You are on page 1of 26
PEDOMAN PELAYANAN KETETERISASI JANTUNG Dipindai dengan CamScanner ZX PEMERINTAIL PROVINSE SULAWESI TENGGARA aD RUMAT SAKIT UMUM DAERAIL BAITERAMAS aM JM Napten Pieve Tendcan Nev $0 Darang Kemarl. Fel (0401) 198011 Kerdarh Kl RUMAN SAKIT UMUM DA PROVINSI SULAWESE TENGGARA NOMOR: ‘TANG STLABORATORIUM, TENGGARA UAYANAN UNIT KAT ERAMAS PROVINS| AN ‘UR RSUD BAIN jantung i pada pet Menimbang: a. Bahwa dalam = melakukan pelay ditetapkan landasan hukun untuk 1 dalam pelaksanaan pelaya Provinsi Sulawes a, b. Baha dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Katcterisasi Jantung, di Rumah Sakit/ Umum Daerah nas Provinsi Sulawesi Tenggara, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi, c. Bahwa agar pelayanan Kateterisasi Jantung dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya pedoman pengorganisasian tim penanggulangan Kateterisasi Jantung, 4 Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 144, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia $067), 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 ‘Tentang tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2014 Nomor 298, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5607); ‘Undang-Undang no 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran Undang- Undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Saki Keputusan Bersama kepala BATAN dan Menteri Kesehatan no 171/MENKES/2008 dan 028/K A/11/2008 ‘Tentang Pemenfaatan Tenaga Nuklir Untuk Kesehatan 6. Keputusan Menteri Keschatan No,854 tahun 2009 tentang pedoman pengendalian penyakit jantung dan Pembuluh darah 7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 640/Menkes/SK/V/2003 tentang teknisi kardiovaskuler, Peraturan Menteri Kesehatan no 46 Tahun 2013Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 nomor 977); vee Dipindai dengan CamScanner 8. Keputusan Menteri Keschatan No 1250 tahun 2009 tentang pedoman endali mutu (quality control) peralatan radiodiagnostik 9. Peraturan Menteri kesehatan No 1438 Tahun 2010 tentang standar MEMUTUSKAN : ETAPKAN PEDOMAN ELAYANAN UNIT KATETERISAST LABORATORIUM RSUD BAHTERAMAS — PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertama Surat Keputusan Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tentang Pedoman Pelayanan unit kateterisasi laboratorium RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Kedua Pedoman Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam diktum pertama ‘merupakan suatu acuan yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan Pelayanan unit kateterisasi Iaboratorium di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara; Ketiga Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya; DITETAPKAN DI_ : KENDARI PADA TANGGAL. DIREKTUR, dr, M.YUSUF HAMRA.M.Sc.Sp.PD. Pembina Tingkat I Gol. IV/b NIP, 19751116 200212 1 003 Dipindai dengan CamScanner BABI NDAHULUAN 1. Sejarah kateterisasi Jantung Kardiologi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran dan ranting ilmu pengetahuan tentu saja tidak Lepas dari sifat ilmu pengetahuan itu sendiri yang dinamis, Kedinamisan ilmu kedokteran tereapai Karena _adanya penemuan-penemuan teori, metode, terapi, dan alat-alat. Penemuan di bidang kardiologi terus berkembang dari dulu hingga kini,sejak era William Harvey hingga zaman transplantasi jantung sek: cing ini. Sejarah besar di bidang kardiologi diawali oleh terdeskripsikannya sirkulasi darah manusia oleh William Harvey, pada tahun 1628. Beliau adalah seorang dokter —_Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1706, Raymond de Vieussens, scorang profesor anatomi dari Prancis, untuk pertama kali ‘menggambarkan struktur ruang dan pembuluh darah jantung.Setelah pijakan wal yang dirintis oleh Harvey dan deVieussens, pada tahun 1711 Stephen Hales melakukan usaha konkret dalam temuan modalitas diagnostik yang penting dalam kardiologi yaitu kateterisasi jantung. Beliau melakukan kateterisasi biventrikular pada kuda. Dua puluh dua tahun kemudian,Halles untuk pertama kali mengukur tekanan darah arterial. Langkah Hales diikuti olch kemunculan tindakan kateterisasi- kateterisasi_eksperimental lain padaabad —_ke-19. Claude Bernard, seorang penelitifisiologi temama dari Prancis, pada tahun 1844 ‘menggunakan kateter untuk merekam tekanan intrakardiak pada hewan. Beliaulah yang menciptakan istilah kateterisasi jantung. Dipindai dengan CamScanner Kateterisasi jantung manusia semakin berkembang selama abad ke20. Werner Forssmann