You are on page 1of 6

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) ISSN: 2089-9815

Yogyakarta, 18-19 Maret 2016

KLASIFIKASI JENIS BATUBARA


MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN
DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION
Dwi Febby Haryati1 , Gunawan Abdillah2, Asep Id Hadiana3
1,2,3
Program Studi Informatika, Fakultas MIPA,Universitas Jenderal Achmad Yani
Jl. Terusan Jenderal Sudirman,PO BOX 148 Cimahi, Jawa Barat
Telp. (022) 6610 223
E-mail: dwifebbyharyati@gmail.com, abi_zakiyy@yahoo.com, asepidhadiana@gmail.com

ABSTRACT
Coal is the sediment that can be burned, formed from organic deposits, mainly is the remnants of plants and
formed through the process of coal. The energy source reason much interested because it has high selling. The
process to determine the value of selling high as seen from the results of classification of the type of coal. In
addition, the number of new coal to identified into the same coal types, then matching is required from the
process of the results that have been there coal data based on the level of the weight that belongs in every class
the type of coal. This research makes classification system coal types using artificial neural networks (JST) with
Backpropagation algorithm. The architecture of the classification of this coal types using three layers. The first
layer is the input layer as many as seven neurons, second layer hidden layer as many as three neurons, and third
layer output layer as many as five neurons. This classification system produces five class exodus namely
Antrashit, Sub-Bituminous, Bituminous, Lignit, and Peat. Based on testing on the test data as many as 200
obtained data accuracy as 98% with learning rate 0.2, and tolerance error 0.001.

Kata Kunci: backpropagation, artifical neural networks, classification of coal

ABSTRAKS
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Alasan sumber energi tersebut banyak diminati
karena memiliki nilai jual yang tinggi. Proses untuk menentukan nilai jual yang tinggi dilihat dari hasil
klasifikasi jenis batubara. Selain itu, banyaknya jumlah batubara yang baru untuk di identifikasikan ke dalam
jenis batubara yang sama, maka diperlukan pencocokan hasil dari proses data batubara yang telah ada
berdasarkan tingkat bobot yang dimiliki dalam setiap kelas jenis batubara. Penelitian ini membuat sistem
klasifikasi jenis batubara menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan Algoritma Backpropagation.
Arsitektur dari klasifikasi jenis batubara ini menggunakan tiga lapisan. Lapisan pertama yaitu input layer
sebanyak tujuh neuron, lapisan kedua hidden layer sebanyak tiga neuron, dan lapisan ketiga output layer
sebanyak lima neuron. Sistem klasifikasi ini menghasilkan lima kelas keluaran yaitu Antrashit, Sub-Bituminous,
Bituminous, Lignit dan Gambut. Berdasarkan pengujian pada data uji sebanyak 200 data diperoleh akurasi
sebesar 98% dengan learning rate 0,2, dan toleransi error 0,001.

Kata Kunci: backpropagation, jaringan syaraf tiruan, klasifikasi batubara

1. PENDAHULUAN untuk di identifikasikan ke dalam jenis batubara


1.1 Latar Belakang yang sama, maka diperlukan pencocokan hasil dari
Batubara adalah batuan sedimen yang dapat proses data batubara yang telah ada berdasarkan
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya tingkat bobot yang dimiliki dalam tiap kelas jenis
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui batubara masing-masing.
proses pembatubaraan. Unsur utamanya terdiri dari Beberapa penelitian sebelumnya, menggunakan
karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga disebut metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
sebagai batuan organik yang memiliki sifat-sifat Backpropagation dalam penerapan Multi Layer
fisika dan kimia yang kompleks banyak ditemui Perceptron (MLP) untuk anotasi image secara
dalam berbagai bentuk. Bahkan,di mata dunia, otomatis menghasilkan implementasi yang
batubara adalah salah satu sumber energi yang menggunakan data image sebanyak 453 dan
banyak diminati oleh investor asing maupun investor menunjukan bahwa tingkat akurasi untuk prediksi
dalam negeri. Alasan sumber energi tersebut banyak anotasi sebesar 81% (Made, 2011). Klasifikasi
diminati karena memiliki nilai jual yang tinggi. dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dapat
Proses untuk menentukan nilai jual yang tinggi dijadikan salah satu solusi untuk menentukan suatu
dilihat dari hasil klasifikasi jenis batubara, tindakan apa yang paling tepat dalam menentukan
disamping itu banyaknya jumlah batubara yang baru hasil klasifikasi yang akurat dan sama (Suherlan,

