You are on page 1of 36

RASIONALITAS PENGOBATAN

Kasus 2 - Kelompok 6B

Agustyan Fadillah Khansa Nursatyani


Angelina Wening W. Lisa Halim
Cindy Espreancelly S. Muh. Ashar Munadhil
Elsaday Putri Preggi Salvezza
Jauza Nurrianti Rizka Amalia H.
KASUS ULKUS
PEPTIKUM KRONIS
Khansa Nursatyani
Kasus 2
◦ Sudah lama Ibu Ani merasakan perih dan mual di bagian perut yang seringkali
kambuh. Disamping itu Ibu Ani mempunyai pola makan yang tidak teratur. Akhir-
akhir ini Ibu Ani stress karena pekerjaannya yang menumpuk. Beberapa hari yg lalu
Ibu Ani menderita sakit gigi dan menggunakan ibuprofen sebagai pereda nyeri. Rasa
sakit gigi berkurang, namun rasa tidak enak pada perut bertambah berat, diare dan
fesesnya berdarah sehingga ibu Ani pergi ke Internis. Dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan dokter Ibu Ani mendapatkan obat sebagai berikut :
Tablet metronidazol 500 mg, s 3 dd 1 pc
Kapsul omeprazole 20 mg, s 1 dd 1 ac
Sirup sucralfat, s 4 dd syr 2 cth ac
o Apakah pengobatan rasional?
ANALISIS KASUS
Keluhan Ibu Ani: Merasakan perih dan
mual di bagian perut yang seringkali
kambuh.

Tanda dan Gejala PUD kronis


Stress NSAID
• Merangsang saraf simpatis • ↓ resistensi mukosa
 melepaskan katekolamin lambung  iritasi lambung
 asam lambung ↑ • Menghambat COX 
prostaglandin ↓ 
leukotrien merusak
lambung
Faktor Penyebab
Makanan dan Helicobacter pylori
minuman • Menghasilkan sitotoksin
• Makanan kaya protein  dan protease  inflamasi
merangsang sel G   merusak epitel mukosa
sekresi gastrin ↑ lambung.
• Kopi, teh  kafein 
sekresi asam lambung ↑
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut terhadap H. pylori.

Jika positif: 3 regimen dosis (PPI + 2


Antibiotik)= lini pertama

Jika negatif: Terapi dengan omeprazol

Dianjurkan pemberian obat diare kepada Ibu Ani apabila setelah selesai
mengonsumsi obat ulkus, diarenya masih tak kunjung sembuh.
Dipiro Ed 9th
IDENTIFIKASI
TERAPI
Lisa Halim
Rizka Amalia H.
Obat yang sedang digunakan:
◦Sedang menggunakan Ibuprofen  NSAID
◦Penggantian dengan Celecoxib (COX-2 Inhibitor)

Obat yang diresepkan:


◦Metronidazole  antibiotik
◦Omeprazole  golongan PPI (Proton Pump Inhibitors)
◦Sukralfat  golongan agen peningkat pertahanan mukosa

Pemeriksaan lanjut terhadap H. pylori.


◦Jika positif: 3 regimen dosis (PPI + Metronidazole + Klaritromisin)=
lini pertama
◦Jika negatif: Terapi dengan omeprazole

Keluhan lain:
◦Diare disertai fesesnya berdarah  Attapulgite (obat diare)
1. Ibuprofen
Indikasi
• Meredakan nyeri, Rheumatoid Arthritis (RA), Osteoarthritis
(OA), dismenorea, demam, nyeri dan sakit akibat kelainan
sendi
Mekanisme kerja
• Menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat
siklooksigenasi 1 dan 2 (non-selektif). Memiliki sifat anti
inflamasi, analgesik, dan antipiretik
Efek samping
• Gangguan GI : sakit perut, diare, mual, muntah
Kontraindikasi
• Hipersensitivitas. Pasien asma/urtikaria/mengalami reaksi
alergi, memiliki riwayat peptic ulcer
Cont’d
Dosis

• Dewasa : 200-400 mg, 3-4 kali sehari

Interaksi Obat

• Aspirin : kombinasi  mengurangi efektivitas aspirin


• Magnesium Hidroksida : secara signifikan
meningkatkan AUC ibuprofen  konsentrasi
meningkat
2. Metronidazol
Indikasi
• Digunakan untuk ulkus peptikum atau duodenum yang disebabkan oleh infeksi bakteri H.
pylori

Mekanisme kerja
• Metronidazol berinteraksi dengan DNA bakteri dan menyebabkan kerusakan pada rantai
DNA sehingga menghambat sintesis protein  kematian sel mikroorganisme

Dosis
• 500 mg, sehari 2 kali. Sebaiknya diberikan bersama makanan.

