Professional Documents
Culture Documents
*e-mail: bahrisuhada@pu.go.id
ABSTRACT
Sei Harapan Dam is one of the earth-fill dams that functions as a supplier of raw water in Batam City. Behind the
great benefits, every dam has a risk of dam failure. The dam owners must prepare an Emergency Action Plan (EAP),
including a flood inundation map. This study analyzes the collapse of the Sei Harapan Dam to obtain a map of the
flood inundation due to the dam collapse. The analysis carried out in this study is an assessment of the safety of
the Sei Harapan Dam against overtopping and piping based on safety criteria, hydrograph analysis of dam failure
using HEC-HMS and flood tracking using HEC-RAS. Sei Harapan Dam is considered safe against overtopping be-
cause it has a freeboard that exceeds the safety criteria. Sei Harapan Dam is also considered safe against piping
because the seepage velocity does not cause erosion, and the exit gradient safety factor exceeds the safety criteria.
Piping is a poorly defined threat, so the collapse scenario used is a collapse due to piping. The maximum flood dis-
charge due to the collapse of the PMF flood conditions is 1450 m3/sec. The collapse of the Sei Harapan Dam caused
flooding in Sungai Harapan Village and Tanjung Riau Village, covering 126.82 ha with a maximum depth of 7.4 m.
ABSTRAK
Bendungan Sei Harapan adalah salah satu bendungan urugan tanah yang berfungsi sebagi penyuplai air baku di
Kota Batam. Dibalik manfaatnya yang besar, setiap bendungan memiliki risiko kegagalan bendungan. Pengelola
bendungan harus menyusun Rencana Tindak Darurat (RTD) yang salah satu isinya adalah peta genangan banjir.
Penelitian ini melakukan analisis keruntuhan Bendungan Sei Harapan untuk memperoleh peta genangan banjir akibat
keruntuhan bendungan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalan penilaian keamanan Bendungan Sei
Harapan terhadap overtopping dan piping berdasarkan kriteria keamanan, analisis hidograf keruntuhan bendungan
menggunakan HEC-HMS dan penelusuran banjir menggunakan HEC-RAS.Bendungan Sei Harapan dinilai aman
terhadap overtopping karena memiliki tinggi jagaan yang melebihi kriteria keamanan. Bendungan Sei Harapan juga
dinilai aman terhadap piping karena kecepatan rembesan yang terjadi tidak menyebabkan erosi dan faktor keamanan
exit gradient melebihi kriteria keamanan. Piping merupakan ancaman yang tidak terdefinisikan dengan baik, maka
skenario keruntuhan yang digunakan adalah keruntuhan akibat piping. Debit banjir maksimum akibat keruntuhan
kondisi banjir PMF sebesar 1450 m3/dt. Keruntuhan Bendungan Sei Harapan mengakibatkan banjir pada Desa Sungai
Harapan dan Desa Tanjung Riau seluas 126,82 ha dengan kedalaman maksimal 7,4 m.
Kata kunci: Kegagalan bendungan, Rencana Tindak Darurat, Keruntuhan Bendungan
5
1. Pendahuluan Bendungan Sei Harapan di Kota Batam. Penelitian ini
diharapkan dapat membantu pengelola bendungan
Latar belakang dalam menyusun Dokumen RTD sehingga tersusun
rencana tindak darurat yang efektif.
Bendungan Sei Harapan adalah salah satu bendungan
di Kota Batam yang berfungsi sebagai tampungan air Rumusan masalah
baku. Bendungan Sei Harapan dibangun pada tahun
1978 untuk suplai air baku sebesar 210 lt/dt. Bendungan Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai
Sei Harapan adalah bendungan urugan tanah setinggi berikut:
22 m dengan volume tampungan sebesar 9,4 jt m3 (PT.
1. Bagaimana keamanan Bendungan Sei Harapan
Jasapatria Gunatama, 2018).
terhadap overtopping?
Setiap bendungan termasuk Bendungan Sei Harapan
memiliki risiko kegagalan bendungan dibalik 2. Bagaimana keamanan Bendungan Sei Harapan
manfaatnya yang besar. Kegagalan bendungan terhadap piping?
adalah runtuhnya atau pergerakan sebagian dari
bendungan yang mengakibatkan terlepasnya air 3. Bagaimana dampak banjir yang diakibatkan dari
yang membahayakan penduduk di hilirnya (Fell dkk., keruntuhan bendungan?
