You are on page 1of 52

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA

NOMOR TAHUN

TENTANG

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN DAN/ATAU USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya perkembangan industri dan


pembangunan yang cukup tinggi di wilayah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta akan meningkatkan beban air limbah yang dihasilkan, sehingga
akan semakin bertambah pula kemungkinan resiko terjadinya
pencemaran pada air dan/atau sumber air yang merupakan salah satu
media pembuangan dari air limbah tersebut;
b. bahwa ketentuan mengenai baku mutu air limbah dalam Keputusan
Gubernur Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan
Baku Mutu Air Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di
Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan pembangunan saat ini;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan dan/atau Usaha;
Mengingat : 1. Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Staatsblad Tahun
1926 Nomor 226 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008;
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan:
10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Industri;
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-52/
MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel;
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-
58/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit;
15. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204 Tahun 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkugan Rumah Sakit;
17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Rumah Potong Hewan;
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2007
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Hasil Perikanan;
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2008
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri
Keramik;
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2009
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangkitan Listrik Tenaga Termal;
21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010
tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air;
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri;
23. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010
tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak
dan Gas serta Panas Bumi;
24. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi
Perangkat Daerah;
25. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah 2030;
26. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI


KEGIATAN DAN/ATAU USAHA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai
unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja Perangkat Daerah yang
selanjutnya disingkat SKPD/UKPD terkait adalah SKPD/UKPD yang
mempunyai tugas dan fungsi berkaitan dengan program pengelolaan
lingkungan, antara lain Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Badan
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Tata Ruang, Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Kesehatan, Dinas
Kelautan dan Pertanian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas
Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah, Dinas Kebersihan, serta
Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan.
5. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya di
singkat PPLHD adalah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Air Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair.
7. Baku Mutu Air Limbah adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, dan atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang
atau dilepas ke media air.
8. Kuantitas air limbah maksimum adalah volume air limbah tertinggi yang
masih diperbolehkan dibuang ke media air untuk setiap satuan produk
atau satuan bahan baku atau luasan lahan.
9. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar
dalam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke media air.
10. Beban Pencemaran Maksimum adalah jumlah maksimum suatu unsur
pencemar yang terkandung di dalam air limbah.
11. Titik penaatan adalah satu lokasi atau lebih yang merupakan tempat
pengambilan contoh air limbah yang dijadikan acuan untuk pemantauan
dalam rangka penaatan baku mutu air limbah.
12. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
13. Pemantauan air limbah adalah suatu upaya untuk mengetahui kualitas
dan kuantitas air limbah yang dilakukan secara berkala dan terus
menerus.
14. Swa-pantau harian adalah pemantauan air limbah yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha meliputi pencatatan debit
air limbah, jumlah produksi atau konsumsi bahan baku yang digunakan
dan kualitas air limbah setiap hari.
15. Penanggungjawab kegiatan adalah orang atau badan hukum yang
bertanggungjawab atas beroperasinya suatu kegiatan.
16. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi dan/atau barang menjadi barang dengan
nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri.
17. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang
telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.

BAB II
BAKU MUTU AIR LIMBAH

Pasal 2

(1) Baku mutu air limbah di Daerah dinyatakan dengan kadar maksimum
dan/atau kuantitas air limbah maksimum, dan/atau beban pencemaran
maksimum yang didasarkan pada teknologi pengolahan terbaik yang
dapat diterapkan.
(2) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
bagi kegiatan dan/atau usaha antara lain :
a. industri pelapisan logam;
b. industri penyamakan kulit;
c. industri tekstil;
d. industri farmasi;
e. industri pengolahan ikan;
f. industri makanan;
g. industri susu dan makanan dari susu;
h. industri minuman ringan;
i. industri sirop;
j. industri minyak nabati, sabun, dan margarin;
k. industri detergent;
l. industri perakitan mobil dan sepeda motor;
m. industri barang elektronika;
n. industri baterai sel;
o. industri baterai timbal-asam (aki);
p. industri percetakan;
q. industri kosmetik;
r. industri cat;
s. industri bengkel;
t. industri komponen kendaraan;
u. industri kabel;
v. industri gelas;
w. laundry;
x. rumah sakit;
y. industri keramik;
z. industri Migas
aa. industri pengolahan daging;
ab. rumah pemotongan hewan;
ac. kawasan industry;
ad. pembangkit;dan
ae. hotel.
Pasal 3

(1) Penetapan baku mutu air limbah bagi kegiatan dan/atau usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) tercantum dalam
lampiran I Peraturan Gubernur ini.
(2) Bagi kegiatan dan/atau usaha yang belum termasuk dalam jenis
kegiatan dan/atau usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) diberlakukan baku mutu sebagaimana tercantum dalam lampiran II
Peraturan Gubernur ini.
(3) Bagi kegiatan dan/atau usaha yang belum termasuk dalam jenis
kegiatan dan/atau usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(2) tetapi telah ditetapkan baku mutu spesifiknya oleh Pemerintah
Pusat, diberlakukan baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.

Pasal 4

(1) Setiap kegiatan dan/atau usaha dapat melakukan kegiatan pengolahan


air limbah gabungan dari beberapa usaha dan/atau kegiatan dan/atau
air limbah dari kegiatan domestik yang berada dalam lingkungan
kegiatan dan/atau usahanya.
(2) Untuk kegiatan dan/atau usaha yang melakukan pengolahan air limbah
gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baku mutu air limbah
yang digunakan meliputi:
a. penggunaan parameter gabungan dari tiap baku mutu air limbah;
b. kadar maksimum yang digunakan merupakan kadar maksimum
paling ketat dari tiap Baku Mutu Air Limbah dengan kuantitas air
limbah maksimum; dan
c. beban pencemaran maksimum yang digunakan merupakan
perhitungan gabungan.
(3) Bagi kegiatan dan/atau usaha yang melakukan kegiatan pengolahan air
limbah gabungan, namun salah satu dari kegiatan dan/atau usaha
tersebut belum memiliki Baku Mutu Air Limbah spesifik, maka
menggunakan baku mutu sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Gubernur ini.
(4) Terhadap kegiatan dan/atau usaha yang salah satunya tidak memiliki
batasan kuantitas air limbah maksimum, maka berlaku ketentuan baku
mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan perhitungan
kuantitas air limbah dan beban pencemaran maksimum ditentukan
dalam izin pembuangan air limbah.
(5) Ketentuan perhitungan gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam Lampiran III Peraturan Gubernur ini.

Pasal 5

Baku Mutu Air Limbah sebagaimana dimaksud dalam lampiran I dan


lampiran II Peraturan Gubernur ini setiap saat tidak boleh dilampaui.

Pasal 6
Untuk air limbah kegiatan Rumah Sakit dan Hotel yang telah ditetapkan
sebelum berlakunya Peraturan Gubernur ini menggunakan baku mutu air
limbah domestik, wajib disesuaikan dengan Baku Mutu Air Limbah
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Gubernur ini.