Efek samping
• Gangguan pada saluran cerna

Interaksi obat
• Meningkatkan efek obat antikoagulan, menurunkan clearance dari 5-fluorourasil di ginjal,
meningkatkan kadar siklosporin dalam serum
3. Omeprazol
Indikasi
• Tukak lambung dan tukak duodenum, kombinasi dengan antibiotik untuk eradikasi H.
Pylori, sindrom Zollinger-Ellison, refluks gastroesofagus, dispepsia karena asam
lambung
Kontraindikasi
• Gangguan hati, kehamilan kategori C, dan menyusui.

Dosis
• Tukak lambung : 20 mg sehari selama 8 minggu (ringan), 40 mg (berat). Sebelum
makan
• Tukak duodenum : 20 mg sehari selama 4 minggu (ringan), 40 mg (berat). Sebelum
makan
• Pencegahan kambuh tukak duodenum : 10mg sehari
• Tukak lambung karena NSAID dan erosi gastroduodenum : 20 mg sehari selama 4
minggu
• Dispepsia : 10-20 mg sehari selama 2-4 minggu
• GERD : 20mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8 minggu
Cont’d
Interaksi obat
• Warfarin : memperlama eliminasi warfarin
• Fenitoin : menurunkan klirens dan meningkatkan t1/2 fenitoin
• Benzodiazepin : menurunkan klirens dari benzodiazepin
• Cilostazol : meningkatkan kadar plasma cilostazol sehingga meningkatkan efek
terapetik dan efek samping.
• Obat yang bioavailabilitasnya tergantung pH lambung (ketokonazol, ampisilin) :
absorbsi obat terganggu.

Efek samping
• Kardiovaskular : angina, takikardia, palpitasi
• CNS : sakit kepala, pusing
• Dermatologi : ruam kulit
• GI : diare, nyeri perut, muntah, mual, kembung
• Respiratori : batuk, ISPA
4. Sukralfat
Komposisi
• Oktasulfat

Indikasi
• Agen peningkat pertahanan mukosa

Mekanisme kerja
• Membentuk lapisan lengket dan kental yang menempel pada sel epitel dan mekanisme ini
terjadi pada lingkungan asam (pH <4)
Dosis
• 1 g 4 kali sehari (untuk penderita ulkus yang aktif), 1 g 2 kali sehari (untuk terapi penjagaan)

Efek samping
• Konstipasi

Interaksi obat
• Sukralfat menganggu penyerapan fenitoin, digoxin, simetidin, ketoconazol, dan antibiotik fluorokuinon.
Maka dianjurkan sukralfat dikonsumsi 2 jam setelah mengkonsumsi obat tersebut
5. Celecoxib
Komposisi
• Celecoxib

Mekanisme kerja
• Menghambat enzim siklo-oksigenase (COX) sehingga asam arakidonat tidak menjadi prostaglandin.
Prostaglandin merupakan mediator inflamasi. COX2 mempunyai efek anti inflamasi dengan efek
samping lebih rendah pada lambung.

Dosis
• 100 mg kap 2x sehari dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.

Interaksi Obat
• ACEI, furosemid, tiazid, aspirin,flukonazol, litium dan warfarin.

Efek samping
• Diare, dispepsia, kembung, mual, nyeri punggung, edeme perifer, pusing, sakit kepala, insomnia,
faringitis, rinitis, sinusitis
Dilarang pada pasien penyakit jantung dan hipertensi
6. Klaritromisin
Indikasi
• Untuk infeksi bakteri aerobik gram positif dan beberapa gram negatif

Dosis
• 500mg, 2 kali sehari dapat diberikan bersama atau tanpa makanan (selama 10-14 hari)

Mekanisme kerja
• Agen bakteriostatik yang menghambat sintesis protein melalui pengikatan secara reversible
pada ribosom subunit 50S dari mikroorganisme.

