You are on page 1of 26

LONGCASE

LOW BACK PAIN

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada :
dr. Milasari Dwi Sutadi, Sp.S

Disusun Oleh :
Muhamad Fajar Aditya
20214010016

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. TJITROWARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

LOW BACK PAIN

Disusun oleh:
Muhamad Fajar Aditya
20214010016

Telah disetujui pada tanggal 14 Mei 2022

Dokter Pembimbing

dr. Milasari Dwi Sutadi, Sp.S


BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. H
No. RM : 00510664
Usia : 51 tahun
Alamat : Sawangan RT 01/RW 01 Pituruh
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 08 Mei 2022
Tanggal pemeriksaan : 14 Mei 2022

B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama
Nyeri pada pinggang kiri menjalar sampai ke telapak kaki kiri.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri menjalar sampai telapak kaki
kiri sejak 2 hari MRS. Sebelumnya pasien merasakan nyeri pada pinggang kiri sejak
delapan bulan SMRS. Nyeri dirasakan seperti ngilu dan berdenyut. Nyeri yang diraskan
pasien hilang timbul dan memberat saat malam hari, berjalan jauh, dan ketika duduk
terlalu lama. Nyeri biasanya membaik dengan berbaring dan dengan dipijat. Kelemahan
anggota gerak atas maupun bawah disangkal, kelemahan salah satu sisi tubuh
disangkal. Keluhan lain seperti rasa baal, kesemutan, gangguan BAB, gangguan BAK,
mengompol, dan riwayat trauma disangkal. Pasien merupakan pasien rutin poli
penyakit dalam dengan diagnosa CKD dan sudah rutin cuci darah sejak 9 bulan yang
lalu. Sebelumnya pasien sudah pernah beropat di poli saraf sekitar 4 bulan yang lalu
namun tidak rutin konrol dan memanggil tukang pijat jika nyeri timbul.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Hipertensi (-)
- Diabetes melitus (-)
- Penyakit jantung (-)
- Alergi (-)
- Trauma kepala (-)
- Kolesterol dan asam urat tinggi (-)
- CKD (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Hipertensi (-)
- Diabetes melitus (-)
- Alergi (-)
- Stroke (-)
- Penyakit Jantung (-)
5. Riwayat Personal, Sosial dan Ekonomi
Pasien sudah menikah dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan tiga orang
anak.
6. Anamnesis Sistem
Sistem Serebrospinal : Nyeri pada pinggang kiri menjalar sampai telapak
kaki kiri
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada keluhan
Sistem Respirasi : Tidak ada keluhan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada keluhan
Sistem Muskuloskeletal : Tidak ada keluhan
Sistem Integumen : Tidak ada keluhan
Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Nyeri sedang, CM GCS: E:4 V:5 M:6
Vital Sign : TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
N : 82 x/menit T : 36,3 oC
Kepala/Leher : dalam batas normal
Cor/Pulmo : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas
Superior : dalam batas normal
Inferior : dalam batas normal
D. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1. Nervus Cranialis
a) Nervus I (Olfaktorius)
Normosmia
b) Nervus II (Optikus)
Ketajaman penglihatan : Normal
Lapangan penglihatan : Normal
Melihat warna : Normal
Funduskopi : Tidak dilakukan
c) Nervus Okulares => (Okulomotorius (III), Troclearis (IV), Abducens (VI))
Celah Kelopak Mata :
Ptosis : (-/-)
Lagoftalmus : (-/-)
Exoftalmus : (-/-)
Nistagmus : Normal
Pupil :
Bentuk : bulat/bulat
Ukuran : 3 mm/ 3 mm (Isokor)
Reflek Cahaya : Normal
Refleks Konsensuil : Normal
Refleks Akomodasi : Normal
Gerakan Bola Mata : Normal
Diplopia :-
d) Nervus Trigeminus (V)
- Sensibilitas wajah : (+/+)
- Menggigit : Normal
- Mengunyah : Normal
- Membuka Mulut : Normal
- Refleks Kornea : tidak dilakukan
e) Nervus Facialis (VII)
- Kedipan mata : (+/+)
- Lipatan Nasolabial : Simetris
- Sudut Mulut : Simetris
- Mengerutkan Dahi : Simetris
- Mengangkat Alis : Simetris
- Menutup Mata : (+/+)
- Meringis : Simetris
- Mengembungkan Pipi : Simetris
- Mencucu : Simetris
- Pengecap 2/3 lidah depan : tidak dilakukan
f) Nervus Vestibulotrochlearis (VIII)
Mendengar suara berbisik : Normal/Normal
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Schwabah : tidak dilakukan
g) Nervus Glossopharyngeus (IX)
- Pengecap 1/3 lidah belakang : tidak dilakukan
- Sensibilitas faring : tidak dilakukan
- Refleks muntah : tidak dilakukan
- Sengau :-
- Tersedak :-
h) Nervus Vagus (X)
- "bicara AAAAA” : Normal
- Arkus faring : Normal
- Menelan : Normal
- Nadi : Normal
i) Nervus Accesorius (XI)
- Memalingkan kepala : Normal
- Mengangkat dagu : Normal
- Mengangkat bahu : Normal
j) Nervus Hipoglossus (XII)
- Menjulurkan lidah : normal
- Tremor Lidah :-
- Atrofi Lidah :-
- Fasikulasi :-
- Artikulasi : jelas
2. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

