You are on page 1of 410
DR. ANAS AHMAD KARZON ea AVAnnl NEVE Gelombang Energi Penyucian Jiwa Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Karzan, DR, Anas Abmad ‘TazKiyatun Nats: Gelombang Energi Penyucian Jiwa Menurut al-Qur’an dan as-Sunneh di Atas Manhaj Salafus Shaalih/Penulis: DR. Anas Ahmad Karzon/Penerjemah: H. Emiel Threeska, M.A/Penyunting: Zufar Bawazir, Le, Lugman Hanif, Lc, Mansyur al-Katiri, Muhammad Hirdan Makesen, $.$/Penerbit: AKBAR MEDIA EKA SARANA, 2015 xxii + 398 hlm, 19.5 x 26.5 cm aes judul Asli : (2256 7K 7 Crh ISBN + 979-9533-92-9 Judul Buku: Tazkiyatun Nafs Gelombang Energi Penyucian Jiwa Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah di Atas Manhaj Salafus Shaalih Penutlis: DR. Anas Ahmad Karzon Penerjemah: H. Emiel Threeska, M.A Editor: Mansyur al-Katiri Zufar Bawazir, Le Lugman Hanif, Le Muhammad Hirdan Makesen, $.S Hustrasi dan Desain Sampul: Ari Ardianta Perwajahan Isi dan Penata Letak: Akhbarmedia AK'CARMEDIA Ji, Batu Ampar V No. 8 Batu Ampar - Kremat Jati + Jakarta Timur Telp.; (021) 82,566,566, (021) 9823,3829 Fax.: (021) 7050.3031, (021) 808.5468 Website : www.penerbitakbarcom e-mail: info@penerbitakbarcom, akmed@cbn.netid Anggota IKAPI Cetakan Pertama: Rabiul Akhir 1431 H / Maret 2010 M Cetakan Ketiga: Rabi'ul Awwal 1436 H / Januari 2015 M ~ [Daftar IsiJe ~ Kata Pengantar .. xi Pendahuluan ... xv 1. Definisi Penyucian (at-Tazkiyah) xv IL Definisi Jiwa (an-Nafs, xix BAB I: JIWA MANUSIA, SIFAT-SIFATNYA, KONDISI-KONDISINYA, DAN PENJELASAN MENGENAI BERBAGAI METODE PENYUCIANNYA.... 1. Penciptaan Manusia dan Misinya dalam Kehidupan.. Ul, Jiwa dan Fithrah Ill. Jiwa dan Hubungannya dengan Hati, Akal, dan Roh. A. Hati (al-galb) B, Akal. IV. Sifat dan Kondi: A. Sifat Jiwa Manusia a. Jiwa dapat Menerima Kebaikan dan Keburukan b. Memiliki Sifat yang Saling Bertentangan c. Tingkat Pengetahuan yang Berbeda-beda. d. Kemampuan Menyembunyikan Tujuan dan Perasaan B. Kondisi-Kondisi Jiwa ... a. jiwa yang Menyuruh Berburuk (Nafsu Ammaarah bi Suu’) b. Jiwa yang Menyesal (Nafsu Lawwaamab).... ¢. Jiwa yang Tenang (Nafsu Muthma’ innah).... 1 BAB II: DASAR-DASAR AKIDAH UNTUK PENYUCIAN JIWA......cecsseseeeee 25 1. Tau! sea wae . 26 A. Model-Model dalam al-Qur’an untuk Menjelaskan Pengaruh Tauhiid dan Syirik pada Jiwa Manusia .. 29 a. Model Pertama 29 b. Model Kedua... 30 c. Model Ketiga 30 Daftar Isit— —* Ww d. Model Keempa 31 @. Model Kelim 32 B. Tauhiid Nama-Nama dan Sifat-sifat Allah (Tauhiid al-Asmaa* wa ash-Shifaat) dan Pengaruhnya pada Penyucian Jiwa 34 Ul. Komitmen kepada al-Qur’ an dan as-Sunnah 36 A. Model-Model yang Terdapat dalam Hadits Nabi untuk Menjelaskan Pengaruh Komitmen kepada al-Qur’an dan as-Sunnah bagi Penyucian Jiwa wee 40 a. Model Pertama; Hadits Irbadh dari Sariyah 40 b. Model Kedua; Hadits Abu Musa al-Asy‘ari 40 c. Model Ketiga; Hadits Jabir. al d. Model Keempat; Hadits Abu Musa al-Asy’ari .. Al M1, Iman kepada Qadhaa* dan Qadar 43 A. Definisi Qadhaa’ dan Qadar. 43 B. Nash-Nash yang Terdapat di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah 44 C. Buah dari Iman kepada Qadaa’ dan Qadar.... a7 D. Wasiat-Wasiat Nabi untuk Melatih Jiwa agar Rida (Senang) kepada Qadaa’ dan Qada 49 a. Wasiat Pertama. 50 b. Wasiat Kedua . 50 c. Wasiat Ketiga . 52 IV. Iman kepada Hari Akhii 53 A. Pentingnya Iman kepada Hari Akhi 53 B. Pengaruh Iman kepada Hari Akhir terhadap Jiwa Manusia 56 BAB III: TEKNIK-TEKNIK PRAKTIS PENYUCIAN JIWA (enis-Jenis Ibadah dan Pengaruhnya dalam Penyucian Jiwa: 61 I. mu yang Bermanfaat 63 A. Keutamaan Iimu... 63 B. Peran Ilmu dalam Penyucian Jiwa. 67 a. Saling Mengiringi Satu Sama Lain 67 b. Menjauhi Perdebatan dan Pertengkaran dalam Masalah Keilmuan 69 ¢. Pengaruh Ilmu yang Bermanfaat pada Penyucian Jiwa 71 ‘Amal Saleh. 74 A. Shalat 75 a. Keutamaan dan Kedudukannya ... 75 b. Dua Syarat Wajib agar Shalat bisa Berperan dalam Penyucian Jiwa 76 1. Menyempurnakan Shalat, Merapikannya, Menjaganya, dan Tidak Lalai, serta Menunaikan Hal-Hal yang Diharuskan, Yaitu Ikhlas dan Mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah.. 76 2. Khusyu’ dalam Shalat.. 78 — ickiyatun Nats G c C. Puasa (ash-Shiyaam). a. b. c a. b. 8. Zakat dan Sedekah a. | b. Urgensi Shalat dan Pengaruhnya dalam Penyucian Jiwa... 1, Mematuhi Perintah Allah dan Menunjukkan Penghambaan Kepada-Nya Bisikan Seorang Hamba kepada Tuhannya Menenangkan dan Menentreramkan Jiwa Mencegah Diri Berbuat Maksiat..... Menghapus Dosa dan Menaikkan Deraja' Latihan Praktis Berjihad Melawan Hawa Nafsu.. Membersihkan Jiwa dari Sifat Egois dan Dendam NOgaeND Keutamaan dan Kedudukannya Zakat dan Sedekah Dua Syarat agar Zakat bisa Menyucikan Jiwa.... 1. Menjauhkan Diri dari Riya, Bangga Diri, dan Mengungkitnya di Depan Orang yang Membutuhkan... 2. Menafkahkan Harta yang Dicintai, Bukan yang Tidak Disukai, dan la Melakukannya dengan Rela, Tidak karena Terpaksa Pengaruh Zakat dan Sedekah dalam Penyucian Jiwa . 1. Sebagai Ujian Praktis bagi Seorang Mukmin terhadap Perintah Tuhannya ... 2. Membersihkan Jiwa dari Penyakit Kikir 3. Membersihkan Jiwa Orang Miskin dan Menyucikannya 4, Syukur Terhadap Nikmat dan Mengakui Besarnya Nikmat Itu Keutamaan dan Kedudukannya Dua Syarat agar Puasa bisa Menyucikan Jiwa.... 1. Puasa Harus Diiringi Iman dan Mengharap Pahala (Ihtisaab) 2. Menjauhkan Diri dari Perbuatan Maksiat.. Pengaruh Puasa dalam Penyucian Jiwa.. 1. Melatih Jiwa untuk Menyempurnakan Penghambaan kepada Allah... . Memperkuat Motivasi dan Melatih Kesabaran . Melatih Jiwa Berjihad Melawan Hawa Nafsu.. . Mengenal Kadar Kenikmatan Keutamaan dan Kedudukannya .... Dua Syarat agar Haji bisa Berperan dalam Penyucian jiwa. 1. Ikhlas kepada Allah Semata, serta Menjauhi Riya dan Sum’ah... 2. Menjauhi Kegenitan (Rafats), Kefasikan (Fusuuq), dan Perdebatan (Jidaal).. Daftar Isi 103 106 107 107 - 108 109 it 4112 112 113 113 14 cc. Pengaruh Haji dalam Penyucian Jiwa ... 15 1. Sebagai Pelatihan Praktis untuk Menjalankan Perintah Allah swt... 115 2. Haji Merupakan Nutrisi bagi Roh (Santapan Rohani) . 116 3. Haji adalah Jihad Melawan Hawa Nafsu dan Latihan untuk Menanggung Kesulitan 118 4. Haji adalah Terapi bagi Aneka Penyakit Kejiwaan 119 * Umrah. 119 E. Jihad. 120 a. Urgensi Jihad dan Jenisnya... 120 b. Dua Syarat agar Jihad Berperan dalam Penyucian Jiwa, 124 1. Ikhlas kepada Allah Swt dalam Berjihad.. 124 2. Mengerjakan (Mempraktekkan) Semua yang Diserukannya dan Menyuruh Orang Lain untuk Melakukannya, Ini untuk Jihad Dakwah.. 125 c vengarus Jihad dalam Penyucian ‘jiwa. 127 . Jihad Membebaskan Jiwa dari Cinta Kehidupan Dunia dan Ketergantungan Kepadanya .. 2. Jihad Menguji Jiwa, serta Melatih Kesabaran dan Pengorbanan ... 128 Jihad adalah Harga Dini dan. Kekuatan Jiwa 130 FL Ibadahibadah Sunnah (Nawaafil); .. 132 a. Membaca al-Qur’an, Zikir dan Doa, Shalat Malar. 1. Keutamaan Membaca al-Qur'an.. 2. Keutamaan Zikir dan Ajakan untuk Berzikir 3. Keutamaan Doa dan Kedudukanny: 133 4, Keutamaan Bangun untuk Shalat Malam dan Pujian bagi yang Melaksanakannya 134 b. Dua Syarat agar Ibadah Sunah dapat Berperan dalam Penyucian Jiwa... 134 1, Meninggalkan Kebiasaan Mengerjakan Kemaksiatan 2. Menghadirkan Hati ..... c. Hal-hal yang Membantu untuk Menghadirkan Hati dan Meraih Khusyu’. 