You are on page 1of 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/320420991

Sistem Pertanian Terintegrasi – Simantri: Konsep, Pelaksanaan, dan Perannya


dalam Pembangunan Pertanian di Provinsi Bali

Article  in  Forum penelitian Agro Ekonomi · November 2014


DOI: 10.21082/fae.v32n2.2014.157-176

CITATIONS READS

5 3,814

4 authors, including:

Sarwititi Sarwoprasodjo
Bogor Agricultural University
50 PUBLICATIONS   52 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Environmental Communication View project

All content following this page was uploaded by Sarwititi Sarwoprasodjo on 25 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN
DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI BALI

Integrated Agriculture System (Simantri): Its Concept, Implementation,


and Role in Agricultural Development in Bali Province

Iwan Setiajie Anugrah¹, Sarwititi Sarwoprasodjo², Kedi Suradisastra,³ dan Ninuk Purnaningsih²
¹Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161
E-mail: iwansetiajie@yahoo.com
² Fakultas Ekologi Manusia, IPB
Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
E-mail: sarwititi@gmail.com
³ Kompleks Duta Pakuan C-6/10, Bogor Baru, Bogor
E-mail: kedisuradisastra@yahoo.com

Naskah diterima: 2 September 2014; direvisi: 24 Oktober 2014; disetujui terbit: 10 November 2014

ABSTRACT

Integrated agriculture system (Simantri) is one of the priority program in Bali Province in order to enhance
agricultural sector’s role to support Bali Mandara. This paper aims to describe potency, opportunity, and support
of the local governments to empower farmers through Simantri program. This program is initiated Bali Governor
(2008-2013) and based on Prima Tani model. Simantri was initially started in 2009 in 10 sites of the Gapoktans’
demonstration plots in 7 regencies. Durineg the period of 2009-2013 Simantri developed into 400 sites out of
1,000 targeted sites in 2018 in 9 regencies/cities. Total budget spent by Bali Government Province for Simantri
2009-1013 was more than Rp 8 billion from social assistance and CSR funds. Simantri enhances relation among
farm activities and utilizes farm wastes inside the groups. Simantri orients its activities based on agriculture
without waste or zero waste and produces 4 F (Food, Feed, Fertilizer and Fuel). Livestock-farm integration
implemented by Simantri boosts farmers’ group business, job opportunity, and supplies of food, feed, fertilizer,
organic pesticide, and bio gas to meet group members’ demand and for commercial purpose supported by local
governments. In the future it is expected that Simantri becomes an integrated agriculture-energy program for food
self-reliance and farmers’ welfare. It is as also expected that this program sustains regardless the changes in
local government leaders and all attached policies.

Keywords: Simantri, potency, policy, Bali

ABSTRAK

Sistem pertanian terintegrasi (Simantri) merupakan salah satu program unggulan daerah Pemprov Bali untuk
peningkatan peran sektor pertanian mendukung Bali Mandara. Makalah ini bertujuan mendeskripsikan tentang
potensi, peluang, dan dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap sekor pertanian untuk kesejahteran
petani melalui program Simantri. Inisiasi kegiatan didasarkan pada ide, gagasan, dan pemikiran Gubernur Bali
(2008-2013) dan model Prima Tani. Implementasi Simantri dimulai tahun 2009 pada 10 lokasi percontohan
Gapoktan Simantri di 7 kabupaten. Perkembangan Simantri 2009-2013 telah mencapai 400 lokasi, dari target
1000 lokasi Simantri tahun 2018 di 9 kabupaten/kota. Jumlah anggaran Pemprov Bali untuk kegiatan Simantri
(2009-2013) mencapai lebih dari Rp80 miliar dalam bentuk bansos dan CSR. Konsep Simantri selain
memberdayakan hubungan fungsi masing-masing kegiatan juga mendorong pada pemanfaatan limbah pertanian
dan ternak menjadi komponen pendukung integrasi di tingkat kelompok Simantri. Kegiatan ini berorientasi pada
usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer, dan fuel). Beberapa hasil
penelitian terkait dengan Simantri di Provinsi Bali menunjukkan bahwa pelaksanaan pola integrasi tanaman
ternak di lokasi Simantri telah memberikan dampak pada tumbuhnya kegiatan usaha kelompok, lapangan
pekerjaan, pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, pupuk dan pestisida organik serta biogas di tingkat kelompok
maupun untuk tujuan komersial melalui dukungan kebijakan pemda setempat. Potensi, peluang, dan dukungan
kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan Simantri diharapkan menjadi embrio bagi keberlanjutan program
pembangunan sektor pertanian daerah menuju sistem pertanian energi terpadu untuk kemandirian pangan dan
kesejahteraan petani. Dengan asumsi bahwa keberlanjutan program ini tidak terdistorsi oleh proses pergantian
pimpinan daerah dan kepentingan kebijakan yang menyertainya.

Kata Kunci: Simantri, potensi, kebijakan, Bali

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
157
PENDAHULUAN kembangnya diversifikasi usaha dan lembaga
usaha ekonomi serta infrastruktur di per-
desaan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Sistem Pertanian Terintegrasi atau lebih 2013). Kegiatan integrasi yang dilaksanakan
dikenal dengan Simantri telah menjadi model juga berorientasi pada usaha pertanian tanpa
pembangunan pertanian daerah di Provinsi limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F
Bali. Program Simantri didukung sepenuhnya (food, feed, fertilizer, dan fuel). Kegiatan utama
oleh Pimpinan Daerah melalui visi dan Simantri adalah mengintegrasikan usaha budi
kebijakan perencanaan program pembangun- daya tanaman dan ternak. Limbah tanaman
an strategis daerah untuk “Bali Mandara” (Bali diolah untuk pakan ternak dan cadangan
Aman Damai dan Sejahtera). Simantri pada pakan pada musim kemarau. Limbah ternak
dasarnya adalah integrasi vertikal dan (faeces, urine) diolah menjadi biogas, biourine,
horizontal kegiatan usahatani di tingkat lokal, pupuk organik dan biopestisida (Dinas
mulai dari proses perencanaan, perumusan Pertanian Tanaman Pangan, 2013;
kebijakan hingga implementasi. Diversifikasi Wisnuardhana, 2009).
usahatani juga dibangun untuk mendukung Perkembangan jumlah lokasi/Gapoktan
kelembagaan Simantri. Ide program Simantri Simantri jilid I (periode 2008-2013) telah
telah dilaksanakan pada tahun 2008-2013 dan mencapai lebih dari 400 lokasi/Gapoktan, dari
kemudian dilanjutkan 2013-2018 (Biro Humas, 1.000 Gapoktan Simantri yang ditargetkan
Setda Provinsi Bali, 2013). hingga proses implementasi kebijakan pro-
Konsep pertanian integrasi yang gram Simantri Jilid II (Periode Kepemimpinan
dilaksanakan melalui program Simantri di Gubernur Bali 2013-2018) di 9 kabupaten/ kota
Provinsi Bali mendapat dukungan pendanaan, yang ada di Provinsi Bali. Jumlah dana
fasilitasi, dan komitmen politik pimpinan bantuan yang disalurkan selama periode 2009-
daerah yang begitu besar melalui kebijakan 2013 mencapai lebih dari Rp80 miliar yang
sinergi-sitas program strategis daerah dan berasal dari APBD Provinsi Bali dan CSR
peng-anggaran yang berkelanjutan. Gagasan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
program Simantri diarahkan untuk mendorong Bali, 2009-2013). Upaya yang sudah dilakukan
peningkatan kesejahteraan petani, pengentas- oleh Pemprov Bali melalui inisiasi program
an kemiskinan, dan pengangguran serta Simantri jilid I (sejak 2009-2013) dan keber-
keterkaitan dengan program lain dalam rangka lanjutan program tersebut lima tahun ke depan
membangun ekonomi perdesaan ke depan (Simantri jilid II, 2013-2018) tidak saja
secara berkelanjutan. Proses integrasi tidak berdampak pada akumulasi jumlah aset ternak
hanya di tingkat usahatani, tetapi juga dilakukan sebagai investasi, pengembangan, dan
di tingkat birokrasi/SKPD sebagai pola pen- sumber pangan hewani, tetapi juga secara
dekatan program Simantri di tingkat faktual menjadi potensi bagi pengembangan
pemerintahan. Pola pendekatan ini merupakan usahatani (agribisnis) ternak dan tanaman
salah satu ciri/pembeda Simantri yang basis integrasi serta usaha lain berbasis
dilakukan Pemprov Bali dengan implemetasi sumber daya lokal yang dikelola oleh masing-
konsep pertanian integrasi yang dilaksanakan masing Gapoktan. Usaha-usaha lain yang
di tempat lain. terkait penyediaan pupuk organik, hasil bio-
Secara teknis Simantri merupakan urine juga biogas berikut kelembagaannya,
kegiatan integrasi pertanian dalam arti luas merupakan upaya dan dampak yang diharap-
yang diintroduksikan pada usaha tanaman kan dari kegiatan integrasi tanaman-ternak
pangan, palawija dan hortikultura, peternakan, serta integrasi birokrasi dari sejumlah institusi
perkebunan, perikanan, dan tanaman kehutan- kelembagaan di Provinsi Bali.
an pada satu wilayah/lokasi kegiatan. Simantri Tulisan ini merupakan bagian dari
juga sekaligus merupakan pengembangan hasil penelitian disertasi tentang Proses
model percontohan dalam percepatan alih Pengambilan Keputusan dalam Perumusan
teknologi kepada masyarakat perdesaan yang Kebijakan Program Pembangunan Pertanian
diakselerasi sebelumnya melalui model Prima Strategis Daerah di Provinsi Bali. Materi dan
Tani. Sasaran Simantri meliputi peningkatan substansi penulisan makalah dikembangkan
luas tanam, populasi ternak, perikanan dan dengan dukungan informasi dari beberapa
kualitas hasil, tersedianya pakan ternak ber- litelatur yang terkait dengan topik bahasan.
kualitas sepanjang tahun, tersedianya pupuk Tujuan penulisan untuk memberikan informasi
dan pestisida organik, biogas, kemudian ber- bahwa kebijakan program pembangunan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

