You are on page 1of 28

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH HAM DAN KESEHATAN

JUDUL
HAK ASASI MANUSIA ATAS KESEHATAN DALAM HUKUM
POSITIF DI INDONESIA

Disusun oleh :
Nama : IDHAM
NIM : 1910622001
Dosen : GUNAWAN WIDJAJA
(Dr. SH, SFarm, MH, MM, MKM, MARS, Apt)
(ACIArb, MSIArb)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


“VETERAN” JAKARTA
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM
2020
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah Peradilan Profesi kesehatan ini
dengan baik. Serta tidak lupa salam dan shalawat kepada Rasulullah
SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan ke
zaman ilmu pengetahuan. Makalah ini membahas tentang “Hak Asasi
Manusia Atas Kesehatan Dalam Hukum Positif Di Indonesia”. Ucapan
terima kasih penulis kepada Dosen pembimbing mata kuliah Peradilan
Profesi kesehatan, DR. GUNAWAN WIDJAJA, SH, SFarm, MH, MM,
MKM, MARS, Apt. (ACIArb, MSIArb), yang telah memberi arahan
kepada penulis serta keluarga tercinta, teman-teman dan pihak-pihak
yang selalu mendukung penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis berharap adanya kritik yang membangun dari pembaca
dan akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kemaslahatan bersama.

Jakarta, Januari 2021


Penulis,

Idham

i
ABSTRAK
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan
sangat dibutuhkan oleh manusia. Kesehatan merupakan bagian yang
penting untuk kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Pentingnya
kesehatan untuk kesejahteraan masyarakat maka, untuk memperoleh
pelayanan kesehatan negara harus bisa menjamin masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang mudah dan tidak adanya diskriminasi
dalam pemberian pelayanan kesehatan dan sesuai dengan hak asasi
manusia.
Pemerintah bertanggung jawab mengatur dan melindungi hak atas
kesehatan masyarakat secara optimal. Tanggung jawab pemerintah dalam
pemenuhan hak atas kesehatan diwujudkan dalam bentuk penyediaan
sarana dan fasilitas kesehatan yang layak, serta mudah diakses oleh
masyarakat. Pengabaian hak atas kesehatan warga negaranya berupa
pengingkaran terhadap perlindungan dan penyediaan pelayanan
kesehatan yang layak merupakan pelanggaran terhadap konstitusi.
Program Universal Health Coverage (UHC) atau Jaminan
Kesehatan Semesta merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial di
bidang kesehatan untuk menjamin agar memenuhi kebutuhan dasar hak
atas kesehatan yang layak, bersifat pelayanan kesehatan menyeluruh
(komprehensif) encakup pelayanan promotif (peningkatan kualitas
hidup), preventif (pencegahan) serta kuratif (penyembuhan) dan
rehabilitatif (pengembalian fungsi), yang diberikan secara berjenjang dan
bermutu.

Kata kunci : hak atas kesehatan, tanggungjawab negara, Universal


Health Coverage

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
ABSTRAK...................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan Karya Ilmiah ..............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................................
1.5 Ruang lingkup Karya Ilmiah...................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Hak Asasi Manusia dan Kesehatan.......................................................................
2.2 Konvensi Internasional Hak Asasi Manusia........................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Hak Asasi manusia Atas kesehatan di Indonesia..................................................
3.2 Universal Health Coverage di Indonesia .............................................................
3.3 Hak Atas Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19............................................
BAB!V PENUTUP
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................
4.2. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri
manusia secara kodrati, universal dan langgeng sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa.1 Hak asasi manusia bersifat universal, berlaku untuk
semua orang tanpa melihat jenis kelamin, suku, ras, agama maupun latar
belakang budaya, sosial bahkan latar belakang politik seseorang. Intinya
bahwa siapupun memiliki hak asasi manusia yang tidak boleh dilanggar.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh manusia karena
martabatnya sebagai manusia dan bukan diberikan oleh masyarakat atau
negara. Oleh karena itu, hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
dinyatakan tidak berlaku oleh negara.2
Hak atas kesehatan merupakan hak asasi manusia karena hak
kesehatan adalah hak yang melekat pada seseorang karena kelahirannya
sebagai manusia, bukan karena pemberian seseorang atau Negara, dan
oleh sebab itu tidak dapat dicabut dan dilanggar oleh siapapun. 3 Hak atas
kesehatan (right to health) adalah hak asasi manusia dan sebab itu
Negara wajib menjamin pemenuhannya. Pemerintah Indonesia sebagai
upaya untuk memenuhi hak atas kesehatan, membangun satu sistem
jaminan kesehatan nasional. Sistem ini dilandaskan pada asuransi social
yang mewajibkan semua peserta atau warganegara untuk membayar
premi. Dengan demikian, beban atau risiko disebar dan ditanggung
bersama-sama. Namun pada saat yang sama Negara, dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan dan keadilan social, memberikan bantuan
keuangan atau keringanan kewajiban membayar premi pada fakir miskin
dan rakyat tidak mampu. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk

1
Bahder Johan Nasution, 2011, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Bandung: Mandar Maju, hal. 129.
2
ibid
3
Jajan sudrajat,mewujudkan hak asasi manusia dibidang kesehatan,senin 5
desember 2011,https://www.antaranews.com/mewujudkan-hak-asasi-manusia-di-
bidang kesehatan, diakses pada pada tanggal 24 maret 2020, pukul 14.00 wib.

