You are on page 1of 20
@©eee@ y Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan Dasar-dasar Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan Perawat yang pintar adalah orang yang tahu apa yang akan disampaikannya, akan tetapi perawat yang bijaksana adalah perawat yang mengetahui apa yang akan dikatakannya dan mengetaliui kepada siapa dan pan dia harus mengatakannya. ‘Adenya kemauan dan kesadaran ‘untuk memperbaki deviasi komunikasi akan lebih memudahkan erawat untuk mengubah sikap. dan paradigmanya terhadap ari komurikasi Oleh sebab ity, komunikasl dalam keperawetan ssebaiknya mendukung dalam tindakan keoerawaten pasien, Kotidakoteitfan dan ketidaxtepatan berkomunikesi yang diakukan oloh perawat kebanyakan berdamipak ‘muncuinya berbagai masalsh Masalal-masalah (hambatan) komunikasi yang sering teria antara perawat dan pasien (Kien) umurnnya ‘bormuara deri doviasi Komunkasi DDevias| komunikast ian yang akan bisa menyecabkan idak tercapainya {ujuan kounikasi yang telah isempaten, meskipun pada ssi lain {erkacana dengan adanya deviasi komunkasi dapat pula mendorong ddan menyadarkan perawat untuk ‘memperbaiki metode dan stateg! komunkesi yang dinekainya A. DINAMIKA KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Komunikasi merupakan salah satu bentuk proses interaksi sosial dan interpersonal dalam kehidupan manusia, Melalui komunikasi terdapat dua orang in- ividu atau lebih yang sedang melakukan hubungan tertentu yang masing-masing dari mereka berupaya untuk saling memengaruhi, seperti membentuk opini, pemikiran, penilaian, keyakinan, kepercayaan, sikap atau perilaku tertentu. Melalui komunikasi berarti me- libatkan berbagai aktivitas fisik, psikis, dan sosial. Pada proses pembentukan komunikasi dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik individual, sifat, watak, kepri- badian, pengalaman pribadi, usia, pekerjaan, pendidik- an, latar belakang budaya, sosial, ekonomi, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, suku bangsa, dan sebagainya. Demikian pula dalam praktik keperawatan, bagi seorang perawat selain wajib memiliki kemam- puan akademis ilmu keperawatan, mereka juga wa- jib. mempunyai keterampilan berkomunikasi dengan baik, efektif, dan tepat sasaran, Bahkan, keterampilan komunikasi dianggap sebagai critical skill yang harus dimiliki perawat, karena melalui komunikasi perawat bisa mengumpul data, mengidentifikasi, mengkaji, mengolah dan menarik kesimpulan, serta dapat mem- berikan edukasi kesehatan yang berdampak terhadap kesehatan dan kesembuhan pasien (klien). Oleh sebab itu, proses komunikasi yang dibangun perawat dan pasien (klien) haruslah berdasarkan hubungan saling percaya dengan Klien dan keluarganya. Hal ini dimak- sudkan agar para perawat benar-benar mampu me- nyampaikan isi pesan (informasi, ide-ide atau gagasan) dengan tepat, mudah dipahami dan bisa mengubah pola sikap pasien (klien) atas arti, makna, ide-ide atau gagasan yang akan dan telah disampaikannya. Sesungguhnya, proses komunikasi dalam prak- tik keperawatan merupakan upaya untuk menolong, merawat, dan menyembuhkan penyakit pasien (klien) yang menggunakan prinsip-prinsip komunikasi. Pro- A. KOMUNIKATOR (SENDER ATAU DECODER) 1. Pengertian Komunikator Pemberi komunikasi (komunikator) merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam suatu proses komunikasi, Komunikator adalah orang atau sekumpulan orang yang menyampaikan pesan (stimulus) kepada seseorang atau sekelompok orang (komunikan) dan diharapkan komunikan bersedia menerima dan melaksanakan menurut pesan atau stimulus yang disampaikan sehingga proses komu- nikasinya terus berjalan dengan baik. Komunikator ialah orang yang membentuk ataupun menciptakan perbuatan baru komuni- kannya. Terbentuknya perbuatan baru komunikan merupakan tujuan akhir komunikator. Akan tetapi, pada sisi lain, terkadang posisi pelaku komunikasi dalam proses komunikasi tidak selamanya menetap. ‘Terkadang dia dapat menjadi sumber (pembicara) dan terkadang dia menjadi penerima (pendengar). Yang jelas, harapan (tujuan) akhir proses komu- nikasi ialah untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana komunikan dan komunikator memberi- kan respons. Sebagaimana yang dikatakan oleh No- toatmodjo (2007), apabila seseorang yang menerima pesan tidak dapat memberikan reaksi atau respons sama sekali, berarti proses komunikasi itu tidak per- nah menghasilkan apa-apa atas setiap variabel ko- munikasinya. 2. Fungsi dan Tujuan Komunikator Berdasarkan konsep di atas, maka fungsi dan tujuan komunikator (perawat) dalam praktik ke- perawatan yaitu: a. Perawat selaku komunikator dalam komunika- si keperawatan haruslah bisa menyediakan in- formasi keperawatan yang tersedia apakah me- mang benar-benar telah dapat disampaikan pada pasien (klien) dan mengolah informasi Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan Ketika seorang perawat berkomunikasi berarti dia sedang berbicara tentang siapa yang akan bicara, apa yang akan atau sedang dibicarakan, siapa pendengarnya, dan bagaimana responsnya (feedback). ‘Komunikator adalah orang yang ‘menyampaikan pesan (memberkan stimulus, idevide, gagasan atau informas) kepada komunikan, ‘Mengadopsi pendapat Widjaja, (2000), maka terampil atau tdakrya berkomunikasi perawat(selaku seorang ‘komunikator) dapat cihat dari seberapa tinggi kredibiltas, sikap protesionalisme, kejyjuran,etika moral, abut SARA, ‘simpat, dan empati yang dimik oleh ‘seorang perawat. 