158
pertanian daerah yang dilaksanakan oleh (Winarso dan Basuno, 2013), sekaligus
Provinsi Bali melalui program Simantri, menjadi salah satu potensi untuk pencapaian
merupakan sebuah upaya lokal jangka Program Swasembada Daging Sapi Nasional
panjang ke arah kelompok kemandirian (PSDS) tahun 2014 yang telah direncanakan
pangan, pakan, pupuk organik, energi (biogas) dalam lima kegiatan pokok serta 13 kegiatan
dan kesejahteraan petani, berbasis integrasi operasional Dirjen Peternakan (Ashari et al.,
tanaman pangan (padi, palawija dan 2013).
hortikultura), peternakan, perkebunan, budi Konsep yang disampaikan Pasandaran
daya perikanan, dan kehutanan. Berdasarkan et al. (2005) menyatakan bahwa salah satu
latar belakang, tujuan program, serta konsep sistem usahatani yang dapat mendukung
dan sasaran pelaksanaan kegiatan Simantri pembangunan pertanian di wilayah perdesaan
secara berkelanjutan maka arah kebijakan dan adalah sistem integrasi tanaman-ternak. Ciri
komitmen yang sedang dibangun/diperankan utama dari pengintegrasian tanaman dengan
oleh pimpinan daerah Provinsi Bali beserta ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang
para pemangku kepentingan dan penentu saling menguntungkan antara tanaman
kebijakan di daerahnya, secara tidak langsung dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat
mengarah pada proses pelaksanaan menuju dari pembagian lahan yang saling terpadu dan
“Sistem Pertanian-Energi Terpadu untuk pemanfaatan limbah dari masing masing
Kemandirian Pangan dan Kesejahteraan komponen. Saling keterkaitan berbagai
Petani”. komponen sistem integrasi merupakan faktor
pemicu dalam mendorong pertumbuhan pen-
dapatan masyarakat tani dan pertumbuhan
KONSEP DASAR DAN KEGIATAN
ekonomi wilayah yang berkelanjutan
SIMANTRI
(Pasandaran et al., 2005). Dengan kata lain,
sistem integrasi tanaman ternak mengemban
Model integrasi tanaman ternak yang tiga fungsi pokok yaitu memperbaiki kesejah-
dikembangkan di lokasi beberapa daerah dan teraan dan mendorong pertumbuhan ekonomi,
negara berorientasi pada konsep sistem memperkuat ketahanan pangan, dan me-
produksi tanpa limbah (zero waste production melihara keberlanjutan lingkungan.
system), yaitu seluruh limbah dari ternak dan Sistem integrasi tanaman ternak terdiri
tanaman didaur ulang dan dimanfaatkan dari komponen budi daya tanaman, budi daya
kembali ke dalam siklus produksi. Komponen ternak, dan pengolahan limbah. Penerapan
usahatani dalam model ini meliputi usaha teknologi pada masing-masing komponen
ternak sapi potong, tanaman pangan (padi merupakan faktor penentu keberhasilan sistem
atau jagung), hortikultura (sayuran), perkebun- integrasi tersebut. Menurut Pasandaran et al.
an (tebu), dan perikanan (lele, gurami, nila). (2005), salah satu kunci keberhasilan sistem
Limbah ternak (kotoran sapi) diproses menjadi integrasi adalah kemampuan mengelola infor-
kompos dan pupuk organik granuler serta masi yang diperlukan dalam sistem integrasi
biogas; limbah pertanian (jerami padi, batang termasuk informasi mengenai teknologi
dan daun jagung, pucuk tebu, jerami kedelai integrasi tanaman ternak. Di samping itu,
dan kacang tanah) diproses menjadi pakan keberhasilan petani dalam penerapan sistem
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2010). integrasi tanaman ternak perlu didukung oleh
Pengembangan kegiatan pembangunan kelembagaan yang kuat. Kelembagaan ter-
pertanian melalui kegiatan integrasi tanaman- sebut di antaranya adalah lembaga sosial
ternak juga telah menjadi pola usahatani yang masyarakat, lembaga agroinput, lembaga
banyak dikembangkan di berbagai daerah dan keuangan, lembaga pemasaran, dan lembaga
agroekosistem di Indonesia. Selain menjadi penyuluhan (Rahman dan Subikta dalam Fagi
sumber pendapatan keluarga, pola ini et al, 2009).
dipandang dapat memberikan berbagai Konsep Simantri yang diinisiasi oleh
dampak pada proses integrasi dengan Gubernur Bali terinspirasi dari model
program pengembangan usaha lainnya yang pengembangan Prima Tani yang diintroduksi-
lebih luas. Berbagai pola pengembangan kan melalui Balai Pengkajian Teknologi
integrasi tanaman-ternak baik yang berbasis Pertanian (BPTP) Provinsi Bali di salah satu
komoditas maupun agroekosistem telah lokasi yang dikunjunginya. Gambaran kegiatan
menjadi bagian dalam upaya mendukung pertanian integrasi yang disampaikan dalam
usaha pembibitan sapi potong dalam negeri presentasi model Prima Tani di hadapan

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
159
gubernur dan pejabat publik lainnya menjadi transfer, dimana pada tahun kelima program
momentum awal lahirnya konsep adopsi model diharapkan sudah dapat diterima oleh stake-
Prima Tani menjadi program Simantri di holders (exit strategy), terutama Pemerintah
Provinsi Bali untuk mendukung program Daerah setempat. Adopsi model Prima Tani
strategis daerah. Konsep Simantri hasil menjadi Simantri juga ditindaklanjuti dengan
transformasi kegiatan Prima Tani di Provinsi nota kesepahaman (MoU) antara Badan
Bali mengembangkan pola integrasi tanaman Litbang Pertanian dengan Pemda Bali No.
ternak pada SUID keluarga. Konsep ini 075/12/KB/B.PEM/2009 dan No. 680/HM.240/
kemudian dirancang menjadi program Simantri I.10/09 pada tanggal 28 Oktober 2009 dengan
melalui arahan dan ide pemikiran Gubernur tindak lanjut pengembangan model pertanian
Bali kepada instansi teknis terkait di lingkup terintegrasi secara berkelanjutan. Sinergisitas
Pemprov Bali dan BPTP Bali. Program untuk meningkatkan harmonisasi dan dukung-
Simantri merupakan salah satu kegiatan an Pemda Kabupaten dan Kota ditindaklanjuti
unggulan mendukung kebijakan program dengan MoU antara Gubernur dengan Bupati/
strategis Provinsi Bali untuk Bali Mandara (Bali Walikota se-Bali, sehingga dalam pengem-
Maju Aman Damai dan Sejahtera). Konsep bangan pembangunan pertanian melalui
sederhana yang disampaikan BPTP Bali program Simantri di seluruh wilayah Provinsi
kepada Gubernur Bali pada awal transformasi Bali diharapkan dapat berkelanjutan (BPTP
model Prima Tani, bahwa untuk memajukan Provinsi Bali, 2011; Pemprov Bali, 2009).
sektor pertanian dalam mendukung program Simantri mengintegrasikan kegiatan
Bali Mandara diperlukan dukungan teknologi. sektor pertanian dengan sektor pendukungnya
Penerapan teknologi pada masing-masing baik secara vertikal maupun horizontal sesuai
komponen merupakan faktor penentu keber- potensi masing-masing wilayah dengan meng-
hasilan sistem integrasi tersebut. Agar sistem optimalkan pemanfaatan sumber daya lokal
integrasi berjalan dengan baik dan dapat yang ada. Inovasi teknologi yang diintroduksi-
meningkatkan produktivitas pertanian maka kan berorientasi untuk menghasilkan produk
petani harus menguasai dan menerapkan pertanian organik dengan pendekatan ”pertani-
inovasi teknologi (Suryanti, 2011). Dengan an tekno ekologis”. Kegiatan integrasi yang
demikian, pada tahap penyusunan konsep dilaksanakan juga berorientasi pada usaha
Simantri Pemprov Bali melibatkan peran BPTP pertanian tanpa limbah (zero waste) dan
sebagai penanggung jawab inovasi teknologi menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer, dan
untuk mendukung pola integrasi tanaman dan fuel). Kegiatan utama Simantri adalah meng-
ternak, termasuk muatan untuk penyusunan integrasikan usaha budi daya tanaman dan
konsep kelembagaan (agribisnis) yang akan ternak, dimana limbah tanaman diolah untuk
diintroduksikan. pakan ternak dan cadangan pakan pada
Simantri adalah upaya terobosan musim kemarau dan limbah ternak (faeces,
untuk mempercepat adopsi teknologi pertanian urine) diolah menjadi biogas, biourine, pupuk
karena merupakan pengembangan model organik dan biopestisida (Biro Humas, Setda
percontohan dalam percepatan alih teknologi Provinsi Bali, 2013; Dinas Pertanian Tanaman
kepada masyarakat perdesaan. Kegiatan awal Pangan Provinsi Bali, 2010; Wisnuardhana,
yang dilakukan meliputi kegiatan budi daya 2009).
(ternak sapi tanaman sesuai potensi daerah), Sesuai dengan pendekatan awal
pengolahan limbah tanaman untuk pakan Model Prima Tani, konsep Simantri menekan-
ternak, pengolahan limbah ternak menjadi kan pada Sistim Usahatani Intensifikasi dan
pupuk organik (kompos) dan biogas serta Diversifikasi (SUID) dalam usahatani keluarga
pemanfaatannya, menuju kepada kelompok serta kegiatan usahatani diversifikasi yang
mandiri pangan, pakan, pupuk organik dan dilakukan secara vertikal dan horizontal.
energi (biogas). Dengan tumbuhnya kegiatan Diversifikasi usahatani secara horizontal pada
produktif juga diharapkan mampu me- dasarnya mengusahakan beberapa komoditas
numbuhkan simpul agribisnis (AIP) serta secara terpadu, yaitu tumpang sari tanaman
berkembangnya kelembagaan keuangan mikro pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan,
(Wisnuardhana, 2009; Dinas Pertanian perikanan dan bahkan kehutanan (agro-
Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2010; BPTP forestry). Sementara, diversifikasi usahatani
Provinsi Bali, 2011). secara vertikal adalah mengembangkan unit
Proses transformasi ini sejalan dengan pelayanan sarana produksi dan lembaga ke-
skenario Prima Tani yaitu build-operate- uangan mikro, melaksanakan intensifikasi dan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

160
ekstensifikasi usahatani, kegiatan pengolahan sing-masing 1 unit dilengkapi dengan kompor
dan pemasaran hasil dan pengolahan/ gas khusus sebanyak 5 unit; bangunan
pemanfaatan hasil ikutan (biourine, biogas, instalasi biourine sebanyak 1 unit; bangunan
kompos, pakan, bioarang, asap cair, jamur, pengolah kompos dan pengolah pakan
lebah madu, susu, sabun dari susu, dan lain- masing-masing sebanyak 1 unit; pengembang-
lain) (Biro Humas, Setda Provinsi Bali, 2013 an tanaman kehutanan sesuai kondisi dan
dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan potensi masing-masing wilayah (Biro Humas,
Provinsi Bali, 2010). Setda Provinsi Bali, 2013 dan Dinas Pertanian
Sasaran kegiatan Simantri adalah Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2010).
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada Paket utama Simantri dibiayai dari
satu wilayah desa. Kriteria Gapoktan yang dana Bantuan Sosial (Bansos) APBD Provinsi.
dimaksud adalah desa yang memiliki potensi Untuk kegiatan penunjang termasuk dalam
pertanian dan terdapat komoditas unggulan pengembangan infrastruktur perdesaan di-
sebagai titik ungkit; terdapat Gapoktan yang biayai dari kegiatan Satuan Kerja Perangkat
mau dan mampu melaksanakan kegiatan Daerah (SKPD) terkait di Provinsi Bali dan
terintegrasi; dan prioritas pada desa dengan Pemkab/Pemkot, sesuai dengan ketersediaan
Rumah Tangga Miskin (RTM) lebih dari 35 dana dan program kegiatan masing-masing
persen. Untuk melihat keberhasilan program SKPD. Dalam jangka panjang juga diharapkan
Simantri diharapkan dapat terwujud dalam peran serta swasta dalam bentuk Coorperate
jangka pendek (3-4 tahun). Indikator tingkat Social Responsibility (CSR). Dukungan
pencapaian tersebut, antara lain berkembang- pembinaan teknis dan sharing pembiayaan
nya kelembagaan dan SDM baik petugas juga dilaksanakan oleh Balai Pengkajian
pertanian maupun petani, terciptanya lapang- Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Bali.
an kerja melalui pengembangan diversifikasi Konsep Simantri secara sistematis dapat
usaha pertanian dan industri rumah tangga, dilihat pada Lampiran 1.
berkembangnya intensifikasi dan ekstensifi-
kasi usahatani, meningkatnya insentif ber-
usahatani melalui peningkatan produksi dan PELAKSANAAN SIMANTRI
efisiensi usahatani (pupuk, pakan, biogas, DI PROVINSI BALI
biourine, biopestisida diproduksi
sendiri), tercipta dan berkembangnya Kegiatan Simantri di Provinsi Bali mulai
pertanian organik (green economic), dilaksanakan pada tahun 2009 di sepuluh
berkembangnya lembaga usaha ekonomi lokasi Gapoktan Simantri sebagai awal
perdesaan, serta peningkatan pen-dapatan kegiatan percontohan program, dengan
petani (minimal 2 kali lipat). Secara teknis alokasi dana kurang dari Rp200 juta untuk
sasaran program Simantri meliputi: setiap lokasi (satu Gapoktan) dalam bentuk
peningkatan luas tanam, populasi ternak, per- bansos. Simantri kemudian dilaksanakan/
ikanan dan kualitas hasil; tersedianya pakan dikembangkan setiap tahun secara berke-
ternak berkualitas sepanjang tahun; tersedia- lanjutan. Kegiatan Simantri tahun 2009,
nya pupuk, pestisida organik dan biogas serta dilaksanakan di 10 desa di 7 kabupaten
berkembangnya diversifikasi usaha, lembaga (kecuali Denpasar dan Klungkung): Buleleng
usaha ekonomi dan infrastruktur di perdesaan (Musi, Telaga, Tajun, Ambengan), Jembrana
(Wisnuardhana, 2009; Dinas Pertanian (Pengeragoan), Tabanan (Tunjuk), Badung
Tanaman Pangan, 2010). (Pangsan), Gianyar (Buahan Kaja), Bangli
Dalam konsep Simantri disebutkan (Belantih), Karangasem (Tulamben). Kegiatan
bahwa pada tahap awal kegiatan pendanaan Simantri Tahun 2010 dilaksanakan di 40 desa
program disediakan oleh Pemprov Bali dalam di 9 kabupaten/kota, kemudian pada tahun
bentuk paket kegiatan. Paket kegiatan utama 2010 kegiatan Simantri dilanjutkan dengan
Simantri pada tahap awal meliputi: pengem- penambahan 40 lokasi pengembangan baru.
bangan komoditas tanaman pangan, peternak- Perkembangan desa dan Gapoktan Simantri
an, perikanan dan intensifikasi perkebunan pada tahun 2011 telah dilaksanakan pada 150
sesuai potensi wilayah; pengembangan ternak lokasi di 9 kabupaten/kota. Pada tahun 2012
sapi atau kambing dan kandang koloni (20 dilaksanakan pada 125 lokasi/Gapoktan serta
ekor sapi atau 40 ekor kambing); bangunan pada tahun 2013 dilaksanakan pada 75 lokasi
instalasi biogas sebanyak 3 unit; kapasitas 11 desa/Gapoktan di 9 kabupaten/kota. Jumlah
3 3
m sebanyak 1 unit dan kapasitas 5 m ma- lokasi desa/Gapoktan Simantri periode