557
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016

2012). Konfigurasi parameter untuk pelatihan sistem 1.2.3 Jaringan Syaraf Tiruan
klasifikasi menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan adalah sistem
terbaik yang didapat dari hasil percobaan klasifikasi komputasi dimana arsitektur dan operasi di ilhami
penyakit diabetes menghasilkan konfigurasi jumlah dari pengetahuan tentang sel saraf biologis di dalam
hidden node 50, nilai learning rate 0,15, epoch max otak, yang merupakan salah satu representasi buatan
1000, error klasifikasi 0,0001, persentase klasifikasi dari otak manusia yang selalu mencoba
99% dan waktu komputasi sebesar tiga detik menstimulasi proses pembelajaran pada otak
(Ramadhani, 2009). manusia tersebut. Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Tujuan dari penelitian ini akan dilakukan dapat digambarkan sebagai model matematis dan
klasifikasi jenis batubara dengan menggunakan komputasi untuk fungsi aproksimasi non-linear,
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Algoritma klasifikasi data cluster dan regresi non-parametrik
Backpropagation. Data masukannya berupa data atau sebuah simulasi dari koleksi model saraf
nilai kalori, kadar air, zat terbang, kadar abu, kadar biologi. Arsitektur yang digunakan untuk
karbon, kadar sulfur, dan warna. Data latih dan data pengenalan pola adalah arsitektur Multi Layer
uji akan dikenali melalui pembelajaran Jaringan Perceptron (MLP), seperti pada Gambar 1.
Syaraf Tiruan JST arsitektur Multi Layer Perceptron Uij Vjk Wkl
Bias
(MLP). Bias ...

Y1

X1
1.2 Landasan Teori
Z1 ...
1.2.1 Normalisasi Y2

Normalisasi merupakan proses pengubahan X2


Z2
data menjadi bentuk normal. Proses ini dilakukan ...

penskalaan terhadap data menjadi dalam rentang X3 Y3

nilai tertentu. Normalisasi sangat diperlukan ketika Z3


...
.
data yang ada bernilai sangat besar atau sangat kecil. . .
.
. Y4
. .
Proses normalisasi dilakukan melalui Persamaan (1). . .

Xi Zj ... Yk

(1)
Input Layer Hidden Layer Output Layer

Keterangan:
Gambar 1 Arsitektur Multi Layer Perceptron
y = data yang dinormalkan.
(S.E Fahlman, 1987)
valMin = data terendah yang berada dalam kolom.
valMax = data tertinggi yang berada dalam kolom. Arsitektur MLP terdiri dari input layer (xi),
hidden layer (zj), dan output layer (yk). Koneksi
Penelitian sebelumnya yang menggunakan antar layer dihubungkan dengan bobot Uij
normalisasi untuk klasifikasi yang diujikan dengan merupakan bobot dari input layer (xi) ke hidden
data kasus kanker payudara dengan memberikan layer (zj), Vjk merupakan bobot dari hidden layer
efektifitas terbaik dalam hal akurasi dan kecepatan (zj) ke hidden layer (zj). Wkl merupakan bobot dari
konvergensi adalah metode Minmax yang mencapai hidden layer(zj) ke output layer (yk). Pada penelitian
akurasi rata-rata 96,86% dengan menggunakan terdahulu menggunakan MLP untuk memprediksi
epoch sebanyak 21 (Wiharto, 2012). penyakit asma yang menggunakan delapan belas
input layer, delapan hidden layer, dan empat output
1.2.2 Fungsi Aktivasi layer (Tanjung, 2014). Selain itu, terdapat penelitian
Fungsi aktivasi merupakan bagian penting lain juga untuk menentukan harga jual produk pisau
dalam tahapan perhitungan keluaran dari suatu pada UKM Bareng Jaya dengan neuron input
algoritma. Fungsi aktivasi yang digunakan adalah sebanyak dua neuron, hidden layer menggunakan
fungsi sigmoid biner. Pada umumnya fungsi sigmoid lima neuron, dan output layer sebanyak satu neuron
biner digunakan untuk Jaringan Syaraf Tiruan (JST) (Susanti, 2013). Pengenalan pola sidik jari
yang dilatih dengan menggunakan metode mempunyai empat layer jaringan yang digunakan
Backpropagation yang memiliki nilai antara 0 antara lain input layer sebanyak sembilan belas
sampai 1. Rumus Fungsi sigmoid biner pada neuron, menggunakan dua hidden layer, untuk
Persamaan (2) dan Persamaan (3). hidden layer pertama sebanyak tujuh puluh tiga
neuron, hidden layer kedua sebanyak sembilan
(2) puluh lima neuron dan output layer nya sebanyak
empat neuron (Tumanan, 2011).
Dengan turunan:
(3)