pada tahun 1929 melakukan kateterisasi jantung kanan pada dirinya sendiri di Eberswald, Jerman.Tindakan ini merupakan kateterisasi pertama pada manusia yang terdokumentasi, Tujuan awalnya adalah menemukan jalur yang efektif dan aman untuk _memasukkan obat- yen obatan resusitasi jantung, Forssmann alu mengembangkan — eksp. ceksperimennya ke arah injeksi media kontras intrakardiak melalui suate itempatkan dalam atrium kanan, Kontribusinya tersebut, kateter yang bersama perkembangan media kontras nontoksik dan teknik radiologis, telah membuka jalan bagi perkembangan angiografi koroner. Kateterisasi jantung diagnostik pertama dikembangkan olch André Coumand dan Dickinson Richards pada 1941. Mereka menggunakan kateter j gnostikyaitu untuk mengukur tekanan jantung antug guna keperluan kanan dan cardiac ouput . Arteriografi koroner selektif diperkenalkan oleh Mason Sones pertama kali pada tahun 1958. Sones lalu mempublikasikan penjelasan singkat tentang teknik yang beliau lakukan di Modern Concepts of Cardiovascular Diseases pada tahun1962. Perkembangan ini menjadi gerbang pembuka suatu periode kemajuan cepat dalam aspek arteriografi koroner selama medio 1960-an. Peristiwa rekanalisasi arteri perifer dengan kateter oleh_~—Charlos_-— Theodore ~—Dotterpada_-——'1963 makin menegaskan dimulainya era intervensi. Usaha Sones dan Dotter ini disusul ‘oleh Kkemunculan metode angiografi koroner femoral perkutan yang dipopulerkan oleh Melvin Judkins dan Amplatz pada tahun 1967. Pada tahun tersebut, Judkins menciptakan sistem pencitraan Koroner, memperkenalkan kateter-kateter khusus, dan menyempurnakan pendekatan transfemoral. Dipindai dengan CamScanner ‘Teknik yang lebih mutakhir, yaitu angioplasti dengan balon, diperkenalkan oleh Andreas Gruentzig pada pertengahan dekade 1970-an. Rintisan beliau telah membawa kemajuan berarti dalam perbaikan dan pengembangan teknik- teknik kateterisasi. Sekarang, angiografi koroner serta intervensi koroner_perkutan dilakukan terutama dengan pendekatan arteri radial serta arteri femoral. Di luar ranah intervensi, momentum bersejarah lain dalam kardiologi lahir pada tahun 1912, dimana penyakit jantung yang terjadi karena pengerasan arteri- arteri dijelaskan untuk pertama kali oleh seorang dokter Amerika bernama James B. Herrick. Sementara itu, penemuan sinar-Xoleh Wilhelm Roentgen pada 1895 memungkinkan studi anatomi jantung untuk dilaksanakan dengan pendekatan baru ini. Penemuan sinar-X ini disusul oleh kemunculan atlas radiografik arteri koroner manusia yang pertama pada 1907. Atlas ini diciptakan dan dipublikasikan oleh Friedrich Jamin dan Hermann Merkel. Perkembangan dalam aspek teoretis kardiologi dan aspek radiologi tersebut secara tidak langsung juga memengaruhi perkembangan dalam aspek kardiologi intervensional. Hingga saat ini, intervensi koroner perkutan telah menggeser kedudukan operasi bypass arteri koroner schingga menjadi suatu prosedur ya yelaksanaannya terus bertambah. ng lebih umum di banyak negara. Frekuens ‘Tingkat keberhasilannya lebih dari 95% dan risiko terjadinya komplikasi- komplikasi serius pun menurun, Dipindai dengan CamScanner 2, Fenomena kardiologi Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian), Lebih dari 9 juts kematian yang disebabkan olch penyakit tidak menular terjadi sebelum usia ara berpenghasilan 60 tahun, dan 90% dari kematian tersebut terja 1 rendah dan menengah, Secara global PTM penyebab kematian nomor sattt setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Keseh: RI menunjukkan beberapa data yang menunjukkan tingginya angka kejadian penyakit jantung di Indonesia. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau Giperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar2,650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung ko roner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5 %), untuk wilayah Sulawesi Tenggara ... Melihat fenomena ini, RSUD Bahteramas sebagai satu-satunya rumah sakit yang berkonsentrasi di bidang jantung diwilayah sulawesi tenggara merasa perlu meningkatkan pela yanan yang dapat menyelesaikan masalah masyarakat yang sangat se Laboratorium kateterisasi jantung pun didirikan dengan harapan menjadi solusi permasalahan jantung yang berkembang di masyarakat khususnya masyarakat wilayah Sulawesi Tenggara. Dipindai dengan CamScanner B. Tujuan Pedoman Tujuan dari pedoman pelayanan unit cathlab ini adalah untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan —pelayanan —Katerisasi_—_jantung bagi tim cathlab dan juga bagi seluruh unit pelayanan terkait di RSUD Bahteramas. Selai itu, pedoman ini juga bertujuan menjadi panduan bagi karyawan dilingkungan unit cathlab, Ruang Lingkup Pelayanan Ruang Lingkup pelayanan kateterisa jantung meliputi pelayanan diagnostik invasif dan intervensi non bedah. 