You are on page 1of 20
Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan OPEN AREA (WILAYAH TERBUKA) ‘Seseorang akan mengenal secara balk atas kelebinan dan kekuranganna. Jka ingin sukses dalam berkomunikasi, maka seseorang harus mempetbesar wilayah open area dan harus mampu. mempertemukan antara keinginan di sendi dan ‘rang lain, Dengan memperlebar wilayah terbuka, maka seseorang akan lebin mudah memahami orang lain. Baik air kta senciri maupun orang lain pun mengenal dri kta, BLIND AREA (WILAYAH BUTA) Seseorang tidak mengetahui kekurangan dirinya send. Just orang lain yang mengenal dan mengetahui alas Kekurangannya, Jka wilayah ini ‘semakin besar, maka akan semakin sult seseorang membangun hubungan komunikasi dengan orang lain. Kita tidak mengenal di kta sendi, namun orang lain mengenal di kta, HIDDEN AREA (WILAVAH TERSEMBUNY}) ‘Seseorang tidak mengetahui potensi-potensi yang dimilikinya. Teri dari dua bagian, yakni (@) overasciose, yakn skap terlalu banyak mengungkapkan sesuaty sehingga terkadang hale hal yang harus disembunyikan juga diuterakannya; dn (b) underalsciose, alah sikap terial menyembunyikannya, misal pada pasien (kien) sakit jiwa, Dalam hal orang tidak mengenal dir kta, naman kita mengeral ci kita, UNKNOWN AREA (WILAYAH TAK DIKENAL) ‘Adalah wilayah yang paling kis dalam komunikasi ‘Seseorang tidak mengenal diya dan orang lain pun tidak mengenal signa di orang ini, Seringterjadi mmispersepsi kepada orang lan, karena keduanya tidak saling mengenal baik alas kelebinan dan kekurangannya. Baik dir kta maupun orang lain pun tidak mengenal siapa di kita yang sesungguhnya, Gambar 5. Model Johari Windows Menurut Joseph Luft dan Harrington Ingham (dalam Cangara, 2012) keem- pat wilayah konsep diri ini merupakan satu kesatuan yang terdapat dalam diri seseorang. Hanya saja, yang membedakan antara satu orang dan orang Jain ialah kadar wilayahnya yang sangat berbeda-beda. Bagi pasien (Klien) yang berkeinginan lebih cepat beradaptasi kepada perawat guna memban- tu dirinya dalam perawatan dan penyembuhan rasa sakitnya, maka dia ha- rus berusaha memperbesar wilayah terbuka (open area) dan mempersem- pit wilayah konsep diri lainnya, Kemudian, berdasarkan konsep diri yang diperkenalkan oleh Weaver (dalam Cangara, 2012), maka konsep diri yang berkaitan dengan komuni- kasi praktik keperawatan dapat dikelompokkan atas empat bagian, yakni: 1) Self-awareness, yakni proses menyadari diri sendiri tentang siapakah aku, di mana aku berada, dan bagaimana orang lain memandang diri- ku. Adanya konsep diri seperti ini memudahkan orang untuk berkomu- nikasi dan lebih terbuka untuk melakukan komunikasi. Perawat akan lebih mudah berkomunikasi, beradaptasi, dan membentuk hubungan personal dengan pasien (Klien) jika perawat memiliki seif- ka seseor awareness lebih tinggi ketimbang perawat yang memiliki—jeyjena au moves self-awareness yang rendah. Biasanya mereka yang me- sang besa, maka dlahans besa miliki self-awareness rendah cenderung gampang marah, emosional, mudah stres, panik, dan tidak siap menerima kenyataan yang terjadi. ‘mengurangi rasa dan sskap malunya serta berani tampil a Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan 2) Self-acceptance, yakni proses di mana seseorang menyadari siapa dirinya, dan apa yang terjadi pada dirinya sebagai suatu kenyataan. Perawat akan mengetahui bahwa pasien (klien) yang memiliki self- acceptance tinggi cenderung lebih dapat mengerti atas dirinya sendiri sehingga memudahkannya berkomunikasi, beradaptasi, dan memben- tuk hubungan personal dengan perawat. Biasanya pasien (Klien) yang memiliki seif-acceptance cenderung menjadi pribadi yang tidak ambi- us, namun dia akan mengenal dengan baik atas potensi aktual dirinya. 3) Self-actualization, yakni proses menyadari atas kenyataan potensi dirinya yang sebenarnya dan kemudian mengembangkannya ke dalam bentuk yang lebih baik. Konsep ini menunjukkan bahwa ada suatu kesadaran dan dorongan untuk berbuat lebih baik dan maju yang di- sesuaikan dengan potensi dirinya, Biasanya pasien (klien) seperti ini perilaku komunikasinya lebih mudah diajak, diajarkan atau dimodifi- kasi terutama dalam kaitannya dengan tindakan keperawatan dan pe- nyembuhan pernyakitnya. 