You are on page 1of 13

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 116-128

Konsep Etika Bisnis Islami dalam Kitab Sahih Bukhari dan Muslim
A. DarussalamTajang1, Andi Zulfikar Darussalam , A. Syathir Sofyan2 , Trimulato3
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar
3
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar
*Email korenpondensi: a.zulfikar@uin-alauddin.ac.id / andizulfikar945@gmail.com

Abstract
This article verifies that hadith of Prophet Muhammad SAW. do not limit someone’s wealth amount (results)
from a business activity, but limit how method (process) to acquire (result) of a business activity. It indicates
that in business activity, hadis of Prophet Muhammad SAW. put more emphasis in importance of process
(business ethics) compared to result, in order that there is none who would do evil deed or there is none who
would suffers evil deed. This article shows that process of a business activity shall be based on business ethics.
Business ethics are gathered from guideline from the Prophet Muhammad SAW. emphasized on two important
things; firstly, conducting business activity with reasonable business behavior, secondly, avoiding disgraced
business behavior. The business ethics have been practiced by Prophet Muhammad SAW. in conducting
business activities before his appointment as Prophet. The main source of this study is texts (the Prophet’s
utterance) that contained in (hadis books) Sahih al-Bukhari and Sahih Muslim. Beside of that, in order to make
more deeper comprehension on those texts, supporting sources are used such as syarah al-hadith book and fiqh
books. In order to read those texts are taken thematically (maudu’iy) and also to be enriched by theories and
methodologies from other disciplines such as history.

Keyword: Business, Ethic, Islam, Scientific Integration.

Saran sitasi: Darussalam, A. Z., Tanjang, A. D., Sofyan, A. S., & Trimulato (2020). Konsep Etika
Bisnis Islami dalam Kitab Sahih Bukhari dan Muslim. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 116-128.
doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i2.1085

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i2.1085

1. PENDAHULUAN hidupnya untuk mencapai keridhaan Allah (Murasa


Perkembangan perdagangan global begitu pesat, Sarkaniputra, 2004).
terkadang menyebabkan konflik kepentingan antara Sistem ekonomi kapitalis yang berasas bebas
sesama pelaku bisnis. Hal tersebut dapat terjadi sebab dan liberal, dan sistem ekonomi sosialis yang berasas
pebisnis sangat ingin mendapatkan keuntungan pada konsep pertentangan kelas, gagal dalam
sebanyak mungkin melalui cara apapun, kurang memecahkan problematika manusia sekarang ini,
mempertimbangkan masalah etika seperti kejujuran, termasuk masalah ekonomi atau bisnis (Al-Malik,
kemanusiaan dan keadilan (Saefuddin, 1995). Hal ini 2001; Naqvi, 2002).
salah satunya disebabkan karena sistem ekonomi Munculnya wacana pemikiran etika bisnis,
kapitalis dan sosialis yang mendominasi dunia saat didorong oleh kenyataan yang terjadi dalam dunia
ini jauh dari norma agama, padahal norma agama bisnis yang tidak lagi mementingkan nilai-nilai
(dalam Islam yakni Al-Qur'an dan Hadis) adalah moralitas (Darussalam and Malik, 2017). Menurut
pijakan dasar ekonomi Islam. Menurut Ahmad As. Mahmoedin, sedikitnya ada dua pandangan
Muhammad al-Assal, Ekonomi Islam merupakan mengenai kaitan antara moralitas (etika) dan bisnis;
sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang pertama Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang
disimpulkan dari penafsiran Al-Qur’an dan syarah bertujuan semata-mata untuk keuntungan, oleh
hadis (Assal, 1980). Sedangkan menurut Murasa karena itu, segala cara dapat diambil untuk mencapai
Sarkaniputra, ekonomi Islam adalah studi tentang tujuan itu. Akibatnya, aspek moral dikesampingkan,
tatanan kehidupan dalam memenuhi kebutuhan karena di satu sisi, kegiatan bisnis dipahami untuk
menghasilkan laba sebanyak mungkin, sementara
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 117
adanya aspek moralitas dapat "membatasinya" kedua, agama. Dengan demikian, agama kemudian dianggap
bisnis dapat dipadukan dengan etika. Kelompok ini sebagai sumber utama nilai-nilai moral dan etika.
beralasan bahwa etika merupakan alasan-alasan Selanjutnya etika juga dipahami sebagai ilmu yang
rasional tindakan manusia dalam semua aspek berkaitan dengan tindakan baik dan buruk (Machan,
kehidupannya, termasuk kegiatan bisnis 1977).
(Mahmoedin, 1996). Sedangkan kata bisnis yang terambil dari bahasa
Dengan adanya dua pandangan tersebut, maka Inggris “business”, berarti urusan atau usaha (Sadily,
ide mengenai etika bisnis merupakan hal yang 2000). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
problematik. Problematika ini terjadi karena adanya bisnis berarti usaha-usaha komersial di dunia
kesangsian apakah moralitas mempunyai tempat perdagangan (Kebudayaan, 1995). Oleh karena itu,
dalam kegiatan bisnis. Bagi kalangan yang dalam pembahasan ini, yang dimaksudkan dengan
menyangsikan ini kemudian lahir istilah ”bisnis bisnis adalah perdagangan atau jual beli. Perdagangan
amoral”. Bagi kalangan ini bisnis adalah bisnis. berasal dari kata “dagang” yang mendapat awalan
Bisnis tidak boleh dicampur-adukkan dengan etika. “per-” dan akhiran “-an”, yang berarti segala sesuatu
Oleh karena itu bisnis yang akan berhasil adalah yang berkaitan dengan urusan dagang, perihal
bisnis yang tidak ada kaitannya dengan persoalan- perdagangan atau perniagaan (Kebudayaan, 1995).
persoalan etika (George, t.th). Berdasarkan latar belakang dan pembatasan
Pemikiran etika bisnis Islam muncul, atas dasar judul yang telah dikemukakan di atas, maka yang
bahwa Islam adalah agama yang sempurna, agama menjadi masalah (fokus) utama yang menjadi objek
yang komprehensif yang mengatur kehidupan kajian dalam penelitian ini adalah:
manusia berdasarkan moralitas dan menyeimbangkan 1. Bagaimana korelasi bisnis dan etika dalam
nilai-nilai spiritual dan material dengan tujuan Islam?
membuat orang bahagia di dunia dan akhirat. 2. Bagaimana konsep prinsip etika bisnis dalam
Norma-norma atau prinsip-prinsip Islam tentang kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim?
bisnis atau perdagangan, di samping banyak terdapat 3. Bagaimana perilaku bisnis yang tidak etis dalam
dalam Al-Qur’an, maka lebih banyak lagi yang kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim?
tersebar dalam kitab-kitab hadis (Al-Khatib, 1961). 2) Tujuan dan Manfaat Penelitian
Oleh karena itu perlu diupayakan untuk Berdasarkan masalah (fokus) utama yang telah
mengungkapkan petunjuk-petunjuk atau norma- diketengahkan di atas, maka tujuan penelitian ini
norma tersebut untuk menemukan etika bisnis dengan adalah untuk mengungkapkan petunjuk-petunjuk
menelusuri berbagai kitab hadis. Disebabkan karena Nabi Muhammad SAW. yang berhubungan dengan
banyaknya kitab-kitab hadis, maka perlu diadakan etika bisnis, sehingga dapat melahirkan konsep yang
pembatasan, penulis membatasi objek kajian pada utuh tentang etika bisnis sesuai dengan petunjuk yang
kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim (Shahihain) dapat dipahami dari sejumlah hadis.
disebabkan para ulama hadis sepakat bahwa Kitab Hasil studi yang dilakukan ini diharapkan akan
Shahihain adalah buku hadis yang paling otentik, memberikan manfaat terutama sebagai;
seperti perkataan Ibnu Taimiyyah, “semua ulama 1. Bahan kajian dan pemikiran (frame of reference)
hadis memastikan sahihnya dua kitab ini” (Taimiyah, bagi para sarjana dan kalangan ilmuan dalam
1980). Untuk tujuan itu, diangkatlah karya ini dengan upaya rekonstruksi konsepsi etika bisnis dalam
judul "Konsep Etika Bisnis Islami dalam Kitab Sahih pengertiannya yang ilmiah, dan tentu religius.
