Professional Documents
Culture Documents
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR TAHUN
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
BAKU MUTU AIR LIMBAH
Pasal 2
(1) Baku mutu air limbah di Daerah dinyatakan dengan kadar maksimum
dan/atau kuantitas air limbah maksimum, dan/atau beban pencemaran
maksimum yang didasarkan pada teknologi pengolahan terbaik yang
dapat diterapkan.
(2) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
bagi kegiatan dan/atau usaha antara lain :
a. industri pelapisan logam;
b. industri penyamakan kulit;
c. industri tekstil;
d. industri farmasi;
e. industri pengolahan ikan;
f. industri makanan;
g. industri susu dan makanan dari susu;
h. industri minuman ringan;
i. industri sirop;
j. industri minyak nabati, sabun, dan margarin;
k. industri detergent;
l. industri perakitan mobil dan sepeda motor;
m. industri barang elektronika;
n. industri baterai sel;
o. industri baterai timbal-asam (aki);
p. industri percetakan;
q. industri kosmetik;
r. industri cat;
s. industri bengkel;
t. industri komponen kendaraan;
u. industri kabel;
v. industri gelas;
w. laundry;
x. rumah sakit;
y. industri keramik;
z. industri Migas
aa. industri pengolahan daging;
ab. rumah pemotongan hewan;
ac. kawasan industry;
ad. pembangkit;dan
ae. hotel.
Pasal 3
(1) Penetapan baku mutu air limbah bagi kegiatan dan/atau usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) tercantum dalam
lampiran I Peraturan Gubernur ini.
(2) Bagi kegiatan dan/atau usaha yang belum termasuk dalam jenis
kegiatan dan/atau usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) diberlakukan baku mutu sebagaimana tercantum dalam lampiran II
Peraturan Gubernur ini.
(3) Bagi kegiatan dan/atau usaha yang belum termasuk dalam jenis
kegiatan dan/atau usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) tetapi telah ditetapkan baku mutu spesifiknya oleh Pemerintah
Pusat, diberlakukan baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Untuk air limbah kegiatan Rumah Sakit dan Hotel yang telah ditetapkan
sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini menggunakan baku mutu air
limbah domestik, wajib disesuaikan dengan Baku Mutu Air Limbah
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Gubernur ini.
BAB III
PENGENDALIAN
Pasal 7
(1) Setiap kegiatan dan/atau usaha yang membuang air limbah di Daerah
wajib menaati baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2.
(2) Setiap kegiatan dan/atau usaha yang membuang air limbah ke
sungai/badan air di Daerah wajib mendapatkan izin pembuangan air
limbah dari Gubernur.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 8
Pasal 9
Baku mutu air limbah wajib dilakukan evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.
BAB IV
PEMBINAAN
Pasal 10
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 11
BAB VI
SANKSI
Pasal 13
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal 14
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, semua ketentuan yang
mengatur mengenai baku mutu air limbah dalam Keputusan Gubernur
Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 16
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal
WIRIYATMOKO
NIP 195803121986101001
Nomor
Tanggal
Kadar Maksimum
Parameter Satuan