5
meningkatkan kesadaran, kemauan,dan kemampuan hidup sehat sehingga
akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4 Pada pasal 28H ayat (1) UUD
1945, yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.5 Berdasarkan
ketentuan pasal 28H ayat (1), dapat diartikan bahwa hak asasi manusia
khususnya dalam memperoleh kesehatan benar-benar terjamin
kepastinnya dan tidak boleh adanya diskriminasi atau membeda-bedakan
antara orang yang kaya dengan kurang mampu, karena hak asasi manusia
hak yang melekat sejak lahir dan tidak boleh di hilangkan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.6 Pada Undang-Undang No.36
tahun 2009 tentang Kesehatan pasal Pasal 4 dan 5, “Setiap orang berhak
atas kesehatan” dan “Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan, serta
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau
dan juga setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya”.
Oleh karena itu kesehatan merupakan modal utama yang diperlukan oleh
manusia agar dapat berinteraksi dan beraktifitas untuk diri sendiri dan
sekitarnya.
Hak atas kesehatan harus tetap dijaga oleh suatu negara, karena
dengan sehat manusia dapat melakukan semua aktivitasnya tanpa ada
hambatan yang berarti. Pentingnya hak atas memperoleh pelayanan

4
Undang-undang Dasar 1945, pembukaan aline ke-4
5
Ibid, Pasal 28H ayat (1)
6
Indonesia, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063), Pasal 1 ayat (1).

6
kesehatan sehingga dalam Deklarasi Universal HAM PBB pada Pasal 22
juga menyebutkan setiap orang berhak atas jaminan kesehatan.7
Meningkatkan derajat kesehatan dan pelayanan kesehatan telah cukup
lama dipahami sebagai salah satu hak asasi manusia yang harus
dilindungi dan dipenuhi oleh negara. Di kalangan ahli kesehatan di
Indonesia, telah berkembang pemikiran untuk memasukkan kesehatan
sebagai bagian dari “hak asasi manusia”, serta memperoleh jaminan
konstitusi. Dengan jaminan konstitusi diharapkan perhatian Negara,
dalam hal ini Pemerintah, akan jauh lebih besar terhadap pembangunan
bidang kesehatan, sehingga kondisi kesehatan di Indonesia akan
membaik.
Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh
World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem
kesehatan yang memastikan setiap warga memiliki akses yang adil
terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang terjangkau. Pemerintah
Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang di atas,
dirumuskan permasalahan-permasalahan yakni sebagai berikut :
1. Bagaimanakan hak asasi manusia atas kesehatan dalam hukum positif
di Indonesia?
2. Bagaimanakah regulasi hak asasi manusia atas kesehatan dalam
hukum positif di Indonesia?
3. Bagaimanakah implementasi hak asasi manusia atas kesehatan pada
masa pandemi covid-19?

7
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia,
https://www.kontras.org/baru/Deklarasi %20Universal%20HAM.pdf diakes pada
tanggal 30 maret 2020

7
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan pembuatan makalah ini berdasarkan rumusan-rumasan
masalah diatas, yakni sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami Hak asasi manusia atas kesehatan dalam
hukum positif di Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami regulasi hak asasi manusia atas kesehatan
dalam hukum positif di Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami implementasi hak atas kesehatan pada
masa pandemi covid-19
1.4 Manfaat penelitian.
Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penelitian ini bahwa
penelitian ini dapat bermanfaat karena nilai dari sebuah penelitian
ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya
penelitian tersebut. Adapun manfaat yang di harapkan dari rncana
penulisan ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang bertalian
dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari rencana
penulisan ini sebagai berikut :
a. Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada
umumnya serta hukum kesehatan pada khususnya.
b. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan
literatur dalam dunia kepustakaan tentang Hak asasi manusia atas
kesehatan.
c. Peulisan makalah ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap
penulisan-penulisan makalah sejenis untuk tahap berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi penulis pribadi
maupun para pihak yang terkait dengan penulisan makalah yaitu
tentang “Hak asasi manusia atas kesehatan dalam hukum positif di
Indonesia”.

8
1.5 Ruang lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan ini dibatasi pada permasalahan yang akan
dibahas mengenai Hak asasi manusia atas kesehatan dan regulasi hak
asasi manusia atas kesehatan di Indonesia dan implementasi hak asasi
manusia atas kesehatan pada masa pandemi covid-19.

