You are on page 1of 12

MAKALAH PENGANTAR ILMU POLITIK

“TEORI MEMPEROLEH KEKUASAN”

DOSEN PENGAMPU:

(Delfan Eko Putra, S. Ikom.,M.Ikom.)

OLEH :
TERANG PUTRI ANTI
D1CO22048
KELAS B

PRODI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teori Memperoleh Kekuasaan" dengan
tepat waktu. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Delfan Eko Putra, S. Ikom.,
M. ikom selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas makalah
ini kepada penulis.

penulis berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Teori Memperoleh Kekuasaan. Penulis juga menyadari bahwa
tugas kelompok ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenan itu, diharapkan saran dan kritik
yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bengkulu, 20 September 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Pengertian teori kekuasaan....................................................................................3
B. Teori memperoleh kekuasaan................................................................................3
BAB III PENUTUP .................................................................................................4 
A. Kesimpulan............................................................................................................4 
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekuasaan menurut Inu Kencana, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau
sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-
tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan terentu.
Kekuasaan yaitu kemampuan untuk mmempengaruhi pihak lain untuk kehendak
yang ada pada pemegang kekuasaan jadi, kekuasaan dapat didefenisikan sebagai
hasil pengaruh yang diinginkan seseorang atau sekelompok orang
Kekuasaan menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik,
“kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berfikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.
kuasaan adalah kemampuan menggunakan sumber pengaruh untuk mempengaruhi
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga menguntungkan
dirinya, kelompoknya atau masyarakat secara umum.

B. Rumusan Masalah
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis ini
antara lain:

1. Apakah itu teori memperoleh kekuasaan?


2. Jenis-jenis teori memperoleh kekuasaan?

C. Tujuan Penulisan
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas,
hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan bagaikan berikut.

1. Teori Sosiologis
2. Teori Spekulatif
3. Teori Empiris
4. Teori Kontrak Sosial
5. Teori Ketuhanan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Kekuasaan


Pada dasarnya, kekuasaan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki
oleh individu atau kelompok untuk memengaruhi orang lain. Oleh sebab itu, bagi
pemegang kuasa bisa dibilang memiliki tanggung jawab yang besar karena bukan hanya
memberikan pengaruh terhadap seseorang, tetapi juga bisa memberikan pengaruh terhadap
lingkungan. Selain itu, pengaruh yang diberikan dari pemegang kuasa bisa berdasarkan
keinginannya atau kepentingan untuk bersama.

Kekuasaan itu sendiri bisa berasal dari jabatan pribadi atau dari garis keturunan.
Dalam hal ini, jabatan pribadi bisa didapatkan ketika menjabat suatu organisasi atau
lembaga yang di mana seseorang itu menjabat sebagai ketua. Ketika menjabat sebagai
ketua, sudah seharusnya untuk memikirkan bagaimana caranya untuk memajukan sebuah
organisasi atau lembaga tersebut. Maka dari itu, seorang ketua atau pemegang kuasa harus
memiliki wawasan yang luas, sehingga bisa menemukan berbagai macam cara agar
organisasi atau lembaga yang dipimpinnya dapat berkembang.

Sementara itu, kekuasaan yang didapatkan melalui garis keturunan biasanya


terjadi keturunan-keturunan raja. Kekuasaan seperti ini dapat kita lihat pada negara-negara
yang menganut sistem pemerintahan kerajaan, seperti Brunei Darussalam. Oleh
karenanya, setiap keputusan dari kekuasaan raja akan memengaruhi kondisi dan
kesejahteraan rakyatnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekuasaan adalah kemampuan


orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan,
wewenang, karisma, atau kekuatan fisik. Dari pengertian kekuasaan menurut KBBI, maka
dapat dikatakan bahwa kekuasaan yang berasal dari kewibawaan dan wewenang ini
biasanya dimiliki oleh para pemimpin negara atau pejabat negara. Kemudian karisma dan
kekuatan fisik biasanya dimiliki oleh suatu ketua suatu organisasi.
B. Teori Memperoleh Kekuasaan
Berikut teori-teori memperoleh kekuasaan :
1. Teori Sosiologis
Pada bidang sosiologi politik terkenal teori sistem yang beranggapan bahwa
semua gejala sosial merupakan bagian dari pola tingkah laku yang konsisten, internal,
dan reguler, dapat dilihat dan dibedakan. Itulah yang disebut sistem sosial yang terdiri
dari subsistem-subsistem yang saling bergantung, sePerti halnya kaitan antara
ekonomi dan polidk. Salah satu tokoh terkemuka dalam teori sistem adalah Talcot
Parsons yang menulis buku The Sosial Sisrem (1951).