2015). Untuk mengantisipasi hal tersebut, pengelola
bendungan diharuskan menyiapkan Dokumen Rencana
Tindak Darurat (KemenPUPR, 2015). Batasan masalah
Dokumen Rencana Tindak Darurat (RTD) akan Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai
menjadi acuan pengelola bendungan apabila terjadi berikut:
kondisi darurat. Penyusunan Dokumen RTD dilengkapi
1. Bendungan Sei Harapan terdiri dari maindam dan
dengan analisis keruntuhan bendungan (KemenPUPR,
saddle dam. Dalam penelitian ini, hanya struktur
2015). Analisis keruntuhan bendungan dilakukan
maindam yang ditinjau.
untuk memperkirakan dampak akibat keruntuhan
struktur (FERC, 2014). Analisis keruntuhan bendungan
menghasilkan peta genangan banjir akibat dari 2. Keamanan bendungan terhadap stabilitas lereng
keruntuhan bendungan tinjauan (Arifin & Budiyanto, tidak dimodelkan dalam penelitian ini. Persentase
2019). kejadian kegagalan bendungan akibat longsoran
hanya 6% (Fell dkk., 2015). Kegiatan special study
Pada sisi hilir Bendungan Sei Harapan terdapat dua Bendungan Sei Harapan juga telah melakukan
desa, yaitu Desa Tanjung Riau dan Desa Sungai analisis stabilitas lereng dengan hasil faktor
Harapan. Desa Tanjung Riau memiliki jumlah penduduk keamanan melebihi kriteria yang ditentukan (PT.
sebesar 22rb jiwa, sedangkan Desa Sungai Harapan Jasapatria Gunatama, 2018).
memiliki jumlah penduduk 20rb jiwa (BPS Kota Batam,
2019). Penyusunan Dokumen RTD Bendungan Sei 4. Penelitian tidak memodelkan proses transport
Harapan menjadi penting mengingat dampak dari risiko sedimen material bendungan yang runtuh.Tujuan
bendungan yang besar. penelitian
6 Jurnal Infrastruktur
Tabel 1 Tinggi jagaan untuk bendungan Faktor keamanan terhadap piping merupakan rasio
antara gradien kritis terhadap gradien keluaran
Bendungan dan Keadaan Tinggi Jagaan
Konsekuensi Muka Air (termasuk cadangan (Ditjen SDA, 2003). Faktor keamanan terhadap
Hilir
Bendungan
Waduk
(1) MA
konsolidasi)
H1 + hc piping ditentukan menggunakan Persamaan 4 dan
Urugan
(Semua Kelas)
Normal
(2) MAB
H2 + hc
H3 > 0,75 m, bila
Persamaan 5. Bendungan dinilai aman terhadap
(1) Konsekuensi
besar
1000th
(3) MAB
pelimpah tanpa pintu
H3 > 1,25 m, bila
piping apabila faktor keamanannya lebih dari 4.
PMP pelimpah dengan
pintu
(2) Konsekuensi (1) MA H1 + hc
kecil Normal
(2) MAB
H2 + hc ……………………………………..
1000th (4)
atau ½
PMF
(1) MA H > 1 m, bila taka da
banjir parapet
(desain) H=0 m, bila ada
parapet ………………………………………… (5)
Jurnal Infrastruktur 7
Hujan rencana dapat ditentukan dengan melakukan
analisis frekuensi. Distribusi yang dapat digunakan
adalah distribusi normal, gumbel, log-normal, pearson,
log-pearson, Generalized Extreme Value, Generalized
Logistic, Generalized Pareto dan lain-lain. Penentuan jenis
distribusi yang digunakan dilakukan dengan melakukan
uji Kolmogorov-Smirnov dan Chi-Square. Hujan PMP
akan ditentukan menggunakan Metode Hershfield sesuai
dengan SNI 2415:2016. Dalam penelitian ini, analisis
frekuensi dilakukan menggunakan program HEC-SSP.
HEC-SSP adalah program yang dikembangkan oleh
U.S. Army Corps of Engineers untuk melakukan analisis
statistil data hidrologi (USACE, 2019).