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
161
kepemimpinan Gubernur Bali 2008-2013 atau tasi konsep kelembagaan pengolahan produk,
dikenal dengan Simantri jilid I yang setelah tahapan teknis integrasi tanaman
dialokasikan di 9 kabupaten/kota di Provinsi ternak di setiap lokasi terwujud dengan
Bali mencapai 400 lokasi/Gapoktan (Dinas mekanisme yang berkembang di masing-
Pertanian Tanaman Pangan dan Pemerintah masing lokasi. Seperti halnya dinamika yang
Provinsi Bali, 2009-2013) terjadi pada pelaksanaan model Prima Tani,
Jumlah dan alokasi pendanaan untuk beberapa lokasi desa/Gapoktan Simantri telah
program Simantri disediakan oleh Pemprov menunjukkan perkembangan yang cukup ber-
Bali melalui APBD Pemprov Bali baik dalam hasil, sekalipun di antara lokasi/Gapoktan ada
anggaran perubahan maupun anggaran induk, yang belum menunjukkan tahapan pelaksana-
selain dari CSR. Alokasi jumlah anggaran an dengan cepat. Berdasarkan hasil penilaian
yang disalurkan kepada masing-masing yang telah dilakukan oleh tim penilai Simantri
Gapoktan dilakukan dalam bentuk paket terdapat sejumlah Gapoktan yang tercatat
kegiatan. Berdasarkan lokasi kegiatan Simantri menunjukkan keberhasilan, sekalipun pelak-
berbagai tahun pelaksanaan, jumlah, dan sanaan kegiatannya baru mencapai 2-3 tahun
alokasi pendanaan disesuaikan dengan jumlah berjalan.
desa/Gapoktan dan besaran anggaran yang Pelaksanaan program Simantri secara
sudah ditetapkan. Dalam petunjuk pelaksana- kelembagaan menunjukan pola yang cukup
an dan Keputusan Gubernur Bali, ketentuan dinamis pada konsep pertanian integrasi
besaran anggaran kegiatan Simantri untuk tanaman dan ternak. Semua lokasi/bangunan
setiap desa/Gapoktan Simantri yang dilaksana- dan Gapoktan Simantri diberi nomor dari 01-
kan pada tahun kegiatan/anggaran 2010-2013 400 sesuai dengan waktu pelaksanaannya.
sebesar Rp200 juta dalam bentuk paket. Lokasi kegiatan Simantri dilengkapi dengan
Kecuali pada pelaksanaan kegiatan awal masing-masing nama Gapoktan, lambang
Simantri di sepuluh lokasi percontohan tahun (logo) Gapoktan Simantri dan alamat lokasi
2009, besaran alokasi anggaran untuk tiap yang terpampang pada setiap papan nama
desa/Gapoktan mencapai kurang dari jumlah yang di pasang secara jelas di setiap lokasi
tersebut. Secara keseluruhan jumlah anggaran Simantri. Bentuk dan warna papan nama
yang sudah disalurkan hingga tahun 2013, Gapoktan, menggunakan warna dasar dengan
kepada 400 desa/Gapoktan di Provinsi Bali, bentuk maupun warna tulisan yang diseragam-
mencapai lebih dari Rp80 miliar. kan. Penataan lingkungan bangunan kandang
dan fasilitas pendukungnya telah diatur ber-
Alokasi dana sebagian besar untuk
dasarkan juklak dan juknis yang sudah ditentu-
pengembangan komoditas tanaman pangan,
kan, sekalipun masih dapat disesuaikan
peternakan, perikanan, dan intensifikasi per-
dengan kondisi teknis di masing-masing lokasi.
kebunan sesuai potensi wilayah, kemudian
Juklak dan juknis juga disusun untuk
pengembangan ternak sapi atau kambing dan
mendukung kegiatan kelompok dalam
kandang koloni, bangunan instalasi biogas
administratif maupun dari aspek teknis.
dilengkapi dengan kompor gas (kompor untuk
biogas), bangunan instalasi biourine, Pelaksanaan kegiatan Simantri secara
bangunan pengolah kompos dan pengolah institusi juga melibatkan SKPD terkait di
pakan, serta pengembangan tanaman tingkat pemkab/pemkot dalam proses pen-
kehutanan sesuai kondisi dan potensi masing- dampingan, fasilitasi infrastruktur pendukung
masing wilayah. Sebagian kecil dana serta bantuan lainnya. Tidak hanya dari
dimanfaatkan untuk pengadaan benih/bibit pemkab/pemkot, seluruh SKPD di pemprov
tanaman pangan, perkebunan serta pada juga dilibatkan dalam kegiatan Simantri
beberapa lokasi yang memiliki potensi sebagai motivator dan pendamping pada
perikanan, dana juga dimanfaatkan untuk proses awal dilaksanakannya program
pembuatan kolam dan pembelian benih ikan Simantri. Dukungan masing-masing SKPD
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi juga terkait dengan peran dan tugas masing-
Bali, 2009-2013). masing, dilakukan dari sejak teknis pelaksana-
an di hulu hingga kegiatan di hilir dalam satu
Program Simantri jilid I periode rantai kelembagaan agribisnis. Peran teknis di
anggaran 2008-2013 telah dilaksanakan di 400 hulu melibatkan SKPD teknis yang terkait
lokasi desa/Gapoktan Simantri. Secara umum dengan inovasi, kelembagaan, agribisnis serta
dinamika pelaksanaan Simantri di seluruh dukungan sarana prasarana yang tidak
lokasi sudah berjalan pada tahapan implemen- termasuk dalam paket Simantri. Pendekatan

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

162
birokrasi yang diterapkan oleh gubernur gubernur sangat memegang peranan penting
sebagai pengambil kebijakan program Simantri dalam arti mempertanggungjawabkan kegiatan
terlihat begitu dominan dalam setiap tahap baik secara teknis konseptual maupun
kegiatan. birokrasi yang diterapkan, sehingga program
Setiap pegawai pemprov yang berlatar Bali Mandara termasuk dengan seluruh
belakang pendidikan pertanian dalam arti luas program di dalamnya menjadi wajib untuk
ditetapkan sebagai pendamping kegiatan diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh
Simantri tahun 2009-2010. SKPD teknis perangkat birokrasi di Provinsi Bali. Simantri
bertanggungjawab atas lokasi Simantri dan program unggulan lainnya sebagai bentuk
menurut pembagian yang dilegitimasi melalui acuan program pembangunan daerah juga
Surat Keputusan Gubernur. Para pejabat wajib menjadi pedoman kegiatan birokrasi
eselon II dan III dalam birokrasi di lingkup yang dijalankan oleh seluruh aparatur
pemprov mempunyai kewajiban untuk pemerintahan di Provinsi Bali. Simantri dan
memantau perkembangan program Simantri di program unggulan daerah lainnya bahkan
masing-masing lokasi. Seluruh staf maupun menjadi “penciri” progam pembangunan
para pejabat yang melakukan perjalanan dinas Provinsi Bali di tingkat nasional. Proses
diwajibkan mengunjungi minimal tiga lokasi nasionalisasi program-program pembangunan
Simantri yang dilalui selama dalam perjalanan. yang menjadi unggulan Provinsi Bali senanti-
Kunjungan ke tiga lokasi Simantri yang dilalui asa dipromosikan sekaligus merupakan kegiat-
dimaksudkan untuk memantau kondisi dan an advokasi yang dilakukan oleh gubernur
perkembangan Gapoktan Simantri, sekaligus secara langsung pada setiap kesempatan,
mengetahui permasalahan program di terutama pada event-event nasional termasuk
lapangan. Hasil kunjungan dibuat dalam pada kegiatan musrembangnas yang dipimpin
laporan yang kemudian diserahkan kepada oleh presiden. Strategi yang dilakukan oleh
masing-masing pimpinan untuk selanjutnya gubernur adalah untuk mensinergikan
disampaikan melalui Leading Sektor (koor- program-program pemerintah pusat dari
dinator Simantri) kepada gubernur. masing-masing kementerian yang ada, BUMN,
Pelaksanaan Simantri 2010-2012 melibatkan lembaga, dan pelaku ekonomi lainnya, baik
pemkab/pemkot dalam pola pendampingan yang mempunyai kegiatan usaha di wilayah
dan peran SKPD teknis dengan pembentukan Provinsi Bali maupun bagi yang akan
tim teknis di masing-masing pemkab/pemkot, melakukan investasi dalam kaitan mendukung
untuk memfasilitasi perencanaan hingga program pembangunan yang dilaksanakan
pelaksanaan kegiatan Simantri di masing- oleh Pemprov Bali.
masing daerah. Peran pimpinan daerah dalam kaitan
Pelibatan peran serta pemkab-pemkot menjadikan Simantri sebagai dasar untuk
sebagai tindak lanjut kesepakatan pengem- program penanggulangan kemiskinan, pe-
bangan Simantri di daerah (pemkab/pemkot), ngangguran, dan peningkatan kesejahteraan
sesuai dengan nota kesepakatan yang masyarakat Bali melalui pengembangan sektor
ditandatangani oleh Gubernur dan seluruh pertanian secara luas juga telah dibuktikan
Kepala Daerah (Bupati/Walikota) se-Provinsi dengan memberikan perhatian yang cukup
Bali. Kesepakatan tersebut meliputi keber- besar melalui keterkaitan Simantri dengan
lanjutan program Simantri di tingkat pemkab/ kegiatan sektor lain yang ada di Provinsi Bali.
pemkot. Bupati dan walikota sebagai pimpinan Produk-produk Simantri seperti pupuk organik,
daerah kemudian membentuk Tim Teknis beras, buah-buahan, dan sayuran organik di-
kabupaten/kota yang sebagian besar me- koordinasikan dengan kebutuhan pemenuhan
nerapkan konsep tim teknis di pemprov, pupuk, kebutuhan konsumsi beras di pasar
dimana yang menjadi koordinatornya adalah lokal, pasokan restoran, dan pegawai negeri
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Sekalipun lingkup pemprov. Beberapa hotel dan restoran
demikian, ada dua kabupaten dalam pem- diwajibkan membeli produk pertanian (arti
bentukan tim teknisnya dikoordinasikan oleh luas) yang dihasilkan oleh Gapoktan Simantri.
Bappeda dengan anggota pelaksana tim teknis Lembaga-lembaga keuangan (bank-nonbank)
dari SKPD lingkup sektor pertanian secara diminta berperan serta menyediakan pen-
luas. danaan bagi usaha Simantri (kredit ternak dan
Sebagai pimpinan daerah pemprov sarana-prasarana), di samping kerja sama
juga sebagai penggagas program Bali inovasi teknologi yang dibuka dengan lembaga
Mandara dan inisiator program Simantri, yang kompeten untuk pengembangan limbah