BAB III
PENGENDALIAN

Pasal 7

(1) Setiap kegiatan dan/atau usaha yang membuang air limbah di Daerah
wajib menaati baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2.
(2) Setiap kegiatan dan/atau usaha yang membuang air limbah ke
sungai/badan air di Daerah wajib mendapatkan izin pembuangan air
limbah dari Gubernur.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 8

(1) Setiap penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha wajib :


a. membuat saluran pembuangan air limbah yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan, untuk
memudahkan pengambilan contoh dan pengukuran debit baik
langsung maupun tidak langsung;
b. memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran
limpahan air hujan;
c. menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;
d. memasang alat ukur debit atau laju alir air limbah dan melakukan
pencatatan debit harian air limbah tersebut;
e. melaksanakan swa-pantau selama pembuangan air limbah
berlangsung, meliputi pencatatan debit limbah, jumlah produksi atau
konsumsi bahan baku yang ditentukan dan kadar parameter baku
mutu air limbah setiap hari;
f. memeriksakan air limbahnya secara berkala paling kurang 1 (satu)
kali dalam sebulan ke laboratorium terakreditasi dan teregistrasi dan
setiap 3 (tiga) bulan sekali wajib diperiksakan ke UPT Laboratorium
Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan;
g. menyampaikan laporan hasil swa-pantau, kadar parameter Baku
Mutu Air Limbah, jumlah produksi bulanan titik penataan
sebagaimana dimaksud pada huruf c dan pencatatan debit harian air
limbah sebagaimana dimaksud pada huruf d kepada Gubernur
melalui Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
DKI Jakarta paling kurang 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
(2) Setiap penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha yang membuang air
limbah dilarang melakukan pengenceran.
(3) Setiap penanggungjawab kegiatan dan/ usaha wajib mengizinkan
petugas pengawasan untuk memasuki lingkungan kerjanya dan
membantu terlaksananya tugas petugas tersebut.
(4) Setiap penanggung jawab kegiatan dan/usaha yang berada di daerah
yang sudah terpasang pipa air limbah domestik umum termasuk bak
inspeksi (Inspection Chamber/IC), wajib membuang air limbah
domestiknya ke pipa tersebut melalui sambungan persil dengan
ketentuan persyaratan kualitas air limbah domestik yang ditetapkan
oleh Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Jaya.
(5) Setiap penanggungjawab kegiatan dan/atau usaha dapat memiliki
personil yang kompeten dalam mengelola air limbah.

Pasal 9

Baku mutu air limbah wajib dilakukan evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun.

BAB IV

PEMBINAAN

Pasal 10

(1) Pembinaan untuk meningkatkan ketaatan penanggung jawab kegiatan


dan/atau usaha dalam pengelolaan air limbah dilakukan oleh SKPD/UKPD
terkait.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. penyuluhan mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pengelolaan air limbah;
b. mendorong upaya pemanfaatan air limbah;
c. mendorong upaya minimisasi air limbah yang bertujuan untuk efisiensi
penggunaan sumberdaya;
d. mendorong upaya penerapan teknologi bersih dan teknologi pengolahan
air limbah; dan
e. menyelenggarakan bimbingan dan/atau konsultasi teknis dalam
pengelolaan air limbah.

BAB V

PENGAWASAN

Pasal 11

(1) Pengawasan pengelolaan air limbah di Daerah dilakukan oleh PPLHD.


(2) Pengawasan dilakukan terhadap ketaatan penanggungjawab kegiatan
dan/atau usaha dalam pengelolaan air limbah atas ketentuan yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan ijin lingkungan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), PPLHD melaporkan hasil pengawasan kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah.
(4) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu apabila dipandang
perlu,.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan petunjuk teknis.
Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11, PPLHD berwenang :
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang
diperlukan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret;
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;memeriksa peralatan;
h. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau;
i. memeriksa Instalasi;
j. menghentikan pelanggaran tertentu.

BAB VI

SANKSI

Pasal 13

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Gubernur ini dikenakan


sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

PEMBIAYAAN

Pasal 14

Pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan dan/atau usaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8, dibebankan kepada penanggungjawab kegiatan
dan/atau usaha .

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, semua ketentuan yang
mengatur mengenai baku mutu air limbah dalam Keputusan Gubernur
Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 16

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal

Plt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

WIRIYATMOKO
NIP 195803121986101001

BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA


TAHUN NOMOR
Lampiran I : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor
Tanggal

BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN USAHA

A. Industri Pelapisan Logam

Kadar Maksimum
Parameter Satuan
Pelapisan Logam Galvanisasi
pH - 6-9 6-9
TSS mg/L 60 60
Cadmium (Cd) mg/L 0,05 0,05
Sianida (CN) mg/L 0,05 0,05
Krom Total (Cr) mg/L 1 -
+6
Krom heksavalen (Cr ) mg/L 0,1 -
Seng (Zn) mg/L 2 2
Tembaga (Cu) mg/L 1 1
Nikel (Ni) mg/L 1 1
Zat organik (KMnO4) mg/L 50 50
COD mg/L 75 75
Timbal (Pb) mg/L 0,1 0,1
Perak (Ag) mg/L 0,5 0,5

B. Industri Penyamakan Kulit

Beban Pencemaran
Parameter Satuan Kadar Maksimum Maksimum
(kg/ton bahan baku)
pH - 6-9 -
TSS mg/L 100 4
Sulfida (H2S) mg/L 0,8 0,032
Krom (Cr) mg/L 0,6 0,024
Minyak dan Lemak mg/L 3 0,12
Ammonia total mg/L 5 0,2
BOD5 mg/L 75 3
COD mg/L 100 4
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85 3,4
Kuantitas air limbah m3/ton bahan baku
maksimum 40
C. Industri Tekstil

Beban Pencemaran
Parameter Satuan Kadar Maksimum Maksimum
(kg/ton produk)
pH - 6-9 -
TSS mg/L 50 5
Fenol mg/L 0,5 0,05
Sulfida (H2S) mg/L 0,3 0,03
Krom (Cr) mg/L 1 0,1
Minyak dan Lemak mg/L 3 0,3
Amonia total (NH3-N) mg/L 8 0,8
BOD5 mg/L 60 6
COD mg/L 100 10
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85 8,5
Kuantitas air limbah
m3 per ton produk 100
maksimum

D. Industri Farmasi

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH - 6-9
TSS mg/L 60
Fenol mg/L 0,5
Nitrogen mg/L 30
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 100
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
Antibiotik mg/L Negatif
E. Industri Pengolahan Ikan

Kegiatan Pembekuan Kegiatan Pengolahan

Beban pencemaran Maksimum Beban pencemaran Maksimum


Parameter Kadar Kadar
(kg/ton) (kg/ton)
Maksimum Maksimu
(mg/L) Lain- m (mg/L) Lain-
Ikan Udang Ikan Udang
lain lain
pH 6-9 .- .- .- 6-9 .- .- .-
TSS 100 1 3 1,5 100 1,5 3 2
Minyak dan
Lemak 15 0,15 0,45 0,225 15 0,225 0,45 0,3
Amonia
(NH3-N) 10 0,1 0,3 0,15 5 0,075 0,15 0,1
Sulfida - - - - 1 0,015 0,03 0,02
Klor bebas 1 0,01 0,03 0,015 1 0,015 0,03 0,02
BOD5 100 1 3 1,5 75 1,125 2,25 1,5
COD 200 2 6 3 150 2,25 4,5 3
Zat Organik
(KMnO4) 100 1 3 1,5 100 1,5 3 2
Kuantitas air
limbah
10 30 15 15 30 20
maksimum :
m3/ton
Kegiatan pengolahan ikan termasuk di dalamnya adalah kegiatan pengalengan, pengasinan, pengasapan dan
atau pengolahan menjadi produk makanan

