) baik
PT Indokom Samudra Persada (PT
dalam proses produksi maupun
ISP), merupakan perusahaan agroindustri
keseluruhan rantai produksi
di Provinsi Lampung yang bergerak di
(Brahmantyoko, 2008).
bidang produksi udang beku yang
Guna memenuhi persyaratan
berorientasi ekspor, sehingga sepenuhnya
peraturan perdagangan international dan
harus mematuhi peraturan perdagangan
untuk memperkuat posisi perusahaan di
internasional. Persyaratan peraturan
persaingan global, maka perusahaan
perdagangan international mewajibkan
pangan perlu menerapkan sistem jaminan
perusahaan agroindustri memperhatikan

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 229
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
mutu (Karipidis et al., 2009). Sistem auditing secara terpisah pula. Hal ini
jaminan mutu yang berkembang dan dinilai tidak efektif dan efisien.
umum digunakan dalam industri pangan Menurut Efendi (2007), ISO 22000
adalah HACCP dan ISO 9001. merupakan sistem yang sesuai atau
ISO 9001 adalah sistem mutu yang harmonis dengan sistem manajemen yang
berfokus pada aspek manajemen (Luning lain. Dalam penerapannya, sistem
dan Marcelis, 2006). Menurut Suryawati manajemen mutu ISO 22000 dapat
(2001), jika suatu perusahaan telah diterapkan secara terpisah ataupun
mendapat sertifikat ISO 9001, yang diakui diintegrasikan dengan sistem manajemen
memenuhi standar adalah sistem yang sudah ada, misalnya ISO 9001 (ISO,
manajemennya atau proses yang 2009). Sistem manajemen mutu ISO
menghasilkannya, bukan mutu produk 22000 juga mengintegrasikan prinsip-
yang dihasilkan. Dengan demikian, untuk prinsip sistem HACCP dan langkah-
memenuhi persyaratan perdagangan langkah yang dikembangkan oleh Codex
international, selain penerapan ISO 9001 Alimentarius Commission (CAC, 2003).
yang berfokus pada sistem manajemen Dengan demikian, langkah yang
mutu, juga diperlukan sistem lain yang dinilai paling efektif dan efisien dalam
berfokus kepada keamanan produk pangan pengembangan sistem manajemen
yang dihasilkan. keamanan pangan di PT ISP adalah
HACCP adalah suatu alat (tools) yang dengan menggabungkan penerapan sistem
digunakan untuk menilai tingkat bahaya, mutu ISO 9001 dan HACCP ke dalam
menduga perkiraan risiko dan menetapkan sistem manajemen keamanan pangan ISO
ukuran yang tepat dalam pengawasan, 22000. Oleh karena itu, perlu dilakukan
dengan menitik beratkan pada pencegahan kajian untuk mengintegrasikan kedua
dan pengendalian proses dari pada sistem tersebut ke dalam ISO 22000.
pengujian produk akhir yang biasanya
dilakukan dalam cara pengawasan METODOLOGI
tradisional (Suklan, 1998). Pendekatan Bahan dan Alat
HACCP akan membantu perencanaan
Bahan yang digunakan dalam
berbagai kegiatan keamanan makanan dan
penelitian ini berupa manual sistem
pendidikan kesehatan yang memusatkan
manajemen keamanan pangan ISO
perhatian pada berbagai bahaya yang
22000:2009, sistem manajemen mutu ISO
berhubungan dengan jenis makanan yang
9001:2008, dan sistem mutu HACCP yang
dikonsumsi dan makanan yang diolah dan
diperoleh dari berbagai sumber.
disiapkan (Sudarmaji, 2005).
Sedangkan alat yang digunakan dalam
Guna memenuhi persyaratan peraturan
penelitian ini adalah alat yang dipakai
perdagangan international untuk
dalam pengumpulan data, seperti
menghasilkan produk yang aman
seperangkat komputer dan alat tulis.
dikonsumsi, PT ISP telah menerapkan
Metode Penelitian
sistem keamanan pangan HACCP dan
sistem mutu ISO 9001:2008. Kedua sistem Penelitian ini bersifat deskriptif dan
ini dijalankan secara terpisah, sehingga metode yang digunakan adalah studi
manajemen perusahaan harus melakukan kasus/kajian. Unit pengolah udang beku
sertifikasi, dokumentasi, operasi, serta (PT Indokom Samudra Persada / PT ISP)

230 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan
yang digunakan sebagai subyek penelitian harus dilakukan dalam pengembangan
dipilih secara purposive (purposive sistem manajemen keamanan pangan
sampling), dengan pertimbangan bahwa di PT ISP.
PT ISP telah menerapkan dan memperoleh 2. Mengamati kondisi existing
sertifikat sistem HACCP dan manajemen pelaksanaan program sanitasi dan Pre
mutu ISO 9001:2008. Requisite Programme (PRP) yang ada
di PT ISP, serta menilai apakah
Penyajian Data
program PRP dan sanitasi sudah sesuai
Data yang diperoleh dari penelitian ini
dengan persyaratan ISO 22000:2009.
disajikan secara deskriptif, berupa data
3. Mengamati serta menilai penerapan
penerapan sistem manajemen ISO
traceability system yang ada di PT
9001:2008 dan penerapan sistem HACCP
ISP.
di perusahaan, serta gap (kesenjangan)
prinsip-prinsip dalam sistem manajemen
HASIL DAN PEMBAHASAN
keamanan pangan ISO 22000:2005
terhadap ISO 9001:2008 dan HACCP. Kondisi Penerapan Sistem HACCP dan
Sistem Manajemen Mutu ISO
Pelaksanaan Penelitian 9001:2008 di PT Indokom Samudra
Pada kajian ini dilakukan dalam beberapa Persada
tahap antara lain : Sistem HACCP di PT Indokom
Samudra Persada (PT ISP)
1. Menyusun gap analisis dengan cara
membandingkan pemenuhan sistem PT ISP mengimplementasikan
manajemen mutu dan keamanan sistem keamanan pangan HACCP sejak
pangan di perusahaan dengan pertamakali memulai produksinya, yaitu
persyaratan standar sistem manajemen pada tahun 2002. Dalam pelaksanaannya,
keamanan pangan ISO 22000:2009. perusahaan telah menerapkan 12 langkah
Berdasarkan kajian tersebut dibuatkan yang tercakup dalam sistem HACCP yang
rekomendasi langkah-langkah yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Pembentukan Tim HACCP Identifikasi Bahaya

