714122, 207 AM. ‘hutbah Jumat: Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar imu | NU Online
nugnline
KHUTBAH
Khutbah Jumat: Larangan Bicara Agama
Tanpa Dasar Ilmu
@ wr Formas Kamis 30 Januari 2020 080008
!
cool OS Se el ol Ue
(36 iL Yl) Vpwe ace OF EL! OS algal
ly padls
Ma‘asyiral muslimin hafizhakumullah,
Hendaklah kita ketahui bahwa Allah subhanahu wa ta ‘ala akan menanyai hamba-Nya @
bitps:stam nu onidkhutbabvkhutbah-jumat farangan-bicara-agama-tanpa-dasar-imushOz3W 18122,207 ast XulbahJumat Larangan Beara Agama Tanpa Das ln | NU One
hari kiamat tentang segenap perkataan, pendengaran, penglihatan dan hatinya, Allah ta’ala
berfirman:
(36 Ley) Vpn ae OE I OF SL SG Se g OT Se Gs
Maknanya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”’ (QS.
al Isra’: 36)
Ayat tersebut dijadikan salah satu dalil oleh para ulama atas diharamkannya berbicara
tentang agama tanpa dasar ilmu. Bahkan para ulama mengategorikannya sebagai salah satu
dosa besar. Al-Hafizh Ibnu ‘Asakir meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam bersabda:
(Fe B05) Ny a Sb 2 fe
Maknanya: “Barangsiapa berfatwa (bicara agama) tanpa ilmu, maka ia dilaknat oleh para
-(malaikat di langit dan di bumi” (ILR. Ibnu ‘Asakir
Ma‘asyiral muslimin hafizhakumullah,
Jika demikian halnya, lalu apakah yang dimaksud dengan berfatwa tanpa ilmu? Marilah
kita perhatikan dengan seksama, Orang yang berfatwa adakalanya adalah seorang mujtahid
atau bertaglid (mengikuti) seorang mujtahid, dan adakalanya adalah orang yang
memaksakan diri untuk berfatwa tanpa ilmu.
Mujtahid ialah orang yang memiliki keahlian untuk menggali hukum-hukum yang tidak
terdapat teks Al-Qur’an dan sunnah yang jelas (sharih) tentangnya. Ja adalah seorang yang
hafal ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum
serta mengetahui sanad-sanad dan keadaan para perawinya, mengetahui nasikh dan
mansukh, ‘am dan khash, muthlag dan mugayyad serta menguasai seluk-beluk bahasa Arab
dengan sekira hafal pemaknaan-pemaknaan setiap nash sesuai dengan bahasa Al-Qur’an,
mengetahui apa yang telah disepakati oleh para ahli ijtihad dan apa yang diperselisihkan
oleh mereka, karena jika tidak mengetahui hal ini, maka dimungkinkan ia akan menyalahi
jjma’ (konsensus) para ulama sebelumnya.
Lebih dari syarat-syarat di atas, masih ada sebuah syarat penting lagi yang harus verpefal
Hitps:stam nu oridkhutbabvkhutbah-jumat farangan-bicara-agama-tanpa-dasar-imushOz3W 216714122, 207 AM. ‘Khutbah Jumat: Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar imu | NU Online
dalam berijtihad, yaitu kekuatan pemahaman dan nalar, Kemudian juga disyaratkan
memiliki sifat ‘adalah, yaitu tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak membiasakan
berbuat dosa-dosa kecil yang bila diperkirakan secara hitungan, jumlah dosa kecilnya
tersebut melebihi jumlah seluruh perbuatan baiknya.
Ma‘asyiral muslimin hafizhakumullah,
Seseorang yang memenuhi ketentuan-ketentuan di atas, jika berfatwa maka ia berfatwa
sesuai dengan jjtihadnya. Adakah di masa sekarang ini orang yang memenuhi semua syarat
dan kriteria tersebut?
Sedangkan jika seseorang tidak memenuhi syarat-syarat yang disebutkan di atas, maka
semestinya ia berpedoman kepada fatwa salah seorang mujtahid, yakni mengutip pendapat
seorang mujtahid dalam suatu masalah.
Sedangkan orang yang menyerobot tingkatan yang tidak ia capai dan merasa telah
mencapai derajat mujtahid padahal sejatinya tidak, kemudian ia memberikan fatwa
(berbicara tentang agama) tanpa dasar ilmu, maka ia telah melakukan khianat ilmiah dan
terjatuh dalam dosa besar. Allah akan menyingkap kedoknya di dunia sebelum di akhirat
sebagaimana ditegaskan oleh Imam asy-Syaf’i rahimahullah:
(13\1 dll oe gral) 5) Sts ai 035 At ak (LS
Maknanya: “Barangsiapa yang mengklaim dirinya telah mencapai derajat yang belum ia
capai, maka Allah akan membuka kedoknya dan mengembalikannya ke derajat dia yang
sesungguhnya” (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, 1/13).