Interaksi obat
• Meningkatkan efek dari carbamazepim, kortikosteroid, siklosporin, digoxin, alkaloid ergot,
teofilin, triazolam, valproat, warfarin (karena klaritromisin menghambat CYP3A4 sehingga
mengganggu metabolisme obat tersebut)

Efek Samping
• Rasa tidak nyaman pada perut
7. Attapulgit
Indikasi
• Antidiare

Komposisi
• Magnesium aluminium disilikat

Mekanisme kerja
• Mengikat enterotoksin, namun karena mekanisme pengikatannya tidak selektif maka
sebaiknya dikonsumsi 2-3 jam setelah konsumsi obat lain

Rekomendasi dosis
• Dewasa : 2 tablet setelah diare (maksimum sehari 12 tablet)
• Anak-anak (6-12 tahun) : 1 tablet setelah diare (maksimum sehari 6 tablet)

Efek samping
• Konstipasi
PEMBAHASAN
Cindy Espreancelly S.
Elsaday Putri
Obat untuk Sakit Gigi
◦Ibuprofen
◦Indikasi : menghilangkan nyeri
◦KI : menginduksi ulserasi lambung  memperparah PUD
◦Ibuprofen harus dihentikan karena termasuk pada golongan
obat AINS yang memiliki efek samping ulkus peptikum
sehingga penggunaan obat ini akan memperparah ulkus
peptikum pasien.
◦Saran : mengganti ibuprofen  celecoxib (inhibitor COX-2) 
minimum menyebabkan ulserasi lambung
Tes H.Pylori

Negatif Positif

3 regimen dosis
Terapi dengan (PPI + 2
omeprazol Antibiotik)= lini
pertama
Obat untuk PUD Positif H. Pylori
Obat yang direkomendasikan
◦Sukralfat tidak diberikan
◦Regimen dosis Omeprazol menjadi 20 mg, sehari 2 kali (3
regimen dosis untuk eradikasi H. Pylori)
◦Regimen dosis Metronidazol menjadi 500 mg, sehari 2 kali (3
regimen dosis untuk eradikasi H. Pylori)
◦Ditambahkan Klaritromisin 500 mg, sehari 2 kali (3 regimen
dosis untuk eradikasi H. Pylori)
◦Ditambahkan obat antidiare (Attapugite) sehari 3 kali 2
tablet, jika perlu
Obat untuk PUD Positif H. Pylori
◦Sukralfat
◦Indikasi: Agen peningkat pertahanan mukosa
◦Saran: dihentikan, Karena sukralfat bekerja pada suasana
asam < pH 4, sedangkan omperazol dapat meningkatkan pH
lambung dengan durasi kerja 3-5 hari, sehingga jika sukralfat
digunakan bersama dengan omeprazol. Sukralfat tidak akan
bekerja secara optimal. Disarankan pemberian sukralfat
dihentikan
Obat untuk PUD Positif H. Pylori
◦Omeprazole  merupakan pompa proton inhibitor,
sehingga mampu menurunkan sekresi asam lambung
(terapi diperlukan).
◦Regimen dosis omeprazol menjadi 20 mg, sehari 2
kali (3 regimen dosis untuk eradikasi H. Pylori)
Obat untuk PUD Positif H. Pylori
◦Metronidazol (antibiotik)  diperlukan bila
diperoleh hasil positif terhadap pemeriksaan bakteri
H.pylori
◦Regimen dosis metronidazol menjadi 500 mg, sehari
2 kali (3 regimen dosis untuk eradikasi H. Pylori)
Obat untuk PUD Positif H. Pylori
◦Sesuai dengan lini pertama pengobatan: 3 regimen
dosis untuk eradikasi H. Pylori) maka ditambahkan
Klaritromisin 500 mg, sehari 2 kali (3 regimen dosis
untuk eradikasi H. Pylori)
Obat untuk PUD Positif H. Pylori
oDitambahkan obat antidiare (Attapugite) sehari 3
kali 2 tablet, jika perlu
Obat untuk PUD Negatif H.
Pylori
Obat yang direkomendasikan
oCukup dengan Omperazole
oDitambahkan obat antidiare (Attapugite) sehari 3
kali 2 tablet, jika perlu
PEMBERIAN OBAT
RASIONAL MENURUT
KELOMPOK
Kesimpulan Rasionalitas untuk PUD
Positif H. Pylori
No. Obat Keterangan
1. Omeprazole Regimen dosis sehari 2 kali,
sebelum makan
2. Metronidazol Regimen dosis sehari 2 kali,
bersama makan
3. Klaritromisin Sehari 2 kali, bersama makan
4. Celecoxib Sehari 2 kali @100 mg, jika perlu.
5. Obat antidiare 2 tablet setelah BAB. Max 12
(Attapulgite) tab/hari
Jadwal Waktu Pemberian
06.00 07.00 08.00 ......17.00 18.00 19.00
(Sarapan (Makan
pagi) malam)
Omeprazol 1 Omeprazol 1
tablet @20mg tablet @20mg
(30 menit – 1 (30 menit – 1
jam sebelum jam sebelum
sarapan) makan)
Klaritromisin 1 Klaritromisin 1
tablet tablet @500mg
@500mg
Metronidazol 1 Metronidazol 1
tablet tablet @500mg
@500mg
Celecoxib 1 Celecoxib 1
tablet @100mg, tablet @100mg,
jika perlu jika perlu