Deskripsi Produk Menentukan CCP

Identifikasi Penggunaan Produk Menentukan Batas Kritis

Penyusunan Diagram Alir Penyusunan Sistem Pemantauan

Verifikasi Diagram Alir Pelaksanaan Tindakan Perbaikan

Verifikasi Sistem

Penyimpanan Data atau Dokumentasi

“AWAL IMPLEMENTASI” “ 7 (TUJUH) PRINSIP HACCP”

Gambar 1. Urutan logis penerapan HACCP

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 231
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
Langkah 1 : Pembentukan Tim HACCP melakukan pengelompokan tahapan-
tahapan proses produksi, sehingga analisis
Tim HACCP PT ISP merupakan
potensi bahaya dapat diidentifikasi dengan
representatif dari unit produksi, quality
mudah.
assurance, food microbiology,
engineering, pemasaran, serta purchasing. Langkah 5 : Verifikasi Diagram Alir
Menurut Brahmantyoko (2008), tim ini
Dalam verifikasi diagram alir, tim
bertugas mengumpulkan informasi tentang
HACCP PT ISP melakukan pengecekan
daftar karyawan, spesifikasi pekerjaan dan
ulang alur produksi pada saat proses
latar belakang pendidikan karyawan,
produksi sedang berjalan. Diagram alir
pelatihan manual, tata letak pabrik, daftar
diverifikasi dari penerimaan bahan baku
produk, formulasi, daftar bahan baku,
hingga pengemasan, penggudangan, atau
kemasan, dan bahan lainnya.
pendistribusian. Menurut Yogasuria
Langkah 2 : Deskripsi Produk (2009), metode yang digunakan dalam
verifikasi diagram alir dapat berupa
Produk udang beku yang dihasilkan
wawancara, pengamatan, dan pengujian.
oleh PT ISP dideskripsikan sedetail
Apabila terdapat ketidaksesuaian antara
mungkin. Informasi yang dicantumkan
diagram alir proses produksi dengan hasil
tentang produk telah memenuhi standar
produk yang diharapkan, maka diagram
yang ditetapkan oleh BSN antara lain
alir dapat dikoreksi sesuai kebutuhan.
nama produk, nama ilmiah, asal bahan
baku, proses penerimaan, produk akhir, Langkah 6 (Prinsip 1) : Melakukan
bahan tambahan, asal bahan tambahan, Analisis Bahaya dan Cara
processing step, pengemasan, Pencegahannya
penyimpanan, masa simpan, Tim HACCP PT ISP dalam melakukan
labels/specification, petunjuk penggunaan, analisis bahaya melakukan identifikasi
serta petunjuk pelanggan (BSN, 2007) pada setiap alur proses dengan mencari
penyebab terjadinya bahaya (baik biologi,
Langkah 3 : Identifikasi Penggunaan
fisika, maupun kimia) dan potensi yang
Produk
menyebabkan bahaya tersebut terjadi.
Produk udang beku yang diproduksi Kemudian, potensi bahaya yang
PT ISP ditujukan untuk semua kalangan teridentifikasi dikategorikan sebagai
masyarakat kecuali bayi dan penderita bahaya yang berpotensi nyata atau tidak.
alergi, dan sebagai bahan baku bagi Berdasarkan hasil analisis potensi
perusahaan yang memproses udang masak. bahaya di PT ISP, bahaya signifikan
Udang beku yang dihasilkan perusahaan terletak pada tahap penerimaan bahan
sebelum dikonsumsi, terlebih dahulu harus baku dan tahap pendeteksian logam. Pada
diproses melalui pemasakan. Produk tahap penerimaan bahan baku, bahaya
udang beku yang dihasilkan merupakan signifikan yang timbul adalah karena
produk dengan mutu ekspor yang adanya residu antibiotik, logam berat, dan
ditujukan untuk negara Jepang, Eropa dan residu bahan kimia yang dapat
Amerika. mempengaruhi keamanan pangan.
Langkah 4 : Penyusunan Diagram Alir Residu antibiotik yang mungkin
terdapat pada udang adalah
Tim HACCP PT ISP dalam
Chloramphenicol (CAP), Nitrofuran dan
penyusunan diagram alir proses telah