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
163
ternak menjadi pupuk organik, biourine, biogas menjadi pupuk organik, biourine serta biogas.
serta produk lain dari desa/Gapoktan Simantri. Dengan asumsi 20 ribu sapi maka potensi
Sinergitas program pembangunan untuk pemenuhan kebutuhan pupuk organik,
Provinsi Bali dipersatukan dalam program Bali biourine di Provinsi Bali, sebagian besar dapat
Mandara, baik melalui pendekatan birokrasi dilakukan/dipenuhi dari produk Simantri.
maupun keterkaitan antarsektor. Pendekatan Gambaran yang sama, dalam skala besar
ini dengan melibatkan berbagai peran jumlah sapi yang dipelihara juga dapat
pemangku kepentingan, sesuai dengan menghasilkan biogas yang dapat dijadikan
kebutuhan masing-masing simpul agribisnis sumber energi potensial untuk menunjang
yang dijalankan. Upaya menjaring aspirasi dan energi yang dibutuhkan oleh rumah tangga
penilaian masyarakat terhadap program petani atau kebutuhan energi daerah secara
pembangunan yang dilaksanakan dalam lebih luas. Potensi peningkatan produktivitas
berbagai program unggulan (SKPD), sekaligus tanaman dari pola integrasi tanaman-ternak,
menciptakan sistem pembangunan yang dengan asumsi bahwa penggunaan pupuk
transparan dan akuntabel, dilakukan oleh organik diterapkan berdasarkan aturan dan
Pemprov Bali melalui kegiatan dialogis, kebutuhan pupuknya dipenuhi dari kegiatan
kunjungan lapangan, sosialisasi, advokasi Simantri maka jumlah produk yang dihasilkan,
serta mediasi berbagai program, termasuk diperkirakan akan meningkat di samping akan
melakukan kegiatan “simakrame”. Simakrame mengurangi biaya usahatani. Dengan asumsi
merupakan forum dialogis terbuka yang usahatani terintegrasi diterapkan dalam sistem
dilaksanakan pada setiap akhir bulan di setiap yang baik dan semua subsistem di dalamnya
kabupaten/kota secara bergiliran oleh gubernur berjalan secara sinergis berkelanjutan, maka
bersama-sama dengan bupati/walikota, para tujuan akhir Simantri untuk peningkatan
pimpinan SKPD dan DPRD (provinsi dan pendapatan petani dua kali lipat dalam kurun
kabupaten/kota) serta pemangku kepentingan waktu 3-4 tahun dapat segera tercapai.
lainnya. Namun demikian, dalam pelaksanaan
program Simantri secara keseluruhan, belum
menunjukkan kondisi ideal di beberapa lokasi
POTENSI DAN KENDALA
desa/Gapoktan Simantri yang ada. Dari 400
PENGEMBANGAN
lokasi Simantri, diperkirakan baru sebagian
Gapoktan Simantri yang telah berhasil
Berdasarkan beberapa hasil penelitian melaksanakan konsep integrasi dan peman-
sebelumnya, secara umum kegiatan usahatani faatan potensi produk untuk pemenuhan
terintegrasi antara tanaman dan ternak telah kebutuhan internal anggota maupun menjadi
menunjukkan keberhasilan dalam menumbuh- sumber pendapatan kelompok. Artinya, baru
kan potensi dan hasil diversifikasi output yang sebagian Gapoktan yang telah menjalankan
menjadi produk dari kegiatan usahatani program Simantri berorientasi produk
terintegrasi. Sebagai aset kegiatan Simantri komersial untuk pemenuhan pasar di luar
adalah ternak sapi yang dipelihara oleh 400 kebutuhan anggota hingga menjadi sumber
desa/Gapoktan Simantri. Dengan jumlah penghasilan tambahan bagi Gapoktan. Sumber
pemeliharaan masing-masing 20 ekor sapi, penghasilan kelompok dapat diperoleh dari
berarti potensi investasi ternak dalam periode hasil penjualan pupuk, biourine serta produk
kegiatan 2009-2013 mencapai 8.000 ekor. usahatani tanaman yang diintegrasikan.
Penambahan jumlah lokasi desa dan Gapoktan Secara umum kendala yang dihadapi dalam
dalam pelaksanaan program Simantri hingga pelaksanaan Simantri adalah beberapa ternak
tahun 2018 adalah pencapaian target 1.000 tidak berada di kandang koloni. Sebagian
lokasi Simantri. Dengan target tersebut maka pengkadas membawa pulang sapi Simantri ke
jumlah cadangan ternak (produk pangan kandang masing-masing, sehingga limbah
hewani) jenis sapi bali mencapai 20 ribu ekor. ternak tidak terpusat (di kandang koloni) dalam
Jumlah tersebut belum termasuk tambahan jumlah yang banyak. Kapasitas penggunaan
dari hasil kelahiran anak dan sapi baru dari biogas juga masih terbatas untuk kebutuhan
hasil pembelian kelompok. anggota kelompok, termasuk jumlah biourine
yang dihasilkan. Permasalahan status lahan
Produk yang dihasilkan dari peme- untuk kandang koloni seringkali menjadi
liharaan sejumlah sapi, seperti kotoran, air kendala yang ditemui di beberapa lokasi
kencing, dan sisa pakan yang diproses Simantri, disamping terdapat beberapa alat

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

164
dan sarana yang tidak dapat difungsikan gambaran bahwa upaya yang dilakukan untuk
karena rusak. membangun pertanian dan perdesaan melalui
Jiwa kewirausahaan Gapoktan dan Simantri memberikan harapan besar ter-
anggota Poktan di dalamnya masih terbatas capainya upaya tersebut, sekalipun masih
pada pemahaman juklak dan juknis, sehingga memerlukan proses penyempurnaan dan
terkesan hanya menjalankan rutinitas kegiatan peran serta pemangku kepentingan maupun
integrasi tanaman-ternak dan cenderung masih penentu kebijakan di berbagai simpul kegiatan.
mengandalkan pada bantuan pendanaan dari Devendra (1993) dalam Priyanti (2007)
pemprov atau Pemkab/Pemkot setempat. menyatakan bahwa terdapat delapan keuntung-
Upaya menggali potensi pasar dan an dari penerapan pola sistem integrasi
diversifikasi usaha kelompok/Gapoktan melalui tanaman-ternak, yaitu (1) diversifikasi peng-
motivasi ketua Gapoktan atau ketua Poktan gunaan sumber daya produksi, (2) mengurangi
secara umum masih terbatas. Beberapa terjadinya risiko usaha, (3) efisiensi peng-
desa/Gapoktan yang mempunyai motivasi dan gunaan tenaga kerja, (4) efisiensi pengguna-
telah membangun komunikasi melalui an input produksi, (5) mengurangi keter-
hubungan kerja dengan relasi yang luas, telah gantungan energi kimia dan biologi serta
terbukti berhasil mengembangkan kegiatan masukan sumber daya lainnya, (6) sistem
diversifikasi usaha Simantri dalam sistem ekologi lebih lestari serta tidak menimbulkan
agribisnis yang lebih berkembang, terutama polusi sehingga ramah lingkungan, (7)
bagi pemasaran produk Simantri yang meningkatkan output, dan (8) mampu me-
dihasilkannya. ngembangkan rumah tangga petani yang
berkelanjutan.
Keberhasilan program Simantri juga
menjadi sumber inspirasi bagi pola kegiatan Sejalan dengan hal tersebut, indikator
kelembagaan diseminasi inovasi teknologi keberhasilan program Simantri di Provinsi Bali
berskala luas, seperti dikemukakan oleh bedasarkan konsep awal adalah terciptanya
Kariyasa (2012), keberhasilan diseminasi usahatani produktif in situ, terciptanya lapang-
melalui program Simantri pendekatannya an kerja melalui pengembangan diversifikasi,
menggunakan saluran Spectrum Diseminasi serta berkembangnya lembaga usaha ekonomi
Multi Channel (SDMC), dimana penekanannya perdesaan yang bermuara pada peningkatan
pada pemanfaatan saluran diseminasi yang pendapatan petani. Beberapa hasil penelitian
lebih potensial, mempunyai jangkauan dan yang terkait dengan implementasi program
pengaruh yang lebih luas, seperti gubernur, Simantri berdasarkan aspek yang menjadi
bupati, anggota DPRD, dan sebagainya. Oleh fokus penelitian meliputi kajian peningkatan
karena itu, melalui pendekatan model ini pedapatan, potensi hasil ternak dan hasil
diharapkan upaya percepatan diseminasi dan olahannya, serta keterkaitan kelembagaan dan
adopsi model pembangunan pertanian dinamika pelaksanaan kegiatan Simantri
perdesaan dalam skala luas dapat dilakukan. dengan pengembangan ekonomi wilayah,
menjadi pengayaan informasi tentang kegiatan
program Simantri yang dilaksanakan di
PERAN SIMANTRI DALAM PEMBANGUNAN Provinsi Bali.
PERTANIAN BALI
Peningkatan Pendapatan dan
Dinamika dan informasi tentang kegiatan Kesejahteraan Petani
Simantri dalam proses pembangunan Hasil kajian Suikanteri (2013) di kelompok
pertanian dan perdesaan yang dilakukan oleh Simantri 079 menunjukkan bahwa pendapatan
Provinsi Bali telah menjadi perhatian publik petani per hektar per tahun dari kegiatan
secara luas. Beberapa hasil kajian empirik Simantri dengan pola integrasi tanaman-ternak
tentang Simantri dari berbagai aspek telah lebih tinggi 1,07 persen dari pendapatan riil
menjadi dasar untuk memberikan keyakinan tanpa integrasi tanaman-ternak. Sementara,
bagi upaya jangka panjang menuju hasil penelitian Astuti (2013) menunjukkan
kemandirian pangan, pakan, pupuk organik, bahwa program Simantri memberikan manfaat
kebutuhan energi, dan kesejahteraan petani di besar bagi peningkaan pendapatan petani dan
dalamnya. Melalui pendekatan kasus dan hasil keluarganya. Hal ini didasarkan pada hasil
kajian empiris di beberapa lokasi kegiatan penelitian tentang tingkat efektivitas
Simantri (secara parsial) memberikan penerapan sapta usaha ternak dan sapta

