You are on page 1of 82

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

S DENGAN GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
BEKISAR RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG 2022

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Budi Sayoga (21113209018)


2. Lisa Nuryan Ananda (21113209050)
3. Martina Dian Pratiwi (21113029056)
4. Renny Kholifatul Arifah (21113029079)
5. Vivin Erviana (21113029096)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG
BEKISARRSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG 2022

Telah di setujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


,

Hanim Nur Faizah, S.Kep., Ns., M.Kep Indri Astutik, S.Kep., Ns


NIDN. 0701049002 NIP.197207071992032001

Mengetahui
Kepala Ruangan Bekisar

Sutriadi, S.Kep., Ns
NIP.197306051994031001
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya pada penulis, sehingga Asuhan Keperawatan
Jiwa Tn. S dengan Halusinasi Pendengaran di ruang Bekisar RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Tugas ini dibuat memenuhi tugas praktik klinik keperawatan jiwa.

Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Sutriadi, S.Kep.,Ns Selaku Kepala Ruang di Bekisar yang telah


memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di ruangan ini.
2. Ibu Indri Astutik, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing klinik yang telah
memberikan pengaraan dan bimbingan kepada kami.
3. Ibu Hanim Nur Faizah, S.Kep.Ns.,M.Kep Selaku pembimbing institusi yang
telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada kami.
4. Para perawat dan klien yang berada di ruang Bekisar atas partisipasi dan
bersedia memberikan kami kesempatan untuk menyeleaikan tugas Asuhan
Keperawatan Jiwa Paripurna Halusinasi Pendengaran.
5. Teman-teman dari IIKNU TUBAN yang senantiasa bekerja sama
memberikan bantuan, semangat dan dukungannya.
6. Serta semua pihak yang membantu dalam proses mengerjakan Asuhan
Keperawatan Jiwa Paripurna Halusinasi Pendengaran yang tidak mungkin
kami sebutkan satu persatu.

Demikian Asuhan Keperawatan Jiwa Paripurna Halusinasi Pendengaran ini


kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi semua. Apabila dalam penulisan ini ada
kesalahan, kami mohon maaf.

Lawang, 14 Agustus 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................6
LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................6
1.3 Tujuan..............................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................7
BAB II............................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8
2.1 DEFINISI HALUSINASI................................................................8
2.2 JENIS HALUSINASI......................................................................9
2.3 TANDA DAN GEJALA................................................................10
2.4 PROSES TERJADINYA MASALAH..........................................10
2.5 RENTANG RESPON....................................................................13
2.6 PATHWAY....................................................................................15
2.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.......................................16
2.8 POHON MASALAH.....................................................................24
2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................25
2.10 FASE – FASE HALUSINASI.......................................................26
2.11 PERENCANAAN KEPERAWATAN..........................................28
2.12 IMPLEMENTASI..........................................................................35
2.13 EVALUASI....................................................................................36
BAB III.........................................................................................................40
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA...................................................40
A. PENGUMPULAN DATA.................................................................40
B. ANALISA DATA..............................................................................50
C. Daftar Diagnosa Keperawatan...........................................................51
D. POHON MASALAH.........................................................................52
E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN.................................52
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.............................................53
PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...............61
Interaksi 1.....................................................................................................61
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................64
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...............66
Interaksi 2.....................................................................................................66
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................69
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...............71
Interaksi 3.....................................................................................................71
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................74
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN...............76
Interaksi 4.....................................................................................................76
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................79
BAB 4...........................................................................................................81
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................81
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................82
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan. Klien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012). Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).

Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran


mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki
peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain
yaitu halusinasi pengucapan, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic hanya
meliputi 10% (Muhith, 2015). Menurut Videbeck (2008) dalam Yosep (2009)
tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup
telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.

Berdasarkan hasil kasus diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah


kesehatan jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan jiwa dengan diagnosa
halusinasi di RSJ Lawang di Ruang Bekisar”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diangkat adalah “Bagaimana penerapan Asuhan
Keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa halusinasi di RSJ Lawang di
Ruang Bekisar”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan
Diagnosa Halusinasi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. S
mengalami halusinasi.
2) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Tn. S mengalami
halusinasi.
3) Mampu menetapkan rencana keperawatan Tn. S mengalami
halusinasi.
4) Mampu melakukan tindakan keperawatan Tn. S mengalami
halusinasi.
5) Mampu melakukan evaluasi keperawatan Tn. S mengalami
halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI HALUSINASI


Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran dan
pikiran yang saling terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua system pengindraan. Menurut (Ermawati Dalami ,2009).
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa dari seluruh pasien diantaranya mengalami
halusinasi.Gangguan jiwa lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi
adalah gangguan maniak degresif dan atrium.
Halusinasi merupakan pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2005).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar (Stuart, 2007). Halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internet (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang berbicara.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari
seluruh klien skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa
lain yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik
depresif dan delirium. Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive
individu yang berada dalam rentang respon Neurobiologi (Struart dan Laria,
2001). Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra, klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada.

2.2 JENIS HALUSINASI


a) Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, atau
mesin, barang, kejadian alamiah dan music keadaan sadar tanpa adanya
rangsang apapun (Maramis, 2005). Halusinasi pendengaran adalah
mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai
suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara
atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
b) Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c) Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d) Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mata atau orang lain.
f) Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan
makanan atau pembentukan urin.
g) Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.3 TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala halusinasi penting perlu diketahui oleh perawat agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antar lain:
1) Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat atau mendengarkan
sesuatu.
4) Disorientasi
5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6) Cepat berubah pikiran
7) Alur pikir kacau
8) Respon yang tidak sesuai
9) Menarik diri
10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa sebab
11) Sering melamun

2.4 PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Menurut (Yosep. 2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah :
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terggangu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentang
terhadap stress.
b) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurotransmitter otak. Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologist yang maladaptive baru
mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut :
 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbic berhubungan dengan perilaku
psikotik.
 Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan
dengan terjadinya skizofrenia.
 Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada
anatomi otak klien dengaan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, antropi korteks bagian depan dan
atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
d) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal.
e) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah :
a) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan
c) Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
d) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
2.5 RENTANG RESPON
Rentang respon neurobiologis menurut Stuart dan Laria, 2001

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham


2. Persepsi akurat prosesberpikir 2. Halusinasi
3. Kerusakan proses
3. Emosi konsisten terganggu emosi
dengan 2. Ilusi 4. Perilaku tidak
terorganisasi
pengalaman 3. Emosi berlebihan
5. Isolasi sosial
4. Perilaku cocok 4. Perilaku yang tidak
5. Hubungan sosial biasa
harmonis 5. Menarik diri

Keterangan Gambar :
a) Respon Adaptif adalah Respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatau masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut.
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
b) Respon psikososial meliputi :
1. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulakan
gangguan.
2. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3. Emosi berlebihan atau berkurang.
4. Perilaku tidak biasa adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
c) Respon maladaptife
Respon maladaptife adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptife meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah ata
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang ngatif mengancam.
2.6 PATHWAY
Resiko mencederai diri,
Kerusakan Komunikasi
orang lain dan lingkungan

Bicara,tersenyum,tertawa sendiri, Konsentrasi


mudah berubah, kekacauan arus pikir Mendengar bisikan yang
menyuruh untuk
membunuh/dibunuh
Perubahan proses Pikir
Arus ,Bentuk , Isi

Perubahan persepsi sensori :