232 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan
Oksitetracikline (OTC) (BSN, 2007). Nasional Indonesia (SNI) 01-2705-1992
Khusus residu logam berat, dapat dan standar yang ditetapkan oleh pihak
ditemukan pada udang hasil tangkapan pembeli (buyer).
laut yang disebabkan oleh tercemarnya Batas kritis untuk CCP pada proses
perairan laut tempat habitat udang tangkap penerimaan (receiving) bahan baku yaitu
hidup. Residu sulphit dan phosphate bahaya antibiotik, residu sulphite dan
dihasilkan akibat penanganan pasca panen phosphate termasuk ke dalam aspek kimia.
yang menggunakan bahan kimia sulphite Sedangkan batas kritis untuk CCP pada
dan phosphate yang dapat menyebabkan proses pendeteksian logam dalam produk
udang tidak aman untuk dikonsumsi. termasuk ke dalam aspek fisik.
Pada tahap pendeteksian logam Batas kritis untuk antibiotik berbeda
didapatkan bahaya yang signifikan yang untuk masing-masing jenis. Menurut BSN
dapat mempengaruhi keamanan pangan (2007), batasan kadar kloramfenikol dan
berupa logam atau benda asing lainnya nitrofuran (furazolidone) dalam produk
yang mungkin terbawa ke dalam produk, adalah 0 ppb, dan tetracycline 100 ppb.
baik yang berasal dari tambak (dalam hal Sedangkan batas kritis untuk residu
ini supplier) ataupun yang berasal dari sulphite < 10 ppm dan phospate < 0.4 %.
pecahan alat karyawan selama proses Untuk kandungan logam, batas kritis
produksi berlangsung. dalam produk juga ditentukan. Untuk
produk HO (Head On), perusahaan
Langkah 7 (Prinsip 2) : Menentukan
memberikan batasan kandungan logam Fe
Critical Control Point (CCP)
1.0 Ø mm, Sus 2.0 Ø mm, Al 2.5 mm.
Penentuan CCP dimulai dengan
Langkah 9 (Prinsip 4) : Prosedur
melihat signifikansi dari tabel analisis
bahaya. Bahaya yang belum atau tidak Pemantauan Critical Limit
terkontrol oleh PRP (SSOP dan atau Sistem pemantauan critical limit yang
GMP), serta memiliki signifikansi yang dilakukan oleh Tim HACCP PT ISP
nyata dikelompokkan sebagai CCP (PT adalah pengukuran dan observasi beruntun
Indokom Samudra Persada, 2002). yang terencana untuk menentukan apakah
Pada proses produksi udang beku CCP dalam kondisi terkendali.
Blok/Semi IQF untuk bahan baku segar
Langkah 10 (Prinsip 5) : Menentukan
yaitu produk Head On (HO) yang
Tindakan Koreksi
diproduksi PT ISP, yang termasuk ke
dalam CCP antara lain pada proses Dalam penerapan sistem HACCP,
penerimaan (receiving) bahan baku, yaitu perlu dirancang suatu tindakan yang harus
antibiotik, residu sulphite & phosphate, dilakukan apabila kadar bahaya telah
dan logam berat, serta pada proses/ tahap melampaui batas kritis yang telah
pendeteksian logam, yaitu adanya serpihan ditetapkan. Tim HACCP PT ISP apabila
logam (PT Indokom Samudra Persada, dalam pengujian menemukan masing-
2002). masing antibiotik dengan kadar melebihi
Langkah 8 (Prinsip 3) : Menentukan batas yang telah ditentukan, maka bahan
Critical Limit baku udang akan ditolak dan tidak akan
diproses lebih lanjut. Sedangkan tindakan
Dalam menentukan batas kritis, Tim
yang dilakukan oleh perusahaan bila
HACCP PT ISP merujuk pada Standar
ditemukan produk yang mengandung

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 233
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
logam dengan ukuran melebihi batas yang penerapan sistem manajemen mutu yang
telah ditentukan adalah dengan menahan dapat mendukung tujuan perusahaan.
produk tersebut. Bila berkemungkinan
Klausul 5 (Tanggung Jawab Manajemen)
dapat dibersihkan dan dipastikan tidak
terdeteksi keberadaan logamnya, maka Manajemen PT ISP (terutama
produk tersebut dapat diolah kembali (PT manajemen puncak) memiliki komitmen
Indokom Samudra Persada, 2002). dan tanggung jawab dalam
mengembangkan, menerapkan dan
Langkah 11 (Prinsip 6) : Menetapkan memperbaiki secara terus menerus sistem
Prosedur Verifikasi Rencana HACCP
manajemen mutu perusahaan. Manajemen
Prosedur verifikasi yang dilakukan PT puncak mensosialisasikan kepada
ISP mencakup beberapa hal, yaitu validasi organisasi akan pentingnya pemenuhan
HACCP, evaluasi hasil pemantauan, persyaratan pelanggan, peraturan dan
pengujian produk dan auditing. hukum yang berlaku. Hal ini ditandai
Langkah 12 (Prinsip 7) : Penetapan dengan ditetapkannya kebijakan mutu
Dokumentasi dan Pemeliharaan guna menjamin tercapainya sasaran mutu,
Catatan agar persyaratan pelanggan dapat
Sistem dokumentasi yang dilakukan terpenuhi, sehingga kepuasan pelanggan
oleh PT ISP telah memenuhi kriteria yang merupakan tujuan dari perusahaan
pendokumentasian yang baik dan benar. dapat dicapai.
Dokumentasi yang dilakukan oleh PT ISP Klausul 6 (Manajemen Sumber Daya)
bersifat tepat waktu, tepat guna, tepat
sasaran dan dapat/mudah dipahami. Manajemen PT ISP menyediakan
sumberdaya manusia yang kompeten atas
Sistem Manajemen Mutu ISO dasar kecukupan pendidikan, pelatihan,
9001:2008 di PT Indokom Samudra keahlian dan pengalaman yang diperlukan
Persada (PT ISP) terutama personel yang melaksanakan
Sistem manajemen mutu ISO tugas yang berpengaruh terhadap mutu. Di
9001:2008 yang diterapkan PT ISP telah samping itu, perusahaan juga memberikan
sesuai dengan pedoman sistem ISO pelatihan terhadap karyawan guna
9001:2008 dalam setiap klausulnya. menjamin terciptanya kesadaran akan
Secara terperinci klausul dalam ISO pentingnya kegiatan mereka dan
9001:2008 yang diterapkan PT ISP bagaimana mereka memberikan kontribusi
diuraikan sebagai berikut : untuk mencapai sasaran mutu yang telah
ditetapkan perusahaan.
Klausul 4 (Sistem Manajemen Mutu)
Klausul 7 ( Realisasi Produk)
Guna memenuhi persyaratan klausul 4,
PT ISP telah memiliki dokumen-dokumen, Manajemen PT ISP dalam
seperti pernyataan tentang kebijakan mutu merealisasikan produk, menetapkan proses
yang terdapat dalam rencana mutu, operasional untuk menghasilkan produk
pedoman mutu, penentuan sasaran mutu, tersebut beserta verifikasi, validasi, proses
instruksi kerja, prosedur kerja, serta kontrol, inspeksi dan pengujian.Menurut
indikator pencapaian untuk setiap Brahmantyoko (2008), jenis produk serta
departemen yang berkaitan dengan spesifikasi yang akan diproduksi
disesuaikan dengan spesifikasi R&D