9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Hak Asasi Manusia dan Kesehatan
Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 1
angka (1) Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.8 Organisasi kesehatan dunia
(WHO), kesehatan adalah keadaan fisik, mental, dan sosial kesehjateraan
dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam
piagam Ottawa dikatakan bahwa kesehatan merupakan sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan ialah konsep
positif yang menekankan pada sumber daya pibadi, sosial dan
kemampuan fisik.9 Paune mengemukakan kesehatan sebagai fungsi yang
efektif dari sumber-sumber perawatan diri yang menjamin sebuah
tindakan untuk perawatan diri. Kesehatan merupakan perilaku yang
sesuai dengan tujuan diperlukannya untuk mendapatkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. 10
White menjelaskan sehat sebagai suatu keadaan dimana seseorang pada
waktu diperiksa tidak memiliki keluhan apapun atau tidak ada tanda-
tanda kelainan atau penyakit.11
Hak Asasi Manusia (HAM) atau dalam bahasa Inggris
berarti human rights adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi
secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum negara dan
internasional.12 HAM umumnya dipahami sebagai hal yang
mutlak/absolut, sebagai hak-hak dasar “yang seseorang secara inheren

8
Undang-undang republic Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
pasal 1 ayat (1)
9
Kekeanisa Putri,”Definisi Sehat menurut WHO (World Health Organization)”, 24
maret 2014, https://kekeanisa20091995.wordpress.com/Defenisi-Sehat-Menurut-
WHO/, diakses 30 Maret 2020, pukul 19.00 wib.
10
www.jagad.id, Pengertian kesehatan menurut para ahli, diakses pada
tanggal 29 maret 2020, pukul 21.00 wib
11
ibid
12
Hak asasi manusia-wikipedia, dikutip dari https://www.wkipedia.org/ hak-
asasi-manusia-wikipedia, pada tanggal 15 oktober 2020, pukul 17.00 wib.

10
berhak karena dia adalah manusia”, dan yang “melekat pada semua
manusia” terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau
status lainnya.Kebebasan (freedom) pada hak atas kesehatan yakni
memberikan hak pada setiap orang untuk mengontrol tubuh dan kondisi
kesehatannya, termasuk kebebasan untuk melakukan aktivitas seksual
dan berreproduksi dan bebas dari gangguan/campur tangan baik itu
negara maupun orang ketiga. Sedangkan Keberhakan (entitlements)
dalam hak atas kesehatan sendiri yakni memberikan hak pada setiap
orang untuk mendapatkan layanan kesehatan yang tidak diskriminatif dan
menjunjung kesetaraan dan kesempatan yang sama, misalnya hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pada
pasal 1 ayat (2) Undang-undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia,
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila
tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia. Pada pasal 1 ayat (3) Undang-undang No.39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Prinsip – prinsip Dasar Hak Asasi Manusia, yaitu :13

13
Tilaar,H.A.R., 2001, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia Dalam Kurikulum
Persekolahan Indonesia, Bandung: PT. Alumni, hal 11-13

11
1. Prinsip universal, yaitu semua orang di dunia memiliki hak yang
sama, tidak dibedakan karena setiap manusia lahir dengan
kemerdekaan dan martabat yang sama dalam hak.
2. prinsip persamaan dan non diskriminasi dimana hak semua manusia
memiliki kedudukan martabat yang sama sehingga tidak seorang pun
harus menderita diskriminasi berdasarkan ras, warna kulit, etnisitas,
jenis kelamin, usia, bahasa, orientasi seksual, agama, pendapat politik
atau pendapat lainnya, asal-usul nasional, sosial atau geografis,
kecacatan, kekayaan, kelahiran atau status lainnya sebagai ditetapkan
oleh standar hak asasi manusia. 
3. Prinsip saling tergantung dan saling terkait dimana masing-masing
memberikan kontribusi terhadap realisasi martabat manusia seseorang
melalui kepuasan kebutuhan perkembangan, fisik, psikologis dan
spiritualnya yang artinya adanya pemenuhan satu hak sering kali
tergantung, seluruhnya atau sebagian, pada pemenuhan orang lain.
Semua orang memiliki hak untuk berpartisipasi dan mengakses
informasi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan mereka. 
4. Prinsip akuntabilitas dan tanggung jawab negara, prinsip ini
menyebutkan bahwa negara pemangku kepentingan harus
bertanggung jawab atas ketaatan norma dan hukumnya berdasarkan
pada HAM dan tidak diperkenankan untuk bertentangan
Hak atas kesehatan sendiri dikenal dengan empat prinsip, yaitu :14
a. Ketersediaan (Availability):
Prinsip ini mengatur bahwa layanan kesehatan harus tersedia dalam
jumlah yang cukup, baik dalam hal ketersediaan sumber daya manusia,
obat-obatan dan maupun sarana dan pra sarana lainnya.
b. akseptabilitas (Acceptability):
Layanan kesehatan yang diberikan harus sesuai dengan etika kedokeran
dan bisa diterima secara budaya, termasuk di dalamnya menghormati
kerahasiaan status kesehatan dan peningkatan status kesehatan bagi