Gambar 1 Ilustrasi rekahan keruntuhan bendungan
Sumber : HEC-RAS, River Analysis System Hydraulic
Pola distribusi hujan ditentukan diperoleh berdasarkan
Reference Manual (USACE, 2021b)
pencatatan hujan jam-jaman. Apabila tidak tersedia,
maka pola distribusi hujan dapat ditentukan menggunakan
pola distribusi hujan yang dikembangkan oleh Tadashi Hidograf debit keruntuhan bendungan
Tanimoto, Wanny, PSA 007, Huff dan SCS. Pemilihan
metode ditentukan berdasarkan kecocokan metode Hidograf debit yang keluar akibat keruntuhan bendungan
terhadap area tinjauan (Christian dkk., 2017). dapat dihitung menggunakan reservoir routing.
Perbedaan utama dengan reservoir routing umumnya
Analisis hidrograf satuan sintetik dapat dilakukan adalah elevasi outlet dan kapasitas tampungan berubah
dengan beberapa metode seperti Metode SCS, Snyder, seiring pembentukan rekahan.
Gama I, Limantara dan ITB (BSN, 2016). Aulia dkk
(2020) melakukan analisis hujan limpasan pada Waduk Keruntuhan akibat overtopping diawali dengan terjadinya
Duriangkang dan Waduk Mukakuning menggunakan limpasan air melalui puncak bendungan. Air yang
Metode SCS seperti pada Persamaan 7 untuk tranformasi mengalir pada lereng hilir bendungan akan menggerus
hujan limpasan. lereng hilir hingga mencapai hulu bendungan pada Air
yang mengalir melalui puncak dimodelkan sebagai weir
flow seperti pada Persamaan 10.
………………………………………….. (7)
Keruntuhan akibat piping diawali dengan terbentuknya
jalan air dari hulu ke hilir berbentuk pipa. Terbentuknya
dimana UP adalah debit puncak (m3/dt), C adalah koefisien
jalan air ini mengakibatkan terjadinya konsentrasi
(2,08), A adalah luas DAS (km2), dan TP adalah waktu
aliran yang dapat menyebabkan terjadinya erosi. Proses
menuju puncak(jam).
erosi akan terus menggerus tubuh bendungan hingga
mencapai puncak bendungan seperti pada. Aliran air
Parameter keruntuhan bendungan yang keluar melalui jalan air yang terbentuk dimodelkan
sebagai orifice flow seperti pada Persamaan 11. Ketika
Beberapa penelitian analisis keruntuhan bendungan yang elevasi muka air di hulu sudah lebih rendah dari elevasi
telah disebutkan sebelumnya menggunakan persamaan rekahan atas, maka pemodelan rembesan berubah yang
empiris untuk menentukan parameter keruntuhan. semula merupakan orifice flow menjadi weir flow.
(Froehlich, 2008) telah merumuskan persamaan lebar
dan waktu rekahan berdasarkan investigasi pada 74
bendungan urugan tanah dan bendungan urugan batu. ……………………………………… (10)
Persamaan tersebut dapat dilihat pada Persamaan 8
dan Persamaan 9. Ilustrasi rekahan dapat dilihat pada ……………………………………
Gambar 1. (11)
………………… (8)
dimana Q adalah debit (m3/dt), K adalah koefisien orifice,
A adalah luas bukaan (m2), H1 adalah total tinggi energi
(m). C adalah koefisien debit weir flow, L adalah lebar
………………………………… rekahan (m) dan H2 adalah tinggi energi diatar rekahan
(9) (m).
8 Jurnal Infrastruktur
Dalam penelitian ini, analisis hidograf keruntuhan
bendungan dilakukan menggunakan HEC-HMS. HEC-
HMS juga dilengkapi dengan reservoir modelling kondisi
keruntuhan bendungan akibat overtopping dan piping
(USACE, 2021a).
Penelusuran banjir
Jurnal Infrastruktur 9
Hasil analisis frekuensi menggunakan Distribusi GEV
dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis,
Hujan Rencana kala ulang 1000 tahun sebesar 765,598
mm. Hujan Rencana PMP yang dihitung menggunakan
Metode Hersfield sebesar 1069,806 mm. Hasil analisis
Hujan Rencana akan dibandingkan dengan Peta Isohit
Hujan Kala Ulang 1000 tahun dan PMP seperti pada
Gambar 5 dan Gambar 6.