a. Gerakan

B B

B B

b. Kekuatan

5 5

5 5

c. Refleks Fisiologis
- Refleks bisep : +2/+2
- Refleks trisep : +2/+2
- Refleks patella : +2/+2
- Refleks achilles : +2/+2
d. Refleks patologis
- Refleks menggenggam : (-/-)
- Refleks palmomental : (-/-)
- Hoffmann : (-/-)
- Trommer : (-/-)
- Rossolimo : (-/-)
- Mendel-Bechterew : (-/-)
- Chaddock : (-/-)
- Babinski : (-/-)
- Oppenheim : (-/-)
- Schaeffer : (-/-)
e. Tonus
N N
N N

f. Klonus
- -

g. Sensibilitas
Dalam batas normal
h. Vegetasi
Dalam batas normal
3. PEMERIKSAAN MENINGEAL
- Kaku kuduk : Normal
- Laseque :-/-
- Kernig : Normal

4. P-EMERIKSAAN KESEIMBANGAN
- Nistagmus : Normal
- Rhomberg : tidak dilakukan
- Sharpen Rhomberg : tidak dilakukan
- Jalan Tandem : tidak dilakukan
- Fukuda : tidak dilakukan
- Past Pointing : normal

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Saran rontgen vetebra lumbosacral
F.DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis : LBP cum Ischialgia sinistra, nyeri radikuler, LMN
Diagnosis Topis : Radiks lumbosacral
Diagnosis Etiologis : Suspect inflamasi radiks, Degeneratif

G. TATALAKSANA
- Gabapentin 2x100 mg
- Proneuron 2x1

H. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia ad Bonam
Ad Sanationam : dubia ad Bonam
Ad Fungsionam : dubia ad Bonam
BAB II
DAFTAR PUSTAKA