4) Self-disclose, yakni proses pemberitaan atas potensi dan kemampuan dirinya kepada orang lain. Agar orang lain mengetahui potensi dirinya, maka dia mengomunikasikan kepada banyak orang. Bagi pasien (klien) yang mengalami gangguan sosial cenderung melakukan underdisclose (menutup diri) ketimbang self-disclose. e. Kemampuan perawat mengenal wilayah (zona) kedekatan personal pasien (klien) pada komunikasi praktik keperawatan. Kemampuan perawat mengenal batas-batas zona pribadi pasien (klien) akan menentukan kedekatan dirinya berkomunikasi nonverbal dengan pasien (klien). Menurut Edward T. Hall (dalam Cangara, 2012) kedekatan wilayah komunikasi dikelompokkan atas empat bagian, yakni: (a) wilayah intim atau rahasia dengan jarak kedekatan antara 3-18 inci; (b) wilayah pribadi dengan jarak kedekatan antara 18 inci sampai 4 kaki; (c) wilayah so- sial, dengan jarak kedekatan antara 4-12 kaki; dan (d) wilayah umum (pub- lik) dengan jarak kedekatan antara 12-25 kaki. f Kemampuan personal perawat selaku komunikator dalam komunikasi praktik keperawatan. Secara garis besar, adapun kemampuan pesonal yang harus dimiliki se- orang perawat selaku komunikator komunikasi_praktik keperawatan, di antaranya: (a) perawat memiliki sikap dan perbuatan yang terpuji, sopan, jujur, adil, tulus, dan menghargai; (b) perawat hendaknya mempunyai si- kap terbuka, rendah hati, tidak angkuh (tidak sombong), ramah dan mudah tersenyum, serta dapat menjadi pendengar yang baik bagi pasien (klien); (©) perawat tidak memaksakan pasien (klien) agar mau mengikuti keingin- __¢ a Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan anya; (d) perawat sebaiknya selalu penuh semangat, bisa memelihara serta mempertahankan hubungan personal dengan pasien (klien); dan (e) perawat hendaknya bekerja penuh kreatif dan inisiatif, tanpa mengabaikan prosedur kerja dan etika keperawatan yang berlaku. Sikap perawat selaku komunikator dalam praktik keperawatan. Beberapa sikap yang perlu diperhatikan perawat selaku komunikator dalam komunikasi keperawatan di antaranya: 1) Reseptif, yakni kesediaan perawat menerima informasi, gagasan, ide- ide dari pasien (Klien), hampir sebagian besar informasi tindak kepera- watan bersumber dari keterangan (informasi) pasien (klien). 2) Selektif, yakni kemampuan perawat untuk menentukan dan memilih informasi tindak keperawatan mana yang sesuai kebutuhan penyem- buhan penyakit pasien (klien). 3) Digestif, yakni kemampuan perawat untuk membuat perencanaan in- formasi, gagasan, ide, atau pesan yang berkenaan dengan treatment keperawatan yang akan disampaikan kepada pasien (klien). 4) Asimilatif, yakni kemampuan perawat menghu- bungkan satu informasi keperawatan dengan infor- __“edbtasaleh sekurmpulan ppersapsi tentang kelebinan- masi keperawatan lainnya sebagai upaya penyem- _elebhan erent yang dim buhan penyakit pasien (Klien). ees Peete a 5) Transmisif, yakni kemampuan perawat untuk — diinya mentransmisikan konsep yang telah diformulasi- a kan secara kognitif, afektif, dan konatif untuk me- nyembuhkan pasien (klien). cae Agar perawat dapat menjadi seorang komunikator yang 4. Jka dia memilk kemampuan berkenan di hadapan pasien (kliennya), maka seorang berkomunkasi san den han (Conmunioalo si perawat harus dapat dipercaya (credibility), memiliki > posogna daya tarik (attractive) dan kekuatan (power) di mata 3 Skapjyjur dan bersshabat ven (klk 44. Mampu beradapsisosal pasien (Klien). ddan budaya 1) Perawat harus dapat dipercaya (credibility) di ha- ‘ dapan pasien (Klien). Seorang perawat wajib hukumnya untuk memi- areas cay acai liki kredibilitas dalam komunikasi praktik kepera- _gjeh persepsi passe (kien) mis watan, Seorang perawat disebut memiliki kredi- _Da%isiAmemlki perseps'bahwa Ga akn sembuh ja Sranet eh bilitas ialah perawat yang dipersepsikan memiliki _poranat 2 dan bay pasen (aon) kelebihan di bidang keperawatan dan dapat me- 518: tndakan keperawalan yang gine ochireaaien aie akukan perawat Z beunlah numbuhkan penilaian positif pasien (klien). Kredi- ‘optimal, Jadi, kredibiltas bilitas perawat bersumber dari: (a) komptensi _sese0"2°9 ipengaruh leh slapa ‘ omunkannya, opi, walt, dan profesinya (competence), yakni kemampuan men- tempat guasai materi teori dan tindakan praktis keper- Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan 24 2) awatan; (b) sikap perawat, yakni bagaimana sikap perawat dalam ke- hidupannya sehari-hari, apakah dia orang yang bersikap tegar, toleran, tegas, prinsipiel, persuasif, responsif, dan sebagainya; (c) memiliki tu- juan yang jelas, yakni menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu mempunyai maksud dan tujuan yang baik atau tidak, sebagai infor- matif, persuasif atau modifikasi, dan sebagainya; (d) kepribadian, yak- ni bagaimana sifat kepribadian perawat tersebut, apakah dia seorang, perawat yang memiliki pribadi yang hangat, bersahabat, atau penuh kebencian, temperamen, kepribadian ganda, dan sebagainya; dan (e) dinamika, yakni lebih menunjukkan apakah pesan komunikasi yang disampaikan perawat itu memiliki daya menarik atau membosankan. Biasanya pesan komunikasi yang disampaikan perawat kepada pasien (Klien) dengan cara menggurui lebih cepat bosan ketimbang mengedu- kasi mereka. Ditinjau dari bentuknya, maka kredibilitas dapat dikelom- pokkan dalam tiga bagian, yakni (a) Initial credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh oleh komuni- kator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya seorang perawat yang sudah dikenal namanya mampu mendatangkan pasien (Klien) berobat, atau tulisan seorang pakar keperawatan yang mampu menggugah opini perasaan para perawat atau calon perawat. (b) Derived credibitityy, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung, misalnya pada saat seorang pakar keperawatan sedang menyampaikan pidato mengenai prosedur keperawatan tethadap pasien diabetes, kemudian para pendengar menilai bahwa prosedurnya ini merupakan penemuan yang luas, baru dan praktis lalu oleh pendengar memberi penghor- matan dengan cara memberikan tepuk tangan sebagai bentuk ke- percayaan mereka. (©) Terminal credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seorang ko- munikator setelah para pendengarnya mengikuti langsung ulasan mengenai hasil karya tertentu, misal seorang pakar keperawatan yang menyelesaikan penelitiannya, kemudian dilakukan pemba- hasan lebih mendalam, detail, dan luas melalui kegiatan ceramah keperawatan di hadapan para perawat atau calon perawat. Perawat harus memiliki penampilan diri yang menarik (attractiveness). Penampilan diri perawat yang memiliki daya tarik memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam keberhasilan komunikasi praktik kepera- watan, Biasanya kebanyakan dari pasien (klien) akan menaruh keper- cayaan dan senang berkomunikasi pada perawat yang memiliki daya (b) Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praltik Keperawatan tarik yang baik ketimbang perawat yang tidak memiliki daya tarik yang menarik meskipun pada sisi lain dia memiliki kemampuan dalam melakukan tindak keperawatan. Daya darik yang menarik lebih mena- tik dari seorang perawat akan mendorong adanya penilaian dan sikap subjektivitas pasien (Klien). Daya tarik yang ditunjukkan pasien (Klien) bersumber dari: (a) Adanya suatu kesamaan (similarity), hal ini dimaksudkan bahwa pasien (klien) akan lebih tertarik kepada perawat jika mereka me- miliki_kesamaan minat, motivasi, ras, suku bangsa, agama, peker- jaan, status sosial, dan sebagainya. Kebanyakan pasien (Klien) akan lebih terbuka dan mudah beradaptasi lebih cepat jika perawat me- miliki kesamaan dengan unsur-unsur kesamaan yang disebutkan diatas. Pengenalan pribadi (familiarity), misalnya ke- dekatan dikarenakan ikatan keluarga, tetangga, Deva risky bana komunitas, dan rekan kerja. Kebanyakan pasien _bersat pengenalen proach (lien) akan lebih banyak menaruh sikap percaya, stapes ana terbuka, dan lebih mudah beradaptasi Pera- mana hualtas kepercayaan wat memiliki unsur-unsur pengenalan pribadi dan einginan pasien (sien) ; : ; untuk membertuk suatu seperti yang diungkapkan di atas. Atau dengan a perg areavsl kata lain, pasien (Klien) cenderung sulit terbuka _peravatketinbang daya 4 aaa ‘ oe tarik yang bersumber dari dan