Professional Documents
Culture Documents
Final Modul 1 KB 1 B Indonesia SD Tatat Hartati
Final Modul 1 KB 1 B Indonesia SD Tatat Hartati
Nama Penulis
Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D.
1
DAR 2/PROFESIONAL/027/1/2022
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
2022
2
Judul : Pendalaman Materi Bahasa Indonesia
ISBN :
Editor :
Penyunting :
Penerbit :
Kemendikbud
Redaksi :
Jl.
Distributor Tunggal :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas kuasa dan izin-Nya,
Modul 1 tentang, “Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar” dapat diselesaikan
dengan baik. Modul 1 ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta
Program Profesi Guru (PPG) dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), bahan ajar, media pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), dan instrumen
penilaian untuk digunakan dalam pembelajaran di SD. Berdasarkan tujuan tersebut, Modul
1 ini dikembangkan menjadi empat kegiatan belajar sebagai berikut:
1. Kegiatan Belajar 1: Ragam Teks dan Satuan Bahasa Pembentuk Teks
2. Kegiatan Belajar 2: Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Fiksi
3. Kegiatan Belajar 3: Struktur, Fungsi, dan Kaidah Kebahasaan Teks Nonfiksi
4. Kegiatan Belajar 4: Apreasiasi dan Kreasi Sastra Anak
Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah bekerja keras dan
berkontribusi positif dalam mewujudkan penyelesaian Modul 1 ini. Semoga Modul 1 ini dapat
memandu peserta PPG dalam melaksanakan pembelajaran mandiri melalui daring, sehingga
mereka dapat merencanakan, melaksanakan, dan melakukan penilaian pembelajaran dengan
baik, dan pada akhirnya dapat dipraktikkan di sekolah tempat mereka bekerja dengan sebaik-
baiknya.
Penulis,
Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D.
ii
DAFTAR ISI
Kegiatan Belajar 2
A. Pendahuluan .................................................................................................. 66
B. Capaian Pembelajaran.................................................................................... 68
C. Subcapaian Pembelajaran .............................................................................. 68
D. Uraian Materi ................................................................................................. 68
E. Forum Diskusi .............................................................................................. 118
F. Rangkuman .................................................................................................. 119
G. Tes Formatif ................................................................................................ 119
H. Kunci Jawaban Tes Formatif ....................................................................... 124
I. Daftar Pustaka ............................................................................................... 125
Kegiatan Belajar 3
A. Pendahuluan ................................................................................................ 127
B. Capaian Pembelajaran.................................................................................. 129
C. Subcapaian Pembelajaran ............................................................................ 129
iii
D. Uraian Materi ............................................................................................... 129
E. Forum Diskusi .............................................................................................. 179
F. Rangkuman .................................................................................................. 180
G. Tes Formatif ................................................................................................ 180
H. Kunci Jawaban Tes Formatif ....................................................................... 186
I. Daftar Pustaka ............................................................................................... 187
Kegiatan Belajar 4
A. Pendahuluan ................................................................................................ 190
B. Capaian Pembelajaran.................................................................................. 192
C. Subcapaian Pembelajaran ............................................................................ 192
D. Uraian Materi ............................................................................................... 192
E. Forum Diskusi .............................................................................................. 235
F. Rangkuman .................................................................................................. 235
G. Tes Formatif ................................................................................................ 236
H. Kunci Jawaban Tes Formatif ....................................................................... 239
I. Daftar Pustaka...............................................................................................240
v
DAR 2/Profesional/027/1/2020
MODUL 1
BAHASA INDONESIA
KEGIATAN BELAJAR 1
RAGAM TEKS DAN SATUAN BAHASA PEMBENTUK TEKS
Nama Penulis
Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D.
1
KEGIATAN BELAJAR 1
RAGAM TEKS DAN SATUAN BAHASA PEMBENTUK TEKS
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Singkat
Pemahaman yang kuat terhadap pola dan variasi teks merupakan modal budaya atau
cultural capital bagi manusia. Pemahaman tentang ragam teks dapat membantu menciptakan
koneksi antara pembaca dan penulis. Pembaca akan mampu membaca cepat, dan penulis akan
mampu mengantisipasi harapan pembaca ketika membaca tulisannya berdasarkan teks sejenis
yang sudah dibaca sebelumnya.
Dalam KB 1 ini, Saudara akan mempelajari ragam teks dan satuan bahasa pembentuk
teks. Pada pokok bahasan ragam teks, diuraikan materi tentang teks faktual, teks tanggapan,
teks cerita dan teks normatif. Selanjutnya, pada pokok uraian satuan bahasa pembentuk teks
diuraikan materi tentang kalimat dan paragraf.
2. Relevansi
Modul ini disusun secara cermat sesuai dengan tujuan yang harus dicapai dalam
implementasi kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar. Materi yang
disajikan relevan dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional ketika
mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan dalam rangka mencerdaskan generasi bangsa
Indonesia.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 10 ayat (1)
menyatakan bahwa, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Kompetensi profesional guru, merupakan kemampuan di dalam penguasaan
materi pembelajaran, konsep, struktur keilmuan, serta masalah-masalah timbul di dalam
pembelajaran. Di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, salah satu kompetensi yang harus
dikuasai adalah materi kebahasaan tentang ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks.
Tidak hanya menguasai materi, Saudara juga akan mampu mengembangkan materi ragam
teks dan satuan bahasa pembentuk teks secara kreatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
dasar. Hal ini mengingat siswa sekolah dasar memerlukan pembelajaran yang aktif, kreatif,
dan menyenangkan.
Di dalam modul ini, Saudara akan belajar tentang bagaimana memahami peserta didik
dengan karakter dan kemampuan bahasa yang beragam dari segi perkembangan bahasa, ragam
2
teks dan satuan bahasa pembentuk teks. Di samping itu Saudara diminta merancang
perencanaan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia yang
sesuai dengan konteks ragam teks dan satuan bahasa pembentuk teks.
3. Petunjuk Belajar
Untuk membantu Saudara memahami modul ini perlu diperhatikan beberapa petunjuk
belajar berikut:
a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat di dalam modul ini sampai
Saudara memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul
ini!
b. Pahamilah pengertian – pengertian yang terdapat di dalam modul ini melalui pemahaman dan
pengalaman sendiri serta diskusikanlah dengan mahasiswa atau dosen pembimbing Saudara!
c. Bacalah dan pelajarilah sumber-sumber lain yang relevan. Saudara dapat menemukan bacaan
dari berbagai sumber, termasuk internet!
d. Mantapkanlah pemahaman Saudara melalui pengerjaan tes formatif yang tersedia dalam
modul ini dengan baik. Kemudian, nilai sendiri tingkat pencapaian Saudara dengan
membandingkan jawaban yang telah Saudara buat dengan kunci jawaban tes formatif yang
terdapat diakhir modul!
e. Diskusikanlah apa yang telah dipelajari, termasuk hal-hal yang dianggap masih sulit, dengan
teman-teman Saudara!
Selamat belajar. Semoga berhasil.
3
B. Capaian Pembelajaran
Pada bagian inti modul ini, akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan (1) capaian
pembelajaran, (2) subcapaian pembelajaran, (3) uraian materi, dan (4) forum diskusi.
Sesuai isi Kurikulum PPG PGSD 2019, Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
(CPMK) ke-2 Pendalaman Materi Bidang Studi Bahasa Indonesia untuk KB-1 adalah
menguasai materi berbagai ragam teks, satuan bahasa pembentuk teks serta aplikasinya dalam
pembelajaran di SD
C. Subcapaian Pembelajaran
Berdasarkan capaian pembelajaran di atas, dijabarkan subcapaian
pembelajaran untuk KB-1 ini adalah:
a. menganalisis berbagai ragam teks;
b. menganalisis satuan bahasa pembentuk teks; dan
c. merancang pembelajaran ragam teks di sekolah dasar.
D. Uraian Materi
Dalam KB 1, Saudara akan mempelajari materi ragam teks yang mencakup teks faktual,
teks cerita, teks tanggapan, dan teks normatif. Selain itu, Saudara juga akan mempelajari
materi satuan bahasa pembentuk teks yang mencakup kalimat dan paragraf.
Sebelum Saudara mempelajari ragam teks lebih lanjut, bacalah beberapa teks di bawah
ini! Pahami isinya, kemudian diskusikan dengan teman Saudara, tentang isi teks, karakteristik
masing-masing teks, dan bentuk teks tersebut.
Teks 1.
Penyelidikan Kebakaran Pasar Ngunut Tulungagung
Butuh Waktu Satu Minggu
Tim Laboratorium Forensik Polda Jawa Timur hingga saat ini
tengah melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab terjadinya
kebakaran di Pasar Ngunut Tulungagung. Salah satu pasar
sentral di Tulungagung itu mengalami kebakaran besar pada Jumat 8
November 2019 sekitar pukul 17.30 WIB. Perwira Urusan Humas Polres
Tulungagung Ipda Anwari mengatakan, pemeriksaan itu biasanya
membutuhkan waktu sekitar seminggu. "Terhitung dari pelaksanaan
(olah TKP), seminggu (hasil keluar)," ujar Anwari saat dihubungi
melalui ponsel, Senin (11/11/2019).
(dimodifikasi dari: kompas.com)
4
Teks 3
Tidur Secara Teratur Dapat Memelihara Kesehatan Tubuh dan Otak
5
Text. 4
Fahro
Suatu hari di perkampungan daerah desa Mojolaban hiduplah
seorang anak tunggal yang bernama Fahro, Fahro adalah anak yang rajin
karena dia selalu menuruti nasihat dari orang tuanya. Tidak hanya itu,
Fahro termasuk anak yang mandiri dan juga taat beribadah. Di waktu
kecil nya Fahro bersekolah di SDN 1 Mojolaban yang tempatnya sangat
dekat dari rumahnya, hampir setiap hari Fahro tidak pernah terlambat ke
sekolah dan dia juga selalu mendapatkan ranking
10 besar, apalagi ketika Fahro duduk di kelas 6 dia sudah bisa
mendapatkan prestasi meraih ranking 2 paralel di sekolahnya.