Tabel 3 Rekapitulasi hujan rencana
10 Jurnal Infrastruktur
mengalami peningkatan hujan pada musim hujan. Sehingga peningkatan hasil analisis Hujan Rencana pada penelitian
ini dinilai wajar.
Jurnal Infrastruktur 11
Bendungan dinilai aman terhadap overtopping dengan Berdasarkan hasil perhitungan, faktor keamanan pada
membandingkan tinggi jagaan kondisi normal, kondisi semua pembacaan pisometer tahun 2014 hingga 2017
muka air banjir kala ulang 1000 tahun dan banjir PMF berada diatas kriteria yang telah ditentukan. Sehingga
seperti pada Tabel 1. Rekapitulasi perbandingan tinggi Bendungan Sei Harapan tahun 2014 hingga 2017 aman
jagaan dapat dilihat pada Tabel 4. Pada kondisi normal, terhadap exit gradient
tinggi jagaan Bendungan Sei Harapan adalah 4 m dan
telah melebihi kriteria tinggi jagaan kondisi normal
sebesar 2,69 m. Pada kondisi terjadi debit banjir kala
ulang 1000 tahun, tinggi jagaan Bendungan Sei Harapan
adalah 2,79 m dan telah melebihi kriteria tinggi jagaan
kondisi banjir 1000th sebesar 2,07 m. Pada kondisi terjadi
debit banjir PMF, tinggi jagaan Bendungan Sei Harapan
adalah 2,50 m dan telah melebihi kriteria tinggi jagaan
kondisi banjir PMF sebesar 0,75 m. Berdasarkan hasil
analisis, Bendungan Sei Harapan dinilai aman terhadap
overtopping.
Penilaian bendungan aman terhadap piping dilakukan Gambar 10 Faktor keamanan exit gradient
dengan 2 (dua) cara, yaitu:
Berdasarkan hasil analisis dengan dua cara tersebut,
Membandingkan kecepatan rembesan yang terjadi Bendungan Sei Harapan dinilai aman terhadap piping.
terhadap kecepatan kritis. Kecepatan kritis akan
dihitung menggunakan Persamaan 1. Kecepatan kritis Skenario keruntuhan bendungan
berdasarkan butiran material Bendungan Sei Harapan
sebesar 1,40 cm/dt. Kecepatan rembesan yang terjadi Bendungan Sei Harapan dinilai aman terhadap overtopping
akan dihitung secara empiris berdasarkan hasil pembacaan dan piping. Stabilitas lereng Bendungan Sei Harapan
pisometer. Rekapitulasi hasil perhitungan kecepatan juga dinilai aman berdasarkan Special Study yang
rembesan yang dibandingkan terhadap kecepatan dilakukan pada tahun 2018 (PT. Jasapatria Gunatama,
kritis dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan hasil 2018). Walaupun bendungan dinilai dalam kondisi aman,
pembacaan pisometer PT1 hingga PT6 tahun 2014 pengelola bendungan tetap harus menyiapkan rencana
hingga 2017, kecepatan rembesan yang terjadi berkisar tindak darurat sebagai persiapan.
diantara 1E-5 hingga 1E-8 cm/dt. Kecepatan rembesan
yang terjadi tahun 2014 hingga 2017 kurang dari nilai Proses erosi internal merupakan ancaman yang tidak
kecepatan kritis sehingga disimpulkan rembesan yang terdefinisikan dengan jelas dan tidak dimengerti (Fry,
terjadi pada Bendungan Sei Harapan tidak mengakibatkan 2016). Kegagalan akibat piping merupakan skenario kritis
terjadinya perlepasan butiran. mengingat tinggi jagaan Bendungan Sei Harapan masih
dinilai cukup. Sehingga skenario kegagalan bendungan
yang akan dimodelkan adalah kegagalan bendungan
akibat piping.