7 Bagian 1» Konsep Dasar Komunikasi dalam Prakiik Keperawatan ps GANGGUAN (GANGSUAN. ‘Umpan Baik Pencirim Pesan Penaiim Pesan Simbol/Isyarat Media (Saluran) Mengartikan Kode/Pesan Gambar 1. Proses komunikasi secara umum nikasi yang dilakukan secara langsung (face to face) dalam bentuk bahasa verbal atau nonverbal kepada orang lain (komunikan). Misal perawat me- nyampaikan langsung tentang kondisi penyakit pasien saat ini dan tindak- an keperawatan selanjutnya selama pasien dirawat di rumah sakit. Keuntungan dari komunikasi primer ialah komunikator dapat melihat dan mengetahui langsung sejauh mana dan bagaimana respons komunikan komunikator dapat segera memperbaiki atau mempertahankan proses komunikasinya, Akan tetapi, kelemahan dari komunikasi primer ialah penyampaian pesan (infromasi) hanya mencakup kepada beberapa orang Komunikan (biasanya hanya satu atau empat orang komunikan). sehit FEEDBACK POSITIF ATAU NEGATIF PESAN Gienbol, Lamband> Informasi) Komunikan \Posien-Xlien) komunikator (Perawat) PESAN. OS ee FEEDBACK POSITIF ATAU NEGATIF Gambar 2. Proses komunikasi primer Proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi sekunder adalah proses perpindahan pengertian dalam bentuk pemikiran, gagasan, ide-ide, atau perasaan seseorang yang disam- paikan secara tidak langsung kepada orang lain, akan tetapi menggunakan Bab 1 * Dasar-dasar Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan 4. Komunikasi dalam Praktik Keperawatan Hasil Komunikasi tidak hanya i Aksi clarahkan kepada sat tndakan sebagai Aksi dai Komunikator atau kornunikan Suatu komunikasi sekalipun itu tidak mencapai tu- $28. 'el2p\ adanya interaksi | ‘ B encapal tu dan ransaks\ antara komunkator juan yang diharapkan dari apa yang dikomunikasikan di- gan komunkan pastikan di antara pelaku komunikasi (komunikator dan ¢ komunikan) memiliki aksi, apakah akan dinyatakan dalam tulisan, lisan, atau pernyataan nonverbal, seperti ger- Contoh komunikasiinterakti ketika perawat memperanyakan tentang akan kinetik, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah. Dengan bagaimana parsepsi pasien i ; indak. #8 pelayanan kesehatan yang demikian, aksi merupakan satu atau sekumpulan tindak- as pelaerensesenalan yong an (perbuatan) yang ditunjukkan seseorang atau seke- dan bagaimana harapon-norapan lompok orang sebagai hasil perbuatan komunikasi. Jika 2" te") alas pelayanan kesehatan yang diberkan kepada pasien (klien) menunjukkan aksi yang sesuai dengan apa irinya.Adapun contoh konket yang disampaikan perawat, maka perawat berhasil mem- _ Koruna! yang ansaisiona ialah adanya kerja sama yang bentuk, mengubah, atau mempertahankan perbuatan pak antaa perawal dan pasen pasien (Klien). Hal ini menunjukkan bahwa pasien (klien) {ten} dean menpeispal proses sembuhan penyakiya.Pasien telah melakukan aksi positif terhadap pesan Komunikasi. _fieq)iottostcatgn keeemns on Sebaliknya pula, jika perawat tidak dapat membentuk, —_ penyembuhan dionya sonar mengubah, atau mempertahankan perilaku pasien (Klien) berarti isi pesan, strategi atau metode komunikasi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Menurut Miller (2005) aksi atau reaksi adalah upaya untuk menuntut reaksi balik dari penerima (komunikan) atas informasi yang disampaikan pemberi pesan (komunikator). Namun pada masa kini ahli komunikasi memandang bahwa komunikator tidak hanya menuntut adanya aksi atau interaksi dari ko- munikan, tetapi juga menuntut adanya transaksi di antara pelaku komunikasi, yakni adanya suatu tindakan aksi yang lebih tinggi, dinamis, dan lebih kom- pleks. Tindakan komunikasi seperti ini menunjukkan adanya interplay yang sa- ling memengaruhi (mutual influence) di antara pelaku komunikasi dan dalam jumlah yang lebih banyak sehingga pengaruhnya tidak hanya datang dari orang per orang, tetapi dalam konteks lintas kelompok ataupun antarbangsa. Adanya kondisi seperti inilah yang mendorong orang dan sekelompok orang memben- tuk suatu kerja sama (kooperatif) yang bertujuan untuk menyatukan visi (titik temu) yang saling berbagi dalam konteks arti (meaning) bahasa yang dipakai, konteks kepentingan (interest) diri atau kelompok maupun demi perluasan jeja- ring sosial (social networking) 5. Komunikasi dalam Praktik Keperawatan sebagai Aktivitas Sosial Konsep bahwa komunikasi sebagai aktivitas sosial bermula dari hakikat diri manusia yang tidak dapat hidup sendiri. Sudah menjadi sifat manusia untuk se- "1 Bagian 1» Konsep Dasar Komwunikasi dalam Praktik Keperawatan ee perilaku komunikan (pola sikap dan pemahamannya) ke korres daiam pra dalam suatu pola dan pemahaman yang dikehendaki oleh keparanatan dapal bean dengan baik, Gi antaranya: komunikator, 1. Diaikan ates daca Ditinjau dari sisi psikologi, komunikasi ialah proses ; nyangmmairo. _-penyampaian pesan yang bertujuan untuk saling meme- 3 Secrets pate waa ngaruhi antara seseorang (sekelompok orang) dan orang penyembunan dan lain (sekelompok orang) yang melibatkan unsur-unsur rewaten pasion 4 Meupstar nasisetunpulan —psikologis manusia, seperti pemikiran, persepsi, o perimbargan yargiletuken ap, perilaku, unsur-unsur, alat-alat pengindraan, dan otak. secara protesional : PPCM ue ew Misalnya, pada saat kita sedang membaca buku, maka unsur kesepakatan bersama indra (retina mata) yang terdiri dari 10-14 juta sel saraf (new- (colaboras) antara perawat, as totes ron) akan bereaksi terhadap cahaya dan segera menyampai- kan pesan (simbol atau lambang) tertentu ke cabang-cabang saraf dan menyambungkan ke mata melalui saraf optik. Kemudian, saraf op- tik akan menyambung kembali ke impuls-impuls saraf ke otak sehingga terjadi proses pemikiran, penilaian, dan respons perilaku. Sementara itu, menurut (Berlo, dalam Mutya, 2011) suatu komunikasi dapat dikatakan efektif ialah jika pesan-pesan yang dipersepsikan penerima sama dengan maksud dan bayangan pengirim. Penyampaian pesan-pesan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang dari para pelaku komunikasi tersebut. Dari pengertian komunikasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi ialah proses perpindahan pengertian dari seseorang kepada orang lain dalam bentuk gagasan atau informasi yang bertujuan untuk