Pelapisan Logam Galvanisasi
pH - 6-9 6-9
TSS mg/L 60 60
Cadmium (Cd) mg/L 0,05 0,05
Sianida (CN) mg/L 0,05 0,05
Krom Total (Cr) mg/L 1 -
+6
Krom heksavalen (Cr ) mg/L 0,1 -
Seng (Zn) mg/L 2 2
Tembaga (Cu) mg/L 1 1
Nikel (Ni) mg/L 1 1
Zat organik (KMnO4) mg/L 50 50
COD mg/L 75 75
Timbal (Pb) mg/L 0,1 0,1
Perak (Ag) mg/L 0,5 0,5
Beban Pencemaran
Parameter Satuan Kadar Maksimum Maksimum
(kg/ton bahan baku)
pH - 6-9 -
TSS mg/L 100 4
Sulfida (H2S) mg/L 0,8 0,032
Krom (Cr) mg/L 0,6 0,024
Minyak dan Lemak mg/L 3 0,12
Ammonia total mg/L 5 0,2
BOD5 mg/L 75 3
COD mg/L 100 4
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85 3,4
Kuantitas air limbah m3/ton bahan baku
maksimum 40
C. Industri Tekstil
Beban Pencemaran
Parameter Satuan Kadar Maksimum Maksimum
(kg/ton produk)
pH - 6-9 -
TSS mg/L 50 5
Fenol mg/L 0,5 0,05
Sulfida (H2S) mg/L 0,3 0,03
Krom (Cr) mg/L 1 0,1
Minyak dan Lemak mg/L 3 0,3
Amonia total (NH3-N) mg/L 8 0,8
BOD5 mg/L 60 6
COD mg/L 100 10
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85 8,5
Kuantitas air limbah
m3 per ton produk 100
maksimum
D. Industri Farmasi
pH - 6-9
TSS mg/L 60
Fenol mg/L 0,5
Nitrogen mg/L 30
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 100
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
Antibiotik mg/L Negatif
E. Industri Pengolahan Ikan
F. Industri Makanan
Kadar Beban pencemaran Maksimum
Parameter Maksimum Biskuit Kembang Kecap/
(mg/L) Mie Tahu Sambal
dan Roti Gula Tempe
BOD5 75 0,15 0,375 1,125 1,125 0,375 0,1875
COD 100 0,2 0,5 1,5 1,5 0,5 0,25
TSS 100 0,2 0,5 1,5 1,5 0,5 0,25
pH 6-9 - - - - - -
Zat Organik (KMnO4) 85 0,17 0,425 1,275 1,275 0,425 0,2125
Kuantitas air limbah maksimum 2 5 15 15 5 2,5
3 3 3 3 3 3
m /ton m /ton m /ton m /ton m /ton m /ton
produk produk produk bhn baku bhn baku bhn baku
G. Industri Susu dan Makanan dari Susu
I. Industri Sirop
Beban Limbah Maksimum (g/Liter)
Kadar
Parameter Maksimum Fermentasi Pelarutan
(mg/L) Dengan cuci Tanpa cuci Dengan tanpa cuci
botol botol cuci botol botol
pH 6-9 - - - -
TSS 100 2 1,5 0,4 0,3
BOD5 75 1,5 1,125 0,3 0,225
COD 100 2 1,5 0,4 0,3
Zat Organik (KMnO4) 85 1,7 1,275 0,34 0,255
Kuantitas air limbah
maksimum: (liter per
liter produk) 20 15 4 3
J. Industri Minyak Nabati, Sabun, dan Margarin
Kadar Beban pencemaran Maksimum (g/kg)
Parameter Maksimum
(mg/L) Minyak nabati Sabun margarin
pH 6-9 - - -
TSS 60 0,6 0,48 0,3
BOD5 75 0,75 0,6 0,375
COD 100 1 0,8 0,5
Minyak & lemak 5 0,05 0,04 0,025
Zat Organik (KMnO4) 85 0,85 0,68 0,425
Kuantitas air limbah
maksimum (m3/ton) 10 8 5
K. Industri Deterjen
Beban
Satuan
Parameter Kadar Maksimum pencemaran
(mg/L)
Maksimum (g/kg)
pH - 6-9 -
TSS mg/L 50 0,05
PO 4- mg/L 2 0,002
deterjen mg/L 1 0,001
BOD5 mg/L 75 0,075
COD mg/L 100 0,1
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85 0,085
pH mg/L 6-9
TSS mg/L 60
Merkuri (Hg) mg/L 0,002
Seng (Zn) mg/L 2
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Tembaga (Cu) mg/L 0,6
Krom Heksavalen (Cr ) +6 mg/L 0,1
Kadmium (Cd) mg/L 0,05
Fenol (total) mg/L 0,25
Amonia (NH3-N) mg/L 10
Fluorida (F) mg/L 10
Nikel (Ni) mg/L 0,5
Minyak & Lemak mg/L 5
BOD mg/L 50
COD mg/L 100
Zat Organik (KMnO4) mg/L 80
P. Industri Percetakan
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
TSS mg/L 100