Attalpugite (2
tab setelah
BAB, jika perlu)
Kesimpulan Rasionalitas untuk PUD
Negatif H. Pylori

No. Obat Keterangan


1. Omeprazole Regimen dosis sehari
2 kali, sebelum
makan
2. Celecoxib Sehari 2 kali @100
mg, jika perlu.
3. Obat antidiare (Attapulgite) 2 tablet setelah BAB.
Max 12 tab/hari
Jadwal Waktu Pemberian
06.00 07.00 08.00 ......17.00 18.00 19.00
Omeprazol 1 Sarapan pagi Omeprazol 1 Makan malam
tablet @20mg tablet @20mg
(30 menit – 1 (30 menit – 1
jam sebelum jam sebelum
sarapan pagi) makan malam)
Celecoxib 1 Celecoxib 1
tablet @100mg, tablet
jika perlu @100mg, jika
perlu
Attalpugite (2
tab setelah
BAB, jika
perlu)
KESIMPULAN
◦Penggantian obat antiinflamasi golongan AINS (ibuprofen) menjadi
golongan coxib (celecoxib) dilakukan untuk menghilangkan salah
satu agen pencetus ulkus.
◦Bila (+) H. pylori = Penggunaan 3 regimen pengobatan
(metronidazol + klaritromisin + PPI) menjadi pilihan pertama yang
direkomendasikan untuk mencegah eradikasi H. pylori.
◦Bila (-) H.pylori = Pengobatan yang diberikan hanya berupa PPI.
◦Pemberian obat diare kepada Ibu Ani dianjurkan apabila setelah
selesai mengonsumsi obat ulkus, diarenya masih tak kunjung
sembuh.
Referensi
◦ http://www.guardian.co.tt/lifestyle/2011/06/20/stomach-ulcers-causes-symptoms-treatment
◦ http://www.mims.com/indonesia/drug/info/dexamethasone/?type=brief&mtype=generic#Interact
ions
diakses pada tanggal 28 Oktober 2016, pukul 15.30
◦ http://www.mims.com/indonesia/drug/info/omeprazole/?type=brief&mtype=generic#Indications
diakses pada tanggal 28 Oktober 2016, pukul 15.30
◦ Chisholm-Burns, M.A. et al. Pharmacotherapy Principles & Practice. 4th ed. US: McGraw-Hill
Education, 2016.
◦ DiPiro, J. T. (2008). Pharmacotherapy: a pathophysiologic approach. New York, McGraw-Hill
Medical.
◦ Laurence L. Brunton, PhD., et al. Goodman & Gilman’s The Pharmacological Basis of
Therapeutics, 11th ed. 2006.
◦ Micromedex
◦ MIMS Edisi 14
◦ Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., and Kusnandar, 2009, ISO
Farmakoterapi, PT ISFI Penerbitan, Jakarta Barat.

You might also like