memengaruhi, memben- tuk, atau memodifikasi perilaku seseorang. C. KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Komunikasi dalam praktik keperawatan ialah upaya yang sistematis untuk memengaruhi secara positif terhadap perilaku pasien (Klien) yang berkaitan erat dengan kesehatan dan tindakan (asuhan) keperawatan penyakit pasien (Klien) yang menggunakan prinsip-prinsip komunikasi. Proses memengaruhi perilaku ini bersifat terapeutik, yakni pada usaha pertolongan, perawatan, penyembuh- an, dan mengedukasi pasien (klien). Kegiatan komunikasi dalam praktik kepera- watan berlangsung secara kolaborasi antara perawat dan perawat, perawat dan dokter, perawat dan pasien (Klien) serta keluarga pasien (Klien) secara profe- sional, bermoral, dan bertanggung jawab. D. PROSES KOMUNIKAS! DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Pada hakikatnya, komunikasi dalam praktik keperawatan dipandang se- zi | Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praltik Keperawatan ialah pihak lain yang diajak berkomunikasi yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang meneri- ma berita atau pesan komunikasi. Komunikan boleh jadi satu orang, sekumpulan orang (kelompok orang atau masyarakat), komunitas, organisasi, dan sebagainya. Kemudian, Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa, ko- Komunikan adalah orang yang menerima pesan {dan memberkan respons (memberikan penilaian, intexpretasi,perbuatan ‘baru atas pesan (informasi, Ide, atau gagasan) yang ddisampaikan komunikator munikan adalah orang atau pihak yang menerima stimulus dan memberi respons atas stimulus yang diterima. Respons yang diberikan dapat bersifat pasif dan aktif. Respons pasif menunjukkan komunikan cukup memahami atau mengerti maksud dari komunikator tanpa memberi reaksi apa pun, Adapun respons aktif menggambarkan seberapa banyak reaksi komunikan atas stimulus-stimulus yang disampaikan oleh komunikator, seperti reaksi ver- bal, nonverbal, ekspresi, sikap, dan perilaku. Berdasarkan pengertian komunikan di atas, maka dapat disimpulkan se- cara umum bahwa komunikan sering diartikan seseorang (sekumpulan orang) yang menerima, melakukan, berbuat, menilai, menginterpretasi atau memberi- kan respons atas informasi (pesan, ide, gagasan atau pesan) yang disampaikan oleh komunikator. Proses ini sering disebut dekode, yakni proses pemberian arti atau makna. Komunikan juga sering disebut sebagai orang (sekumpulan orang) yang akan menjadi tujuan pesan dari komunikator. 2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikan Sebagaimana kita ketahui bahwa komunikan (penerima pesan) terdiri dari satu individu (personal), kelompok atas massa, di mana semuanya ini memiliki perbedaan karakteristik individual, sehingga corak dan dinamika komunikasi- nya pun berbeda. Namun yang menjadi dasar pedoman untuk memahami ko- munikan, yaitu: (a) sejauh mana kemampuan komunikan untuk menangkap dan meneruskan pesan kepada dirinya sendiri, kemampuan ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan komunikan terhadap materi (pesan) yang disampai- kan, kesiapan dan tingkat kejujuran komunikan menerima dan memberi respons; (b) seberapa besar kesamaan tujuan dan pengalaman di antara komunikan dengan komunikator dalam proses komunikasi tersebut, apabila komunikan dan komunikator mempunyai tujuan dan pengalaman yang sama, akan memungkinkan adanya proses komunikasi, semakin be- sar kesamaan pengalaman di antara mereka, maka semakin mudah disampaikan, diterima, dimengerti, diolah, diinterpre- tasikan komunikan ketimbang mereka yang memiliki tujuan atau pengalaman yang berbeda; (c) seberapa besar feedback untuk menilai pesan tersebut, apakah dapat dimengerti atau Faktor-aktor yang terpenting yang perlu ciperhatikan terhadap komunikan agar ‘ornunikas! tu dapst beralan dengan baik, efekif, dan tepat ssasaran, di antaranya: 1. Karalteristk pengetahuan yang dimilkinya (tame of reference) 2, Ruang linghup ppengalaman komunikan (held of experience) 3, Perbedaan karakteristik individual dari komunikan. Bab 1 * Dasar-dasar Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan F. TUJUAN KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN Pentingnya komunikasi dalam praktik keperawatan tidak sekadar berguna bagi perawat yang bersangkutan dalam membantu kinerja dan produktivitas perawat, tetapi juga berguna bagi pasien (Klien) dan teman-teman sejawatnya. Tujuan umum komunikasi dalam praktik keperawatan yaitu: 1. Mengenal dan memahami pasien (klien). Dalam hal ini, tujuan komunikasi dalam praktik keperawatan ialah un- tuk membantu perawat untuk mengenal lebih mendalam tentang kondisi pribadi dan karakteristik (to be know identity) pasien (Klien), karena tanpa melakukan proses komunikasi mustahil perawat dapat mengungkapkan lebih mendalam atas diri pasien (klien). Pemahaman ini juga dimaksudkan agar perawat mengetahui metode dan strategi komunikasi yang dibutuh- kan pasien (Klien). Misal, dapat membantu perawat menemukan dan men- gidentifikasi masalah-masalah pasien (klien). 2. Mengubah opini dan cara berpikir (opinion change) pasien (klien).. Dalam hal ini, tujuan komunikasi dalam praktik keperawatan ialah mem- bantu perawat mengenal, membentuk dan mengubah pola pikir, opini, pandangan, gagasan, atau ide-ide (opinion change) yang, berkenaan dengan informasi, tindakan keperawatan _Suatu komurikasiyerg bak (penyembuhan) penyakit pasien (klien), misal perawat Bah iemhas yang, menjelaskan tentang cara-cara mengurangibeban pera- _uniukmelahrkan suatu as 5 ‘cium bile (aa transpavansisehingga para saan dan pikiran serta tindakan antisipast bila pasien "avs eiaoe mts (Klien) mengalami gangguan perasaan. berskapterbuka, cepa, peduli, dan bela atas kesalahan yang 3. Mengubah sikap umum (attitude change) pasien {20 3 (Klien). : Dalam hal ini, adapun tujuan komunikasi dalam prak- tik keperawatan ialah untuk membantu perawat dalam ‘Secara garis besar menjabarkan mengenal, membentuk, dan mengubah sikap (attitude use epesnasn korn! change) yang berkenaan dengan informasi, tindak- 1 Mempelajar atau it pas mengajarkan sesuat an Keperawatan atau penyembuhan penyakit pasien —, sristan ests (Klien). Misalnya, perawat memberikan edukasi kepera- enias watan, seperti mengajarkan pasien (klien) tentang cara- 3 Menaungkapkan perasaan cara mengurangi perasaan takut dengan cara memper- re ine a tahankan kekuatan egonya, selalu percaya diti, jangan 5 Sstburoan denn rang mudah terpengaruh oleh orang lain atau lingkungan, —feryelesakan meselah keyakinan atau potensi dirinya. 