F. Industri Makanan
Kadar Beban pencemaran Maksimum
Parameter Maksimum Biskuit Kembang Kecap/
(mg/L) Mie Tahu Sambal
dan Roti Gula Tempe
BOD5 75 0,15 0,375 1,125 1,125 0,375 0,1875
COD 100 0,2 0,5 1,5 1,5 0,5 0,25
TSS 100 0,2 0,5 1,5 1,5 0,5 0,25
pH 6-9 - - - - - -
Zat Organik (KMnO4) 85 0,17 0,425 1,275 1,275 0,425 0,2125
Kuantitas air limbah maksimum 2 5 15 15 5 2,5
3 3 3 3 3 3
m /ton m /ton m /ton m /ton m /ton m /ton
produk produk produk bhn baku bhn baku bhn baku
G. Industri Susu dan Makanan dari Susu

Beban pencemaran Maksimum


Kadar Maksimum Industri Susu (g/kg Industri Makanan
Parameter
(mg/L) total padatan dari Susu
dalam produk) (g/kg produk)
BOD5 30 0,105 0,045
COD 90 0,315 0,135
TSS 25 0,0875 0,0375
pH 6-9 - -
Zat Organik (KMnO4) 50 0,175 0,075
Minyak & Lemak 10 0,035 0,015
Amonia (NH3-N) 10 0,035 0,015
Kuantitas air limbah
3,5 1,5
maksimum:
L/kg padatan
L/kg produk
dlm produk

H. Industri Minuman Ringan


Beban pencemaran Maksimum (g/liter)
Kadar Dengan pencucian Dengan Tanpa pencucian Tanpa pencucian
Parameter Maksimum botol dan pencucian botol botol dan botol dan tanpa
(mg/L) pembuatan sirup dan tanpa pembuatan sirup pembuatan sirup
pembuatan sirup
BOD5 50 0,175 0,14 0,085 0,06
TSS 30 0,105 0,084 0,051 0,036
pH 6-9 - - - -
Zat Organik (KMnO4) 85 0,2975 0,238 0,1445 0,102
Minyak & Lemak 3 0,0105 0,0084 0,0051 0,0036
Detergen - - - - -
Kuantitas air limbah 3,5 2,8 1,7 1,2
maksimum: (liter per
liter produk)

I. Industri Sirop
Beban Limbah Maksimum (g/Liter)
Kadar
Parameter Maksimum Fermentasi Pelarutan
(mg/L) Dengan cuci Tanpa cuci Dengan tanpa cuci
botol botol cuci botol botol
pH 6-9 - - - -
TSS 100 2 1,5 0,4 0,3
BOD5 75 1,5 1,125 0,3 0,225
COD 100 2 1,5 0,4 0,3
Zat Organik (KMnO4) 85 1,7 1,275 0,34 0,255
Kuantitas air limbah
maksimum: (liter per
liter produk) 20 15 4 3
J. Industri Minyak Nabati, Sabun, dan Margarin
Kadar Beban pencemaran Maksimum (g/kg)
Parameter Maksimum
(mg/L) Minyak nabati Sabun margarin
pH 6-9 - - -
TSS 60 0,6 0,48 0,3
BOD5 75 0,75 0,6 0,375
COD 100 1 0,8 0,5
Minyak & lemak 5 0,05 0,04 0,025
Zat Organik (KMnO4) 85 0,85 0,68 0,425
Kuantitas air limbah
maksimum (m3/ton) 10 8 5

K. Industri Deterjen
Beban
Satuan
Parameter Kadar Maksimum pencemaran
(mg/L)
Maksimum (g/kg)
pH - 6-9 -
TSS mg/L 50 0,05
PO 4- mg/L 2 0,002
deterjen mg/L 1 0,001
BOD5 mg/L 75 0,075
COD mg/L 100 0,1
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85 0,085

Kuantitas air limbah maksimum m3/ton 1

L. Industri Perakitan Mobil dan Sepeda Motor


Kadar
Beban pencemaran Maksimum (g/unit yang dicat)
Parameter Maksimum
(g/ml) Kel A Kel B1 Kel B2 Kel C Kel D Kel E
COD 100 450 250 400 500 1500 15
TSS 50 225 125 200 250 750 7,5
Merkuri (Hg) 0,015 0,0675 0,0375 0,06 0,075 0,225 0,00225
Seng (Zn) 2 9 5 8 10 30 0,3
Krom total (Cr) 1 4,5 2,5 4 5 15 0,15
+6
Krom Heksavalen (Cr ) 0,1 0,45 0,25 0,4 0,5 1,5 0,015
Fenol (total) 0,2 0,9 0,5 0,8 1 3 0,03
Minyak & lemak 3 13,5 7,5 12 15 45 0,45
pH 6-9 - - - - - -
4-
Fosfat (PO ) 4 18 10 16 20 60 0,6
Zat Organik (KMnO4) 80 360 200 320 400 1200 12
Kuantitas air limbah
maksimum (Liter per unit yang
di cat) 4,5 2,5 4 5 15 0,15
Keterangan:
Kelompok A : Sedan, minibus, pickup Kelompok C : General purpose
Kelompok B1 : Chassis dan cabin kategori I, II Kelompok D : Bus
Kelompok B2 : Chasssis dan cabin kategori III Kelompok E : Sepeda Motor
M. Industri Barang Elektronika
Satuan
Paremeter Kadar Maksimum

pH mg/L 6-9
TSS mg/L 60
Merkuri (Hg) mg/L 0,002
Seng (Zn) mg/L 2
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Tembaga (Cu) mg/L 0,6
Krom Heksavalen (Cr ) +6 mg/L 0,1
Kadmium (Cd) mg/L 0,05
Fenol (total) mg/L 0,25
Amonia (NH3-N) mg/L 10
Fluorida (F) mg/L 10
Nikel (Ni) mg/L 0,5
Minyak & Lemak mg/L 5
BOD mg/L 50
COD mg/L 100
Zat Organik (KMnO4) mg/L 80

N. Industri Baterai Sel


Alakalin-Mangan Karbon-Seng
Beban
Parameter Kadar Beban
Kadar Maksimum pencemaran
Maksimum pencemaran
(mg/L) Maksimum
(mg/L) Maksimum (g/kg)
(g/kg)
COD 50 0,3 50 0,025
TSS 25 0,15 25 0,0125
Amonia total (sbg N) - - 5 0,0025
Seng (Zn) 0,3 0,0018 0,3 0,00015
Merkuri (Hg) 0,01 0,00006 0,01 0,000005
Mangan (Mn) 0,25 0,0015 0,6 0,0003
pH 6-9 - 6-9 -
Zat Organik (KMnO4) 30 0,18 30 0,015
4-
Fosfat (PO ) 1 0,006 - -
Kuantitas air limbah
maksimum (Liter per kg) 6 0,5
O. Industri Baterai Timbal-Asam (Aki)
BebanLimbah Maksimum
Kadar Maksimum (kg/ton bahan baku Pb)
Parameter
(mg/L) Baterai Baterai Basah atau
Kering Lembab
pH 6-9 - -
TSS 25 0,25 0,075
COD 75 0,75 0,225
Timbal (Pb) 0,3 0,003 0,0009
Tembaga (Cu) 1 0,01 0,003
Minyak & Lemak 3 0,03 0,009
Sulfat 5000 50 15
Zat Organik (KMnO4) 40 0,4 0,12
Kuantitas air limbah
maksimum (Liter per kg
bahan baku Pb) 10 3