139 1, Tadabbur.... 139 2, Menangis..... 140 3. Mengambil Jeda dan Beristirahat. 141 4. Memanfaatkan Waktu-Waktu dan Tempat-Tempat yang Utama 143 d. Pengaruh tbadah-Ibadah Sunah dalam Penyucian Jiwa. 144 1. Munajat antara Seorang Hamba dengan Tuhannya, dan Kuatnya Posisi Penghambaan .. 145, Ww — Se tithiyatnn Nab a. Dalil-dalil Mengenai Pentingnya Muhaasabah bagi setiap Muslim b. Hal-Hal yang bisa Membantu Memperkuat Motivasi Jiwa.... 1. Merasakan Pengawasan Allah kepada Hamba-Nya dan Pengetahuan-Nya Akan Seluruh Rahasianya 2. Mengingat Perhitungan Akbar (Maha Besar) dan Interogasi di Hari Kiamat... elie 3. Membaca Perjalanan Hidup Rasulullah dan Para Sahabatnya, serta Para Salafus Shaali 160 c. Metode Muhaasabah dan Aspek-Aspeknya ... 160 1. Muhaasabah atas Kemaksiatan Lahir dan Batin 161 2. Muhaasabah atas Niat dan Tujuan...... 162 3. Muhaasabah atas Ketidaktaatan dan Kehilangan Waktu 164 4. Muhaasabah atas Segala Nikmat... : 166 d. Waktu-Waktu Terbaik untuk Muhaasabah 167 B. Tobat... 168 a. Urgensi dan Kepentingannya 168 b. Menyegerakan Tobat......... 171 c. Kebutuhan Orang-Orang Saleh kepada Tobat dan Istighfar. 172 d. Pengaruh-Pengaruh Tobat pada Aspek Penyucian Jiwa.. 173 1. Seorang Hamba dapat Merendahkan Diri kepada Tuhannya dan Mewujudkan Penghambaan yang Benar kepada Allah Swt 173 2. Membersihkan Jiwa dan Melapangkan Dada 174 3. Harapan dan Bersegera Melakukan Amal Sale! 175 e. Kisah-kisah yang Inspirati 176 C. Bersahabat dengan Orang-orang Saleh dan Merenungi Keadaan-Keadaan Mereka. 178 a. Dalil-Dalil Mengenai Pentingnya Bersahabat dengan Orang Saleh .. 179 b. Pengaruh-Pengaruh Persahabatan dengan Orang-Orang Saleh dalam Aspek Penyucian Jiw: 182 1, Cinta karena Allah Swt. 183 2. Saling Menasihati dan Saling Berpesan .. 183 3. Suri Teladan yang Baik 185 c. Pengaruh-Pengaruh Positif Bergaul dengan Orang Saleh. 186 d. Bersahabat dengan Orang Saleh 188 + vu Daftar isi 2. 3. UI, Muhaasabah dan Tobat A. Muhaasabah.... Makanan Hati dan Peningkatan Iman... 147 Terapi Jiwa dan Menanamkan Rasa Tenang di Dalamnya.... 149 154 154 e. Merenungi Perjalanan Hidup Orang-Orang Saleh dan Mempelajari Kisah-Kisah Merek: 190 D. Menikah, 192 a, Urgensi Menikah 192 b. Syarat-Syarat yang Harus Dipenuhi dalam Pernikahan untuk Mewujudkan Hasil-Hasilnya dalam Penyucian Jiwa .. 194 1, Memperbaiki Niat dan Tujuan ... 194 2. Memilih Istri yang Salehah dan Suami yang Saleh . 195 3. Mencegah Keluarga dari Bahaya... 196 cc. Pengaruh-Pengaruh Pernikahan dan Hasil-Hasilnya pada Aspek Pernyucian Jiwa .. 197 1. Menciptakan Stabilitas Jiwa . 2. Membentengi Diri..... 198 3. Suami Istri Saling Bekerja Sama di Atas Ketaatan kepada Allah swt. 199 BAB IV: PENYAKIT-PENYAKIT JIWA, PENGHALANG-PENGHALANG PENYUCIAN JIWA, DAN TERAPINYA... 201 L Penyakit-penyakit Jiwa dan Terapinya . 202 A. Kesehatan Hati dan Sakitnya 203 a. Pembagian Hati. 204 b. Batasan Pasti antara Hati yang Suci dan Hati yang Sakit. 208 B. Penyakit Hati yang Disebabkan Oleh Syubhat. 214 a. Syirik 215 b. Kemunafikan (an-Nifaaq) 219 * Munafik Amal 224 c. Bid’ah .. 228 1. Bid’ah Irjaa 229 2. Bid’ah Jabbaar. 231 « Terapi Penyakit-Penyakit yang Disebabkan oleh Syubhat.... 234 1. Komitmen kepada al-Qur’an dan as-Sunnah... 235 2. Antusias Menuntut Ilmu yang Bermanfaat dari Abliny: 235 C. Penyakit-Penyakit yang Disebabkan oleh Syahwat 236 a. Syahwat Cinta Diri dan Cinta Kedudukan... 238 © Penyakit-Penyakit Jiwa yang Dihasilkan oleh Syahwat Syahwat Cinta Diri dan Cinta Kedudukan .. 240 1. Riya cee 240 2. Sombong dan Merasa Lebih Hebat dari Orang Lai: 243 3. Kagum Pada Diri Sendiri dan Cinta Pujian Manusia 244 4. Egois (Ananiyah), Kikir (Syuh), dan Dengki 246 5. Sering Marah... 247 6. Rendah Diri dan Hina. 249 66 ———-— i Trekiyatun Nas b. Syahwat Cinta Harta... e Akibat Syahwat Cinta Harta yang Melampaui Batas 1. Memalingkan Diri dari Ketaatan kepada Allah Swt dan 249 251 Terjerumus ke dalam Maksia 251 2. Kikir dan Rakus ...... 253 3. Takut dan Gelisah. 255 c. Syahwat Perut . 258 d. Syahwat Kemaluan 263 * Akibat Syahwat Kemaluan yang Melampaui Batas .. 266 1. Keras Hati dan Lemah Iman 266 2. Sering Terjerumus pada Kemaksiatan ., 267 3. Hilang Rasa Malu 268 * Teknik-teknik Pencegahan yang Diajarkan Islam untul Menjaga Diri dari Syahwat Kemaluan yang Melampaui Batas 268 1. Menundukkan Pandangan dan Menutup Aurat.... 268 2, Melarang Ikhtilaath dan Memerintahkan Wanita untuk Berjilbab......... 7 i 270 3. Menganjurkan Puasa untuk Menenangkan Syahwat 270 * Terapi bagi Syahwat yang Melampaui Batas . 272 1. Berjuang Melawan Jiwa dan Muhaasabah.. 272 2. Memperbanyak Amal Saleh yang Terus Menerus (al-Baaqiyaat ash-Shaalihaat). 275 3. Memberi Hukuman yang Mendidi 276 ll. Penghalang-Penghalang Penyucian Jiwa 279 A, Pengaruh Setan..... 279 a. Jalan-Jalan yang Menyebabkan Setan dapat Merusak Jiwa 281 1, Memberdayakan Hawa Nafsu dan Penyakit Hati 281 2. Menghias dan Memperdaya.... 282 3. Penyesatan secara Bertahap 283 b. Syubhat-syubhat Berbahaya yang Dilontarkan Setan ke dalam Jiwa..... 285 c. Model-Model Tipuan Psikologis yang Dihiasi oleh Godaan Setan ... 286 1. Rintangan yang Menghadang. 2. Kesempurnaan Palsu 3. Melebihkan Satu Sisi dengan Merugikan Sisi Lainny: d. Tahapan untuk Menutup dan Mengunci Pintu: Masuknya Setan. 289 1, Mohon Perlindungan (Isti’aadzah) 290 2, Mengingat Allah swt (Dzikrullaah 291 B. Pengaruh Keluarga dan Masyarakat © Terapi... Daftar sl — + ix 295 296 1. Memperkuat Iman..... 2. Membangun Keluarga di atas Fondasi Takwa . 3. Berteman dengan Orang-Orang Saleh dan Menjauhi Orang-Orang Jahat .. Memperbaiki Masyarakat. Hijrah dan Menyendiri 297 297 298 ve BAB V: EKSTRIMITAS PADA SEBAGIAN PEMAHAMAN YANG TERKAIT DENGAN PENYUCIAN JIWA ..... 1. Penyucian Jiwa dan Penyiksaan Di Nl. Penyucian Jiwa dan Zuhud . Ill. Penyucian Jiwa dan Mengasingkan Diri (uzlah) 313 IV. Penyucian fiwa dan Kerahiban.......... 323 * Di antara model-model metode nabi dalam mewaspadai kerahiban 324 BAB VI: HASIL-HASIL PENYUCIAN JIWA DENGAN METODE ISLAM 1. Kebahagiaan di Dunia. A. Kebahagiaan Individu. 1. Manisnya Iman.. 301 303 307 329 330 330 331 Mengorbankan Jiwa dan Harta di Jalan Allah swt. 334 Kemuliaan Jiwa (Harga Diri).. oe 338 Kekayaan Jiwa 341 Ketenangan Jiwa 343 Jiwa yang Mulia dan Cita-Cita yang Tinggi Akhlak yang Bai Kehidupan yang Bai Hikmah dan Firasat 346 348 350 354 PENevaen: 10. Kesehatan Tubuh 356 B. Kebahagiaan Masyarakat .. 358 1. Persaudaraan (Ukhuwah) dan Cinta 359 2. Saling Menanggung (Sepenanggungan) dan Saling Mengasih 361 3. Mendapatkan Keamanan dan Tercegah dari Kriminalitas 4. Kemuliaan dan Pemantapai 365 368 Il, Kebahagiaan di Akhirat.... 369 A. Kebahagiaan Menjelang Kematian (Sakaratul Maut) 371 . Kebahagiaan di Kubur... 374 Perhitungan (Hisaab), dan Jembatan (ash-shiraath) .... . Kebahagiaan Besar dengan Meraih Surga dan Melihat Wajah Allah swt.. Penutup .. 