7. Mencapai tuuan, 8 Menuninkan votegangan 4. Mengubah perilaku (behavior change) pasien (Klien). 9, jenyecaatan honk 10, Menstimiasi mina! de Dalam hal ini, tujuan komunikasi dalam praktik kepera- : seni atau orang lan watan ialah untuk membantu perawat dalam meng- s Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan 16 cara bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku un- tuk menciptakan, membangun dan mempertahankan hubungan sosial antar-perawat, sesama rekan sejawat, dokter, pasien (Klien), keluarga pasien (klien), ataupun dengan masyarakat umum, Sebagai alat motivasi, artinya komunikasi dalam praktik keperawatan digunakan untuk mendorong pasien (Klien) agar bersedia melakukan dan berpartisipasi pada setiap instruksi intervensi keperawatan yang telah disampaikan perawat. Misal, perawat menyampaikan pesan ke- pada pasien penderita kusta tentang cara-cara perawatan luka di kaki- nya. Sebagai alat pendidikan, artinya komunikasi dalam praktik keper- awatan berfungsi untuk mengajarkan, membimbing, mengarahkan dan mendidik pasien (klien) tentang tindak keperawatan atau hidup sehat. Sebagai alat untuk menciptakan iklim perubahan dengan memperke- nalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku (perawat dan pasien (klien]) ke arah yang lebih baik dan modern, 2 Bab 1 * Dasar-dasar Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan jadian) yang terjadi di lingkungannya. b. Sebagai upaya manusia untuk beradaptasi. Upaya adaptasi ini tidak hanya berlangsung pada kemam- puan manusia _memberikan tanggapan terhadap gejala-gejala alam (misal, adaptasi terhadap cuaca, gempa atau proses alam lainnya), tetapi juga berkait- an dengan lingkungan sosial, yakni kemampuan ber- adaptasi dalam kehidupan sosial masyarakat. c. Sebagai upaya manusia untuk melakukan transfor- masi sosialisasi, yakni upaya manusia untuk mem- pertahankan keberadaannya baik yang berkenaan dengan pertukaran perilaku, sikap, peran dan nilai- nilai, misal sikap perawat yang menerapkan nilai- nilai, tata krama atau peraturan-peraturan yang ber- laku di rumah sakit kepada pasien (klien). Sebagai instrumen interaksi sosial antara perawat dan pasien (klien). Berdasarkan konsep David K. Berlo (dalam Cangara, 2012) dapatlah diketahui bahwa komunikasi memiliki fungsi se- bagai instrumen interaksi sosial yang memiliki kegunaan untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain dan untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam men- ciptakan keseimbangan dalam bersosial. Fungsi komu- nikasi sebagai instrumen interaksi sosial juga sekaligus menunjukkan siapa dirinya, apa dan bagaimana potensi diri dan kapasitasnya, seberapa besar kejujurannya dan kredibilitas dirinya, serta seberapa besar keterampilan- nya membujuk dan menyakinkan orang lain. Kemudian, berdasarkan implementasi fungsi komunikasi yang dikemukakan Sean MacBride dan Goran Hedebro (dalam Cangara, 2012), maka dapat dikaitkan bahwa ko- munikasi dalam praktik keperawatan berfungsi: a. Sebagai informasi, artinya fungsi komunikasi dalam praktik keperawatan yakni sebagai proses pengum- pulan informasi, pengolahan, penyimpan data, fakta, pesan, opini atau komentar yang berkaitan dengan intervensi keperawatan yang akan disampaikan (di- ajarkan) kepada pasien (Klien). Tujuan uum di Komunikasi dalam prakik keperawatan yaitu: 1 2 3 Mengenal atau memahami pasien (kien. Untuk mengubah cara berpikir pasien Untuk mengenal, mengubah, dan, ‘membentuk sikap pasien (lien) Mengubah, membentuk, ‘atau mempertahankan sikap sosial pasien Membimbing, menggerakkan, mengubah, membentuk, atau ‘mempertahankan periaku pasien. « Daca flosofistujuan manusia berkomunikasiyait: Sebagaikebutuhnannya dalam borsosial can bermasyarakat Hasratnya untuk imengetahui berbagal fenomena di lingkungannya. Upaya manusia untuk beradaptasi dengan orang tan. Upaya untuk melalauikan transforma atau imempertaharkan keberadaan diya, Fungsi komunikasidtnjau dati sudut insttumen interaksi sosialnya dalam praktik eperawatan yatu Sebagai infommasi. Sebaga sarana sosialisas Sebagai alat motivasi Sebagaialat edukasi Sebagai alt untuk mengubah sikap dan perlaku dai perawat alau paasien (kien), b. Sebagai sarana pembentukan sosial, artinya komunikasi dalam praktik keperawatan berfungsi sebagai referensi dan acuan tentang bagaimana 15 Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan 24 2) awatan; (b) sikap perawat, yakni bagaimana sikap perawat dalam ke- hidupannya sehari-hari, apakah dia orang yang bersikap tegar, toleran, tegas, prinsipiel, persuasif, responsif, dan sebagainya; (c) memiliki tu- juan yang jelas, yakni menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu mempunyai maksud dan tujuan yang baik atau tidak, sebagai infor- matif, persuasif atau modifikasi, dan sebagainya; (d) kepribadian, yak- ni bagaimana sifat kepribadian perawat tersebut, apakah dia seorang, perawat yang memiliki pribadi yang hangat, bersahabat, atau penuh kebencian, temperamen, kepribadian ganda, dan sebagainya; dan (e) dinamika, yakni lebih menunjukkan apakah pesan komunikasi yang disampaikan