234 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan
(Research and Development), protokol memadai dan layak, disesuaikan dengan
produksi, spesifikasi SNI dan spesifikasi spesifikasi, serta mengacu pada SOP
mikrobiologi agar semua proses dalam (Standard Operating Procedure) dan WI
pembuatan produk dapat sesuai dengan (Work Instruction).
mutu yang diharapkan. PT ISP menerapkan suatu sistem
identifikasi produk dalam hal dokumentasi
a. Proses-proses yang terkait dengan
pelanggan proses produksinya. Menurut Setyawan
(2009), kegiatan tersebut dilakukan
Menurut Setyawan (2009), dalam
sebagai upaya memudahkan pengontrolan
prosedur yang berkaitan dengan
dan mencegah terjadinya penurunan mutu
pelanggan, manajemen perusahaan harus
barang yang digunakan pada tiap tahap
menetapkan persyaratan yang dinyatakan
proses dan produk yang dihasilkan, serta
oleh pelanggan, termasuk persyaratan
menjamin kemudahan kemampu telusuran.
dalam hal pengiriman dan aktivitas setelah
penyerahan produk (seperti petunjuk d. Pengendalian Alat Pantau dan
penanganan produk), persyaratan yang Pengukuran
berlaku berdasarkan perundang-undangan PT ISP menetapkan pemantauan dan
dan peraturan yang berlaku, persyaratan pengukuran secara konsisten terhadap
release (kuantitas dan kualitas), serta peralatan yang digunakan dalam proses
persyaratan tambahan apapun yang produksi yang berguna untuk memastikan
dianggap perlu. kesesuaian produk dengan persyaratan
PT ISP dalam hal komunikasi dengan yang ditentukan.
pelanggan, perusahaan menetapkan dan
menerapkan pengaturan yang efektif untuk Klausul 8 (Pengukuran, Analisa, dan
berkomunikasi dengan pelanggan, Perbaikan)
terutama dalam hal informasi produk,
Untuk meningkatkan efektifitas Sistem
penanganan order atau kontrak (termasuk
Manajemen Mutu terutama kinerja sistem
perubahan-perubahannya), serta umpan
manajemen mutu ISO 9001:2008, PT ISP
balik dari pelanggan termasuk keluhan-
secara teratur memantau beberapa aspek
keluhan (complain) pelanggan.
yang berkaitan dengan pemantauan dan
b. Pembelian pengukuran, baik yang menyangkut aspek
Proses pembelian pada PT ISP internal seperti audit mutu internal, aspek
dilakukan oleh bagian Purchasing (bagian kesesuaian produk terhadap persyaratan,
pembelian), atas dasar permintaan (order) maupun aspek eksternal berupa
dari departemen PPIC (Production pengukuran kepuasan pelanggan.
Planning and Inventory Control). Proses Perusahaan secara terus menerus
pengadaan barang dilakukan atas dasar meningkatkan efektifitas dari sistem
pemasok yang telah dipilih dan disetujui. manajemen mutu melalui penggunaan
c. Pelaksanaan Produksi dan kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit,
Pelayanan analisa data, tindakan koreksi dan
pencegahan, dan tinjauan manajemen.
Pelaksanaan produksi yang dilakukan
Dalam pemantauannya, apabila
oleh PT ISP mengikuti prosedur yang
terdapat suatu kondisi ketidak sesuaian
telah ditetapkan oleh bagian terkait dengan
maka dilakukan tindakan perbaikan sesuai
dukungan peralatan produksi yang