376 B. C. Kebahagiaan di Saat Hari Pengumpulan (Hasyn, D. 384 389 x Tazkiyatun Naf ~e[Kata Pengantar]® ~ egala puji bagi Allah swt yang telah membimbing kita kepada Islam dan menyatukan kita dengan iman, serta memuliakan kita dengan mengutus manusia terbaik; Muhammad saw, -semoga Allah melimpahkan salawat kepadanya- yang diutus sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, serta mengajak ke jalan Allah ~dengan izin-Nya- dan cahaya yang terang ben- derang, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga hari kiamat tiba, Allah swt telah menciptakan dan memuliakan manusia. Dia memberi manusia berbagai karakter dan peran, bermacam nikmat dan kesenangan, serta menundukkan berbagai makhluk bagi mereka. Ia menganugerahi akal (baca; hati) supaya manusia mampu membedakan jalan yang baik dan jalan yang buruk, juga membekalinya dengan kemampuan berfikir dan potensi fisik agar mampu memakmurkan bumi dengan amal saleb. Allah dengan hikmah-Nya menjadikan jiwa manusia mampu menerima arahan kepada kebaikan dan keburukan. Manusia juga diistimewekan dengan berbagai karakter dan sifat, yang di sana dapat disaksikan kekuasaan Allah pada makhluknya. fiwa dapat menjadi lembut dan keras, gembira dan putus asa, sabar dan keluh kesah, merendah dan sombong, sensitif dan bebal, aman dan takut, semuanya sangat rinci dan detail, yang memiliki berbagai macam kondisi dan perubahan. Jika setiap muslim mampu menundukkan keburukan jiwanya dan membimbingnya ke jalan yang baik, maka ia akan mendapat kebahagizan dan kesuksesan, Namun jika jiwanya mengikuti hawa nafsu, maka ia akan menyesal dan rugi. Allah swt berfirman, ORSAHGHOE ¢ DIO CHAM OE G5 “Don demi iwa den penyempurnaannya, kemudion ia mengilhomken dosa dan takwe. Maka sung- guh, sukses bagi orang yang membersihkannya, dan sesal bagi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams [91]: 7-10) Dari dulu hinge kini, telah ada berbagai cara manusia dalam berinteraksi dengan jiwa, dan terdapat pula berbagai pendapat mengenainya. Di antara mereka ada yang sibuk meneliti hakikat dan aksiomanya, hingga pembahasannya menjadi rancu, dan tidak pernah mantap kebenarannya, bahkan menimbulkan benturan dan ketidakjelasan, hingga manusia tambah sengsara dan sesat. Berbagai agama yang menyimpang dan aliran-aliran filsafat tidak mampu mewujudkan stabilitas dan harmoni kehidupan manusia, bahkan hanya menambah kehancuran- nya saja, yang disebabkan oleh penyimpangannya dari fithrah dan tenggelam di dalam khurafat dan akidah-akidah yang batil. Kata Pengantar- ————________________ xj Psikologi sekuler modern datang dengan merendahkan gambaran martabat manusia, Me- reka menyamakan manusia dengan hewan yang hanya menuruti insting-insting belaka. Mereka merendahkan nilai-nilai luhur manusia, bahkan menjadikannya hanya seperti robot tanpa roh, berubah-ubah tanpa hati, menjadi pribadi yang terpecah yang dikuasai oleh hawa nafsu. Dalam hantaman gelombang berbagai aliran pemikiran dan akidah, manusia kemudian berupaya untuk mencari jalan penyelesaian dan keselamatan, yang dapat membimbingnya agar ia dapat hidup di bawah naungan limpahan kemuliaan yang memberikan ketenangan jiwa. Kemudian ia bertanya dengan sedih: “Dimana akan kutemukan kehidupan yang baik dan ke- bahagiaan hakiki, Dan siapa yang dapat membimbingku?” Andai ia mau mengikuti seruan fithrahnya, maka ia akan tahu awal langkahnya. Allah swt yang menciptakan manusia dan memuliakannya tidak akan meninggalkannya berada di dalam kehidupan ini tanpa metode dan dalil. ia telah menjelaskan jalan petunjuk agar manu- sia berjalan di atasnya dan waspada akan jalan sesat untuk dijauhi, demi kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Semakin bertambahnya tingkat ketaatannya kepada Allah dan merespon perintah-Nya, berarti semakin besar ia dapat mewujudkan nilai imannya, yang akan mening- katkan derajatnya kepada peringkat ihsaan yang merupakan tingkat agama yang tertinggi dan buah yang besar dari metode yang bermutu dalam Penyucian Jiwa. Dari sini, nampak urgensi pembicaraan mengenai metode Islam dalam Penyucian Jiwa yang dapat diringkas menjadi beberapa point berikut ini: 1. Urgensi membimbing manusia dan mengajak mereka agar benar-benar kembali kepada tataran metode Islam, dan menjelaskan bentuk-bentuknya dan hasil-hasilnya yang besar. Itulah terapi yang efektif bagi mereka yang terpuruk dan tersesat hingga hari ini, 2. Kebutuhan mendesak untuk menampilkan metode Islam dalam Penyucian Jiwa dengan persepsi yang disarikan dari al-Qur’an dan as-Sunnah dan yang dijalankan oleh ulama salaf, yang jauh dari kelemahan dan ektrimitas, juga dari hal-hal yang diyakini di hati kebanyakan manusia, yang berupa berbagai pemahaman menyimpang yang memberi pengaruh negatif di masa lalu hingga saat ini, 3, Penyesatan sebagian kalangan dengan teori-teori psikologi sekuler modern yang melalaikan sisi rohani dan peranan agama dalam kehidupan manusia. Mereka lalai akan perhitungan yang akan menimpa jiwa manusia secara fithrah dari Tuhannya. Penyesatan ini selanjutnya mulai mengingkari eksistensi metode Islam yang sempurna dalam berinteraksi dengan jiwa manusia. Mereka mengira bahwa Islam hanyalah sekedar nasehat dan bimbingan akhlak belaka, yang jauh dari realitas kehidupan. 4. Pesatnya kebangkitan Islam yang kita saksikan berbagai pengaruhnya pada hari ini di setiap tempat, sangat membutuhkan penjagaan dan bimbingan. Hal ini merupakan kewajiban para ilmuwan, da’i, penuntut ilmu, peneliti, dan pendidik. Maka dari itu, harus dilakukan kerja keras tanpa henti untuk mewujudkan tujuan ini, agar kebangkitan yang diberkahi ini dapat berjalan sesuai dengan metode ilmu pendidikan yang bersumber dari sumber yang bersih (al-Qur'an dan as-Sunnah) dan bersinar dengan petunjuknya Penulis ingin sekali agar kajian sederhana ini dapat menjadi pahala bagi penulis di sisi Allah swt pada ranah ini. Telah penulis kerahkan segenap kemampuan untuk menguraikan metode Penyucian Jiwa dengan metode ilmiah yang sederhana, dengan mengikuti langkah-langkah berikut: x. ———— — tckiyatun Nas 1. Merangkum nash-nash (teks) syar’i dari al Qur'an dan as-Sunnah yang terkait dengan seluruh tema dalam kajian ini. Sekaligus menyertakan pendapat para ulama dan salafus shaalih yang memiliki keterkaitan dengan topik ini. 2. Merinci peristiwa-peristiwa pada sejarah nabi. Pada beberapa tema Penyucian Jiwa, pelem- but hati, dan nasihat-nasihat yang banyak terjadi penggampangan dalam periwayatan ha- dits-haditsnya tanpa penyaringan, karena termasuk pada bab keutamaan (fadhaa ‘il a’maal). Penulis telah menghimpun sebagian besar literatur mengenai nasihat dan pelembut hati yang berisi hadits-hadits nabi dan kisah-kisah sahabat dan tabi’iin (generasi setelah saha- bat), banyak yang tidak valid dalam periwayatan, yang tercampur antara yang shahiih dan hasan, lemah dan palsu, bahkan hadits-hadits palsu dan kisah-kisah lemah yang banyak tersebar di kalangan mereka. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa riwayat dan kisah tersebut dapat mencemari kebersihan persepsi metode Islami dalam Penyucian Jiwa. Sudah sepantasnya jika pemulis ungkapkan bahwa topik kajian ini sebenarnya adalah diser- tasi ‘Doctoral’ yang dengannya penulis meraih gelar Doktor dengan judul: “Penyucian jiwa menurut metode Islam dan pengaruhnya pada dakwah kepada Allah Taal”. Dari universitas Umm al-Qurra Makkah Mukarramah, Kemudian tema-temanya penulis ringkas agar dapat dipahami oleh para pembaca. Pada penutupan pendahuluan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada profesorku yang terhormat DR. Ahmad Abu Sa’edat, pembimbing disertasi ini, atas jerih payah tenaga dan wak- tunya, dan prioritasnya bagi penulis berupa tanggungjawab dan pethatian, juga bimbingan dan arahannya yang penulis gunakan. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang baik. Kami mohon kepada Allah swt agar Dia memberi keikhlasan padaku dalam kata-kata dan perbuatan, dan menjadikan karya tulis ini bermanfaat bagi hamba-hamba-Nya, serta menja- dikan sebagai sarana untuk memperbaiki pemahaman dan bimbingan bagi kaum muslimin kepada sumber yang suci (al-Qur'an). Kami juga memohon kepada Allah swt agar la mengampuni segala kekeliruan dan kelemah- an penulis, menutupi segala kesalahan penulis, serta membalas semua orang yang telah memberi bantuan dan bimbingan. Shalawaatullah semoga tercurah keharibaan nabi kita Muhammad saw, dan keluarga serta para sahabatnya, Alhamdulillah, DR. Anas Ahmad Karzon Kata Pengantar AA eX ~ e[Pendahuluan]® ~ I. Definisi Penyucian (at-Tazkiyah) Penyucian (at-tazkiyah), dalam Bahasa Arab berasal dari kata zakaa (63) - yackun G39) - zakaa"an (2185), yang berarti suci. At-tazkiyah (225 323)) berarti tumbuh, suci, dan berkah : Misalnya kata “zakat’, disebut demikian karena kembali pada berkah, atau menyucikan jiwa, membersihkannya dari kikir (24), atau keduanya.” Zakat terbentuk dari dua Kata benda yang merupakan perpaduan antara yang dikeluarkan (€ #) dan perbuatan ( .J4s). Secara Khusus berarti harta yang dibayarkan untuk zakat. Secara maknawi ia berarti penyucian..? Firman Allah Ta’ala, “Don orang-orang yang membayor zakainya....." (QS. al-Mu'minuun [23]: 4) Zakat di sini memiliki dua lapis makna shai yaita menyucikan harta dan menyucikan jiwa.” Lawannya adalah pengotoran jiwa ( Firman Allah Taala, ORAL OG AS “Sungguh, beruntungich orang yang menyucikan jiwa itu, dan rugilah orang yong mengotorinya....” (QS. asy-Syams [91]: 10 - 9) Makna asli dari tadsiyah (uy atau menguburkan ) adalah ikhfa' (2U8S°Y\), yang berarti menyembunyikan Allah Ta’ala berfirman, Orin “..ataukoh okan menguburkannya ke dalom tench..." (QS. an-Nahl [16]: 59) Tisaan al-Arab, ibn Manzhur, XIV/356 Mofradaat ii Gharitl al-Qur'zan, ar-Raghib al-Ashfahani, hal. 213, Lisaan al-'Arab, !bn Manzhur, XIV/358 Tafsir al-Que’ aan al-Azhii, lon Katsie, W238 Pendahuluan + xv Orang yang bermaksiat menyembunyikan jiwanya dalam kemaksiatan dan merendahkan- nya? Az-Zujaj berkata, “Arti dari ‘mengotorinya’ (25) adalah menjadikannya lemah, hina, dan rendah.”? Ibn Qutaibah mengatakan, “Maksud ‘mengotorinya’ (\j25) adalah menenggelamkannya ke dalam dosa dan maksiat.”” “Az-Zakah’ berasal dari makna “tambahan pada kebaikan’, dan kebaikan tidak akan tumbuh kecuali dengan meninggalkan keburukan, Sebagaimana tanaman tidak akan tumbuh hingga hama dimusnahkan.” Imam Ibn Taimiyah menjelaskan, at-tazkiyah (225 33!) berarti menjadikan sesuatu menjadi suci, baik zatnya maupun keyakinan dan bentuk (fisik) nya. Allah berfirman, ORAS “...maka jongonich kamu (mengatakan) jiwamy suci...” (QS. an-Najm [53]: 32) Yang berarti, memberitahu orang lain bahwa jiwanya suci.” Kata ini disebut pada beberapa tempat di dalam Al-Qur’an Al-Karim." Kadang-kadang dikaitlan kepada Allah, dan kadang dikaitkan kepada hamba-hamba-Nya. Maka ayat-ayat Al- Qur'an yang di dalamnya terdapat kata at-Tazkiyah, maknanya dapat ditingkas menjadi empat bagian, yaitu, 1. Tazkiyah yang terkait pada Allah Tala, yang berarti hidayah (petunjuk) dan taufiiq (pe- nyelarasan dengan ketentuan-Nya) di dunia. Firman-Nya, CEA BBS “.anamun hanya Allah-lah yong menyusikan siap saja yang Dia inginkan...” (QS, an-Nisaa [04]: 49) Sebagaimana juga dikaitkan kepada Allah di akhirat, bermakna penyucian bagi orang- orang beriman dari noda dosa. Firman Allah Téala, DANE AS pets scala lea 95 “..dan Allah tidek akon berbicara kepada mereka di hari kiamat, juga tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih” (QS. Al-Bagarah [02]: 174) 2. Tazkiyah yang dikaitkan kepada Rasulullah saw., karena beliau adalah seorang pendidik dan penyuci umatnya, serta pembimbing ke jalan yang benar. [ni merupakan tugas yang dibebankan kepada beliau, dan Allah memerintahkan beliau untuk menunaikannya. Firman Allah Twala, ¥__ Afawaab al-Kaafll liman sa”ala ‘an Dawaa’ asy-Syaali, Ibn Qayyim alJauziyah, hal. 84 6 © Majmuu’ Fateawaa, Ibn Taimiyah, X/628 7 Majmuu’ Fataawaa, Ibn Taimiyah, X/628 8 Majmuu Fataawaa, Ibn Taimiyah, X/628 9 Majmuu’ Fataawaa, bn Taimiyah X/ 97-98 10 Imam Fairuz Abadi mengatakan di dalam kitab Bashaa "ir dzawy at-Tamyiiz, II134, bahwa ayatayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang membicarakan penyuctan dan nilai-nilai yang. seluruhnya merujuk kepada empat nilal tersebut. iaksud terbagi menjadi 14 poin, namun, xt Tazkiyatun Na WEAN Heaths pe G5 taste Ki (eens es ea itt “Sebogaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Komi kepadamu) Kami telah mengutus kepada kalion seorang rasul dari kalangon kamu sendiri, yang membocakan ayat-ayat Kami kepedamy don menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As- Sunnch).” (QS. Al-Baqarah [02]: 151) fee 3 ce0 th PN Eo EG BGS gh E55 Se HE AE £ ge, SHE ME Ete Oe 1G oe Hops Haas “Sungguh, Allah felah member’ karunia kepada orang-erang mukmin dengan divtusnya seorang rosul bagi mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat- Nyo, membersihkan (jiwa) mereka don mengojarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Sebelum ity mereka benar-benor dalam keadean sesat yang nyate.” (QS. Ali ‘Imraan [03]: 164) OS parle a5 toed Ag “Ambillah sebagion harta mereka sebagai sedekah yang membersihkan dan menyucikan mereka..." (QS. at-Taubah [09]: 103) CEST HSS fptetts ance a Uy 3. Tazkiyah dikaitkan kepada hamba, karena ia menyucikan jiwanya dengan iman. Firman Allah, “Sungguh, sukseslah orang yang menyucikannya....” (QS. asy-Syams [91]: 9) Dan menyucikan jiwanya dengan membayar zakat yang merupakan hak orang fakir. Solijies Watley Firman-Nya, as eyes “...dan laksanaken shalot don funaikon zokat....” (QS. al-Bagarah {02}: 43) Dan menyucikan makanannya dengan mencari yang halal dan baik. Firman Allah, OUADGT 5 “Moka perhatikan siapa yong paling suci makonannya..." (QS. al-Kahfi [18]: 19) 4, Tazkiyah disebut di dalam Al-Qur’an sebagai pernyataan penyucian. Karena manusia suka memiuji dirinya sendiri, berbangga diri dan memperlihatkan kebaikan dan takwanya. Pada- hal itu tercela dan dilarang. Firman Allah, GEE GIS GSBMIGA “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinyo suci? Padahal hanya Alloh-lah yong menyucikan siapa saja yang la kehendaki...” (QS. an-Nisaa’ [04]: 49) Firman-Nya pula, OPAMS CIES “...maka janganloh kamu menganggop dirimu suci. Dia mengetahui siapo soja yang tokwo.” (QS. an-Najm [53]: 32) Jadi, yang dimaksud dengan at-tazkiyah dalam bahasan ini adalah yang terdapat pada poin ketiga di atas, yang dapat didefinisikan sebagai berikut, Pendahuluan XV At-tazkiyal adalah, “Menyucikan jiwa dari berbagai kecenderungan buruk dan dosa, dan mengembangkan fithrah yang baik di dalamnya, yang dapat menegakkan istiqa- mahnya dan mencapai derajat ihsaan”. ‘Untuk menegaskan makna ini, Rasulullah saw. menafsirkan kata “at-Tazkiyah” dengan pencapaian derajat saan. Beliau bersabda, “Tiga hol, barang siapa yong melakvkonnya maka ic ckon merasakan fezatnya iman, yoitu, mereka yong hanya menyembah kepade Allah, karena Dialah sesembahan (yang patut disem- bah) don tiada ilah seloin Dio. Dan membayar zakat tiep tahun untuk memperbaiki jiwanya, (tapi) jangen dengan borang-barang usang, rusak, dan fernok yang sokit, melainkan dengon hartamu yang baik. Sungguh, Allah tidak meminta kolian kebaikannya, juga tidak menyuruh kalian dengan keburukannya. Don sucikaniah jiwa kalion”. Kemudian seorang sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud Penyucian Jiwa?” Beliau menjawab, “Seseorang menyadari bahwa Allah bersamanya di manapun ia berada’"” Harus ditegaskan dulu di sini, bahwa yang dimaksud Penyucian Jiwa bukanlah membasmi sifat-sifat tercela dari diri kita, karena hal ini bertentangan dengan tabiat jiwa dan sifat-sifatnya, serta karakternya yang diciptakan Allah. Namun yang dimaksud adalah, dominannya sifat-sifat baik, dan menekan sifat-sifat buruk, serta mengarahkannya kepada segala yang diridai oleh Allah Taala. Dengan itu, sempurnalah Penyucian Jiwa dari berbagai kecenderungan buruk dan dosa, dan lenyaplah akhlak tercela, serta jiwa akan terisi dengan berbagai sifat terpuji, hingga seorang muslim dapat mencapi derajat ihsaan. Yang dimaksud derajat thsaan adalah seperti yang tercantum dalam hadits shahih dari Umar Ibn al-Khaththab, dari Rasulullah saw, saat Jibril datang kepada beliau dan bertanya mengenai Islam dan iman. Kemudian Umar bertanya kepada beliau, “Apa itu isan? Rasulullah saw, menjawab, engkau tidak mampu melihat-Nyo, maka Dia lah yong melihatmu”. (HR Muslim) Ini berarti, ihsaan adaleh perasaan seorang hamba akan adanya pengawasan Allah Tala, dan tidak lalai terhadap-Nya. Keadaan ini akan membuatnya menegakkan kebaikan, baik di luar maupun di dalam dirinya, dan menegakkan seluruh perintah Allah pada semua aspek kehidupannya. Sebuah hadits menyatakan bahwa rukun agama ada tiga, yaitu, Islam, Iman, dan Ihsan. ‘Maka jika Islam dan imannya benar, maka akan tercipta ihsaan yang merupakan buah utama dari keduanya. abMirjam ash-Shagiir W334) dan Balhagi dalam Suab a Tazkiyatun Naf IL. Definisi Jiwa (an-Nafs) Secara etimologi™® jiwa memiliki beberapa makna, yang paling menonjol di antaranya adalah, 1, Tiwa bermakna rob, Jika dikatakan ‘Jiwanya keluar” (96 AES 75), maka yang dimaksud adalah rohnya, Jiwa bermakna sesuatu dan hakikatnya, Jika dikatakan, “Dia membunuh jivanya dan binasaiah jiwanya” 2 Ack ilal cb JS maka yang dimaksud adalah, terjadi kebinasaan pada dirinya. Jiwa di sini berarti manusia seutuhnya. An-nafs asy-syai’ berarti “dirinya”. Bentuk jamak (plural) dari an-nafs adalah anfus (£251) dan nufuus (6 $38). Adapun an- nafs (nafas) yang berarti masuk dan keluarnya udara dari hidung dan mulut bentuk jamaknya adalah anfas. Jadi, nafas (napas) seperti makanan untuk jiwa, karena putusnya napas berarti berakhirnya jiwa. Jiwa di dalam Al-Qur’an tercantum pada beberapa tempat, dengan makna yang berbeda- beda, sesuai dengan format ayat yang ada. Namun secara umum makna-makna tersebut dapat dikelompokkan menjadi lima bagian berikut ini, yaitu, 1. Roh Firman Allah Ta’ala, Se Ate the te tee oy 3073-55 OAH eS Kap illo 3 SA 9735 “Seandainya kau lihat orang-orang zalim saat menghadapi cengkraman maut dan malaikot mengulurkan tangan-tangannya ‘kelvorlah jiwa (roh)mu'” (QS. al-An'aam [06]: 93) Hal itu terjadi saat orang kafir menghadapi detik-detik kematiannya. Rohnya berpisah dari jasadnya. Kemudian malaikat mengeluarkan dan mencabutnya dengan keras, lalu ma- Jaikat berkata kepadanya, “Keluarlah jivamu’, maksudnya adalah rohmu. Hal ini sebagai penghinaan yang sangat merendahkan."? 2. Manusia seutuhnya (diri) yang terdiri dari roh dan jasad Firman Allah, Os Be Kei “Tidokloh Alloh menciptokan don membangkitkon kamu (dari dalam kubur) itu melainkan honyalah seperti (menciptakan dan membangkitkon) satu jiwa (dri) saje.” (QS. Luqmaan [31]: 28) Maksudnya adalah, penciptaan seluruh manusia dan kebangkitannya jika dikaitkan dengan kekuasaan Allah Tale hanyalah seperti penciptaan satu manusia saja. Seluruhnya ringan bagi Allah Taala. 32” isan al-Arab, thn Manzhur, materi (iwa), Vi/233, dan Mulradaat ar-Raghtib, hal, 501 1% Tafsir abCur'aan aleAzhilon, ton Katsit, W157 Pendahuluan + + xix $. Jiwa yang bermakna potensi pikiran manusia Firman Allah, Obes IESG bess “Mereka serius menentangnya dan jig (potensi pikiran) mereka meyakininya dengan zolim dan sombong.” (QS. an-Naml [27]: 14) Yakin yang merupakan pengetahuan praktis dikaitkan dengan jiwa, demikian yang secara jelas disebutkan pada firman Allah, “..dan jiwa mereka yakin...” 4, Jiwa bermakna hati (al-qalb) Firman Allah Ta‘ala, OLGA S355 $5 “Sebutlah Tuhanmu dalam hatimy dengan rasa takut don rendah diri.” (QS. al-A’raaf [07]: 205) O62 Gas 2 aek “Yusuf menyembunyikannya di dalam jiwa (hoti)nya don tidak ditompakkannya kepada mereka...” (QS. Yuusuf [12]: 77) Di sini terdapat hubungan yang kuat antara jiwa di satu sisi, dan dengan hati, dada, dan batin. 5. Jiwa bermakna potensi kebaikan dan keburukan Jiwa memiliki berbagai sifat dan karakteristik. Ia mencintai dan membenci, ia meng- goda dan merayu, ia yakin dan kokoh. Ia juga membimbing pemiliknya pada jalan yang benar, dan mencelanya saat melakukan perbuatan buruk. Jiwa memiliki pengaruh nyata pada perilaku manusia. Sebagian besar ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata “an-nafs” memiliki makna ini, di antaranya firman Allah, OLE dnp ois oye “Dan sesungguhnyo Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan (oleh setan) ke dalam jiwa (potensi keburukan)nya.” (QS. Qaaf [50]: 16) OL SA YOM g 5 Hp EELS “Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhonnya dan menahan jiwa (potensi keburukan) dari hawo nafsunya, maka sesungguhnya surga lah tempat tinggalnya (tempat dic kemboli).” (QS. an-Naazi'aat [79]: 40 - 41) ed “Dan aku bersumpch dengan jiwa (potensi keburukan) yong amat menyesali (dirinya sendi (QS. al-Qiyaamah [75]: 2) Dunia Filsafat selama ini lebih banyak berbicara mengenai fenomena jiwa dan haki- katnya, padahal itu hanya akan menjatuhkan diri pada kesesatan saja. Yang terpenting bagi KK Tazkiyatun Nab kita justru segala sesuatu yang terkait dengan sifat-sifat jiwa dan karakternya yang terdapat di dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw., serta menjelaskan cara-cara berinteraksi dengan jiwa agar kita dapat mencapai tingkat kesempurnaan dan selamat dari keburukan dan marabahayanya. Dan itu dilakukan dengan menyucikan jiwa sesuai dengan metode ketuhanan (rabbani). Dari sini dapat dibatasi definisi jiwa dari dua makna yang terakhir,"” yaitu “Sesuatu yang terdapat di dalam diri manusia, yang tidak dapat diketahui wujudnya, yang dapat menerima arahan kepada kebaikan dan keburukan, dan memiliki berbagai sifat dan karakter kemanusiaan, juga memiliki pengaruh yang nyata pada perilaku manusia” Jiwa dengan makna ini mencakup roh dan hati, dan segala yang ada pada manusia, yang terdiri dari potensi pengetahuan yang membuatnya mampu memisahkan yang baik dan yang buruk. 