A. DEFINISI
Low back pain atau nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung bagian
bawah, nyeri yang terbatas pada regio lumbal, tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya
terbatas pada satu radiks saraf, namun secara luas berasal dari diskus intervertebralis
lumbal. Nyeri ini dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan kaki (Adini,2015).
Low Back Pain adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau
perasaan lain yang tidak enak dan tidak nyaman di daerah punggung bagian bawah. Dalam
masyarakat LBP tidak mengenal perbedaan umur, jenis kelamin, pekerjaan , status sosial,
tingkat pendidikan, semua bisa terkena LBP. Lebih dari 80% manusia dalam hidupnya
pernah mengalami LBP (Adini,2015).
B. EPIDEMIOLOGI
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60%-80%
individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya. Nyeri punggung
bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi
berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun.3 Pada penderita
dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita,
dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita
akan mencari pertolongan medis, dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi
lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala
dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan
muskuloskeletal, sistem saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah satu penyebab yang
memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik) adalah hernia nukleus
pulposus (HNP).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan,
dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari
total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang
(18,37%) adalah penderita LBP. Sementara di Indonesia walaupun data epidemiologik
mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara
65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan
pada perempuan 13,6%. LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan
produktivitas kerja manusia. LBP jarang fatal namun nyeri yang dirasakan dapat membuat
penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema
kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia lanjut, 3
sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan (Mansjoer, 2007).
C. ETIOLOGI
Dalam klinik LBP dibagi dalam 3 kelompok:
1. LBP oleh faktor mekanik.
a. LBP oleh mekanik akut Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara
mendadak melampaui batas kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu
untuk jangka waktu terlampau lama.
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun) Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh
yang jelek, yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan, kepala menunduk,
perut membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian
mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi
agar keseimbangan tubuh 4 tetap terjaga. Di samping akibat sikap tubuh yang
jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar
memakai sepatu dengan tumit tinggi.
2. LBP oleh faktor organik
a. LBP osteogenik
1) Radang
2) Trauma
Tidak jarang LBP menjadi keluhan utama pada fraktur vertebra lumbal. Lebih-
lebih fraktur spontan akibat osteoporosis pada penderita usia lanjut. Jenis
fraktur ini sering disertai spondilolistesis L5-S1 dan L4- L5 8
3) Keganasan
Keganasan dapat bersifat primer, multiple myeloma atau sekunder akibat
metastasis.
4) Kongenital (Harsono, 2010).
b. LBP diskogenik Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus
intervertebralis. Bentuk dan gangguan yang sering dijumpai ialah :
1) Spondilosis adalah suatu proses denerasi progresif diskus intervetebra.
Keadaan ini menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber :
- Osteoarthiritis
- Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati
foramen intervebra yang menyempit.
2) Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
diskus intervetebra melalui robekan annulus fibrosus keluar ke arah
belakang/dorsal menekan medulla spinalis.
3) Spondilitis ankilosa merupakan penyakit jaringan ikat yang ditandai
dengan peradangan pada tulang belakang dan sendi-sendi yang besar,
menyebabkan kekakuan progresif, nyeri dan dengan penyebab yang tidak
diketahui.
c. LBP neurogenik
1) Neoplasma
2) Arakhnoiditis
3) Stenosis kanal
3. Nyeri Psikogenik
D. PATOFISIOLOGI
Vertebrae manusia terdiri dari cervikal, thorakal, lumbal, sakral, dan koksigis. Bagian
vertebrae yang membentuk punggung bagian bawah adalah lumbal 1-5 denagn discus
intervertebralis dan pleksus lumbalis serta pleksus sakralis. Pleksus lumbalis keluar dari
lumbal 1-4 yang terdiri dari nervus iliohipogastrika, nervus ilioinguinalis, nervus femoralis,
nervus genitofemoralis, dan nervus obturatorius. Selanjutnya pleksus sakralis keluar dari
lumbal 4 – sakral 4 yang terdiri dari nervus gluteus superior, nervus gluteus inferior, nervus
ischiadicus, nervus kutaneus femoris superior, nervus pudendus, dan ramus muskularis.
Nervus ischiadicus adalah berkas saraf yang meninggalkan pleksus lumbosakralis dan
menuju foramen infrapiriformis dan keluar pada permukaan tungkai di pertengahan lipatan
pantat. Pada apeks spasium poplitea nervus ischiadicus bercabang menjadi dua yaitu nervus
perineus komunis dan nervus tibialis. Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut
sensorik yang berasal dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi
pada setiap bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai.
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang yang
lama-kelamaan akan menyebabkan proses penulangan, oleh karena adanya proses
degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan terhimpit, sehingga anolus
fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke bagian lateral. Penonjolan ini
mengakibatkan penekana pada medulla spinalis. Jika keadaan seperti ini tidak segera diobati
maka lama – kelamaan akan mengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai
oleh karena adanya penekanan pada nervus ischiadicus (Ischialgia). Ischialgia yang
disebakan oleh beberapa faktor etiologi dan sindroma yang biasanya dikenal sebagai
sindroma stenois lumbal dan entropmentneuritis , nyeri yang bertolak dari vertebra
lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai sampai ujung kaki harus dicurigai
sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di dalam Vertebra Lumbosakralis. Nyeri saraf yang
bertolak dari tuber. (Birmariotejo, 2009).