Bukhari dan Sahih Muslim”. 2. Bahan acuan atau pedoman bagi masyarakat
1) Pembatasan Judul dan Perumusan Masalah (khususnya umat Islam) yang pada masa
Etika berasal dari kata Yunani “ethos”, yang sekarang menunjukkan kesadaran tinggi untuk
artinya adat istiadat atau kebiasaan. Dalam hal ini melakukan aktivitas bisnis berdasarkan etika
etika terkait dengan kebiasaan hidup yang baik. Ini Islam, khususnya para Dewan Pengawas Syariah
berarti bahwa etika terkait dengan nilai-nilai, cara (DPS) dalam mengaudit Lembaga Keuangan
hidup yang baik, dan semua kebiasaan baik dan Syariah, karena letak perbedaan yang mencolok
diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya. dimana DPS mempunyai peran agar prinsip dan
Secara umum, sistem nilai, sebagai kebiasaan yang nilai syariah tetap melekat di lembaga tersebut
baik, diwariskan dalam bentuk aturan atau norma (Darussalam, 2018)
yang diharapkan menjadi dasar dari setiap pemeluk

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 118
3. Bahan informasi dan model (scientific model) 2. METODE PENELITIAN
bagi kalangan peneliti lain yang berkeinginan Sumber utama dalam penelitian ini ialah kitab
serupa atau penelitian yang lebih mendalam. Sahih Bukhari dan Muslim yang berisi hadis Nabi
4. Bahan perumusan kebijakan implementatif. Muhammad SAW., yang nantinya dibatasi dalam
3) Kerangka Teori membahas persoalan bisnis saja, dan dalam
Etika dapat dinyatakan sebagai orientasi yang memperdalam pemahaman tradisi, sumber-sumber
berisi hal-hal yang berkaitan dengan usaha manusia pendukung lainnya juga digunakan dalam bentuk
untuk menjawab persoalan-persoalan fundamental kitab syarah al-hadis, fikih dan lain sebagainya.
dalam kehidupannya (Suseno, 1993). Etika berbeda Artikel ini menggunakan pendekatan penelitian
dengan moral, dimana moral berisikan ajaran-ajaran, kualitatif. Qualitative Research adalah penelitian
yang berusaha untuk mendeskripsikan data berupa:
adapun etika berisikan alasan mengenai moralitas itu
tulisan, kata-kata, atau tingkah laku yang dapat
sendiri (Bertens, 2007).
diamati (Tailor, 1975), yang berupaya menghasilkan
Etika dari segi cakupannya terbagi dua, yakni
data deskriptif dalam bentuk sabda Rasulullah SAW
etika umum dan khusus (terapan) dimana etika umum
terkait dengan bisnis. Untuk menemukan teks-teks
aitu ilmu atau filsafat moral yang berkaitan dengan hadis yang dimaksud, maka diadakan takhrij al-
seluruh aktivitas kehidupan manusia. Adapun etika hadis.
khusus, merupakan etika individual, sosial, serta Takhrij al-hadis merupakan pencarian teks-teks
lingkungan hidup, dan pada pengertian inilah etika hadis yang (dibatasi) berkaitan tentang bisnis dan
bisnis berada (Suseno, 1993). dalam pencarian hadis pada kitab-kitab hadis, penulis
Menurut Madjid Fakhri, sistem etika Islam dapat menggunakan kamus-kamus hadis antara lain: Al-
dikelompokkan ke dalam empat tipologi. Pertama, Jami’ al-Shagir karya al-Imam Jalaluddin ‘Abd al-
etika skriptural, diartikan sebagai etika yang Rahman al-Suyuthi, al-Mu’jam al-Mufahras li alfazh
berangkat dari interpretasi yang ditunjukkan dalam al-Hadis al-Nabawiy karya Arnold John Wensinck,
pernyataan-pernyataan moral Al-Qur’an dan hadis Miftah Kunuz al-Hadis karya Muhammad Fu'ad ‘Abd
yang dilakukan oleh para filsuf dan teolog. Kedua, al-Baqi', dan Cara Praktis Mencari Hadis karya
etika teologis, yakni prinsip benar dan salah, atau Syuhudi Ismail.
dalam pengertian yang lain, apa yang sebaiknya Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan, dan apa yang seharusnya ditinggalkan. adalah sebagai berikut: pertama, menelusuri dan
Ketiga, teori-teori etika filsafat, yang berasal dari mengumpulkan hadis berkaitan dengan bisnis,
karya-karya etika Plato dan Aristoteles. Keempat, kemudian melakukan kategorisasi berdasarkan
etika religius, yaitu konsepsi tentang etika yang kandungan hadis dan melakukan pembahasan
bersumber dari konsepsi Al-Qur’an dan hadis mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
pemaknaan hadis, dan terakhir menyusun dan
mengenai manusia dan kedudukannya. Oleh karena
merumuskan konsep-konsep etika bisnis, berdasarkan
itu, etika ini dirumuskan dari pandangan Al-Qur’an,
hadis-hadis yang telah dibahas.
hadis, dan teologi (Fakhri, 1991).
Dari berbagai macam tipologi etika Islam di
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
atas, etika religius akan menjadi pilihan sebagai
Konsep Etika Bisnis Islami dalam Kitab Sahih
landasan teori dalam pembahasan ini, yaitu nilai etika Bukhari dan Muslim
yang didasarkan atas konsepsi hadis tentang etika Hadis Rasulullah SAW merupakan penafsiran
bisnis. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa Al-Qur’an dalam praktik atau penerapan ajaran Islam
etika bisnis menurut hadis merupakan tuntunan secara faktual yang juga merupakan perwujudan dari
terhadap seluruh aktivitas bisnis, seperti dalam bunyi Al-Qur’an yang ditafsirkan untuk manusia (Ismail,
hadis: Nabi SAW melarang jual beli Habal al- 1990). Oleh karena itu, siapa saja yang ingin
habalah (janin hewan yang masih dalam kandungan mengetahui cara mengamalkan Islam, dapat dipelajari
induknya) (Al-Naisabury, 1993) dan bunyi hadis: secara rinci dalam hadis Rasulullah SAW. Setelah
Rasulullah SAW bersabda: “barang siapa yang memperhatikan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
melakukan praktik ihtikar (monopoli) maka dia yang berhubungan dengan bisnis, maka pada garis
adalah seseorang yang berdosa.”(Al-Naisabury, besarnya dapat dibagi kepada dua komponen; yaitu
1993) . perilaku bisnis yang terpuji dan perilaku bisnis yang
tercela.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 119
1) Prinsip Bisnis yang Etis permintaan secara keseluruhan. Di samping itu dia
Perilaku bisnis yang terpuji hendaknya juga harus menjelaskan bentuk manajemen yang
merupakan pedoman bagi setiap pelaku bisnis dalam dijalakannya, cara pengambilan keputusan, dan yang
menjalankan aktivitas bisnisnya untuk mendapatkan lebih penting presentasi keuntungan atau kerugian
kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut ini akan dari perusahan yang dibinanya.
dipaparkan tentang perilaku bisnis yang terpuji, Kebalikan dari kejujuran adalah curang, yang
paparan ini dimaksudkan sebagai penjelas bagaimana menyoroti kelebihan dari barang akan tetapi
seharusnya melaksanakan suatu kegiatan bisnis. menutupi cacat. Masyarakat terkadang tertipu,
Adapun perilaku bisnis yang terpuji adalah sebagai menganggap produk berkualitas bagus, tetapi ternyata
berikut: sebaliknya.
3.1.1. Jujur Nabi SAW bersabda: “bahwa barang siapa
Bunyi hadis : menipu (curang), bukanlah dari golongan kami.”
‫َع ِن لن ِ ِ ّﱯ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ قَا َل الْ َب ِ ّي َع ِان ِ لْ ِخ َيا ِر َما لَ ْم‬ Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW melewati
salah seorang pedagang, beliau memasukkan
َ ‫ي َ َتفَرقَا فَا ْن َصدَ قَا َوب َ َا ب ُ ِوركَ لَهُ َما ِﰲ ب َ ْي ِعهِ َما َوا ْن كَ َذ‬ tangannya ke dalam dagangan pedagang tersebut dan
(Al-Naisabury, 1993) ‫ح َق َ َر َك ُة ب َ ْي ِعهِ َما‬ ِ ‫َو َك َت َما ُم‬ mendapati ketidaksesuaian dari yang dikatakannya.