Parsons dan kawan-kawan, khususnya Marion Levy dan Robert K. Merton


mengembangkan pendekatan fungsional, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan
fungsionalisme- struktural. Menurut pandangan ini, struktur-struktur sosial yarng
menentukan peranan-peranan dengan pola-pola perilaku yang rerap yang oleh
masyarakat diharapkan dari seorang dokter, politisi, petani, ibu rumah tangga, orang
beragama, warga negara, dm sebagainya. Keunggulan individu melenyap, di balik
peranan-peranan yang telah dikembangkan oleh masyarakat. Pelembagaan itu
diadakan demi suatu kesatu-paduan (integrasi) dan orde masyarakat. Peranan-Peranan
resmi itu dipakai sebagai mekanisme yang mengintegrasikan orang ke dalam kesatuan
sosial.

Namun fungsionalisme-struktural Pun tidak luput dari kritik serta kecaman,


karena dianggap tidak mamPu secara tePat memperhitungkan perubahan yang
sistematik; dan secara ideologis jadi bias, karena menjurus pada arah yang stads atau
pada konservatisme.

Alternatif bagi fungsionalisme-struktural ditawarkan oleh David Easton


yang menulis buku The Polidcal Sistem, A Frameworkfor Polidcal Analysis and A
Sistem Analysis of Poliical Life (1965). Alternatif ini menawarkan analisis input-
output. Secara khusus Easton memperhatikan masalah bagaimana carunya suatu
sistem politik bisa bertahan hidup dan Faktor faktor apa yang menyebabkan
perubahannya.ia menyatakan bahwa orang perlu memberikan sumbangan-
sumbangan tertentu kepada sistem politik berupa masukan- masukan (input), yang
diwujudkan melalui pernyaraan tuntutan-tuntutan perubahan, melalui penyataan
dukungan atas sistem yangada. Dengan demikian akan dikeluarkan keputusan-
keputusan otoritatif,, yang pada gilirannya akan mendapat umpan-balik (feedback)
dari para warga masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan teori Easton ini, Gabriel Almond mengembangkan suatu


pendekatan yang dikenal dengan nama pendekatan perkembangan (developmenzl
approach) terhadap problem-problem sosial politik. Almond berusaha
menghubungkan lembaga-lembaga dengan proses-proses, seperri proses politik,
ekonomi, sosial, dan lain-lain.

Metode yang jarang sering diandalkan dalam studi sosiologi politik adalah
metode kuanritatif. Termasuk di sini penggunaan survei-survei sratistik dan
pengumpulan- pengumpulan data, seperri yeng dipergunakan pada studi-studi
mengenai ekologi politik. Dalam rangka itu para ahli sosiologi politik berusaha
sungguh-sungguh untuk mendapatkan wawasan melalui survei-survei dan
wa/Mancara intensif.

Penggunaan teori-teori dan model-model di atas renru saja sangat


diperlukan untuk memperoleh garis-garis pedoman bagi penelitian dan untuk
menghasilkan penjelasan-penjelasan yang memadai tentang gejala-gelala atau
masalah-masalah yang sedang dipelajari. Di sini teori dipakai untuk mengorganisir
segala sesuatu yang peneliti ketahui, atau segala sesuatu yang diduga diketahui. Atau
untuk mereka-reka jawaban dari suatu pertanyaan atau isu yang diajukan secara
eksplisit.

Teori berfungsi untuk mengarahkan peneliti memahami suatu konsep


umum tentang fenomena di mana seorang ilmuwan bekerja. Teori bekerja seperti
"bagaimana dunia itu disatukan dan bagaimana dunia itu bekerja". Artinya, teori
memberi panduan umum tentang kerangka utama dari suatu fenomena yang sedang
diteliti. Teori berisikan ide-ide utama tentang hakikat dari unit-unit sosial yang
mencakup pola relasi-relasi di antara unit sosial.

2. Teori Spekulatif
terdiri dari beberapa teori yaitu:
A. Teori Perjanjian . Kontrak Sosial
Bahwa asal mula negara berasl dari manusai yang hidup dalam keadaan
alam bebas, liar dan ganas bagi manusia.

Untuk mengadakan perjanjian / kontak sosial sebelumnya menunjuk


seorang pemimpin, dimana dia harus bisa menjalankan pemerintah dan sesuai
dengan hukum alam, sehingga disebut teori hukum alam.

B. Teori Hukum Alam


Hanya menerima keadaan yang ada waktu itu. Metode berfikir bersifat
induktif

Kedaan masyarakat tenang, tidak ada gekolak dan revolusi Tokoh teori
hukum alam : Thomas Hobbes, John Locke.

C. Teori Perjanjian Abad 18


Bersikap menilai keadaan yang ada pada waktu itu mempunyai tujuan
politis untuk mengubahnya metode berpikir secara deduktif. Timbulnya revolusi
tokoh : Montesquie, Jean Jacques Rousseau.