1. Diagnostik Invasif: Diagnostik invasif merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur anatomi serta fungsi jantung & pembuluh darah termasuk ruang, otot, katup serta_ pembuluh darah jantung ( pembuluh darah koroner ). Tindakan diagnostik invasif yang bisa dilakukan di cathlab Rsud Bahteramas adalah sebagai berikut: + Pemeriksaan Angiografi Koroner : pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat gambaran pembuluh darah koroner, khususnya untuk melihat adanya penyempitan di pembuluh darah koroner. Terlihatnya penyempitan di pembuluh darah koroner merupakan tanda pasti untuk diagnostik penyakit jantung koroner. * Perikardial Tapping / Perikardiosintesis merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan yang berlebih di ruang jantung untuk kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap cairan tersebut. Kateter yang digunakan ‘akan ditinggalkan di dalam tubuh yang dihubungkan dengan perikardial drainase untuk mengeringkan ruang perikardial selama beberapa hari dan membantu mencegah akumulasi cairan yang berulang. Dipindai dengan CamScanner 2. Intervensi non bedah Intervensi non bedah adalah tindakan intervensi yang sesuai indikasi untuk dilakukan terhadap pasien setelah di temukan diagnosis yang, tepat, dilakukan secara perkutan melalui pembuluh darah tanpa pembedahan. Intervensi Non Bedah yang dapat dilakukan adalah : © Percutaneus Coronary Intervention (PCI) atau Percutancus Transluminal Coronary Artery (PTCA) adalah suatu tindakan intervensi non bedah untuk membuka kembali arteri koroner yang menyempit dengan mengembangkan ballon atau stent pada pembuluh darah koroner yang menyempit melalui kateter yang di masukan ke dalam lumen arteri melalui insisi kecil pada kulit. © Pemasangan Pacu Jantung ‘Temporary Pace Maker ( TPM ): pemasangan pacu jantung yang bersifat sementara pada pasien dengan irama jantung lambat. Dilakukan dengan cara memasukan kateter elektroda ke dalam jantung, bagian luar dari elektroda disambungkan dengan generator yang mengatur irama jantung yang terdapat i Juar tubuh pasien. ‘+ Permanen Pace Maker ( PPM ) : pemasangan pacu jantung yang bersifat permanen pada pasien dengan Irama jantung lambat. Dilakukan dengan cara yang sam seperti TPM hanya generatornya di taman di bawah kulit bagian dada/ perut dengan menggunakan bius lokal. © Baloon Mitral Valvuloplasty (BMV) Adalah suatu tindakan minimal invasif untuk memperlebar penyempitan katup mitral dengan melakukan dilatasi terhadap katup mitral dengan menggunakan balon. D. Dipindai dengan CamScanner C. Manajemen penjadwalan tindakan Terdapat dua jenis tindakan kateterisasi jantung berdasarkan sifat urgensin ito dan elektif, + Tindakan emergeney / CITO, adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan life saving pada seorang pasien yang berada dalam keadaan darurat. Contoh tindakan cito adalah primary PCL * Tindakan elektif, adalah suatu tindakan yang dilakukan terjadwal dengan Persiapan, dan dilakukan pada pasien dengan kondisi umum baik, bukan gawat darurat D. Pelayanan intra kaferisasi jantung Pelayanan intra kateterisasi jantung dilakukan oleh tim cathlab yang terdiri atas dokter operator (dokter jantung intervensi), perawat scrub, perawat sirkulasi, perawat monitor dan administrasi, Sebelum masuk ruang tindakan, dilakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen dan persiapan medis pasien yang berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Setelah pemeriksaan kelengkapan dirasa memasuki ruang tindakan dan dilakukan persiapan tindakan seseuai cukup, pasi dengan jenis tindakan yang direncanakan pada pasien tersebut. Jika jenis tindakan ‘adalah diagnostik, setelah mendapatkan kepastian hasil diagnosa maka dokter intervensi akan menjelaskan secara langsung hasil yang didapat kepada keluarga pasien dan rencana tindakan selanjutnya yang diperlukan, Manakala dibutuhkan tindakan Janjutan segera maka keluarga dan pasien akan dimintai persetuj tindakan lanjutan atau perluasan tindakan, Dipindai dengan CamScanner E, Pelayanan post tindakan kateterisasi jantung Setelah tindakan kateterisasi jantung pasien akan dirawat di ruang