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
165
usahatani serta efektivitas penerapan Pengalaman BPTP Bali dalam
kelembagaan, sehingga pendapatan petani di pendampingan model pertanian terintegrasi
kelompok Simantri Satya Kencana dan khususnya dalam Prima Tani, mampu mem-
kelompok Tegal Sari masing-masing berikan dampak ekonomi secara signifikan. Di
meningkat sebesar Rp7.332.000 per tahun Desa Sepang Buleleng yang menjadi inspirasi
dan Rp2.140.000 per tahun. lahirnya program Simantri, dengan pola
Hasil penelitian Kariyasa dan integrasi kopi-kambing, pendapatan awal
Pasandaran (2004) tentang konsep dan petani Rp5.721.700 tahun 2005, meningkat
menjadi Rp14.189.200 tahun 2008 atau
keunggulan sistem integrasi tanaman-ternak,
meningkat 148 persen (Guntoro et al., 2009).
salah satu lokasinya di Bali, menunjukkan
Demikian juga pada kawasan lahan marjinal di
bahwa usahatani yang dilakukan secara
Desa Sanggalangit Buleleng, dengan pola
terpadu mampu memberikan keuntungan lebih
integrasi jagung/hortikultura-sapi yang didukung
tinggi, penghematan pengeluaran biaya pupuk,
irigasi embung, dapat meningkatkan pendapat-
efektivitas penggunaan input atau biaya
an dari Rp4.094.000 tahun 2005 menjadi
produksi dengan nilai BCR lebih tinggi, serta Rp9.696.300 tahun 2008, meningkat 136,84
menghemat biaya tenaga kerja dan persen (Adijaya et al., 2009).
peningkatan harga produk pertanian organik.
Penerimaan dengan sistem terpadu di Bali Hasil studi serupa dilaporkan oleh Tim
mencapai Rp12.561.000 dengan keuntungan Anjak Badan Libang Pertanian tahun 2005 di
Rp4.430.000 dibandingkan dengan sistem par- Bali, bahwa usahatani padi-sapi yang dikelola
sial (penerimaan Rp11.717.000 dan keuntung- secara parsial memberi keuntungan total
an Rp3.249.000). Peningkatan keuntungan Rp3.492.000 sedangkan yang dikelola secara
dari sistem terpadu hingga 29,19 persen, terpadu (integrasi) sebesar Rp4.430.000 per
dengan BCR 1,86. Pemakaian pupuk musim, sehingga ada peningkatan pendapatan
kandang/organik telah mampu menghemat 29,29 persen. Studi Sudaratmaja et al. (2004)
penggunaan pupuk anorganik sekitar 21-63 menunjukkan bahwa penerapan model CLS
persen. Kelebihan produksi padi dengan yang dilakukan oleh petani di Bali terbukti
sistem integrasi tanaman padi dan ternak sapi mampu menghemat pengeluaran biaya untuk
potong, mampu menghasilkan produksi padi pupuk sekitar 25,2 persen dan meningkatkan
6.167 kg per hektar dengan pendapatan pendapatan petani sebesar 41,4 persen.
Rp4.019.106, sementara dengan sistem Penelitian Sunanda (2014) tentang
parsial jumlah produksi 5.673 kg/ha dengan pola integrasi, dengan tujuan mengetahui
pendapatan Rp 3.282.698. pendapatan usahatani, menganalisis besarnya
Hasil Penelitian Wibawa dan Yasa faktor risiko usahatani serta pola integrasi
(2013), di Desa Simantri Kelating, Kecamatan tanaman ternak yang dilakukan pada lokasi
Kerambitan, Kabupaten Tabanan menunjuk- Simantri 116 Gapoktan Budi Luhur Desa
kan bahwa hasil analisis dampak program Katung, Kecamatan Kintamani Kabupaten
Simantri terhadap efektivitas, pendapatan, dan Bangli, menerapkan sistem pertanian ter-
kesempatan kerja rumah tangga petani integrasi antara tanaman hortikultura dengan
menunjukkan sangat efektif, berdampak positif ternak sapi. Hasil penelitian menunjukkan
dan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden mempunyai rata-rata luas
tersebut diperoleh nilai hasil analisis tingkat lahan 1,06 hektar. Lahan digunakan untuk
efektivitas (98,94) sehingga dikatakan bahwa produksi tanaman dengan ternak meliputi rata
pelaksanaan program Simantri di lokasi rata lahan 0,85 ha untuk produksi jeruk, rata
tersebut sangat efektif. Pendapatan sebelum rata lahan 0,01 ha produksi ternak sapi, 0,03
ada program Simantri rata-rata Rp0,606 juta ha untuk produksi kubis, sisanya digunakan
per bulan dan sesudah ada program Simantri untuk produksi pisang. Dengan menggunakan
menjadi Rp1,542 juta per bulan. Hasil analisis metode analisis data gross margin, diperoleh
terhadap kesempatan kerja menunjukkan pendapatan jeruk siam sebesar Rp64.955.152,
bahwa program Simantri juga berdampak pendapatan pisang sebesar Rp276.978,00,
positif dan signifikan terhadap kesempatan pendapatan kubis sebesar Rp1.099.573,91,
kerja rumah tangga petani dilihat dari jam kerja dan pendapatan ternak sapi sebesar
pada saat sebelum dan sesudah adanya Rp9.015.489. Setiap tahun lahan tersebut
program Simantri, dari 5,222 jam per hari menghasilkan produksi jeruk siam 643 ton,
menjadi 9,827 jam per hari. pisang 14.705 biji, kubis 10 ton, dan sapi 23

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

166
ekor, sehingga total pendapatan (setahun) Perhitungan yang lebih luas di tingkat
yang diperoleh Simantri 116 sebesar Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan dengan
Rp75.347.192. jumlah ternak sapi 298 ekor; babi 2.300 ekor
dan ayam 4.425 ekor dalam setahun, potensi
Berdasarkan hasil analisis faktor
biogas yang dihasilkan mencapai 40.644 m3
berisiko diperoleh keuntungan kotor sebesar
per tahun. Dengan asumsi harga minyak tanah
Rp1.629.876.554 dengan penerimaan sebesar
setempat Rp8.000 per liter maka penghasilan
Rp1.788.452.493 dan biaya sarana produksi
potensi pendapatan dari biogas di Desa
sebesar Rp158.575.938 untuk seluruh
Tunjuk Rp201.596.000 per tahun dari seluruh
komoditas yang diproduksi dengan biaya risiko
populasi kotoran ternak yang tersedia.
maksimal 10 persen per hektar. Dari hasil
Berdasarkan kebutuhan energi biogas satu
penelitian tersebut dikemukakan bahwa petani 3
rumah tangga peternak 43,04 m per bulan.
yang menghindari risiko mungkin akan memilih
Dari pemeliharaan 2 ekor sapi, 2 ekor babi,
tanaman yang akan menghasilkan keuntungan
dan 4 ekor ayam, maka potensi biogas 19,29
kotor yang kecil tetapi berisiko rendah, 3
m per bulan atau baru terpenuhi 58 persen,
sebaliknya tanaman yang akan menghasilkan
sehingga hanya cukup untuk keperluan energi
keuntungan kotor yang besar tetapi berisiko
panas untuk memasak (Ardana et al., 2013).
tinggi akan dihindari sehingga petani mampu
meningkatkan pendapatan usahatani melalui Analisis sederhana Gubernur Bali,
pola sistem integrasi tanaman dengan ternak. bahwa dari pengelolaan 1 ekor sapi diperoleh
kotoran rata-rata 7 kg dan kencing sapi 5 liter
per hari merupakan potensi yang bisa diolah
Peningkatan Produksi dan Hasil Olahan menjadi biogas, pupuk organik serta biourine.
Komoditas Kemudian secara sederhana dikemukakan,
Hasil penelitian Ardana et al. (2013) tentang dari pemeliharaan 1 ekor sapi dapat meng-
pengelolaan energi biogas sebagai energi hasilkan produk senilai Rp25.000 per hari
alternatif pada kelompok Simantri di Desa ditambah bonus anak. Berdasarkan analisis
Tunjuk, Kabupaten Tabanan menunjukkan sederhana tersebut, maka jika tidak mencapai
bahwa kegiatan Simantri telah memberikan pendekatan tadi dapat dikatakan bahwa
dampak ekonomis melalui hasil produksi kegiatan pemeliharaan tidak berhasil. Terkait
biogas, pupuk organik dari hasil pemeliharaan dengan hal tersebut, perhatian pemerintah
ternak yang dilakukan melalui Simantri. untuk pengembangan pupuk organik disedia-
Potensi biogas yang diperoleh kelompok kan subsidi Rp4 miliar tahun 2013. Jumlah
peternak di Desa Tunjuk rata-rata KK per hari tersebut akan dinaikkan menjadi Rp10 miliar
0,643 m³ atau 643 liter. Jika dihitung dalam pada tahun 2014, sehingga program Bali
satu bulan, maka akan dihasilkan biogas Organik akan tercapai. Selain itu, akan
sebesar 19,29 m³. Dengan asumsi 1 m³ biogas didirikan Organic Trade Center dan satu
setara dengan minyak tanah 0,62 liter, maka lembaga lain untuk melakukan pembayaran
akan diperoleh pendapatan sebesar Rp95.678 dana talangan bagi para petani yang menjual
per bulan. Potensi hasil pupuk organik dengan produk organik Simantri ke hotel-hotel. Hal ini
karena pembayaran yang akan dilakukan
asumsi yang dihasilkan 2 kg per hari, sehingga
pihak hotel biasanya paling lambat 3 bulan,
dalam satu bulan mencapai 60 kg pupuk
sementara petani butuh uang kontan.
organik. Dengan harga pupuk organik Rp500
Kebijakan untuk menjembatani hal ini akan
maka total pendapatan per bulan mencapai
dibentuk lembaga talangan untuk membayar
Rp125.000. Pendapatan produksi biogas
hasil penjualan produk petani ke hotel.
kelompok ternak dari biogas kapasitas 5 m3
dengan harga Rp8.000 menghasilkan Hasil penelitian Adijaya dan Yasa
Rp24.800; ampas/stuge padat 40 kg/hari (2012) pada kegiatan penelitian yang
dengan harga Rp500 mendapatkan hasil dilaksanakan di kandang koloni lokasi Simantri
Rp20.000; gas cair 20 liter/hari dengan harga Kelompok Munduk Lingker Nadi Desa
Rp200 mendapatkan Rp4.000, sehingga total Sumberkima pada bulan Pebruari - Juli 2012,
pendapatan dari produksi biogas kelompok Rp menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan
48.800 per hari untuk satu demplot reaktor potensi pupuk kompos kadar air 20 persen
biogas. Untuk 2 reaktor biogas pendapatan per yang dihasilkan sebesar 2.732 gr/ekor/hari,
hari kelompok ternak Rp97.600. Jika dihitung setara dengan 81,97 kg/ekor/bulan atau 963,65
dalam satu bulan akan diperoleh Rp2.928.000. kg/ekor/tahun. Hasil perhitungan selama enam
bulan pengamatan menunjukkan rasio limbah