12 Jurnal Infrastruktur
Tabel 5 Rekapitulasi perhitungan parameter keruntuhan
Hidograf keruntuhan bendungan
Analisis hidrograf keruntuhan bendungan akibat piping Berdasarkan hasil analisis hidrograf keruntuhan,
dilakukan menggunakan HEC-HMS. Data yang diinputkan diperoleh debit keluaran maksimum tertinggi terjadi pada
selain parameter keruntuhan adalah trigger method keruntuhan bendungan akibat piping kondisi banjir PMF
berupa elevasi muka air. Trigger method saat kondisi sebesar 1450 m3/dt, diikuti dengan kondisi banjir 1000
normal adalah elevasi muka air normal yaitu +10 m. tahun sebesar 1353 m3/dt dan kondisi normal sebesar
Sehingga piping pada kondisi normal dimulai pada jam 975 m3/dt. Debit yang dihasilkan pada saat banjir PMF
ke-0. Sedangkan Trigger method kondisi banjir kala lebih besar daripada debit saat banjir 1000 tahun. Hal ini
ulang 1000 tahun dan PMF diasumsikan piping terjadi menunjukkan hasil reservoir routing HEC-HMS konsisten
pada saat elevasi muka air banjir maksimum. Sehingga terhadap input yang digunakan.
piping pada kondisi banjir kala ulang 1000 tahun dimulai
pada jam ke-22,93 dan piping kondisi banjir PMF dimulai Hidograf banjir akibat keruntuhan pada kondisi normal
pada jam ke-22,8. Hasil analisis hidrograf keruntuhan dan banjir memiliki 2 (dua) puncak. Hal ini dikarenakan
bendungan akibat piping dapat dilihat pada Gambar 11 adanya perubahan asumsi dalam perhitungan debit
dan Gambar 12. keluaran yang semula orifice flow menjadi weir flow.
Jurnal Infrastruktur 13
Tidak tersedianya pengamatan dilapangan, maka Inventarisasi area terdampak
validasi hasil penelusuran banjir HEC-RAS dilakukan
dengan cara membandingkan hasil model terhadap Inventarisasi area terdampak dilakukan berdasarkan peta
perhitungan sederhana. Perhitungan sederhana dilakukan genangan banjir hasil model. Acuan batas administrasi
menggunakan Persamaan manning. Rekapitulasi hasil yang digunakan adalah batas desa. Berdasarkan hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan penelusuran banjir, desa terdampak adalah Desa Sungai
hasil validasi, nilai error tertinggi pada kondisi normal Harapan dan Desa Tanjung Riau. Rekapitulasi area
sebesar 6,41%. Sedangkan nilai error kondisi banjir terdampak dapat dilihat pada Tabel 6.
1000 tahun dan PMF sebesar 0,49% dan 0,61%. Nilai
error yang kecil perhitungan 2 metode yang berbeda Kedalaman banjir maksimum tertinggi terjadi akibat
menunjukkan hasil penelusuran banjir HEC-RAS valid. keruntuhan kondisi PMF, diikuti dengan keruntuhan
kondisi Q1000 dan kondisi normal. Hal ini dikarenakan
keruntuhan kondisi PMF memiliki hidograf keruntuhan
terbesar karena adanya tambahan debit banjir PMF.
Konsistensi ini tidak terlihat pada kecepatan maksimum
banjir.
Gambar 15 Peta genangan banjir akibat piping
kondisi banjir PMF
Luas genangan =126,82 ha
Gambar 16 Cekungan pada DEMNAS
14 Jurnal Infrastruktur
Parameter durasi banjir menunjukkan durasi banjir akibat org/10.47200/civetech.v14i2.707
keruntuhan kondisi normal lebih lama dibandingkan Aulia, W., Triweko, R. W., Riyanto, B. A., Adidarma, W. K.,
durasi banjir akibat keruntuhan kondisi banjir. Hal ini
dikarenakan initial piping yang dimodelkan pada kondisi & Yudianto, D. (2020). Analysis of Mukakuning and
normal terjadi lebih cepat dibandingkan initial piping Duriangkang Reservoir’s Capacity to Fulfill The Raw
kondisi banjir. Durasi banjir juga dinilai terlalu lama. Hal
Water Demand of Batam City. JURNAL SUMBER DAYA
ini diperkirakan karena adanya cekungan-cekungan pada
topografi DEMNAS yang digunakan. Cekungan tersebut AIR, 16(2), 119–129. https://doi.org/10.32679/jsda.
mengakibatkan air terperangkap sehingga durasi banjir v16i2.690
menjadi lebih lama seperti pada Gambar 16.
BPS Kota Batam. (2019). Kecamatan Sekupang Dalam
Angka Tahun 2019.