Mempengaruhi neurotransmitter otak Halusinasi

Stimulus SSO, internal meningkat, eksternal menurun


Merangsang
keluarnya zat
Tidak peduli dengan lingkungan sekitar halusinogen

Focus pada diri sendiri

Koping Maladaptive

Stress psikologis
2.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi:
1. Faktor predisposisi
1) Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secera genetis schizofienia diturunkan melalu
kromosomkromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke
beberapa yang menjafi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada
kromosom gangguan dengan kontribusi genetis tambahan nomor 4,
8, 15, dan 22.
2) Faktor Biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulnya respon
neurobiologikal mal adaptif. Peran pre frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stress berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf
pada pre frontal penting untuk memori, penurunan neuro pada area
ini dapat menyebabkan kehilangan asosiasi.
3) Sosial Budaya
Kemiskinan, konflik, sosial buaya, peperangan, dan kerusuhan.
2. Faktor Presipitasi
1) Biologi
Berlebih proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme
penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gathing
abnormal).
2) Stress lingkungan
Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku:
a) Kesehatan meliputi nutrisi yang kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkardian, kelelahan, infeksi obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
b) Lingkungan meliputi lingkungan yang memusuhi, kritis rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktifitas sehari-hari, kesukaran, dalam berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan
kerja(kurang ketrampilan dalam bekerja), stigmasiasi,
kemiskinan, kurangnya alat transportasi, dan ketidakmapuan
mendapat pekerjaan.
c) Sikap atau perilaku seperti harga diri rendah, putus asa, merasa
gagal, kehilangan kendali (demoralisasi), merasa punya kekuatan,
tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa malang,
bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,
ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan
gejala.
3. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
4. Psikososial
1) Genogram
Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga, masalah, yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga.
2) Konsep Diri
a) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Identitas Diri
Klien dengan halusianasi tidak puas akan dirinya sendiri merasa
bahwa klien tidak berguna.
c) Fungsi Peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga / pekerjaan / kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melalsanakan fungsi atau
perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut. Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu, menarik
diri dari orang lain, perilaku agresif.
d) Ideal Diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan ataua sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien yang mengalamu halusinasi cnederung tidak peduli dengan
diri sendiri maupun sekitarnya.
e) Harga Diri
Klien yang mengalami halusianasi cenderung menerima diri tanpa
syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan ia
tetap merasa dirinya sangat berharga.
3) Hubungan Social
Tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat mengadu,
berbicara, minta bantuan, atau dukungan. Serta tanyakan organisasi
yang diikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan halusinasi
cenderumg tidak mempunyai orang terdekat, dan jarang mengikuti
kegiatan yang ada di masyarakat. Lebih senang menyendiri dan asyik
dengan isi halusinasinya.
4) Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinansinya
mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya.
5. Status Mental
1) Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada
klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara
berpakaian tidak sesuai biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak
pernah disisir, , gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah nampak takut, kebingungan, cemas.
2) Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka berbicara sendiri, ketika
diajak bicara tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal.
3) Aktivitas motorik
Klien dengan halusinasi tampak gelisa, kelesuan, ketegangan, agitasi,
tremor. Klien terkihat sering menutup telinga, menunjuk-nunjuk ke
arah tertentu, menggaruk-garuk permukaan kulit, sering meludah,
menutup hidung.
4) Afek Emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang nerlebih, eforia.
5) Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah teringgung.
6) Persepsi-sensori
a) Jenis halusinasi
 Halusinasi visual
 Halusinasi suara
 Halusinasi pengecap
 Halusinasi kinestetik
 Halusinasi visceral
 Halusinasi histerik
 Halusinasi hipnogogik
 Halusinasi hipnopompik
 Halusinasi perintah
b) Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnya halusinasi yang
dialami pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang,
sore, malam? Jika muncul pukul berapa?
c) Frekuensi
Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali,
kadang-kadang jarang atau sudah tidak muncul lagi. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi. Pada klien halusinasi
sering kali mengalami halusinasi pada saat klien tidak memiliki
kegiatan/saat melamun maupun duduk sendiri.
d) Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Situasi terjadinya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu? Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadi halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya.
e) Respons terhadap halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu
muncul. Perawat dapat menanyakan kepada pasien hal yang
dirasakan atau dilakukan saat halusinasi itu timbul, perawat juga
dapat menanyakan kepada keluarganya atau orang terdekat
pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul. Pada klien klien halusinasi sering
kali marah, mudah tersinggung, merasa curiga pada orang lain.
7) Proses berfikir
a) Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada atau tidak mengikuti logika secara
umum(tak ada sangkut pautnya antara proses individu dan
pengalaman yang sedang terjadi). Klien yang mengalami
halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal yang dialaminya.
b) Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersonalisasi yaitu
perasaan yang aneh/asing terhadap diri sendiri, orang lain,
lingkungan sekitarnya. Berisikan keyakinan berdasarkan
penilaian non realistis.
8) Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung, apatis(acuh tak
acuh)
9) Memori
a) Daya ingat jangka panjang: mengingat kejadian masa lalu lebih
dari satu bulan.
b) Daya ingat jangka menengah: dapat mengingat kejadian yang
terjadi 1 minggu terakhir.
c) Daya ingat jangka pendek: dapat mengingat kejadian yang terjadi
saat ini.
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan dapt
menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja dibicarakn
dirinya/orang lain.
11) Kemampuan penilaian mengambil keoutusan
a) Gangguan ringan: dapat mengambil keputusan secara sederhana
baik dibantu orang lain/tidak.
b) Gangguan bermakna: tidak dapat mengambil keputusan secara
sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang diperintahkan.
12) Daya tilik diri
Pada klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang diderita:
klien tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi)
pada dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien
menyangkal keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang
penyakitnya.
6. Kebutuhan perencanaan pulang
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tanyakan apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri.
2) Kegiatan hidup sehari-hari
a) Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian secara
mandiri perlu bantuan minimal.
b) Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang berkualitas
karena kegelisahan, kecemasan akan hal yang tidak realita.
3) Kemampuan klien lain-lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hidupnya, dan membuat
keputusan.
4) Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun
orang sekitarnya karena kurangnya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien dengan halusinasi tidak mudah untuh
percaya terhadap orang lain selalu merasa curiga.
5) Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
Klien halusinasi merasa menkmati pekerjaan kegiatan yang produktif
karena kerika klien melakukan kegiatan berkurangnya pandangan
kosong.
7. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berperilaku malasdaptif,
seperti mencederai diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Malas
beraktifitas, perubahan suatu persepsi dangan berusaha untuk
mengaihkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain
dan asyik dengan stimulus internal.
8. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu dan
mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan orang terdekat.
9. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa karena
tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan.
10. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya.
11. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diagnostik medik dan terapi medis. Pada
klien halusinasi terapi medis seperti haloperidol (HLP), Clapromazine
(CPZ) , Trihexyphenidyl (THP) .

2.8 POHON MASALAH

Effect Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Presepsi Sensori : Halusinasi

Causa Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


2.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan Persepsi sensori : Halusinasi
b. Isolasi Social
c. Resiko tinggi perilaku kekerasan
2.10 FASE HALUSINASI

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien


Fase I: Comforting Klien mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan - Tersenyum, tertawa yang tidak sesuai
Ansietas sedang takut, mencoba untuk berfokus pada pikiran yang - Menggerakkan bibir tanpa suara
Halusinasi menyenangkan menyenangkan untuk meredakan ansietas. - Pergerakan mata yang cepat
“menyenangkan” Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman - Respon verbal yang lambat
sensori dala kendali kesadaran jika ansietas dapat - Diam, dipenuhi rasa yang mengasyikkan
ditangani (non psikotik)
Fase II: Condemning Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien - Meningkatkan tanda-tanda sistem otonom akibat
Ansietas berat Halusinasi lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil ansietas (Nadi, RR, TD) meningkat
menjadi menjijikkan jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien - Penyempitan kemampuan untuk konsentrasi
“menyalahkan” mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman - Asyik dengan pengalaman sensori dan realita.
sensori dan menarik diri dari orang lain.
Psikotik Ringan.

