You are on page 1of 7

Penelitian eksplorasi bisa dikatakan sebagai proses penelitian bervariasi sesuai dengan

temuan data baru atau wawasan. Juga disebut sebagai penelitian interpretatif dengan
pendekatan grounded theory, hasil penelitian ini memberikan jawaban atas pertanyaan seperti
apa, bagaimana dan mengapa.

Bahkan si peneliti menggunakan karakteristik penelitian eksplorasi dapat mencoba untuk


mendapatkan keakraban dengan fenomena yang ada dan memperoleh wawasan baru ke
dalamnya untuk membentuk masalah yang lebih tepat. Hal ini dimulai berdasarkan ide umum
dan hasil penelitian digunakan untuk mencari tahu masalah terkait dengan topik penelitian.

Penelitian Eksploratif Menurut Para Ahli

Adapun definisi penelitian eksploratif menurut para ahli, antara lai:

1. Yusuf (2017), Penelitian eksploratif adalah sebagai penelitian yang dilakukan melalui
penelusuran, terutama dalam pemantapan konsep yang akan digunakan dalam ruang
lingkup yang penelitian yang lebih luas dengan jangakauan konseptual yang lebih
besar. Dalam melakukan eksplorasi, konsep yang matang menjadi goal (tujuan) dalam
penelitian dan jangakauan konseptual yang lebih luas.
2. Morissan (2017), Definisi eksplorasi adalah sebagai penelitian awal yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu topik penelitian yang akan diteliti lebih
jauh.

Contoh Penelitian Eksploratif

Penelitian Eksploratif

Dalam upaya memberikan gambaran secara luas berkaitan dengan penggunaan dalam metode
penelitian eksploratif yang bisa dibuat dalam menyusun makalah, karya tulis ilmiah, bahkan
tugas akhir seperti skripsi. Maka berikut ini topik kajian yang bisa dilakukan. Misalnya saja
mengangkat tema terkait dengan topik penelitian;

Papan Partikel Berbahan Dasar Limbah Kulit Buah Nangka

Setelah kalian membuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan
pusataka, dan metodologi penelitian. Maka selanjutnya mengangkapkan hasil dengan
menggunakan metode dalam ciri penelitian eksploratif. Contoh kepenulisannya sebagai
berikut;

Contoh Penulisan Penelitian Eksploratif

Potensi Kulit Buah Nangka sebagai Papan Partikel

Pengolahan buah nangka selama ini banyak diolah menjadi keripik buah, sari buah, dodol,
manisan, sirup, selai, dan pasta. Buah nangka tersebut menghasilkan limbah yang nilainya
mencapai 65-80% dari berat keseluruhannya. Kulit buah nangka memiliki kandungan
selulosa yang cukup tinggi. Menurut Wulandari (2015), kulit buah nangka memiliki
kandungan selulosa ± sebesar 40 %.

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman dan hampir tidak
pernah ditemui dalam keadaan murni di alam melainkan berikatan dengan lignin dan
hemiselulosa membentuk lignoselulosa (Lynd.L.R. 2002).

Bahan lignoselulosa yang ada pada bagian tanaman merupakan bahan baku dalam pembuatan
papan partikel. Dengan kadar selulosanya yang cukup tinggi, kulit buah nangka sangat
berpotensi digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan papan partikel

Proses Pembuatan Papan Partikel dari Kulit Buah Nangka

Proses pembuatan papan partikel dari kulit buah nangka dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :

1. Persiapan Partikel

Bagian dari buah nangka yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel
yakni kulit luar buah Artocarpus heterophyllus, atau yang dikenal dengan istilah exocarpium
atau epicarpium. Yakni berupa lapisan kulit terluar buah yang tipis, tetapi kuat atau kaku
seperti kulit dengan permukaan yang licin (Rifai,1976).

Kulit buah nangka sebagai bahan baku dibersihkan dari kotoran. Kulit buah nangka kemudian
dimasukkan ke alat pencacah untuk dihancurkan hingga berbentuk partikel-partikel. Partikel
yang dihasilkan kemudian diberi perlakuan dengan perendaman didalam air selama 24 jam.
Setelah direndam partikel dikeringkan sampai kadar air sesuai standar.

Partikel dikeringkan hingga kadar air yang terdapat pada kulit buah nangka menjadi sedikit
sehingga tekstur kulit buah tersebut kaku, kering dan cocok untuk proses pengempaan bahan
dasar papan partikel (kadar air maksimal ± 13%).