sulit beradaptasi jika mereka tidak memiliki__(XKYeo9basimbet pengenalan pribadi perawat. . (©) Disukai (liking), hal ini dapat terjadi jiwa pera- wat memberi cara penyampaian pesan yang pe- _Méldan Anderson (stam heal) penyamnpe ani pesen ener CCangara, 2012) mengatakan nuh rasa simpatik, persuasif, empatif, sopan, fares ccoraplorontair jujur dan sebagainya. Biasanya pasien (Klien) —_yangmemk’benuk fs cenderung lebih mudah terbuka berkomunikasi 7ayreralbalasW0h dengan perawat ini, karena mereka akan merasa an skap komunkan lebih nyaman, aman, dan tenang. < (@) Fisik (physic), hal ini sangat berkaitan dengan keindahan dan keelokan rupa dan postur tubuh — Mesbincomian 920 perawat. Kebanyakan pasien (klien) cenderung dan postu tabu peravat - i “ kan menjadi daya tac menyukai perawat yang mempunyai kecantikan Sy. Ne me atau keelokan rupa dan postur tubuh yang lebih (kin) jka perawat memiit wk ket ‘ia, karate, kepribacian balk ketimbang perawat yang kurang elok rupa fh Sar atau postur tubuhnya. Penilaian atas penampilan dak emit kecerdasan ‘ Sadi sien (Klien) se- _ K22nitf dan erosional dalam fisik perawat sering dilakukan pasien (Klien) se- [omer cress bagai dorongan eksternal untuk berkomunikasi _piofesonal keperavatan dengan perawat. Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktk Keperawatan (©) Perawat harus memiliki kekuatan. Istilah kekuatan yang dimaksudkan di sini ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh perawat jika dia ingin memengaruhi pasien (Klien). Kekuatan juga bisa diartikan sebagai kekuasaan perawat untuk Haus cakal batwakebe- —- memengaruhi atau membentuk suatu perilaku tertentu pada hasilan dalam menyame Seni fancier} pakah onan euro pasien (Klien). Yang perlu disadari pelabelan kekuatan perawat pak keperavatan sangat’ —-harus mensyaratkan kepada bentuk-bentuk perbuatan posi- Gitentukan sejauh mana ‘ i cas ben eenel tif dalam kegiatan keperawatan dan penyembuhan penyakit pesan yang disampaikan pasien (Klien). Artinya, seorang perawat harus memiliki kekuat- peraval case” an. kognitif (kompetensi_menguasai materi keperawatan), kesempaian,cantantangan -_keKuatan afektif (berempati atau bersimpatik), dan kekuatan Se Seen sae konatif, seperti berkomunikasi interpersonal. REFLEKS! BAGI PERAWAT Meskipun perawat sebagai komunikator telah memiliki beberana kemampuan yang disebutkan di atas, namun beberapa hal yang harus dipertimbangkan perawal yang berkaitan dengan komuni- kasi praktk keperawatan, yang distilahi dengan SWOT, yakni 1. Seberapa besar sesungguhnya kekuatan (Strength) yang dimilki perawat yang mendukung kegiatan komunikasi praktik keperawatan yang akan diaplikasikannya kepada pasien (klen). Kekuatan ini meliput kekuatan intelektual, emosi, perilaku, dan kepribadian. 2. ‘Seberapa besar sesungguhnya kelemahan (Weakness) yang dimilki oleh perawat sehingga kelemizhan ini dapat diminimalkan atau dibenahi untuk menghasilan komunikasi praktik keper- ‘awatan yang lebih baik, efektf, dan tepat sasaran. Kelemahan-kelemahan ini meliput kelemah- an intelektual, emosional, dan kepribadian. 3. Seberapa besar kesempatan atau peluang (Opportunity) yang ada dan ditemukan dalam men- cdukung penyampaian pesan komunikasi praktk keperawatan. 4. Seberapa besar tantangan (Threat) yang harus diwaspadai dalam menyampaikan komunikasi ppraktk keperawatan. Pemahaman ini akan mendorong perawat untuk mencari, menentukan, ddan menetapkan strategi atau metode kornunikasi mana yang tepat bagi pasien (Kien). Gambar 6. Refleksi bagi perawat B. KOMUNIKAN (PENERIMA PESAN) |. Pengertian Komunikan (Penerima Pesan) Komunikan (penerima pesan) adalah komponen yang terpenting dalam berlangsungnya suatu komunikasi, karena komunikan akan menjadi sasaran komunikasi, Rakhmat (2007) mengistilahkan komunikan (penerima pesan) ialah orang atau sekumpulan orang yang menerima pesan-pesan komunikasi, atau dengan kata lain komunikan (penerima pesan) ialah orang atau sekumpu- lan orang yang dijadikan sebagai sasaran komunikasi. Hal yang senada juga disampaikan Wulandari (2009) bahwa komunikan Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praltik Keperawatan ialah pihak