14
Ibid

12
mereka yg memerlukan. Pentingnya prinsip akseptabilitas ini juga
berkaitan erat dengan kelompok masyarakat adat.
c. Kualitas (Quality):
Masyarakat harus mendapatkan layanan kesehatan dengan kualitas yang
terbaik, meliputi obat-obatan, layanan kesehatan (peralatan) dan juga
tenaga kesehatan yang kompeten.
d. Keterjangkauan (Accessibility):
Ada empat turunan prinsip keterjangkauan, yaitu:
a. Non diskriminasi, Layanan kesehatan harus dapat dijangkau oleh
siapa saja, terutama oleh kelompok masyarakat rentan dan
termarjinalkan. Tidak boleh ada diskriminasi berbasis gender, ras,
warna kulit, bahasa, agama, pandangan politik, status kesehatan dan
latar belakang sosial lainnya yang dapat membatasi atau
menghilangkan penikmatan orang terhadap hak atas kesehatan.
b. Keterjangkauan secara fisik, dimana sarana dan pra sarana kesehatan
harus bisa dijangkau dan aman untuk semua kelompok.
c. Keterjangkauan ekonomi, berarti layanan kesehatan harus terjangkau
secara ekonomi, terutama bagi masyarakat miskin.
d. Keterjangkauan informasi, dimana informasi mengenai kesehatan,
layanan kesehatan, hak dan kewajiban pasien, serta hal-hal lainnya
terkait dengan hak atas kesehatan harus terjangkau. Masyarakat
berhak mencari, menerima dan memberitahukan informasi apapun
terkait dengan kesehatan.
kewajiban negara untuk memenuhi hak atas kesehatan15
a. Menghormati hak atas kesehatan
Tindakan atau kebijakan “apa yang tidak akan dilakukan” atau “apa yang
akan dihindari”. Negara wajib untuk menahan diri serta tidak melakukan
tindakan-tindakan yang akan berdampak negatif pada kesehatan, antara
lain : menghindari kebijakan limitasi akses pelayanan kesehatan,
menghindari diskriminasi, tidak menyembunyikan atau

15
Fheriyal Sri Isriawaty, Tanggung jawab Negara dalam Pemenuhan hak atas
kesehatan masyarakat berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 2, Volume 3, Tahun 2015

13
misrepresentasikan informasi kesehatan yang penting, tidak menerima
komitmen internasional tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap
hak atas kesehatan, tidak menghalangi praktek pengobatan tradisional
yang aman, tidak mendistribusikan obat yang tidak aman.
b. Melindungi hak atas kesehatan
Kewajiban utama negara adalah melakukan langkah-langkah di bidang
legislasi ataupun tindakan lainnya yang menjamin persamaan akses
terhadap jasa kesehatan yang disediakan pihak ketiga. Membuat legislasi,
standar, peraturan serta panduan untuk melindungi : tenaga kerja,
masyarakat serta lingkungan. Mengontrol dan mengatur pemasaran,
pendistribusian substansi yang berbahaya bagi kesehatan seperti
tembakau, alkohol dan lain-lain, mengontrol praktek pengobatan
tradisional yang diketahu berbahaya bagi kesehatan.
c. Memenuhi hak atas kesehatan
Pemerintah seperti menyediakan fasilitas dan pelayanan kesehatan,
makanan yang cukup, informasi dan pendidikan yang berhubungan
dengan kesehatan, pelayanan pra kondisi kesehatan serta faktor sosial
yang berpengaruh pada kesehatan seperti : kesetaraan gender, kesetaraan
akses untuk bekerja, hak anak untuk mendapatkan. identitas, pendidikan,
bebas dari kekerasan, eksploitasi, kejatahan seksual yang berdampak
pada kesehatan.

2.2 Konvensi Internasional Hak Asasi Manusia


Pada beberapa Konvensi Internasional dan dokumen hukum
internasional, ketentuan mengenai hak atas kesehatan ditetapkan sebagai
salah satu hak dasar (hak fundamental) yang dimiliki oleh setiap
individu. Ketentuan hak atas kesehatan yang merupakan hak fundamental
yang dimiliki oleh setiap individu di antaranya tercantum dalam
pembukaan World Health Organization (WHO) Constitution yang
berbunyi: The enjoyment of the highest attainable standard of health is
one of the fundamental rights of every human being without distinction of
race, religion, political belief, economic or social conditions. Pasal 25
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) menyatakan: Setiap

14
orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,
sandang, papan, dan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang
diperlukan, serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat,
ditinggalkan oleh pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain
yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar
kekuasaannya. Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12
ayat (1) Konvensi Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A (XXI) tanggal
16 Desember 1966, yaitu bahwa negara peserta konvenan tersebut
mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat
dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental. Dengan demikian hak atas
kesehatan sebagai salah satu hak dasar yang dimiliki oleh setiap individu
harus dihormati dan dipenuhi oleh negara tanpa membedakan suku,
agama, latar belakang politik, ekonomi maupun kondisi sosial.16
Paul Hunt dalam tulisannnya terkait laporan PBB (United
Nations) menekankan beberapa elemen penting dari hak atas kesehatan,
yaitu: the right to health gives rise to responsibilities in relation to
international assistance and cooperation: States have an obligation to
take steps, individually and through international assistance and
cooperation, toward the full realization of the right to health. Dengan
demikian negara mempunyai kewajiban untuk mengambil langkah-
langkah, secara individual maupun melalui bantuan dan kerjasama
internasional guna mewujudkan realisasi terhadap pemenuhan hak atas
kesehatan. Dalam arti itu, dapat dikatakan bahwa konsepsi hak atas
kesehatan merupakan bagian dari keberagaman sistem hukum nasional
yang mengacu atau mengikuti kaidah-kaidah hukum internasional
tentang hak asasi manusia.17
Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh
World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem

16

17
Sunaryati Hartono, Membangun Budaya Hukum Pancasila sebagai Bagian
dari Sistem Hukum Nasional di Abad 21, 1 Veritas et Justitia, 2015, hlm. 259.