5. Penutupan BSN. (1994). SNI 03-3432-1994 Tata cara penetapan
banjir desain dan kapasitas pelimpah untuk
Kesimpulan
bendungan.
1. Bendungan Sei Harapan memiliki tinggi jagaan BSN. (2016). SNI 2415:2016 Tata cara perhitungan debit
yang memenuhi kriteria sehingga aman terhadap banjir rencana.
overtopping;
Buldan, R., Najib, S., & Wikan, K. (2021). Analisis
2. Bendungan Sei Harapan dinilai aman terhadap piping Rembesan Terhadap Keamanan Bendungan Kedung
karena kecepatan rembesan yang terjadi tidak Ombo di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. 79–92.
memicu proses erosi dan faktor keamanan terhadap
exit gradien melebihi ketentuan; Christian, K., Yudianto, D., & Rusli, S. R. (2017). Analisis
Pola Distribusi Hujan Terhadap Perhitungan Debit
3. Keruntuhan Bendungan Sei Harapan mengakibatkan Banjir DAS Cikapundung Hulu. Jurnal Teknik Sumber
banjir seluas 126,82 ha pada Desa Sungai Harapan
dan Desa Tanjung Riau dengan kedalaman maksimal Daya Air, 3(3), 153–160.
banjir 7,4 m. Departemen Pekerjaan Umum. (1999). Panduan
Perencanaan Bendungan Volume III “Desain Pondasi
Saran
dan Tubuh Bendungan.”
1. Penelitian ini tidak mempertimbangkan keruntuhan Ditjen SDA. (2003). Pedoman Kriteria Umum Desain
pada saddle dam sehingga penelitian selanjutnya
Bendungan.
disarankan untuk meninjau kondisi saddle dam dalam
mempertimbangkan skenario keruntuhan; Fell, R., MacGregor, P., Stapledon, D., & Bell, G. (2015).
Geotechnical Engineering of Dams. In Geotechnical
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan
Engineering of Dams. https://doi.org/10.1201/
data topografi hasil pengukuran langsung lengkap
dengan pengukuran penampang sungai dan drainase noe0415364409
sehingga hasil penelusuran banjir lebih akurat; FERC. (2014). FERC Engineering Guidelines Risk-
Informed Decision Making Chapter R21 Dam Breach
3. Sebaiknya penelitian selanjutnya juga melakukan
pengamatan tinggi muka air di lapangan agar hasil Analysis.
pemodelan dapat dikalibrasi; Froehlich, D. C. (2008). Embankment Dam Breach
4. Penelitian selanjutnya disarankan juga melakukan Parameters and Their Uncertainties. Journal
validasi dengan membandingkan hasil perhitungan of Hydraulic Engineering, 134(12), 1708–
menggunakan dua program atau lebih. Hal ini 1721. https://doi.org/10.1061/(ASCE)0733-
bertujuan untuk memverifikasi ketepatan hasil
perhitungan yang dilakukan program. 9429(2008)134:12(1708)
Fry, J. J. (2016). Lessons on internal erosion in
embankment dams from failures and physical
Daftar pustaka models. Scour and Erosion - Proceedings of the 8th
International Conference on Scour and Erosion, ICSE
Ansori, M. B., Damarnegara, A. A. N. S., Margini, N. F., 2016. https://doi.org/10.1201/9781315375045-6
& Nusantara, D. A. D. (2021). Flood Inundation And Julismin. (2013). Dampak dan Perubahan Iklim di
Dam Break Analysis For Disaster Risk Mitigation Indonesia. Jurnal Geografi, 5(1). https://doi.org/
(A Case Study Of Way Apu Dam). International https://doi.org/10.24114/jg.v5i1.8083
Journal of GEOMATE, 21(84). https://doi. KemenPUPR. (2015). PermenPUPR No 27 2015 tentang
org/10.21660/2021.84.j2130 Bendungan. Kementerian PUPR.
Arifin, M., & Budiyanto, M. A. (2019). Analisis Khairi, M. A. F., Suprijanto, H., & Hendrawan, A. P. (2022).
Keruntuhan Bendungan (Dam Break Analysis) dalam Analisis Keruntuhan Bendungan Rukoh Kabupaten
Upaya Mitigasi Bencana (Studi Kasus di Waduk/ Pidie Menggunakan Aplikasi HEC-RAS dan Berbasis
Bendungan Tempuran). CivETech, 14(2). https://doi. InaSAFE. JTRESDA, 2(1), 055–066. https://doi.org/
Jurnal Infrastruktur 15
https://doi.org/10.21776/ub.jtresda capacity of a multireservoir system (Ne Romania).