lain yang diajak berkomunikasi yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang meneri- ma berita atau pesan komunikasi. Komunikan boleh jadi satu orang, sekumpulan orang (kelompok orang atau masyarakat), komunitas, organisasi, dan sebagainya. Kemudian, Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa, ko- Komunikan adalah orang yang menerima pesan {dan memberkan respons (memberikan penilaian, intexpretasi,perbuatan ‘baru atas pesan (informasi, Ide, atau gagasan) yang ddisampaikan komunikator munikan adalah orang atau pihak yang menerima stimulus dan memberi respons atas stimulus yang diterima. Respons yang diberikan dapat bersifat pasif dan aktif. Respons pasif menunjukkan komunikan cukup memahami atau mengerti maksud dari komunikator tanpa memberi reaksi apa pun, Adapun respons aktif menggambarkan seberapa banyak reaksi komunikan atas stimulus-stimulus yang disampaikan oleh komunikator, seperti reaksi ver- bal, nonverbal, ekspresi, sikap, dan perilaku. Berdasarkan pengertian komunikan di atas, maka dapat disimpulkan se- cara umum bahwa komunikan sering diartikan seseorang (sekumpulan orang) yang menerima, melakukan, berbuat, menilai, menginterpretasi atau memberi- kan respons atas informasi (pesan, ide, gagasan atau pesan) yang disampaikan oleh komunikator. Proses ini sering disebut dekode, yakni proses pemberian arti atau makna. Komunikan juga sering disebut sebagai orang (sekumpulan orang) yang akan menjadi tujuan pesan dari komunikator. 2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikan Sebagaimana kita ketahui bahwa komunikan (penerima pesan) terdiri dari satu individu (personal), kelompok atas massa, di mana semuanya ini memiliki perbedaan karakteristik individual, sehingga corak dan dinamika komunikasi- nya pun berbeda. Namun yang menjadi dasar pedoman untuk memahami ko- munikan, yaitu: (a) sejauh mana kemampuan komunikan untuk menangkap dan meneruskan pesan kepada dirinya sendiri, kemampuan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan komunikan terhadap materi (pesan) yang disampai- kan, kesiapan dan tingkat kejujuran komunikan menerima dan memberi respons; (b) seberapa besar kesamaan tujuan dan pengalaman di antara komunikan dengan komunikator dalam proses komunikasi tersebut, apabila komunikan dan komunikator mempunyai tujuan dan pengalaman yang sama, akan memungkinkan adanya proses komunikasi, semakin be- sar kesamaan pengalaman di antara mereka, maka semakin mudah disampaikan, diterima, dimengerti, diolah, diinterpre- tasikan komunikan ketimbang mereka yang memiliki tujuan atau pengalaman yang berbeda; (c) seberapa besar feedback untuk menilai pesan tersebut, apakah dapat dimengerti atau Faktor-aktor yang terpenting yang perlu ciperhatikan terhadap komunikan agar ‘ornunikas! tu dapst beralan dengan baik, efekif, dan tepat ssasaran, di antaranya: 1. Karalteristk pengetahuan yang dimilkinya (tame of reference) 2, Ruang linghup ppengalaman komunikan (held of experience) 3, Perbedaan karakteristik individual dari komunikan. Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan tidak; dan (d) seberapa besar perubahan sikap, perilaku kooperatif atau kon- frontatif komunikan atas pesan komunikasi. Selain itu, tercapai atau tidaknya komunikasi dalam praktik keperawatan dipengaruhi oleh: a. Sejauh mana kemampuan dan keterampilan menerima, mengolah, dan menginterpretasikan pesan komunikasi. b. Tingkat dan dinamika kebutuhan yang berkaitan erat dengan tindak kepera- watan dan penyembuhan penyakit pasien (Klien). c. Tujuan dari tindakan keperawatan dan penyembuhan yang diinginkan pasien (klien) dari perawat atau pihak rumah sakit. d. Sikap, nilai-nilai, kepercayaan, dan kebiasaan umum dari pasien (klien) yang berkaitan dengan keperawatan dan penyembuhannya. e, Penilaian pasien (Klien) terhadap fungsi komunikasi praktik keperawatan yang disampaikan perawat. f Karakteristik atau kepribadian pasien (klien). Pembahasan lebih lanjut dan mendalam tentang karakteristik atau kepribadian pasien (klien) akan di- uraikan pada Bab 4. Guna memudahkan memahami kondisi komunikan, ada empat poin pen- ting yang perlu diperhatikan sebagaimana terlihat