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 235
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
dengan temuan (hasil) audit. itu, sebelum dilakukan pengembangan
Ketidaksesuaian tersebut segera sistem manajemen keamanan pangan
dilaksanakan tindakan perbaikan oleh berbasis ISO 22000:2009, akan lebih baik
departemen yang bersangkutan sesuai jika terlebih dahulu dilakukan evaluasi
dengan prosedur perbaikan yang telah terhadap pelaksanaan PRP yang sudah
ditetapkan, sehingga permasalahan yang dijalankan dan dibandingkan dengan
terjadi dapat segera diatasi (Setyawan, standar penerapan yang telah ada.
2009).
Pelaksanaan Pre Requisite Programe
Penggabungan Sistem HACCP dan (PRP) dan Sanitasi di PT Indokom
Sistem Manajemen Mutu ISO Samudra Persada (PT ISP)
9001:2008 ke dalam Sistem Manajemen Good Manufacturing Practises (GMP)
Keamanan Pangan ISO 22000:2009 di
PT ISP Penerapan GMP di PT ISP telah
Setelah mengamati penerapan sistem memenuhi standar GMP yang ada (standar
HACCP dan sistem manajemen mutu ISO GMP mengacu pada Cara Produksi
9001:2008 yang telah dilakukan PT ISP, Makanan yang Baik / CPMB yang
dan merujuk pada prinsip yang terdapat ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI
pada sistem manajemen keamanan pangan tahun 1996).
ISO 22000:2009, maka dapat dikatakan Berdasarkan pengamatan di lapangan,
bahwa PT ISP telah siap untuk pada penerapan GMP di PT ISP masih
menerapkan sistem manajemen keamanan ditemukan 2 penyimpangan yang
pangan ISO 22000:2009. Akan tetapi keduanya merupakan penyimpangan
untuk menerapkan sistem manajemen mayor yang harus segera diatasi sebelum
keamanan pangan ISO 22000:2009, diterapkannya sistem manajemen
manajemen PT ISP perlu melakukan keamanan pangan berbasis ISO 22000.
perubahan-perubahan dokumen yang Dengan dua buah penyimpangan yang
mengacu pada klausul-klausul yang bersifat mayor dan tidak ditemukan
dipersyaratkan dalam sistem manajemen penyimpangan yang bersifat minor, serius
keamanan pangan ISO 22000:2009. Oleh serta kritis, maka PT ISP dikategorikan
karena itu, diperlukan analisis kesenjangan dalam peringkat I (baik sekali). Kedua
(gap analysis) antara kondisi penerapan penyimpangan tersebut adalah sebagai
sistem mutu dan keamanan pangan yang berikut :
telah diimplementasi perusahaan dengan 1. Sanitasi dan Higene Karyawan
persyaratan yang ditetapkan dalam (mayor): manajemen unit pengolahan
klausul-klausul sistem manajemen tidak memiliki tindakan-tindakan
keamanan pangan ISO 22000:2009. efektif untuk mencegah karyawan yang
Penerapan sistem manajemen diketahui mengidap penyakit yang
keamanan pangan berbasis ISO dapat mengkontaminasi produk (luka,
22000:2009 akan dapat berjalan sukses TBC, hepatitis, tipus dan sebagainya).
apabila penerapan Pre Requisite Programe 2. P3K / Klinik / Fasilitas keamanan kerja
(PRP) dan sanitasi yaitu GMP dan SSOP (mayor) : fasilitas klinik pabrik tidak
yang juga merupakan prasyarat dasar digunakan untuk cek up rutin seluruh
dalam penerapan HACCP telah berjalan karyawan khususnya di bagian
dengan efektif (ISO, 2009). Oleh karena produksi.

236 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan
Dengan diperolehnya peringkat I Dalam hal pencegahan kontaminasi
dalam penerapan GMP berarti PT ISP silang yang merupakan bagian dari SSOP,
dapat melakukan ekspor ke negara salah satu langkah yang dilakukan oleh PT
manapun yang dikehendaki oleh ISP adalah dengan mendesain tata ruang
perusahaan. (lay out) ruangan proses dengan
menggunakan sistem blocking, di mana
Sanitation Standard Operating
Procedure (SSOP) area kotor dan bersih diberi batas jarak
yang nyata dan tidak ada persilangan
Secara umum pelaksanaan SSOP di PT
selama penanganan material. Tata ruang
ISP telah memenuhi dan mengikuti
(lay out) diatur sesuai alur proses
standard dan prosedur yang telah
produksi, sehingga material yang telah
ditetapkan. Delapan kunci pokok SSOP
diproses pada suatu tahap tidak
telah terpenuhi dengan baik.
dimungkinkan untuk kembali ke tahap
Penanganan bahan baku di PT ISP
sebelumnya. Dengan demikian,
telah sesuai persyaratan sanitasi, yang
kontaminasi silang yang disebabkan
mana bahan baku udang yang masuk
kesalahan desain (lay out) ruangan proses
dilakukan pengujian di laboratorium untuk
produksi dapat diminimalisir.
mengetahui kualitasnya. Pengujian
Selain mendesain lay out ruangan
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
proses produksi, PT ISP telah memiliki
antibiotik dan mikrobiologi.
dan menerapkan prosedur yang baik untuk
Bahan baku tambahan lain yang
meminimalisasi terjadinya kontaminasi
digunakan seperti air dan es telah
silang. Akan tetapi dalam pelaksanaannya
disesuaikan dengan persyaratan yang telah
masih terhalang oleh kesadaran para
ditetapkan perusahaan, pemerintah dan
karyawan untuk dapat disiplin, sehingga
negara tujuan ekspor. Untuk semua air
masih diperlukan upaya untuk dapat
yang masuk ruang proses telah memenuhi
meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan
standar mutu air minum dan telah
karyawan dalam bekerja.
ditambahkan ozon (ClO2) sehingga aman
Pengolahan produk udang beku di PT
digunakan dan bebas dari kontaminasi
ISP dilakukan sesuai dengan diagram alir
mikroba. Untuk mempertahankan suhu
proses dan secara saniter serta higienis.
dingin pada proses produksi, perusahaan
Proses pembekuan telah sesuai
menggunakan flake ice pada seluruh
persyaratan jenis produk, suhu dan waktu
kondisi produksi udang beku. Bahan baku
pembekuan. Produk yang sudah dalam
air yang digunakan untuk flake ice juga
bentuk beku telah mempunyai ukuran dan
telah memenuhi standar mutu air minum.
bentuk yang teratur. Sistem pemberian
Untuk seluruh peralatan yang kontak
kode-kode dilakukan pada waktu
dengan makanan, seperti keranjang, pisau,
memproses bahan baku seperti supplier,
konveyor, meja kerja dan semua
size, jenis produk, waktu produksi, tanggal
permukaan kontak makanan terbuat dari
kadaluarsa, dan lainnya. Hal tersebut
material yang tidak beracun, dapat dicuci,
dilakukan dengan tujuan mempermudah
halus dan dibersihkan dengan bahan
dalam pengawasan mutu dan pelacakan
sanitasi standar pangan sebelum dan
produk-produk setelah dilepas ke pasar
sesudah digunakan. Demikian juga sarung
apabila terjadi komplain dari pembeli.
tangan, pakaian luar, dan seluruh atribut
pekerja dijaga dalam kondisi saniter.