558
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016

1.2.4 Algoritma Backpropagation Selanjutnya menghitung sinyal output dengan


Backpropagation merupakan pelatihan yang menggunakan fungsi aktivasi pada Persamaan (7).
terawasi dengan menggunakan banyak lapisan untuk
mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan
neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyi. (7)
Algoritma Backpropagation merupakan error
keluaran untuk mengubah nilai bobot-bobotnya
dalam arah mundur (backward). Untuk mendapatkan Tahap Backpropagation
error ini,tahap perambatan maju (forward 4. Setiap unit keluaran (Yk, k=1,2,3,…, m)
propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu. menerima pola target (tk) yang sesuai dengan
Beberapa penelitian sebelumnya pola input saat pelatihan, kemudian informasi
menggunakan Algoritma Backpropagation di error output layer ( k) dengan Persamaan (8)
antaranya untuk identifikasi pribadi berdasarkan
citra telinga menggunakan lapisan input sebanyak 6 sebagai berikut:
neuron, lapisan tersembunyi sebanyak 13 neuron
dan output sebanyak enam neuron, dengan epoch (8)
50.000, laju pembelajaran 0,2 dan toleransi error
0,001 (Jeffy, 2014). Terdapat juga penelitian untuk Kemudian hitung koreksi bobot yang selanjutnya
memprediksi nilai ujian sekolah. Arsitektur yang digunakan untuk memperbaiki nilai Wjk dengan
digunakan adalah tiga lapisan dengan satu lapisan Persamaan (9) sebagai berikut:
input sebanyak 5 neuron, satu lapisan hidden
sebanyak lima neuron, dan satu lapisan output (9)
sebanyak satu neuron menghasilkan tingkat akurasi
keluaran sebesar 80% (Kosasi, 2014).
Pengenalan pola menggunakan algoritma Dan hitung koreksi bias untuk memperbaiki nilai
Backpropagation, proses pelatihan dilakukan W0k dengan Persamaan (10) sebagai berikut:
menjadi dua tahap yaitu tahap feedforward dan tahap
Backpropagation. Tahap feedforward menghasilkan (10)
output yang dibandingkan dengan target tiap data
input, jika selisih yang dihasilkan lebih besar dari
toleransi error maka dilakukan koreksi bobot 5. Setiap unit tersembunyi (j, j=1,2,3,…, p)
dengan tahap Backpropagation. menjumlahkan delta input dari unit-unit yang
berada pada lapisan sebelumnya pada Persamaan
(11).
Tahap Feedforward
1. Setiap unit masukan (xi, i= 1,2,3,…n) menerima (11)
sinyal input (xi) dan diteruskan ke unit-unit
tersembunyi. Kemudian hasilnya dikalikan dengan turunan
2. Setiap unit tersembunyi (zj, j= 1,2,3,…p) dari fungsi aktivasi yang digunakan pada
menjumlahkan sinyal input yang sudah berbobot jaringan untuk menghitung informasi kesalahan
dengan Persamaan (4) sebagai berikut: error j menggunakan Persamaan (12).