pada Gambar 7. C. PESAN |. Pengertian Pesan Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan merupakan keseluruhan isi stimulus yang dikeluarkan oleh komunika- tor pada komunikan, Pesan dapat disampaikan secara langsung atau tidak lang- sung, melalui tatap muka atau melalui media (saluran) komunikasi. Isi pesan atau materi pesan dapat bersifat informatif, persuasif, atau koersif. Isi pesan yang bersifat informatif, meliputi berita, amanat, laporan, keterangan tentang suatu peristiwa atau kejadian. Isi pesan yang bersifat instruksi meliputi sekum- pulan instruksi kerja atau prosedur kerja. Adapun isi pesan yang bersifat koer- sif meliputi sekumpulan pesan yang mendorong seseorang atau sekumpulan orang untuk melakukan suatu (sekumpulan) perbuatan tertentu yang diharap- kan komunikator. Demikian pula kaitannya pada pesan komunikasi dalam praktik kepera- watan. Pesan komunikasi dalam praktik keperawatan sebaiknya tidak sekadar dapat dimengerti, dipahami, tetapi juga memiliki respons positif dan aktif kepa- da pasien (klien). Isi pesan komunikasi dalam praktik keperawatan hendaknya __¢ a Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan ONDIS! oxi ——AsPEk sosioneMoaRArHK—_ PASIEN i=) Gambar 7. Pengenalan kondisi pasien yang berkenaan dengan komunikasi dalam praktik keperawatan berisikan: (a) informasi keperawatan (information message); (b) instruksional (instructional message}; dan (c) motivasional (motivational message). 2. Penyusunan Pesan Keperawatan Dalam penyusunan pesan komunikasi berkenaan dengan kegiatan kepera- watan, maka berdasarkan isi pesannya dapat dibedakan menjadi tiga sifat, seba- gai berikut: a. Bersifat informatif. Penyusunan pesan komunikasi praktik keperawatan yang bersifat informa- tiflebih banyak ditujukan kepada perluasan wawasan dan kesadaran pasien (Klien) yang berkaitan erat dengan asuhan keperawatan dan penyembuhan penyakit. Proses penyampaian pesan (informasi keperawatan) bersifat difusi atau menyebar, sederhana, jelas dan tidak banyak menggunakan jar- gon atau istilah ilmiah yang jarang didengar atau tidak populer bagi pasien (Kien). Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan perawat Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan saat menyusun pesan yang bersifat informatif, yakni: 1) Space order, yakni penyusunan pesan yang melihat kondisi tempat atau ruang atau daerah, misalnya penyampaian pesan bagi pasien (klien) yang berada di daerah pegunungan akan berbeda dengan pasien (klien) yang berasal dari daerah pesisir. 2) Time order, yakni penyusunan pesan berdasarkan waktu atau periode yang disusun secara kronologis, misal penyusunan pesan dari riwayat penyakit diabetes pasien. 3) Deductive order, yakni penyusunan pesan berdasarkan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang khusus, misalnya penyusun- an pesan pada pelaksanaan Program Keluarga Berencana Nasional dengan cara mengambil daerah sampel pelaksanaan Program KB Kota Medan. 4) Inductive order, yakni penyusunan pesan yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus kepada hal-hal yang bersifat umum, misal melihat gejala-gejala umum penyakit pasien, melakukan pemerikasaan medik lengkap, kemudian menyimpulkan jenis penyakitnya. b. Bersifat persuasif. Penyusunan pesan komunikasi yang bersifat persuasif ialah penyusunan yang bertujuan untuk mengubah paradigma, pendapat, opini, persepsi, sikap, dan perilaku pasien (Klien) yang berkenaan dengan tindak kepera- watan ataupun penyembuhan penyakitnya. Oleh sebab itu, penyusunan pesan komunikasi keperawatan yang bersifat persuasif harus memiliki proposisi, yakni hal-hal yang dikehendaki oleh perawat yang berkenaan dengan tindakan keperawatan dan penyembuhan penyakit pasien (klien). Ada beberapa cara yang dapat digunakan perawat dalam penyusunan pesan komunikasi keperawatan yang bersifat persuasif, di antaranya: 1) Fear appeal, yakni penyusunan dan penyampaian pesan komunikasi keperawatan dengan menimbulkan sedikit rasa takut kepada pasien (Klien), misal menyampaikan pesan bahwa merokok akan mengancam kesehatan jantung dan kehidupan pasien. 