E. FAKTOR RESIKO
Faktor factor yang dapat mempengaruhi terjadinya Low Back Pain adalah sebagai
berikut:
1. Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang.
Keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun
terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada
tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko
orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi
pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai
dirasakan padausia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Garg
dalam Pratiwi(2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun
dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan
penelitian Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung
bawah dan akan semakinmeningkat pada umur 55 tahun (Andini, 2015).
2. Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan
laki-laki. Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka.
Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah
daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa
kasus muskuloskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria
(NIOSH, 1997).
3. Index Masa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi
badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan terbaru dari WHO tahun 2000
mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang Asia dewasa menjadi
underweight (IMT <18.5), normal range (IMT 18.5-22.9) dan overweight (IMT
≥23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT 23.0-24.9), obese 1
(IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT ≥30.0) (Koentjoro, 2010). Hasil penelitian
Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko
5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan
ideal. Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk
menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya
terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada
tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae
lumbal (Purnamasari et al., 2010).
4. Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang,
gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis
(Andini, 2015).
5. Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada
posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja
kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada
kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya
pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk
atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari
posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang
salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu
(Andini, 2015).
6. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki kecenderungan untuk
mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang
(Andini, 2015).
7. Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis,
maupun kifosis, merupakan faktor resiko untuk terjadinya LBP (Andini, 2015).
F.MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis LBP berbeda-beda sesuai dengan etiologinya masing-masing
seperti beberapa contoh dibawah ini (Sidharta, 2004):
1. LBP akibat sikap yang salah
a. Sering dikeluhkan sebagai rasa pegal yang panas pada pinggang, kaku dan tidak
enak namun lokasi tidak jelas.
b. Pemeriksaan fisik menunjukkan otot-otot paraspinal agak spastik di daerah
lumbal, namun motalitas tulang belakang bagian lumbal masih sempurna,
walaupun hiperfleksi dan hiperekstensi dapat menimbulkan perasaan tidak enak.
c. Lordosis yang menonjol.
d. Tidak ditemukan gangguan sensibilitas, motorik, dan refleks pada tendon.
e. Foto rontgen lumbosakral tidak memperlihatkan kelainan yang relevan.
2. Pada Herniasi Diskus Lumbal
a. Nyeri punggung yang onsetnya perlahan-lahan, bersifat tumpul atau terasa tidak
enak, sering intermiten, walaupun kadang onsetnya mendadak dan berat.
b. Diperhebat oleh aktivitas atau pengerahan tenaga serta mengedan, batuk atau
bersin.
c. Menghilang bila berbaring pada sisi yang tidak terkena dengan tungkai yang sakit
difleksikan.
d. Sering terdapat spasme refleks otot-otot paravertebrata yang menyebabkan nyeri
sehingga membuat pasien tidak dapat berdiri tegak secara penuh.
e. Setelah periode tertentu timbul skiatika atau ischialgia.
3. LBP pada Spondilosis
a. Kompresi radiks sulit dibedakan dengan yang disebabkan oleh protrusi diskus,
walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilisis.
b. Dapat muncul distesia tanpa nyeri pada daerah distribusi radiks yang terkena.
c. Dapat disertai kelumpuhan otot dan gangguan reflex.
d. Terjadi pembentukan osteofit pada bagian sentral dari korpus vertebra yang
menekan medula spinalis.
e. Kauda ekuina dapat terkena kompresi pada daerah lumbal bila terdapat stenosis
kanal lumbal.
4. LBP pada Spondilitis Tuberkulosis
a. Terdapat gejala klasik tuberkulosis seperti penurunan berat badan, keringat
malam, demam subfebris, kakeksia. Gejala ini sering tidak menonjol.
b. Pada lokasi infeksi sering ditemukan nyeri vertebra/lokal dan menghilang bila
istirahat.
c. Gejala dan tanda kompresi radiks atau medula spinalis terjadi pada 20% kasus
(akibat abses dingin).
d. Onset penyakit dapat gradual atau mendadak (akibat kolaps vertebra dan kifosis).
e. Diawali nyeri radikular yang mengelilingi dada atau perut, diikuti paraparesis
yang lambat laun makin memberat, spastisitas, klonus, hiperrefleksia dan refleks
Babinsky bilateral.
f. Dapat ditemukan deformitas dan nyeri ketok tulang vertebra.
g. Penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis yang muncul
terutama gangguan motorik.
G. KLASIFIKASI
Menurut Sidharta (1999) dalam Hartanto Sumarno Ervan (2011), ischialgia dibagi
menjadi tiga yaitu:
1) Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer
Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus iskhiadikus
terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis iskhiadikus primer
adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul,
tepatnya di foramen infra piriformis atau incisura iskhiadika dan menjalar
sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus
dan tibialis. Nyeri tekan ditemukan pada incisura iskhiadika dan
sepanjangspasium poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot
tibialis anterior dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan
otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai di
fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda skoliosis
kompensatorik sering dijumpai pada iskhialgia jenis ini.
Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot
tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan
disepanjang nervus iskhiadikus, tetapi di dekat bagian nervus iskhiadikus yang
terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya nyeri pada
punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan iskhialgia
yang disebabkan oleh problem diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon
lutut biasanya tidak terganggu.
2) Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis / radikulopati
Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor,
nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit
atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster,
tuberkulosa) yang bersifat menindihi, menjerat dan sebagainya terjadi
radikulopati.
Pola umum iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri hebat yang
dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut
perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus atau
nervus tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin tidak begitu hebat, namun
parestesia atau hipoastesia sering dirasakan.
Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain : nyeri pada punggung
bawah selalu mendahului iskhialgia, kegiatan yang menimbulkan peninggian
tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya
iskhialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau
proses neoplasmik atau infeksi yang bertanggung jawab. Adapun data
diagnostik non fisik yang bersifat umum adalah : kurva lordosis pada
lumbosakral yang mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi,
nyeri tekan pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu
ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70, tesr
naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan diagnostik
fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke suatu jenis
proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di dalam vertebra
lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang merangsangnya.
3) Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis
Unsur-unsur nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2 dan
S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri. Di
situ pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal
membentuk nervus iskhiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar.
Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus iskhiadikus dapat terjebak
dalam bangunan-bangunan yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat
diinfiltrasi oleh sel-sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma
retroperineal. Di garis persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus
lumbosakralis sedang membentuk nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam
proses radang (sakroilitis). Di foramen infra piriformis nervus iskhiadikus
dapat terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus
iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar trochantor major femoris.
Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus dapat terganggu oleh adanya
penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang sudaj bersarang pada tuber
iskhii. Simtomatologi entrapment neuritis iskhiadika sebenarnya sederhana
yaitu pada tempat proses patologik yang bergandengan dengan iskhiagia.
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Riwayat penyakit dengan perhatian khusus pada lokasi dan penjalaran nyeri, posisi
tubuh yang menimbulkan atau memperberat nyeri, trauma, ligitasi (medikolegal), obat-
obat penghilang nyeri yang dipakai dan jumlah yang dibutuhkan, kemungkinan
keganasan (Mansjoer, 2007).
2. Pemeriksaan Fisik
Perhatian dan pemeriksaan diarahkan pada:
a) Posisi pelvis, selisih panjang tungkai, posisi krista iliaka.
b) Bentuk kolumna vertebralis torakolumbal dan lumbosakral berikut
deformitasnya.
c) Meneliti adanya atrofi atau spasmus di sekitar lokasi nyeri.
d) Batas lingkup gerakan tulang belakang lumbosacral
e) Hasil tes Lasegue, tes O’Connel, tes Patrick, tes kontra Patrick, tes Gaenslen.
f) Kelainan-kelainan neurologik:
1) Adakah ischialgia.
2) Adakah defisit motorik pada kedua tungkai.
3) Adakah defisit sensorik pada kedua tungkai.
4) Adakah gangguan sfingter ani.
5) Adakah tanda-tanda UMN dan LMN.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat membantu untuk mendiagnosa LBP, adalah (Mansjoer,
2007):
a. X-ray: Memberikan informasi pada tulang belakang,digunakan untuk
menguji ketidakstabilan tulang belakang,tumor dan patah tulang.
b. CT scan: Menangkap penampang gambar cakram tulang dan tulang
belakang,dapat digunakan untuk memeriksa herniated disc atau spinal
stenosis.
c. Myelogram: Memungkinkan identifikasi masalah dalam tulang belakang,
sumsum tulang belakang dan akar saraf. Suntikan pewarna kontras
menerangi tulang belakang sebelum x-ray atau CT-scan.
d. MRI scan: Menampilkan rinci penampang komponen tulang belakang.
Berguna untuk menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar saraf, serta
mengesampingkan penyebab nyeri punggung bawah seperti infeksi tulang
belakang atau tumor.
I. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari LBP adalah sebagai berikut (Mansjoer, 2007):
Penyakit / Kondisi Gejala Klinis yang Dapat Pemeriksaan Penunjang
Membedakan yang membedakan
Spinal Stenosis Mati rasa, kelemahan MRI, CT-scan, atau
ekstremitas bawah, nyeri myelograph menunjukan
menjalar ke pantat dan kanal dari tulang belakang
kaki (terutama jika rasa menyempit. Adanya reflex
sakit menyerang kedua patella, hamstring, dan
lutut), dan mungkin pergelangan kaki yang
terdapat keram. Stenosis tidak simetris.
tulang belakang sering
bilateral.
Radiculopathy / sciatica Mati rasa dan kelemahan Straight-leg Raise test
pada ekstremitas terutama menunjukan hasil positif.
ekstremitas bawah. MRI pada daerah lumbal
Menjalar hingga ke bagian menunjukan adanya
bokong dan lutut. ganguan pada saraf.
Biasanya unilateral.
Cauda Equina Terdapatnya gangguan dan MRI adalah cara terbaik
retensi pada GI dan GU. untuk melihat adanya
Syndrome Kelemahan yang kompresi cauda equina.
mendadak dan tanpa Apabila tidak adanya
penyebab pada kedua retensi urin, maka
ekstermitas bawah. kemungkinan adalah
<1/10,000
Spinal neoplasia Dapat dipertimbangkan X-ray menunjukan adanya
apabila sakit terasa saat lisis dari bagian posterior
malam, terlebih apabila vertebra, metastasi
LBP pada pasien tidak menyebabkan kerusakan
membaik setelah 4 hinga pedicle yang menyebabkan
6 minggu perawatan. terjadina winking owl sign.
Spinal Compression Ketegangan pada sekitar X-ray daerah lumbal dan
Fracture tulang belakang pada saat sacral dapat menunjukan
palpasi, terutama pada adanya fraktur. CT-scan
pasien diatas 60 tahun menunjukan adanya
dengan riwayat pemakaian keadaan patologis pada
steroid atau osteoporosis. tulang.
Abdominal Aortic Sakit yang mendadak , Ultrasound pada Abdomen
Aneurysm dengan onset sebentar menunjukan adanya
ataupun terus menerus abdominal aortic
pada daerah abdomen. aneurysm.
Pasien dalam keadaan
pingsan dapat
memperbesar
kemungkinan pasien
terkena penyakit ini
Nephrolithiasis Sakit menjalar hingga ke Hasil ultrasound renal.
bagian kelamin pasien.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED),
kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b) Pungsi Lumbal (LP) :
LP akan normal pada fase permulaan prolaps diskus, namun belakangan akan terjadi
transudasi dari low molecular weight albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit
meninggi sampai dua kali level normal.
c) Pemeriksaan Radiologis :
a. Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-
kadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.

b. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
c. Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal.
CT mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat
dengan lebih jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada
pasien yang menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan
tindakan operasi terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
d. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena. MRI sangat berguna bila:
 vertebra dan level neurologis belum jelas
 kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
 untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
 kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan atau MRI adalah alat diagnostik yang
sangat berharga pada diagnosis LBP dan diperlukan oleh ahli bedah saraf atau
ortopedi untuk menentukan lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah
adanya sekwester diskus yang lepas dan mengeksklusi adanya suatu tumor.
Mumenthaler (1983) menyebutkan adanya 25% false negative diskus prolaps
pada mielografi dan 10% false positive dengan akurasi 67%.

d) Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis
sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan
untuk :
- Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
- Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
- Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
e) Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu saraf perifer
tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik dan sensorik (Nerve
Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga dapat dilakukan pengukuran
dari refleks dengan masa laten panjang seperti F-wave dan H-reflex. Pada
gangguan radiks, biasanya NCV normal, namun kadang-kadang bisa menurun
bila telah ada kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.
K. TATALAKSANA
Penatalaksanaan LBP dapat dibagi menjadi 2, yaitu (Mansjoer, 2007):
1. Penatalaksanaan Non Farmakologi.
a. Informasi dan edukasi.
b. Pada LBP akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat
badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin)
masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda,
berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat) (Ester,
2005).
c. LBP kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas (Ester,
2005).
2. Medis
a. Formakoterapi.
1) LBP akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),
injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler.
2) LBP kronik: antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin),
opioid (kalau sangat diperlukan).
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati).
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30% (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable).
c. Bedah
HNP (Hernia Nucleus Pulposus), indikasi operasi :
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda.
4) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil.
5) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan
radiologik.