Kadmium (Cd) mg/L 0,05
Krom Total (Cr) mg/L 0,5
+6
Krom Heksavalen (Cr ) mg/L 0,1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Perak (Ag) mg/L 0,5
Minyak &Lemak mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 100
Q. Industri Kosmetik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
TSS mg/L 100
Amonia total mg/L 5
Minyak & Lemak mg/L 5
Senyawa aktif biru metilen mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
BOD5 mg/L 75
COD mg/L 150
Air raksa (Hg) mg/L 0,002
R. Industri Cat
Beban
pencemaran
Kadar Maksimum Maksimum (mg/L
Parameter (mg/L) produk)
pH 6-9 -
TSS 50 25
Merkuri (Hg) 0,01 0,01
Seng (Zn) 1 0,5
Timbal (Pb) 0,3 0,15
Tembaga (Cu) 0,8 0,4
+6
Krom heksavalen (Cr ) 0,2 0,1
Titanium (Ti) 0,4 0,2
Kadmium (Cd) 0,08 0,04
Fenol 0,2 0,1
Minyak & Lemak 10 5
BOD5 80 40
Kuantitas air limbah maksimum : 0,5 L per L produk cat water base
Zero discharge untuk cat solvent base
S. Kegiatan Bengkel
Kadar Maksimum (mg/L)
Parameter Bengkel Skala Bengkel Skala
Kecil Besar
pH 6–9 6–9
TSS 100 100
Minyak & Lemak 10 5
Zat Organik (KMnO4) - 85
BOD5 - 75
COD - 150
T. Industri Komponen Kendaraan
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
TSS mg/L 100
+6
Krom heksavalen (Cr ) mg/L 0,1
Seng (Zn) mg/L 2
Nikel (Ni) mg/L 0,4
Besi (Fe) mg/L 5
U. Industri Kabel
Satuan Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
pH - 6-9
TSS mg/L 75
Nikel (Ni) mg/L 0,1
Tembaga (Cu) mg/L 1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Minyak & Lemak mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 60
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 75
V. Industri Gelas
Satuan Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
pH - 6-9
TSS mg/L 100
Arsen (As) mg/L 0,1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Fluor (F) mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 60
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 100
W. Kegiatan Laundry
Satuan Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
pH - 6-9
TSS mg/L 100
Senyawa aktif biru metilen mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
BOD5 mg/L 75
COD mg/L 150
X. Kegiatan Rumah Sakit
Kadar Maksimum
Parameter satuan
Kelompok I Kelompok II
pH - 6–9 6–9
TSS mg/L 30 75
BOD5 mg/L 30 75
COD mg/L 80 100
Minyak & lemak mg/L 10 10
Senyawa aktif biru metilen mg/L 10 10
Amonia (NH3-N) mg/L 10 -
Total Coliform MPN/100 mL 5000 10000
Keterangan:
Kelompok I yaitu Rumah Sakit dengan kapasitas tempat tidur sama dengan dan lebih
besar 200 (≥ 200)
Kelompok II yaitu Rumah Sakit dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 200 (< 200)
Y. Industri Keramik
Beban pencemaran
Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
Maksimum
(mg/kg bahan baku)
TSS 100 150
Timbal (Pb) 1 1,5
Kobal (Co) 0,6 0,9
Kadmium (Cd) 0,1 0,15
Krom Total (Cr) 1 1,5
pH 6.0-9.0 -
Kuantitas air limbah
maksimum 1,5
(m3/ton bahan baku)
d. Sumber Demineralisasi/WTP
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 100
Catatan: apabila sumber air limbah demineralisasi/WTP tidak dialirkan ke IPAL
b. Sumber Desalinasi
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 Salinitas ‰ Pada radius 30 m dari
lokasi pembuangan
air limbah ke laut,
kadar salinitas air
limbah sudah harus
sama dengan kadar
salinitas alami.