sesuai petu juk dokter ( ruang rawat biasa atau ICCU). Perawat cathlab akan melakukan overan yang berisi instruksi post tindakan cathlab kepada perawat di ruang perawatan selanjutnya, Dipindai dengan CamScanner BABIL STANDAR KETENAGAAN A. Sumber daya manusi Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam upaya mempersiapkan tenaga Cathlab yang handal, perlu kiranya melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi, Atas dasar tersebut_perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan ‘menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan oganisasi dalam meneapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi Meningkatkan kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya_ melalui strategipengembangan Kontribusi dapat melalui seminar — seminar ilmiah, pelatihan berkelanjutan yang diselengarakan baik didalam maupun diluar daerah yang sesuai dengan kualifikasi sumber daya. B. Kualifikasi sumber daya manusia ‘Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Unit Cathlab RSUD Bahteramas terdiri atas kepala Ruang Cathlab oleh Dokter Jantung Intervensi, konsulen Dokter jantung intervensi, koordinator ruang Cath lab dan perawat pelaksana olch perawat Khusus yang telah mengikuti pelatihan kateterisasi, Radiografer yang telah mengikuti pelatihan kateterisasi jantung, adminitrasi serta pekarya di ruang Cathlab sebagai berikut : Dipindai dengan CamScanner Nama Jabatan Kualifikasi Formal & Informal Tenaga Yang Dibutuhkan NO | Nama Jabatan Kualifikasi Formal & | Jumlah Informal Tenaga 1 | Kepala Ruang Cathlab Dokter Jantung Intervensi i 2 | Konsulen Dokter Jantung Intervensi H Koordinator Ruang Cathlab ‘SiKeperawatanNers (pelatihan | 1 perawat jantung kateterisasi) 4] Perawat Pelaksana Sl KeperawatanNers / DIII | 2 Keperawatan (Pelatihan Perawat jantung Kateterisasi) 3 | Radiografer SI /D Il radigrafer (pelatihan | 1 kardiologi dasar) 6 | Administrasi Cathlab DIN 7 SLTA Plus ( menguasai | 1 sistem administrasi ) 7 | Pekarya/petugas kebersihan SLTA ,pelatihan PPI 1 . Pengaturan Jaga Scluruh SDM unit Cathlab bekerja dalam 1 shift (pagi) dengan 8 jam kerja (pkl. 08.00 s.d. pkl 17.00). Jika ada tindakan cito di luar jam kerja maka seluruh SDM akan hadir atau sesuai kebutuhan. Dipindai dengan CamScanner BAB IIL STANDAR FASILITAS A.Denah Ruang Cathlab Dipindai dengan CamScanner BADIV TATA LAKSANA PELAYANAN Hi 4 fase, Volaksanaan pelayanan di nung kateterisasi jantung terbagt mer yaitus penjadwalan, pre-tindakan, intra tindakan dan post tindakan, sien yang akan 1. Penjadwalan Tindakan Penjadwalan tindakan berlaku bagi an secara elektif (terjadwal / tidak gawat darurat). Setelah pasien menjalani mendapat pengantar tindakan kateterisasi jantung dari dokter jantung, pasien akan menghubungi perawat cathlab untuk mendapatkan jadwal tindakan. melewati beberapa persiapan. Pasien 2. Prestindakan Sebelum tindakan, pasien a echocardiography, laboratorium (darah ru akan menjalani pemeriksaan HbsAg, Anti HIV, GDS). Jika waktu perdarahan, waktu pembekuan, fung: dibutuhkan pasien juga akan dilakuakn pemeriksaan treadmill test atau dobutamin echo (DSE). Di ruang rawat inap, pasien akan dipasang kondom catheter atau sire: dower catheter. Setiba di ruang cathlab, akan dilakukan pemeriksaan terkait Kelengkapan dokumen_pasien berupa informed concent, gelang pasien, staus pasien, riwayat alergi dan resiko aspirasi serta perdarahan. 3. Intra tindakan Saat pasien masuk ke ruang tindakan, perawat akan melakukan (iekanan darah, nadi, pernafasan, saturasi O2, dan pemeriksaan tanda ~ tanda v suhu) serta perekaman EKG, Kemudian dilakukan persiapan tindakan sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, 4, Post-tindakan Setelah tindakan selesai dilakukun, pasien dipersiapkan untuk dipindah rasi ke ruang_ pemulihan (recovery room). Di rung pemulihan, pasien akan diobsery keadaan umumnya dan dilakukan pencabutan sheat, Ketika pasien sudah stabil dan Dipindai dengan CamScanner | ‘memenuhi kriteria untuk transfer ruangan, maka pasien akan dijemput oleh petugas / Perawat ruangan tempat perawatan selanjutnya Dipindai dengan CamScanner BABY LOGISTIK Unit Cathlab RSUD Bahteramas s , scsammn (iti yu mempunyai permintaan Tul wis. Jadwal ap yang terbagi menjadi dua jenis yaitu barang medis dan barang non-me Berikut tabel permintaan rutin Unit Cathlab RSUD Bahteramas : Z| S| NAMA BARANG BARANG MEDIS Spoit 50 Spuit 20 Spuit 10 Spuit 5 Spuit3 | Spuit 1 Iv vateter Bisturi no 11 Sof silk 