P. Industri Percetakan
Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH - 6–9
TSS mg/L 100
Kadmium (Cd) mg/L 0,05
Krom Total (Cr) mg/L 0,5
+6
Krom Heksavalen (Cr ) mg/L 0,1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Perak (Ag) mg/L 0,5
Minyak &Lemak mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 100
Q. Industri Kosmetik
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
TSS mg/L 100
Amonia total mg/L 5
Minyak & Lemak mg/L 5
Senyawa aktif biru metilen mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
BOD5 mg/L 75
COD mg/L 150
Air raksa (Hg) mg/L 0,002

R. Industri Cat
Beban
pencemaran
Kadar Maksimum Maksimum (mg/L
Parameter (mg/L) produk)
pH 6-9 -
TSS 50 25
Merkuri (Hg) 0,01 0,01
Seng (Zn) 1 0,5
Timbal (Pb) 0,3 0,15
Tembaga (Cu) 0,8 0,4
+6
Krom heksavalen (Cr ) 0,2 0,1
Titanium (Ti) 0,4 0,2
Kadmium (Cd) 0,08 0,04
Fenol 0,2 0,1
Minyak & Lemak 10 5
BOD5 80 40
Kuantitas air limbah maksimum : 0,5 L per L produk cat water base
Zero discharge untuk cat solvent base

S. Kegiatan Bengkel
Kadar Maksimum (mg/L)
Parameter Bengkel Skala Bengkel Skala
Kecil Besar
pH 6–9 6–9
TSS 100 100
Minyak & Lemak 10 5
Zat Organik (KMnO4) - 85
BOD5 - 75
COD - 150
T. Industri Komponen Kendaraan
Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH - 6–9
TSS mg/L 100
+6
Krom heksavalen (Cr ) mg/L 0,1
Seng (Zn) mg/L 2
Nikel (Ni) mg/L 0,4
Besi (Fe) mg/L 5

U. Industri Kabel
Satuan Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
pH - 6-9
TSS mg/L 75
Nikel (Ni) mg/L 0,1
Tembaga (Cu) mg/L 1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Minyak & Lemak mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 60
BOD5 mg/L 30
COD mg/L 75

V. Industri Gelas
Satuan Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
pH - 6-9
TSS mg/L 100
Arsen (As) mg/L 0,1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Fluor (F) mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 60
BOD5 mg/L 50
COD mg/L 100

W. Kegiatan Laundry
Satuan Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
pH - 6-9
TSS mg/L 100
Senyawa aktif biru metilen mg/L 5
Zat Organik (KMnO4) mg/L 85
BOD5 mg/L 75
COD mg/L 150
X. Kegiatan Rumah Sakit
Kadar Maksimum
Parameter satuan
Kelompok I Kelompok II
pH - 6–9 6–9
TSS mg/L 30 75
BOD5 mg/L 30 75
COD mg/L 80 100
Minyak & lemak mg/L 10 10
Senyawa aktif biru metilen mg/L 10 10
Amonia (NH3-N) mg/L 10 -
Total Coliform MPN/100 mL 5000 10000
Keterangan:
 Kelompok I yaitu Rumah Sakit dengan kapasitas tempat tidur sama dengan dan lebih
besar 200 (≥ 200)
 Kelompok II yaitu Rumah Sakit dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 200 (< 200)

Y. Industri Keramik
Beban pencemaran
Kadar Maksimum
Parameter (mg/L)
Maksimum
(mg/kg bahan baku)
TSS 100 150
Timbal (Pb) 1 1,5
Kobal (Co) 0,6 0,9
Kadmium (Cd) 0,1 0,15
Krom Total (Cr) 1 1,5
pH 6.0-9.0 -
Kuantitas air limbah
maksimum 1,5
(m3/ton bahan baku)

Z. Kegiatan Instalasi, Depot, dan Terminal Minyak

PARAMETER KADAR MAKSIMUM


Minyak dan Lemak 25 mg/L
Karbon Organik Total 110 mg/L
pH 6-9
A.A. Industri Pengolahan Daging

Kadar Maksimum Beban Pencemaran


Parameter (mg/L) Maksimum (kg/ton)

BOD5 125 0,75


COD 250 1,5
TSS 100 0,6
Amonia (NH3-N) 10 0,06
Minyak & Lemak 10 0,06
pH 6-9 -
Kuantitas air limbah 6
maksimum (m3/ton produk)

A.B. Rumah Pemotongan Hewan


Parameter Kadar Maksimum
(mg/L)
BOD5 100
COD 200
TSS 100
Minyak & Lemak 15
Amonia (NH3-N) 25
pH 6-9
kuantitas air limbah maksimum
1,5 m3/ekor/hari
untuk sapi, kerbau dan kuda
kuantitas air limbah maksimum
0,15 m3/ekor/hari
untuk kambing dan domba
kuantitas air limbah maksimum
0,65 m3/ekor/hari
untuk babi
A.C. Kawasan Industri
Kadar Maksimum
Parameter
(mg/L)
pH 6-9
TSS 150
BOD5 50
COD 100
Sulfida (H2S) 1
Amonia (NH3-N) 20
Fenol 1
Minyak & Lemak 15
Senyawa aktif biru metilen 10
Kadmium (cd) 0,1
Krom heksavalen (Cr+6) 0,5
Krom total (Cr) 1
Tembaga (Cu) 2
Timbal (Pb) 1
Nikel (Ni) 0,5
Seng (Zn) 10
Kuantitas air limbah 0.8 L per detik per Ha
maksimum Lahan Kawasan
Terpakai

A.D. Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal

1). Dari Sumber Proses Utama

a. Sumber Proses Utama


No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 100
3 Minyak & Lemak mg/L 10
4 Klorin Bebas (Cl2)* mg/L 0,5
5 Kromium Total (Cr) mg/L 0,5
6 Tembaga (Cu) mg/L 1
7 Besi (Fe) mg/L 3
8 Seng (Zn) mg/L 1
9 Phosphat (PO4-)** mg/L 10
*
Apabila cooling tower blowdown dialirkan ke IPAL
**
Apabila melakukan injeksi phosphat
b. Sumber Blowdown Boiler
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 Tembaga (Cu) mg/L 1
3 Besi (Fe) mg/L 3
Catatan: Apabila sumber air limbah blowdown boiler tidak dialirkan ke IPAL
c. Sumber Blowdown Cooling Tower
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 Klorin Bebas (Cl2) mg/L 1
3 Seng (Zn) mg/L 1
4 Phosphat (PO4-)** mg/L 10
Catatan: apabila sumber air limbah blowdown cooling tower tidak dialirkan ke IPAL

d. Sumber Demineralisasi/WTP
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 100
Catatan: apabila sumber air limbah demineralisasi/WTP tidak dialirkan ke IPAL