Catatan : Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAL
BOD5 30 50
COD 50 80
TSS 50 50
pH 6-9 6-9
Amonia (NH3-N) 10 -
Keterangan:
Kelompok I : hotel dengan kelas bintang 3 dan di atas bintang 3
KElompok II : hotel dengan kelas dibawah bintang 3
Lampiran II : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
Nomor
Tanggal
I. FISIS
Suhu 38 ºC
Zat padat terlarut 1000 mg/L
Zat padat tersuspensi 100 mg/L
II. KIMIAWI
Air raksa 0.02 mg/L
Amonia 5.0 mg-N/L
Arsen 0.1 mg/L
Besi (total) 5.0 mg/L
Flourida 2.0 mg/L
Kadmium 0.05 mg/L
Khlorin bebas 1.0 mg-C12/L
Krom (total) 0.5 mg/L
Krom heksavalen 0.1 mg-Cr6/L
Nikel 0.1 mg/L
Nitrat 10.0 mg-N/L
Nitrit 1.0 Mg-N/L
pH 6-9 -
Seng 2.0 mg/L
Sulfida 0.05 Mg-S/L
Tembaga 1.0 mg/L
Timbal 0.1 mg/L
Mangan 2.0 mg/L
Fenol 0.5 Mg/L
Minyak dan Lemak 5.0 mg/L
Senyawa aktif biru metilen 1.0 mg/L
Sianida 0.05 mg/L
Zat organik (KMnO4) 85.0 mg/L
BOD 75.0 mg/L
COD (dichromat) 100.0 mg/L
Lampiran III : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
Nomor
Tanggal
Kegiatan pengolahan air limbah gabungan dari beberapa kegiatan dan/atau usaha
dan/atau air limbah dari kegiatan domestik yang berada dalam lingkungan usaha dan/atau
kegiatan yang tidak diperkenankan adalah dengan konfigurasi seperti pada Gambar I.
Pada Gambar I, masing-masing aliran harus memiliki titik penaatan.
Usaha/
kegiatan B
Kegiatan pengolahan air limbah gabungan dari beberapa kegiatan dan/atau usaha
dan/atau air limbah dari kegiatan domestik yang berada dalam lingkungan usaha dan/atau
kegiatan yang diperkenankan adalah dengan konfigurasi seperti pada Gambar II.
Titik penaatan
Kegiatan domestik
A
Usaha/
kegiatan
B
Titik penaatan
Usaha/kegiatan
B
Kegiatan
domestik
A
BMAL 1
Parameter (Pi) Kadar maksimum (X1,i), mg/L
P1 X1,1
P2 X1,2
P3 X1,3
: :
Pn X1,n
Debit air limbah maksimum = F1 liter/hari
BMAL 2
Parameter (Pi) Kadar maksimum (X2,i), mg/L
P1 X2,1
P2 X2,2
P3 X2,3
: :
Pn X2,n
Debit air limbah maksimum = F2 liter/hari
BMAL gabungan
Parameter (Pi) Kadar maksimum (Xgab,i), mg/L Beban pencemaran maks.
P1 min {(X1,1),(X2,1)} min {(X1,1),(X2,1)} x (F1+F2)
P2 min {(X1,2),(X2,2)} min {(X1,2),(X2,2)} x (F1+F2)
P3 min {(X1,3),(X2,3)} min {(X1,3),(X2,3)} x (F1+F2)
: : :
Pn min {(X1,n),(X2,n)} min {(X1,n),(X2,n)} x (F1+F2)
Contoh:
Penggabungan aliran air limbah kegiatan domestik dan usaha/kegiatan makanan
dari susu.
Berdasarkan ketentuan dalam pasaL 4 ayat (2) maka Baku Mutu Air Limbah
Gabungan seperti disajikan dalam tabel di bawah ini dengan debit air limbah
maksimum = (4000 + 1500) L/hari = 5500 L/hari.
Dengan cara yang sama maka untuk parameter lainnya menghasilkan nilai seperti
disajikan dalam tabel berikut.
beban pencemaran
Parameter Kadar maksimum (mg/L)
maks (g/hari)
TSS 50 275
Merkuri (Hg) - -
Amonia (NH3-N) 10 55
Arsen - -
Besi - -
fluorida - -
Kadmium - -
Klorin bebas - -
krom (total) - -
Krom heksavalen - -
Nikel - -
Nitrat - -
Nitrit - -
pH - -
Seng - -
Sulfida - -
Tembaga - -
Timbal - -
Mangan - -
Fenol - -
Minyak dan lemak 20 -
MBAS 2 -
Sianida - -
Zat organik (KMnO4) 50 275
BOD 30 165
COD 80 440
JOKO WIDODO
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI
PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
Menimbang :
583
bagian-bagian kota mengakibatkan akumulasi bahan
pencemar yang mengakibatkan pencemaran tanah dan
air tanah;
c. bahwa dalam rangka menjaga dan mempertahankan
kualitas air tanah maka perlu diwajibkan setiap orang
atau badan usaha melakukan pengelolaan limbah cair
hasil usaha dan/atau kegiatan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, serta
sambil menunggu penetapan Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Kebijakan
Sumber Daya Air, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Pengelolaan Limbah Domestik.