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 237
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
Produk udang yang telah dibekukan 22000:2009, dapat diketahui bahwa
biasanya langsung dikemas dengan cepat, persyaratan klausul sistem manajemen
tepat dan saniter dengan tujuan untuk keamanan pangan ISO 22000:2009 telah
mempertahankan mutu dan mencegah banyak terpenuhi, namun masih terdapat
kontaminasi produk. Apabila tidak dapat beberapa hal yang perlu disempurnakan,
langsung dikemas, untuk sementara waktu antara lain isi dari manual mutu serta
produk disimpan di ruang penyimpanan penerapan HACCP Table Plan berikut
beku. Inner carton dan master carton yang monitoringnya.
digunakan untuk mengemas produk telah Berdasarkan kriteria yang
sesuai dengan persyaratan bahan dipersyaratkan dalam ISO 22000:2009, PT
pengemas sehingga aman bagi produk. ISP telah memenuhi 54 dari 57 kriteria
Inner carton terbuat dari bahan dengan yang ada, atau telah siap 94,74%. Terdapat
campuran lilin, hal ini bertujuan agar tiga hal yang belum memenuhi persyaratan
wadah tidak cepat rusak dan menjaga suhu standar ISO 2200:2009, yaitu klausul
produk tetap stabil. Setiap bahan 6.2.2. (kompetensi, awarness dan pelatihan
pengemas yang dipakai telah memuat label SDM), klausul 7.5 (Penetapan Program
yang minimal berisi merk produk, size Prasyarat Operational / OPRP), dan
udang, berat bersih produk, jenis dan klausul 7.7 (Pembaharuan Informasi
tanggal produksi. Hal ini berguna dalam Pendahuluan dan Dokumen PRP dan
memberikan informasi kepada konsumen HACCP Plan).
dan untuk pelacakan produk jika terjadi Pada klausul 6.2.2 (Kompetensi,
komplain dari konsumen. Setiap produk awareness dan pelatihan), mengharuskan
akhir yang telah dikemas langsung perusahaan mengidentifikasi kompetensi
disimpan di ruang penyimpanan beku yang yang diperlukan untuk setiap personel yang
bersuhu -20oC sampai -18oC dan disusun aktivitasnya memiliki pengaruh terhadap
rapi sehingga memudahkan pengangkutan keamanan pangan, memberikan pelatihan
nantinya dan menerapkan sistem first in dan menjamin bahwa mereka (pekerja)
first out dalam pengangkutannya. aware terhadap relevan dan pentingnya
Kondisi alat angkut dan distribusi aktivitas mereka terhadap keamanan
produk akhir udang kupas beku yang pangan. Di PT ISP, training masih terbatas
digunakan PT ISP sesuai dengan jenis pada pengetahuan dasar GMP dan Food
produk. Suhu kontainer disetting dalam safety saja, oleh karena itu
kisaran suhu penyimpanan beku yang diperlukan pemetaan terhadap karyawan
berguna untuk mempertahankan mutu dengan membuat TNA (Training Need
produk yang akan didstribusikan yaitu Analisis) sehingga dapat diketahui
bersuhu -18oC. kekurangan-kekurangan yang ada pada
setiap karyawan terutama yang berkaitan
Analisis Kesenjangan (Gap Analysis) dengan masalah mutu dan keamanan
Kondisi Perusahaan saat ini dengan pangan.
ISO 22000:2009 Klausul 7.5 (Penetapan Program
Prasyarat Operational / OPRP) merupakan
Berdasarkan analisis kesenjangan salah satu hal baru dalam sistem
antara kondisi penerapan manajemen mutu manajemen keamanan pangan menurut
dan sistem keamanan pangan PT ISP ISO 22000:2009 yang tidak ada dalam
terhadap persyaratan klausul ISO
238 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan
sistem HACCP. ISO 22000:2009 berlaku (ISO, 2009). Top manajemen juga
mensyaratkan OPRP harus dilaksanakan harus menetapkan tim Food Safety System
dan didokumentasikan. Oleh karena itu (FSS) sebagai ganti dari tim HACCP yang
perusahaan perlu membuat penetapan dan telah ada sebelumnya, dan menunjuk
dokumentasi OPRP. seorang ketua tim yang bertanggung jawab
Klausul 7.7 (Pembaharuan informasi, untuk terlaksananya sistem keamanan
pendahuluan dan dokumen PRP dan pangan berbasis ISO 22000:2009 di
HACCP plan) mewajibkan OPRP dan atau perusahaan.
HACCP plan harus diperbaharui. HACCP Dalam hal komunikasi eksternal, PT
plan yang ada pada PT ISP masih ISP dapat mengadopsi prosedur dalam ISO
berorientasi sistem HACCP, sedangkan 9001:2008 yang telah dijalankan
OPRP belum diterapkan. Oleh karena itu, perusahaan, sehingga perusahaan dapat
OPRP dan HACCP harus diterapkan dan memantau informasi mengenai persepsi
diperbaharui sesuai sistem ISO pelanggan atau umpan balik dari
22000:2009. pelanggan yang berkaitan dengan
pemenuhan persyaratan guna
Perubahan Manual Mutu dan HACCP
Table Plan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Komunikasi pelanggan dapat
Perubahan manual mutu dan HACCP
dilakukan melalui telepon, surat, faximili,
Table Plan diuraikan dalam klausul 4
kuesioner/angket, ataupun internet untuk
sampai dengan klausul 8 berikut :
menghimpun informasi yang dibutuhkan
Klausul 4 (Sistem Manajemen guna meningkatkan kepuasan pelanggan
Keamanan Pangan) (ISO, 2009).
Manajemen harus menetapkan Klausul 6 (Manajemen Sumber Daya)
pelaksanaan Program Pre-Requisite
Programe (PRP), Operational Pre- PT ISP dalam menjalankan proses
Requisite Programe (OPRP) dan Hazard produksinya, selain menyediakan
Table Plan sesuai ketentuan ISO sumberdaya manusia yang kompeten, juga
22000:2009. menyediakan prasarana dan lingkungan
kerja yang memadai yang sesuai dengan
Klausul 5 (Tanggung Jawab persyaratan yang ditetapkan dalam ISO
Manajemen)
22000:2009. Dengan demikian pekerja
Manajemen PT ISP harus memiliki dapat melakukan tugasnya dengan baik,
komitmen dan tanggung jawab dalam sehingga produk yang diproduksi dapat
mengembangkan, menerapkan dan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
memperbaiki secara terus menerus sistem Guna memberikan pemahaman serta
manajemen keamanan pangan yang kesadaran karyawan akan pentingnya
berbasis ISO 22000:2009 yang mencakup pemenuhan sistem mutu keamanan pangan
tujuan atau target, kebijakan mutu, sasaran berbasis ISO 22000:2009, maka PT ISP
mutu dan perencanaan mutu. perlu melakukan pelatihan guna
Top Manajemen bertugas meningkatkan pengetahuan dan
mengkomunikasikan kepada organisasi keterampilan karyawan sesuai bidang
(melakukan komunikasi internal) akan tugas yang mereka emban.
pentingnya pemenuhan persyaratan
pelanggan, peraturan dan hukum yang