10_| Sella silk 11_| Cat gut 12_| Cromic gut 13_| Nasal kanul 14_| Simple mask 15_| Gamex no 8 ho] eo] afore [esr] | 16 | Gamex no 7,5 17_| Betadine 18_| Maxter 19__| Alkohol_70% 20_| Elektroda 21_| Kertas F4 22_| Infus set 23_| Tranfusi Set 24_| Lekomed I.V film 25 _| Hifavix 26__| Kasa Steril 27_| Masker 28_| Nurs Cup 29_| Tensoplast 30_| Alcohol Swab CHG 0,5% Dipindai dengan CamScanner BAB VI :AMATAN PASI EN Program Keselamatan pasien disesuaikan dengan peraturan pemerintah No. 1691/MENKES/PER/VIII/201 I tentang keselamatan pasion Rumah Sakit. A, Sasaran I: Ketepatan Identifikasi P Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/ meningkatkan ketelitian identifikasi pasien Elemen Penilaian Sasaran I : 1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. 2. Pasien didentifikasi sebelum pemberianebet;daratratarprodakdarah, jr Are 3, Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan Klinis. 4, Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur. B. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Efektif Standar SKP Il Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayananElemen Penilaian Sasaran Il : 1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah, 2. Perintah lengkap secara fisan dan yang melalui tclepon atau hasil perme dibacakan secara lengkap oleh penerima perintah, Dipindai dengan CamScanner 3 Perintah atau hasil pemeriksaan dikont csauay ‘onfirm beri perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan, 4. Kebijakan dan pros | Prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi mv atau melalui telepon seeara konsisten. ran IM: P eningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspa Alert) Standar SKP IIT Rumah sakit_mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat 1g perlu diwaspadai(high alert) Elemen Pet 1. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifi menetapkan lokasi, pemberian label dan penyimpanan elektrolit konsentrat, 2, Implementasi kebijakan dan prosedur. kecuali jika dibutuhkan 3, Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasi secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang Kurang h hati di area tersebut sesuai kebijakan. . Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi Standar SKP IV Rumah sakit_ mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien. Elemen Penilaian Sasaran Vv: atu tanda yang jelas dan dimengerti untuk 1. Rumah sakit menggunakan st identifikasi lokasi operasi dan ‘melibatkan pasien didalam proses penandaan. Dipindai dengan CamScanner 2. Rumah sakit menggunaks Beunakan sua cheklist atau roses lain untuk memverifikasi saat Pre operas. tepat-lokasi, ‘epal-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta. peralatan yang dipertukan l ia, tepat dan fi Tim operasi yang te dl OPES! ANE Tengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum “incisi/time out" se a meisrimme out" sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan. 4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses yang Seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien, ‘ermasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. E. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan Kesehatan, Elemen Penilaian SasaranV : 1, Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang, diterbitkan dan sudah diterima secara umum (a.1 dariWHO Guidelines on Patient Safety 2. Rumah sakit menerapkan programhand hygieneyang efektif. 3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan, F. Sasaran VI ; Pengurangan Resiko Pasien Jatuh Standar SKP VI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk ‘mengurangi resiko pasien dari cidera karena jatuh. Elemen Penilaian Sasaran VI: Dipindai dengan CamScanner 1. Rumah sakit menerapkan pros yen awal alas pasien terhadap resiko jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain, 2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh. 3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan, pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang tidak diharapkan. 4, Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit. Dipindai dengan CamScanner BAB VIL KESELAMATAN KERJA UU No 36 ‘Tahun 2009) menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya Kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko hr terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang, tan, muda bahaya pertidisebut diatas, Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori s berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan keschatan kerja, Program keselamatan dan keschatan kerja di Unit Rekam Medis_ bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Jbutkan bahwa “Setiap Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) dis warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi schat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, schingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat Kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK), pengendalian bahaya di tempat Kerja, promosi Kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi. Kesehatan kerja (Occupational Health) merupakan bagian dari keselamatan dan Kesehatan kerja (occupational safety and health) yang bertujuan agar pekerja selamat, schat, produkt, sejahtera, dan berdaya saing kuat, dengan demikian produksi dapat berjalan dan berkembang lancar berkesinambungan (suistanable development) tidak terganggu oleh kejadian kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat yang menjadikannya tidak produktif (Kumiawidjaja, 2010). Inti dari upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah manajemen risiko. Mengelola risiko dengan segala upaya baik bersifat teknik Dipindai dengan CamScanner maupun administratif, agar tisiko menjadi hilang atau minimal sampai ke tingkat yang dapat diabaikan karena tidak lagi membahayakan merupakan konsep dari manajemen risiko. (Kuriawidjaja, 2010). Pemerintah berkepentingan alas keberhasilan dan kelangsungan semua usaha-usaha masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi smasyaraktnya termasuk para pegawai dari bahaya Kerja. Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin: a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat Kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. «Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan. Faktor-faktor yang rmenimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : Kondisi dan lingkungan kerja, Kesadaran dan kualitas pekerja, dan Peranan dan kualitas manajemen Terdapat beberapa risiko pada proses Kerja di ruang cathlab diantaranya: 1. Risiko terpajan radiasi sinar x 2. Terkena darah pasien 3, Tertusuk, tergores dan trauma benda tajam 4, Risiko muskuloskeletal disorder (MSDs) 5. Terkena dan terhirup alkohol/ betadine, 6. Terlindas roda dan kelelahan otot. Dipindai dengan CamScanner Terkait risiko terpajan radiasi, rumah sakit wajib menyediakan alat protektif radiasi yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik Dan Intervensional. Alat protektif radiasi yang dimaksud yaitu: a, Apron b. Tabir yang dilapisi Pb dan dilengkapi kaca Pb c. Kacamata Pb 4d. Pelindung tiroid Pb , Sarung tangan Pb f Pelindung ovarium g. Pelindung gonad. Saat ini, petugas cathlab Rsud Bahteramas sudah menggunakan alat protektif radiasi poin a s.d. d. Untuk mengurangi risiko kerja yang lainnya, dilakukan beberapa upaya lain diantara lain: a. Penggunaan APD: sarung tangan, masker, sandal steril, dan nurse cap b, Protap pemeriksaan laboratorium untuk setiap pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung: Pemeriksaan HbsAg dan anti HIV. c. SOP yang mengatur cara memindahkan pasien. Dipindai dengan CamScanner BAB VII PENGENDALIAN MUTU Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu : a. Defenisi Indikator adalah ukuran atau cara mengukur schingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubaha a spesitik. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi jus: b. Kriteria adalah spesifikasi dari indikator. . Standar : 1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima olch seseorang. yang, berwenang dalam situasi tersebut, atau olch mereka yang betanggung jawab untuk mempentahankan tinghat performance atau Londisi terscbut 2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau peestast yang sangat baik, 3. Sesuaty ukuran atau patokan untuk mengukur Kuantitas, berat, nilai atau mutu, Dalam melaksanakan upaya peningkatan muty pelayanan maka harus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut: 1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan a, Keprofesian b. Efisiensi ¢. Keamanan pasien Dipindai dengan CamScanner d. Kepuasan pasien ce. Sarana dan lingkungan fisik 2. Indikator yang dipitih a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk: perorangan. ¢. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit 4. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor ¢. Didasarkan pada data yang ada. Dipindai dengan CamScanner

You might also like