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
167
padat segar, urine, dan kompos kadar air 20 sebagai wadah kegiatan tersebut. Dengan
persen yang dihasilkan seekor induk sapi bali adanya program Simantri melalui kegiatan
yaitu masing-masing 5,95-6,61 persen, 1,09- pengolahan kotoran dan urine sapi tersebut
1,21 persen dan 2,38-2,62 persen dari berat- berdampak pada peningkatan UMKM di lokasi
nya. Sampai bulan Mei potensi urine yang Simantri 027.
dihasilkan seekor induk sapi masih di atas 6
Menurut Ketua Pengurus Simantri 027
liter/ekor/hari, sedangkan pada bulan Juni dan
Gapoktan Timan Agung, dalam penelitian
Juli potensi urine mengalami penurunan
Budiadnyani dan Sumarna (2012), dikemuka-
menjadi di bawah 5 liter/ekor/hari. Rata-rata
kan bahwa setiap bulan dapat menjual kurang
selama enam bulan pengamatan seekor induk
lebih 100 ton pupuk kotoran sapi dalam bentuk
sapi mampu menghasilkan rata-rata 5,94
pupuk kompos. Berdasarkan perkiraan harga
liter/hari, setara dengan 178,20 liter/bulan dan
pokok produksi per kg pupuk kotoran sapi,
2.138,40 liter/tahun.
diperhitungkan berdasarkan biaya bahan baku;
Berdasarkan potensi ekonomis limbah, biaya tenaga kerja; biaya untuk kemasan serta
dengan asumsi data selama enam bulan biaya pemasaran masing-masing sebesar
pengamatan mampu mewakili kondisi dalam Rp100 per kg (Rp400), ditambah dengan biaya
satu tahun maka seekor induk sapi bali lain-lain sebesar Rp20 per kg maka jumlah
memiliki potensi memberikan tambahan pen- biaya keseluruhan mencapai Rp420 per kg.
dapatan dari limbah sebesar Rp4.335 dengan Berdasarkan perkiraan keuntungan per bulan
kontribusi Rp1.365 dari kompos dan Rp2.970 (25 hari) yang diperoleh melalui laporan laba
dari biourine per hari. Jika dihitung rata-rata rugi Simantri 027 adalah: hasil penjualan
per bulan dan per tahun, maka jumlah pupuk per bulan sebesar Rp45 juta, dan biaya
pendapatan dari kompos dan biourine masing- yang digunakan sebesar Rp31,5 juta. Sehingga
masing mencapai Rp130.085 dan laba penjualan pupuk yang diterima selama
Rp1.551.025 per ekor. Pada saat kajian satu bulan Rp13,5 juta, dengan asumsi bahwa
dilakukan harga kompos per kg dan urine per tidak ada retur dan potongan penjualan,
liter masing-masing Rp500 (Adijaya dan Yasa, produksi pupuk dalam satu hari adalah 3 ton
2012). (3.000 kg). Dengan harga per kg pupuk adalah
Rp600 serta proses produksi diasumsikan
dalam satu bulan berlangsung 25 hari maka
Keterkaitan dengan Pengembangan hasil penjualan ini dapat menambah peng-
Ekonomi Wilayah hasilan penduduk yang tergabung dalam
Hasil Penelitian Dananjaya (2014) di lokasi kelompok dan tenaga kerja pengolahan/
Simantri Kabupaten Tabanan tahun 2009-2011 pembuatan pupuk kompos.
menunjukkan bahwa jiwa kewirausahaan dan Simantri 027 juga telah melakukan
manajemen agribisnis berpengaruh positif dan strategi pemasaran produknya dengan cara
sangat signifikan terhadap keberhasilan mencetak brosur, melakukan pemasaran
Simantri. Jiwa kewirausahaan besar pengaruh- kepada pedagang-pedagang tanaman serta
nya dalam membentuk SDM yang berkualitas memasok pupuk organik hasil produksi
sehingga mampu menerapkan manajemen kelompok ke hotel-hotel dan villa-villa. Upaya
agribisnis dan bersemangat untuk mencapai yang dilakukan diperkirakan dapat lebih
prestasi kerja dalam menerapkan program optimal dalam merebut pasar, karena ada
Simantri. kemungkinan pemerintah belum dapat
menjamin pangsa pasar dari produk pupuk
Berdasarkan hasil penelitian yang organik tersebut. Simantri 027 juga termasuk
dilakukan Budiadnyani dan Sumarna (2012), simantri yang sudah memperhatikan pen-
tentang UMKM di lokasi Simantri 027, Desa catatan untuk transaksi penjualan dan
Kelating, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten pembelian. Dalam transaksi, Simantri ini telah
Tabanan, menunjukkan bahwa kegiatan di memiliki kuitansi khusus yang berlogo Simantri
Simantri 027 telah melakukan pengolahan 027. Simantri ini melakukan pencatatan harian
kotoran sapi menjadi pupuk dan media tanam mengenai transaksi yang dilakukan untuk
serta pengolahan urine dengan menggunakan pertanggungjawaban kepada pemerintah.
dekomposer sebagai katalisator. Kegiatan Laporan tentang keuangan dari setiap
tersebut merupakan usaha kelompok dan Gapoktan Simantri akan diminta untuk
mendorong masyarakat di lokasi Simantri 027 diserahkan setiap tiga bulan ke Dinas
untuk membentuk usaha kecil menengah Pertanian (Leading Sector). Dengan demikian,

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

168
transparansi keuangan yang dilakukan oleh telah mendorong berkembangnya penanaman
seluruh Gapoktan Simantri dapat dipantau HMT dan tanaman lain. Penghijauan ini selain
oleh pemerintah Provinsi Bali. Dengan untuk meningkatkan produksi pakan juga
transparansi biaya tersebut dapat dijadikan mendukung program Bali Green. Selain
peluang untuk mendukung keberhasilan tanaman HMT, beberapa Simantri mengem-
program Simantri yang dicanangkan oleh bangkan tanaman hortikultura seperti tanaman
Pemerintah Provinsi Bali menuju ”organic pisang, tanaman buah, tanaman sayuran,
island”. tanaman hias, dan tanaman lainnya untuk
Winarso et al. (2012) mengemukakan menambah suasana kandang Simantri
bahwa program Simantri di Provinsi Bali dapat menjadi lebih asri dan untuk sumber
menjadi salah satu sarana untuk pemurnian pendapatan. Kondisi ini sangat baik, sesuai
plasma nutfah sapi bali dan pengembangan dengan program Clean and Green Provinsi
ternak sapi potong, khususnya usaha Bali; khususnya program Bali Green. Program
pembibitan. Arah program pembibitan ini Simantri berpotensi mempercepat peningkatan
adalah termasuk pelestarian sapi bali yang populasi sapi yang ada di Bali karena tingkat
diharapkan dapat memberikan insentif lebih kelahiran yang ada mencapai 21,45-24,80
baik bagi peternak. Simantri direncanakan persen per tahun dan potensi produksi pupuk
menjadi wilayah sentra produksi bibit sapi bali, organik padat dan cair.
sehingga kebutuhan nasional akan bibit sapi Sebanyak 80 persen lokasi Simantri,
bali dapat dipasok dari Bali. Permasalahan petaninya secara swadaya maupun atas
dalam pengembangan usaha pembibitan dukungan instansi terkait mengoptimalkan
ternak sapi potong di Provinsi Bali adalah lahan garapannya melalui pengembangan
keterbatasan lahan sebagai sumber pakan HMT unggul seperti: rumput raja, gamal,
termasuk limbah pertanian. lamtoro, waru, bunut, dan jati putih (jati
Hasil penelitian Ariani et al. (2012) gmelina). Proses menghasilkan kompos telah
tentang studi konsolidasi usahatani sebagai membuka peluang kesempatan kerja dan
basis pengembangan kawasan pertanian, penyerapan tenaga kerja rata-rata dua orang
bahwa aspek sosial budaya merupakan aspek perhari pada setiap Gapoktan Simantri. Bagi
penting yang mendorong konsolidasi dan Gapoktan yang sudah berkembang dalam
pencapaian kinerja kegiatan program Simantri. mengusahakan pengolahan limbah menjadi
Aspek tersebut adalah komitmen gubernur dan kompos bisa mempekerjakan tenaga kerja
bupati beserta jajarannya yang tinggi serta hingga 14 orang, dengan upah harian men-
basis Poktan/Gapoktan dengan subak telah capai Rp40.000 per orang (Yasa et al., 2012).
memberi kekuatan kelompok untuk
melaksanakan program secara baik. Sekalipun
demikian kegiatan Simantri masih perlu PROSPEK KEBERLANJUTAN SIMANTRI
dilengkapi dengan asosiasi Simantri di setiap
kecamatan dan kabupaten untuk menguatkan Ide, gagasan, dan pemikiran tentang
pembinaan satu Simantri dengan Simantri pengentasan kemiskinan, mengurangi pe-
lainnya. Perlu kebijakan pemerintah (Pusat ngangguran, dan peningkatan kesejahteraan
dan Daerah) untuk mendorong penggunaan masyarakat di sektor pertanian dan perdesaan
pupuk organik hasil Simantri pada saat volume yang diaktualisaikan melalui program Simantri,
produksi pupuk melimpah akibat jumlah menjadi komitmen politik Gubernur Bali
Simantri dan produksi yang dihasilkan periode 2008-2013 dan berlanjut pada periode
meningkat. Untuk mendukung penguatan kedua (2013-2018), melalui konsep program
program secara berkelanjutan maka Simantri pembangunan strategis Bali Mandara. Bali
harus dimasukkan dalam RPJMD atau RPJM. Mandara merupakan visi pembangunan
Hasil penelitian BPTP Bali pada lokasi Provinsi Bali yang dituangkan dalam Rencana
Simantri tahun 2009 dan 2010 yang dilakukan Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Yasa et al. (2012) berdasarkan agroekosistem (RPJMD) Provinsi Bali tahun 2008-2013.
menunjukkan bahwa program Simantri yang Sesuai dengan amanat peraturan perundang-
dikembangkan melalui konsep integrasi undangan, kemudian Rencana Pembangunan
tanaman dan ternak telah menumbuhkan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
kegiatan pengolahan limbah ternak untuk ditetapkan menjadi dokumen politik dalam
diproses menjadi kompos. Program Simantri Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009,

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
169
sekaligus menjadi dokumen perencanaan budaya dan kehidupan sebagian besar
dalam Rencana Pembangunan Jangka masyarakat Bali (Pranadji dan Suhaeti, 2012).
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Komitmen untuk pengembangan potensi
Tahun 2008-2013 (Pemerintah Provinsi Bali, pertanian dan perdesaan melalui konsep
2009). pemberdayaan masyarakat dan kebijakan
Berdasarkan Visi dan Misi Pemerintah pembangunan daerah yang diperankan oleh
Provinsi Bali ditetapkan delapan program Pimpinan Daerah menjadi modal dasar bagi
unggulan yang menjadi prioritas pasangan proses pelaksanaan pembangunan pertanian
Gubernur Made Mangku Pastika dan Wakil di Provinsi Bali.
Gubernur Puspayoga dalam perencanaan Upaya yang dilakukan oleh Pimpinan
kebijakan daerah. Program unggulan Bali Daerah membangun komitmen birokrasi yang
Mandara 2008-2013, antara lain meliputi: berpihak pada program Bali Mandara terus
program penanggulangan kemiskinan dan dilakukan di internal pemerintahan Pemprov
pengurangan pengangguran; peningkatan Bali. Sejalan dengan proses itu, upaya men-
akses dan mutu layanan pendidikan dan sosialisasikan dan menumbuhkan peran serta
kesehatan; peningkatan dayasaing pertanian, dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan
industri kecil, pariwisata, UMKM; peningkatan juga dilakukan melalui berbagai kegiatan,
pengelolaan lingkungan hidup dan pelestarian termasuk kegiatan simakrama atau dialog
budaya; peningkatan ketentraman dan terbuka dengan seluruh lapisan masyarakat
ketertiban; pengelolaan bencana serta berkaitan dengan program-program pem-
pengamanan terpadu berstandar internasional; bangunan yang dilaksanakan oleh Pemprov
peningkatan pembangunan infrastruktur Bali. Kegiatan advokasi dan komunikasi
wilayah; dan peningkatan reformasi birokrasi program pembangunan daerah Provinsi Bali
dan tata kelola (Biro Humas Setda Provinsi juga dilakukan oleh gubernur sebagai
Bali, 2013). pimpinan daerah di berbagai kesempatan, baik
Program unggulan tersebut selanjut- di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun di
nya diimplementasikan melalui sejumlah forum nasional melalui berbagai institusi pusat
kegiatan, antara lain: Jaminan Kesehatan Bali yang terkait dengan program-program pem-
Mandara (JKBM), Bedah Rumah, Sistem bangunan di Provinsi Bali. Forum musrenbang
Pertanian Terintegrasi (Simantri), Jaminan tingkat provinsi dan nasional menjadi media
Kredit Daerah (Jamkrida) Bali Mandara, komunikasi untuk menyampaikan program-
beasiswa bagi siswa berprestasi dari keluarga program pembangunan yang dilaksanakan
miskin, bursa kerja online dan program Bali oleh Provinsi Bali, termasuk program Simantri
Green Province, kemudian program Pengen- yang menjadi penciri program pembangunan
tasan Buta Aksara dan Pembangunan di pertanian daerah Provinsi Bali di tingkat
Bidang Pendidikan, Gerakan Pembangunan nasional.
Desa Terpadu (Gerbangsadu). Di samping itu, Komitmen pimpinan daerah terhadap
ada Program Transportasi Transarbagita keberlanjutan pengembangan program
(Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan) Simantri, di antaranya dengan dukungan
dan jalan Tol Laut Bali Mandara, peningkatan pendanaan, pembangunan sarana pendukung,
kualitas infrastuktur jalan, SMA Bali Mandara, subsidi untuk pupuk organik menuju Bali
pengembangan usaha ekonomi terpadu wanita Organik dan Bali Clean and Green, dukungan
di perdesaan, pembinaan dan bantuan sosial proses pembiayaan melalui kredit ternak serta
untuk lembaga-lembaga tradisional serta mensinergiskan kegiatan produksi Simantri
bantuan desa pakraman (Biro Humas Setda dengan sektor lain dalam pemenuhan
Provinsi Bali, 2013). kebutuhan produk-produk pertanian dari
Komitmen untuk pembangunan per- Simantri. Pelibatan para sarjana pertanian dan
tanian dan perdesaan juga terlahir dari akademisi dalam program pembangunan
momentum “bom bali” yang berdampak pada Simantri serta bentuk apresiasi terhadap
penurunan kinerja sektor pariwisata Bali yang Gapoktan Simantri berprestasi juga dilakukan
selama ini menjadi fokus perhatian pem- oleh gubernur pada setiap hasil penilaian
bangunan di Provinsi Bali. Kegiatan yang kinerja seluruh Gapoktan Simantri. Melalui
terfokus pada sektor pariwisata disadari telah komunikasi politik, pimpinan daerah provinsi
mengabaikan potensi dan peran sektor juga telah mengambil peran dalam melakukan
pertanian yang selama ini menjadi basis harmonisasi politik dengan seluruh bupati/