(4)
(12)

Langkah selanjutnya adalah hitung sinyal hidden Faktor i digunakan untuk menghitung koreksi
layer dengan menggunakan fungsi aktivasi pada
Persamaan (5). error yang selanjutnya dipakai untuk

memperbaruhi vij menggunakan Persamaan (13)


(5)
(13)

3. Setiap unit output (Yk, k = 1,2,3, …, m) Setelah itu, hitung koreksi bias yang
dikalikan dengan bobot dan dijumlahkan dengan
biasnya menggunakan Persamaan (6). dipakai untuk memperbaharui dengan

(6) Persamaan (14).


(14)

559
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016

Setiap neuron output akan menghasilkan nilai.


6. Setiap unit output (k=1,2,3,….., m) dilakukan Sehingga diperoleh lima nilai pada neuron
untuk memperbaiki bias dan bobotnya output. Nilai output yang paling besar akan
memperbaharui bobotnya (j=0,1,2,.., p) sehingga bernilai 1, sedangkan output lainnya akan
menghasilkan bobot dan bias baru menggunakan menjadi 0.
Persamaan (15) sebagai berikut:

(15) 2. PEMBAHASAN DAN HASIL


2.1 Rancangan Sistem Klasifikasi
Pada proses klasifikasi batubara dilakukan
Demikian juga untuk bobot pada unit input ke mengunakan JST berasitektur MLP. Data input
unit hidden, diperbaiki dengan menggunakan berupa data analisa batubara yang berisi data nilai
koreksi bobot yang sudah dihitung sebelumnya kalori, kadar air (kelembapan), zat terbang, kadar
menggunakan Persamaan (16). abu, kadar karbon, kadar sulfur dan warna. Tujuh
variabel pada kelas batubara akan disimpan sebagai
(16) satu set data. Satu set data terdiri dari 1 hari. Maka
untuk data batubara dalam satu bulan terdapat 20 set
data dalam 20 hari kerja.
7. Periksa kondisi berhenti. Jika kondisi berhenti Data yang digunakan sebagai data latih
telah terpenuhi maka pelatihan jaringan dapat sebanyak 500 data. Data tersebut diperoleh dari
dihentikan. masing-masing lima kelas batubara yang telah ada.
Data analisa batubara yang digunakan dari tahun
Terdapat dua cara untuk mendefinisikan 2013-2014 adalah data uji. Proses pelatihan
kondisi berhenti yaitu: menggunakan Algoritma Backpropagation.
1. Membatasi toleransi error yang diinginkan. Kemudian hasil akhir yang didapat berupa bobot-
Salah satu cara menghitung error adalah dengan bobot yang akan disimpan ke dalam database.
menggunakan MSE. Proses pelatihan dilakukan Proses pengujian menggunakan arsitektur MLP
hingga MSE sudah lebih kecil dari toleransi dengan feedforward dalam menggunakan bobot hasil
error yang sudah ditetapkan. Kemudian nilai dari pelatihan, selanjutnya menghasilkan suatu kelas
bobot disimpan untuk melakukan identifikasi batubara yaitu kelas Antrasit, kelas Sub-Bituminous,
data. Persamaan MSE dapat dilihat pada kelas Bituminous, kelas Lignit dan kelas Gambut.
Persamaan 2.4. Proses lengkap dari pelatihan dan pengujian dapat
2. Membatasi banyaknya epoch yang dilakukan. dilihat pada Gambar 2.
Satu epoch adalah proses yang dilakukan dari
langkah pertama sampai langkah keenam.
Data Latih Data Uji
Setelah bobot yang telah dikoreksi pada 500 set

akhir pelatihan digunakan untuk proses


pengujian, yang mewakili semua data latih. Praproses Verifikasi data Normalisasi
Tahap pengujian dilakukan dengan tahap umpan latih Data
maju (feedforward).
Normalisasi
Data X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Tahap Klasifikasi (Pengujian)