Sehabis pulang dari sekolah Fahro tidak langsung pergi tidur
melainkan dia melakukan sholat duhur dan diteruskan dengan mengaji.
Masa kecil Fahro memang sangat disiplin sampai dia menginjak masa
remaja. Pada tanggal 2 Januari tahun 2007 Fahro pindah ke daerah
Lamongan, karena ayah Fahro yang bekerja sebagai buruh pabrik terkena
phk yang membuat dia terpaksa mencari pekerjaan baru.
Saat di Lamongan ayah Fahro bekerja sebagai wartawan, jadi agak
larut malam pulangnya sampai sampai Fahro jarang untuk bertemu
ayahnya sendiri. Di lamongan Fahro bersekolah di SMPN Jaya dia masih
rajin dan berdisiplin, setiap hari dia selalu mengerjakan tugas tugasnya
di sekolah. Hal ini tetap berlanjut sampai dia akhirnya lulus dan diterima
di sma favorit di SMAN 4 Jakarta, lalu sewaktu dia berumuh 17 tahun
ibunya meninggal dunia jadi setelah itu Fahro merasa sangat sedih dan
tak pernah lupa akan kesedihannya itu, dia selalu mencari cari cara untuk
melupakannya dimulai dari banyak mencari kenalan teman baru,
melakukan aktifitas aktifitas olahraga, dan pergi bersama teman
dekatnya. Hal itu kerap ia lakukan hingga Fahro tidak sadar akan apa
yang dia lakukan itu.
Sekarang Fahro kerap membolos sekolah, tak pernah mengerjakan
tugas tugas setiap matapelajaran, dan juga sampai minum minuman
keras. Meskipun Fahro dulunya orang yang sangat disiplin tetapi karena
keadaan yang menyakitkan itu dia menjadi seperti ini, apalagi sekarang
ayah Fahro yang sangat sibuk akan dan tidak pernah lagi memberi nasihat
kepada Fahro.
Fahro berubah menjadi anak yang nakal dan hampir saja dia
dikeluarkan dari sekolah, sebenarnya Fahro mempunyai sahabat yang
bernama Irul. Irul selalu mengingatkan Fahro untuk menghentikan
perbuatan perbuatannya itu yang pasti akan merugikan Fahro, tetapi
Fahro tidak pernah menghiraukannya.
Suatu hari Fahro pulang sangat larut malam sekitar jam setengah 3
pagi, saat tertidur pulas dia bermimpi bertemu ibunya yang sangat ia
sayangi Fahro memeluk erat ibunya itu, dan keesokan harinya Fahro
bangun dengan tetesan air mata yang menggenangi matanya. Setelah itu
dia tersadar untuk berubah menjadi orang yang benar seperti apa
yangselalu diajarkan ibunya. Dan pada akhirnya Fahro bisa membenahi
sikapnya dan melanjutkan sekolahnya dengan benar, hingga akhirnya ia
meraih prestasi yang ia inginkan. Sekarang Fahro sudah sukses, dia
berhasil dalam usaha wiraswastanya di bidang peternakan sapi.
6
Dimodifikasi dari: http://anggizhfr.blogspot.com/2016/02/cerpen-
pelanggaran-tata-tertib.html
Setelah Saudara membaca 4 teks di atas, apakah Saudara paham isinya? Dapatkah
Saudara menemukan perbedaan keempat teks tersebut, bagaimanakah karakteristik masing-
masing teks?
Keempat teks tersebut memang berbeda untuk lebih jelasnya pelajarilah uraian berikut
ini.
a. Ragam Teks
Ragam teks adalah macam atau jenis teks/naskah berupa kata-kata asli pengarang, bahan
tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato, dan sebagainya. Sementara itu, menurut
Nurgiyantoro (2014) ragam teks adalah macam atau tipe teks yang memiliki karakteristik
umum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mitchel (2003) yang mengemukakan bahwa
ragam teks merupakan kategori pengelompokan teks yamg berdasarkan isi dan bentuk.
Dengan demikian, ragam teks adalah pengelompokkan teks berdasarkan isi dan bentuk teks
di antaranya macam-macam atau jenis-jenis teks yang terdiri atas teks faktual, teks cerita, teks
tanggapan, dan teks normatif.
1) Teks Faktual
Sebelum mempelajari teks faktual, bacalah teks di bawah ini!
Tidak Konsisten
Suara alarm begitu keras mengusik tidur Joni yang begitu terlelap.
Dia masih mengeliat menahan rasa kantuk. Kemudian perlahan
membuka matanya.
“Oh Tuhan!” Joni terkaget melihat jam ternyata pukul 7 pagi. Dia
langsung bergegas mandi dan merapikan diri lalu tancap gas untuk pergi
ke kantor. Sesampai di kantor, dia sudah telat menghadiri meeting yang
dilaksanakan lebih cepat dari jam biasannya karena bosnya akan segera
ke luar kota. “Permisi, Pak. Bolehkah saya masuk?” Tanya Joni pada
bosnya yang sedang memimpin meeting. ”Silahkan duduk, Jon, tapi maaf
hari ini proyekmu digantikan Hamid.” “Tapi kenapa, Pak? Saya hanya
telat sebentar.” “Bukan masalah sebentar atau lama. Kita di sini para
pekerja profesional. Proyek itu sudah lama saya percayakan padamu tapi
kamu ternyata tidak bisa konsisten. Walaupun telat sebentar, ada
temanmu yang bisa memberi ide bagus untuk proyek itu. Jadi maaf,
sudah bagus kamu tidak saya keluarkan dari tim.” Jelas bosnya dengan
tegas.
7
Seketika Joni terdiam dengan wajah pucat. Setelah meeting selesai
joni pergi menuju meja kerjanya. “Ada apa hari ini, Jon? Kamu sampai
terlambat tak seperti biasanya.” “Ini salahku, Mer. Aku begadang nonton
bola sampai larut malam, sampai lupa kalau ada proyek penting yang
seharusnya menguntungkan bagiku.” “Oalah makanya utamakan profesi
dari pada hobi.” Sambung Meri sedikit menasehati.
(dimodifikasi dari http://thegorbalsa.com/contoh-cerpen-singkat)
Setelah Saudara membaca teks di atas, dapatkah Saudara menjelaskan isi yang
terkandung di dalamnya? Adakah persamaan dengan teks sebelumnya? Apakah teks tersebut
berisi data dan fakta? Apakah teks tersebut bersifat nyata dan benar-benar terjadi? Coba
bandingkan dengan teks berikut ini.
Bagaimanakah hasil Saudara membandingkan dua teks tersebut, apa yang Saudara
ketahui? Apakah teks kedua berisi data dan fakta? Apakah teks kedua bersifat nyata dan benar-
benar terjadi?
Benar, pada teks pertama tidak ditemukan adanya data dan fakta. Selain itu, kejadian
yang diceritakan pun bukanlah kejadian yang bersifat nyata, tapi bersifat fiktif. Teks pertama
tidak termasuk ke dalam teks faktual. Sebaliknya, pada teks kedua terdapat data dan fakta
mengenai peristiwa banjir di sekitar sungai Ciliwung yang disebabkan oleh curah hujan yang
deras. Data yang terdapat pada teks kedua mencakup: a) jumlah kepala keluarga yang menjadi
korban banjir sebanyak 130 kepala keluarga; b) bantuan yang diberikan oleh pemerintah
berupa makanan, minuman, air bersih, pakaian, dan obat-obatan; dan c) data tentang riwayat
banjir bandang yang melanda desa tersebut. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa teks
8
kedua termasuk ke dalam teks faktual.
Agar pemahaman Saudara tentang teks faktual lebih jelas, berikut ini akan diuraikan
tentang pengertian teks faktual, rmacam-macam teks faktual beserta contohnya.
Teks faktual adalah teks yang berisi suatu kejadian yang bersifat nyata, benar-benar
terjadi, tetapi tidak terikat dengan waktu. Dengan kata lain, suatu kejadian yang faktual bisa
terjadi di masa lalu atau pun masa sekarang. Menurut Mahsun (2018), teks genre faktual dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teks deskripsi dan teks prosedur/arahan. Agar lebih jelas
kedua genre tersebut akan diuraikan di bawah ini.
a) Teks Deskripsi
Bacalah teks berikut ini!
Olahraga untuk Kesehatan Tubuh
9
Benar, teks pertama berisi pendapat penulis tentang manfaat olah raga dan hal-hal
yang harus diperhatikan ketika berolahraga. Sedangkan teks kedua berisi gambaran
spesifik pantai Nusa Penida. Jadi teks pertama tidak termasuk ke dalam teks deskripsi,
sedangkan teks kedua adalah teks deskripsi. Agar lebih jelas, berikut ini akan diuraikan
pengertian teks deskripsi beserta contohnya.
Teks deskripsi adalah tipe teks yang memiliki tujuan sosial untuk menggambarkan
suatu ojek/benda secara individual berdasarkan ciri fiksinya. Gambaran yang dipaparkan
dalam teks ini haruslah yang spesifik menjadi ciri keberadaan objek yang digambarkan.
Teks deskripsi adalah sebuah teks/wacana yang disampaikan dengan cara meggambarkan
secara jelas objek, tempat atau peristiwa yang sedang menjadi topik kepada pembaca,
sehingga pembaca seolah- olah merasakan langsung apa yang sedang diungkapkan dalam
teks tersebut (Ulfa, 2018). Teks deskripsi tidak dapat digeneralisasi karena lebih bersifat
penggambaran ciri khusus objek yang dideskipsikannya. Berbeda dengan teks laporan
penggambaran pada teks laporan dapat di generalisasi. Teks deskripsi memiliki struktur
berpikir yaitu: pernyataan umum dan uraian setiap bagian- bagiannya (Mahsun, 2018).
Contoh jelasnya, dapat dilihat pada bagan berikut.
10
Pantai Jumiang memiliki pemSaudarangan alam yang tidak
jauh berbeda dengan wisata Tanah Lot di Bali. Di pantai
Jumiang banyak batu karang yang sangat kokoh walaupun
berkali-kali diterjang ombak. Ombak yang menghantam
karang-karang tersebut menyuguhkan pemSaudarangan
yang sangat indah untuk dilihat. Ombak yang bergulung-
gulung berkejaran dari laut lepas.