Beliau lanjut mengatakan, bahwa barangsiapa yang
menipu maka ia bukan dari golonganku” (Al-
dari Nabi SAW bersabda: Pembeli dan penjual
Nawawi, 1924).
berhak untuk membatalkan perjanjian mereka,
3.1.2. Amanah
selama mereka tidak terpisah. Apabila mereka itu
Bunyi hadis:
berbicara benar dan menjalankannya, maka
transaksi itu akan diberkahi, tetapi bila mereka ‫ن َر ُسول َن َر ُسو َل ا ِ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ قَا َل ٓي َ ُة‬
saling menyembunyikannya dan berdusta, maka َ َ ‫الْ ُمنَا ِف ِق ثَ َﻼ ٌث ا َذا‬
َ‫دث َك َذ َب َوا َذا ْاؤتُ ِم َن ََان َوا َذا َو َد‬
berkah atas transaksi itu akan hilang”
(Al-Bukhari, 1897) ‫ْ ل َ َف‬
Nabi menjadikan kejujuran sebagai hakikat
agama. Oleh karena itu, seorang pebisnis jika Nabi SAW bersabda: “tanda-tanda orang munafik itu
mengadakan transaksi hendaknya menjelaskan ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia
kekurangan barangnya kepada saudaranya, ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat”.
Rasulullah SAW menyatakan bahwa orang muslim
itu adalah bersaudara. Tidak boleh bagi seorang Amanah merupakan moral yang terpuji. Oleh
muslim, apabila ia berdagang dengan saudaranya dan karena itu orang mukmin harus senantiasa
menemukan cacat (barang yang diperdagangkan), memelihara amanah-amanah yang dipikulnya. Orang
kecuali menerangkannya. Bentuk kejujuran yang lain yang amanah akan mendapatkan kehormatan di
adalah, seorang pebisnis harus menjaga mitra dunia, dan kehormatan di hari kemudian.
bisnisnya dan mencintai mereka sebagaimana dia Selanjutnya Rasulullah SAW menyatakan bahwa
mencintai dirinya sendiri, oleh karena itu pebisnis ada empat sifat orang munafik, barang siapa yang
seperti ini selalu berterus terang dan transparan setiap keempat sifat tersebut terdapat pada dirinya maka
melakukan transaksi, dia tidak akan (dapat dikatakan) ia seorang munafik: Apabila
menyembunyikan informasi apapun yang terkait berkata berdusta, apabila diberi amanat berkhianat,
dengan barang yang dibisniskannya. apabila berjanji mengingkari dan apabila ia
Seorang pebisnis hendaknya berterus terang, bertengkar berlaku curang (Al-Nawawi, 1924).
tidak hanya kepada para konsumen, tetapi juga harus Rasulullah SAW. mengajarkan bahwa keyakinan
terbuka dan transparan kepada para penanam saham, atau kepercayaan adalah prinsip keimanan, di mana
dengan menjelaskan bagaimana melakukan Nabi Muhammad SAW. menyatakan bahwa tidak ada
pengawasan dengan melibatkan akuntan publik, iman bagi mereka yang tidak memiliki al-amanah.
bagaimana mempelajari perkembangan pasar dan Oleh karena itu amanah yang merupakan kebalikan
problematika pemasaran, dengan melengkapi dari pengkhianatan adalah sendi utama dalam
penjelasan tentang hasil-hasil produksi dan jumlah berinteraksi (Shihab, 2007).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 120
Amanah merupakan perintah yang harus 3.1.3. Adil
ditunaikan. Ada amanah antara manusia dengan Allah Bunyi hadis:
SWT., ada juga amanah antara manusia dengan ‫ﷲ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ ِف ْ َم ا َ ْر ِويْ ِه َع ْن َ ِرب ّ ِه َعز‬
ُ ‫َع ِن الن ِ ِّﱯ َصلـى‬
sesamanya, demikian pula ada amanah antara
manusia dengan lingkungannya, di samping itu ada ‫ﴘ‬ْ ِ ‫ َ ِع َبا ِد ْي ! ا ِن ّ ْـي َحر ْم ُت الظ ْ َﲅ َلَـى ن َ ْف‬: ‫َو َ ل ن ُه قَا َل‬
juga amanah antara manusia dengan dirinya sendiri.
Amanah harus ditunaikan kepada yang memberi
(Al-Naisabury, .‫ﻼ ت ََظال َ ُم ْوا‬ َ َ‫ َو َج َعلْ ُت ُه ب َ ْي َ ُ ْﲂ ُم َحر ًما ؛ ف‬،
amanah, ini berarti bahwa amanah harus ditunaikan 1993)
dari Nabi SAW dalam meriwayatkan firman Allah
tanpa membedakan agama, keturunan atau ras.
Subhanahu wa Ta'ala yang berbunyi: "Hai hamba-
M. Quraish Shihab menyatakan bahwa orang
Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku
yang menjaga amanah yang diberikan oleh Allah
untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku
SWT kepadanya tentulah akan memelihara
haramkan diantara kamu. Oleh karena itu, janganlah
hubungannya dengan sesama manusia, karena semua
kamu saling berbuat zalim.
agama memerintahkan untuk menjalin hubungan
harmonis dengan semua pihak (Shihab, 2007). Siapa
Menurut Islam, adil merupakan sifat yang utama
yang tidak memelihara agamanya pastilah
yang harus dimiliki setiap orang yang beriman.
hubungannya dengan manusia akan buruk. Seseorang
Keadilan ini harus diterapkan dalam seluruh aspek
yang diberikan amanah hendaklah menerimanya
kehidupan termasuk atau terutama dalam dunia
dengan penuh kesungguhan. Amanah harus melekat
bisnis. Bukankah sifat adil itu merupakan salah satu
pada dirinya, dan harta yang ditangannya tidak boleh
diantara nama-nama Allah SWT. Kebalikan sifat adil
lepas dari dirinya. Jika harta yang diamanahkan
adalah zalim, yaitu sifat yang dilarang oleh Allah
bernilai seratus, maka jangan sampai nilai amanah
SWT (Sumadi, 2018).
seseorang lebih rendah dari nilai seratus itu, karena
Allah SWT menyukai orang yang bersikap adil
jika itu terjadi maka amanah itu berada dibawah nilai
dan memusuhi kezaliman. Oleh sebab itu, Islam telah
amanah. Seseorang yang senantiasa menepati janji
mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
pastilah seorang yang menunaikan amanah, yakni
teraplikasikan dalam setiap transaksi-transaksi bisnis
melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan
yang dilakukan dan mengharamkan setiap hubungan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Amanah berarti
bisnis yang mengandung kezaliman. (Al-Naisabury,
dapat dipercaya, bertanggungjawab dan kredibel.
1993).
Amanah juga bisa juga berarti keinginan untuk
Keadilan merupakan keseluruhan kebajikan dan
memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan. Amanah
kezaliman bagian keseluruhan keburukan. Kezaliman
terkait langsung dengan kejujuran (Sumadi, 2017).
pun sering terjadi dan dilakukan dengan sengaja,
Seorang pebisnis haruslah memiliki sifat amanah
seperti di dalam jual beli (Maskawaih, 1994).
karena amanah merupakan salah satu sifat diantara
sifat-sifat orang yang beriman. 3.1.4. Toleransi dalam Berbisnis
Bunyi hadis:
Menurut Yusuf al-Qardhawi bahwa sifat dari al-
amanah ini akan membentuk kredibilitas tinggi dan ‫َصﲆ ا ُ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ قَا َل َر ِح َم ا ُ َر ُ ًﻼ‬ ِ ‫ن َر ُسو َل ا‬
sikap bertanggung jawab untuk setiap Muslim. Sifat
al-amanah ini memainkan peran yang sangat penting
(Al-Bukhari, ‫ﴣ‬ َ َ ‫َوا َذا ْاش َ َﱰى َوا َذا ا ْق‬ ‫َ ْﲰ ً ا ا َذا َ َع‬
dalam dunia bisnis, karena tanpa kredibilitas dan 1897)
tanggung jawab kehidupan bisnis akan hancur (Al- Nabi SAW bersabda: “Allah merahmati orang yang
Qardawi, 2009). memudahkan ketika menjual & ketika membeli &
Menurut Hermawan Kartajaya bahwa dalam juga orang yang meminta haknya”.