Ma‘asyiral muslimin hafizhakumullah,
Marilah kita mewaspadai diri kita. Janganlah kita berbicara tentang agama tanpa dasar
ilmu. Janganlah kita lalai, gengsi, dan malu untuk mengatakan “saya tidak tahu” ketika kita
ditanya tentang permasalahan agama dan kita memang tidak mengetahui jawabannya.
Sungguh telah terdapat teladan yang baik pada diri Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa suatu ketika ada
seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam tentang bagian bumi
yang paling baik dan bagian bumi yang paling buruk. Nabi lalu mengatakan:
bon alg
Vols) yet ¥ a
Hitps:stam nu oridkhutbabvkhutbah-jumat farangan-bicara-agama-tanpa-dasar-imushOz3W 316
(55h Gell 3714122, 207 AM. ‘Khutbah Jumat: Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar imu | NU Online
Maknanya: “Aku tidak tahu jawabannya” (Diriwayatkan oleh al Baihagi dalam as-Sunan
al-Kubra).
Kemudian turunlah wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bahwa bagian
bumi yang paling mulia adalah masjid dan bagian bumi yang paling buruk adalah pasar.
Ma’asyiral muslimin hafizhakumullah,
Salah satu sebab menyebarnya kebodohan dalam ilmu agama dan beredarnya pemahaman-
pemahaman yang keliru tentang agama di tengah-tengah masyarakat adalah banyaknya
orang yang berbicara agama tanpa dasar ilmu, dan permintaan fatwa dari masyarakat
kepada orang-orang yang tidak berilmu. Dalam hadits yang shahih dari Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wa sallam bahwa beliau bersabda:
Maknanya: “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya begitu saja
dari para hamba, melainkan Allah mengambil ilmu dengan mewafatkan para ulama,
sehingga apabila Allah tidak menyisakan seorang ulama pun, maka orang-orang akan
mengangkat orang-orang yang bodoh (tidak berilmu) sebagai pemimpin dan panutan
mereka, Lalu mereka ditanya (tentang hukum agama), maka mereka menjawab tanpa
dasar ilmu sehingga diri mereka sendiri tersesat dan mereka menyesatkan orang-orang
selain mereka” (H.R. al Bukhari)
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam menyatakan bahwa orang yang
berfatwa tanpa ilmu terjerumus dalam kesesatan dan menjerumuskan orang yang meminta
fatwa kepadanya ke dalam jurang kesesatan. Keduanya sama-sama tersesat. Hal ini
dikarenakan orang yang berfatwa, dengan kebodohannya, telah berfatwa tanpa dasar ilmu.
Sedangkan orang yang meminta fatwa telah meminta fatwa atau bertanya tentang hukum
agama kepada orang yang tidak berhak dan tidak layak untuk dimintai fatwa. Imam an-
Nawawi rahimahullah menegaskan:
(ect!
bitps:stam nu onidkhutbabvkhutbah-jumat farangan-bicara-agama-tanpa-dasar-imushOz3W 46714122, 207 AM. ‘Khutbah Jumat: Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar imu | NU Online
(tsigah).”
Ma‘asyiral muslimin hafizhakumullah,
Terakhir, marilah kita camkan apa yang diriwayatkan al-Hafizh Ibnu Hajar al~‘Asqalani
dalam takhrijnya terhadap kitab Mukhtashar Ibn al-Hajib al-Ashli bahwa Sayyidina Ali
karramallahu wajhah:
Ea hV ad eas Eo
Orb
“Alangkah tenteramnya hatiku, jika aku ditanya tentang sesuatu yang tidak aku ketahui
jawabannya, lalu aku mengatakan: ‘Aku tidak tahu’””
Sebagaimana kita tahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dalam sebuah hadits
menyebut Sayyidina Ali sebagai sahabat yang paling banyak ilmunya. Jika beliau yang
ilmunya bagaikan samudra saja tidak gengsi dan malu untuk mengatakan ‘saya tidak tahu’
ketika tidak mengetahui jawaban atas sebuah pertanyaan, maka bagaimana dengan orang-
orang yang sangat terbatas ilmunya seperti kita?.
Hadirin, marilah kita buang jauh-jauh rasa malu dan gengsi untuk mengatakan ‘saya tidak
tahu’ dari diri kita masing-masing pada saat kita tidak mampu menjawab pertanyaan.
seputar agama, karena rasa malu dan gengsi itu tidak akan dapat menyelamatkan kita dari
dosa berfatwa tanpa dasar ilmu.
Demikian khutbah yang singkat ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
= Salle
Khutbah II
eg tl eee
hp.isian vol ohtbehhtbah una aranganbleare-agama tanpedasami-hOzeW 56ti oy, pe ots Gogh ott Gib
ate 7 ae ee Boe
ui PERE ea i eh
Ustadz Nur Rohmad, Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
hitps:stam nu or ikhutbabvkhutoah-jumatfarangan-bicara-agama-tanpa-dasar-Imu-hOzaW
36