Kalau berjalan mu;ai dari arah barat, kita akan menjumpai
aneka pepohonan yang mengitari Pantai Jumiang, mulai dari
pohon mimba, kosambi, malandingan, bahkan semak-
semak yang makin menambah uniknya Pantai Jumiang.
Apabila melihat selatan, kita akan terpesona luas dari
indahnya laut, ombak bergulung-gulung saling berkejaran,
serta bebatuan yang membentuk rongga yang eksotik. Lain
halnya apabila pSaudarangan kita arahkan ke Utara Pantai
Jumiang. Kita akan menyaksikan hamparan sawah, para
petani yang mengolah sawah, dan burung-burung
bertebangan yang melengkapi pesona Pantai Jumiang.
Terdapat pemSaudarangan yang cukup mencolok di Pantai
Jumiang. Di tengah-tengah Pantai Jumiang terdapat sebuah
makam yang disakralkan oleh masyarakat setempat.
Makam tersebut banyak dikunjungi oleh orang-orang yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada malam Jumat manis makam
tersebut lebih ramai daripada hari-hari biasanya.
(
SSumber: Mahsun, 2018)
Sebuah teks, tentu memiliki struktur yang membentuk teks. Struktur pembentuk teks ini
diikat oleh benang pengikat yang berupa pengulangan konstruksi “...Pantai Jumiang...”,
“..ombak..” dan lain-lain. Untuk mengikat bagian-bagian yang dideskripsikan, penulis
menguraikannya secara berturut-turut dengan menggunakan petunjuk arah: “...barat...”,
“...selatan...” dan “...utara...”.
Berikut adalah teks deskripsi , silakan Saudara analisis teks deskripsi tersebut
seperti contoh di atas.
11
Parangtritis nan Indah
Salah satu andalan wisata Kota Yogyakarta adalah Pantai
Parangtritis. Tepatnya, Pantai Parangtritis berada di Kecamatan Kretek,
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini terletak sekitar 27 km
arah selatan Yogyakarta.
Pemandangan Pantai Parangtritis sangat memesona. Di sebelah
kiri, terlihat tebing yang sangat tinggi. Di sebelah kanan, kita bisa melihat
batu karang besar yang seolah-olah siap menjaga gempuran ombak yang
datang setiap saat. Pantai bersih dengan buih-buih putih bergradasi abu-
abu dan kombinasi hijau sungguh elok. Kemolekan pantai secara
sempurna di sore hari. Di sore hari, kita bisa melihat matahari terbenam
yang merupakan saat sangat istimewa. Lukisan alam yang sungguh
memesona. Semburat warna merah keemasan di langit dengan kemilau
air pantai yang tertimpa matahari sore menjadi pemandangan yang
memukau. Rasa hangat berbaur dengan lembutnya hembusan angin sore,
melingkupi seluruh tubuh. Seakan tersihir, kita menyaksikan secara
perlahan matahari seolah-olah masuk ke dalam hamparan air laut.
Banyaknya wisatawan yang selalu mengunjungi Pantai Parangtritis
membuat pantai ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Di Pantai
Parangtritis ini kita bisa menyaksikan kerumunan anak-anak bermain
pasir. Tua muda menikmati embusan segar angin laut. Kita juga bisa naik
kuda ataupun angkutan sejenis andong yang bisa membawa kita ke arah
karang laut yang sungguh sangat indah.
b) Teks Prosedur/Arahan
Teks prosedur/ arahan merupakan jenis teks yang termasuk genre faktual,
subgenre prosedural. Menurut Mahsun (2018), “Tujuan sosial teks ini adalah
12
Tabel 2. Contoh Teks Prosedur/Arahan
Benda Pengantar Listrik Judul
Menyalakan lampu dengan memanfaatkan energi Tujuan
listrik
Untuk mengetahui benda yang dapat mengantar Daftar Bahan
listrik, maka perlu dilakukan percobaan. Sebelum
percobaan dilaksanakan, perlu di siapkan bahan
bahan yang diperlukan. Bahan-bahan yang
diperlukan itu adalah: (a) baterai, (b) dua buah kabel,
(c) bohlam, (d) benang, dan (e) tali plastik.
Setelah bahan-bahan yang digunakan terkumpul, Urutan tahapan
maka langkah yang ditempuh adalah berikut ini. pelaksanaan
Pertama, hubungan kedua kabel masing-masing pada
kedua ujung baterai. Selanjutnya, hubungkan kedua
ujung kabel ke bohlam. Bohlam akan menyala.
Kemudian, gantikan kabel itu dengan benang.
Hubungankan kedua benang pada kedua ujung
baterai. Setelah itu, hubungkan kedua benang itu ke
bohlam. Bohlam tidak menyala. Akhirnya, hal yang
sama, ganti kedua benang itu dengan tali plastik.
Kemudian hubungkan kedua tali plastik itu ke
bohlam. Bohlam tidak meyala.
Dari percobaan tersebut, terlihat bahwa bohlam Pengamatan
menyala ketika dihubungkan pada baterai dengan
menggunakan kabel. Namun, bohlam tidak menyala
ketika dihubungkan pada baterai dengan
menggunakan benang atau tali plastik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kabel Simpulan
dapat mengantar arus listrik, sedangkan benang dan
tali plastik tidak dapat mengantar arus listrik.
Sumber: Mahsun (2018)
13
Untuk mengikat semua struktur teks agar menjadi satu, pemanfaatan konjungsi penghubung
antarparagraf pengisi struktur teks dimanfaatkan,
misalnya:”...setelah bahan-bahan..” , “...dari percobaan tersebut...”, dan “...dengan
demikian...” merupakan konjungsi penghubungan antarparagraf dalam struktur yang berbeda.
Konjungsi: “...setelah bahan-bahan...” digunakan untuk megikat struktur “daftar bahan”
dengan struktur “Urutan tahapan pelaksanaan” sedangkan konjungsi “...dari percobaan
tersebut...” digunakan untuk mengikat struktur urutan tahapan pelaksanaan” dengan struktur
“pengamatan”, dan konjungsi “...dengan demikian...” digunakan untuk mengikat struktur
“pengamatan” dengan struktur “simpulan”, dengan cara demikian seluruh struktur teks
menjadi satu kesatuan yang kohesif. Untuk menambah pemahaman Saudara, silakan Saudara
mencari lagi contoh-contoh teks prosedur/arahan.
Sebagai bahan latihan analisislah teks prosedur berikut seperti contoh di
atas.
Membuat Batik Tulis
Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan
teknik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi. Batik sebagai warisan
budaya yang agung perlu kita lestarikan. Dengan latihan yang tekun dan
semangat melestarikan budaya, kita dapat belajar membuat batik tulis.
Pembuatan batik tulis membutuhkan bahan dan alat yaitu: 1) canting,
2) pensil pola, 3) kain mori putih,4) lilin malam (wax), 5) kompor atau
pemanas lilin malam, 6) bahan pewarna kain.
Adapun langkah membuatnya sebagai berikut: 1) Siapkan kain
mori/sutra, kemudian buatlah motif di atas kain tersebut dengan
menggunakan pensil, 2) Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau
letakkan kain pada gawangan dengan posisi melebar supaya mudah
dibatik. 3) Panaskan malam/lilin ke dalam wajan dengan api kecil
sampai malam.lilin mencair sempurna. Untuk menjaga agar suhu
kompor/anglo stabil, biarkan api tetap menyala kecil.4) Ambil sedikit
malam yang sudah cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup
sebentar agar tidak terlalu panas kemudian torehkan canting dengan
mengikuti pola. Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar
jangan sampai malam yang cair menetes di atas permukaan kain karena
karena akan mempengaruhi hasil motif batik. Canting untuk bagian
halus dan kuas untuk bagian berukuran besar. Proses ini bertujuan agar
pada saat pencelupan bahan/kain ke dalam larutan pewarna bagian
yang diberi lapisan malam tidak terkena pewarna.
5) Setelah semua motif yang tidak ingin diberi warna tertuttup oleh
malam/lilin, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.
6) Proses ini merupakan pewarnaan pertama pada bagian yang tidak
tertutup oleh malam. Sebaiknya, pencelupan dimulai dengan warna-
warna muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap pada
14
tahap berikutnya. 7) Jemur kain yang telah diwarnai sampai kering.
8) Setelah kering, lakukan proses pelodoran yaitu dengan cara lilin
dikerik dengan pisau, kemudian kain direbus bersama-sama dengan air
yang telah diberi soda abu. Proses ini bertujuan menghilangkan lapisan
malam sehingga motif yang telah digambar menjadi terlihat jelas. Jika
diinginkan beberapa warna pada batik yang kita buat, proses dapat
diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna yang kita
inginkan.9) Setelah kain bersih dari malam, lakukan kembali proses
pembatikan dengan penutupan malam, pewarnaan kedua, dan
seterusnya. Proses diulang seperti proses sebelumnya sebanyak jumlah
warna yang diinginkan. 10) Setelah beberapa kali proses pewarnaan,
kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan soda untuk
mematikan warna yang menempel pada batik. Hal ini untuk
menghindari kelunturan. 11) Proses terakhir, rendam batik dalam air
dingin dan jemur sebelum dapat digunakan dan dipakai. 12) Perlu
ketelitian dan kecermatan untuk belajar membatik. Demikianlah cara
membuat batik, meski agak sulit, tidak ada salahnya dicoba.
Berkreasilah untuk melestarikan tradisi dan warisan nenek moyang kita.
(Dimodifikasi dari: Kosasih & Widianingsih, 2019)
2) Teks Tanggapan
Teks tanggapan adalah teks yang berisi sambutan terhadap ucapan (kritik,
komentar, dan sebagainya) dan apa yang diterima oleh pancaindra, bayangan dalam
angan-angan. Teks genre ini dapat dibedakan menjadi dua buah teks, yaitu teks
eksposisi dan teks ekplanasi (Mahsun, 2018, & Tim Sergu dalam jabatan, 2017).
a) Teks Eksposisi
Teks ini berisi paparan gagasan atau usulan sesuatu yang bersifat pribadi. Itu
sebabnya, teks ini sering juga disebut sebagai teks argumentasi satu sisi (Wiratno,
2014). Struktur berpikir yang menjadi muatan teks ekposisi adalah: tesis/pernyataan
pendapat dan alasan/argumentasi, serta pernyataan ulang pendapat. Untuk lebih
jelasnya dapat terlihat di dalam contoh berikut.