perdagangan atas dasar amanah adalah sesuai ajaran
Islam, dan adanya prinsip seperti mudharabah dan Diantara bentuk toleransi yang dilakukan
murabahah merupakan adanya komitmen dari semua Rasulullah SAW ialah, mempermudah dalam
pihak akan sifat amanahnya (Sula, 2006). transaksi, menjual dengan harga standar yaitu harga
yang berlaku secara umum, karena Allah SWT
mengasihani seseorang yang toleran ketika membeli,
dan ketika menjual.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 121
‘Abdurrahman Ibn ‘Auf RA menjadi kaya 3.2. Perbuatan Bisnis yang Tidak Etis
karena tiga hal: pertama; tidak pernah menolak Setelah memperhatikan hadis-hadis Nabi
margin yang sedikit, kedua; ketika saya diminta Muhammad SAW yang berkaitan dengan perilaku
untuk menjual hewan ternak, saya tidak bisnis yang terpuji, maka berikut ini akan dipaparkan
mengakhirkan (menunggu penawaran yang tinggi) mengenai perilaku bisnis yang tercela yang harus
dan ketiga; saya tidak pernah membeli dengan dihindari dalam melakukan aktivitas bisnis. Adapun
berhutang. (Al-Gazali, 1914). perilaku bisnis yang tercela adalah sebagai berikut:
3.1.5. Hak Khiyar 3.2.1. Talaqqi Rukban atau Talaqqi-Jalab
Bunyi hadis: Bunyi hadis:
‫ قَا َل الْ َب ِ ّي َع ِان ِ لْ ِخ َي ِار َما‬-‫صﲆ ﷲ ليه وسﲅ‬- ‫ﴈ ا ُ َع ْن ُه قَا َل ُكنا نَتَلَقى َع ِن الن ِ ِ ّﱮ‬ َ ِ ‫َع ْن َ ِفع ٍ َع ْن َع ْب ِد ا ِ َر‬
َ ‫الر ْك َب َان فَ َ ْش َ ِﱰي ِمﳯْ ُ ْم الط َعا َم فَﳯَ َا َ الن ِﱯ َصﲆ ا ُ َلَ ْي ِه ل َ ْم يَتَفَرقَا فَا ْن َص َدقَا َوب َ َا بُ ِوركَ لَهُ َما ِﰱ ب َ ْي ِعهِ َما َوا ْن َك َذ‬
(Al-Bukhari, 1897) ‫ت َ َر َك ُة ب َ ْي ِعهِ َما‬ ْ َ‫( َوكَ َت َما ُم ِحق‬Al-Bukhari, ◌ِ ‫َو َس َﲅ ْن ن َ ِ َع ُه َحﱴ يُ ْبلَ َغ ِب ِه ُس ُوق الط َعام‬
Nabi SAW bersabda: “Penjual dan pembeli masing- 1897)
masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya
belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan dari Nafi' dari 'Abdullah RA berkata: "Kami dahulu
saling terus terang, maka keduanya akan biasa menyongsong kafilah dagang lalu kami
memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. membeli makanan. Maka kemudian Nabi SAW
Sebaliknya, bila keduanya berlaku dusta dan saling melarang kami membelinya hingga makanan tersebut
menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan sampai di pasar makanan".
pada transaksi mereka berdua”.
Menurut Hamzah bahwa larangan Rasulullah
Proses berbisnis perlu untuk menjaga jangan tersebut bersifat melindungi kepentingan petani atau
sampai terjadi perselisihan, oleh itu Islam ada yang pedagang yang datang dari luar kota yang tidak
disebut hak khiyar, yakni hak memilih untuk mengetahui perkembangan harga, jangan sampai
melangsungkan atau membatalkan transaksi tersebut. mereka dikelabui oleh tengkulak-tengkulak yang
Bentuk hak khiyar. ingin memborong barang-barang dagangan mereka
1) Khiyar-Majlis (Ya’qub, 1984).
Khiyar majlis ialah kedua belah pihak yang Selain dari pada itu dapat juga dikatakan bahwa
melakukan akad mempunyai hak pilih untuk larangan Rasulullah untuk menghadang para petani
meneruskan atau membatalkan akad jual-beli atau pedagang supaya tidak masuk ke pasar adalah
selama masih berada dalam satu majlis (tempat). untuk melindungi kepentingan konsumen, jangan
2) Khiyar-Syarath sampai mereka membeli barang terlalu mahal dari
Khiyar syarath seperti yang disabdakan oleh tengkulak, di samping itu dapat juga mengakibatkan
Rasulullah SAW. bahwa orang Islam terikat terlambatnya barang-barang tersebut masuk ke dalam
pada syarat-syarat perjanjian yang mereka telah pasar, yang dapat mempengaruhi tengkulak-
sepakati bersama. Sebagai contoh, pembeli (si tengkulak berspekulasi.
A) berkata: “Saya akan membeli barang ini Menurut Hamzah, ada beberapa efek dari
dengan ketentuan diberi tenggang waktu tiga tindakan penghadangan barang yang dilakukan
hari”, dan jika telah tiga hari namun tidak ada tengkulak-tengkulak terhadap para petani atau para
berita, berarti akad itu otomatis batal. pedagang yang berasal dari luar kota;
3) Khiyar-’Aib a) Memborong barang yang dibawa petani atau
Khiyar ‘aib ialah hak pilih dari pihak yang pedagang yang datang dari luar kota dapat
berakad, yang dimana jika terdapat suatu cacat menimbulkan tindakan spekulasi dari para
pada benda yang diperjualbelikan dan tidak tengkulak.
diketahui sebelumnya. Umpamanya, seseorang b) Menyebabkan terjadinya distorsi pasar yaitu
membeli pakaian atau baju. Setelah sampai di memacetkan arus barang, sehingga barang tidak
rumah orang itu memakai pakaian tersebut, dan segera tiba pada konsumen yang
ternyata pakaian tersebut mempunyai cacat. membutuhkannya.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 122
c) Tengkulak-tengkulak dapat mempermainkan pembeli. Hal ini terjadi karena orang desa tidak
harga sesuka hatinya, karena barang-barang mengetahui perkembangan harga yang sebenarnya,
kebutuhan konsumen berada dalam sedang pembeli mendapatkan barang berdasarkan
genggamannya. standar harga yang ditetapkan oleh makelar
d) Memutuskan hubungan antara konsumen dengan (penghubung) tersebut. Keuntungan yang didapat
para pedagang atau petani dari luar kota, oleh makelar (penghubung) berlipat ganda, di
sehingga merugikan kedua belah pihak. samping dia mendapat upah atau komisi dari orang
e) Tengkulak-tengkulak dapat menipu para petani desa, dia juga mendapat keuntungan dengan
atau pedagang yang datang dari luar kota dengan menaikkan harga di atas standar harga yang diketahui
memberikan informasi tentang harga pasar yang atau ditetapkan oleh orang desa.
tidak benar (Ya’qub, 1984). Jika apa dikemukakan oleh Iman Bukhari
3.2.2. Penjualan dengan cara Hadir-libad dijadikan pegangan, maka dapat dinyatakan bahwa
Bunyi hadis: penghubung atau makelar yang tidak mengambil

ٍ ‫َر ُسو َل ا ِ َصﲆ ا ُ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ قَا َل َﻻ يُ َتلَقى الر ْك َب ُان ِل َب ْيع‬ upah, yang kedudukannya dapat dianggap sebagai
penasehat atau penolong, tidaklah termasuk dalam
ٌ ِ َ ‫َو َﻻ ي َ ِب ْع ب َ ْعضُ ُ ْﲂ َ َﲆ ب َ ْيع ِ ب َ ْع ٍض َو َﻻ تَنَا َج ُشوا َو َﻻ ي َ ِب ْع‬
‫اﴐ‬ larangan tersebut.
‫ِل َبا ٍد َو َﻻ ت َُﴫوا ْاﻻ ِب َل َوالْغَﲌَ َ فَ َم ْن ابْتَا َعهَا ب َ ْعدَ َذ ِ َ فَه َُو‬ Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan
bahwa makelar atau agen yang dilarang adalah agen
‫ِ َﲞ ْ ِﲑ الن َظ َرْ ِن ب َ ْعدَ ْن َ ْﳛلُﳢَ َا فَا ْن َر ِضﳱَ َا ْم َسكَهَا َوا ْن‬ atau makelar yang mendapatkan keuntungan yang
berlipat, yaitu mendapat upah dari orang yang
(Al-Bukhari, 1897; Al-‫ﲯ َطهَا َردهَا َو َصا ًا ِم ْن ت َ ْم ٍر‬ َِ menjadikannya sebagai penghubung dan
Naisabury, 1993) mendapatkan keuntungan dari menaikkan harga di
atas standar yang ditetapkan pemilik barang.