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 239
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
Klausul 7 (Perencanaan dan Realisasi luar control limit. Tim FSS menetapkan
Produk Aman) metode, jenis, serta frekuensi monitoring
a. Perencanaan Khusus Terkait Sistem terhadap kemungkinan penyimpangan
Keamanan Pangan yang mungkin terjadi. Tim FSS juga
Tim Food Safety Sistem (FSS) harus menetapkan rencana tindakan koreksi
berasal dari berbagai departemen yang ada yang akan digunakan sebagai pedoman
di perusahaan, yaitu Quality Assurance untuk mengambil tindakan jika batas kritis
(QA/ QC), Produksi, Engineering, HRD & terlampaui. Dalam Table Hazard Plan juga
GA, Warehouse, dan R&D ditetapkan prosedur verifikasi terhadap
(Brahmantyoko, 2008). Tim FSS harus control measure beserta penanggung
mempunyai kualifikasi yang dibutuhkan jawabnya. Record atas aktifitas
dengan latar belakang pendidikan yang pengendalian CCP harus selalu dibuat dan
berbeda dan dipimpin oleh ketua tim yang dipelihara sesuai SOP pengendalian
bertanggung jawab langsung kepada Plant catatan mutu (ISO, 2009).
Manager. Kualifikasi, tugas, serta
2) Penyusunan Operational Pre
tanggung jawab tim FSS ditetapkan dalam
Requesite Program (OPRP)
job description Tim FSS.
Tim FSS melakukan analisa lebih
b. Analisis Bahaya, Penilaian dan
Penetapan OPRP atau Hazard Table lanjut terhadap control measures untuk
Plan menetapkan limit dan sistem monitoring
untuk memastikan OPRP diterapkan, serta
Proses penentuan pengendalian
tindakan perbaikan yang dilakukan jika
bahaya berdasarkan sistem manajemen
hasil monitoring OPRP menunjukkan
keamanan pangan berbasis ISO
adanya penyimpangan. Menurut ISO
22000:2009 berbeda dengan penentuan
(2009), dalam memperbaiki
pengendalian bahaya berdasarkan
penyimpangan dilakukan penetapan batas
HACCP. Pada HACCP, apabila suatu titik
(limit) dari setiap OPRP yang mampu
telah ditetapkan sebagai CCP, maka hanya
mencegah munculnya bahaya (hazard)
titik tersebutlah yang perlu dikontrol.
yang telah teridentifikasi. Sama halnya
Sedangkan pada ISO 22000:2009, selain
pada Table Hazard Plan untuk CCP, dalam
melakukan kontrol pada CCP juga perlu
OPRP juga harus dilakukan penetapan
melakukan kontrol pada titik yang
sistem monitoring. Rencana tindakan
ditetapkan sebagai OPRP (Operational Pre
koreksi juga harus ditetapkan untuk
Requesite Programe).
mengambil tindakan jika OPRP dalam
1) Penyusunan Hazard Table Plan kondisi tidak terkendali. Personel yang
(HTP) berwenang untuk mengambil tindakan
koreksi tersebut perlu ditetapkan oleh Tim
Sama halnya pada sistem HACCP, tim FSS. Record atas aktifitas pengendalian
FSS ISO 22000:2009 dalam penyusunan OPRP harus selalu dibuat dan dipelihara
hazard table plan melakukan analisis sesuai SOP pengendalian catatan mutu.
terhadap control measures pada setiap
CCP yang teridentifikasi, melakukan Klausul 8 (Validasi, Verifikasi dan
penetapan critical limit, menetapkan Perbaikan Sistem Manajemen
Keamanan Pangan)
sistem monitoring, serta tindakan koreksi
yang dilakukan apabila terjadi kondisi di