15
Tabel 3 Contoh Teks Eksposisi
Struktur Teks Teks
Judul Goa Ngerit Nyaris Dilupakan
Tesis/Pernyataan Goa Ngerit yang berada di Desa Pakel, Kecamatan
Pendapat Watulimo, Kabupaten Trenggalek sudah lama tidak
terdengar gaungnya. Tempat tersebut sudah jarang sekali
dikunjungi orang sebagai tempat rekreasi. Mengapa hal itu
bisa terjadi?
Argumentasi Ada beberapa alasan mengapa tempat tersebut kini jarang
dikunjungi. Pertama, keindahan Goa Ngerit sudah tidak
seperti yang dulu. Masyarakat sekitar tampak secara liar
menambang batu yang ada di sekitar sungai maupun
ditubuh goa. Hal itu mengurangi keindahan dari tubuh goa
itu sendiri dan tebing sungai tampak semakin curam.
Kedua, kini tidak lagi terdengar kicauan burung yang
merdu karena sudah banyak yang mati diburu secara liar.
Masyarakat dengan bebesnya berburu burung atau hewan
lain karena merasa tidak ada sangsi yang tegas. Ketiga,
habitat sungaipun juga mulai terganggu karena
menggunakan obat dan alat strum ketika menangkap ikan
sehingga kejernihan serta keaslian sudah tidak kentara lagi.
Keempat, kesejukan dan keindahan tempat itu kini tidak
terasa lagi. Pencurian/penebangan hutan dianggap sudah
seperti pekerjaan biasa bagi masyarakat sekitar tanpa
berpikir dampaknya. Kelima, pemerintah tidak pernah
memikirkan akses jalan menuju ke lokasi tersebut saat
membangun jalan utama, sehingga tempat tersebut
terkesan terkucil karena sulit dijangkau oleh pengunjung.
Pernyataan Melihat kenyataan itu perlu perhatian dari pemerintah
Ulang Pendapat daerah dan kesadaran dari masyarakat untuk
mengembalikan keindahan Goa Ngerit agar menjadi tempat
wisata yang bisa mendatangkan pendapatan daerah Kota
Trenggalek pada umumnya dan sarana mengais rezeki bagi
masyarakat di sekitar Goa Ngerit pada
Khususnya.
Trimulat (dalam Mahsun, 2018)
Pada teks di atas, penggunaan konjungsi penghubung antarkalimat, yang
berupanomina bilangan: “...pertama...”, “...kedua...”, “...ketiga...”, ”...keempat...”,
dan “...kelima...”, konjungsi ini relatif sama dengan konjungsi yang digunakan
pada teks genre cerita dan genre faktual: prosedur. Hanya bedanya, konjungsi
pada teks eksposisi digunakan untuk mengurut alasan-alasan yang digunakan
untuk memperkuat pendapat, sedangkan pada kedua genre tersebut masing-
16
masing digunakan untuk mengurutkan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama
dan untuk mengurut tahapan pelaksanan percobaan.
Saudara silakan teks eksposisi berikut ini dianalisis sesuai contoh di atas, sebagai
latihan Saudara.
Nasib Hutan Kita yang Semakin Suram
Oleh Wisnu Rusmantoro
17
telah memusnahkan keanekaragaman hayati. Berjuta-juta spesies flora
dan fauna musnah dengan percuma.
Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan menambah
masalah kerusakan hutan. Munculnya El Nino secara priodik
diperkirakan tiap 2-7 tahun memperburuk kondisi hutan.
Selama bulan JanuaI-Oktober 2002, 45% dari keseluruhan titik
kebakaran terkonsentrasi di Provinsi Riau. Kemudian Oktober 2002
terjadi kenaikan jumlah titik kebakaran yng cukup signifikan di
Provinsi Riau, Sumatera Barat, dan Jambi.
Di Sumatera, bardasarkan titik kebakaran terjadi di hutan rawa
gambut sebanyak 49%, alang-alang 13%, hutan dataran rendah 10%,
permukiman/pertanian masyarakat 10%, perkebunan 8%, dan sisanya
rawa (nongambut). Kebakaran hutan memberikan kerugian tak sedikit.
Tahun 1997, diperkirakan kerugiannya sebesar $3-4 miliar atau sekitar
Rp 2-4 triliun. Rupanya kedua masalah itu belum cukup, sebab
kemudian pemerintah menambahnya dengan rencana pembukaan
kawasan hutan lindung untuk pertambangan. Kebijakan tersebut jelas
semakin menympurnakan derita hutan Indonesia.
18
diperkirakan terdapat antargejala alam. Berdasarkan batasan
penelitian ilmiah di atas dapat dikemukakan bahwa yang
dimaksudkan dengan penelitian bahasa adalah penelitian
yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis terhadap
objek sasaran yang berupa bunyi tutur (bahasa).
Penjelasan 1 Penelitian terhadap objek sasaran yang berupa bunyi tutur
atau bahasa itu dikatakan sistematis, maksudnya bahwa
penelitian itu dilakukan secara sistematis dan terencana.
Mulai dari identifikasi masalah terkait dengan objek kajian
yang berupa bunyi tutur itu (termasuk di dalamnya upaya
menjelaskan masalah itu secara cermat dan dan terinci;
penyeleksian dan penentuan variabel-variabel dan
instrumen-instrumen yang akan digunakan);
menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori
linguistik tertentu; melakukan penyediaan; analisis, dan
interpretasi data; sampai pada penarikan kesimpulan serta
menggabungkan kesimpulan-kesimpulan tersebut ke dalam
khazanah ilmu bahasa (linguistik). Kesemua proses itu
harus dilalui secara sistematis, tidak boleh melompat-
lompat, karena diantaranya memiliki hubungan pendasaran.
Sekedar penjelas, bahwa tahap analisis data tidak mungkin
dilaksanakan jika tahap penyediaan data belum selesai
dilakukan., karena analisis hanya dimungkinkan dapat
dilakukan jika data telah tersedia. Artinya, antara tahap
analisis dengan tahap penyediaan data memiliki hubungan
pendasaran. Begitu pula tahap penyediaan data tidak
mugkin dapat dilaksanakan jika masalah yang hendak
dijawab belum teridentifikasi dengan
jelas. Wujud data yang dikumpulkan sangat tergantung pada
masalah yang hendak dipecahkan.
Penjelasan 2 Terkontrol, maksunya bahwa setiap aktivitas yang
dilakukan dalam masing-masing tahapan itu dapat dikontrol
baik proses pelaksanaan kegiatannya maupun hasil yang
dicapai melalui kegiatan tersebut. Termasuk dalam sifat
terkontrol ini adalah pilihan penggunaan metode dan teknik-
teknik tertentu (tentunya terkandung pula makna
pengabaian metode dan teknik tertentu yang sengaja yang
tidak di pilih karena sesuatu alasan) memiliki dasar logika
pemilihan yang dikaitkan dengan sasaran yang hendak
dicapai. Dari sinilah si peneliti dapat mengontrol pemilihan
dan tujuan pemilihan penggunaan
metode atau teknik-teknik tersebut.
19
Penjelasan 3 Penelitian bahasa yang bersifat empiris, maksudnya bahwa
fenomena lingual yang menjadi objek penelitian bahasa itu
adalah fenomena yang benar-benar hidup dalam
pemakaian bahasa, jadi benar-benar bersumber pada fakta
lingual yang dipikirkan oleh si penutur yang menjadi
informasinya atau yang dipikirkan oleh si penelitiannya
sendiri.
Penjelasan 4 Adapun yang dimaksud dengan penelitian bahasa yang
bersifat kritis adalah kritis terhadap hipotesis-hipotesis
tentang hubungan yang diperkirakan terjadi antara bunyi
tutur sebagai objek penelitian bahasa dengan fenomena
ekstralingual yang memungkinkan bunyi tutur itu muncul.
Sebagai contoh, dalam kajian variasi bahasa (kajian secara
dialektologis) mungkin kita akan tergoda untuk membuat
suatu hipotesis bahwa suatu bahasa dapat memunculkan
berbagai varian yang disebabkan faktor perbedaan tempat
tinggal penutur-penutur bahasa tersebut. Hipotesis tentang
munculnya varian dalam bahasa tertentu mungkin ini ada
benarnya, tetapi kita juga tidak hanya terpaku pada hipotesis
ini karena ternyata berbagai kelompok penutur bahasa itu
yang berbeda tempat tinggalnya secara geografis tidak juga
membuat maksan tententu memiliki realisasi secara formatif
berbeda. Dapat saja perbedaan itu muncul karena faktor
sosio-psikologis penutur-penutur bahasa itu, yang ingin
tampil dengan bentuk bahasa yang berbeda pada medan
makna (glos) tertentu, seperti munculnta varian yang
bersifat sosiologis yang tidak lagi terkait dengan faktor
perbedaan tempat tinggal
penutupannya.
Penjelasan 5 Selain itu, pengertian kritis dapat pula mengandung makna
kreatif, yaitu jika si peneliti dalam melaksanakan
penelitiannya dalam menggunakan metode penyediaan data
tertentu dalam tahapan penyediaan ternyata dengan metode
ini data yang diharapkan muncul tidak juga terjaring. Untuk
keperluan itu, peneliti harus segera melakukan revisi
metodologi, jadi tidak terpaku pada apa yang telah
direncakan, tetapi harus berani mengubah
rencana jika tidak mencapai apa yang diharapkan.
20
Interpretasi Batasan penelitian bahasa di atas mempersyaratkan adanya
empat proses yang menjadikan penelitian bahasa sebagai
kegiatan ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis,
terkontrol, empiris, dan kritis. Keempat hal itu
memungkinkan pakar yang lain memungkinkan hal yang
sama untuk menguji kembali hal yang dicapai dari
penelitian sebelumnya.