perawat itu memiliki daya menarik atau membosankan. Biasanya pesan komunikasi yang disampaikan perawat kepada pasien (Klien) dengan cara menggurui lebih cepat bosan ketimbang mengedu- kasi mereka. Ditinjau dari bentuknya, maka kredibilitas dapat dikelom- pokkan dalam tiga bagian, yakni (a) Initial credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh oleh komuni- kator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya seorang perawat yang sudah dikenal namanya mampu mendatangkan pasien (Klien) berobat, atau tulisan seorang pakar keperawatan yang mampu menggugah opini perasaan para perawat atau calon perawat. (b) Derived credibitityy, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung, misalnya pada saat seorang pakar keperawatan sedang menyampaikan pidato mengenai prosedur keperawatan tethadap pasien diabetes, kemudian para pendengar menilai bahwa prosedurnya ini merupakan penemuan yang luas, baru dan praktis lalu oleh pendengar memberi penghor- matan dengan cara memberikan tepuk tangan sebagai bentuk ke- percayaan mereka. (©) Terminal credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seorang ko- munikator setelah para pendengarnya mengikuti langsung ulasan mengenai hasil karya tertentu, misal seorang pakar keperawatan yang menyelesaikan penelitiannya, kemudian dilakukan pemba- hasan lebih mendalam, detail, dan luas melalui kegiatan ceramah keperawatan di hadapan para perawat atau calon perawat. Perawat harus memiliki penampilan diri yang menarik (attractiveness). Penampilan diri perawat yang memiliki daya tarik memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam keberhasilan komunikasi praktik kepera- watan, Biasanya kebanyakan dari pasien (klien) akan menaruh keper- cayaan dan senang berkomunikasi pada perawat yang memiliki daya Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praltik Keperawatan perawat untuk menguasai atau mengatasi masalah keperawatan atau minimnya kompetensi profesi perawat sehingga dia gagal berkomunikasi, gagal merawat, dan gagal menyembuhkan pasien. Tidak sedikit perawat yang tidak menguasai masalah keperawatan saat ditanya pasien (Klien) sulit memberikan jawaban yang benar, terkadang dengan diplomasi memberi- kan jawaban-jawaban tertentu yang sesungguhnya adalah salah, atau memberikan jawaban yang bersi- fat pragmatis yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan tindakan asuhan keperawatan. Bah- kan, terkadang sebagian dari mereka demi menjadi harga diri mendorong mereka untuk mendustai pasien (klien). Kemampuan perawat dalam penggunaan bahasa dalam komunikasi praktik keperawatan. Hingga kini masih banyak perawat kita yang masih kurang mampu berkomunikasi dengan baik, persua- sif, efektif, dan tepat sasaran dikarenakan minimnya kosakata mereka, Minimnya kosakata mengakibat- kan perawat kesulitan dalam menyampaikan pesan keperawatan bagi pasien (Klien), Hal yang harus di- sadari oleh perawat bahwa sesungguhnya, kemam- puan dalam penggunaan bahasa tidak hanya untuk kepentingan percakapan_ sehari-hari, _melainkan untuk keperluan yang berhubungan dengan tindak keperawatan dan penyembuhan pasien (klien). Penggunaan bahasa memiliki fungsi dasar dalam kegiatan komunikasi dan jika perawat ingin men- jadi seorang komunikator keperawatan yang andal dan ingin mengubah atau membentuk perilaku ter- tentu dari pasien (klien), maka sebaiknya terlebih dahulu perawat harus memiliki kemampuan dan penguasaan bahasa dengan baik. Adanya kosakata yang memadai dari perawat akan lebih memudah- kan dalam menentukan kata-kata yang tepat dan sesuai dengan kondisi untuk disampaikan kepada pasien (klien). Bahkan, penguasaan bahasa ini me- mungkinkan perawat lebih mudah menyampaikan pesannya secara sistematis, dan mudah dipahami pasien (Klien). Oleh karena itu, kemampuan peng- Fungsi Komunikator keperawatan ya: 1 2 3 4 Sebagai sumberinformasi keperawatan ‘Sebagal seloktorinormasi keperawatan Sebagai manajor (organisator) informasi keperawatan. ‘Sebagal evaluator informasi keperawatan « Komunikasi dalam praktk eperawatan akan efekif bia didukung dati pengetahuan,keterampiian, ddan pengalaman keperawatan. ‘Misa, pengenalan perawat tentang tindakan mek dalam ruang UGD, selain didukung oleh kompetensi profesional juga tidak terlepas dari kemampuannya berkomunikasi kepada pasien, dokter, dan sesama pperawat selama melakukan intervensi eperawatan di ruang UGD. Suatu komanikasi yang baik dan tepatialah kemunikasi yang mampu ‘mengarahkan, mengubah, atau ‘membentuk perilaky baru dari komunikan Faktorfaktor yang memengaruhi tercapai atau tidakrya tyjuan Komunikasi dalam prektk keperewatan yang bersumber dari perawat sebagai omunikator: 2 3 Krecbitas dan kompetensi perawat Kedekaian pskologis dan sosial antaa perawat dan pasen (kien). Motvasi dan peshatan perawat pada pasien (kien). Kesamaan kepentingan antara perawat dan pasin kien) Cara penyampaian pesan oleh Perawat kepada pasion (kien). Daya ark perawat di Nadapan pasien (en) 19 Bab 2 + Komponen-komponen Komunikasi dan Hubungannya dalam Praktik Keperawatan OPEN AREA (WILAYAH TERBUKA) ‘Seseorang akan mengenal secara balk atas kelebinan dan kekuranganna. Jka ingin sukses dalam berkomunikasi, maka seseorang harus mempetbesar wilayah open area dan harus mampu. mempertemukan antara keinginan di sendi dan ‘rang lain, Dengan memperlebar wilayah terbuka, maka seseorang akan lebin mudah memahami orang lain. Baik air kta senciri maupun orang lain pun mengenal dri kta, BLIND AREA (WILAYAH BUTA) Seseorang tidak mengetahui kekurangan dirinya send. Just orang lain yang mengenal dan mengetahui alas Kekurangannya, Jka wilayah ini ‘semakin besar, maka akan semakin sult seseorang membangun hubungan komunikasi dengan orang lain. Kita tidak mengenal di kta sendi, namun orang lain mengenal di kta, HIDDEN AREA (WILAVAH