14 AbAKhlaag AFislaamiyy jyaikh Abdurrahman Habanakah al-Maidani, 1/215, dengan perubahan dan penyesvaian Pendahuluan + Kt Jiwa Manusia, Sifat-Sifatnya, Kondisi- Kondisinya, dan Penjelasan Mengenai Berbagai Metode Penyuciannya I. Penciptaan Manusia dan Misinya dalam Kehidupan Sebelum memulai pembicaraan menge- nai Penyucian Jiwa manusia, kita perlu seje- nak melihat hakikat manusia tersebut, eksis- tensi, dan misinya dalam kehidupan, Dan bila kita kembali pada ayat-ayat Al-Qur'an Al-Karim, kita akan dapat menemukan secara rinci dan mendalam fase-fase penciptaan ma- nusia, pembentukan, dan pertumbuhannya, serta unsur-unsur yang ada padanya. fan Allah Téala, Epes CSL i SecA Os “Dioloh yong menciptakan manusia dari air, kemudian menjadikannyo (punya) keturunan don hubuagan pernikahen. Don Tuhanmu Mo- hokvaso.” (QS. al-Furqaan [25]: 54) Se oil ab xe ff ab Me OL “Dio-loh yong menciptakan kalion dori tonah (turoab), kemudian dori setetes air mani (nut- foh), kemudian dari segumpol dorah (alaqch), kemudian dilahirkannya kalian sebogai seorang Apes bkass 24 ie Bab 1: Jiwa Manusla, Sifat-Sifatnya, Kondisi-Kondisinya, dan Penjelasan .. bayi, kemudian kclian menjadi dewasa, kemu- dion akan menjadi tuo.” (QS. al-Mu' min [40]: 67) Jasad manusia diciptakan dari dua unsur, yaitu air dan tanah, Percampurannya meng- hasilkan tanah liat yang disifatkan oleh Allah sebagai tanah lempung, atau yang memiliki daya lekat yang kuat. Firman-Nya, © pr phot “Sungguh, kami ciptokan mereka dari tanah ligt.” (QS. ash-Shaaffaat [37]: 11) Kemudian tanah liat tersebut melalui beberapa perkembangan menjadi hitam hingga menjadi lumpur hitam yang berben- tuk (hama’ masnuun). Hama’ adalah tanah hitam, sedangkan masnun adalah sesuatu yang dibentuk dengan bentuk manusia yang berongga (agak mirip dengan pembuatan kendi tanah liat “), Firman Allah swt., deel Opti py, “Dan sungguh, telch komi ciptoken manusia dari tanch kering (shalshal) dari lumpur yong berbentuk.” (QS. al-Hijr [15]: 26) Shalshal adalah tanah yang kering seperti tembikar (keramik). Firman-Nya pula, whe OH Las y Sajyicse “Dia telah menciptakan manusia dari tanch kering seperti tembikar.” (QS. ar-Rahmaan [55]: 14) Inilah fase-fase yang terkait dengan pen- ciptaan manusia yang pertama, yaitu, Adam a.s. Permulaan penciptaan ini dari tanah bumi. Disini tidak nampak kelebihan yang membedakan manusia atau yang mengang- kat kedudukannya di atas penduduk semes- ta lainnya. Adapun perbedaannya dengan makhluk lain terdapat pada perkembangan tahap kedua, sebagaimana firman Allah, Osos s Gens "Kemudian Dia menyempurrakonaya, don meniupkan kedalam (tubuhnya) roh-Nyo..."” (QS. as-Saidah [32]: 9) ee Mts ot aate ee oO Spi gos ae bb “Maka setelah Aku sempurnakan kejadionnya (wujudnya), dan felah meniupkon kepadanya roh (ciptoan)-Ku, maka fundukloh komu ke- padanya dengan bersujud.” (QS. al-Hijr [15]: 29) Penyempurnaan bentuk dan peniupan roh kepadanya oleh Tuhan, merupakan pemuliaan bagi makhluk ini (baca: manusia), dan menjadikannya sebagai ciptaan yang agung dan mulia. Apalagi kemudian diikuti dengan adanya akal dan pikiran. Namun ke- muliaan itu bukan kembali kepada nasabnya pada bumi yang bersifat materi. Peniupan roh ini menjadikan manusia memiliki beragam karakter yang membeda- kannya dari makhluk-makhluk lainnya den- gan berbagai perbedaan, yang paling menon- jol antara lain," 1. Fithrah yang bersih, yang terarah pada iman kepada Allah semata. 2. Pengetahuan, dengan kesadaran bahwa itu diperoleh karena anugerah Allah berupa akal. 3. Kehendak bebas dalam memilib jalan yang baik dan buruk, serta kemampuan untuk menjalani pilihannya. 4, Tanggungjawab yang disebabkan karena adanya kehendak dan kemampuan. Demikianlah terbentuknya karakter jiwa manusa, sifat-sifatnya, dan kondisi-kondisi- nya, Makhluk ini tumbuh sempurna dengan sistem yang rumit, yang merupakan perpa- duan antara kebutuhan fisik dan kebutuhan spiritual. Akal bertindak sebagai pemimpin dan mengendalikan dengan kendalinya Fithrah bertugas mengarahkannya kepada Penciptanya, agar ia dapat menunaikan peran dan kepentingan yang melekat pada dirinya, jika ia berpegang teguh kepada sistem yang diperintahkan kepadanya dan tidak mem- bangkang Misi Manusia dalam kehidupan Ayat-ayat Al-Qur'an Al-Karim telah memberi bukti bahwa tujuan penciptaan manusia dalam kehidupan ini adalah diuji dan dicoba. Firman Allah Taala, satay Se fe “Yang menjadikan mati dan hidup, supaye Dia menguji kamu, siopa di antora kalian yang paling baik amalnya.” (QS, al-Mulk [67]: 2) C2 as Ouse; 5 SE Suet ee COS “Sungguh, telah Kami eiptoken manusfa dori setefes cir moni (nuffah) yang bercompur yong cokan Kami vii (dengan perintoh don forangen), moka Kemi jadikan io mendengar dan melihat. 13 Lumbaat Nafsiyah fil al-Qur‘aan al-Kariim, DR Abdul Hamid al-Hasyimi, hal. 49 2 ttthivatun Nas Sungguh, Kami telah menunjukinya jalan yong lurus. Ada yong bersyukur dan ada pula yang kufur." (QS, al-Insaan [76]: 2-3) Maka Allah Taala telah menciptakan manusia dari amsyaj, yaitu campuran yang terdici dari air mani pria dan air wanita (sel telur), dan percampuran berbagai sifat dan karakter fisik, kognitif, dan psikologis, agar Dia dapat meletakkannya (manusia) pada posisi ujian dalam kehidupan."® Selain itu, Dia juga telah memberikan kepada manusia sarana pengetahuan, dan yang terpenting adalah pendengaran dan penglihatan (...dan kami jadikan ia mendengar dan melihat) untuk membantu mengenal jalan dalam ke- hidupan ini, dan mengenal tanda-tanda yang diberikan Allah di alam semesta ini. Juga membekali manusia dengan kemampuan berpikir untuk mengenal jalan petunjuk dan kebaikannya, serta jalan-jalan sesat dan keburukannya (sungguh, kami telah menun- jukinya jalan...). Nah, dalam menghadapi ujian hidup yang diberikan oleh Allah itu, secara nyata manusia terbagi dalam dua kondisi, yaitu adakalanya ia menjadi orang yang bersyu- kur, tapi ada yang menjadi orang yang ing- kar. Hasilnya, ia akan mendapat pahala atau azab, sesuai apa yang ia lakukan.'