Sumber: Moh. Nurullah (dalam Mahsun, 2018)
konstruksi “sistematis”, terkentrol, empiris, dan kritis yang muncul pada setiap
paragraf pengisi struktur penjelas teks. Selain penggunaan piranti berupa
pengulangan bentuk juga kekohesian dankekoherensian teks dijaga dengan
menggunakan konjungsi penghubung berupa, misalnya: “adapun, selain itu...”.
3) Teks Cerita
Teks cerita adalah teks yang menuturkan bagaimana terjadinya suatu hal,
peristiwa, mengisakan kejadian yang telah ada, perbuatan, pengalaman yang
dinamis dalam suatu rangkaian waktu.(Keraf, 2001 &KBBI, 2018). Teks cerita
termasuk genre sastra dalam jenis teks tunggal (teks cerita). Teks cerita terdiri dari
teks cerita ulang, naratif, anekdot, dan eksemplum. Untuk keempat jenis teks
tersebut akan di kutip teks hasil modifikasi oleh Santosa (2013) dan dikembangkan
oleh Mahsun (2018).
21
Tabel 5. Contoh Teks Cerita Ulang
Struktur Teks Teks
Judul Lebai Malang
Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup di
tepi sungai di sebuah desa di Sumatra Barat. Pada suatu
hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya
desa tetangga. Sayangnya, pesta tersebut diadakan
pada hari dan waktu yang bersamaan.
Rekaman Kejadian Pak Lebai menimbang-nimbang untung dan rugi setiap
undangan. Ia tidak pernah dapat mengambil keputusan
dengan cepat apakah ia akan pergi ke desa hulu atau ke
hilir. Apabila ia pergi ke pesta di desa hulu sungai, ia
akan mendapatkan dua ekor kepala kerbau. Namun,
masakan orang-orang hulu sungai
tidak seenak orang hilir sungai. Kalau ia pergi ke hilir
sungai, ia akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau
yang dimasak dengan enak. Hingga ia mulai mengayuh
perahunya ke tempat pesta pun, ia belum dapat
memutuskan pesta mana yang akan dipilih.
Pertama, dikayuh sampannya menuju hulu sungai.
Baru tiba di tengah perjalanan ia mengubah pikirannya.
Ia berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu
hampir sampai di desa hilir sungai, dilihatnya beberapa
tamu menuju hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan
bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Ia
pun mengubah haluan perahunya menuu hulu sungai.
Sesampainy di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah
beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai.
Pak lebai cepat-cepat mengayuh perahunya menuju
desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah
berakhir.
Akhirnya, Pak Lebai tidak mendapat kepala kerbau
yang diinginkannya.
Sumber: Mahsun (2018)
Pada teks cerita ulang terlihat bahwa rentetan peristiwa yang dialami tokoh
Lebai Malang ditata dengan menggunakan konjungsi yang menunjukkan urutan
peristiwa. Mulai dari penggunaan konjungsi “pertama” lalu “akhirnya”. Konjungsi
pengurutan peristiwa menjadi salah satu benang pengikat yang menyatukan
antarparagraf pembentuk teks tersebut. Selain menggunakan konjungsi, teks diikat
oleh piranti penyatuan yang berupa pengulangan dalam bentuk anaforis: “ia” atau
“-nya” yang merujuk pada “Lebai Malang”. Patut ditambahkan, bahwa pada teks
penceritaan ulang atau rekon, gagasan/pikiran tentang “masalah” dimuat dalam satu
struktur teks, yaitu struktur rekaman kejadian.
22
b) Anekdot
Anekdot dapat diartikan sebagai cerita rekaan yang tidak harus didasarkan
pada kenyataan yang terjadi di masyarakat (Oktarisa, 2014). Teks anekdot memiliki
tujuan sosial yang sama dengan teks cerita ulang (Mahsun, 2018). Hanya saja,
peristiwa yang ditampilkan membuat pasrtisipan yang mengalaminya merasa
jengkel atau konyol (Wiratno, 2014). Teks ini memiliki struktur berpikir: judul,
pengenalan/orientasi, krisis/masalah, reaksi.
24
c) Eksemplum
Pendapat Mahsun (2018), “Teks ini memiliki tujuan sosial menilai perilaku
atau karakter dalam cerita. Itu sebabnya, teks ini memiliki struktur: judul,
pengenalan/orientasi, kejadian/insiden, dan interpretasi.” Untuk jelasnya dapat di
cermati teks berikut ini.
Seperti halnya kedua teks genre cerita yang dipaparkan di atas, teks
eksemplum juga memanfaatkan konjungsi dan piranti pengikat struktur teks lainnya
agar keseluruhan struktur teks menjadi padu. Masalah yang muncul serta
pemecahannya tercantum di dalam struktur yang sama, yaitu pada struktur:
masalah/krisis/insiden. Bedanya, teks penceritaan ulang berakhir dengan kejadian
tanpa ditampakkan reaksi pelaku terhadap peristiwa yang dialaminya, dan pada teks
anekdot terdapat reaksi pada peristiwa yang dialami tokoh. , maka pada teks
eksemplum bukan reaksi individu pelaku utama terhadap peristiwa tetapi peristiwa
yang berupa pesan moral dari kejadian yang dialami tokoh utama. Pesan itu tidak
terkait dengan tokoh utama tetapi terkait dengan pihak partisipan yang mendengar
atau membaca cerita. Dengan demikian, struktur akhir teks itu adalah interpretasi
penulis terhadap kejadian yang dialami pelaku, dan diharapkan dapat menjadi
bahan renungan moralitas bagi partisipan.
d) Naratif
Teks tipe ini, sama dengan ketiga teks genre cerita yang dipaparkan
sebelumnya. Menurut Mahsum (2018), “Teks naratif model penceritaan pada teks
tipe ini, antara masalah dengan pemecahan masalah tidak menyatu dalam satu
struktur teks seperti pada teks penceritaan ulang, anekdot, dan eksemplum.” Ia
terpisah dalam struktur teks yang berbeda. Itu sebabnya, teks tipe ini memiliki
struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi, masalah/komplikasi, dan pemecahan
masalah.
26
Tabel 8. Contoh Teks Naratif
Struktur Teks Teks
Judul Lebai Malang
Pengenalan/Orientasi Tersebutlah kisah seorang guru agama yang hidup
ditepi sungai di sebuah desa di Sumtra Barat. Pada
suatu hari, ia mendapat undangan pesta dari dua orang
kaya dari desa-desa tetangga.
Masalah/Komplikasi Sayangnya pesta tersebut diadakan pada hari dan
waktu yang bersamaan. Pak Lebai menimang-nimang
untung dan rugi dari setiap undangan. Ia berpikir,
kalau ia ke pesta di desa hulu sungai, tuan rumah akan
memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau.
Namun, ia belum begitu kenal dengan tuan rumah
tersebut. Menurut berita, masakan orang-orang hulu
sungai tidak seenak orang hili sungai.
Kalau ia pergi ke pesta di hilir sungai, ia akan mendapat
hadia seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak.
Ia juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Tetapi,
tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya
tambahan kue-kue.
Pemecahan Pak Lebai berpikir keras untuk mendapat semuanya.
Masalah/Resolusi Setelah beberapa saat, dikayuh sampainya menuju
hilir sungai lebih dahulu dari tetangganya. Karena ia
kenal baik dengan tuan rumah itu, ia diterima dengan
baik oleh tuan rumah. Sesaat kemudian, pak Lebai
mulai berakting. Ia tidak bisa berlama-lama
mengahdiri pesta ini karena sesuatu hal. Oleh karena
itu, tuan rumah mengizinkannya. Dan karena sudah
menghadiri pestanya, maka tuan rumah memberikan
hadiah satu kepala kerbau yang dimasak enak. Setelah
pamitan, Pak Lebaipun segera pergi ke pesta hulu
sungai. Ia mengayuh dengan cepat, karena tidak ingin
melambat. Ketika sampai di sana, acara baru di mulai.
Maka legalah hatinya. Setelah selesai pesta, Pak
Lebaipun mendapat dua kepala ekor kerbau dan
ditambah kue-kue.
Sumber: Mahsun (2018)
Seperti halnya, ketiga teks genre cerita yang dipaparkan sebelumnya, piranti
yang berupa pengulangan/repetisi, anaforis, konjungsi penghubungan
antarparagraf: setelah beberapa saat, saat kemudian, oleh karena itu, setelah
pamitan, setelah selesai dan lain-lain dimanfaatkan untuk mengikat keseluruhan
unsur pengisi struktur teks menjadi satu kesatuan.
Perbedaan mendasar teks cerita ulang dengan teks naratif, anekdot, dan
eksemplum, terletak pada sudut pSaudarang dalam melihat peristiwa yang
27
diceritakan. Teks cerita ulang memSaudarang peristiwa sebagai sesuatu yang wajar
atau lazim terjadi, sedangkan teks naratif, anekdot, dan eksemplum memSaudarang
peristiwa sebagai sesuatu yang tidak lazim.
4) Teks Normatif
Normatif adalah berpegang teguh pada norma aturan dan ketentuan-
ketentuan yang berlaku (KBBI, 2018). Jadi pada dasarnya teks normatif adalah teks
yang isinya ditulis berdasarkan sebuah peraturan, norma-norma atau
29
“Kenapa semua orang tak bisa melihatku? Apa aku sudah
benar benar mati?” Ifa bersedih meratapinya.
Tak sengaja, Ifa melihat sebuah bak mandi yang berisikan
rambut panjang yang bersemir pirang di kamarnya.
“Ini rambut siapa? Seperti rambutku, tapi kenapa bau sekali
dan rontok begini?” Ifa terheran lalu, ia pun bercermin untuk
melihat keadaannya “Masya Allah, mana rambutku? Dan
kenapa kepalaku menjadi botak bahkan tak ada satupun sehelai
rambut yang ada di kepalaku?” Ifa menangis dan terlihat sangat
syokh. “Sudah Ifa untuk apa kamu menangisinya. Semuanya
sudah berlalu, kamu gak akan kembali hidup di bumi lagi. Ayo
Ifa sudah saatnya kamu akan dipilihkan ke pintu neraka atau
surga.” Ucap seorang bidadari kanan yang terdengar di telinga
kanannya. Saat hendak menaiki tangga, Ifa masih bingung jalur
manakah yang akan ia lalui. Apakah surga atau neraka? Jika ia
memilih jalur kiri maka masuklah ia ke dalam neraka. Tetapi
jika ia memilih jalur kanan maka masuklah ia ke dalam surga
atas izin Allah swt.