TERSEMBUNY}) ‘Seseorang tidak mengetahui potensi-potensi yang dimilikinya. Teri dari dua bagian, yakni (@) overasciose, yakn skap terlalu banyak mengungkapkan sesuaty sehingga terkadang hale hal yang harus disembunyikan juga diuterakannya; dn (b) underalsciose, alah sikap terial menyembunyikannya, misal pada pasien (kien) sakit jiwa, Dalam hal orang tidak mengenal dir kta, naman kita mengeral ci kita, UNKNOWN AREA (WILAYAH TAK DIKENAL) ‘Adalah wilayah yang paling kis dalam komunikasi ‘Seseorang tidak mengenal diya dan orang lain pun tidak mengenal signa di orang ini, Seringterjadi mmispersepsi kepada orang lan, karena keduanya tidak saling mengenal baik alas kelebinan dan kekurangannya. Baik dir kta maupun orang lain pun tidak mengenal siapa di kita yang sesungguhnya, Gambar 5. Model Johari Windows Menurut Joseph Luft dan Harrington Ingham (dalam Cangara, 2012) keem- pat wilayah konsep diri ini merupakan satu kesatuan yang terdapat dalam diri seseorang. Hanya saja, yang membedakan antara satu orang dan orang Jain ialah kadar wilayahnya yang sangat berbeda-beda. Bagi pasien (Klien) yang berkeinginan lebih cepat beradaptasi kepada perawat guna memban- tu dirinya dalam perawatan dan penyembuhan rasa sakitnya, maka dia ha- rus berusaha memperbesar wilayah terbuka (open area) dan mempersem- pit wilayah konsep diri lainnya, Kemudian, berdasarkan konsep diri yang diperkenalkan oleh Weaver (dalam Cangara, 2012), maka konsep diri yang berkaitan dengan komuni- kasi praktik keperawatan dapat dikelompokkan atas empat bagian, yakni: 1) Self-awareness, yakni proses menyadari diri sendiri tentang siapakah aku, di mana aku berada, dan bagaimana orang lain memandang diri- ku. Adanya konsep diri seperti ini memudahkan orang untuk berkomu- nikasi dan lebih terbuka untuk melakukan komunikasi. Perawat akan lebih mudah berkomunikasi, beradaptasi, dan membentuk hubungan personal dengan pasien (Klien) jika perawat memiliki seif- ka seseor awareness lebih tinggi ketimbang perawat yang memiliki—jeyjena au moves self-awareness yang rendah. Biasanya mereka yang me- sang besa, maka dlahans besa miliki self-awareness rendah cenderung gampang marah, emosional, mudah stres, panik, dan tidak siap menerima kenyataan yang terjadi. ‘mengurangi rasa dan sskap malunya serta berani tampil a Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan 24 2) awatan; (b) sikap perawat, yakni bagaimana sikap perawat dalam ke- hidupannya sehari-hari, apakah dia orang yang bersikap tegar, toleran, tegas, prinsipiel, persuasif, responsif, dan sebagainya; (c) memiliki tu- juan yang jelas, yakni menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu mempunyai maksud dan tujuan yang baik atau tidak, sebagai infor- matif, persuasif atau modifikasi, dan sebagainya; (d) kepribadian, yak- ni bagaimana sifat kepribadian perawat tersebut, apakah dia seorang, perawat yang memiliki pribadi yang hangat, bersahabat, atau penuh kebencian, temperamen, kepribadian ganda, dan sebagainya; dan (e) dinamika, yakni lebih menunjukkan apakah pesan komunikasi yang disampaikan perawat itu memiliki daya menarik atau membosankan. Biasanya pesan komunikasi yang disampaikan perawat kepada pasien (Klien) dengan cara menggurui lebih cepat bosan ketimbang mengedu- kasi mereka. Ditinjau dari bentuknya, maka kredibilitas dapat dikelom- pokkan dalam tiga bagian, yakni (a) Initial credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh oleh komuni- kator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya seorang perawat yang sudah dikenal namanya mampu mendatangkan pasien (Klien) berobat, atau tulisan seorang pakar keperawatan yang mampu menggugah opini perasaan para perawat atau calon perawat. (b) Derived credibitityy, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung, misalnya pada saat seorang pakar keperawatan sedang menyampaikan pidato mengenai prosedur keperawatan tethadap pasien diabetes, kemudian para pendengar menilai bahwa prosedurnya ini merupakan penemuan yang luas, baru dan praktis lalu oleh pendengar memberi penghor- matan dengan cara memberikan tepuk tangan sebagai bentuk ke- percayaan mereka. (©) Terminal credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seorang ko- munikator setelah para pendengarnya mengikuti langsung ulasan mengenai hasil karya tertentu, misal seorang pakar keperawatan yang menyelesaikan penelitiannya, kemudian dilakukan pemba- hasan lebih mendalam, detail, dan luas melalui kegiatan ceramah keperawatan di hadapan para perawat atau calon perawat. Perawat harus memiliki penampilan diri yang menarik (attractiveness). Penampilan diri perawat yang memiliki daya tarik memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam keberhasilan komunikasi praktik kepera- watan, Biasanya kebanyakan dari pasien (klien) akan menaruh keper- cayaan dan senang berkomunikasi pada perawat yang memiliki daya Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktk Keperawatan (©) Perawat harus memiliki kekuatan. Istilah kekuatan yang dimaksudkan di sini ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh perawat jika dia ingin memengaruhi pasien (Klien). Kekuatan juga bisa diartikan sebagai kekuasaan perawat untuk Haus cakal batwakebe- —- memengaruhi atau membentuk suatu perilaku tertentu pada hasilan dalam menyame Seni fancier} pakah onan euro pasien (Klien). Yang perlu disadari pelabelan kekuatan perawat pak keperavatan sangat’ —-harus mensyaratkan kepada bentuk-bentuk perbuatan posi- Gitentukan sejauh mana ‘ i cas ben eenel tif dalam kegiatan keperawatan dan penyembuhan penyakit pesan yang disampaikan pasien (Klien). Artinya, seorang perawat harus memiliki kekuat- peraval case” an. kognitif (kompetensi_menguasai materi keperawatan), kesempaian,cantantangan -_keKuatan afektif (berempati atau bersimpatik), dan kekuatan Se Seen sae konatif, seperti berkomunikasi interpersonal. REFLEKS! BAGI PERAWAT Meskipun perawat sebagai komunikator telah memiliki beberana kemampuan yang disebutkan di atas, namun beberapa hal yang harus dipertimbangkan perawal yang berkaitan dengan komuni- kasi praktk keperawatan, yang distilahi dengan SWOT, yakni 1. Seberapa besar sesungguhnya kekuatan (Strength) yang dimilki perawat yang mendukung kegiatan komunikasi praktik keperawatan yang akan diaplikasikannya kepada pasien (klen). Kekuatan ini meliput kekuatan intelektual, emosi, perilaku, dan kepribadian. 