2). Dari Sumber Kegiatan Pendukung

a. Sumber Pendingin (Air Bahang)


No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 Temperatur °C 40
2 Klorin bebas (Cl2) mg/L 0,5
Catatan: Apabila sumber air bahang tidak dialirkan ke IPAL
* Merupakan hasil pengukuran rata-rata bulanan di oulet kondensor

b. Sumber Desalinasi
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 Salinitas ‰ Pada radius 30 m dari
lokasi pembuangan
air limbah ke laut,
kadar salinitas air
limbah sudah harus
sama dengan kadar
salinitas alami.
Catatan : Apabila sumber air limbah desalinasi tidak dialirkan ke IPAL

c. Sumber FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber


No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH 6-9
2 SO4(2-) % Kenaikan kadar
maksimum
parameter Sulfat 4%
dibanding kadar
Sulfat titik penaatan
Inlet air laut.
Catatan : Apabila sumber air limbah FGD Sistem Sea Water Wet Scrubber tidak dialirkan ke IPAL

d. Sumber Coal Stockpile


No Parameter Satuan Kadar Maksimum
1 pH - 6-9
2 TSS mg/L 200
3 Besi (Fe) mg/L 5
4 Mangan (Mn) mg/L 2
Catatan : Apabila sumber air limbah Coal Stockpile tidak dialirkan ke IPAL
3). Untuk Air Limbah Mengandung Minyak (Oily Water)

No Parameter Satuan Kadar Maksimum


1 TOC mg/L 110
2 MInyak dan Lemak mg/L 15
Catatan: Apabila sumber air limbah mengandung minyak tidak dialirkan ke IPAL

A.E. Kegiatan Hotel

Kadar Maksimum (mg/L)


Parameter
Kelompok I Kelompok II

BOD5 30 50
COD 50 80
TSS 50 50
pH 6-9 6-9
Amonia (NH3-N) 10 -
Keterangan:
Kelompok I : hotel dengan kelas bintang 3 dan di atas bintang 3
KElompok II : hotel dengan kelas dibawah bintang 3
Lampiran II : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor
Tanggal

BAKU MUTU AIR LIMBAH UNTUK KEGIATAN DAN/ATAU USAHA LAINNYA

PARAMETER BAKU MUTU SATUAN

I. FISIS
Suhu 38 ºC
Zat padat terlarut 1000 mg/L
Zat padat tersuspensi 100 mg/L
II. KIMIAWI
Air raksa 0.02 mg/L
Amonia 5.0 mg-N/L
Arsen 0.1 mg/L
Besi (total) 5.0 mg/L
Flourida 2.0 mg/L
Kadmium 0.05 mg/L
Khlorin bebas 1.0 mg-C12/L
Krom (total) 0.5 mg/L
Krom heksavalen 0.1 mg-Cr6/L
Nikel 0.1 mg/L
Nitrat 10.0 mg-N/L
Nitrit 1.0 Mg-N/L
pH 6-9 -
Seng 2.0 mg/L
Sulfida 0.05 Mg-S/L
Tembaga 1.0 mg/L
Timbal 0.1 mg/L
Mangan 2.0 mg/L
Fenol 0.5 Mg/L
Minyak dan Lemak 5.0 mg/L
Senyawa aktif biru metilen 1.0 mg/L
Sianida 0.05 mg/L
Zat organik (KMnO4) 85.0 mg/L
BOD 75.0 mg/L
COD (dichromat) 100.0 mg/L
Lampiran III : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta

Nomor
Tanggal

PERHITUNGAN GABUNGAN UNTUK KEGIATAN DAN/ATAU USAHA

I. Kegiatan gabungan yang tidak diperkenankan

Kegiatan pengolahan air limbah gabungan dari beberapa kegiatan dan/atau usaha
dan/atau air limbah dari kegiatan domestik yang berada dalam lingkungan usaha dan/atau
kegiatan yang tidak diperkenankan adalah dengan konfigurasi seperti pada Gambar I.
Pada Gambar I, masing-masing aliran harus memiliki titik penaatan.

Domestik Titik penaatan


dan/atau
usaha/ A
kegiatan

Usaha/
kegiatan B

Gambar I. Konfigurasi pengolahan air limbah gabungan yang tidak diperkenankan

II. Kegiatan yang diperkenankan

Kegiatan pengolahan air limbah gabungan dari beberapa kegiatan dan/atau usaha
dan/atau air limbah dari kegiatan domestik yang berada dalam lingkungan usaha dan/atau
kegiatan yang diperkenankan adalah dengan konfigurasi seperti pada Gambar II.

Titik penaatan
Kegiatan domestik
A

Usaha/
kegiatan
B

Titik penaatan
Usaha/kegiatan
B

Kegiatan
domestik
A

Gambar II. Konfigurasi pengolahan air limbah gabungan yang diperkenankan


III. Penentuan Baku Mutu Air Limbah Gabungan

BMAL 1
Parameter (Pi) Kadar maksimum (X1,i), mg/L
P1 X1,1
P2 X1,2
P3 X1,3
: :
Pn X1,n
Debit air limbah maksimum = F1 liter/hari

BMAL 2
Parameter (Pi) Kadar maksimum (X2,i), mg/L
P1 X2,1
P2 X2,2
P3 X2,3
: :
Pn X2,n
Debit air limbah maksimum = F2 liter/hari

BMAL gabungan
Parameter (Pi) Kadar maksimum (Xgab,i), mg/L Beban pencemaran maks.
P1 min {(X1,1),(X2,1)} min {(X1,1),(X2,1)} x (F1+F2)
P2 min {(X1,2),(X2,2)} min {(X1,2),(X2,2)} x (F1+F2)
P3 min {(X1,3),(X2,3)} min {(X1,3),(X2,3)} x (F1+F2)
: : :
Pn min {(X1,n),(X2,n)} min {(X1,n),(X2,n)} x (F1+F2)

Contoh:
Penggabungan aliran air limbah kegiatan domestik dan usaha/kegiatan makanan
dari susu.

BMAL Domestik BMAL Industri


Kadar
Kadar maksimum
Parameter Parameter maksimum
(mg/L)
(mg/L)
TSS 50 TSS -
Merkuri (Hg) - Merkuri (Hg) -
Amonia (NH3-N) 10 Amonia (NH3-N) -
Arsen - Arsen -
Besi - Besi -
fluorida - fluorida -
Kadmium - Kadmium -
Klorin bebas - Klorin bebas -
krom (total) - krom (total) -
Krom heksavalen - Krom heksavalen -
Nikel - Nikel -
Nitrat - Nitrat -
Nitrit - Nitrit -
pH 6-9 pH 6-9
Seng - Seng -
Sulfida - Sulfida -
Tembaga - Tembaga -
Timbal - Timbal -
Mangan - Mangan -
Fenol - Fenol -
Minyak dan lemak 20 Minyak dan lemak -
MBAS 2 MBAS -
Sianida - Sianida -
Zat organik (KMnO4) 85 Zat organik (KMnO4) 50
BOD 50 BOD 30
COD 80 COD 90
Kuantitas air limbah maks.: 40 L/pegawai/hari Kuantitas air limbah maks.: 1,5 L/kg produk
Misal jumlah karyawan : 100 pegawai Misal produksi : 1000 kg/hari
Debit air limbah maks. : 4000 L/hari Debit air limbah maks. : 1500 L/hari

Berdasarkan ketentuan dalam pasaL 4 ayat (2) maka Baku Mutu Air Limbah
Gabungan seperti disajikan dalam tabel di bawah ini dengan debit air limbah
maksimum = (4000 + 1500) L/hari = 5500 L/hari.