1. Setiap unit masukan (xi, i= 1,2,3,…n) menerima X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
Data Uji
Batu
sinyal input (xi) dan diteruskan ke unit-unit bara

tersembunyi.
2. Setiap unit tersembunyi (zj, j= 1,2,3,…p)
menjumlahkan sinyal input yang sudah berbobot Pelatihan Bobot Hasil
Pengujian
Multi Layer
Backpropagation Pelatihan
dengan Persamaan (4). Perceptron

3. Langkah selanjutnya adalah hitung sinyal hidden


layer dengan menggunakan fungsi aktivasi pada
Persamaan (5). Kelas Batu Bara
4. Setiap unit output (Yk, k = 1,2,3, …, m) (Antrasit, sub-bituminous, bituminous,
lignit dan gambut)
dikalikan dengan bobot dan dijumlahkan dengan
biasnya menggunakan Persamaan (6).
5. Selanjutnya menghitung sinyal output dengan Gambar 2 Sistem Klasifikasi Jenis Batubara
menggunakan fungsi aktivasi pada Persamaan Menggunakan Algoritma Backpropagation
(7).

560
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016

Data latih analisa batubara diambil pada j = 1,2,3 untuk bobot hidden layer. Wjk adalah bobot
tahun 2011-2012 sebanyak 500 data dan disimpan hidden layer ke output layer dengan j = 1,2,3 untuk
dalam file (.xls). Data tersebut berupa set data bobot hidden layer, dan k = 1,2,3,4,5.
analisa proksimat batubara. Tahap pra proses Nilai input sebagai data latih diperoleh dari
verifikasi data dilakukan untuk apakah data latih data yang telah melakukan proses normalisasi.
analisa proksimat dapat terbaca oleh sistem, apabila Bobot awal dalam proses pelatihan dilakukan secara
data latih tersebut dapat terbaca maka proses acak dari bilangan -0.5 hingga 0.5. Proses pengujian
selanjutnya menggunakan normalisasi. Data input dilakukan dengan menghitung secara feedforward
yang terdiri dari variabel x1 sampai x7 bertujuan dengan menggunakan bobot yang telah disimpan
untuk menyesuaikan nilai range data (nilai data pada database. Dari proses pengujian didapat sebuah
maksimum – nilai data minimum) dengan fungsi nilai output berupa keterangan jenis batubara. Pada
aktivasi dalam sistem klasifikasi batubara. Fungsi Tabel 1 merupakan target atau kelas representasi
aktivasi yang digunakan fungsi aktivasi sigmoid output.
biner. Sehingga nilai input harus berada pada range
0 sampai 1. Oleh karena itu output yang dihasilkan Tabel 1 Kelas Target Output
pun akan berada pada range 0 sampai 1. No Keterangan Kelas Representasi
Output Layer
1 Antrasit 1 10000
Bias Bias W01
Y1 ANTRASIT
2 Sub-Bituminous 2 01000
V0
1
W02 3 Bituminous 3 00100
V 03

V0

4 Lignit 4 00010
2

V11 W11 W12 SUB


X1
Z1 Y2 BITUMINOUS
5 Gambut 5 00001
V12 V2
1 W1 22
V 13

3 W
32

W1
W

5
W03
Pada Tabel 1 diatas terdapat jumlah kelas
X2
V23
V22 W2
1

BITUMINOUS
yang digunakan sebanyak lima kelas yaitu kelas
W23 Y3
V31
Z2
W2 W24
W1
4
Antrasit, Sub-Bituminous, Bituminous, Lignit dan
X3 V32 5
W04
Gambut. Parameter yang digunakan dalam pelatihan
V33 yaitu learning rate (α), jumlah maksimum epoch,
31