Semakin sedikit kadar air yang terkandung pada bahan dasar, maka semakin efektif proses
pengempaan papan partikel, hal ini dikarenakan minimnya faktor penghalang (kuantitas air
yang terkandung) dalam penyatuan partikel-partikel menjadi ikatan yang lebih erat dan kuat.

2. Pencampuran Partikel dengan Perekat

Partikel yang telah dikeringkan dicampur dengan perekat Isosianat (jenis H3M ataupun jenis
H7) sesuai dengan perbandingan berat jenis yang di inginkan. Perekat isosianat merupakan
perekat yang disarankan karena memiliki sifat yang ramah lingkungan, curing (memadat)
pada suhu rendah serta tidak mengeluarkan gas emisi formaldehida.

Semakin tinggi kadar perekat yang digunakan maka kualitas papan komposit yang dihasilkan
semakin baik. Namun karena pertimbangan biaya produksi, biasanya kadar perekat yang
digunakan pada industri papan komposit tidak lebih dari 12% (Massijaya 1997).

Pembuatan Papan Partikel

Papan partikel dibuat sesuai ukuran yang ditentukan, melalui tahapan kegiatan sebagai
berikut :

1. Pencampuran Perekat dan Partikel

Partikel-partikel kulit buah nangka yang telah diberi perlakuan dan memenuhi standar
kemudian dicampur dengan perekat dalam blender drum pencampur. Perekat Isosianat
disemprotkan ke dalam blender dengan menggunakan spray gun sesuai dengan perbandingan
berat jenis dan volume dari bahan dasar (partikel-partikel kulit buah nangka) yangakan
digunakan.

2. Pembentukan Lembaran (Mat Forming)

Pembentukan lembaran dilakukan dengan menghamparkan partikel yang sudah dicampur


dengan perekat pada cetakan yang telah ditentukan besarannya terlebih dahulu.
Penghamparan dilakukan secara merata pada setiap sisi pada wadah cetakan.

3. Pengempaan

Sesudah lembaran terbentuk langkah selanjuntnya yakni memasukkan wadah yang berisi
partikel-partikel tersebut ke dalam mesin kempa panas (hot press) dan dilakukan
pengempaan. Lama waktu dan besar tekanan yang digunakan pada proses pengempaan
bergantung dari kerapatan dari papan partikel yang dikendaki.

4. Pengkondisian

Setelah pengempaan, keluarkan papan partikel dan diamkan pada suhu ruangan sampai papan
menjadi dingin dengan sendirinya. Pengkondisian biasanya berlangsung selama 10 hari, lama
pengkondisian dapat pula dipengaruhi oleh kuantitas dari bahan-bahan dasar yang digunakan.

Pengkondisian ini bertujuan agar partikel-partikel yang mengalami pengempaan dapat


beradaptasi pada suhu ruang, menetralkan ikatanikatan antar partikel hingga memberikan
kesempatan kepada partikelpartikel untuk terjaga dari perubahan suhu ruang yang tak
menentu setelah proses pengempaan sebelum akhirnya papan partikel diberi perlakuan
terakhir berupa pengolahan sekunder.

Pengolahan sekunder adalah tahap dimana papan partikel yang telah jadi dapat diberi material
tambahan yang berfungsi sebagai pelapis papan partikel yang dapat melindungi papan
partikel tersebut dari berbagai macam tekanan dan gangguan (seperti goresan, jamur hingga
air), selain itu dapat pula meningkatkan nilai estetika dari produk papan partikel.

Setelah itu papan kemudian ditumpuk menggunakan sticker. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan tegangan-tegangan dalam papan sesudah pengempaan dan memberikan
waktu tambahan untuk pengerasan perekat Adapun skema proses pembuatan papan partikel
dari kulit buah nangka dapat dilihat pada gambar berikut:
Keunggulan Papan Partikel dari Kulit Buah Nangka

Nangka merupakan salah satu buah yang banyak ditanam di daerah tropis khususnya di
Indonesia. Tanaman nangka berbuah sepanjang tahun sehingga mampu menghasilkan buah
yang sangat banyak. Menurut Kementerian Pertanian Indonesia (2014) produksi nangka di
Indonesia dalam tiga tahun terakhir dari 2011-2013 berturut-turut mencapai 654.808,
663.930, dan 586.356 ton.