Perhitungan beban pencemaran maks. Untuk parameter TSS = 50 mg/L x 5500


L/hari = 275000 mg/hari = 275 g/hari

Dengan cara yang sama maka untuk parameter lainnya menghasilkan nilai seperti
disajikan dalam tabel berikut.

beban pencemaran
Parameter Kadar maksimum (mg/L)
maks (g/hari)
TSS 50 275
Merkuri (Hg) - -
Amonia (NH3-N) 10 55
Arsen - -
Besi - -
fluorida - -
Kadmium - -
Klorin bebas - -
krom (total) - -
Krom heksavalen - -
Nikel - -
Nitrat - -
Nitrit - -
pH - -
Seng - -
Sulfida - -
Tembaga - -
Timbal - -
Mangan - -
Fenol - -
Minyak dan lemak 20 -
MBAS 2 -
Sianida - -
Zat organik (KMnO4) 50 275
BOD 30 165
COD 80 440

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA,

JOKO WIDODO
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH


KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 122 TAHUN 2005

TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI
PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA


JAKARTA

Menimbang :

a. bahwa pembangunan kawasan baru dan pemadatan


bangunan di kawasan lama serta peningkatan aktivitas
perkotaan mengakibatkan peningkatan jumlah dan jenis
limbah cair kota;
b. bahwa pengolahan limbah rumah tangga dengan cara
septic tank dan dengan belum terbangunnya jaringan
prasarana pengolahan limbah cair komunal pada

583
bagian-bagian kota mengakibatkan akumulasi bahan
pencemar yang mengakibatkan pencemaran tanah dan
air tanah;
c. bahwa dalam rangka menjaga dan mempertahankan
kualitas air tanah maka perlu diwajibkan setiap orang
atau badan usaha melakukan pengelolaan limbah cair
hasil usaha dan/atau kegiatan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, serta
sambil menunggu penetapan Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Kebijakan
Sumber Daya Air, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Pengelolaan Limbah Domestik.

Mengingat :
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 1971
tentang Pengairan;
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya Alam, Hayati dan
Ekosistemnya;
3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan;
4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 1992
tentang Penataan Ruang;
5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Negara Republik Indonesia Jakarta;

584
7) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004
tentang Sumber Daya Air;
8) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2004
tentang Ketentuan Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
9) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
10) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun
1991 tentang Sungai;
11) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Nomor:
27 tahun 1999 tentang AMDAL;
12) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 25 tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonomi;
13) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran air;
14) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 16 tahun
2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum;
15) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416 tahun 1990 tentang Air Minum;
16) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik;
17) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut;

585
18) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 12 Tahun 1971 tentang Pencegahan Pengotoran
Udara, Air dan Lepas Pantai Dalam Wilayah DKI Jakarta;
19) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 6 tahun 1999 tentang RT/RW Wilayah Provinsi
DKI Jakarta;
20) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 3 tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekreatriat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
21) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 3 tahun 2001 tentang Pembangunan di DKI Jakarta;
22) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta nomor 45 tahun 1992 tentang Ketentuan
Pengelolaan Air Limbah Sistem Perpipaan Dalam Wilayah
DKI Jakarta;
23) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 582 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair;
24) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 299 tahun 1996 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penerapan Peruntukan dan Baku Mutu Air
Sungai/Badan Air serta Baku Mutu Limbah Cair di
Wilayah DKI Jakarta;
25) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 30 tahun 1999 tentang Izin
Pembuangan Limbah Cair;

586
26) Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 2863 tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta;
27) Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 189 tahun 2002 tentang Jenis
Usaha/Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UPL) di Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
28) Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 139 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja BPLHD Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG
PENGELOLAAN AIR LIMBAH
DOMESTIK

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

587
3. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
4. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah yang
selanjutnya disingkat BPLHD adalah Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta;
5. Instansi Pembina Teknis adalah setiap unit/satuan
kerja/satuan Perangkat Daerah yang memberikan pelayanan
kegiatan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan Air
Limbah Domestik sesuai bidang dan tugasnya masing-
masing;
6. Penanggungjawab kegiatan adalah orang atau badan hukum
yang bertanggungjawab atas beroperasinya suatu kegiatan;
7. Pengelolaan Air Limbah Domestik adalah upaya
memperbaiki kualitas air yang berasal dari kegiatan rumah
tangga/perkantoran sehingga layak untuk dibuang ke
saluran kota/drainase;
8. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk lain;
9. Daya tampung lingkungan adalah kemampuan lingkungan
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang
atau dimasukkan kedalamnya;
10. Sumur resapan adalah sistem resapan buatan yang dapat
menampung air hujan yang langsung melalui atap
atau pipa talang bangunan, dapat berupa sumur, kolam
dengan resapan, saluran porous dan sejenisnya;
11. Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau
berasal dari sumber air, dan terdapat diatas permukaan air
tanah;

588
12. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah
unsure pencemar yang ditenggang adanya dalam limbah
cair untuk dibuang dari satu jenis kegiatan tertentu;
13. Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkan mahluk,
zat, energi dan komponen lain ke dalam air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu sehingga tidak sesuai dengan
peruntukkannya;
14. Air Limbah adalah air yang berasal dari sisa kegiatan
proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan
kembali;
15. Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
kegiatan rumah tangga,perumahan, rumah susun,
apartemen, perkantoran, rumah dan kantor rumah dan
toko, rumah sakit, mall, pasae swalayan, balai pertemuan,
hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas)
ataupun black water (air kotor/tinja);
16. Pengolahan air limbah domestik adalah upaya mengolah
dengan cara tertentu agar air limbah dimaksud memenuhi
baku mutu air limbah yang ditetapkan.
17. Perairan umum adalah saluran air atau sungai yang
merupakan fasilitas umum dan bukan merupakan bagian
dari system limbah perpipaan;
18. Pengelolaan sistem setempat adalah pengelolaan air
limbah dimana sarana pengolahan air limbah yang
disiapkan/ dibangun berada dekat dengan sumber air
buangannya.
19. Sistem Perpipaan adalah sistem pengelolaan air limbah
dimana air limbah dari tiap sumbernya terhubung melalui
jaringan pipa pengumpul, yang untuk kemudian disalurkan

589
melalui pipa pembawa menuju instalasi pengolahan
bersama / terpusat.
20. Sistem Setempat adalah sistem pengelolaan air limbah
dimana sumber air limbah, pipa pengumpul dan
pengolahannya terletak dalam satu tempat / lokasi, seperti
tanki septik, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
individual.

BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN SASARAN

Pasal 2

Pengelolaan Air Limbah Domestik diselenggarakan dengan


asas tanggung jawab pemerintah, asas berkelanjutan, asas hak
dan kewajiban masyarakat,

Pasal 3

Tujuan pengelolaaan air limbah domestik adalah untuk


mencegah dan menanggulangi pencemaran tanah dan air tanah
akibat pembuangan air limbah domestik yang tidak memenuhi
Baku Mutu Air Limbah.

Pasal 4

Sasaran Pelaksanaan Pengelolaan Air Limbah Domestik


adalah:
a. Terbangunnya instalasi pengolahan air limbah domestik
baik pada bangunan baru maupun bangunan lama, sesuai
dengan tipologi tata letak bangunan, jenis penggunaan
bangunan dan klasifikasi volume air limbah.

590
b. Terbangunnya prasarana dan sarana sanitasi lingkungan
bagian-bagian kota sesuai dengan Rencana Jaringan
Sanitasi Kota.
c. Terpenuhinya Baku Mutu Air Limbah Domestik secara
bertahap.
d. Berkurangnya air limbah sebagai bahan pencemar yang
masuk ke saluran umum dan/ atau meresap ke dalam tanah.
e. Meningkatnya kinerja industri jasa konstruksi di bidang
peralatan dan perlengkapan pengolahan air limbah.

BAB III
RUANG LINGKUP

Pasal 5

Ruang lingkup pengelolaan air limbah domestik adalah:

a. Arahan penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah ke


dalam Rencana Induk Sanitasi Lingkungan.

b. Cara pengolahan air limbah domestik skala kota, kawasan,


bangunan tinggi dan bangunan tunggal, baik bangunan
baru maupun bangunan lama.

c. Arahan pembinaan industri jasa konstruksi di bidang


perlengkapan dan peralatan pengolahan air limbah
domestik.

d. Koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan


pengawasan implementasi kebijakan pengelolaan air
limbah, termasuk kegiatan diseminasi kebijakan bagi

591
aparat dan sosialisasi kepada berbagai unsur masyarakat
dan dunia usaha.

BAB IV
PENYUSUNAN RENCANA INDUK SANITASI
LINGKUNGAN

Pasal 6
(1) Instansi yang membidangi perencanaan kota dan Instansi
yang membidangi pembangunan prasarana sanitasi
lingkungan menjabarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ke
bentuk Rencana Induk Sanitasi Lingkungan, secara
hirarkhi.

(2) Rencana Induk Sanitasi Lingkungan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menggambarkan kawasan
pengelolaan air limbah perpipaan yang terpusat, kawasan
pengelolaan air limbah komunal, kawasan semi komunal
dan kawasan individual.

(3) Rencana Induk Sanitasi Lingkungan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) disajikan pada Peta Skala 1 :
50.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran I

BAB V
PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Pasal 7

(1) Bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah tinggal


wajib mengelola air limbah domestik sebelum dibuang ke
saluran umum/drainase kota.

592
(2) Perencanaan instalasi air limbah domestik yang merupakan
utilitas lingkungan atau bangunan merupakan persyaratan
dalam proses penerbitan Surat Ijin Penunjukan
Penggunaan Tanah (SIPPT), Rencana Tata Letak
Bangunan (RTLB), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), dan
terbangunnya instalasi air limbah domestic merupakan
persyartan dalam proses penerbitan Surat Ijin Pengunaan
Bangunan (IPB) dan Kelayakan Menggunakan Bangunan
(KMB), serta perijinan operasional dari instansi yang
berwenang terkait dengan operasional dimaksud.

Pasal 8

(1) Bangunan rumah tinggal dan non rumah tinggal yang


telah dibangun dan belum memiliki instalasi
pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi syarat
baku mutu air limbah, wajib memperbaiki dan atau
membangun instalasi pengolahan air limbah domestik.

(2) Prosedur dan Panduan Teknik Penyempurnaan Instalasi


Pengolahan Air Limbah Domestik sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Instansi yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan hidup.

(3) Penyusunan Prosedur dan Panduan Teknik sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui koordinasi
instansional dan masyarakat serta dunia usaha.

Pasal 9

(1) Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang


perumahan bersama instansi terkait lainnya yang
bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan air

593
limbah wajib membangun instalasi pengolahan air
limbah domestik bersama masyarakat pada kawasan
permukiman tertentu yang kemampuan ekonomi
masyarakatnya terbatas

(2) Penyusunan kriteria dan pedoman penetapan kawasan


tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab
dalam perencanaan kota bersama instansi terkait lainnya
yang bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan
lingkungan hidup.

BAB VI
PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN AIR
LIMBAH DOMESTIK

Pasal 10

(1) Perancangan instalasi pengolahan air limbah domestik


didasarkan pada besaran populasi penghuni bangunan dan
jenis peruntukan bangunan, sebagaimana tercantum pada
lampiran II.

(2) Teknis pengaturan pengolahan air limbah domestik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sistem
pengolahan air limbah secara biologis, baik proses
biomasa tersuspensi maupun proses biomasa melekat.

Pasal 11

(1) Pengolahan air limbah domestik sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 ayat (2) meliputi jenis pengolahan
individual, semi komunal dan komunal di kawasan
594
pembangunan baru, kawasan perbaikan lingkungan,
kawasan pemugaran dan kawasan peremajaan.

(2) Pengolahan air limbah sebagaiman dimaksud pada ayat


(1) harus memenuhi ketentuan tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik dan mengacu pada Pedoman Umum
tentang sistem pengolahan air limbah domestik.

(3) Air Limbah yang akan dibuang ke saluran umum kota


wajib memenuhi ketentuan tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik sebagaimana tercantum pada lampiran
III.

(4) Penerapan sistem pengolahan air limbah mengacu pada


Pedoman Umum Tentang Sistem Pengolahan Air Limbah
sebagaimana tercantum pada lampiran IV.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 12

(1) Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang


pengelolaan lingkungan hidup melaksanakan koordinasi
instansional pengelolaan air limbah yang menjadi
kewajiban pemerintah.

(2) Instansi yang bertanggung jawab dalam bidang industri


dan perdagangan bersama asosiasi perusahaan sejenis
melakukan program pembinaan bagi sektor jasa
konstruksi bidang instalasi pengolahan air limbah
domestik.

595
(3) Instalasi pengolahan air limbah domestik yang
ditawarkan pemegang merk kepada masyarakat harus
memiliki sertifikat yang menyatakan tingkat kemampuan
instalasi memenuhi baku mutu air limbah domestik.
(4) Pernyataan tingkat kemampuan instalasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diterbitkan oleh lembaga yang
berwenang melakukan sertifikasi.

Pasal 13

(1) Instansi yang berwenang dalam perizinan bangunan,


melakukan pengawasan konstruksi instalasi pengolahan air
limbah domestik yang dibangun ditempat.

(2) Instansi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan


lingkungan hidup melakukan pengawasan kualitas hasil
pengolahan air limbah domestik.