Fase III: Controlling Klien berhenti atau menghentikan perlawan terhadap - Lebih cenderung mengikuti petunjuk
Ansietas berat Pengalan halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik, klien halusinasinya
sensori menjadi berkuasa mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori - Kesulitan berhubungan dengan orang lain
“Mengandalikan” halusinasi berhenti (psikotik). - Rentang perhatian hanya dalam beberapa manit
atau detik
- Gejala fisik Ansietas berat, berkeringat, tremor,
tidak mampu mengikuti petunjuk.
Fase IV: Cenquering Pengelaman sensori menjadi mengancam jika klien - Perilaku teror akibat panik
panik umumnya menjadi mengikuti perintah halusinasi . - Potensian suicide atau homocide
melebur dalam Halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak - Halusinasi seperti kekerasan, agitasi, menarik
halusinasinya ada intervensi terapeutik (psokitik berat). diri, katatonia
- Tidak mampu merespon terhadap perintah
kompleks
- Tidak mampu merespon > 1 orang

2.11 PERENCANAAN KEPERAWATAN


Diangnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Persepsi TUM :
Sensori : Halusinasi Klien tidak menciderai diri
Pendengaran sendiri atau orang lain
ataupun lingkungan

TUK 1: Klien dapat membina hubungan 1. Bina hubungan saling percaya


Klien dapat membina saling percaya dengan perawat dengan mengggunakan prinsip
hubungan saling percaya dengan kriteria hasil: komunikasi terapeutik:
dengan perawat. - Membalas sapaan perawat a. Sapa klien dengan ramah baik

- Ekspresi wajah bersahabat dan verbal maupun non verbal


senang b. Perkenalkan diri dengan sopan

- Ada kontak mata c. Tanyakan nama lengkan dan

- Mau berjabat tangan nama panggilan kesukaan klien

- Mau menyebutkan nama d. Jelaskan maksud dan tujuan


interaksi
- Klien mau duduk berdampingan
e. Berikan perhatian pada klien,
dengan perawat
perharikan kebutuhan dasarnya
- Klien mau mengutarakan
2. Beri kesempatan pada klien untuk
masalah yang dihadapi
mengungungkapkan perasaannya
3. Dengarkan ugkapan klien dengan
empati
TUK 2: Klien dapat mengenali 1. Adakan kontak sering dengan singkat
Klien dapat mengenali halusinasinya dengan kriteria hasil: secara bertahap
halusinasinya - Klien dapat menyebutkan 2. Tanyakan apa yang didengar dari
waktu timbulnya halusinasi halusinasinya
- Klien dapat mengidentifikasi 3. Tanyakan kapan halusinasinya dating
kapan frekuensi situasi saat 4. Tanyakan isi halusinasinya
terjadi halusinasi 5. Bantu klien mengenalkan
- Klien dpat mengunkapkan halusinasinya
perasaanya - Jika menemukan klien sedang
berhalusinasi, tanyakan apakah
ada suara yang didengar
- Jika klien mengatakan ada,
lanjutkan apa yang dikatakan
- Katakana bahwa perawat
percaya klien mendengar suara
itu, namun perawat sendiri tidak
- Katakana bahwa ada klien lain
juga ada yang seperti klien
- Katakana bahwa perawat akan
membantu klien
6. Diskusikan dengan klien:
- Situasi yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan halusinasi
- Waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi
7. Diskusikan dengan klien apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri
kesempatan mengungkapkan
perasaanya

TUK 3: - Klien dapat mengidentifikasi 1. Identifikasi bersama klien tindakan


Klien dapat mengontrol tindakan yang dilakukan untuk yang biasa dilakukan bila terjadi
halusinasinya. mengendalikan halusinasinya halusinasinya
- klien dapat menunjukan cara 2. Dinskusikan manfaat dan cara yang
baru untuk mengontrol digunakan klien, jika bermanfaat beri
halusinasinya pujian
3. Diskusikan cara baik memutuskan
atau mengontrol halusinasi
- Katakan saya tidak mau dengar
kamu (pada saat halusinasi
terjadi)
- Temui orang lain (perawat atau
teman atau anggota keluarga)
untuk bercakap- cakap atau
mengatakan halusinasi yang
dengar
- Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari
- Memita keluarga atau teman atau
perawat untuk menyapa klien
jika tampak berbicara sendiri,
melamun atau kegiatan yang
tidak terkontrol
4. Bentuk klien memilih dan melatih
dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dilatih. Evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktifitas kelompok. Jenis orientasi
realita atau stimulasi persepsi
TUK 4: - Klien dapat memilih cara 1. Anjurkan klien memberi tahu
Klien dapat dukungan dari mengatasi halusinasi keeluarga
keluarga untuk mengontrol - Klien melaksanakan cara yang 2. Diskusikan dengan keluarga (pada
halusinasinya telah dipilih untuk memutuskan saat keluarga berkunjung atau
halusinasinya kunjungan rumah)
- Klien dapat mengikuti terapi a. Gejala halusinasi yang ialami
aktifitas kelompok. klien
b. Cara yang dapat dilakukan klienn
dan keluarga untuk memutuskan
halusinasi
c. Cara merawat anggota kelurga
yang mengalami halusinasi di
rumah : beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri , makan
brsama ,berpergian bersama .
d. Beri infirmasi waktu follow up
atau kapan perlu mendapat
bantuan halusinas tidak
terkontrol dan resiko mencederai
orang lain.
3. Diskusikan dengan keluarga dan
klien tentang jenis ,dosis frekuensi
dan manfaat obat
4. Pastikan klien minum obat sesuai
dengan program dokter.
TUK 5: - Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien berbi cara dengan
Klien dapat menggunakan hubungan saling percaya dengan dokter tentang manfaatdan efek
obat dengan benar untuk perawat samping obat
mengendalikan - Keluarga dapat menyebutkan 2. Diskusikan akibat berhenti obat
halusinasinya pengertian, tanda, tindakan tanpa konsiulatasi
untuk mengalih kan halisinasi 3. Bantu klien menggunakan obat
- Klien dan keluarga dapat dengan prinsip 6 benar
menyebutkan manfaat, doosis
dan efek samping obat. Klien
minum obat secara teratur
- Klien dapat informasi tentang
manfaat dan efek samping obat
- Klien dapat memahami akibat
berhenti minum obat tanpa
konsultasi
- Klien dapat menyebutkan
prinsip 6 benar penggunan obat.
2.12 IMPLEMENTASI
1. SP 1 pasien
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2) Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3) Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6) Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
7) Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dan
jadwal kegiatan harian
2. SP 2 Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Menanyakan pengobatan sebelumnya
3) Menjelaskan tentang pengobatan
4) Melatih pasien minum obat (6 benar)
5) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan sehari - hari
3. SP 3 Pasien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap – cakap
dengan orang lain
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan sehari - hari
4. SP 4 pasien
1) Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3)
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melalukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien)
3) Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan sehari - hari
2.13 EVALUASI
1. Kemampuan Pasien dan keluarga
Penilaian Kemampuan Pasien Dan Keluarga Pasien Dengan Halusinasi

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl


.
A Pasien
1 Mengenal jenis halusinasi
2 Mengenal isi halusinasi
3 Mengenal waktu halusinasi
4 Mengenal frekuensi halusinasi
5 Mengenai situasi yang menimbulkan halusinasi
6 Menjelaskan respon terhadap halusinasi
7 Mampu menghardik halusinasi
8 Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi
9 Membuat jadwal kegiatan harian
10 Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
11 Menggunakan obat secara teratur
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian halusinasi
2 Menyebutkan halusinasi pasien
3 Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien
4 Memperagakan latihan cara memutus halusinasi
5 Mengajak pasien bercakap-cakap saat psien
jadwal berhalusinasi
6 Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai
7 Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
8 Menyebut sumber-sumber pelayanan kesehatan
yang tersedia
9 Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan
kesehatan terdekat
2. Kemampuan Perawat

Penilaian Kemampuan Perawat Dalam Merawat Pasien Dengan


Halusinasi
Nama perawat :

Ruangan :

Petunjuk pengisian :

Penilaian tindakan keperawatan untuk SP dengan menggunakan instrumen

penilaian.Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke table pada bris nilai SP.