Mengingat :
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1971
tentang Pengairan;
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam, Hayati dan
Ekosistemnya;
3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan;
4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992
tentang Penataan Ruang;
5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Negara Republik Indonesia Jakarta;
584
7) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air;
8) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2004
tentang Ketentuan Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
9) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun
1991 tentang Sungai;
11) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor:
27 tahun 1999 tentang AMDAL;
12) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 25 tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonomi;
13) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran air;
14) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 16 tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum;
15) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416 tahun 1990 tentang Air Minum;
16) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik;
17) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut;
585
18) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 12 Tahun 1971 tentang Pencegahan Pengotoran
Udara, Air dan Lepas Pantai Dalam Wilayah DKI Jakarta;
19) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 6 tahun 1999 tentang RT/RW Wilayah Provinsi
DKI Jakarta;
20) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 3 tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekreatriat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
21) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 3 tahun 2001 tentang Pembangunan di DKI Jakarta;
22) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta nomor 45 tahun 1992 tentang Ketentuan
Pengelolaan Air Limbah Sistem Perpipaan Dalam Wilayah
DKI Jakarta;
23) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 582 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair;
24) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 299 tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penerapan Peruntukan dan Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di
Wilayah DKI Jakarta;
25) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 30 tahun 1999 tentang Izin
Pembuangan Limbah Cair;
586
26) Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 2863 tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
27) Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 189 tahun 2002 tentang Jenis
Usaha/Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UPL) di Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
28) Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 139 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja BPLHD Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DOMESTIK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;
587
3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
4. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah yang
selanjutnya disingkat BPLHD adalah Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta;
5. Instansi Pembina Teknis adalah setiap unit/satuan
kerja/satuan Perangkat Daerah yang memberikan pelayanan
kegiatan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan Air
Limbah Domestik sesuai bidang dan tugasnya masing-
masing;
6. Penanggungjawab kegiatan adalah orang atau badan hukum
yang bertanggungjawab atas beroperasinya suatu kegiatan;
7. Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah upaya
memperbaiki kualitas air yang berasal dari kegiatan rumah
tangga/perkantoran sehingga layak untuk dibuang ke
saluran kota/drainase;
8. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk lain;
9. Daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
atau dimasukkan kedalamnya;
10. Sumur resapan adalah sistem resapan buatan yang dapat
menampung air hujan yang langsung melalui atap
atau pipa talang bangunan, dapat berupa sumur, kolam
dengan resapan, saluran porous dan sejenisnya;
11. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau
berasal dari sumber air, dan terdapat diatas permukaan air
tanah;
588
12. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah
unsure pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah
cair untuk dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu;
13. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkan mahluk,
zat, energi dan komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan
peruntukkannya;
14. Air Limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan
proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan
kembali;
15. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga,perumahan, rumah susun,
apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan
toko, rumah sakit, mall, pasae swalayan, balai pertemuan,
hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas)
ataupun black water (air kotor/tinja);
16. Pengolahan air limbah domestik adalah upaya mengolah
dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi
baku mutu air limbah yang ditetapkan.
17. Perairan umum adalah saluran air atau sungai yang
merupakan fasilitas umum dan bukan merupakan bagian
dari system limbah perpipaan;
18. Pengelolaan sistem setempat adalah pengelolaan air
limbah dimana sarana pengolahan air limbah yang
disiapkan/ dibangun berada dekat dengan sumber air
buangannya.
19. Sistem Perpipaan adalah sistem pengelolaan air limbah
dimana air limbah dari tiap sumbernya terhubung melalui
jaringan pipa pengumpul, yang untuk kemudian disalurkan
589
melalui pipa pembawa menuju instalasi pengolahan
bersama / terpusat.
20. Sistem Setempat adalah sistem pengelolaan air limbah
dimana sumber air limbah, pipa pengumpul dan
pengolahannya terletak dalam satu tempat / lokasi, seperti
tanki septik, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
individual.
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
590
b. Terbangunnya prasarana dan sarana sanitasi lingkungan
bagian-bagian kota sesuai dengan Rencana Jaringan
Sanitasi Kota.
c. Terpenuhinya Baku Mutu Air Limbah Domestik secara
bertahap.
d. Berkurangnya air limbah sebagai bahan pencemar yang
masuk ke saluran umum dan/ atau meresap ke dalam tanah.
e. Meningkatnya kinerja industri jasa konstruksi di bidang
peralatan dan perlengkapan pengolahan air limbah.