Roh ifa sudah mulai memilih jalur kanan dan ia pun
melangkah tangga surga itu.
Lalu, saat hampir ke tangga surga yang ke 7, ia pun ternyata
ditolak untuk memasuki surga atau menghuninya.
Mengapa? Padahal ia selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan
ibadah sunah lainnya sering ia kerjakan. Tetapi dia ditolak
untuk menghuni surga.
Jawabannya yaitu walaupun Ifa selalu mengerjakan shalat 5
waktu dan mengerjakan ibadah sunah lainnya tetapi pada saat
di bumi apakah ia menutupi seluruh auratnya?
itulah sebabnya Ifa ditolak untuk menghuni surga.
Lalu, roh Ifa pun memilih tangga neraka karena roh tidak bakal
bisa mengelak atau membohongi walaupun Ifa memaksa
hendak masuk ke surga tetapi mau bagaimana lagi jika rohnya
tetap berjalan sendiri tanpa diperintahkan kembali. “Panas…
panas…” teriakan Ifa.
“Astagifirullahaladzim” Ifa terbangun dari mimpinya. Ifa
pun menangis saat ia mendapati mimpi seperti itu. “Ya
Allah, hamba sadar. Ini sudah teguran bagiku. Maafkan hamba
ya Allah” Ifa menyadari kesalahannya. Setelah Ifa
mendapat mimpi itu, Ifa mulai berhijrah dengan bertaubat untuk
berjanji akan menutup auratnya serta menjaga
pSaudarangannya dari yang bukan makhram.
Ini adalah gambaran untuk kaum hawa agar senantiasa
menutupi auratnya. Patuhilah perintah Allah dengan anjuran
menutup aurat khususnya yang sudah baligh. Seperti
halnya terdapat pada hadits Rasulullah SAW: “Tidak diterima
sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab).
(HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah)” Maka dari itu,
berhijrahlah dari sekarang. Sebab untuk apa kita menunda
berhijrah sedangkan kita tak tahu kapan ajal menjemput.
Sumber: Cerita Karya Sania Herawati
30
Teks cerita yang berjudul “Hijabmu Mahkotamu” merupakan teks cerita yang
berkaitan dengan norma keagamaan. Dalam norma keagamaan termasuk agama
islam, betapa penting dan wajibnya seorang perempuan menggunakan hijab di
dalam kehidupannya.
31
Kalimat di atas jika dilafalkan maka akan jelas peranan intonasi final dalam
menentukan status kalimat. Kalimat satuan sintaksis dapat diperluas dengan
menambah klausa dengan sifat hubungan parataktis koordinatif atau subordinatif.
a) Klasifikasi kalimat
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal,
kalimat bersusun, dan kalimat majemuk.
(1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas.
Contoh:
(a) Dia datang dari Bandung.
(b) Nenekku masih sehat.
(c) Saya sedang membaca buku di kamar.
(2) Kalimat bersusun
Kalimat bersusun adalah kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas dan
sekurang-kurangnya satu kalimat terikat.Ada beberapa sebutan untuk sebutan
kaliat bersusun, misalnya kalimat majemuk bertingkat, atau kalimat majemuk
subordinatif.
Contoh:
(a) Kalau Alya menangis, Aldo pun ikut menangis.
(b) Aldo tidak pergi ke sekolah karena sedang sakit.
(c) Karena ada banyak siswa yang tidak siap, ujian dibatalkan.
(3) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas yang
disebut juga sebagai kaliat setara.
Contoh:
(a) Alya membuka jendela kaar lalu membersihkan tempat tidur.
(b) Aldo hobi bermain bola dan sering menciptakan gol.
Berdasarkan struktur klausanya, kalimat dibedakan menjadi:
(1) Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap.Sekurang-
kurangnya terdapat unsur objek dan predikat.
32
Contoh:
(a) Ibu guru mengajar bahasa Indonesia di depan kelas.
(b) Adik bermain sepeda di halaman rumah.
(2) Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang hanya terdiri dari subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
Contoh:
(a) Selamat Pagi!
(b) Silakan antre!
(c) Alya!
Berdasarkan amanat wacana, kalimat dibedakan menjadi:
(1) Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif yang
dalam ragam tulis diberi tSaudara titik.
Contoh:
(a) Gaji guru honor tidak dinaikan.
(b) Dalam bulan ramadhan kaum muslim berpuasa.
(2) Kalimat introgatif
Kalimat introgatif adalah kalimat yang mengandung intonasi introgatif, yang
dalam ragam tulis biasanya diberi tSaudara Tanya.
(a) Apakah Saudara seorang guru?
(b) Di mana tepat terjadinya Perang Dunia II?
(3) Kalimat imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat kalimat yang mengandung intonasi imperatif
yang dalam ragam tulis biasanya diberi tSaudara seru.
(a) Berikan hadiah ini kepada temanmu!
(b) Bukalah pintu itu!
a) Kalimat aditif
Kalimat aditif adalah kalimat terikat yang bersambung pada kalimat
pernyataan, berupa kalimat lengkap atau tidak.
33
Contoh:
(1) Sedangkan bulan Mei, terang hujan tidak ada.
(2) Hanya belum punya anak.
b) Kalimat responsif
Kalimat responsif adalah kalimat terikat yang bersabung pada kalimat
pertanyaan, berupa kalimat lengkap atau tidak.
Contoh:
(1) Ya!
(2) Tadi malam!
c) Kalimat interjektif
Kalimat interjektif adalah kalimat yang dapat terikat atau tidak.
Contoh:
(1) Wah ini baru namanya penampilan!
(2) Semoga Allah memberikan petunjuk!
Berdasarkan pembentukan kalimat dari klausa inti dan perubahannya,
kalimat dibedakan menjadi kalimat inti dan kalimat noninti.
b) Kalimat Inti
Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap,
bersifat deklaratif, aktif, netral, atau firmatif.Biasanya disebut kalimat dasar.
Contoh:
(1) FN + FV : Bapak datang
(2) FN + FV + FN: Ibu membeli sayur
(3) FN + FN : Ayah guru.
c) Kalimat Noninti
Kalimat ini dapat diubah menjadi kaliat noninti dengan berbagai proses
transforasi; pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, pelepasan, dan
penembahan.
Contoh:
(1) Buku dibaca oleh Alya.
(2) Alya tidak membaca buku.
34
(3) Apakah Alya membaca buku?
Berdasarkan jenis klausa, kalimat dibedakan atas kalimat verbal dan kalimat
nonverbal.
a) Kalimat verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal.
Contoh:
(1) Alya menulis surat,
(2) Ibu bertamu ke rumah bibi.
(3) Surat ditulis Alya.
b) Kalimat nonverbal
Kalimat nonverbal adalah kalimat yang dibentuk oleh klausa nonverbal sebagai
kontituen dasarnya.
Contoh:
(1) Nenekku pensiunan guru.
(2) Mereka di kamar depan.
(3) Ibu guru cantik sekali.
Berdasarkan fungsi kalimat sebagai pembentuk paragrap, kalimat dibedakan atas:
a) Kalimat Bebas
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran
lengkap, atau kalimat yang dapat memulai sebuahparagrap, wacana tanpa
konteks lain yang memberi penjelasan.
b) Kalimat Terikat
Kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran
lengkap.
Contoh:
Sekarang di Riau sukar mencari terubuk (1). Jangankan ikannya, telurnya pun
sangat sukar diperoleh (2). Kalau pun bisa diperoleh, harganya melambung
selangit (3). Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa
terubuk yang spesifik itu akan punah (4).
35
Kalimat (1) pada teks di atas adalah contoh kalimat bebas. Tanpa harus diikuti
kalimat (2), (3), dan (4), kaliat sudah dapat menjadi ujaran lengkap yang bisa
dipahami. Sedangkan kalimat (2), (3), dan (4) adalah kalimat terikat. Ketiga
kalimat itu secara sendiri-sendiri tidak dapat dipahami, sehingga tidak dapat
berdiri sendiri sebagai sebuah ujaran.
2) Paragraf
Paragraf dapat diartikan sebagai satuan gagasan di dalam bagian suatu
wacana, yang dibentuk oleh kalimat-kalimat yang saling berhubungan dalam
mengusung satu kesatuan pokok pembahasan.Dengan demikian, paragraf
merupakan satuan bahasa yang lebih besar daripada kalimat.Namun, paragraf juga
masih merupakan bagian dari satuan bahasa lainnya, yaitu wacana.Sebuah wacana
umunya dibentuk lebih dari satu paragraf. (Kosasih & Hermawan, 2012)
Secara umum, paragraf dibentuk oleh unsur gagasan pokok dan beberapa
gagasan penjelas.Selain itu, ada unsur yang disebut kalimat utama dan kalimat
penjelas. Hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas sering kali memerluka
kehadiran unsur lain yang berupa kata penghubung atau konjungsi. Berikut
disajikan diagram unsur-unsur paragraf.
Unsur-unsur
paragraf
Kalimat penjelas
Kalimat utama
36
a) Gagasan Pokok dan Gagasan Penjelas
Secara umum, paragraf dibentuk oleh dua unsur, yakni gagasan pokok dan
beberapa gagasan penjelas.
(1) Gagasan pokok merupakan gagasan yang menjadi dasar pengembangan suatu
paragraph. Dengan demikian, fungsinya sebagai pokok, patokan, atau dasar
acuan pengembangan suatu paragraf.
(2) Gagasan penjelas merupakan gagasan yang berfungsi menjelaskan gagasan
pokok. Penjelasannya, bisa dalam bentuk uraian-uraian kecil, contoh-contoh,
atau ilustrasi, kutipan-kutipan, dan sebagainya (Kosasih, 2012).