Nabi SAW bersabda: "Janganlah mencegat pedagang 3.2.3. Penjualan dengan Cara Mulamasah
untuk memborong barang-barangnya (sebelum Bunyi hadis:
sampai ke pasar); jangan membeli barang yang
sedang dibeli orang lain; jangan menipu; orang kota
‫ن َر ُسو َل ا ِ َصﲆ ا ُ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ ﳖَ َ ى َع ْن الْ ُم َﻼ َم َس ِة‬
hendaknya tidak memborong dagangan orang dusun (Al-Bukhari, 1897) ‫َوالْ ُمنَاب َ َذ ِة‬
(dengan maksud monopoli dan menaikkan harga);
jangan menahan susu unta atau kambing yang akan
Rasulullah SAW melarang jual beli Mulamasah
dijual supaya kelihatan susunya banyak. Jika dia
(yaitu: jual beli dengan sistem menyentuh pakaian
membeli dan memerahnya setelah membeli, maka dia
tanpa melihatnya) dan Munabadzah.
boleh memilih dari dua keadaan, jika ia suka, maka
dia boleh ditahannya namun jika tidak suka dia boleh
Penjualan dengan cara mulamasah adalah
mengembalikannya dengan satu sha' kurma
penjualan dengan cara sentuhan. Penjualan seperti ini
(pengganti susu dan perahannya)."
termasuk salah satu jenis bentuk transaksi yang sering
dilakukan masyarakat Arab Jahiliah. Adapun bentuk
Penjualan dengan cara hadir libad adalah
penjualan mulamasah adalah, ketika kedua belah
penjualan atau transaksi perdagangan yang
pihak, baik penjual maupun pembeli sedang
melibatkan pihak ketiga yang berfungsi sebagai
melakukan tawar menawar terhadap suatu komoditi
penghubung. Misalnya, seorang yang tinggal di kota
atau barang, kemudian calon pembeli menyentuh
menjadi agen (sebagai penghubung) bagi orang yang
barang tersebut, baik dia menyentuhnya dengan
tinggal di desa, dimana orang desa tersebut
sengaja maupun tidak sengaja, maka dia harus
mempercayakan penjualan barang-barangnya kepada
membeli barang tersebut, apakah pemilik barang
orang yang tinggal di kota.
tersebut rela untuk menjualnya atau tidak (Ya’qub,
Menurut kebiasaan yang berlaku pada
1984).
masyarakat Arab pada waktu itu adalah orang yang
Penjualan dengan cara mulamasah dapat
bertindak sebagai penghubung mendapat keuntungan
dilakukan dalam bentuk yang lain, sebagaimana yang
dari kedua pihak, yaitu mendapat keuntungan dari
dinyatakan oleh Ibnu Qudamah (w. 620 H), misalnya,
pihak penjual (orang yang tinggal di desa) dan
seorang penjual berkata kepada calon pembeli, “Jika

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 123
anda menyentuh baju ini berarti anda harus melakukan suatu transaksi yang kemungkinan besar
membelinya dengan harga sekian (Al-Maqdisi, 1980). tidak diinginkannya, karena pembeli tidak diberi
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sentuhan kesempatan memeriksa atau melihat barang yang
terhadap objek transaksi merupakan perbuatan yang dibelinya, sehingga pembeli dapat dengan mudah
menjadi alasan untuk berlangsungnya transaksi jual ditipu atau dikelabui. Oleh karena itu dapat
beli, oleh karena itu sangat masuk di akal kalau cara dimengerti jika Rasulullah SAW melarang transaksi
transaksi jual beli seperti ini dilarang oleh Rasulullah jual beli dengan cara seperti munabadzah ini.
SAW.
3.2.4. Penjualan dengan Cara Munabadzah 3.2.5. Penjualan dengan Cara Habal al-habalah
Bunyi hadis: Bunyi hadis:
‫ن الن ِﱯ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ ﳖَ َ ى َع ْن ب َ ْيع ِ َح َ ِل ن َر ُسو َل ا ِ َصﲆ ا ُ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ ﳖَ َ ى َع ْن الْ ُم َﻼ َم َس ِة‬
(Al-Bukhari, 1897)‫َوالْ ُمنَاب َ َذ ِة‬ (Al-Naisabury, 1993)◌ ِ َ ‫الْ َح َب‬
Rasulullah SAW melarang jual beli dan Munabadzah Nabi SAW melarang jual beli Habal al-habalah
(yaitu: melemparkan pakaian dengan maksud (janin hewan yang masih dalam kandungan
menjualnya sebelum memeriksanya dan menjualnya). induknya).

Penjualan dengan cara munabadzah merupakan Bentuk penjualan semacam ini sangat umum di
suatu bentuk transaksi jual beli yang dikenal bangsa negara Arab pada waktu itu. Imam Ahmad Ibn ‘Ali
Arab pada zaman jahiliah, Adapun yang dimaksud Ibn Hajar Abu al-Fadhl al-'Asqalani (w. 852 H)
dengan penjualan dengan cara munabadzah adalah menjelaskan bahwa orang Arab pada zaman jahiliah
seorang penjual berkata kepada calon pembeli," Jika mempunyai kebiasaan memperjualbelikan daging
saya melemparkan suatu barang kepada anda, maka sampai kepada habal al-habalah. Selanjutnya Ibn
transaksi jual beli harus berlangsung diantara kita” Hajar al-'Asqalani menyatakan bahwa yang dimaksud
(Al-Nawawi, 1924). penjualan habal al-habalah adalah menjual anak
Penjualan dengan cara munabadzah dapat juga unta dari unta yang masih berada dalam kandungan
dilakukan dengan cara lain, misalnya, pada saat (Al-Asqalani, t.th). Hal ini menunjukkan bahwa
penjual dan calon pembeli melakukan tawar menawar habal al-habalah adalah cucu dari unta yang sedang
terhadap suatu komoditi, kemudian penjual mengandung. Cara penjualan seperti mengandung
melemparkan komoditi tersebut kepada calon unsur ketidakpastian atau gharar. Oleh karena itu
pembeli, maka calon pembeli tersebut harus membeli dapat dipahami kalau transaksi seperti ini dilarang
barang yang dilemparkan kepadanya itu, dan dia oleh Rasulullah karena mengandung unsur perkiraan
tidak mempunyai pilihan lain kecuali menerima dan spekulasi.
transaksi jual beli tersebut. 3.2.6. Penjualan dengan Cara Hashah
Bentuk lain dari penjualan dengan cara Bunyi hadis:
munabadzah adalah seorang penjual berkata kepada ‫ِﰊ ه َُرْ َر َة قَا َل ﳖَ َ ى َر ُسو ُل ا ِ َصﲆ الهم َل َ ْي ِه َو َس َﲅ َع ْن‬
calon pembeli, jika saya melemparkan suatu barang
kepada anda, maka itu berarti saya menjual barang (Al-Naisabury, 1993) ‫ح َصاة‬ َ ْ‫ب َ ْيع ِ الْغ ََر ِر َو َع ْن ب َ ْيع ِ ال‬
tersebut dengan harga sekian, penjualan tersebut
menjadi sah, meskipun orang tersebut tidak Abu Hurairah berata, Rasulullah SAW melarang jual
memegang atau melihat barang tersebut. Penjualan beli gharar dan jual beli al-hashah.
seperti ini terdapat penipuan atau kecurangan di
dalam pelaksanaannya, sehingga Rasulullah SAW. Penjualan dengan cara hashah adalah salah satu
melarang penjualan dengan cara munabadzah. bentuk transaksi jual beli yang dilakukan bangsa
Semua bentuk penjualan dengan cara Arab pada masa jahiliah. Adapun bentuk penjualan
munabadzah tersebut merupakan bentuk pemaksaan seperti ini adalah penjual dan pembeli bersepakat atas
terhadap orang lain (calon pembeli). Di samping itu jual beli terhadap suatu komoditi atau barang tertentu
penjualan dengan cara tersebut merupakan perbuatan dengan harga tertentu pula. Transaksi jual beli
zalim dimana calon pembeli dipaksa untuk dilakukan dengan cara lemparan batu kecil (hashah)
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 124
yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain 3.2.8. Penjualan dengan Cara Muhaqalah
atau sebaliknya. Lemparan batu kecil inilah yang Bunyi hadis:
dijadikan pedoman atas berlangsungnya transaksi ‫ﷲ َع ْن ُه ن ُه قَا َل ﳖَ َ ى َر ُس ْو ُل‬
ُ ‫ﴇ‬ َ ِ ‫َع ْن َ ِس ْ ِن َما ِ ٍ َر‬
tersebut.