15
kesehatan yang memastikan setiap warga memiliki akses yang adil
terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang bermutu dengan biaya yang terjangkau. Cakupan
universal mengandung dua elemen inti yakni pertama akses pelayanan
kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga, dan kedua
perlindungan resiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan
kesehatan. Dan setiap orang memiliki kewajiban untuk turut serta dalam
jaminan kesehatan sosial. Menurut rumusan kebijakan WHO, Secara
konseptual UHC adalah konsep yang menjamin semua orang mempunyai
akses kepada layanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dibutuhkan, dengan mutu yang memadai sehingga
efektif, di samping menjamin pula bahwa layanan tersebut tidak
menimbulkan kesulitan finansial penggunanya. WHO menekankan
bahwa pencapaian UHC membutuhkan penguatan dari segi pelayanan
kesehatan, tenaga kerja kesehatan, fasilitas kesehatan dan obat-obatan,
sistem informasi, serta tata kelola pelayanan kesehatan.18 Pemerintah
mengeluarkan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial bagi seluruh warga
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju
terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.
Sesuai dengan undang-undang tersebut , SJSN diselenggarakan dengan
mekanisme asuransi sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran
untuk memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang
menimpa peserta dan/atau keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen terhadap
pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia seluruhnya Seiring
dengan dimulai berlakukannya JKN per 1 Januari 2014, semua program
jaminan kesehatan yang pernah diberlakukan pemerintah seperti Askes,
Jamsostek, Jamkesmas) diintegrasikan ke dalam satu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS merupakan
badan penyelenggara asuransi sosial kesehatan yang mengelola upaya
18
Universal Health Coverage http://www.Who.int/ , diakses pada tanggal 18 januari
2021

16
kesehatan perorangan (UKP) seluruh masyarakat di Indonesia. BPJS
kesehatan akan melakukan kerjasama dengan Pelaksana Pelayanan
Kesehatan (PPK) di tingkat pertama dan tingkat lanjutan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hak Asasi Manusia atas kesehatan di Indonesia
Dalam konstitusi Indonesia bahwa hak atas kesehatan merupakan
hak mendasar bagi manusia. Falsafah dasar dari jaminan hak atas
kesehatan sebagai HAM merupakan raison d’etre kemartabatan manusia
(human dignity)19. Kesehatan adalah hak fundamental setiap manusia.
Karena itu setiap individu, keluarga maupun masyarakat berhak
memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan pemerintah
bertanggung jawab mengatur dan melindungi agar masyarakat terpenuhi
hak hidup sehatnya termasuk masyarakat miskin yang tidak mampu.
Untuk menjamin agar hak kesehatan dapat dipenuhi, UUD NRI Tahun
1945, Pasal 34 ayat (3) menandaskan bahwa : “Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan ...”.20 Pasal 28H
ayat (3) mengamanatkan bahwa : “Setiap orang berhak atas atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat”. Ketentuan pasal 28H ayat (3)
tersebut, terkait dengan Pasal 34 ayat (2) yang berbunyi: “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan”. Konstitusi telah mengamanatkan bahwa
penyediakan fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab negara, dan
negara juga bertanggung jawab untuk menjamin masyarakat dapat
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Undang-Undang
No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 4 yang berbunyi setiap orang
berhak atas kesehatan. Oleh sebab itu, dalam perspektif pemenuhan hak
dasar warga negara atas kesehatan, pemerintah terikat tanggung jawab
19
Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan
Budaya, Rajawali Pers, Jakarta, 2008., hlm. 152
20
Pasal 34 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945, berbunyi: “Negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”

17
untuk menjamin akses yang memadai bagi setiap warga negara atas
pelayanan kesehatan yang layak dan optimal. Sebagai upaya untuk
menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi (to
fulfil) kewajiban negara mengimplementasikan norma-norma HAM pada
hak atas kesehatan, harus memenuhi prinsip-prinsip:
(1). Ketersediaan pelayanan kesehatan;
(2) Aksesibilitas;
(3) Penerimaan ; dan
(4) Kualitas.21
Sementara itu, dalam bentuk kewajiban negara untuk memenuhi
hak atas kesehatan diinternalisasikan dalam bentuk kebijakan pemerintah
dengan prinsip:
(a) Menghormati hak atas kesehatan;
(b) Melindungi hak atas kesehatan; dan
(c) Memenuhi hak atas kesehatan.
Menurut Komentar Umum Nomor 14 atas pasal 12 dari Kovenan
Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tentang Hak
Untuk Pencapaian Standar Kesehatan yang Tinggi, menyebutkan bahwa
jaminan akses atas layanan kesehatan yang memadai di antaranya adalah
meliputi aksesibilitas finansial, yaitu bahwa layanan kesehatan harus
terjangkau bagi seluruh warga negara.22 Oleh karena itu, pemerintah
terikat tanggung jawab untuk memastikan ketersediaan sumber daya
finansial bagi penyelenggaraan layanan kesehatan yang memadai
sedemikian rupa terjangkau bagi setiap kalangan masyarakat. Kebijakan
Pemerintah Indonesia untuk memenuhi hak atas kesehatan warga negara
Indonesia adalah dengan Universal Health Coverage (UHC) melalui
skema jaminan kesehatan sosial untuk memperluas akses terhadap