Berikut contoh pola hubungan gagasan pokok dengan gagasan penjelas.
Adapun pengembangannya ke dalam bentuk paragrap adalah sebagai berikut.
37
sistem
tubuh
4. Makhluk 4. Sekarang, para
hidup di nasabah bank
laut dapat dipermudah.
memperol
eh oksigen
dan
karbon
5. Transaksi dapat
dilakukan dari
jarak jauh.
38
b) Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama merupakan kalimat yang menjadi tempat dirumuskannya
gagasan pokok. Letaknya bisa di awal, di tengah, ataupun di akhir paragraf. Ada
pula kalimat utama yang berada di awal dan di akhir paragraf secara
sekaligus.Walaupun terdapat pada dua kalimat, tidak berarti paragraf itu memiliki
dua gagasan pokok, gagasan pokok paragraf tersebut tetap satu. Adapun keberadaan
kedua kalimat utama hanya saling menegaskan: kalimat pertama menegaskan
kalimat terakhir ataupun sebaliknya. (Kosasih, 2012)
Sementara itu kalimat penjelas merupakan kalimat yang menjadi tempat
dirumuskannya gagasan penjelas.Satu kalimat utama lazimnya mewakili satu
gagasan penjelas.
Bacalah paragraf di bawah ini
Proses penemuan fotokopi bukan karena ditunjang oleh fasilitas
yang memadai, tetapi karena ketekunan. Sang penemu terbiasa mengatur
waktu kosongnya yang relatif singkat. Ketika menginjak usia 29 tahun,
dia sudah mulai mengadakan penelitian tentang berbagai efek cahaya
atas berbagai bahan guna memindahkan suatu tulisan dari satu lembar ke
lembar lain. Karena itu, dia mulai bereksperimen di apartemennya
dengan menggunakan efek fotoelektrik untuk mengadakan
pengadaan.Tiap menjelang tidur malam, dia membaca buku yang
dipinjamnya dari perpustakaan.
39
Tabel 11. Hubungan Gagasan Penjelas dengan Kalimat Penjelas
40
awalnya membahas masalah bencana alam, namun dalam kalimat keduanya
membahas musim durian.
Kepaduan isi ditandai pula oleh hubungan kalimat yang satu dengan yang
lainnya berdasarkan penalaran atau kelogisan. Perhatikan contoh berikut!
Contoh:
Pak Amat mengidap kanker paru-paru. Oleh sebab itu, ia banyak merokok.
Cuplikan tersebut menyatakan hubungan sebab-akibat. Namun demikian, hubungan
tersebut tidak logis. Ketidaklogisan tersebut terletak pada penggunaan konjungsi
sebab itu, yang berarti kanker merupakan penyebab seseorang banyak merokok.
Padahal justru sebaliknya: banyak merokok dapat menyebabkan kanker.
41
3) Pemakaian kata ganti atau kata yang sama maknanya
Contoh:
Putri penyair kenamaan itu makin besar juga.Gadis itu sekarang duduk di
sekolah menengah.
4) Pemakaian kata yang berhiponimi, yakni kata yang merupakan bagian
dari kata lainnya.
Contoh:
Dia tidak menyangka bahwa adiknya itu sangat cantik.Rambutnya
panjang, matanya bulat, dan hidungnya mancung.
2) Kesatuan paragraf
Kesatuan paragraf adalah bagian karangan yang terdiri dari beberapa kalimat yang
berkaitan secara utuh, padu, dan membentuk satu kesatuan pikiran.
3) Kelengkapan
Paragraf yang baik harus memiliki unsur-unsur paragraf yang lengkap seperti
gagasan pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas.
e) Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan letak kalimat utamanya, paragraf dibedakan menjadi lima yaitu
paragraf deduktif, induktif, kombinasi, deskriptif, dan narasi. (Kosasih &
Hermawan, 2012)
42
Tabel 13. Jenis-jenis Paragraf
Jenis Paragrap Letak Kalimat Utama
Deduktif Di awal
Induktif Di akhir
Kombinasi Di awal dan di akhir
Deskriptif Tidak memiliki kalimat utama, gagasan pokok tersebar
Naratif Tidak memiliki kalimat utama, gagasan pokok tersebar
43
Contoh:
Gerakan pecinta alam dengan dasar “sadar lingkungan sehat” telah
mulai menggejala di lingkungan remaja. Tidak sedikit perkumpulan
pecinta lingkungan yang anggotanya terdiri atas siswa- siswi sekolah,
baik itu siswa SMP maupun SMA. Keberanian untuk melakukan
penelitian ilmiah telah makin meluas, khususnya di tingkat SMA.
Fenomena-fenomena semacam itu merupakan bukti bahwa remaja pada
tahun-tahun terakhir ini tidak selalu bernilai negatif.
3.5 Menggali informasi dari teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai
perkembangan kerajaan Islam di Indonesia dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan
memilah kosakata baku.
44
4.5 Mengolah dan menyajikan teks cerita narasi sejarah tentang nilai-nilai
perkembangan kerajaan Islam di Indonesia secara mandiri dalam bahasa
Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.
3.2 Menguraikan isi teks penjelasan (eksplanasi) ilmiah tentang penyebab
perubahan dan sifat benda, hantaran panas, energi listrik dan
perubahannya, serta tata surya dengan bantuan guru dan teman dalam
bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata
baku
3.3 Menguraikan isi teks pidato persuasif tentang cinta tanah air dan sistem
pemerintahan serta layanan masyarakat daerah dengan bantuan guru dan
teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan
memilah kosakata baku
4.2 Menyajikan teks penjelasan (eksplanasi) ilmiah tentang penyebab
perubahan dan sifat benda, hantaran panas, energi listrik dan
perubahannya, serta tata surya secara mandiri dalam bahasa Indonesia
lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku
Berdasarkan tabel kompetensi dasar (KD) 4.1 sekolah dasar, dapat diketahui
bahwa materi inti kompetensi dasar (KD) tersebut adalah teks deskriptif. Sementara
kompetensi yang diukur adalah mengamati dan menirukan.
45
Tabel 16. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Ragam Teks dan Materi Inti
Kompetensi Yang
KD
Materi Inti Diukur
4.1 Mengamati dan 1. Teks deskriptif Mengamati dan
menirukan teks tentang anggota menirukan
deskriptif tentang tubuh dan panca
anggota tubuh dan indra.
pancaindra, wujud dan 2. Teks deskriptif
sifat benda, serta tentang wujud dan
peristiwa siang dan sifat benda.
malam secara mandiri 3. Teks deskriptif
dalam bahasa Indonesia tentang peristiwa
lisan dan tulis yang siang dan malam.
dapat diisi dengan
kosakata bahasa daerah
untuk membantu
penyajian
46
prasyarat yang berarti kompetensi yang sebelumnya telah dipelajari peserta didik,
berkaitan dengan indikator kunci yang dipelajari.
c. Indikator pengayaan
Indikator pengayaan mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari
tuntutan kompetensi dari stSaudarar minimal KD. Tidak selalu harus ada.
Dirumuskan apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi
dan perlu peningkatan yang baik dari stSaudarar minimal KD.
Penentuan indikator tersebut baiknya harus runtut dari keterampilan dasar
hingga keterampilan kompleks (lihat taksonomi Blooms). Berikut contoh indikator
dari kelas IV KD 3.1 dan 4.1.
Tabel 17. Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Kelas IV
KD : KD:
3.1. Mencermati gagasan pokok dan 4.1 Menata informasi yang didapat
gagasan pendukung yang diperoleh dari teks berdasarkan keterhubung
dari teks lisan, tulis, atau visual an antargagasan ke dalam kerangka
tulisan
IPK Pendukung IPK Pendukung
3.1.1 Menentukan kalimat utama 4.1.1 Menyajikan informasi yang
dari teks tulis. didapat dari teks berdasarkan
3.1.2 Menentukan kalimat utama keterhubungan antargagasan
dari teks visual. dalam bentuk peta pikiran
47
b. Menentukan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah pengembangan Indikator Capaian Kompetensi
(IPK) yang telah dirumuskan. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur. Rumusan
tujuan pembelajaran memuat unsur audien (peserta didik), behavior/perilaku yang
hendak dicapai, condition, dalam kondisi bagaimana perilaku itu dicapai, dan
degree yaitu tingkat kemampuan yang diinginkan untuk dicapai. Keempat aspek
tersebut sering disingkat ABCD (Tri Priyatni, 2019). Berikut contoh rumusan
tujuan pembelajaran kompetensi dasar (KD) 4.1 di kelas IV
49
f. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka hendaknya dimulai dengan kegiatan
pembelajaran yang ramah dan hangat. Hal tersebut dapat dicapai dengan
mengucapkan salam pembuka, berdoa dengan dipimin oleh siswa, serta
menanyakan kabar siswa. Kehangatan yang terbangun dapat menumbuhkan
percaya diri dan merasa bahwa dirinya dianggapo ada.
Siswa hendaknya disiapkan secara fisik dan psikis agar benar-benar siap
mengahdapi pembelajaran. Jangan dulu memulai pembelajarn disaat keadaan siswa
belum siap. Untuk mengecek kesiapan siswa dari segi pengetahuan dapat dilakukan
dengan cara melakukan apersepsi atau mengecek pengetahuan siswa mengenai
materi prasyarat atau pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya.
Selanjutnya siswa harus mengetahui bahwa tujuan serta proses pembelajaran
yang akan dilakukan. Sehingga siswa memiliki gambaran tentang apa yang harus
ia dapatkan dan gambaran tentang proses poembelajaram yang akan dilakukan.
Dengan demikian siswa tidak merasa kaget (shock) dan akan merasa senang karena
ia mengetahui proses pembelajaran yang akan dilakukan dari awal hingga akhir
pembelajaran.
Kegiatan inti. Yang terpenting dari kegaitan ini adalah bagaimana
pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered). Guru hanya menjadi
fasilitator dan guider yang mengarahkan proses pembelajaran siswa. Gunakanlah
model pembelajaran dan langkah-langkah pendekatan yang sesuai agar kegiatan inti
terstruktur. Dalam pembelajaran teks narasi sejarah misalnya, guru jangan terfokus
untuk memberikan materi dengan cara ceramah dari awal sampai akhir. Gunakan
lembar kerja siswa (LKS) agar siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya.