Faktor penyebab yang ditinggalkan :

a. Manusia lebih tendensi bersikap positif kongkrit

b. Adanya pengaruh teori evolusi darwin

c. Pemisahan antara negara dengan pemerintah

d. Manusia merupakan zoon politicon

D. Agama Nasrani (ABAD V-XV)


Semua agama ini dilarang, pengikutnya dibunuh dan merupakan terlarang,
bahkan kemudian berkembang pusat bahkan menjadi agama negara. Pra perang
salib (abad V-XII), bahwa segala sesuatu dapat terjadi karena kehendak Tuhan,
sifatnya mutlak disebut Causa Prima.
Tokohnya : Agustinus membedakan 2 jenis negara ( negara Tuhan) dan
(negara Iblis), yang paling baik dan sempurna adalah civitas dei sedangkan civitas
terrana yaitu memusnahkan musuh-musuh gereja demi kepentingan negara.

Pasca perang salib (XII-XV), konsepsi kenegaraan mendapatimpresi dari


ajaran Yunani Kuno. Tokohnya : Thomas Aquinas, dimana porsi antara gereja dan
negara seimbang.

Dalam agama islam Allah SWT diakui sebagai Tuhan., dimana segala
sesuatunya berasal dari Allah.

3.Teori Politik Empiris


Biasanya digunakan untuk mengacu kepada bagian-bagian teoritis ilmu
politik. Para ahli ilmu politik tertarik dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa politik
tertentu, sekaligus tertarik dalam mengembangkan teori-teori yang lebih luas dalam
satu payung politik.

Secara singkat teori politik empiris adalah generalisasi-generalisasi yang


terdiri dari hubungan antar konsep yang memiliki hubungan sebab akibat ataupun
hubungan antar konsep non kausalitas yang tujuannya untuk menjelaskan
fenomena-fenomena politik.

4. Teori Kekuasaan Tuhan


Teori Kekuasaan Tuhan yang tidak rasional karena penguasa menganggap
diri mendapat kekuasaan dari Tuhan dan menempatkan diri sebagai wakil Tuhan
didunia.

Pada sisi lain, terdapat teori kekuasaan Tuhan Rasional yang beranggapan
bahwa seorang penguasa yang dinobatkan menjadi penguasa karena kehendak
Tuhan.

Dalam teori kekuasaan Tuhan, keadilan dijadikan dasar negara Tuhan


untuk mengatur kehidupan warga negara. Dalam kehidupan warga negara menurut
teori kekuasaan Tuhan diperlukan adanya kebebasan bagi warga negara dan ada
batas-batas kekuasaan dari para penguasa.
5. Teori Kontrak Sosial
Kontrak sosial adalah perjanjian antar individu yang berakibat munculnya
kewajiban atas diri mereka yang melakukan perjanjian tersebut, yang mana
kewajiban tersebut bersifat politik dan rincian kewajiban politik itu bergantung
aneka premis yang diperjanjikan dalam kontrak. (Scruton, 2007: 641). Itulah
definisi umum teori kontrak sosial. Unsur pokok kontrak sosial adalah
individualitas manusia. Kontrak sosial adalah teori yang diproduksi cara pandang
antromorfisme Abad Pencerahan. Basis pemikiran apapun di Abad Pencerahan
adalah individualitas manusia.

Dalam kontrak sosial, individu diposisikan sebagai subyek. Institusi lain,


khususnya negara, adalah struktur artifisial yang diciptakan lewat perjanjian antar
individu. Negara baru ada manakala individu melakukan perjanjian untuk
membentuknya. Para pemikir politik yang banyak bicara soal kontrak sosial adalah
Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan di masa lebih moderen,
John Rawls. Lewat keempat pemikir ini, kontrak sosial mengalami variasi seputar
alasan pendiriannya. Keempatnya mendasarkan diri pada entitas khayali yang
disebut state of nature (kondisi alamiah manusia). Disebut khayali karena kondisi
alamiah manusia tidak punya wujud nyata melainkan sekadar asumsi filosofis yang
sifatnya abstrak, beda dengan biologis manusia yang bisa dibuktikan kebenaran
otentiknya.

Dengan demikian, kontrak sosial sesungguhnya bukan teori yang


didasarkan atas fakta empiris, melainkan seperangkat proposisi yang dibangun
berdasarkan asumsi seorang pemikir. Itulah sebab mengapa Hobbes, Locke,
Rousseau, dan Rawls punya pikiran saling berbeda seputar aspek ontologis,
epistemologis, dan aksiologis kontrak sosial.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kekuasaan, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok
orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya
sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan
perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan terentu. Untuk
Meperoleh kekuasaan memerlukan teori sosiologi Untuk memahami bagaimana
manusia hubungan antar manusia, Teori Spekulatif merupakan Teori yang bersifat
Spekulatif Teori ini meliputi teori teokratis, teori perjanjian masyarakat, dan teori
kekuatan atau kekuasaan,Teori Empiris juga dikatakan sebagai ilmu yang
didasarkan pada obervasi kenyataan akal sehat, Teori Kontrak Sosial kebutuhan
atas kedamaian, keamanan, dan ketenangan bagi kumpulan manusia yang ada di
masyarakat tertentu, dan teori ketuhanan bersifat ketuhanan merupakan teori tertua
dalam kerangka asal-usul negara.

You might also like