Komoditi yang terkena lemparan hashah (batu (Al-Naisabury, ِ َ َ‫ن الْ ُم َ اق‬ ِ ‫ﷲ َلَ ْي ِه َو َس َﲅ َع‬
ُ ‫ﷲ َصﲆ‬ِ
kecil) mengharuskan pemiliknya untuk melakukan 1993)
transaksi. Penjualan dengan cara hashah seperti ini dari Anas bin Malik RA ia berkata: Rasulullah saw
sebenarnya termasuk dalam katagori penjualan melarang jual beli muhaqalah (yaitu; jual beli buah
dengan cara gharar karena adanya unsur kesamaran yang masih di atas pohonnya).
di dalamnya. Cara seperti ini juga diharamkan oleh
Rasulullah SAW karena sama buruknya dengan Sistem muhaqalah ini dilakukan dengan cara
penjualan secara munabadzah dan mulamasah yang menjual padi yang belum jelas baiknya (belum
telah dibicarakan sebelumnya. masak) dan masih berada di pohon serta belum
3.2.7. Penjualan dengan Cara Muzabanah dipanen kemudian dijual untuk memperoleh makanan
Bunyi hadis: (beras) dengan takaran tertentu. Rasulullah SAW.
melarang cara penjualan seperti ini. Dalam hal ini
‫َع ْن َ ِفع ٍ َع ْن َع ْب ِد ا ِ قَا َل ن الن ِﱯ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ‬ dapat dinyatakan bahwa semua bentuk-bentuk
‫ﳖَ َ ى َع ِن الْ ُم َزابَنَ ِة ْن ي َ ِ َع ثَ َم َر َ ائِ ِط ِه ا ْن َﰷن َْت َ ْﳔ ًﻼ ِب َت ْم ٍر‬ transaksi muhaqalah, didasari oleh spekulasi atau
perkiraan dalam proses jual belinya dan kemudian
‫َك ْي ًﻼ َوا ْن َﰷ َن كَ ْر ًما ْن ي َ ِ َع ُه ِ َ ِزب ٍب كَ ْي ًﻼ َوا ْن َﰷ َن َز ْر ًا‬ hanya menguntungkan satu pihak. Oleh karena itu
Al-Bukhari, ) ‫ﳇّ ِه‬ ِ ُ َ ِ ‫ْن ي َ ِ َع ُه ِ َك ْ ِل َط َعا ٍم ﳖَ َ ى َع ْن َذ‬ dapat dimaklumi kalau hal seperti itu dilarang oleh
Rasulullah SAW. Di samping itu, penawaran seperti
(1897
itu tidak akan bebas dari pertikaian dan perselisihan
yang akan membawa kemudaratan dalam ekonomi
dari Abdullah dia berkata; Rasulullah SAW melarang
dan sosial.
jual beli Muzabanah yaitu seseorang menjual hasil
3.2.9. Transaksi Tadlis
kebunnya. Kalau kurma, maka dibayar dengan kurma
Bunyi hadis:
kering dengan takaran yang sama, kalau anggur,
maka dibayar dengan anggur kering dengan takaran ‫ن َر ُسو َل ا ِ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ َمر َ َﲆ ُص ْ َﱪ ِة َط َعا ٍم‬
yang sama, kalau tanaman (gandum), maka dijualnya
dengan pembayaran makanan dengan takaran yang
َ ‫فَ ْد َ َل ي َ َد ُه ِفﳱَا فَ َالَ ْت َصا ِب ُع ُه بَلَ ًﻼ فَقَا َل َما ه ََذا‬
sama, beliau melarang semua itu. ‫َصا ِح َب الط َعا ِم قَا َل َصاب َ ْت ُه الس َما ُء َ َر ُسو َل ا ِ قَا َل‬
Bentuk penjualan dimana buah masih berada di
‫فَ َﻼ َج َعلْ َت ُه فَ ْو َق الط َعا ِم َ ْﰾ َ َرا ُه الن ُاس َم ْن غَش فَلَ ْ َس‬
pohon telah ditaksir dan dijual dan hal itu sebagai alat (Al-Naisabury, 1993).‫ِم ّا‬
penukar untuk memperoleh kurma dan anggur kering.
Rasulullah SAW pernah melewati setumpuk
Sederhananya menjual buah segar untuk memperoleh
makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke
buah yang kering. Nabil melarangnya karena didasari
dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh
atas perkiraan semata dan dapat merugikan satu pihak
sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa
jika perkiraannya ternyata keliru.
ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya
Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW.
menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan
melarang penjualan dengan cara muzabanah. Dalam
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa
hal ini dapat dinyatakan bahwa semua bentuk-bentuk
kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar
transaksi muzabanah, didasari oleh spekulasi atau
manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa
perkiraan dalam proses jual belinya dan kemudian
menipu maka dia bukan dari golongan kami.
hanya menguntungkan satu pihak. Oleh karena itu
dapat dimaklumi kalau hal seperti itu dilarang oleh Transaksi tadlis adalah transaksi penipuan. Jika
Rasulullah SAW. Di samping itu, penawaran seperti pada transaksi gharar masing-masing pihak belum
itu tidak akan bebas dari pertikaian dan perselisihan atau tidak tahu kualifikasi dari barang. Adapun pada
yang akan membawa kemudaratan dalam ekonomi transaksi tadlis, ada salah satu pihak yang tidak
dan sosial. mengetahuinya.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 125
Kondisi ideal dalam pasar dapat tercapai Cara seperti ini dilakukan untuk
apabila penjual dan pembeli mempunyai informasi menyembunyikan gandum dan barang-barang lainnya
yang sama tentang barang yang akan untuk menaikkan harga dengan sengaja. Penjualan ini
diperjualbelikan. pernah dilakukan oleh pedagang-pedagang di
3.2.10. Transaksi Najasyi Madinah untuk menaikkan harga barang-barang
Bunyi hadis: keperluan sehari-hari untuk memperoleh keuntungan
‫َع ِن ا ْ ِن ُ َﲻ َر َر ِﴈ الهم َعﳯْ م َما قَا َل ﳖَ َ ى الن ِﱯ َصﲆ الهم‬ yang besar.
Rasulullah SAW juga melarang
(Al-Bukhari, 1897)‫ج ِش‬ ْ ‫َلَ ْي ِه َو َس َﲅ َع ِن الن‬ menyembunyikan takaran gandum dan beliau
Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW melarang menjelaskan bahwa orang yang menyembunyikan
berjualan dengan najasyi (memuji barang dagangan takaran gandum termasuk orang yang berkelakuan
secara berlebihan). buruk karena merasa sedih dengan harga yang rendah
Perbuatan najasyi dilakukan oleh seseorang dan merasa senang dengan harga yang tinggi.
untuk melariskan barang dagangannya dengan jalan Rasulullah SAW tidak pernah memperbolehkan
memuji-muji barangnya secara berlebihan yang individu atau kelompok tertentu berlaku sebagai
disertai sumpah palsu, demi untuk menarik perhatian pengontrol tunggal terhadap apapun yang dianggap
konsumen agar membeli barang dagangannya. Bisa bermanfaat bagi masyarakat. Penjualan dengan cara
juga dilakukan dengan menyuruh orang lain memuji al-hadir al-libad dan talaqqi jalab dilarang oleh
barangnya atau bersekongkol dengan temannya agar Rasulullah SAW dengan alasan yang sama yaitu
pura-pura menawar dengan harga tinggi guna karena keduanya berbahaya bagi kemaslahatan umat.
mempengaruhi orang lain untuk membeli. Orang Ahmad Musthafa Afifi berpendapat bahwa negara
yang menawar dengan harga tinggi tersebut tidak mempunyai hak melarang untuk berlanjutnya sistem
bermaksud untuk membeli barang yang ditawarnya monopoli yang dianggap merugikan masyarakat
tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang (Afifi, t.th).