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

170
walikota di Provinsi Bali terkait dengan organik serta bioenergi di tingkat kelompok
program Simantri yang dilegitimasi melalui juga menjadi sumber pendapatan tambahan
kesepakatan bersama untuk pengembangan bagi kelompok dan masyarakat miskin di
program Simantri di masing-masing kabupaten/ sekitarnya.
kota, sehingga diharapkan pada 4-5 tahun ke Simantri didukung oleh perangkat
depan kegiatan Simantri menjadi program kebijakan Pemprov Bali dan 9 kabupaten/kota.
pembangunan daerah di masing-masing Integrasi yang telah dibangun di tingkat
kabupaten/kota. usahatani, institusi pemerintahan serta para
Berdasarkan potensi dan akselerasi pemangku kepentingan dan pengambil ke-
kegiatan Simantri serta dukungan kebijakan bijakan, menjadi potensi mendukung harmoni-
pemerintah Provinsi Bali dan 9 kabupaten/ sasi untuk membangun komitmen dalam
kota, dalam proses pencapaian tujuan pem- pelaksanaan program strategis daerah.
bangunan pertanian dan perdesaan melalui Pendekatan birokrasi yang dilakukan oleh
program Simantri, menjadi satu harapan besar gubernur dan bupati/walikota sebagai peng-
bahwa suatu saat ke depan konsep Simantri ambil keputusan, kemudian dilaksanakan oleh
yang sudah dijalankan di 400 lokasi dari target jajaran birokrasi sebagai pelaksana kegiatan,
1.000 Gapoktan dapat tercapai. Simantri yang menjadi kekuatan untuk pengembangan pro-
direncanakan hingga tahun 2018 dapat gram Simantri secara berkelanjutan. Dengan
menjadi salah satu “embrio” kemandirian dukungan inovasi teknologi dari lembaga
usahatani dan pemberdayaan masyarakat teknis dan BPTP Provinsi Bali serta kultur
perdesaan dalam pemenuhan pangan (nabati sosial dan budaya masyarakat Bali dalam
dan hewani), pupuk organik (padat dan cair), kegiatan pertanian dan pemeliharaan ternak
serta bioenergi untuk kebutuhan rumah menjadi potensi berlangsungnya kegiatan
tangga. Kegiatan ini juga sekaligus menjadi integrasi tanaman ternak yang menjadi fokus
daya ungkit bagi perkembangan simpul-simpul kegiatan dalam program Simantri di Provinsi
kegiatan ekonomi dan kelembagaan lain yang Bali.
terkait, menuju Sistem Pertanian-Energi Beberapa hasil penelitian yang terkait
Terpadu untuk Kemandirian Pangan dan dengan tingkat capaian kegiatan Simantri di
Kesejahteraan Petani. berbagai lokasi dapat dijadikan sebagai
referensi terhadap aspek-aspek yang men-
PENUTUP dukung pada sinergitas kebijakan pemerintah
dan para pemangku kepentingan dengan
potensi sosial budaya masyarakat Bali
Simantri telah menjadi komitmen kebijakan maupun sumber daya pertanian yang menjadi
program pembangunan pertanian strategis basis kegiatan Simantri. Dengan demikian,
daerah di Provinsi Bali mendukung Bali dampak kegiatan Simantri ke depan dapat
Mandara. Program ini diimplementasikan mendorong pada kemandirian petani dalam
sebagai upaya pemerintah untuk proses pemenuhan pangan, pupuk, dan pestisida
pengentasan kemiskinan, pengurangan tingkat organik sebagai input produksi usahatani serta
pengangguran, dan peningkatan kesejahteraan ketersediaan energi (biogas) yang dapat
petani dan masyarakat di perdesaan. Pola dipergunakan dalam skala rumah tangga
integrasi tanaman dan ternak berbasis sekalipun masih dalam skala terbatas.
pertanian tanaman pangan, peternakan, Potensi untuk pengembangan diversifi-
perkebunan, perikanan, dan kehutanan dalam kasi usaha di tingkat petani dan masyarakat
satu lokasi kegiatan usahatani keluarga melalui kegiatan Simantri sudah tersedia untuk
menjadi konsep dasar kegiatan Simantri. dijadikan titik ungkit bagi peningkatan sumber
Secara bertahap kegiatan usahatani berbasis pendapatan petani dan kelompok. Peluang
tanaman dan usaha ternak dapat untuk pengembangan usaha, peningkatan
menumbuhkan dinamika pada peningkatan kapasitas petani serta pemasaran hasil juga
kegiatan kelompok. Terjadinya peningkatan sudah diinisiasi oleh Pemprov Bali dan
produksi tanaman dan munculnya berbagai Kabupaten/Kota, melalui berbagai langkah
usaha pengolahan limbah ternak menjadi progresif dan kebijakan pendukung, untuk
pupuk organik, pestisida organik, biourine membuka jalan bagi pengembangan usaha
serta biogas, selain menjadi sumber produktif yang sedang dilakukan oleh
pemenuhan pangan, pupuk, dan pestisida Gapoktan Simantri. Keterkaitan dari semua

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
171
simpul telah menunjukkan sinergitas yang kuat terhadap Peningkatan Pendapatan Petani
bahwa proses untuk mencapai tujuan program (Studi Kasus di Kelompok Tani Ternak
Simantri secara bertahap dapat dilakukan, Satya Kencana, Desa Taro dan Kelompok
dengan catatan semua pemangku kepentingan Tani Tegal Sari, Desa Pupuan, Kecamatan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar). Tesis.
dan penentu kebijakan yang terkait program
Program Studi Perencanaan Pembangun-
Simantri dapat melaksanakan peran masing- an Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan,
masing berdasarkan konsepsi yang sudah Konsentrasi Pemberdayaan Masyarakat.
menjadi panduan/acuan bagi semua unsur Program Pascasarjana, Universitas
terkait. Mahasaraswati. Denpasar.
Upaya pencapaian tujuan Simantri Ashari, N. Ilham dan S. Nuryanti, 2012. Dinamika
dengan konsep dasar pertanian terintegrasi Program Swasembada Daging Sapi:
tanaman dan ternak tidak saja meng- Reorientasi, Konsepsi dan Implementasi.
indikasikan bahwa di dalam proses tersebut Analisis Kebijakan Pertanian 10 (2): 181-
melibatkan kegiatan usaha produksi tanaman 198.
dan usaha ternak maupun pengelolaan hasil- Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
hasil pengolahan keduanya, tetapi juga Provinsi Bali. 2011. Provinsi Bali Adopsi
meliputi proses penguatan kelembagaan. Program Prima Tani menjadi Simantri.
Dengan konsep dasar, potensi, peluang, dan Edisi Khusus Penas XIII, 21 Juni 2011.
dukungan kebijakan daerah, maka jika semua Website: www.bali.litbang.deptan.go.id.
Diakses Tanggal 7 Oktober 2014.
proses dan tahapan kegiatan Simantri
dijalankan secara sistematis, kebijakan pro- Biro Humas Sekretaris Daerah Provinsi Bali. 2012.
gram pembangunan pertanian daerah melalui Buku Saku. Program Pembangunan Bali
Simantri secara berkelanjutan diharapkan Mandara. Denpasar.
menjadi salah satu model pembangunan Biro Humas Sekretaris Daerah Provinsi Bali. 2013.
pertanian daerah menuju sistem pertanian- Bersama Rakyat Bali Wujudkan Bali
energi terpadu untuk kemandirian pangan dan Mandara 2013-2018. Denpasar.
kesejahteraan petani. Dengan asumsi bahwa Biro Humas Sekretaris Daerah Provinsi Bali. 2013.
proses untuk pencapaian tujuan ke arah itu Data Informasi Program Pembangunan
tidak terdistorsi oleh proses pergantian Pemerintah Provinsi. Denpasar.
kepemimpinan daerah dan perubahan Biro Humas Sekretaris Daerah Provinsi Bali. 2013.
kepentingan kebijakan pembangunan yang Kumpulan Informasi Program Bali Mandara
menyertainya. tentang; Jaminan Kesehatan Bali Mandara
(JKBM), Bedah Rumah, Sistem Pertanian
Terintegrasi (Simantri), Jaminan Kredit
DAFTAR PUSTAKA Daerah (Jamkrida), Bali Clean and Green,
Gerbang Sadu, Transarbagita. Denpasar.
Budiadnyani, N.P. dan IW. Sumarna. 2012. Simantri
Adijaya, N., W. Trisnawati, K. Mahaputra, K. Agus.
Tingkatkan UMKM yang Kondusif menuju
2009. Laporan Akhir Prima Tani Lahan
“Bali Organic Island”. Laporan Penelitian.
Kering Dataran Rendah Iklim Kering di
Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana.
Kabupaten Buleleng. Balai Pengkajian
Denpasar.
Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.
http://bali.litbang. deptan.go.id. Diakses Dananjaya, I.G.A.N. 2014. Pengaruh Jiwa Kewira-
Tanggal 24 September 2014. usahaan dan Manajemen Agribisnis
Ardana, IW.R., I.A.D. Giriantari, dan R.S. Hartati. terhadap Keberhasilan Gapoktan Simantri
di Kabupaten Tabanan. Tesis. Bidang Ilmu
2013. Studi Pola Pengelolaan Energi
Biogas sebagai Energi Alternatif pada Agribisnis. Universitas Udayana. Denpasar.
Kelompok Ternak di Desa Tunjuk Dariwardani, N.M.I. 2014. Analisis Dinamika
Tabanan. Jurnal Logic, Volume 13, Nomor Kemiskinan (Poverty Dynamics) di Bali
1, Maret 2013. Berdasarkan Data Susenas Panel 2008-
Ariani, M., S. Wahyuni, T. Pranadji, dan T.S. 2010. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan
Wahyudi. 2012. Studi Konsolidasi 7(1): 1-82.
Usahatani sebagai Basis Pengembangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pemerintah
Kawasan Pertanian. Laporan Hasil Provinsi Bali. 2010. Kegiatan Sistem
Penelitian. Pusat Sosial Ekonomi dan Pertanian Terintegrasi (Simantri) di
Kebijakan Pertanian. Bogor. Provinsi Bali. Denpasar.
Astuti, Y. 2013. Efektivitas Pelaksanaan Program Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pemerintah
Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Provinsi Bali. 2013. Program Sistem