21
Dedi Afandi, Hak Atas Kesehatan Dalam Perpektif HAM, Jurnal Ilmu
Kedokteran, Jilid 2 Nomor 1 - Maret 2008.
22
Adenantera Dwicaksono, et.al., Analisis Pembiayaan Jaminan Kesehatan Di
Daerah : Panduan Praktis untuk Elemen Masyarakat Sipil, Pemerintah Daerah, dan
DPRD, Penerbit Perkumpulan INISIATIF, Bandung, 2010., hlm. 7

18
pelayanan kesehatan dan melindungi pasien serta keluarga dari
kemungkinan pemiskinan akibat belanja kesehatan katastropik.23
Sistem jaminan sosial nasional merupakan suatu jaminan untuk
memenuhi jaminan kebutuhan dasar manusia yang layak. Sistem jaminan
sosial nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan
memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharakan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila tejadi hal-hal yang
dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena
menderita sakit, mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki
usia lanjut, atau pensiun. Ditetapkanya Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diharapkan
bisa meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dalam
bidang kebutuhan dasar. Dalam upaya meningkatkan dan mendorong
derajat kesehatan masyarakat, maka pemerintah telah menetapkan
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan kebutuhan
dasar manusia terutama dalam bidang kesehatan.
3.2 Universal Health coverage di Indonesia
Mandat penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Semesta (Universal
Health Coverage) oleh negara-negara di seluruh dunia anggota PBB,
termasuk Indonesia, pada dasarnya adalah merupakan kesepakatan
global, Melalui PBB, dimulai dengan kesepakatan yang dibuat bersama
World Health Organisation (WHO) pada tahun 1948, kesepakatan
penerapan program Millenium Development Goals (MDGs) dan
dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Melalui
Konstitusi, Pasal 28 UUD NKRI, Negara mengamanatkan
penyelenggaraan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia kepada
Pemerintah dan seluruh badan/jabatan pelaksana pemerintahan. Jaminan
Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage, UHC) adalah tujuan
23
Subianto, Achmat, 2010, Sistem Jaminan sosial Nasional Pilar Penyangga
Kemandirian Perekonomian Bangsa, Penerbit Gibon Book, Jakarta

19
atau cita-cita (telos) yang harus direalisasikan oleh negara dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan publik dengan konsep dasar bahwa
semua individu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan dengan biaya yang terjangkau. Sistem Jaminan kesehatan
semesta mempunyai makna yang sangat mendasar, yaitu tersedianya
pelayanan kesehatan secara berkeadilan dan perlindungan risiko
finansial. Dengan demikian, seluruh penduduk dapat mengakses
pelayanan kesehatan berkualitas sesuai kebutuhan medisnya, mulai dari
promosi kesehatan hingga pencegahan, perawatan, rehabilitasi, dan
perawatan paliatif.
Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional telah diatur di
dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN). Pada Pasal 1 angka (1), UU No. 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, berbunyi “Jaminan sosial adalah
salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak”. 24 Pasal 3,
UU No. 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
berbunyi “Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak
bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya”. Pasal 22 ayat (1), UU
No.40 tahun 2004 Tentang SJSN, berbunyi “Manfaat jaminan kesehatan
bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,
termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan”.
Berdasarkan UU No. Undang No. 40 Tahun 2004 ini, diatur tentang
penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang meliputi jaminan
kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua,
dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk melalui iuran wajib
pekerja.
Sejak 1 Januari 2014 Pemerintah menetapkan Jaminan Kesehatan
Nasional yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan sebagaimana

24
Undang-Undang No.40 tahun 2004 tentang Sitem Jaminan Sosial Nasional

20
pernyataan pasal 5 UU No. 40 thun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). UU SJSN merumuskan Program Jaminan Kesehatan
dengan prinsip dasar dalam pasal 19 ayat 1 yakni berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial yakni;
kegotongroyongan, antara yang warga yang mampu dengan warga yang
tidak mampu dan warga yang sehat dengan warga yang sakit.
Kepesertaan bersifat wajib sehingga seluruh warga dapat terlindungi.
Prinsip nirlaba, artinya dana yang terkumpul dari iuran akan digunakan
untuk manfaat bersama dan warga. Terakhir, prinsip keterbukaan, kehati-
hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas dalam hal pengelolaan
dana JKN.25
Berdasarkan sistem Jaminan Kesehatan Semesta atau Universal
Health Coverage (UHC) ini, keberadaan BPJS mempunyai posisi sangat
strategis dan penting bagi penyelenggaraan pelayanan dan sarana yang
memberi ruang bagi masyarakat untuk memperoleh akses dan layanan
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang selama ini masih menjadi
barang langka dan sulit dijangkau, dengan adanya BPJS, telah menjadi
sarana untuk memperoleh layanan kesehatan yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Menurut UU No.24 tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 1 angka (1), yang berbunyi “Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial”. Pasal 1 angka 2, UU No.24 tahun 2011, berbunyi “Jaminan
Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak”. Tujuan BPJS diatur dalam Pasal 3 UU UU No.24 tahun 2011
yang berbunyi “BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya
pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi
setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya”. Dengan program UHC
yang dilakukan pemerintah Indonesia besar harapan akan terpenuhinya
hak-hak atas kesehatan untuk rakyat Indonesia.
25
Jaminan Kesehatan Nasional-BPJS, http://www.bpjs-kesehatan.go.id/, diakses
pada tanggal 14 oktober 2020.