2) Emotional appeal, yakni penyusunan dan penyampaian pesan komu- nikasi keperawatan dengan cara menggugah emosional pasien (klien), misalnya menyampaikan pesan bahwa merokok tidak hanya merusak kesehatan diri sendiri, tetapi juga dapat memiskinkan anggota keluarga sehingga anak-anaknya tidak lagi akan mendapatkan asupan gizi yang cukup. 3) Reward appeal, yakni penyusunan dan penyampaian pesan komuni- kasi keperawatan dengan cara menawarkan janji-janji kepada perawat (Klien), misal penyampaian pesan kepada pasien (Klien) gangguan —- a Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan perilaku jika dia mau mengikuti beberapa treatment perilaku yang diajarkan perawat akan memampukan dirinya_menghilangkan_ berbagai_perilakunya yang menyimpang, seperti bisa menahan atau mereduksi perilaku menyimpangnya, maka dia akan diberikan re- ward tertentu. 4) Motivational appeal, yakni penyusunan dan penyam- paian pesan komunikasi keperawatan dengan menum- buhkan dorongan internal dan psikologis pasien (klien), misal menyampaikan pesan bahwa penyakit jantung dapat kita hindari dengan cara rajin berolahraga secara teratur, dan pola hidup sehat. 5) Humorius appeal, yakni penyusunan dan penyampaian pesan komu- nikasi keperawatan dengan cara humor, namun pesan ini menyentuh kondisi pasien (klien), misal menyampaikan pesan area wajib senyum, dan stop drugs. lustrasi pesan motivasional Bersifat instruksional. Pesan komunikasi pada praktik keperawatan yang bersifat instruksional alah penyusunan dan penyampaian pesan komunikasi yang bertujuan untuk mendorong, memerintahkan atau memaksakan pasien (klien) un- tuk mengikuti aturan-aturan tertentu yang berkaitan erat dengan asuhan keperawatan dan usaha penyembuhan penyakitnya, Misalnya penyam- paian pesan tentang tindak keperawatan pada pasien luka bakar. Perawat menyampaikan pesan agar pasien Iuka ba- Pesan konunasiiepe, . ravvatan adalah serengkaia kar tidak melakukan banyak gerakan, dan sebagainya. Peyote ent jonerbaleoback informasi yang disampaikan, seperti sikap penolakan, per- Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan tentangan atau ketidaksetujuan. Misalnya, sikap penolakan pasien diabe- tes saat diberitahukan bahwa tindakan medik keperawatan yang dilakukan adalah dengan cara mengamputasi kakinya. k. Neutral feedback, yakni respons (umpan balik) yang tidak relevan atau sama sekali tidak memihak ke arah komunikan atau ke arah komunikator dari proses komunikasi. Respons (umpan balik) ini biasanya muncul akibat ketidakkonsistenan komunikan atas sikap dirinya. F. EFEK KOMUNIKASI Bfek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan atau dilakukan penerima pesan sebelum dan sesudah menerima pesan. Keefektivitasan dan ke- berhasilan suatu komunikasi dapat dilihat dari sejauh mana dan bagaimana efek Pada setiap tindak komunikasi selalu ada Konsekuensi (etek), yak 1. Konsekuensi yang berdampak pada aspek inteleKtual (kogniti), seperti ‘memperoleh pengetahuan, belajar menganalsis sintesis, atau meng- evaluasi sesuat. 2, Konsekuensialekti, yakni adanya perubahan sikap, keyakinan, emosi, dan Perasaan, 3. Konsekuensi psikomotonk, vyakni cara-cara atau {gerakan baru seseorang seperti cara melemparkan bola atau meluks,selain juga perlaku verbal dan nonverbal yang patut Besar ideknya pengaruh komunikasi berhubungan erat dengan umpan balk ‘yang diterima komunikator dan komunikan, yang terjadi pada komunikan setelah dia menerima pesan (in- formasi) komunikasi. Jika komunikan mau mengubah, mem- bentuk perbuatan baru atau melakukan sebagaimana yang diharapkan dalam komunikasi berarti proses komunikasi tersebut telah memberikan efek positif bagi komunikan. Seorang perawat dikatakan telah berhasil dan efek- tif dalam melakukan suatu proses komunikasi apabila dia mampu memberikan efek komunikasi, seperti membentuk opini, perilaku baru atau mau mengerjakan sebagaimana yang dikehendaki dalam komunikasi. Sebaliknya, seorang perawat dikatakan tidak berhasil dalam melakukan komu- nikasi bila dia tidak mampu memberikan efek komunikasi, seperti gagal membentuk, mengubah atau mengajak pasien (klien) melakukan apa yang dikehendaki dalam komunikasi tersebut. Oleh sebab itu, indikator untuk