No Kemampuan Tanggal

A Pasien
SP I p
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan
halusinasi
6 Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8 Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP II p
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan pasien di rumah)
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
kegiatan harian
Nilai SP III p
SP IV p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan psaien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP IV p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan car-cara merawat pasien
halusinasi
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan halusinasi
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien halusinasi
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadwal
aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
Nilai SP III k
Total SP p + SP k
Rata-rata
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Tanggal MRS : 03 Agustus 2022


Tanggal dirawat diruangan : 05 Agustus 2022
Tanggal pengkajian : 09 Agustus 2022
Ruang Rawat : Bekisar

A. PENGUMPULAN DATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn .S
Umur : 49 Tahun
Alamat : Kab. Pasuruan
Agama :Islam
Pendidikan : SMU
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Belum Bekerja
Jenis. Kel : Laki-Laki
No RM : 146XXX
Diagnosa Medis : F.20.1 Schizofrenia
2. ALASAN KLIEN MASUK
Data primer :
a. Pasien mengatakan dibawa keluarganya ke RSJ. Pasien mendengar
bisikan dan sering marah- marah, suara muncul waktu malam hari
dengan frekuensi kurang lebih 7menit pada saat sendirian, sebelumnya
pasien berobat di poli jiwa situbondo selama 15 tahun .
Data sekunder :
a. Sesuai dengan data yang dibacakan oleh petugas atau perawat, 1
minggu sebelum masuk kerumah sakit pasien sering marah- marah,
berteriak, sering bicara sendiri dan mondar- mandir .
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan sering mendengar suara atau bisikan generator
mesin yang mengganggu dan membuatnya ingin marah-marah pada saat
sendirian dengan frekuensi 7menit, respon klien ketika mendengar
suara tersebut yaitu berdoa dan ketakutan.
3. FAKTOR PRESIPITASI

Menurut status yang dibacakan oleh perawat klien dibawa ke RSJ pada
tanggal 03 Agustus 2022 oleh keluarganya satu minggu sebelum MRS
pasien kambuh dengan gejala malas beraktivitas, banyak tidur, marah-marah
dan penyebab kambuh klien karena putus minum obat .

4. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Iya, pasien pernah berobat dipoli jiwa situbondo kemudian berobat ke
pukesmas rejoso 1bulan mendapat obat yang sama di RS Situbondo dan
rutin minum obat, 1bulan perilaku semakin berat dengan marah-marah
dan mendengar suara generator mesin tiap malam dengan frekuensi 7
menit pada saat sendirian.
2) Faktor penyebab/Pendukung
a. Riwayat Trauma
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniyaya fisik, aniyaya
seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan criminal,
baik sebagai pelaku atau korban ataupun saksi, tetapi klien pernah
mengatakan sering marah-marah.
Diagnosa Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
b. Pernah melakukan upayah percobaan bunuh diri
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan upayah bunuh diri.
Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan(peristiwa,
kegagalan, kematian, perpisahan)
Pasien mengatakan pernah putus cinta
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
d. Pernah mengalami penyakit fisik(termasuk gangguan tumbuh
kembang)
Tidak, pasien tidak pernah mengalami penyakit fisik
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
3) Upayah yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya
Jelaskan :
Upayah yang telah dilakukan keluarga terkait kondisi diatas membawa
pasien pergi ke RSJ lawang
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
4) Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada riwayat penyakit jiwa pada keluarga
5. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram

2
1

a. Pola Komunikasi : Pasien mengatakan komunikasi dengan


keluarga baik
b. Pola Asuh : Pasien mengatakan anak ke 3 dari 3 bersaudara pasien
sejak kecil di asuh oleh kedua orang tuanya
c. Pola pengambilan Keputusan: pada pengambilan keputusan dalam
keluarganya pasien mengatakan yang paling dominan adalah
ibunya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Badan : badan saya proposional.
Ukuran : berat badan saya 75 kg, tinggi 170 cm.
Fungsi : semua anggota tubuh saya berfungsi dengan baik.
Potensi : saya suka sepak bola
Kelengkapan : semua tubuh saya lengkap mas
b. Identitas
Klien mengatakan Namanya Tn. S umur saya 49 tahun alamat saya
sadeng rejoso pasuruan, saya anak ke 3 dari 3 bersaudara .
c. Peran
Klien mengatan sebaga anak ke 3 dari 3 bersaudara.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin sembuh dari sakitnya dan ingin kembali
pada keluarganya klien berharap bisa tinggal Bersama keluarga dan
menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya .
e. Harga diri
Pasien mengatakan jika nanti pulang dia tidak merasa malu dengan
keluarganya dan tetangganya meskipun pulang dari RSJ.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat

Di rumah : pasien mengatakan dekat dengan keluarganya.

Di RSJ : pasien mengatakan hanya mempunyai teman dekat hanya


satu saja.

b. Peran serta dalam Kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan


social
Di rumah : pasien tidak mau mengikuti kegiatan dirumah .

Di RSJ : pasien malas beaktivitas.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

DS : klien mengatakan jarang bercakap-cakap dengan orang lain


dan lebih suka menyendiri.

DO : - Pasien tampak menyendiri, pasien jarang bercakap- cakap


dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial dan Defisit aktivitas

4. Spiritual
a. Agama
Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan bahwa agamanya islam
dan klien percaya dan yakin kepada Allah SWT
Kegiatan ibadah :
Di rumah : pasien mengatakan saat dirumah sholat 5 waktu
Di RSJ : pasien mengatakan tidak sholat, sholat tetapi hanya
berdoa.
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
6. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : pasien gelisah, mondar-mandir berbicara sendiri
2. Tingkat Kesadaran secara kualitatif : Composmentis
3. Tanda – Tanda Vital
TD : 125/81 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,6˚C
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
4. Ukuran Badan
BB : 75 kg
TB :171 cm
5. Keluhan Fisik :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
7. STATUS MENTAL
1) Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
 Penampilan Usia : Cara berpakaian pasien kurang rapi
 Cara berpakaian : baju diganti, baju di pakai dengan benar dan
sesuai fungsi
 Kebersihan : tangan pasen sering kotor
Diagnosa Keperawatan: Defisit perawatan diri
2) Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter)
Klien berbicara dengan frekuensi lambat,volume pelan dan kalimat bisa
dipahami
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3) Aktivitas Motorik/Psikomotor
Pasien tampak kurang senang dan kurang beraktivitas
4) Mood dan Afek
 Afek
Ekspresi klien nampak sedih diajak berbincang- bincang tentang
pengalaman kesedihannya.
 Mood
Ekspresi Klien nampak terlihat sedih di ajak berbincang- bincang
tentang pengalaman kesedihannya.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
5) Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap lawan
bicara, mau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peerawat
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
6) Persepsi sensori
 Pasien mengatakan mendengar suara generator
 Pasien mengatakan suara itu muncul saat sendirian melamun pada
malam hari
 Pasien Nampak bingung, kadang mondar- mandir dan kontak mata
kurang
Diagnosa Keperawatan: Gangguan persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran
7) Proses pikir
a. Arus Pikir
Koheren : pembicaraan klien lambat, tetapi dapat dipahami
jawaban sesuai dengan pertanyaan perawat
b. Isi pikir :
Pikiran isolasi sosial
DS : klien mengatakan suka menyendiri, jarag bergaul dengan
teman-temanya yang lain pasien lebih memilih untuk tidur atau
duduk mondar- mandir
DO : pembicaraan klien lambat, klien nampak selalu sendiri
c. Bentuk pikir :
Otistik
DS: klien mengatakan sering mendengar suara mesin generator
yang selalu mengikuti fikirannya
DO: klien hidup dalam fikirannya sendiri
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir
8) Tingkat Kesadaran (orientasi, waktu, tempat, orang)
 Waktu : klien mampu menyebutkan waktu dengan benar,
dibuktikan dengan klien mengatakan sekarang pagi jam 09.00
WIB
 Tempat : baik, di buktikan klien mengatakan sekarang berada di
ruang bekisar RSJ lawang
 Orang : baik, dibuktikan klien mampu membedakan antara
mahasiswa perawat dan petugas RSJ, klien mengatakan yang
memakai baju putih- putih adalah mahasiwa perawat
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
9) Memori
 Daya ingat jangka panjang (>1 bulan) : pasien mampu mengingat
jangka panjang, dibuktikan dengan klien mengatakan 1 bulan yang
lalu tidak minum obat
 Daya ingat jangka menengah ( 24 jam - < 1 bulan) : pasien mampu
mengingat jangka menengah, dibuktikan dengan klien mengatakan
2022 pertama kali disini
 Daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik – 15 menit) : pasien
mampu mengingat jangka pendek, dibuktikan dengan klien dapat
menyebutkan kembali nama mahasiswa perawat yang telah
disebutkan sebelumnya
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
10) Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Konsentrasi : pasien mampu berkonsentrasi saat ditanya pasien
langsung menjawab pertanyaan
 Berhitung : pasien bisa berhitung, seperti 100-7= 93 93-7= 86
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
11) Kemampuan penilaian
Pasien tidak mengalami gangguan penilaian saat ditanya jika lantai
kotor di pel dulu atau di sapu dulu, klien menjawab di sapu dulu,
supaya kotorannya tidak menempel dikain pel dan tidak menyebar
kemana- mana.
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
12) Daya tilik diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami sakit jiwa oleh
karena itu dirawat di RSJ lawang
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
8. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1) Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Pasien mengatakan perawatan kesehatan untuk minum obat oleh
perawat, klien mengatakan akan dijemput oleh keluarganya dan kien
ingin tinggal bersama keluarganya dan ingin bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya
2) Kegiatan hidup sehari-hari
- Perawatan diri
a. Makan
Klien mampu makan sendiri tanpa bantuan makan3x sehari
b. BAB/BAK
Klien mampu BAB/BAB secara mandiri tanpa bantuan,
menggunakan kamar mandi dan wc ketika BAB/BAK, klien
mampu bersihkan diri setelah BAB/BAK
c. Mandi
Klien mampu mandi sendiri tanpa bantuan, klien mandi 2kali
sehari dan memakai sabun, dibilas dengan air, menyikat gigi ketika
mandi
d. Pakaian, berhias, dan berdandan
Klien mampu berganti baju sendiri
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
- Nutrisi
a. Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari
Frekuensi makan 2 kali sehari dengan nasi dan lauk(ikan, tahu telur
dan sayur)
b. Bagaimana nafsu makannya
Nafsu makan klien baik
c. Bagaimana berat badannya
Klien mengatakan BB terakhirnya 75 kg
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
- Tidur
a. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: 11.30-14.30
Tidur malam, lama: 21.00-04.00
Aktivitas sebelum/sesudah: Duduk, BAK
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
3) Kemampuan Lain-lain
a. Mengantisipasi kebutuhan hidup: klien makan sendiri, kebutuhan
pakaian disediakan oleh RSJ, dalam pemakaian klien dapat
menggunakan sendiri
b. Membuat keptusan berdasarkan keinginan: klien mengatakan
kadang-kadang tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan
keinginannya sendiri contoh : dalam minum obat
c. Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatannya sendiri: klien mengatakan diruangan penggunaan
obatnya sudah diatur oleh perawat, begitu juga dengan
pemeriksaan untuk kesehatnnya
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
4) Sistem pendukung
Klien mengatakan yang memberikan masukan di RSJ jika mengalami
masalah adalah perawat
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
9. MEKANISME KOPING
DS: Klien mengatakan tidak suka bercerita dengan orang banyak tapi pasien
bercerita pada satu orang saja
DO: - Klien Nampak menyendiri
- Klien Nampak jarang berbicara dengan temannya
Diagnosa Keperawatan: Koping individu tidak efektif
10. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan tetangganya atau orang
lain
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan kadang-kadang menyendiri tidak mau bergaul
c. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Kilen mengatakan pendidikan terakhir SMU.
d. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak ada masalah
e. Masalah berhubungan dengan perumahan
Klien mengatakan tinggal bersama orang tuanya
f. Masalah berhubungan dengan ekonomi
Klien mengatakan ekonomi dalam keluarganya cukup
g. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan tidak ada masalah kesehatan
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah
11. ASPEK PENGETAHUAN
Penyakit/gangguan jiwa : DS : klien mengatakan tidak tahu akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
DO : ekspresi klien Nampak bingung