Konsep tentang teks narasi dapat disjaikan dalam LKS. Yang harus diperhatikan
LKS adalah lembar bimbingan bukan lembar persoalan.
Kegiatan penutup. Sebelum mengakhiri pembelajaran baiknya guru
mengecek pemahaman siswa apakah tujuan pembelajaran hari itu tercapai atau
tidak. Pengecekan bisa dilakukan secara klasikal dengan kegiatan tanya jawab
hingga siswa mendapatkan kesimpulan secara utuh hasil pembelajaran tersebut.
Untuk memantapkan pengukuran hasil belajar, baiknya dilakukan kegiatan evaluasi
baik tes atau nontes.
50
Contoh:
Strategi : PORPE (predict, organize, rehearse, practice, evaluate)
Kegiatan Alokasi
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran Waktu
1. Guru mengucapkan salam
2. Mengajak semua siswa berdo’a menurut 15
agama dan keyakinan masing-masing, menit
dengan dipimpin oleh salah satu siswa.
3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Guru melakukan apersepsi (menanyakan
tentang materi pelajaran yang telah
Kegiatan dipelajari pada pertemuan sebelumnya).
pembuka 5. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai .
6. Menjelaskan manfaat dan langkah-langkah
pembelajaran.
7. Guru memberi motivasi belajar peserta didik
secara kontekstual sesuai manfaat dan
aplikasi materi ajar dalam kehidupan
sehari-hari.
8. Siswa dibagi ke dalam kelompok yang
jumlah anggotanya 2-3 orang. 150
Kegiatan Inti 9. Setiap siswa dalam kelompok mendapat
menit
lembar kerja siswa.
10. Setiap siswa mendapatkan teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam yang ada dalam LKS.
11. Siswa mengamati penjelasan guru mengenai
strategi dan petunjuk dalam kegiatan
membaca dan mengisi lembar kerja siswa
(LKS).
12. Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan
petunjuk yang telah disampaikan guru.
51
Predict (10 menit)
13. Siswa membaca sekilas teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam.
14. Siswa menyusun prediksi dari teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam dengan cara menyusun 3
pertanyaan yang berkaitan dengan isi teks.
Organize (30 menit)
15. Siswa membaca kembali teks deskriptif
tentang anggota tubuh dan pancaindra,
wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang
dan malam dengan teliti.
16. Siswa menuliskan ide pokok tiap paragraf
pada bagan peta konsep yang telah
disediakan pada lembar kerja siswa.
17. Siswa menuliskan simpulan dari teks yang
telah dibaca.
Rehearse (10 menit)
18. Siswa membaca secara berulang atau
menghafalkan ide pokok yang telah ditulis
pada peta konsep.
Practice (25 Menit)
19. Siswa menjawab pertanyaan prediksi yang
telah dibuat pada tahap predict.
20. Siswa menceritakan kembali isi teks yang
telah dibaca dengan cara menuliskannya
pada lembar kerja siswa .
Evaluate (5 menit)
21. Siswa menukar hasil karyanya dengan
pasangannya.
22. Siswa dengan pasangannya mengevaluasi
hasil kerja dengan menggunakan panduan
checklist yang diberikan oleh guru.
23. Siswa membuat 3 pertanyaan untuk
wawancara mengenai teks deskriptif tentang
anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan
sifat benda, serta peristiwa siang dan malam
pada lembar kerja siswa.
24. Siswa melakukan kegiatan wawancara
dengan pasangannya.
25. Siswa menuliskan laporan hasil wawancara
52
pada lembar yang telah disediakan.
26. Siswa mengkomunikasikan hasil kerjanya
mengenai laporan mewawancarai teman.
27. Guru memberikan apresiasi dan penguatan
terhadap hasil kerja siswa.
28. Siswa bersama guru melakukan tanya jawab
mengenai teks deskriptif tentang anggota
tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat
benda, serta peristiwa siang dan malam.
29. Siswa mengamati lingkungan sekitar dan
melakukan tanya jawab mengenai anggota
tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat
benda, serta peristiwa siang dan malam.
30. Siswa mencari informasi tambahan yang
dibutuhkan mengenai anggota tubuh dan
pancaindra, wujud dan sifat benda, serta
peristiwa siang dan malam dalam teks yang
terdapat dalam LKS.
31. Siswa menuliskan 3 contoh anggota tubuh
dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta
peristiwa siang dan malam dalam kehidupan
sehari-hari.
32. Guru memberikan apresiasi dan penguatan
mengenai perubahan energi yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan 33. Siswa bersama guru melakukan refleksi
Penutup terhadap kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
34. Siswa dibimbing oleh guru menyimpulkan
pembelajaran.
35. Guru memberikan simpulan akhir
pembelajaran.
36. Siswa diberikan lembar evaluasi individu.
37. Guru memberikan tindak lanjut .
38. Guru menyampaikan inti pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya .
39. Mengajak semua siswa berdo’a menurut
agama dan keyakinan masing-masing untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran.
40. Guru mengucapkan salam penutup.
53
g. Penilaian
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian
diri, penilaian teman sejawat (peer evaluation) oleh peserta didik, dan jurnal.
Instrument yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar
peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai
rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatn pendidik.
Penilaian kompetensi pengetahuan dilakukan dengan menilai kompetensi
pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrument tes tulis berupa
soal pilihan gSaudara, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan
uraian. Instrument uraian dilengkapi pedoman penskoran. Instrument tes lisan
berupa daftar pertanyaan. Instrument penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau
proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas. Penilaian pengetahuan dalam pembelajaran teks fiksi perlu diintegrasikan
dengan keterampilan berbahasa sehingga tidak teoretis (Tri Priyatni, 2019). Contoh/
ilustrasi dalam pembelajaran mendongeng atau bercerita untuk pengembangan
bahasa lisan siswa, maka penilaian harus diintegrasikan dengan penilaian
menyimak, membaca dan menulis.
2. Tugas Terstruktur
Selamat, Saudara telah sampai pada akhir pembelajaran di KB- 1. Untuk
memastikan penguasaan Saudara terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan
Saudara selesaikantugas terstruktur berikut.
54
Bacalah teks di bawah ini!
Indahnya Persahabatan
KD
4.2 Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan
bermain di lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan
dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk
membantu penyajian
55
E. Forum Diskusi
Untuk menambah penguasaan materi modul, Saudara dipersilakan memberi
pendapat mengenai topik diskusi di bawah ini!
Sebagai seorang guru, apakah Saudara pernah mengalami kesulitan dalam
mengajarkan teks eksplanasi dan deskripsi di SD kelas tinggi? Bagaimanakah solusi
yang Saudara lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
F. Rangkuman
Selamat, Saudara telah sampai pada akhir pembelajaran di KB-1. Untuk
menambah penguasaan Saudara terhadap materi yang telah dipelajari, silakan
Saudara baca rangkuman berikut.
56
G. Tes Formatif
Selamat, Saudara telah sampai pada akhir pembelajaran di Kegiatan Belajar
1. Untuk memastikan penguasaan Saudara terhadap materi yang telah dipelajari,
silakan Saudara menyelesaikan Tes Formatif berikut. Selamat Bekerja.
57
2. Teks di atas adalah teks eksplanasi yang memiliki karakteristik.........
A. Isinya memuat fakta
Saat ini masih banyak dari guru dan orang tua murid yang tidak
sabar dalam mendidik peserta didiknya. Padahal, dalam mendidik anak
kesabaran sangatlah diperlukan. Seperti yang telah diutarakan oleh salah
satu filsuf legendaris Yunani yaitu Plato, bahwa pendidikan merupakan
proses yang panjang dan dijalani seumur hidup, yaitu mulai manusia itu
masih kecil hingga manusia beranjak dewasa.
Oleh sebab itu, sudah sepatutnya selaku guru dan orang tua murid
mendidik anaknya dengan sabar dan berorientasi pada proses. Supaya
nantinya anak dapat berkembang dengan baik dan dengan sewajarnya.
Dengan demikian pula potensi yang dimiliki anak juga dapat tumbuh
berkembang dengan baik dan alami.
59
Analisislah teks di atas , kemudian berdasar karakteristik yang tergambar, teks di atas
termasuk jenis pengembangan paragaraf...
A. Deskriptif
B. Argumentatif
C. Naratif
D. Persuasif
E. Eksposisi
7. Bacalah teks di bawah ini!
Berdasarkan teks di atas, sebuah paragraf harus memiliki syarat tertentu yaitu...
A. Kelengkapan, kesatuan, dan kepaduan
B. Kelengkapan, persatuan, dan keadilan
C. Kelengkapan, kesantunan, dan kerancuan
D. Kepaduan, kesatuan, dan kesukaan
E. Kepaduan, kedantunan, dan keadilan
8. Bacalah teks di bawah ini!
4) Menjelaskan ciri-ciri objek seperti warna, ukuran, bentuk, dan keadaan suatu
objek secara terperinci
60
Karakteristik teks di atas termasuk ke dalam ciri pengembangan paragraf...
A. Deskriptif
B. Persuasif
C. Eskposisi
D. Eksplanasi
E. Narasi
61
H. Kunci jawaban
1. C
2. A
3. C
4. A
5. C
6. D
7. A
8. A
9. D
10. C
62
I. DAFTAR PUSTAKA
Insan. (2017). Menulis Paragraf Deskripsi. [Online]. Tersedia dari
https//www.kompasiana.com/kanginsan/551ale898331cc7d9de0d7/menulis-
paragraf-paragraf-deskriptif-dan-paragraf-contoh]
Tim Sergu dalam Jabatan. (2017). Buku Suplemen Pendidikan dan Latihan PLPG.
Bandung: UPI
63
Ulfa, N. (2018). Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Bahasa Makasar melalui
Media Gambar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bajeng Barat Kabupaten
Gowa. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia dari:
http://eprints.unm.ac.id/10387/1/ARTIKEL%20NURUL%20ULFA.pdf
64