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

172
Pertanian Terintegrasi (Simantri) Provinsi Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali
Bali. Denpasar. Tahun 2008-2013. Denpasar.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pemerintah Pranadji, T. dan R.N. Suhaeti. 2012. Masa Depan
Provinsi Bali. 2014. Sistem Pertanian Pertanian-Perdesaan di Bali dalam
Terintegrasi (Simantri) Provinsi Bali. Perspektif Perencanaan Pembangunan
Denpasar. Daerah. Analisis Kebijakan Pertanian
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali: 10(3): 225-238.
Syarat Gapoktan. Denpasar. http://distan Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi
provinsibali.com/syarat-Gapoktan- Tanaman-Ternak terhadap Alokasi Waktu
simantri/. Diakses Tanggal 5 Juni 2014. Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali: Rumah Tangga Petani. Disertasi. Sekolah
Tentang Simantri. Denpasar. http://distan Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
provinsibali.com/tentang-simantri/. Diakses Bogor. http://sistemintegrasipadi-ternak
Tanggal 10 Mei 2014. sapipotong.blogspot.com/. Diakses
Tanggal 7 Oktober 2014.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Pedoman
Teknis Pengembangan Usaha Integrasi Sanjaya, IG., A.M. Putra. 2013. Efektivitas
Ternak Sapi dan Tanaman. Direktorat Penerapan Simantri terhadap Peningkatan
Jenderal Peternakan Kementerian Pertani- Pendapatan Petani-Peternak di Bali.
an. Jakarta. http://sistemintegrasipadi- Disertasi. Program Pascasarjana
ternaksapipotong.blogspot.com/. Diakses Universitas Udayana. Denpasar.
Tanggal 7 Oktober 2014. Sukanteri, NP. 2013. Pemodelan Sistem Pertanian
Erna, K., IK. Kriya dan N.N. Yulianthini. 2014. Terintegrasi Pendekatan: Programasi Linier.
Pengaruh Dana Pengembangan Usaha Tesis. Bidang Ilmu Agribisnis. Program
Agribisnis Perdesaan terhadap Pendapat- Pascsarjana, Universitas Udayana.
an Anggota Kelompok Simantri. E-Journal Denpasar.
Bisma Universitas Pendidikan Ganesha, Sunanda, IW. 2014. Pola Integrasi Ternak dan
Jurusan Manajemen Volume 2 Tahun Tanaman pada Simantri 116 di Desa
2014. Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Fagi, A.M., Subandrio, IW. Rusastra. 2009. Sistem Bangli. Tesis. Bidang Ilmu Agribisnis. Pro-
Integrasai Ternak Tanaman: Sapi-Sawit- gram Pascasarjana Universitas Udayana.
Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembang- Denpasar. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/
an Peternakan. Bogor. detail-1075-pola-integrasi-ternak-dan tana
Guntoro, S., N. Badung, A. Gunawan, Sriyanto. man-pada-simantri-116-di-desa-katung-kec
2009. Laporan Akhir Prima Tani Lahan amatan-kintamani-kabupaten-bangli.html.
Kering Dataran Tinggi Iklim Basah di Diakses Tanggal 24 September 2014.
Kabupaten Buleleng. Balai Pengkajian Suryanti, R. 2011. Penerapan Integrasi Usaha
Teknologi Pertanian Bali. Denpasar. Tanaman dan Ternak serta Kebutuhan
http://bali.litbang.deptan.go.id. Diakses Penyuluhan Pertanian (Kasus Integrasi
Tanggal 24 September 2014. Usaha Kakao dan Sapi di Kecamatan
Kariyasa, IK. 2005. Sistem Integrasi Tanaman- Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Artikel
Ternak dalam Perspektif Reorientasi Ilmiah. Program Pasca Sarjana Universitas
Kebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Andalas. Padang.
Pendapatan Petani. Analisis Kebijakan Wibawa, IK.T. dan IN.M. Yasa. 2013. Efektivitas
Pertanian 3(1): 68-80. dan Dampak Program Simantri terhadap
Kariyasa, IK. 2012. Membangun Kelembagaan Pendapatan dan Kesempatan Kerja
Diseminasi Teknologi Berskala Luas: Rumah Tangga Petani di Desa Kelating
Belajar dari Pengalaman Prima Tani dan Kecamatan Kerambitan Kabupaten
Simantri. Dalam E. Ananto (Ed.) Bunga Tabanan. E-Jurnal EP Unud 2(6): 314-324.
Rampai Kemandirian Pangan Indonesia Winarso, B. 2014. Realisasi Kegiatan Program
dalam Perspektif Kebijakan MP3EI. Badan Daerah dalam Pengembangan Pembibitan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sapi Potong Guna Mendukung
Jakarta. Swasembada Daging Nasional. Jurnal
Pasandaran, E., A. Djayanegara, IK. Kariyasa, dan Penelitian Pertanian Terapan 14 (2): 111-
F. Kasryno. 2006. Integrasi Tanaman 123.
Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Winarso, B. dan E. Basuno. 2013. Pengembangan
Pengembangan Pertanian. Jakarta. Pola Integrasi Tanaman-Ternak Merupa-
Pemerintah Provinsi Bali. 2009. Peraturan Daerah kan Bagian Upaya Mendukung Usaha
Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Pembibitan Sapi Potong dalam Negeri.
Rencana Pembangunan Jangka

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI
PROVINSI BALI Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
173
Forum Penelitian Agro Ekonomi 31(2): Yasa, IM.R., A.A.N.B. Kamandalu, IN. Adijaya, S.
151-169. Guntoro, IB.G. Suryawan, I.K. Mahaputra,
Wisnuardhana, IB. 2009. Membangun Desa Secara P.A. Kertawirawan, IP. Sugiarta, P.
Berkelanjutan dengan “Simantri” (Sistem Anggoro, N.P. Sutami, IM. Sugianyar,
Pertanian Terintegrasi). Dinas Pertanian IG.N. Sudisma, dan IN. Winarta. 2012.
Tanaman Pangan Provinsi Bali. Denpasar. Rekomendasi Kebijakan Pembangunan
distanprovinsibali.com/berita/simantri.doc. Pertanian (Simantri, SLPTT, Perbenihan).
Diakses Tanggal 5 Juni 2014. Laporan Penelitian. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bali. Denpasar.

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

174
Tabel Lampiran 1. Konsep Dasar tentang Program Simantri di Provinsi Bali, 2008-2013

Kondisi dan permasalahan yang bersifat


Maksud dan kegiatan Kriteria lokasi kegiatan Indikator keberhasilan Paket kegiatan
No Konsep dasar Latar belakang khusus dalam pengembangan usaha Sasaran Simantri
Simantri Simantri Simantri Simantri
pertanian di perdesaan

PROVINSI BALI
1. Sistem Pertanian Terintegrasi Jumlah penduduk Pemanfaatan lahan untuk kegiatan usaha Peningkatan luas tanam, Mendukung berkembangnya Adalah desa yang Berkembangnya Pengembangan
(Simantri) adalah upaya terobosan miskin di Bali 6,17% tani belum optimal dimana intensitas populasi ternak, diversifikasi usaha pertanian memiliki potensi pertanian kelembagaan dan SDM komoditas tanaman
dalam mempercepat adopsi teknologi (208.106 jiwa) yg tanam tanaman pangan rata-rata < 200%, perikanan, dan kualitas secara terpadu dan dan memiliki komoditas baik petugas pertanian pangan, peternakan,
pertanian karena merupakan sebagian besar (> 70% hal ini terutama karena keterbatasan irigasi hasil. berwawasan agribisnis. unggulan sebagai titik maupun petani. perikanan, dan
pengembangan model percontohan berdomisili di perdesa- dan juga permodalan usahatani. ungkit. intensifikasi
dalam percepatan alih teknologi an dengan mata perkebunan sesuai
kepada masyarakat perdesaan pencaharian petani) potensi wilayah.
2. Permasalahan Kegiatan usahatani belum dilaksanakan Tersedianya pakan ternak Sebagai salah satu upaya Terdapat Gapoktan yang Terciptanya lapangan kerja Pengembangan
mendasar yang secara intensif sehingga produktivitas berkualitas sepanjang pengentasan kemiskinan, mau dan mampu melalui pengembangan ternak sapi atau
dihadapi petani: masih relatif rendah (belum optimal sesuai tahun. pengurangan pengangguran, melaksanakan kegiatan diversifikasi usaha kambing dan kandang
kurangnya akses potensi hasil). mendukung pembangunan terintegrasi. pertanian dan industri koloni (untuk 20 ekor
terhadap sumber ramah lingkungan, Bali rumah tangga. sapi dan atau 40 ekor
permodalan, teknologi, bersih dan hijau (clean and kambing).
dan pasar. green) serta program Bali
Organik menuju Bali
Mandara.
3. Pembangunan ekonomi Keterbatasan kemampuan SDM karena Tersedianya pupuk dan Kegiatan utama adalah Dapat dilaksanakan pada Berkembangnya Bangunan instalasi
berbasis pertanian dan belum intensifnya pembinaan dan pestisida organik serta integrasi tanaman dan ternak desa dengan Rumah intensifikasi dan biogas 2 unit;
perdesaan secara pendampingan biogas dengan kelengkapan: unit Tangga Miskin (RTM) ekstensifikasi usaha tani. kapasitas 11m3
langsung/tidak pengolah kompos, pengolah yang memiliki SDM dan sebanyak 1 unit dan
langsung akan pakan, instalasi biourine dan potensi untuk kapasitas 5 m3 1 unit
berdampak pada biogas . pengembangan agribisnis. dilengkapi dengan
pengurangan penduduk kompor gas (kompor
miskin untuk biogas).
4. Konsep pembangunan Budi daya ternak masih konvensional dan Berkembangnya Dilaksanakan secara Meningkatnya insentif Bangunan instalasi
agribisnis perdesaan dalam skala kecil, serta pemberian pakan diversifikasi usaha, bertahap dan berkelanjutan berusaha tani melalui biourine sebanyak 1
selama ini masih belum proporsional sehingga produksi lembaga usaha ekonomi dengan target peningkatan peningkatan produksi dan unit
bersifat parsial,tidak ternak belum optimal. dan infrastruktur di pendapatan petani efisiensi usaha tani (pupuk,
fokus, dan tak terjaga perdesaan. pelaksana, minimal 2 (dua) pakan, biogas, biourine,
kontinyuitasnya kali lipat dalam 4 – 5 tahun biopestisida diproduksi
ke depan. sendiri = in situ)
5. Limbah ternak (padat dan cair) belum Tercipta dan Bangunan pengolah
dikelola/diproses dengan baik untuk pupuk berkembangnya pertanian kompos dan pengolah
yang bermutu dan juga untuk biogas. organik menuju green pakan masing-masing
economic. sebanyak 1 unit
6. Limbah tanaman yang dapat dipergunakan Berkembangnya lembaga Pengembangan
sebagai pakan ternak juga belum usaha ekonomi perdesaan. tanaman kehutanan
dikelola/diproses dengan baik menjadi sesuai kondisi dan
pakan bermutu dan tahan simpan untuk potensi masing-
kebutuhan pada musim kemarau. masing wilayah.
7. Terbatasnya infrastruktur khususnya jalan Peningkatan pendapatan
usahatani, bangunan konservasi air dan petani (minimal 2 kali lipat).

Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra, dan Ninuk Purnaningsih
infrastruktur lainnya.
8. Belum berkembangnya kegiatan
pengolahan hasil pertanian dan kendala
dalam pemasaran hasil khususnya pada
musim panen raya.
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali (2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013)

SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI – SIMANTRI: KONSEP, PELAKSANAAN, DAN PERANNYA DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI

175
Sumber: http://simantribali 2011. blogspot.com dan BPTP Bali (2012)

Gambar Lampiran 1. Lokasi Simantri di Bali Tahun 2009-2011

FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember 2014: 157 – 176

176

View publication stats

You might also like