Diagnosa Keperawatan: Defisit Pengetahuan

12. ASPEK MEDIS


1) Diagnosis multiaxis
Axis I : F.20.0 Hibephinic Schizofrenia
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V : 50-41
2) Terapi medis
- Trifluoperazine 5 mg 1-0-1 / oral
- Merlopan 2 mg (lorazepam) 0-0-1 / oral
- Lodomir 5 mg/ml 1 ampl IM
- Diazepam 5 mg 1 ampl IM
- Metformin 500 mg 2x500 mg oral
B. ANALISA DATA

Nama : Tn. S Dx Medis : F.20.1

Ruangan : Bekisar No.RM : 146xxx

No Data subjektif/ Data objektif Diagnosa Keperawatan


1 DS: Gangguan persepsi
- Pasien mengatakan mendengar suara generator sensori: halusinasi
- Pasien mengatakan suara itu muncul saat pendengaran
sendirian dan saat melamun pada malam hari
DO:
- Pasien tampak bingung
- Mondar-mandir
- Kontak mata kurang
2 DS: Resiko perilaku
- Pasien mengatakan pernah marah-marah kekerasan
DO:
- Kontak mata kurang
- Klien tampak bingung
3 DS: Isolasi sosial
- Pasien mengatakan jarang bercakap-cakap
dengan orang lain dan suka menyendiri
DO:
- Pasien tampak menyendiri
- Klien jarang bercakap-cakap dengan orang lain
4 DS: Defisit aktivitas
- Pasien mengatakan malas beraktivitas
DO:
- Pasien tampak kurang bersemangat dalam
beraktivitas
- Pasien suka melamun
- Pasien sering senyum-senyum sendiri
5 DS: Defisit perawatan diri
- Pasien mengatakan malas mandi
DO:
- Pakaian klien kurang rapi
- Kukunya kurang bersih
- Tangannya kotor
- Jarang memakai sandal
- Jarang bersisir
6 DS: Gangguan proses pikir
- Klien mengatakan sering mendengar suara mesin
generator yang selalu mengikuti fikirannya
DO:
- Klien hidup dalam fikirannya sendiri
7 DS: Koping individu tidak
- Pasien mengatakan tidak suka bercerita dengan efektif
orang banyak, tetapi pasien hanya bercerita
dengan satu orang saja
DO:
- Pasien tampak menyendiri
- Klien tampak jarang berbicara dengan temannya
8 DS: Defisit pengetahuan
- Pasien mengatakan tidak tahu aibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
DO:
- Ekspresi klien tampak bingung
- Kontak mata kurang

C. Daftar Diagnosa Keperawatan


1) Resiko perilaku kekerasan
2) Isolasi social
3) Defisit aktivitas
4) Defisit perawatan diri
5) Gangguan persepsi sensori: halusinansi pendengaran
6) Gangguan proses fikir
7) Koping individu tidak efektif
8) Kurang pengetahuan tentang obat

D. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi


Pendengaran Defisit
Perawatan Diri

Gangguan Proses Pikir Isolasi Sosial Defisit


Aktivitas

Defisit pengetahuan Koping Individu Inefektif


E. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
2) Risiko perilaku kekerasan
3) Isolasi sosial
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI


PENDENGARAN

Nama Px : Tn. S

Dx medis : F.20.1

No RM : 146xxx

Ruangan : Bekisar

No Dx Perencaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Gangguan TUM : 1.1 Setelah 1.1 BHSP dengan
sensori Pasien dapat keperawatan menggunakan prinsip
persepsi: mengendalikan pasien komunikasi terapeutik
halusinasi diri sendiri menunjukkan a. Sapa klien dengan
pendengaran seingga tidak tanda-tanda ramah baik verbal
melakukan percaya kepada maupun non verbal
dari bisikan perawat : b. Perkenalkan nama,
bisikan a. Ekspresi wajah nama panggilan,
tersebut bersahabat tujuan perawat
b. Menunjukkan berkenalan
TUK1 : rasa tenang c. Tanyakan nama
Pasien dapat c. Ada kontak mata lengkap dan nama
BHSP d. Mau berjabat panggilan yang
tangan disukai klien
e. Mau menyebut d. Buatlah kontrak
nama yang jelas
f. Mau menjawab e. Tunjukkan sikap
salam jujur dan menepati
g. Mau janji setia kau
berdampingan
dengan perawat berinteraksi
h. Mau f. Tunjukkan sikap
mengutarakan empati dan
masalahnya menerima apa
adanya
g. Beri perhatian pada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar
1.2 Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
1.3 Dengarkan ungkapan
klien dengan penuh
perhatiaan ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : 2.1 Setelah interaksi 2.1 Adakah kontak sering
Pasien dapat pasien singkat secara bertahap
mengenali menyebutkan : 2.2 Observasi tingkah laku
halusinasi a. Isi klien terkait dengan
b. Waktu halusinasinya, jika
c. Jenis menemukan klien yang
d. Frekuensi sedang halusinasi
e. Situasi dan a. Jika menemukan
kondisi yang klien yang sedang
menimbulkan halusinasinya
halusinasi tanyakan apakah
2.2 Setelah ada bisikan yang
dilakukan didengar atau
intervensi melihat bayangan
keperawatan yang tanpa wujud /
pasien merasakan sesuatu
mengatakan yang tidak ada
perasaan dan wujudnya.
respon saat b. Jika ada klien
mengalami menjawab ada,
halusinasi lanjutkan apa yang
a. Marah dialami
b. Takut c. Katakan bahwa
c. Sedih perawat percaya
d. Senang klien mengalami hal
tersebut namun
perawat sendiri
tidak mengalami
halusinasi.