. Y4 LIGNIT
W

33

dan nilai error. Untuk tahap inisialisai dapat


W

. 2
. V 71 V7 W 34 W05
V73 Z3
W35
ditentukan oleh user. Kemudian untuk nilai bobot
X7 GAMBUT
pertama, bobot diperoleh dari proses random atau
Y5
nilai acak yang memiliki rentang antara -0.5 hingga
0.5.
Gambar 3 Arsitektur MLP untuk Sistem Klasifikasi
Jenis Batubara
2.2 Hasil
Dengan: 2.2.1 Penetapan Parameter Pelatihan
X1 = Nilai Kalori hari ke 1 Pada tahap ini dilakukan pengujian pada
X2 = Kadar Air hari ke 1 variasi parameter dengan tujuan untuk mencari
X3 = Zat Terbang hari ke 1 parameter yang paling optimal dalam melakukan
X4 = Kadar Abu hari ke 1 klasifikasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
X5 = Kadar Karbon hari ke 1 pengaruh dari berbagai parameter terhadap sistem
X6 = Kadar Sulfur hari ke 1 yang mempengaruhi tingkat akurasi sistem. Dalam
X7 = Warna hari ke 1 percobaan ini dilakukan pengujian pertama
dilakukan dengan mengubah nilai parameter
Sistem klasifikasi jenis batubara terdapat toleransi error 0.001, nilai iterasi 1000 dengan
keluaran sebanyak lima kelas yaitu kelas Antrasit, jumlah data latih sebanyak 500 data.
Sub-Bituminous, Bituminous, Lignit dan Gambut
yang diketahui sebagai solusi klasifikasi kelas Tabel 2 Pengaruh Learning Rate Akurasi Sistem
dengan variabel y1,y2,y3,y4 dan y5. Arsitektur MLP Learning Tingkat
No Epoch MSE Waktu
pada penelitian ini terdiri dari satu input layer, satu Rate Akurasi
hidden layer dan satu output layer. Jaringan 1 0.01 1000 0.0023848 38 41%
2 0.1 238 0.0009967 32 91%
memiliki input layer (X) sebanyak 7 neuron yang 3 0.2 112 0.0009987 27 98%
diperoleh dari 7 variabel x 1 hari, hidden layer (Z) 4 0.5 72 0.0009867 30 82%
dengan jumlah neuron sebanyak √( input layer +
output layer) yaitu √(7 + 5)= 3, dan output layer Memperlihatkan pengaruh learning rate pada
sebanyak lima neuron. akurasi data latih dengan menggunakan learning
Koneksi bobot tiap neuron diberikan dengan rate sebesar 0.2 yang menghasilkan nilai MSE
simbol Vij dan Wjk. Vij adalah bobot input layer ke 0.0009987 dengan tingkat akurasi 98%, sedangkan
hidden layer, i= 1, 2.., 7 untuk bobot input layer, dan untuk learning rate sebesar 0.01 dengan nilai MSE

561
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2016 (SENTIKA 2016) ISSN: 2089-9815
Yogyakarta, 18-19 Maret 2016