21
3.3 Hak Atas Kesehatan Pada Masa Pandemi Covid-19
Sejak pasien pertama COVID-19 di Indonesia diumumkan oleh
Presiden Jokowi pada tanggal 2 Maret 2020, pemberitaan media nasional
mengenai wabah Covid-19 ini seakan tak pernah surut. Berbagai elemen
masyarakat pun tak luput memberikan komentarnya terhadap langkah
yang diambil Pemerintah di tengah kondisi darurat ini, terlebih ketika
Presiden memilih untuk memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) sejak tanggal 31 Maret lalu melalui Peraturan Pemerintah
No. 21 Tahun 2020. Amnesty International Indonesia mencatat
setidaknya ada empat hak asasi manusia yang terdampak akibat pandemi
global ini.26
1. Hak atas Kesehatan
Menurut pasal 12(2) huruf d Kovenan Internasional tentang Hak-
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic,
Social and Cultural Rights-ICESCR) serta Paragraf 12(b) Komentar
Umum Nomor 14 mengenai Pasal 12 ICESCR, yang telah diratifikasi
Indonesia melalui UU No. 11 tahun 2005, negara wajib mengupayakan
perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri, pencegahan,
pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik,
penyakit lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan, serta penciptaan
kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian
medis.
Hak atas kesehatan juga dijamin dalam Pasal 4 UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, yang berbunyi “setiap orang berhak atas kesehatan”
serta Pasal 9 ayat (3) UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
yang berbunyi “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat”. Selain para tenaga kesehatan, kelompok lain yang juga terancam
hak atas kesehatan-nya di tengah wabah ini adalah kelompok rentan.
Menurut Pasal 55 UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

26
Pandemi Covid-19 membuat tantangan HAM makin berat,
http://www.hukumonline.com/, diakses pada tanggal 16 oktober 2020

22
Bencana, kelompok rentan meliputi orang lanjut usia; bayi; balita; anak-
anak; ibu yang mengandung atau menyusui serta penyandang disabilitas.
Mereka semua wajib diberikan perlindungan secara khusus.
2. Hak atas Informasi dan Privasi
Hak asasi berikutnya yang terdampak di tengah wabah COVID-
19 adalah hak atas informasi dan Privasi. Dalam pasal 19 ayat (2)
Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik (International
Covenant on Civil and Political Rights-ICCPR) serta Paragraf 18
Komentar Umum No. 34 terhadap Pasal 19 ICCPR, negara wajib
menjamin hak setiap orang untuk mencari dan menerima informasi,
termasuk informasi yang dimiliki badan publik. Tidak hanya itu, negara
juga wajib menjamin aksesibilitas terhadap informasi kesehatan sesuai
pasal 12(1) ICESCR dan Paragraf 12(b) Komentar Umum No. 14
terhadap Pasal 12 ICESCR. Informasi yang dapat mengancam hajat
hidup orang banyak, termasuk informasi terkait epidemik dan wabah,
juga wajib diumumkan oleh badan publik yang memiliki kewenangan,
sesuai pasal 12 Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang
Standar Layanan Informasi Publik. Bahkan, jika kita menilik pasal 154
ayat (1) UU Kesehatan, Pemerintah punya kewajiban untuk menetapkan
dan mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi
menular dan/atau menyebar dalam waktu yang singkat, serta
menyebutkan daerah yang dapat menjadi sumber penularan. Pasal 57
ayat (2) UU Kesehatan, Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi
kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
dalam hal:
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut.
Keterbukaan informasi ini penting dan dibutuhkan oleh seluruh lapisan
masyarakat, terutama oleh para tenaga kesehatan yang berada di garda

23
terdepan dalam penanganan wabah. Keterlambatan dan rendahnya
transparansi informasi terkait penanganan COVID-19 bisa
membahayakan kesehatan, karena masyarakat dan tenaga kesehatan
menjadi tidak bisa mengambil langkah pencegahan yang maksimal. Hak
atas privasi pasien covid-19 akan tunduk kepada hak kepentingan
masyarakat karena sebagaimana diketahui bahwa virus covid-19
merupakan penyakit menular yang dapat membahayakan kesesehatan
masyarakat.
3. Hak atas Pekerjaan
Pasal 59 Undang-Undang No.6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan, yang berbunyi :
(1) Pembatasan Sosial Berskala Besar merupakan bagian dari respons
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
(2) Pembatasan Sosial Berskala Besar bertujuan mencegah meluasnya
penyebaran penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
sedang terjadi antar orang di suatu wilayah tertentu.
(3) Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit meliputi:
a. peliburan sekolah dan tempat kerja;
b. pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
c. pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
Dengan diterapkannya para pekerja -di sektor formal hingga
informal, dari pekerja industri rumahan maupun usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), hingga pekerja harian lepas maupun pekerja
berpenghasilan rendah lainnya -rentan menghadapi risiko pemotongan
upah, penolakan hak cuti, dirumahkan tanpa upah, hingga pemutusan
hubungan kerja (PHK). Jika perusahaan memilih untuk memotong cuti
bagi pekerja yang tidak masuk sebagai salah satu cara pengendalian
COVID-19, maka Pemerintah wajib memastikan perusahaan tetap
membayarkan upah pekerja, sesuai dengan Paragraf 41 Komentar Umum
No. 23 tahun 2016 mengenai hak atas pekerjaan. Pekerja yang
mengalami pengurangan pemasukan akibat penyakit juga memiliki hak