(3) Walikota dan Bupati melaksanakan tugas pengendalian dan


pengawasan pelaksanaan peraturan ini di wilayah masing-
masing;

BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT

Hak Masyarakat

Pasal 14

Dalam Kegiatan pengelolaan air limbah domestik masyarakat


berhak :
(1) Berperan serta dalam proses perencanaan pengelolaan air
limbah perpipaan, komunal dan semi komunal.
596
(2) Memperoleh informasi tentang kebijakan dan rencana
pengembangan pengelolaan air limbah domestik.
(3) Melaksanakan kegiatan usaha dalam kegiatan jasa
konstruksi dengan mengikuti / mematuhi peraturan
perundangan yang berlaku.

Kewajiban Masyarakat

Pasal 15

Dalam Kegiatan pengelolaan air limbah domestik masyarakat


wajib :
(1) Berperan serta dalam pembangunan instalasi pengelolaan
air limbah domestik.
(2) Menaati rencana sanitasi lingkungan yang telah
ditetapkan.

Peran Serta Masyarakat

Pasal 16

Peran Serta Masyarakat dalam proses pelaksanan kebijakan


pengelolaan air limbah domestik meliputi :
(1) Pemberian masukan dalam rangka penyusunan kebijakan
Sanitasi Lingkungan Kawasan Tertentu.
(2) Pemberian informasi tentang pengidentifikasikan
berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk
bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan
termasuk pula pelaksanaan tata ruang kawasan.
(3) Bantuan untuk pengembangan sanitasi lingkungan
permukiman.
(4) Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat
dalam penyusunan Rencana sanitasi Lingkungan.

597
(5) Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana
Sanitasi Lingkungan.
(6) Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan
kebijakan sanitasi lingkungan.
(7) Lingkungan masyarakat rumah tangga wajib mendorong
terciptanya kondisi lingkungan yang sehat dari
pencemaran air limbah domestik.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 17
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam
peraturan ini dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) bagi kegiatan yang berbentuk badan usaha adalah
berupa pencabutan ijin usaha dan/atau kegiatan.
(3) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) bagi kegiatan rumah tinggal adalah berupa penyegelan
bangunan.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan

598
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Oktober 2005

GUBERNUR KEPALA
DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA

ttd

SUTIYOSO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA,
Ttd

H. RITOLA TASMAYA
NIP 140091657

599
Lampiran I : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Nomor 122 tahun 2005

600
Lampiran II : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Nomor 122 tahun 2005, Tanggal 19 Oktober 2005
Besaran Population Equivalen (Pe) untuk Perancangan IPAL berdasarkan Jenis peruntukan bangunan.
No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan
Bangunan Air Bersih Air Limbah
1. Rumah Mewah 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67 Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
2. Rumah Biasa 150 120 Liter/penghuni/hari 1,00 Study JICA 1990
(proyeksi 2010)
3. Apartment 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67 Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
4. Rumah Susun 100 80 Liter/penghuni/hari 0,67
5. Asrama 120 96 Liter/penghuni/hari 0,80
6. Klinik / Puskesmas 3 2,7 Liter/pengunjung/hari 0,02 Perancangan dan
Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura

601
Lanjutan :

No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan


Bangunan Air Bersih Air Limbah
7. Rumah sakit Mewah 1000 800 Liter/jumlah tempat 6,67 Perancangan dan
tidur pasien/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
Rumah Sakit 750 600 Liter/jumlah tempat 5,00 Perancangan dan
Menengah tidur pasien/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
Rumah Sakit Umum 425 340 Liter/jumlah tempat 2,83 Perancangan dan
tidur pasien/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
8. Sekolah Dasar 40 32 Liter/siswa/hari 0,27 SNI 03-7065-2005
9. SLTP 50 40 Liter/siswa/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
10. SLTA 80 64 Liter/siswa/hari 0,53 SNI 03-7065-2005
11. Perguruan Tinggi 80 64 Liter/mahasiswa/hari 0,53 SNI 03-7065-2005

602
Lanjutan :

No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan


Bangunan Air Bersih Air Limbah
12. Rumah Toko / 100 80 Liter/penghuni dan 0,67 SNI 03-7065-2005
Rumah Kantor pegawai/hari
13. Gedung Kantor 50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
14. Toserba (toko serba 5 4,5 Liter/m2 luas 0,04 SNI 03-7065-2005
ada, mall, department lantai/hari
store)
15. Pabrik / Industri 50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
16. Stasiun / Terminal 3 2,7 Liter/penumpang tiba 0,02 SNI 03-7065-2005
dan pergi/hari
17. Bandara Udara * 3 2,7 Liter/penumpang tiba 0,02 Perancangan dan
dan pergi/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
18. Restoran 15 13,5 Liter/kursi/hari 0,11 SNI 03-7065-2005
19. Gedung Pertunjukan 10 9 Liter/kursi/hari 0,08 SNI 03-7065-2005
20. Gedung Bioskop 10 9 Liter/kursi/hari 0,08 SNI 03-7065-2005
21. Hotel Melati s/d 150 120 Liter/tempat 1,00 SNI 03-7065-2005
Bintang 2 tidur/hari

603
Lanjutan :

No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan


Bangunan Air Bersih Air Limbah
22. Hotel Bintang 3 ke 250 200 Liter/tempat 1,67 SNI 03-7065-2005
atas tidur/hari
23. Gedung Peribadatan 5 4,5 Liter/orang/hari 0,04 SNI 03-7065-2005
(belum dengan air
wudhu)
24. Perpustakaan 25 22,5 Liter/jmlh. 0,19 Perancangan dan
pengunjung/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
25. Bar 30 24 Liter/jmlh. 0,20 Perancangan dan
pengunjung/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura
26. Perkumpulan Sosial 30 27 Liter/jmlh. 0,23 Perancangan dan
pengunjung/hari Pemeliharaan Sistem
Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan
Takeo Morimura

604
Lanjutan :

No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan


Bangunan Air Bersih Air Limbah
27. Klab Malam 235 188 Liter/kursi/hari 1,57 Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo
Morimura
28. Gedung Pertemuan 25 20 Liter/kursi/hari 0,17 Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo
Morimura
29. Laboratorium 150 120 Liter/staf/hari 1,00 Perancangan dan Pemeliharaan
Sistem Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo
Morimura
30. Pasar Tradisional / 40 36 Liter/kios/hari 0,30 Perancangan dan Pemeliharaan
Modern Sistem Plambing, Soufyan M.
Noerbambang dan Takeo
Morimura
Keterangan :
* Untuk pelayanan publik
- Perhitungan menggunakan pendekatan PE hanya dipakai apabila tidak ada data aktual jumlah pemakaian air
bersih per hari.

605
Lampiran III : Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor : 122 Tahun 2005
Tanggal : 19 Oktober 2005

BAKU MUTU LIMBAH CAIR DOMESTIK

INDIVIDUAL /
PARAMETER SATUAN KOMUNAL
RUMAH TANGGA
pH - 6-9 6-9
KMnO4 Mg / L 85 85
TSS Mg / L 50 50
Amoniak Mg / L 10 10
Minyak & Lemak Mg / L 10 10
Senyawa Biru Mg / L 2 2
Metilen
COD Mg / L 100 80
BOD Mg / L 75 50

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS


IBUKOTA JAKARTA

SUTIYOSO

606

You might also like