0.0023848 menghasilkan tingkat akurasi terkecil


sebesar 41%. 3.2 Saran
Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap Saran untuk sistem klasifikasi ini adalah
data uji sebanyak 200 data dengan mengubah nilai dengan mencoba melakukan variasi metode Jaringan
parameter toleransi error. Learning rate yang Syaraf Tiruan yang lain, serta dapat menambahkan
digunakan 0.25 dan nilai maksimal iterasi ditetapkan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
sebanyak 1.000. klasifikasi batubara seperti data analisis ultimat,
sehingga akurasi sistem klasifikasi dapat
Tabel 3 Pengaruh Learning Rate Pada Data Uji menghasilkan akurasi maksimal.
N Learning Epoch MSE Waktu Tingkat
o Rate Akurasi
1 0.1 0.0979889 12 20 98%
2 0.01 0.0009814 76 33 90%
4. PUSTAKA
3 0.0001 0.0001869 1000 46 41%
4 0.05 0.0487503 33 24 72% [1] Jeffy; Dwitra, S., "Identifikasi Pribadi
5 0.02 0.0197801 41 28 82% Berdasarkan Citra Telinga Dengan
Jaringan Syaraf Tiruan
2.2.2 Analisis Hasil Uji Data Latih dan Data Uji Backpropagation," Jurnal Generic, vol.
Data latih dan data uji yang diujikan memiliki 9 No. 1, pp. 301-308, Maret 2014.
7 variabel dengan jumlah 500 set data latih dan 200 [2] Kosasi, S., "Penerapan Metode Jaringan Syaraf
data latih menggunakan nilai parameter paling Tiruan Backpropagation Untuk
optimal yaitu learning rate 0.2, dengan nilai MSE Memprediksi Nilai Ujian Sekolah,"
0.000999 dan toleransi error 0.001. Dari hasil Teknologi, vol. 07 No.1, pp. 20-28, Juni
pengujian sebanyak 500 data latih menghasilkan 496 2014.
data latih yang tepat dikenali oleh sistem sehingga [3] Made, I A.; W. Muliantara, "Penerapan Multi
diperoleh persentase akurasi sebesar 99% dalam Layer Perceptron Dalam Anotasi Image
waktu 20 detik. Data uji terdapat 196 data yang Secara Otomatis," Jurnal Ilmu
dikenali oleh sistem, dan 4 data yang tidak dikenali Komputer, vol. 04 No. 2, ISSN 1979-
sistem. Sehingga tingkat akurasi pada data uji 5661, pp. 9-15, November 2011.
menghasilkan tingkat akurasi optimal yaitu sebesar [4] Ramadhani, S.; U. Anis, "Klasifikasi Penyakit
98% dalam waktu 26 detik. Kencing Manis (Diabetes Melitus)
Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Backpropagation," Teknika Universitas
Islam, vol. 01 No.2 ISSN 2085-0859,
pp. 29-34, 2009.
3. KESIMPULAN DAN SARAN [5] Suherlan, R., "Klasifikasi Kelainan Jantung
3.1 Kesimpulan Anak Menggunakan Jaringan Syaraf
Penelitian ini menghasilkan sebuah sistem Tiruan Backpropagation," Skripsi,
klasifikasi jenis batubara menggunakan Algoritma Program Studi Informatika Universitas
Backpropagation yaitu Antrashit, Sub-bituminous, Jenderal Achmad Yani, 2012.
Bituminous, Lignit dan Gambut. Penelitian ini [6] Susanti, N., "Penentuan Harga Jual Produk Pisau
menggunakan 500 set data latih. Arsitektur dalam Pada UKM Bareng Jaya Menggunakan
klasifikasi jenis batubara menggunakan Multi Layer Jaringan Syaraf Tiruan
Perceptron (MLP) dengan jumlah neuron input Backpropagation," SIMETRIS, vol. 4
sebanyak 7 neuron yang diperoleh dari 1 hari x 7 No. 1 ISSN 2252-4983, pp. 31-38,
variabel, variabel tersebut terdiri dari nilai kalor, November 2013.
kadar air, zat terbang, kadar abu, kadar sulfur dan [7] Tanjung, D. H., "Jaringan Syaraf Tiruan dengan
warna. Neuron hidden layer sebanyak 3 neuron, dan Backpropagation untuk Memprediksi
neuron output sebanyak 5 neuron. Asma," Citec Journal, vol. 02 No 1
Berdasarkan hasil pengujian terhadap berbagai ISSN 2354-5771, pp. 28-38, November
parameter diperoleh hasil optimal dengan 2014 - Januari 2015.
menggunakan learning rate 0,2, target MSE 0,001, [8] Tumanan, O. A. "Pengenalan Pola Sidik Jari
dan nilai epoch 171. Berdasarkan hasil pengujian Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
terhadap 200 data uji menghasilkan akurasi sebesar Backpropagation ," Aplikasi Fisika, vol.
98%, sedangkan pengujian terhadap 500 data latih 07 No. 1, pp. 1-11, Februari 2011.
menghasilkan akurasi sebesar 99%. Parameter yang [9] Wiharto; Salamah, U.; Chamidah, N., "Pengaruh
digunakan tersebut merupakan hasil paling optimal Normalisasi Data Pada Jaringan Syaraf
untuk sistem klasifikasi jenis batubara, karena Tiruan Backpropagation untuk
berdasarkan hasil pengujian parameter semakin kecil Klasifikasi Kanker Payudara,"
learning rate dan target MSE maka semakin tinggi ITSMART, vol. 1 No. 1 ISSN 2301-
tingkat akurasi. 7201, pp. 28-33, Juni 2012.

562

You might also like