benar-benar ingin membeli. Perbuatan seperti ini 3.2.12. Mengurangi Takaran
dilarang oleh Rasulullah SAW dengan menyatakan Bunyi hadis:
tidak dibenarkan untuk menawar barang dagangan ‫ليه وسﲅ‬ ‫ لَما قَ ِد َم الن ِﱮ صﲆ ﷲ‬: ‫عن ن عباس قال‬
dengan maksud agar orang lain menawar dengan
harga lebih tinggi.” ‫َعز َو َ ل‬ ُ ‫الْ َم ِدينَ َة َﰷنُوا ِم ْن ْخ َ ِث الن ِاس َك ْي ًﻼ فَ ْ َز َل ا‬
Seseorang yang menawar barang dagangan (Al-◌ َ ِ ‫َ)ويْ ٌل ِلْ ُم َط ِفّ ِف َﲔ( فَ ْح َس ُنوا ْال َك ْ َل ب َ ْعدَ َذ‬
dengan maksud agar orang lain menawar dengan
Bukhari, 1897)
harga yang lebih tinggi merupakan suatu tindakan
yang tercela. Tindakan seperti itu merupakan
dari Ibnu Abbas RA beliau berkata: tatkala Nabi
tindakan penipuan batil yang sama sekali tidak
SAW datang di kota Madinah (saat itu penduduk
dibenarkan dalam agama. Rasulullah SAW sangat
Madinah adalah orang-orang yang paling buruk
mencela penipuan seperti ini dengan menyatakan
atau curang dalam timbangan atau takaran).
bahwa orang yang suka menipu tempatnya di neraka,
Kemudian Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat,
barang siapa yang melakukan perbuatan yang tidak
"Celakalah orang yang curang." Kemudian setelah
sesuai dengan apa yang aku perintahkan, maka amal
turun peringatan ini mereka memperbaiki muamalah
tersebut pasti ditolak” (Al-Bukhari, 1897).
di dalam takaran.
3.2.11. Menimbun Barang untuk Menaikkan
Harga (Ihtikar)
Rasulullah SAW menekankan betapa pentingnya
Bunyi hadis:
penggunaan ukuran dan timbangan yang tepat
‫ن َم ْع َم ًرا قَا َل قَا َل َر ُسو ُل ا ِ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ َم ِن‬ sehingga beliau menyetujui penggunaan timbangan
(Al-Naisabury, 1993)ٌ.‫طئ‬ ِ ‫ا ْح َ َك َر فَه َُو َا‬ dan ukuran yang umum dikenal dengan Mud dan
sha’. Penggunaan ukuran dan timbangan yang jelas
Ma’mar berkata; Rasulullah SAW pernah bersabda: diharuskan agar tidak terjadi perselisihan dalam
“barang siapa yang melakukan praktik ihtikar transaksi jual beli, apalagi jika transaksi jual beli
(monopoli) maka dia adalah seseorang yang yang dilaksanakan tersebut merupakan transaksi
berdosa.”
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 126
dengan cara salam atau salaf, dimana segala bahwa fungsi utama uang adalah untuk memperlancar
sesuatunya harus terukur dengan jelas, baik dalam arus perdagangan (Al-Qardawi, 2009).
kualitas, kuantitas, ukuran, dan timbangan, maupun Yusuf al-Qardhawi menyatakan bahwa para ahli
tentang waktu penyerahannya. ekonomi kontemporer banyak membahas tentang riba
Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah dan bahayanya bagi kehidupan masyarakat, baik
SAW menyatakan bahwa barang siapa yang membeli dalam segi kemasyarakatan, ekonomi, dan politik.
kurma dengan berhutang, maka dia harus menentukan Sebagian mereka termasuk Lord Kent, seorang
ukuran yang jelas, timbangan yang jelas, dan batas ekonom Inggris, berkata ”Masyarakat kita akan
pembayaran yang jelas” (Al-Nawawi, 1924). berjalan pada porosnya jika mereka bisa menurunkan
Ibn ‘Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah nilai riba sampai ke derajat nol persen (Al-Qardawi,
SAW menyampaikan kepada umatnya bahwa ukuran 2009). Demikian juga pandangan Murasa
yang digunakan di Madinah dan timbangan di Sarkaniputra yang menyatakan bahwa kegiatan
Makkah boleh dipercaya. Menurut riwayat Ibn Abbas ekonomi akan berjalan dengan baik jika dan hanya
(w. 126 H), Rasulullah SAW menyampaikan kepada jika tingkat bunga pinjaman nol persen (Murasa
umatnya bahwa umat sebelumnya ada yang bekerja Sarkaniputra, 2004).
dalam penimbangan lalu berlaku sewenang-wenang Namun demikian, perlu juga mengetahui
dalam hal tersebut, maka itulah yang membinasakan argumen-argumen pihak yang membolehkan riba.
mereka. Dengan kata lain, Rasulullah SAW memberi Menurut mereka, pemilik uang wajar mendapat
peringatan kepada umatnya bahwa penipuan- bunga sebagai pengganti uang yang disimpan sebagai
penipuan telah membinasakan umat terdahulu. modal. Menurut mereka meskipun pemilik uang
3.2.13. Pengharaman Riba sangat membutuhkan uang itu, pemilik uang rela
Bunyi hadis: menunggu dan menyimpannya. Karena
‫ول ا ِ َصﲆ الهم َلَ ْي ِه َو َس َﲅ ا ه َُب ِ ه َِب‬ ُ ‫قَا َل َر ُس‬ pengorbanannya ini, wajar jika ia mendapatkan bunga
dari modal simpanannya. Dengan perkataan lain,
‫َوالْ ِفض ُة ِ لْ ِفض ِة َوالْ ُﱪ ِ لْ ُ ِّﱪ َوالش ِع ُﲑ ِ لش ِع ِﲑ َوالت ْم ُر ِ لت ْم ِر‬ bunga adalah bonus bagi masa penantian terhadap
ْ‫َوالْ ِملْ ُح ِ لْ ِملْ ِح ِم ًْﻼ ِب ِمث ٍْل يَدً ا ِب َي ٍد فَ َم ْن َزا َد ِو ْاس َ َﱱا َد فَقَد‬ modal yang ditanamnya.
Argumen dari pandangan ini sangat lemah.
. (Al-Bukhari, 1897)‫ْر َﰉ ا ْ ٓ ِ ُذ َوالْ ُم ْع ِطي ِف ِه َس َوا ٌء‬ Sebab, tabungan sebagai hasil dari ”menunggu” atau
mengorbankan kebutuhan tidak sama statusnya pada
Rasulullah SAW bersabda: emas ditukar dengan setiap orang. Kadang-kadang, seseorang telah
emas, perak ditukar dengan perak, gandum ditukar berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan
dengan gandum, jawawut ditukar dengan jawawut, standar sehingga ia tidak lagi membutuhkan uangnya
kurma ditukar dengan kurma, garam ditukar dengan di bank, tidak terdapat unsur ”penantian” dan
garam, tidak mengapa jika sama takarannya dan ”penundaan” terhadap pemenuhan kebutuhannya.
langsung serah terima (tunai). Barangsiapa Lalu, atas dasar apakah orang ini mendapatkan riba?
melebihkan atau lebih, maka ia telah melakukan Yusuf al-Qardhawi menyatakan bahwa tidak
praktik riba, baik yang mengambil atau yang mungkin mengasumsikan bunga sebagai imbalan
memberi. penantian dan pengorbanan. Misalnya; seseorang
menyimpan uang sebesar satu milyar rupiah dengan
Riba berasal dari kata riba-yarbu-riban yang bunga sepuluh persen setahun, maka bunga yang
berarti bertambah dan berkembang (Faris, t.th). diperolehnya dalam setahun berjumlah seratus juta
Menurut Fudhail Ilahi riba adalah tambahan dari rupiah. Mungkinkah dikatakan bahwa ini adalah uang
penukaran salah satu dari dua barang yang sejenis pengganti bagi penundaan belanjanya?. Wajarkah
(Fudhail, 1986). Seluruh agama samawi mengecam jika ini dikatakan sebagai ganti rugi atas dibatasi
dan mengharamkan riba. Yahudi juga mengharamkan keinginannya untuk membelanjakan uang satu milyar
riba antara sesama mereka walaupun mereka rupiah? dan logiskah, jika seseorang menghabiskan
membolehkan untuk orang non-Yahudi. Agama uang satu milyar rupiah dalam setahun? jika tidak
Kristen juga mengharamkan riba. Pengharaman riba mungkin, maka ia tidak berhak mendapatkan seratus
tidak hanya dilakukan oleh para agamawan, bahkan juta rupiah dalam jangka waktu setahun” (Al-
filosof pun mengutuk riba. Aristoteles menyatakan Qardawi, 2009).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 127
3.2.14. Penundaan Pembayaran Utang 5. REFERENSI
Bunyi hadis: Afifi, A. M. (t.th.) al-ihtikar wa Maukif al-Syari’ah
‫قَا َل َر ُسو ُل َا ِ صﲆ‬: ‫َع ْن ِﰊ ه َُر ْ َر َة رﴈ ﷲ عنه قَا َل‬ al-Islamiyyah fi Itar al-‘Ilakat al-Iqtisadiyyah
al-Mu’asira. Kairo: Maktabah Wahbah.