melihat efek komu- nikasi apakah sesuai dengan harapan dan telah memberikan efek positif, ialah dengan melihat sejauh mana tingkat AIDDA, yakni Attention (perhatian), Interest (minat atau sisi kepent- ingan, Desire (keinginan), Decision (keputusan), dan Action (tindakan) pasien (Klien). G._ LINGKUNGAN KOMUNIKASI Konteks lingkungan dalam komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga as- pek, yakni: (a) aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik, seperti ben- tuk, letak, tata ruang atau suasana fisik; (b) aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan psikologis, seperti seberapa besar keterikatan seseorang dalam in- Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan terpersonal, persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, atau peran yang akan diperankan seseorang; (c) aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan sosial, seperti tata aturan masyarakat, nilai-nilai budaya, norma- norma, atau hukum; dan (d) aspek-aspek yang berkaitan erat dengan waktu, seperti hitungan jam, hari, atau sejarah. Keempat aspek lingkungan ini saling berinteraksi dan saling memengaruhi. Misal, perawat terlambat memenuhi janji dengan pasien (dimensi temporal) yang membuat berubahnya suasana hubungan (munculnya sikap permusuhan, dimensi sosial psikologis). Faktor penyebabnya karena letak rumah perawat dengan pasien sangat berjauhan (di- mensi fisik). Artinya, tiap perubahan menyebabkan perubahan lain sehingga proses komunikasinya fleksibel. H. GANGGUAN KOMUNIKASI Gangguan (noise) adalah hal-hal yang bisa mendistorsi pesan dalam ke- giatan komunikasi. Biasanya, gangguan menghalangi komunikan dalam mene- rima pesan dan menghalangi komunikator saat mengirimkan pesan komunika- si Pada hakikatnya, gangguan komunikasi sulit dihindarkan, karena umumnya semua komunikasi mengandung gangguan. Oleh sebab itu, baik komunikator atau komunikan berupaya mengurangi (mereduksi) dampak dari gangguan- gangguan komunikasi, seperti menggunakan bahasa yang lebih akurat, mem- pelajari keterampilan mengirim atau menerima pesan yang bersifat nonverbal, meningkatkan kualitas keterampilan mendengarkan, menerima, dan mengi- rimkan umpan balik. Gangguan-gangguan komunikasi dapat berupa gang- guan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah terdapat dalam kepala kita), ataupun semantik (salah mengartikan makna). Tabel 1. Gangguan dalam komunikasi Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Pratik Keperawatan SUPA MENGATAKAN APA KEPADA SIAPA | Bsn resin EE ROOMUNIAN Gambar 8, Siklus komunikasi Klasik Penerapan model komunikasi klasik dalam hubungannya dengan praktik keperawatan ialah untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi yang bersi- fat informatif, singkat, dan sederhana kepada pasien (Klien), misalnya perawat menyampaikan pesan agar pasien menjaga kebersihan tangan. 2. Model Komunikasi Harold Laswell Model komunikasi Harold Laswell merupakan penyempurnaan komuni- kasi klasik dari Aristoteles. Harold Laswell adalah seorang sarjana politik dari Amerika yang kemudian membuat suatu model komunikasi yang dikenal de- ngan model komunikasi Laswell. Model komunikasi ini merupakan satu-satu- nya model komunikasi massa yang paling sederhana, Menurut komunikasi Laswell, istilah komunikator adalah orang yang pa- ling memiliki pengaruh dan mampu mengarahkan komunikan untuk mengikuti keinginannya, Jadi, komunikator memiliki kekuatan komunikasi (powerfull) se- hingga pesan-pesan yang disampaikannya dipastikan memberikan efek dalam diri komunikan, Oleh karena itu, tidak mengherankan model komunikasi Las- well banyak digunakan untuk menstimulasi riset komunikasi, khususnya dalam bidang komunikasi massa dan politik. Unsur-unsur model komunikasi Laswell, yaitu: (a) who (komunikator); (b) say what (pesan apa yang akan disampaikan); (c) in with channel (saluran ko- munikasinya); (d) to whom (siapa penerimanya); dan (e) with what effect (efek komunikasinya). sara |= | werntaranaea| => | weraiara | => | MERADK | —p] APA, z 1 PENERWAPESAN -REAKSI POSITF ATAU NEGATIF TERFZDAP KOMUNIKAN Gambar 9. Siklus komunikasi Laswell

You might also like