d. Katakan bahwa
klien juga ada yang
seperti klien.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya
a. Jika menemukan
klien sedang
halusinasi, tanyakan
apakah ada bisikan
yang
didengar/apakah
melihat bayangan
yang tanpa wujud
atau merasakan
sesuatu yang tidak
ada wujudnya.
b. jika klien
menjawab ada,
lanjutkan apa yang
dialaminya.
c. Katakn bahwa
perawat percaya
klien mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri
yidak
mengalamimnya
d. Katakan bahwa
klien lain juga ada
yang seperti klien
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
2.4 Jika pasien tidak senag
halusinasi,
klasifikasikan tentang
adanya pengalaman
halusinasi.
a. Isi : waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore, malam)
b. Situasi dan kondisi
yang tidak
menimbulkan
halusinasi
2.5 Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan klien jika
terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih,
senag, bingung)beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaanya.
2.6 Diskusikan dengan
klien apa yang
dilakukan untuk
mengatasi persaan
tersebut.
2.7 Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila klien
menikmati halusinasinya.
3 TUK 3 : 3.1 Setelah dilakukan interaksi 3.1 Identifikasi bersama klien
pasien menyebutkan cara yang dilakukan.
Pasien dapat
tindakan yang biasa 3.2 Diskusikan cara yang
mengontrol
dilakukan untuk digunakan klien.
halusinasinya
mengendalikan a. Jika cara yang
halusinasinya digunakan adaptif beri
3.2 Setelah dilakukan interaksi pujian.
pasien menyebutkan cara b. Jika cara yang
baru untuk mengontrol digunakan maladaptive
halusinasinya. diskusikan kerugian
3.3 Setelah dilakukan interaksi cara tersebut.
pasien dapat memilih dan 3.3 Diskusikan cara baru
memperagakan cara untuk memutus/
mengatasi halusinasinya. mengontrol timbulnya
3.4 Setelah interaksi klien halusinasinya.
melaksanakan cara yang a. Menghardik halusinasi
telah dipilih untuk katakan pada diri
mengendalikan sendiri bahwa ini tidak
halusinasinya. nyata.
3.5 Setelah interaksi klien b. Menemui orang lain
mengikuti terapi aktifitas (perawat/
kelompok. teman/keluarga) untuk
menceritakan
halusinasinya/bercakap-
cakap.
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari
yang telah disusun.
d. Memberikan kesehatan
penggunaan obat dan
mengendalikan
halusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih mencobanya.
3.5 Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih
jika berhasil beri pujian.
3.6 Anjurkan dan ikut sertakan
klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi
4 TUK 4: 4.1 Setelah pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan
keluarga, keluarga keluarga untuk pertemuan
Pasien dapat
menyatakan setuju untuk (waktu, tempat dan topik)
dukungan dari
mengikuti pertemuan
keluarga 4.2 Diskusikan dengan
dengan perawat.
dalam keluarga (pada saat
4.2 Setelah interaksi
mengontrol pertemuan
keluarga menyebutkan
halusinasinya keluarga/kunjungan
pengertian,tanda dan
rumah)
gejala, proses terjadinya
halusinasi dan tindakan a. pengertian halusinasi

untuk mengendalikan b. tanda dan gejala

halusinasi. halusinasi
c. proses terjadinya
halusinasi
d. cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
e. obat-obatan halusinasi
f. cara merawat anggota
keluarga yang
halusinasi di rumah
(beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama, memantau
lobat-obatan dan cara
pemberian untuk
mengatasi halusinasi)
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak dapat
diatasi dirumah.

5 TUK 5: 5.1 Setelah dilakukan 5.1 Diskusikan dengan


interaksi pasien : pasien tentang manfaat
Pasien dapat
a. Manfaat minum obat dan kerugian tidak
memanfaatkan
b. Kerugian tidak minum minum obat nama,
obat dengan
obat warna, dosis, cara efek
baik
c. Nama, warna, dosis, dan efek samping
efek samping obat. penggunaan obat.
5.2 Setelah dilakukan 5.2 Pantau klien saat
interaksi pasien penggunaan obat
mendemonstrasikan 5.3 Anjurkan klien minta
penggunaan obat yang sendiri obat pada perawat
benar. agar dapat merasakan
5.3 Setelah dilakukan manfaatnya.
interaksi pasien 5.4 Beri pujian jika pasien
menyebutkan akibat menggunakan obat
berhenti minuum obat dengan benar.
tanpa konsultasi dokter 5.5 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan
dokter.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
INTERAKSI 1
Hari Selasa 09 Agustus 2022
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds: Klien mengatakan saya mendengar suara bisikan mesin yang
menghantui. Pasien mengatakan suara-suara itu muncul saat sendiri dan
pada saat malam hari.
Do: Kontak mata kurang, Klien kooperatif, sering mondar-mandir,
intonasi pasien pelan, klien tampak bingung.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan Keperawatan
Mengidentifikasi halusinasi Isi, Frekuensi, waktu terjadi, Situasi pencetus,
perasaan, respon, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, dan
menghardik halusinasi
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamualaikum Pak perkenalkan nama saya Budi Sayoga bias
dipanggil Budi saya mahasiswa praktek Profesi Ners IIKNU Tuban
dari Tuban yang akan berdinas diruangan bekisar ini selama 2 minggu,
hari ini saya akan merawat Bapak diruangan ini, nama Bapak siapa?
Senang dipanggil apa? Rumahnya dimana?
2. Evaluasi/Validasi
Bagaimana keadaan Bapak hari ini?
3. Kontrak
Topik: baiklah bagaimana kalau kita berbicang-bincang tentang suara
yang mengganggu Bapak dan cara mengontrol suara-suara tersebut
apakah Bapak bersedia?
Waktu: berapa lama mau bercakap-cakap? Bagaimana kalau 20 menit?
Tempat: Bapak mau berbicang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?
b. Fase Kerja
“Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu?” “Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? kapan
yang paling sering Bapak dengar suara? berapa kali sehari Bapak alami?
pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri ?” “Apa
yang Bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?” “Apa yang Bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu
muncul”. “Pak ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul, pertama
dengan menghardik suara tersebut, kedua. “Bagaimana kalau kita belajar
salah satu cara dulu yaitu menghardik”. Caranya sebagai berikut : ketika
saat suara-suara itu muncul, langsung Bapak bilang, pergi, pergi, pergi
saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu di ulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba Bapak ulangi lagi yang saya lakukan dan
peragakan tadi! “Bagus sekali Pak”.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi subjektif (klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dengan saya dan
setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol halusinasi dan
melatih menghardik?
 Evaluasi Objektif (perawat)
Tolong bapak ulangi apa yang telah dibicarakan tadi, pak coba
sebutkan nama saya siapa dan apa saja yang bapak ingat tentang
saya
2. Rencana Tindak Lanjut
Pasien sudah mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan menghardik,
selanjutnya akan melatih klien minum obat dengan prinsip 6 benar, dan
menjelaskan manfaat keuntungan minum obat.
3. Kontrak Yang Akan Datang
Topik :
Baiklah besok kita berdiskusi tentang mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat ya?
Waktu :
Besok pagi kita ngobrol lagi kira-kira jam 09.00 WIB ya pak? Kurang
lebih 20 menit apakah bersedia?
Tempat:
Bagaimana kalau kita ngobrol disini lagi dan di meja ini lagi apakah
bapak bersedia?
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Bekisar No RM: 146xxx

No Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi


& jam
1 09 a) Kondisi Klien : S: Klien mengatakan nama saya
Agustus Ds: Klien mengatakan saya Tn. S, umur saya 49 tahun, rumah
2022 mendengar suara bisikan saya di pasuruan.
mesin yang menghantui. Klien mengatakan saya
Pasien mengatakan suara- mendengar suara bisikan tanpa
suara itu muncul saat wujud suara generator menerus,
sendiri dan pada saat malam suara sering muncul pada siang
hari. dan malam. Respon klien ketika
Do : suara itu muncul lagi yaitu dengan
- Klien tampak mondar- menutup telinga serta berkata
mandir Tidak, aku tidak mau dengar
- Klien tampak bingung kamu suara palsu, Pergi!
- Kontak mata kurang
b) Kemempuan Klien O:

Klien belum mampu - Klien mampu membina

mengontrol suara hubungan saling percaya

halusinasi - Klien mampu mengatakan

c) Diagnosa Keperawatan isi, frekuensi, waktu,

Gangguan presepsi sensori pencetus, respon halusinasi

: Halusinasi Pendengaran - Kontak mata kurang


d) Tindakan Keperawatan
SP 1 A:

Mengidentifikasi jenis, isi, - Kognitif : klien mampu

frekuensi, waktu mengenal halusinasinya dan


terjadinya situasi mau latihan menghardik
pencetus, perasaan, halusinasinya
respon, menjelaskan cara - Afektif : klien kooperatif saat
mengotrol halusinasi : berbicara dan bercerita,
Menghardik, Minum obat, mampu menjawab
Bercakap-cakap, pertanyaan dan mau
melakukan kegiatan. mendengarkan penjelasan
Melatih menghardik dari perawat.
- Psikomotor : Klien mampu
menjelaskan kembali dan
memperagakan cara
menghardik dengan benar
P:
Intervensi dilanjutkan
- Pasien : menganjurkan klien
untuk latihan cara
mengontrol halusiansinya
dengan menghardik
- Perawat : Mengevaluasi SP 1
dan mengajarkan klien SP 2
tentang cara penggunaan obat
dengan benar.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
INTERAKSI 2
Hari Rabu 10 Agustus 2022
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds: Klien mengatakan “nama saya Pak M.S biasanya dipanggil S, saya
tinggal di pasuruan, usia saya 49 tahun, dirumah saya tinggal bersama
keluarga, saya anak ketiga dari tiga bersaudara.
Do: Kontak mata kurang, klien mampu memperkenalkan diri dengan baik,
klien dapat menyebutkan nama lengkap, nama panggilan dan alamat
2. Diagnosa Keperawatan
Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 2 : Klien mampu mengontrol halusinasi dengan minum obat
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 : Mengevaluasi SP 1 serta Menjelaskan dan melatih klien minum
obat dengan prinsip 6 benar, manfaat atau keuntungan minum obat dan
kerugian tidak minum obat.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamualaikum Pak bagaimana perasaan Bapak sekarang?
2. Evaluasi/Validasi
Bagaimana keadaan Pak S sekarang? Apakah masih mendengar suara-
suara lagi?
3. Kontrak
Topik: baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu Pak S ?
Waktu: berapa lama Pak S mau bercakap-cakap? Bagaimana kalau 15
menit?
Tempat: Bapak mau berbicang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?
b. Fase Kerja
Saya akan mengajarkan kembali cara selanjutnya pada Pak S yaitu: cara
minum obat yang benar, Apakah Pak S bersedia? Sekarang saya akan
jelaskan tentang obat Pak S, ada 3 macam obat, Yang warna putih kecil
namanya Clozapine diminum 1x sehari gunanya supaya Bapak tenang dan
tidak mudah marah. Yang Resperidone ini diminum 2x sehari gunanya
untuk meredakan gangguan halusinasi, yang Valproad diminum 2x sehari
gunanya agar tidak kejang.
Jangan hentikan obat tanpa konsultasi dengan dokter walaupun suara-suara
sudah tidak mengganggu Pak S lagi. Sebab kalau putus obat, nanti akan
kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau
obatnya habis, segera control untuk mendapatkan obat lagi. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, jangan sampai keliru
dengan obat milik orang lain, baca nama kemasannya.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi subjektif (klien)
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang- bincang
tentang obat?
 Evaluasi Objektif (perawat)
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara yang
muncul? Coba sebutkan. Bagus!
2. Rencana tindak lanjut
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan.
3. Kontrak yang akan datang
Topik:
Bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang tentang cara yang
selanjutnya yaitu: bercakap-cakap
Waktu:
Nanti siang kita ngobrol lagi kira-kira jam 10.00 WIB ya pak? Kurang
lebih 20 menit apakah bersedia?
Tempat:
Bagaimana kalau kita ngobrol ditempat ini lagi ya pak.
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Bekisar No RM: 146xxx

No Tanggal Implementasi Evaluasi


& jam Keperawatan
1 10 a) Kondisi Klien : S:
Agustus Ds: Klien mengatakan Klien mengatakan saya
2022 masih mendengar suara mengerti atau mengetahui
bisikan mesin yang prinsip 6 benar, yaitu benar
menghantui. Pasien klien, benar obat, benar dosis,
mengatakan suara-suara benar waktu, benar rute, benar
itu muncul saat sendiri dan dokumen, manfaat minum obat
pada saat malam hari dan kerugian jika tidak minum
DO : obat tanpa konsultasi ke dokter
- Klien tampak mondar-
mandir O:
- Klien tampak bingung - Klien tampak kooperatif

- Kontak mata kurang saat diberi penjelasan

- Klien menyendiri mengenai prinsip 6 benar

b) Kemempuan Klien minum obat

Klien mengetahui dan - Kontak mata kurang

mampu minum obat - Klien mengetahui manfaat

dengan benar minum obat dan kerugian

c) Diagnosa Keperawatan jika tidak minum obat

Gangguan presepsi tanpa konsultasi

sensori Halusinasi A:
:
Pendengaran - Kognitif : klien mampu
menjelaskan kembali
prinsip 6 benar minum
d) Tindakan obat, manfaat minum
Keperawatan: obat dan kerugian jika
Sp 2 : tidak minum obat tanpa
Menjelaskan pentingnya konsultasi
menggunakan obat - Afektif : Klien kooperatif
dengan benar dan cara saat diberi penjelasan
penggunaan obat dengan mengenai prinsip 6 benar
prinsip 6 benar. minum obat, dan mampu
Manfaat/keuntungan menjelaskan/menyebutkan
minum obat dan kerugian kembali penjelasan
tidak minum obat. perawat.
- Psikomotor : Klien
mampu minum obat setiap
hari secara rutin
P:
Intervensi dilanjutkan
- Klien : Ajarkan klien
untuk mengingat dan rutin
minum obat.
- Perawat : mengajarkan
klien SP 3 yaitu bercakap-
cakap saat terjadi
halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
INTERAKSI 3
Hari Kamis 11 Agustus 2022 jam 10.00 WIB
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak tenang dan kooperatif saat melakukan aktifitas sehari-hari
seperti senam.
2. Diagnosa Keperawatan
Gngguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 3 : Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
4. Tindakan Keperawatan
SP 3 : Mengevaluasi SP 1 dan Sp 2, Menjelaskan dan melatih bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamualaikum pak bagaimana perasaan apak sekarang?
2. Evaluasi/Validasi
Apakah halusinasinya masih ada? Apakah pak S telah melakukan apa
yang telah kita praktekkan tadi pagi? Bagaimana dengan menghardik
apakah suara-suara yang di dengar sudah berkurang?
3. Kontrak
Topik: baiklah bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang suara
yang mengganggu pak S ?
Waktu: berapa lama Pak S mau bercakap-cakap? Bagaimana kalau 15
menit?
Tempat: Bapak S mau berbicang-bincang dimana? Bagaimana kalau
disini saja?
b. Fase Kerja
“Cara ke 3 untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yaitu dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, kalau bapak mulai mendengar
suara-suara lansung saja cari teman diajak ngobrol. Contohnya begini,
tolong, saya mulai mendengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya, atau
kalau ada orang dirumah. Misalnya, Pak ayo ngobrol dengan saya, saya
sedang mendengar suara – suara. Begitu pak, coba bapak lakukan seperti
yang tadi saya lakukan. Ya, begitu bagus! Coba sekali lagi! Nah, latih
terus ya pak!”.
“Sekarang ayo membuat jadwal kegiatan untuk bapak terapkan sehari-hari
dimulai dari pagi setelah bangun tidur sampai malam sebelum tidur.
Bagaimana apa bapak setuju? Kalau setuju, ini saya ada selembar kertas
dan alat tulis untuk menuliskan jadwalnya pak. Coba pak susun sendiri
sesuai keinginan bapak, kalau kesulitan nanti saya bantu pak!”.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi subjektif (klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berlatih tentang cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap?
 Evaluasi Objektif (perawat)
Kalau pak S dengar kembali suara-suara itu, pak S lakukan cara
yang tadi, dengan mengajak ngobrol sesama temannya, atau dengan
ibu jika dirumah.
2. Rencana tindak lanjut
Kalau pak S mendengar suara-suara seperti itu lagi pak S bisa
melaporkan kepada perawat yang jaga diruangan ini yaa. Selanjutya
kita akan bertemu lagi latihan mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktivitas ya pak.
3. Kontrak yang akan datang
Topik:
Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
selanjutnya, dengan cara melakukan aktivitas yang terjadwal
Waktu:
Besok pagi kita ngobrol lagi kira” jam 09.00 WIB ya mas? Kurang
lebih 20 menit apakah bersedia?
Tempat:
Bagaimana kalau kita ngobrol ditempat ini lagi ya…
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Bekisar No RM: 146xxx

No Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi


& jam
1 11 a) Kondisi Klien : S:
Agustus Ds: Klien mengatakan sudah Klien mengatakan jika nanti saya
2022 jarang mendengar suara bisikan mendengar ada bisikan-bisikan
mesin yang menghantui. saya akan bercakap-cakap dengan
DO : orang lain
- Klien terkadang mondar- O :
mandir - Ekspresi datar
- Klien mampu melakukan - Kontak mata cukup
aktivitas/kegiatan - Klien mampu melakukan
b) Kemempuan Klien aktivitas
Klien mampu mengontrol A :
halusinasinya dengan cara - Kognitif : Klien mampu
bercakap-cakap melakukan bercakap-cakap
c) Diagnosa Keperawatan dengan orang lain ketika
Gangguan presepsi sensori : halusinasinya muncul
Halusinasi Pendengaran - Afektif : klien kooperatif saat
d) Tindakan Keperawatan : diberi penjelasan perawat
SP 3 : tentang cara mengontrol
Menjelaskan dan melatih halusinasi dengan bercakap-
bercakap-cakap saat terjadi cakap dan mampu
halusinasi. menjelaskan kembali apa
yang disampaikan oleh
perawat.
- Psikomotor : klien mampu
memeragakan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
ketika halusinasi muncul.

P:
Intervensi dilanjutkan
- Pasien : Ajarkan klien untuk
menggunakan cara
menghardik, minum obat,
dan bercakap-cakap ketika
halusinasinya muncul.
- Perawat : Ajarkan klien
berlatih cara mengontrol
halusinasi dengan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap.
- lanjutkan SP 4 tentang
melatih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
INTERAKSI 4
Hari kamis 11 Agustus 2022 jam 09.00 WIB
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds: Klien mengatakan “kadang-kadang masih mendengar suara mesin.
Do: klien Nampak lebih baik, kontak mata cukup, klien kooperatif, klien
beraktivitas secara mandiri, tapi masih di motivasi
2. Diagnosa Keperawatan
Gngguan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Khusus (TUK)
TUK 3 : Klien mampu mengontrol halusinasi dengan menggunakan
aktivitas terjadwal
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 : Mengevaluasi SP 1, SP 2, dan Sp 3. Serta melatih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
d. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Assalamualaikum pak bagaimana perasaan bapak sekarang?
2. Evaluasi/Validasi
Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah pak S telah melakukan
3 cara yang telah kita latih? apakah dengan cara menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap suara yang didengar berkurang? Bagaimana
hasilnya? Bagus sekali.
3. Kontrak
Topik:
Baiklah hari ini kita akan latihan cara mengendalikan suara dengan
cara melakukan aktivitas apakah bapak setuju?
Waktu:
Berapa lama pak S mau bercakap-cakap? Bagaimana kalau 15 menit?
Tempat:
Pak S mau berbicang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja?
e. Fase Kerja
Kegiatan apa saja yang bisa Pak S lakukan selama disini? Pagi-pagi
kegiatannya apa saja? Terus setelah itu kegiatannya apa lagi Pak? (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam) wah banyak sekali
kegiatannya Pak, mari kita latih dua kegiatan hari ini (menyapu, mencuci
piring). Wah bagus sekali, kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul, kegiatan lainnya akan kita latih lagi agar
dari pagi sampai malam ada kegiatan.
f. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi subjektif (klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita melakukan kegiatan
aktivitas menyapu dan mencuci piring?
 Evaluasi Objektif (perawat)
Coba sebutkan 4 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-
suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan ke dalam jadwal harian ya
pak.
2. Rencana tindak lanjut
Karena pak S sudah melakukan 4 cara mengontrol halusinasi, jika
suatu saat muncul lagi, jangan lupa lakukan cara yang sudah kita
lakukan ya.
3. Kontrak yang akan datang
Topik:
Baik Pak S kita akan evaluasi apakah Pak S masih mendengar suara-
suara itu dan saya akan melakukan terapi aktivitas kelompok dengan
teman-teman satu kamar pak S
Waktu :
Pak S mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00 WIB
Tempat :
Dihalaman ruangan bekisar apakah bapak bersedia?
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama: Tn. S Ruang: Bekisar No RM: 146xxx

No Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi


& jam
1 28 Juli a) Kondisi Klien : S:
2022 Ds: Klien mengatakan kadang- Klien mengatakan jika saya
kadang masih mendengar suara mendengar ada bisikan-bisikan
bisikan mesin yang menghantui. saya akan melakukan aktivitas
Pasien mengatakan suara-suara (Menyapu/mencuci piring)
itu muncul saat sendiri dan pada
saat malam hari O:
DO : Kontak verbal klien terarah, klien
- Klien tampak diam kooperatif,klien tampak melamun,

- Klien tampak bercakap- ekspresi senang.


cakap dengan teman
disebelahnya A:

b) Kemempuan Klien - Kognitif : Klien mampu ikut

Klien mampu mengontrol serta membuat jadwal harian

halusinasinya tersebut. dibantu oleh perawat.

c) Diagnosa Keperawatan - Afektif : Klien kooperatif,

Gangguan presepsi sensori : klien mau mendengar

Halusinasi Pendengaran penjelasan dari perawat.

d) Tindakan Keperawatan : - Psikomotor : Klien mampu

SP 4 : melaksanakan kegiatan harian


Melatih cara mengontrol meskipun belum semuanya.
halusinasi dengan melakukan - SP 4 pasien teratasi.
kegiatan harian. P:
Intervensi dilanjutkan
- Klien : anjurkan klien sering
melakukan aktivitas diruangan.
- Perawat : Pertahankan SP 4
untuk melatih pasien dengan
jadwal harian.
- Mengulang kembali :
 SP 1 pasien
 SP 2 Pasien
 SP 3 Pasien
 SP 4 Pasien
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Halusinasi adalah presepsi pasien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata
tanpa stimulus atau rangsangan dari luar (stuart, 2007). Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Pasien member persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata
sebagai contoh pasien menataan mendengar suara padahal tidak orang yang
berbicara.

4.2 Saran
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebaiknya perawat selalu
melakukan pendekatan terus-menerus dan berharap kepada pasien dengan
halusinasi pendengaran untuk mengontrol halusinasi yang muncul. Pasien
dengan halusinasi pendengaran biasanya sering menyediri atau melamun,
kebiasaan tersebut merupakan factor pencetus munculnya kembali halusinasi,
dalam hal ini sebaiknya perawat sering melakukan interaksi dengan pasien
untuk mengurangi halusinasi yang muncul.
Perawat sebaiknya selalu mengawasi dan member dukungan pada pasien,
memperhatikan kebutuhan pasien, selain itu perawat juga harus bisa
memotivasi pasien agar melakukan kegiatan yang dapat mengontrol
halusinasi serata dengan sesering mungkin menemani pasien saat pasien
terlihat menyendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa-


Teori dan Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Yulian, S. (2016). Aplikasi Multifungsi Tenaga Kesehatan. Mojokerto: Badan


Penerbit Graha Pustaka.

You might also like