L. PROGNOSIS
Prognosis baik untuk pemulihan dari nyeri punggung bawah (LBP). Pada bulan
pertama, 35% pasien dapat diharapkan untuk pulih; pada bulan ke-3, 85% telah pulih; dan
pada 6 bulan pertama , 95% telah pulih. Kekambuhan pada rentang waktu 1 tahun adalah
62%. Dan pada rentang waktu 2 tahun, 80% dari pasien memiliki 1 atau lebih periode
kekambuhan (Sidharta, 2004).
BAB III
KESIMPULAN

Ny. H , 51 tahun. Datang dengan keluhan nyeri pada pinggang kiri menjalar sampai
ke telapak kaki kiri sejak 2 hari MRS, keluhan tersebut sudah dialami pasien sejak 6 bulan
yang lalu hilang timbul. Nyeri dirasakan seperti berdenyut dan ngilu tanpa disertai rasa baal
dan kesemutan. Aktivitas pasien seharai hari dalah sebagai ibu rumahtangga.
Nyeri pinggang yang dialami pasien dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan seperti
oleh sistem saraf, sistem vaskuler, sistem muskuloskeletal, viseral, maupun psikogenik.

Nyeri akibat gangguan pada sistem vaskuler umumnya cenderung tidak dipengaruhi
oleh posisi. Nyeri viseral merupakan nyeri rujukan dari organ dalam seperti organ pada
rongga toraks, abdomen, dan pelvis. Pada pasien, tidak ditemukan nyeri tekan, dan tidak
ditemukan riwayat nyeri kolik, sesak, dan gangguan BAK maupun BAB yang dapat
mendukung adanya nyeri viseral. Nyeri psikogenik biasanya ditimbulkan oleh adanya beban
psikis, pada pasien ini beban psikis disangkal. Nyeri akibat sistem muskuloskeletal umumnya
tidak disertai dengan penjalaran dan memberat dengan perubahan posisi. Nyeri akibat sistem
saraf cenderung terbatas sesuai dengan dermatom persarafannya. Pada pasien ini kelainan
disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf yang disertai dengan gangguan muskuloskeletal.

Nyeri punggung bawah pada pasien ini akibat gangguan sistem saraf karena nyeri
yang timbul berupa nyeri radikular. Hal ini karena nyeri dan keluhan lainnya menjalar dari
punggung bawah kanan, paha bagian lateral kanan, betis, sampai ke mata kaki dan telapak
kaki kiri.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, F., 2015. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J Majority, 4(1), pp.12-19.

Bimariotejo. 2009. Low Back Pain (LBP). Diambil 5 Juni 2017 dari
www.backpainforum.com.

Ester, M. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Editor Indonesia : Irawati
Seriawan Edisi 9. Jakarta ECG
Harsono. 2010. Kapita selekta Neurologi. Edisi Ke-2. Yogjakarta: Gajah Mada University
Press
Koentjoro, S., 2010. Hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Derajat
Osteoarthritis Lutut Menurut Kellgren dan Lawrence. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Mansjoer, A, dkk. 2007. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1 edisi 3 jakarta: media asculapius
NIOSH, 1997. Musculoskeletal disorders and workplace factors: a critical review of
epidemiologic evidence for work-related musculoskeletal disorders of the
neck,upper extremity, and low back. Columbia: U.S. Departement of Health and
Human Sevices.

Purnamasari, H., Gunarso, U. & Rujito, L., 2010. Overweight sebagai Salah Satu Faktor
Risiko Low Back Pain pada Pasien Poli Saraf RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Mandala of Health, 4(1), pp.26-32.

Sidharta P. 1999. Neurologis Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat, hal: 202-
258
Sidharta, P., 2004. Sakit Pinggang dalam Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Jakarta: PT
Dian Rakyat.

Sjamsuhidrajad G. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ke-2. Jakarta: EGC, hal: 756-763

You might also like