2. ‘Seberapa besar sesungguhnya kelemahan (Weakness) yang dimilki oleh perawat sehingga kelemizhan ini dapat diminimalkan atau dibenahi untuk menghasilan komunikasi praktik keper- ‘awatan yang lebih baik, efektf, dan tepat sasaran. Kelemahan-kelemahan ini meliput kelemah- an intelektual, emosional, dan kepribadian. 3. Seberapa besar kesempatan atau peluang (Opportunity) yang ada dan ditemukan dalam men- cdukung penyampaian pesan komunikasi praktk keperawatan. 4. Seberapa besar tantangan (Threat) yang harus diwaspadai dalam menyampaikan komunikasi ppraktk keperawatan. Pemahaman ini akan mendorong perawat untuk mencari, menentukan, ddan menetapkan strategi atau metode kornunikasi mana yang tepat bagi pasien (Kien). Gambar 6. Refleksi bagi perawat B. KOMUNIKAN (PENERIMA PESAN) |. Pengertian Komunikan (Penerima Pesan) Komunikan (penerima pesan) adalah komponen yang terpenting dalam berlangsungnya suatu komunikasi, karena komunikan akan menjadi sasaran komunikasi, Rakhmat (2007) mengistilahkan komunikan (penerima pesan) ialah orang atau sekumpulan orang yang menerima pesan-pesan komunikasi, atau dengan kata lain komunikan (penerima pesan) ialah orang atau sekumpu- lan orang yang dijadikan sebagai sasaran komunikasi. Hal yang senada juga disampaikan Wulandari (2009) bahwa komunikan Bagian 1» Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktik Keperawatan awat untuk shift berikutnya. Jika pesan komunikasi perawat (komunikator) akan ditindaklanjuti oleh perawat berikutnya, maka perawat ini memberikan respons (umpan balik) positifatas isi komunikasi tersebut. Namun sebaliknya, jika pesan komunikasi yang disampaikan oleh perawat semula (komunikator) tidak ditin- daKlanjuti perawat berarti perawat ini memberi respons negatif ataupun zero ‘feedback. Vial ini bisa saja dikarenakan perawat (komunikan) tidak mengerti, ti- dak memahanii, terjadi miskomunikasi atau misinterpretasi. 2. Komunikasi dalam Praktik Keperawatan Merupakan Simbolik Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh pernyataan manusia baik yang ditu- jukan demi kepentingan pribadi ataupun untuk orang lain dinyatakan ke dalam bentuk simbol (lambang-lambang). Demikian pula halnya dalam komunikasi keperawatan, baik pemyataan keperawatan yang bersifat teoretis ataupun tin- dakan praktis dinyatakan ke dalam simbol atau tulisan tertentu yang berisikan rumusan, prosedur kerja atau instruksi kerja dalam asuhan keperawatan, gam- bar, ilustrasi, atau pernyataan lisan dari ahli, dan sebagainya. 3. Komunikasi dalam Praktik Keperawatan sebagai Sistem Sistem sering kali didefinisikan sebagai aktivitas di mana semua kompo- nen atau unsur-unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain- nya untuk menghasilkan sesuatu, Dalam kaitannya dengan komunikasi, maka sistem diartikan sebagai seperangkat komponen yang berupaya saling memen- Bertalanly (dalam Cangara, 2012) mengatakan batwa, peristixa yang bariyak mendapet pengaruh luar (sistem terbuka) hasinya saring kai sult ientsioasi kaiimbang dengan sistem terutup ‘yang hasil pengarunnya lebih mudan dentsipasi é Sistem terbuka baryak ditemukan pada peristwa sosial di mana suatu keciatan banyak dipongarun oleh faktor iva, seperti agama, poiik, huku, bude, ekonomi, dan status sosial Sementara penerapan stem tertlup banyak ditemukan pad kegialan uj coba posogna daya tarik (attractive) dan kekuatan (power) di mata 3 Skapjyjur dan bersshabat ven (klk 44. Mampu beradapsisosal pasien (Klien). ddan budaya 1) Perawat harus dapat dipercaya (credibility) di ha- ‘ dapan pasien (Klien). Seorang perawat wajib hukumnya untuk memi- areas cay acai liki kredibilitas dalam komunikasi praktik kepera- _gjeh persepsi passe (kien) mis watan, Seorang perawat disebut memiliki kredi- _Da%isiAmemlki perseps'bahwa Ga akn sembuh ja Sranet eh bilitas ialah perawat yang dipersepsikan memiliki _poranat 2 dan bay pasen (aon) kelebihan di bidang keperawatan dan dapat me- 518: tndakan keperawalan yang gine ochireaaien aie akukan perawat Z beunlah numbuhkan penilaian positif pasien (klien). Kredi- ‘optimal, Jadi, kredibiltas bilitas perawat bersumber dari: (a) komptensi _sese0"2°9 ipengaruh leh slapa ‘ omunkannya, opi, walt, dan profesinya (competence), yakni kemampuan men- tempat guasai materi teori dan tindakan praktis keper- Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Praktk Keperawatan (©) Perawat harus memiliki kekuatan. Istilah kekuatan yang dimaksudkan di sini ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh perawat jika dia ingin memengaruhi pasien (Klien). Kekuatan juga bisa diartikan sebagai kekuasaan perawat untuk Haus cakal batwakebe- —- memengaruhi atau membentuk suatu perilaku tertentu pada hasilan dalam menyame Seni fancier} pakah onan euro pasien (Klien). Yang perlu disadari pelabelan kekuatan perawat pak keperavatan sangat’ —-harus mensyaratkan kepada bentuk-bentuk perbuatan posi- Gitentukan sejauh mana ‘ i cas ben eenel tif dalam kegiatan keperawatan dan penyembuhan penyakit pesan yang disampaikan pasien (Klien). Artinya, seorang perawat harus memiliki kekuat- peraval case” an. kognitif (kompetensi_menguasai materi keperawatan), kesempaian,cantantangan -_keKuatan afektif (berempati atau bersimpatik), dan kekuatan Se Seen sae konatif, seperti berkomunikasi interpersonal. REFLEKS! BAGI PERAWAT Meskipun perawat sebagai komunikator telah memiliki beberana kemampuan yang disebutkan di atas, namun beberapa hal yang harus dipertimbangkan perawal yang berkaitan dengan komuni- kasi praktk keperawatan, yang distilahi dengan SWOT, yakni 1. Seberapa besar sesungguhnya kekuatan (Strength) yang dimilki perawat yang mendukung kegiatan komunikasi praktik keperawatan yang akan diaplikasikannya kepada pasien (klen). Kekuatan ini meliput kekuatan intelektual, emosi, perilaku, dan kepribadian. 