Daging buah dan biji buah nangka muda maupun matang, semuanya dapat dikonsumsi atau
dimanfaatkan, kecuali kulit buah nangka. Sehingga kulit buah nangka selama ini
menghasilkan limbah yang cukup banyak.

Papan partikel dari kulit buah nangka adalah sebuah inovasi dalam upaya memanfaatkan
limbah kulit buah nangka. Limbah kulit buah nangka digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan papan partikel sehingga diharapkan inovasi tersebut mampu mengurangi limbah
kulit buah nangka yang dapat mencemari lingkungan.

Produksi papan partikel dari kulit buah nangka memiliki keunggulan yaitu dapat
meningkatkan nilai ekonomi dan ekologi dari papan partikel itu sendiri karena bahan bakunya
melimpah yang berupa limbah sehingga dapat mengurangi biaya pembelian bahan baku dan
penggunaan kayu.

Buah nangka mengandung banyak getah (latek) yang berwarna putih dan bersifat sangat
lengket (Rukmana, 1997). Masyarakat umumnya menggunakan getah nangka sebagai alat
perekat karena dalam getah nangka terdapat kandungan resin.

Bahan kimia yang berpengaruh terhadap papan partikel yang dihasilkan adalah zat ekstraktif.
Zat ekstraktif berupa resin berpengaruh positif terhadap perekatan papan partikel karena
dapat menambah kekuatan ikatan lembaran sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan
perekat (Silitonga et al. Dalam Kemal Idris, 1994).

Dengan adanya kandungan resin yang terdapat dalam kulit buah nangka sehingga
memberikan keunggulan pada papan partikel yang dihasilkan karena dapat menjadi bahan
perekat pada produksi papan partikel.
1. Judul Penelitian Eksploratif

Sebagai ulasan tambahan, berikut ini adalah serangkaian contoh judul yang bisa
dipergunakan dalam penelitian eksploratif, antara lain;

Contoh Judul Eksploratif

Judul Disiplin Ilmu

Etos kerja masyarakat Baduy Sosial/Sosiologi


di Provinsi Banten

Penelitian Eksploratif Perilaku Kesehatan


Social Distancing di Kalangan
Ojek Online Dalam
Pencegahan Covid 19 (Studi
Kasus: Jakarta Barat, Ibukota
Jakarta)

Pendekatan Eksploratif untuk Pendidikan


Meningkatkan kemampuan
Pelajaran Fisika dalam
Memotivasi Belajar SMA
Negeri 1 Surakarta

Eksploratif Kesehatan Kebidanan


Masyarakat Desa Banjar Rejo,
Kecamatan Sungai Menang,
Provinsi Sumatra Selatan
Pasca Melahirkan

Cara Membuat Penelitian Eksploratif

Berikut ini langkah-langkah yang bisa kita lakukan dalam penelitian eksploratif yang ada
dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, antara lain:
1. Identifikasi masalahnya

Prosedur ini dijalnakan guna mencari tahu akar rumusan permasalah yang apa ingin kita atasi.
Identifikasi ini bisa dilakukan dengan terlebih dahulu memahami project penelitian yang akan
di jalankan. Misalnya saja dengan terlebih dahulu melakukan pra survai penelitian.

2. Buatlah hipotesis

Selanjutnya, ialah langkah dalam membuat hipotesis penelitian, prosedur ini sejatinya akan
memberikan arahan untuk penelitian kita. Kemudian kita dapat menyangkal atau
membuktikan hipotesis berdasarkan hasil dari studi kita.

3. Pilih metode penelitian

Kita dapat menggunakan satu atau lebih dari satu metode (dijelaskan di depan) untuk
melakukan penelitian. Misalnya saja bisa menggunakan eksploratif dengan
pendekatan penelitian kuantitatif atau bahkan dengan pendekatan penelitian kualitatif, dalam
contoh judul diatas ada yang menggabungkan dengan studi kasus.

4. Melakukan Penelitian

Tapan selanjutnya ialah meluangkan waktu yang baik untuk menjelajahi berbagai sumber
penelitian yang akan di ambil selain itupula penelitian haruslah memastikan dan tidak
melewatkan aspek penelitian yang akan dilakukan.

5. Analisis hasilnya

Setelah melakukan penelitian, kita harus menganalisis hasilnya untuk mendapatkan jawaban
apakah hipotesis kita diterima atau ditolak, atau dengan kata lain, hasil analisis berguna untuk
menunjukkan hasil hipotesis kita benar atau salah.

You might also like