‫ َوا َذا تْ ِب ُع َ دُ ُ ْﰼ َ َﲆ‬, ‫ﷲ ليه وسﲅ ( َم ْط ُل َالْغ ِ ِ َّﲏ ُﻇ ْ ٌﲅ‬ Al-Asqalani, A. I. ’Ali I. H. (t.th.) Fath al-Bari. ’Isa
(Al-Bukhari, 1897) ) ‫ﲇ فَلْ َي ْ َ ْع‬
al-Halabi.
ٍّ ِ ‫َم‬
dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW Al-Bukhari, A. ’Abdillah M. I. I. (1897) Sahih al-
bersabda: "penangguhan (pembayaran hutang) Bukhari. Beirut: Dar Ibn Kasir.
orang kaya itu suatu kesesatan. Apabila seseorang di Al-Gazali, A. H. (1914) Ihya Ulum al-Din. Kairo:
antara kamu hutangnya dipindahkan kepada orang Mustafa al-Babil al-Halabi.
yang mampu, hendaknya ia menerima." Al-Khatib, A. al-K. (1961) al-Siyasah al-Maliyah fi
al-Islam. Beirut: Dar al-Ma’rifah.
Islam mewajibkan untuk bersikap adil dengan Al-Malik, A. al-R. (2001) Politik Ekonomi Islam.
melunasi utang jika memang sudah mampu untuk Bangil: Al-Izzah.
membayarnya. Seseorang yang mampu melunasinya Al-Maqdisi, I. Q. M. al-D. A. I. A. (1980) al-Muqni fi
dan tidak melakukannya, maka ia bertindak zalim. Fiqhi al-Sunnah Ahmad Ibn Hambal. Riyadh:
Salah satu ancaman besar terhadap hal itu ialah Muassasah al-Sa’idiyah.
bahwa orang yang mati syahid fi sabilillah meskipun Al-Naisabury, A. H. M. bin A. H. (1993) Shahih
tinggi kedudukannya, akan tetapi belum bisa Muslim. Beirut: Dar al Fikr.
menggugurkan beban dosa utangnya terhadap orang Al-Nawawi, A. Z. Y. I. S. (1924) Sahih Muslim bi
lain. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Nabi Syarh al-Nawawi. Mesir: Matba’ah al-
Muhammad SAW menyatakan bahwa “semua dosa Misriyah.
orang yang mati syahid akan terhapus kecuali utang” Al-Qardawi, Y. (2009) Daur al-Qiyam wa al-Akhlaq
(Al-Nawawi, 1924). fi al-Iqtisad al-Islami. Kairo: Maktabah
Wahbah.
4. KESIMPULAN Assal, A. M. (1980) al-Nizam al-Iktisadiyyah fi al-
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat Islam Mabadiuh wa Ahdafuh wa Silatuh bi al-
disimpulkan bahwa: Mu’amalat al-Mu’asarah. Kairo: Dar al-
1) Korelasi bisnis dan etika dalam (ajaran) Islam Gharib Li al-Taba’ah.
adalah satu kesatuan yang tidak dipisahkan satu Bertens, K. (2007) Pengantar Etika Bisnis.
sama lain (integral), karena bisnis tanpa dilandasi Yogyakarta: Kanisius.
etika akan menyebabkan kemudaratan, tidak Darussalam, A. Z. (2018) ‘Disclosure of ISR and GRI
hanya bagi si pebisnis tetapi seluruh bagian/orang Index on Sharia Banking in Indonesia’, 4, pp.
yang terlibat dalam siklus bisnis tersebut, oleh 64–71.
karenanya melakukan suatu aktivitas bisnis harus Darussalam, A. Z. and Malik, A. D. (2017) ‘Konsep
dilandasi dengan etika bisnis (Islam), yang Perdagangan dalam Tafsir Al-Mishbah
tentunya berasal dari khazanah keilmuan Islam. (Paradigma Filsafat Ekonomi Qur’ani Ulama
2) Konsep prinsip etika bisnis yang terkandung Indonesia)’, Jurnal Al-Tijarah, 3(1), pp. 45–64.
dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim Fakhri, M. (1991) Ethical Theories in Islam. Leiden:
diantaranya berisi ajaran kejujuran, keamanahan, E J. Brill.
keadilan, toleransi, dan hak khiyar. Faris, A. al-H. A. bin Z. I. (t.th.) Mu’jam Maqayis al-
3) Perilaku bisnis yang tidak etis yang terkandung Lughah. Beirut: Dar al-Jail.
dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim Fudhail, I. (1986) al-Tadabiru al-Waqiyah min al-
diantaranya menceritakan perbuatan talaqqi Riba. Pakistan: Idarah Tarjamah al-Islami.
Rukban/jalab, hadir libad, mulamasah, George, R. T. De (t.th.) Business Ethics. New Jersey:
munabadzah, habal al-habalah, hashah, Prentice Hall, Englewood Cliffs.
muzabanah, muhaqalah, tadlis, najasyi, ihtikar, Ismail, S. (1990) Metodologi Penelitian Hadis Nabi.
mengurangi takaran, riba, dan penundaan Jakarta: Bulan Bintang.
pembayaran utang.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(02), 2020, 128
Kebudayaan, D. P. dan (1995) Kamus Besar Bahasa Shihab, M. Q. (2007) Tafsir al-Mishbah, Pesan,
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. kesan dan keserasian Al-Quran. Jakarta:
Machan, T. R. (1977) Introduction to Philosopical Lentera hati.
Inquiries. Boston: Allayn and Bacon Inc. Sula, H. K. dan M. S. (2006) Syariah Marketing.
Mahmoedin, A. (1996) Etika Bisnis Perbankan. Bandung: Mizan.
Jakarta: Sinar Harapan. Sumadi (2017) ‘Telaah Kasus Pencucian Uang
Maskawaih, I. (1994) Menuju Kesempurnaan Akhlak: Dalam Tinjauan Sistem Ekonomi Syari’ah’,
Buku Dasar Pertama tentang Filsafat Etika. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 3.
Bandung: Mizan. Sumadi (2018) ‘Menakar Transaksi Leasing Dalam
Murasa Sarkaniputra (2004) Adil & Ihsan dalam Tinjaun Hukum Ekonomi Syariah’, Jurnal
Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Ilmiah Ekonomi Islam, 4(2).
Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Suseno, F. M. (1993) Etika Dasar: Masalah-Masalah
Teknologi al-Ghazali – as-Syatibi – Leontief – Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Sraffa. Jakarta: Pusat Pengkajian dan Tailor, R. B. dan S. J. (1975) Introduction to
Pengembangan Ekonomi Islam UIN Syarif Qualitative Researsh Methods. New York:
Hidayatullah Jakarta. John Wiley & Son.
Naqvi, S. N. (2002) Etika dan Ekonomi Suatu Sintesis Taimiyah, I. (1980) Majmu’ah al-Fatawa. Beirut:
Islami. Bandung: Mizan. Darul Fikr.
Sadily, J. M. E. dan H. (2000) Kamus Inggris Ya’qub, H. (1984) Kode Etik Dagang Menurut Islam.
Indonesia. Itaca: Cornell University press. Bandung: Diponegoro.
Saefuddin, A. M. (1995) Ada Hari Esok: Refleksi
Sosial, Ekonomi, dan Politik untuk Indonesia
Emas. Jakarta: Amanah Putra Nusantara.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157 ; E-ISSN 2579-6534

You might also like