? Allah telah memerintahkan jin dan manusia un- tuk beribadah kepada-Nya dan membebani mereka dengan beban-beban syar’, agar hal ini dapat menjadi bahan ujian yang akan di- perhitungkan di hari kiamat. Firman Allah Taala, Oot yoy says “Aku ciptakan jin dan manusia honyalah untuk beribadah kepada-Ku semato” (QS, Adz- Dzaariyaat [51]: 56) i Manusia jupkan oleh Allah swi, untuk diuji, Oleh Karena itu, Allah memberikan berbagai potens Perintah ini mencakup manusia dan jin. Namun Allah membedakan manusia dari jin dengan menjadikannya sebagai penguasa di bumi. Ini merupakan urgensi yang termasuk ke dalam pengertian ibadah. Firman-Nya, Gs pNig Set KA OG JE a5 8 a ia Jed he AG gt Cosy v Misa ps Ieee “Ingatlah ketika Rabbmu berkata kepada pore malaikat, ‘Sungguh, aku ckan menjadi- kan seorang khalifah di bumi.’ Mereka (ma- laikat) menjawab, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orong yang hanya akan merusak dan menumpahkan darch saja? Padchal kami senantiasa bertasbih den. gan memuji nama-Mu dan menyucikon-Mu.' Alich menjawab, ‘Sungguh, aku mengatahui apa yang tidak kolian ketahui."” (QS. Baqarah [02]: 30) Setelah Allah memuliakan manusia den- gan beban khilafah, Dia juga memuliakan manusia dengan rupa yang bagus. Firman Allah Tala, OSes, “...dan dia membentuk rupa kalian dengan se- baik-baik rupa.. QS. at-Taghaabun [64]: 3) Juga memberinya kelebihan dibanding sebagian besar ciptaan-Nya lainnya. Firman Allah, “Sungguh, telah Kami muliokan anak keturunon Adam, dan Kami angkut mereka di daraton dan di loutan, don Kami beri mereka rizki berupa barang-barang yang baik, dan Kami ik, pengetahuan, dan psikologis (wa, akhlak), sebagai sarana untuk menghadapt ujian tarsebut.*" 17 Abakthlaaq Alislaamiyah wa Ususuhas, Syaikh Abdurrahman Habanakah al-Maidani, 4309-311 Bab 1: Jiwa Manusia, Sifat-sifatnya, Kondisi-Kondisinya, dan Penjelasan nn? benar-benar telah melebihkon mereka dori se- bagicn besar makhluk ciptaan Kami.” (QS, ale Israa’ [17]: 70) Di antara indikasi pemuliaan Allah ke- pada manusia adalah, Dia memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam. ‘ujud” ini bukan hanya semata-mata seba- gai ikrar bagi penguasaan (kekhilafahan) Adam di bumi. Namun juga sebagai tanda bahwa malaikat kelak akan diperbantukan (dengan perintah Allah) pada manusia un- tuk menegakkan kepentingan kekhilafahan- nya, sebagai ujian dari Allah agar mereka pantas mendapatkan balasan di kehidupan akhirat, Sedangkan keengganan iblis untuk “sujud” kepada Adam mengisyaratkan peran- nya dalam usaha menghalangi manusia dan menyimpangkan mereka dari mewujudkan tugas kekhilafahan tersebut. Dengan kepentingan ini, manusia me- ngetahui tujuan eksistensinya di bumi. Dia dapat merasa bahwa hidup ini memiliki nilai dan makna. Bahwa dia bukanlah biji yang tidak berguna, atau makhluk yang sia-sia yang dilempar begitu saja ke bumi, Namua ia merupakan makbluk istimewa yang ber- jalan di atas petunjuk dari Tuhannya. Allah Taala berfirman, “Apokoh kalion mengira Kami menciptakan kalian dengan sia-sia, don kalian tidak akan kembali kepada Komi?" (QS, al-Mu*minuyn [23]: 115) Oleh karena itu, tidak akan baik kepe- nguasaan manusia selain dari orang yang bersih jiwanya, yang telah menghilangkan segala noda dan kotorannya. Sebagaimana tubuh yang juga memiliki kotoran yang dapat dilihat oleh mata. Di dalam jiwa pun ada najis (kotoran), sedang- LCA 1 Adr-Draaiab Ta Makaarim asy-s kan kotoran jiwa tidak dapat dilihat selain dengan mata hati (bashiirah). Inilah makna dari firman Allah, OracKaney “Sungguh, orang-orong musyrik itu najis.” (Qs. at-Taubah [09]: 28) Dan firman Allah, OBION 6 ayia “Demikionlah Allah telah menjadikon kotoran pods orang-orang yang tidck berimon.” (QS. al-An’aam [06]: 125) Siapa pun yang tidak bersih jiwanya, maka tidak akan bersih juga kata-kata dan perbuatannya, karena buah-buahan akan ter- gantung pada siapa yang mengairinya." Saat manusia lalai akan tujuan pencipta- annya dan misi yang dibebankan kepadanya, maka ia akan sibuk dengan tujuan-tujuan yang lain, yang menjadikannya terpecah dan berkelompok-kelompok. Hal itu akan menyimpangkannya dari kemanusiaan- nya dan kedudukannya, yang karenanya ia dimuliakan oleh Allah. Maka kemudian akan terjadi kejatuhan dan benturan pada sisi kemanusiaan. Manusia akan terbelah ke dalam dua orientasi yang berbeda, orientasi spiritual (roh) dan orientasi fisik. Dari situlah kita dapat mengetahui pen- tingnya misi manusia dan peranannya dalam kehidupan, dan bahwa Allah Ta’ala telah menjadikannya satu kesatuan utuh yang ti- dak terpisahkan, serta telah menciptakan- nya dari gumpalan tanah dan meniupkan roh kepadanya. Dengan adanya aspek bumi padanya, ia diharapkan memiliki keterikat- an pada bumi yang merupakan bagian dari dirinya, hingga bisa memakmurkan bumi dengan amal saleh. Menegakkan di atasnya keadilan, keamanan, dan peradaban, serta farivah, Imam arRaghib al-Asfahani, hal. 96 4 Tavkiyation Nats menunaikan perannya sebagai penguasa (khalifah) di bumi, ‘Sementara dengan adanya aspek spiritual (coh), ia dapat memiliki keterikatan dengan alam gaib, menjalankan perintah Allah, den- gan sistem yang berjalan di atas petunjuk- Nya, agar ia dapat menunaikan peranan yang dibebankan kepadanya. Demikianlah gambar- an hakikat kedudukan manusia di alam ini dan misinya di dalam kehidupan. Tkatan yang kuat antara unsur-unsur pembentuk manusia dengan misi yang di- bebankan kepadanya mengisyaratkan pe- nyeimbangan -dalam metode Islam- antara tuntutan-tuntutan fisik dan tuntutan-tun- tutan spiritual. Tidak boleh ada pemisahan antara jalan akhirat dengan aktifitas duniawi. Jalan yang ada hanya satu, yaitu menjadikan semua aktifitas hidup sebagai ibadah, dan ibadah sebagai aktifitas yang berjalan selaras (barmonis) dan terikat kuat. Dari sini nampaklah hubungan antara Penyucian Jiwa dengan kepenguasaan (khi- laafah). [slam memandang Penyucian Jiwa (manusia) dari sisi misi yang ditunaikan- nya dalam memakmurkan bumi dengan amal salch, dan menegakkan sistem Allah di dalamnya. Bukan dari sisi perilaku ter- tentu dan mengasingkan diri, memisahkan individu dari lingkungannya. ‘Tidak termasuk pula Penyucian Jiwa tin- dakan memusuhi kehidupan atau tenggelam di dalamnya, Hal tersebut dapat menyim- pangkan manusia dari nilai fithrahnya yang menjadikannya sebagai seorang manusia, yang tanpa hal tersebut tidak mungkin ia dapat menunaikan perannya sebagai khali- fah. Kita lihat yang tengah terjadi sekarang di kota-kota metropolitan, dimana manusia banyak yang melepaskan kendali syahwat fisik dan menghancurkan tuntutan-tuntut- an spiritualnya, [tu membuat hilang dan hancurnya kemanusiaan. Setelah nilai-nilai Bab 1: Jiwa Manusia, Sifat-Sifatnya, Kondisi-Kondisinya, dan Penjelasan kemanusiaan itu hancur, mereka beraktifitas dengan standar mesin atau binatang. Il. Jiwa dan Fithrah Adalah merupakan hikmah Allah Tala bahwa saat menciptakan manusia, Dia mem- perkenalkan diri-Nya, bahwa hanya Dia- lah yang berhak untuk disembah. Firman Allah, eoate xe Ped “Soat Tuhanmu mengambil janji pada keturunan ‘Adam di awal kemunculon mereka, ‘Bukankah Aku Tuhan kalian?’ Mereka menjawab, ‘Benar, kami bersaksi.'" (QS. al-A'raaf [07]: 172) Dari sini, iman kepada Sang Pencipta merupakan fithrah dalam setiap jiwa manu- sia, yang diberikan oleh Allah kepada mere- ka. Allah mengambil perjanjian dari mereka saat mereka masih berada di alam dzur. Ini merupakan fithrah yang berorientasi pada pengenalan Allah dan iman kepada-Nya, serta mentauhiidkan-Nya. Untuk hal ini, ter- dapat beberapa dalil dalam Al-Qur'an dan as-Sunnah, Firman Allah Twala, “Moka hadopkanloh wajahmy dengan lurus kepada agama yong hanif, yang merupakan fithrch Allch yang diberikan-Nyo kepada manusia. Tidak pernch ada perubchan pada penciptaon Allah. Inilah agama yang bernilai, felopi sebagion besor manusia tidak mengeta- huinya." (QS. ar-Ruum [30]: 30) Allah swt menyuruh manusia untuk ikhlas beribadah kepada-Nya, Masalah ini merupakan Fithrah Allah kepada manusia, Ss la menjadikannya sebagai kecenderungan pada bati seluruh manusia. Inilah hakikat Jithrah. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Tiap manusia Iahir dalam keadaan fithrah. Kedua orang tuanya yang menjadikan mereka (memeluk ogoma) Yahudi atau Nasroni atau Majusi. Seperti makhluk yang sempurna (ton- po cacot di felinga), biosanyc ia tidak akan melahirkon jenis yang cacat telinganya.” (HR Bukhari dan Muslim) Kemudian Abu Hurairah r.a, ia berkata, “Fithrah Allah yang diberikan Allah kepada manusia...” Hadits ini merupakan bukti yang jelas bahwa Allah Ta'ala menciptakan manusia dengan kecenderungan pada agama yang benar. Meskipun manusia meninggalkan fithrah tersebut saat terjadi penyimpangan iman, namun fithrah itu tetap merupakan ta- biat di dalam jiwa. Penyimpangan itu sendi- ri terjadi akibat kesalahan kedua orang tua dalam mendidiknya serta lingkungan buruk ada di sekitarnya. Di dalam hadits diatas Rasulullah saw telah memberikan perumpamaan nyata me- ngenai pengaruh buruk terhadap penyimpang- an fithrah dengan hewan ternak yang utuh telinganya. Seandainya bukan manusia yang memotong telinganya, maka keturunannya akan lahir utuh seperti induknya. Demikian juga suatu lingkungan dengan pengaruhnya yang buruk yang berperan dalam penyim- pangan fithrah, Begitulah godaan setan yang seringkali membuat jiwa cenderung meng- ikutinya, hingga kemudian berakhir pada penyimpangan fithrah, lalu terjerumus pada jalan yang sesat. Diriwayatkan oleh Muslim dari Iyadh al-Majasy?'i ra, bahwa suatu hari Rasululiah saw berkhutbah, “Tuhanku feloh menyuruhku untuk mengojarkan kalion sesuatu yang kalian tidak ketchui, yang 6 la ojorkan kepadaku pada hari ini, ‘Sungguh, telah Kuciptakan hamba-Ku seluruh- nya sebagai orang-orang yang honif. Kemudian selan datang kepada mereka dan menyimpang- kan mereka dari agama mereka, Kemudian mengharamkan sesuaty yang Kuholalkan bagi mereka, dan menyuruh mereka menyekutu- kan-Ku dengan sesuatu yang tidak Kuberi we- wenang sama sekali."” (HR Muslim) Demikianlah, sebenarnya seorang ma- nusia tidak bisa selamat dari penyimpangan (fithrahnya, meskipun ia hidup terasing dari masyarakatnya. Ia tetap akan digoda oleh se- tan, karena setan dapat masuk melalui jalan darahnya. Allah swt tidak meninggalkan manusia hanya dengan fithrahnya saja. Ia telah meng- utus para nabi dan rasul kepada mereka, un- tuk mengajak mereka kepada petunjuk dan membimbing mereka kepada sistem yang dapat menjaga fithrah mereka dari penyim- pangan dan kesesatan. Terkadang mereka menolak dan menentang, hingga kufur ke- pada Allah dan menyembah selain-Nya, se- perti pada manusia, batu, dan sapi. Itu semua merupakan pengaruh dari lingkungan yang, menyimpang, taklid buta, dan godaan se- tan, Jika fithrah sudah menyimpang, maka selanjutnya indera mereka akan menyim- pang dari tugas yang telah diciptakan oleh Allah untuk membantu manusia mengenali kebenaran. Allah swt telah mengungkapkan keadaan orang-orang yang menyimpang tersebut, SoA BEY ocd od ING BCS OLE hE pp BS Mess, “Dan felch kami jadikan bagi mereka penden- garan, penglihatan, dan batin. Moko tidak berguna bagi mereka pendengaran, penglihat- an, dan botin mereka samo sekali, saat me- Tazkiyatun NaS teko menentong ayat-ayet Alioh. Maka mereka mendapat siksa akibat penghinaan mereka.” (QS, al-Ahgaaf [46]: 26) ab la Bh ch tee in ois Sah SATB ae Sh TG Md Woh IMIS ACT, “Sungguh, kami jadikan isi Neroka Jahanam ity kebanyakan jin don manusia. Mereka memi- liki hati, tapi tidak digunakan untuk memahami {oyat-ayat Allah). Mereka memiliki mata yang tidak digunakan untuk melihat (tando-tanda kekuasaan Allah). Mereka memiliki telinga, tapi tidak digunakan untuk mendengar (ayat- ayat Allah). Mereka itu seperti ternak, bahkan lebih sesot. Mereka itu adalah orang-orang Jalai.” (QS, al-A’raaf [07]: 179) Indikasi tetap adanya fithrah dan ori- entasi pada Sang Pencipta itu misalnya bisa dilihat di kala seseorang yang telah menyim- pang dari kebenaran tersebut menderita suatu musibah atau sakit, maka ia akan segera memohon kepada Tuhannya, merintih kepada-Nya, dan mengarahkan diri dengan merendah kepada keagungan Allah Taala, Ini merupakan bukti hangkitnya fithrah, di mana di saat sulit itu rasa congkak runtuh, dan ia kembali kepada sikap lurusnya. Hal ini sudah dinyatakan di dalam Al- Quran, CB Hes Fat Oe tor gyi gs ee 5 BS “Jika manusia ditimpa bahaye ia akon ber- doa kepada Kami dalom keadaan berbaring, dudek, atau berdiri. Namun soot bohaya terse- but Kami singirkan, io berlolu begity soja se- olah tidak pernah berdoa kepada Kami seperti saot bahaya menimpanyo. Demikionlah orang- ‘orang yong melampaui batas itu memondong baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus [10]: 12) Bab 1; Jiwa Manusia, Sifat-Sifatnya, Kondisi-Kondisinya, dan Penjelasan ...——-__—e Dalam ayat yang lain Allah menggam- barkan kepada kita suatu gambaran yang hidup mengenai kondisi manusia yang dili- puti bencana dari segala penjuru. Saat itu runtuhlah segala noda pada fithrahnya dan kembali beribadah kepada Allah dengan ikhles yang sempurna. Ia memohon kepada Allah setelah musibah terjadi. Firman Allah, Gig el oe en i ts ip ISS 3 io BA 3S G5N4 Go al OEM sik AOA Os, “Dialah yang memperjalanken kalian di dorat dan laut. Hinge di saat kalian berada dalam sebugh kopal yang berjalan dengan tivpan angin yang bagus, mereka gembira dengan keadean itv. Tiba-tiba datanglah angin badai dan muncul gelombang dari segala penjuru. Saat mereka mengira telah dikepung bahoyo, lolu mereka memohon kepada Allah dengan mengikhlaskon diri ketaaton kepada-Nya se- mote, seroya berkota, ‘Jika Engkau menye- lomatkan kami, maka kami akon menjadi ‘orang yang bersyukur,’ Namun saat telah kami selamatkan mereka, mereka menjadi congkak di muko bumi.” (QS. Yuunus [10]: 22 — 23) Demikianlah, banyak manusia terbim- bing kepada fithrah disaat tertimpa bencana, ‘Namun sebagian manusia menyimpang dari fithrah saat hidup makmur dan mengikuti hawa nafsu, yang menggiring mereka pada kebimbangan dan keguncangan karena ji- wanya terpecah. Rasulullah saw telah me- nyifatkan kondisi jiwa manusia saat terjadi kebingungan dan keguncangan karena mengerjakan sesuatu yang bertentangan den- gan fithrah. Dari Nuwas bin Sanvan ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, 7

You might also like