24
untuk mengakses manfaat-manfaat, yang setidaknya mencakup
pelayanan kesehatan, air dan sanitasi, serta makanan. Yang terpenting,
penanganan kondisi darurat-apapun penyebabnya dan bagaimanapun
dampak yang dihasilkan -tidak boleh melanggar prinsip-prinsip hak asasi
manusia
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan adalah hak fundamental setiap manusia, karena itu
setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya terhadap perlindungan dan
penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat yang layak, aman dan
bermutu..
Pemerintah bertanggung jawab mengatur dan melindungi hak atas
kesehatan warga negaranya secara optimal. Tanggung jawab pemerintah
dalam pemenuhan hak atas kesehatan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan sarana dan fasilitas kesehatan yang layak, serta mudah
diakses oleh masyarakat.
Program Universal Health Coverage atau Jaminan Kesehatan
Semesta merupakan salah satu bentuk perlidungan sosial di bidang
kesehatan untuk menjamin agar memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
yang layak, bersifat pelayanan kesehatan menyeluruh mencakup
pelayanan promotif, preventif serta kuratif dan rehabilitatif, yang
diberikan secara berjenjang dan bermutu.
4,2 Saran
1. Perlunya upaya yang serius dan komperhenif dalam pelaksanaan UHC
di Indonesia untuk memenuhi hak asasi manusia atas kesehatan rakyat
Indonesia.
2. Pada masa pandemi covid-19, pemerintah harus lebih tegas dan
terkoordinasi dengan baik dalam mengimplementasikan aturan-aturan
yang ada di dalam regulasi kepada warga negara Indonesia dan juga
aparatur negara.

25
3. Koordinasi antar lintas program dan sektor yang terkait dalam
pemenuhan hak atas kesehatan rakyat Indonesia pada masa pandemi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmat, Subianto, 2010, Sistem Jaminan sosial Nasional Pilar
Penyangga Kemandirian Perekonomian Bangsa, Penerbit Gibon
Book, Jakarta
Dwicaksono, Adenantera, et.al., Analisis Pembiayaan Jaminan
Kesehatan Di Daerah : Panduan Praktis untuk Elemen Masyarakat
Sipil, Pemerintah Daerah, dan DPRD, Penerbit Perkumpulan
INISIATIF, Bandung, 2010., hlm. 7
El Muhtaj, Majda, Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya, Rajawali Pers, Jakarta, 2008., hlm. 152
Nasution ,Bahder Johan, 2011, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Bandung: Mandar Maju, hal. 129.

Journal
Afandi, Dedi, Hak Atas Kesehatan Dalam Perpektif HAM, Jurnal Ilmu
Kedokteran, Jilid 2 Nomor 1 - Maret 2008.
Isriawaty, Fheriyal Sri, Tanggung jawab Negara dalam Pemenuhan hak
atas kesehatan masyarakat berdasarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945, Jurnal Ilmu Hukum Legal
Opinion Edisi 2, Volume 3, Tahun 2015.

Perundang-Undangan
Undang-undang Dasar 1945, pembukaan aline ke-4
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 28H ayat (1)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
Undang-Undang No.6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan

26
Internet
Sudrajat, Jajan,mewujudkan hak asasi manusia dibidang kesehatan,senin
5 desember 2011,https://www.antaranews.com/mewujudkan-hak-
asasi-manusia-di-bidang kesehatan, diakses pada pada tanggal 24
maret 2020, pukul 14.00 wib.
Putri, Kekeanisa, “Defenisi Sehat menurut WHO (World Health
Organization)”, 24 maret 2014.
http://kekeanisa20091995.wordpress.com/Defenisi-sehat-menurut-
WHO/, diakses pada tanggal 14 oktober 2020
Hak asasi manusia-wikipedia, dikuti dari http://www.wikipedia.org/hak-
asasi-mausia-wikipedia, diakses 15 oktober 2020, pukul 17.00 wib.
Jaminan Kesehatan Nasional-BPJS, http://www.bpjs-kesehatan.go.id/,
diakses pada tanggal 14 oktober 2020.
Pandemi Covid-19 membuat tantangan HAM makin berat,
http://www.hukumonline.com/, diakses pada tanggal 16 oktober
2020
Wabah Covid-19 bukan alasan untuk mengorbankan HAM,
http://kontras.org/, diakses pada tanggal 15 oktober 2020

27

You might also like