240 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014
Novri Ilmiawan et al Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan
Klausul 8 mencakup prosedur karyawan. Kedua penyimpangan
pengukuran, prosedur validasi, tersebut harus segera diatasi sebelum
monitoring, audit internal, evaluasi hasil diterapkannya sistem manajemen
verifikasi, improvement dan update sistem keamanan pangan berbasis ISO 22000.
manajemen mutu (ISO, 2009). PT ISP 3. Berdasarkan hasil pengamatan dan
merencanakan dan menerapkan perhitungan, PT ISP telah memenuhi 54
pemantauan, pengukuran, validasi, dari 57 (94.74%) kriteria persyaratan
verifikasi dan prosedur-prosedur perbaikan ISO 22000:2009. Tiga dari 57 kriteria
guna memastikan kesesuaian produk yang belum terpenuhi adalah klausul
dengan persyaratan, serta memastikan 6.2.2. (kompetensi, awarness dan
langkah pengendalian telah sesuai dan pelatihan SDM), klausul 7.5 (Penetapan
memadai. Program Prasyarat Operational /
OPRP), dan klausul 7.7 (Pembaharuan
Penerapan Traceability System Informasi Pendahuluan dan Dokumen
Traceability system (sistem telusur PRP dan HACCP Plan).
balik) digunakan dalam identifikasi 4. Sistem telusur balik yang diterapkan PT
produk yang bertujuan untuk menelusuri ISP dilakukan sejak udang mentah
produk terutama jika terjadi komplain dari diterima oleh bagian penerimaan
pelanggan. Sistem telusur balik yang hingga menjadi produk akhir dan telah
diterapkan PT ISP dilakukan sejak udang dilakukan dengan cukup baik. Sehingga
mentah diterima oleh bagian penerimaan jika terjadi complain, maka perusahaan
hingga menjadi produk akhir dan telah dapat dengan mudah mengidentifikasi
dilakukan dengan cukup baik. kesalahan yang terjadi.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. PT ISP dinilai telah siap untuk Brahmantyoko, S.M. 2008. Harmonisasi


menerapkan sistem manajemen Sistem Jaminan Mutu ISO 9001:2000
keamanan pangan berbasis ISO dan Sistem HACCP ke Dalam Sistem
22000:2009. Hal ini dapat dilihat dari Manajemen Keamanan Pangan ISO
penerapan pondasi awal yang 22000:2005 di PT Indoeskrim Dairy
dipersyaratkan dalam prinsip ISO Food. (Tesis) Sekolah Pascasarjana.
22000:2009 berupa PRP yaitu GMP IPB. Bogor.
dan SSOP telah dilakukan. Badan Standarisasi Nasional, BSN. 2007.
2. Pelaksanaan PRP yaitu GMP dan SSOP RSNI 01-2705-2005. Udang Beku.
yang dilakukan PT ISP telah berjalan Dewan Standarisasi Nasional.
dengan baik. Delapan kunci pokok Jakarta.
SSOP telah terpenuhi dengan baik. Codex Alimentarius Commission, CAC.
Akan tetapi pada penerapan GMP 2003. CAC/RCP 1-1969, Rev. 4,
masih ditemukan dua penyimpangan Recommended International Code of
yang keduanya merupakan Practice General Principles of Food
penyimpangan mayor dan saling terkait, Hygiene.
yaitu berkaitan dengan upaya untuk (http://www.codexalimentarius.net.
mencegah adanya kontaminasi silang 14 Nopember 2011).
yang disebabkan oleh kesehatan

Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014 241
Penerapan ISO dan HACCP dalam Keamanan Pangan Novri Ilmiawan et al
Efendi. 2007. Analisis Kesenjangan Suklan, H. 1998. Pedoman Pelatihan
Sistem Manajemen Mutu dan System Hazard Analysis Critical
Keamanan Pangan di PT. Indesso Control Point (HACCP) untuk
Aroma Dengan ISO 22000 : Model Pengolahan Makanan. Depkes RI.
Produk Ekstrak Teh hijau. (Tesis) Jakarta.
Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor. Suryawati, S.H. 2001. Efektivitas Gugus
International Organization for Kendali Mutu Terhadap Mutu dan
Standardization, ISO. 2009. ISO Produktivitas Karyawan Dalam
22000: Food safety manajemen Mengimplementasi ISO 9001 : Kasus
system-Requirement for any PT ISM Bogasari Flour Mills. (Tesis)
organization in the food chain. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.
Geneva : ISO. Yogasuria, E. 2009. Sistem Jaminan Mutu
Karipidis, P., Athanassiadis, K., Berdasarkan HACCP. Pelatihan
Aggelopoulos, S., and Giompliakis, Pengenalan HACCP. Departemen
E. 2009. Factors affecting the Pertanian, Badan Pengembangan
adoption of quality assurance systems SDM Pertanian. Balai Besar
in small food enterprises. Food Pelatihan Pertanian, BBPP. Bogor.
Control, 20 (2) : 93-98.
Luning, A., Marcelis, J. 2006. A techno-
managerial approach in food quality
management research. Trends in Food
Science and Technology, 17(3) : 378-
385.
PT Indokom Samudra Persada. 2002.
Manual HACCP Udang PT Indokom
Samudra Persada. Lampung Selatan.
Lampung.
Setyawan, W. 2009. Prinsip Dasar ISO
9001:2008.
Sudarmaji. 2005. Analisis bahaya dan
pengendalian titik kritis (Hazard
Analysis Critical Control Point).
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 1(2) :
183-190.

242 Jurnal Teknologi dan Industri Hasil Pertanian Volume 19, No.3 Oktober 2014

You might also like