Milleanisa, K. E., Asmaranto, R., & Juwono, P. T. (2021). Water (Switzerland), 13(1). https://doi.org/10.3390/
Analisa Keruntuhan Bendungan Gembong di w13010057
Kabupaten Pati Dengan Menggunakan Program Zhong USACE. (2019). HEC-SSP User’s Manual.
Xing HY21. Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber USACE. (2021a). HEC-HMS Technical Reference Manual.
Daya Air, 1(2), 864–875. https://doi.org/10.21776/ https://www.hec.usace.army.mil/confluence/
ub.jtresda.2021.001.02.43 hmsdocs/hmstrm/modeling-reservoirs/dam-break
Murdhianti, A., Juwono, P. T., & Asmaranto, R. (2016). USACE. (2021b). HEC-RAS, River Analysis System
Mitigasi Bencana Banjir Akibat Keruntuhan Hydraulic Reference Manual. Hydrologic Engineering
Bendungan Berdasarkan Dambreak Analysis Pada Center (HEC), May.
Bendungan Benel di Kabupaten Jembrana. Jurnal Wijayanti, P., Suprapto, M., & Saido, A. P. (2013). Analisis
Teknik Pengairan, 7(2). keruntuhan bendungan pacal. Matriks Teknik Sipil, 1
Murdiani, K. M., Sangkawati, S., & Sadono, K. W. (2020). No.4 / D(4).
Pemodelan Keruntuhan Bendungan Menggunakan Wirustyastuko, D., & Nugroho, J. (2013). Analisis
HEC-RAS 2D Studi Kasus Bendungan Gondang, Wilayah Tergenang dan Perilaku Banjir pada Simulasi
Kabupaten Karanganyar. Rekayasa, 13(2). https:// Kegagalan Bendungan Ciawi. Jurnal Teknik Sipil,
doi.org/10.21107/rekayasa.v13i2.6872 20(2), 121. https://doi.org/10.5614/jts.2013.20.2.5
Pramana, F. R., Juwono, P. T., & Asmaranto, R. (2021).
Analisa Keruntuhan Bendungan Kering Ciawi
Menggunakan Program HEC-RAS dan InaSAFE.
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya
Air, 1(2), 524–534. https://doi.org/10.21776/
ub.jtresda.2021.001.02.16
Pratama, R. R., Suprijanto, H., & Asmaranto, R. (2021).
Analisa Stabilitas Tubuh Bendungan Utama Pada
Bendungan Semantok, Nganjuk, Jawa Timur.
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya
Air, 1(1), 89–102. https://doi.org/10.21776/
ub.jtresda.2021.001.01.08
PT. Jasapatria Gunatama. (2018). Laporan Akhir Special
Study Waduk/Bendungan Sei Ladi dan Sei Harapan
di Kota Batam.
Purwanto, P. I., Juwono, P. T., & Asmaranto, R.
(2017). Analisa Keruntuhan Bendungan Tugu
Kabupaten Trenggalek. Jurnal Teknik Pengairan,
8(2), 222–230. https://doi.org/10.21776/
ub.pengairan.2017.008.02.8
Siswanto, S., Suprapto, S., & Huda, A. L. (2019).
Pendekatan GIS dalam Pemodelan Keruntuhan
Bendungan Menggunakan HEC-RAS 2D (Studi Kasus
Bendungan Logung, Kabupaten Kudus). Rekayasa,
12(2), 112–119. https://doi.org/10.21107/rekayasa.
v12i2.5807
Sutapa, I. W. (2019). Study flood routing Mamak Dam
and evaluate the River Mamak to convey the flood
design, Lombok, Indonesia. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 673(1), 012035.
https://doi.org/10.1088/1757-899X/673/1/012035
Urzică, A., Mihu-Pintilie, A., Stoleriu, C. C., Cîmpianu, C.
I., Huţanu, E., Pricop, C. I., & Grozavu, A. (2021).
Using 2D HEC-RAS modeling and embankment
dam break scenario for assessing the flood control
16 Jurnal Infrastruktur