BAB III
RUANG LINGKUP
Pasal 5
591
aparat dan sosialisasi kepada berbagai unsur masyarakat
dan dunia usaha.
BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SANITASI
LINGKUNGAN
Pasal 6
(1) Instansi yang membidangi perencanaan kota dan Instansi
yang membidangi pembangunan prasarana sanitasi
lingkungan menjabarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ke
bentuk Rencana Induk Sanitasi Lingkungan, secara
hirarkhi.
BAB V
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK
Pasal 7
592
(2) Perencanaan instalasi air limbah domestik yang merupakan
utilitas lingkungan atau bangunan merupakan persyaratan
dalam proses penerbitan Surat Ijin Penunjukan
Penggunaan Tanah (SIPPT), Rencana Tata Letak
Bangunan (RTLB), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), dan
terbangunnya instalasi air limbah domestic merupakan
persyartan dalam proses penerbitan Surat Ijin Pengunaan
Bangunan (IPB) dan Kelayakan Menggunakan Bangunan
(KMB), serta perijinan operasional dari instansi yang
berwenang terkait dengan operasional dimaksud.
Pasal 8
Pasal 9
593
limbah wajib membangun instalasi pengolahan air
limbah domestik bersama masyarakat pada kawasan
permukiman tertentu yang kemampuan ekonomi
masyarakatnya terbatas
BAB VI
PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN AIR
LIMBAH DOMESTIK
Pasal 10
Pasal 11
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12
595
(3) Instalasi pengolahan air limbah domestik yang
ditawarkan pemegang merk kepada masyarakat harus
memiliki sertifikat yang menyatakan tingkat kemampuan
instalasi memenuhi baku mutu air limbah domestik.
(4) Pernyataan tingkat kemampuan instalasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh lembaga yang
berwenang melakukan sertifikasi.
Pasal 13
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
Hak Masyarakat
Pasal 14
Kewajiban Masyarakat
Pasal 15
Pasal 16
597
(5) Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana
Sanitasi Lingkungan.
(6) Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan
kebijakan sanitasi lingkungan.
(7) Lingkungan masyarakat rumah tangga wajib mendorong
terciptanya kondisi lingkungan yang sehat dari
pencemaran air limbah domestik.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 17
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam
peraturan ini dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) bagi kegiatan yang berbentuk badan usaha adalah
berupa pencabutan ijin usaha dan/atau kegiatan.
(3) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) bagi kegiatan rumah tinggal adalah berupa penyegelan
bangunan.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
598
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Oktober 2005
GUBERNUR KEPALA
DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
ttd
SUTIYOSO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
Ttd
H. RITOLA TASMAYA
NIP 140091657
599
Lampiran I : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Nomor 122 tahun 2005
600
Lampiran II : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Nomor 122 tahun 2005, Tanggal 19 Oktober 2005
Besaran Population Equivalen (Pe) untuk Perancangan IPAL berdasarkan Jenis peruntukan bangunan.
No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan
Bangunan Air Bersih Air Limbah
1. Rumah Mewah 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67 Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
2. Rumah Biasa 150 120 Liter/penghuni/hari 1,00 Study JICA 1990
(proyeksi 2010)
3. Apartment 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67 Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
4. Rumah Susun 100 80 Liter/penghuni/hari 0,67
5. Asrama 120 96 Liter/penghuni/hari 0,80
6. Klinik / Puskesmas 3 2,7 Liter/pengunjung/hari 0,02 Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
601
Lanjutan :
602
Lanjutan :
603
Lanjutan :
604
Lanjutan :
605
Lampiran III : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor : 122 Tahun 2005
Tanggal : 19 Oktober 2005
INDIVIDUAL /
PARAMETER SATUAN KOMUNAL
RUMAH TANGGA
pH - 6-9 6-9
KMnO4 Mg / L 85 85
TSS Mg / L 50 50
Amoniak Mg / L 10 10
Minyak & Lemak Mg / L 10 10
Senyawa Biru Mg / L 2 2
Metilen
COD Mg / L 100 80
BOD Mg / L 75 50
SUTIYOSO
606