2. ‘Seberapa besar sesungguhnya kelemahan (Weakness) yang dimilki oleh perawat sehingga kelemizhan ini dapat diminimalkan atau dibenahi untuk menghasilan komunikasi praktik keper- ‘awatan yang lebih baik, efektf, dan tepat sasaran. Kelemahan-kelemahan ini meliput kelemah- an intelektual, emosional, dan kepribadian. 3. Seberapa besar kesempatan atau peluang (Opportunity) yang ada dan ditemukan dalam men- cdukung penyampaian pesan komunikasi praktk keperawatan. 4. Seberapa besar tantangan (Threat) yang harus diwaspadai dalam menyampaikan komunikasi ppraktk keperawatan. Pemahaman ini akan mendorong perawat untuk mencari, menentukan, ddan menetapkan strategi atau metode kornunikasi mana yang tepat bagi pasien (Kien). Gambar 6. Refleksi bagi perawat B. KOMUNIKAN (PENERIMA PESAN) |. Pengertian Komunikan (Penerima Pesan) Komunikan (penerima pesan) adalah komponen yang terpenting dalam berlangsungnya suatu komunikasi, karena komunikan akan menjadi sasaran komunikasi, Rakhmat (2007) mengistilahkan komunikan (penerima pesan) ialah orang atau sekumpulan orang yang menerima pesan-pesan komunikasi, atau dengan kata lain komunikan (penerima pesan) ialah orang atau sekumpu- lan orang yang dijadikan sebagai sasaran komunikasi. Hal yang senada juga disampaikan Wulandari (2009) bahwa komunikan Bagian 1 + Konsep Dasar Komunikasi dalam Pratik Keperawatan alu berusaha menciptakan, membangun, dan mempertahankan hubungan sosialnya. Upaya yang dilakukan manusia dalam mem- bangun, menciptakan dan mempertahakan hubungan ini ialah dengan cara menciptakan, membangun dan mempertahankan proses dan jejaring komunikasinya. Aktivitas perawat dan pasien (Klien) dalam suatu organisasi rumah sakit baik itu dari aktivitas yang bersifat sederhana maupun yang kompleks dipastikan akan lustrasi Komunikas! sebagai dicapai melalui komunikasi. Komunikasi sebagai aktivitas sosial ‘ktivtas Interpersonel, tidak hanya sebagai jembatan untuk menentukan dan memilih tindakan, tetapi juga sebagai pengambilan keputusan yang lebih bijaksana. 6. Komunikasi dalam Praktik Keperawatan sebagai Multidimensional Jika komunikasi ditinjau dari perspektif multidimensional, maka ada dua tingkatan yang dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship dimension). Dimensi isi (content dimension) menunjukkan pada kata-kata, bahasa atau informasi yang dibawa oleh pesan, sedangkan dimensi hubungan (relationship dimension) menunjukkan bagaima- na peserta komunikasi berinteraksi. Artinya, dimensi hubungan menunjukkan sejauh mana hubungan personal mampu memberikan pengaruh dan memben- tuk interkasi sosial (proses memengaruhi dan dipengaruhi). Pada gambar di bawah ini menjelaskan tentang komunikasi sebagai aktivi- tas multidimensional. Tapa Prana i ales Pesan Tab Praga DW Ruara |___-h pecan sp] Pr OR Melati ong re Plamboyan 2 | ren] mn an Kia Paar OVE pest Parag Lear ituong Mit Bariboyan Pen - ppp}. Fag Panel tore aT Pen Peon rs Pago raat aR Lo ean Peon ee Le Faanat ear Ra PeanglLeehER Melati ——_ Plamboyan ae! Gambar 4. llustrasi komunikasi yang bersifat multidimensional 12 Bab 1 + Dasardasar Komunikasi dan Hubungannya dalam Praklk Keperawatan instrumen media komunikasi, seperti radio, televisi, surat kabar, buletin, jurnal, dan buku, Proses komunikasi sekunder dimaksudkan agar pesan- pesan komunikasi dapat menjangkau sejumlah komunikan dalam waktu yang bersamaan dan pada area komunikasi yang lebih luas. Misal, seorang perawat A menyampaikan pesan tentang cara perawatan terhadap pasien gangguan depresi melalui ceramah di radio, televisi, atau tulisan artikel di media surat kabar. Meskipun demikian, proses komunikasi sekunder hanya berlangsung satu arah sehingga komunikator tidak dapat mengetahui lang- sung bagaimana respons para komunikannya. Feedback Nesatit ——_ J Casien- Pagan Kien) Koren Kornunikato Gienb3 sia, Buku, Komurikan (Perawat) Pesan Lambang Pesan yrmal, Radio, Pesan (Pasien- Jnformasi) Televi atau’ alan) [Media Lainnva Kemunitan Pesan —— (Pasien- . Klien) ~ Feedback Posi yes Postit———__ No Feeaback — Gambar 3. Proses komunikasi sekunder Keuntungan komunikasi sekunder ialah dapat menyampaikan pesan ke- pada komunikan dalam jumlah banyak dan pada jarak yang jauh, Sementa- ra, kelemahan komunikasi sekunder ialah komunikator tidak dapat segera mengetahui bagaimana dan sejauh mana respons komunikan sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memberikan feedback atau bahkan sama sekali tidak memperoleh feedback dari komunikannya. E. PRINSIP-PRINSIP UMUM KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN |. Komunikasi dalam Praktik Keperawatan a papiedipted, Merupakan Proses fujuan sernula kornunikasi berast ade salah satu komponen Makna komunikasi sebagai suatu proses ialah adanya —_ko™munikasi yang terabalkan, : stata ‘isn pean dak akan trite (kegiatan) yang terus-menerus, yang bergerak, bersifat dina ov euran iene alan ores mis, dan aktif, (Berlo, dalam Cangara, 2012). Misalnya, peng- akan aca tanpa pesan, umpan gantian shiftkerja dari seorang perawat kepada perawat lain lk tidakakan ada jes penerine idak aca, penerima memberikan informasi atas kondisi penyakit dan penatal- _‘idskaxan adaterpa ada aksanaan asuhan keperawatan pasien diabetes kepada per- _ */b& dan selerusnya, a 9

You might also like