You are on page 1of 10

DAFTAR ISI

Pengertian dan sejarah Ahlusunnah Wal Jamaah……………………………..I

Alirah Asy’ariyah……………………………………………………………..II

Tokoh-tokoh aliran Asy’ariyah……………………………………………….III

Doktrin ajaran aliran Asy’ariyah……………………………………………...IV

Aliran Maturidiyah………………………………………………………….....V

Doktrin ajaran aliran Maturidiyah……………………………………………..VI


I. Pengertian dan sejarah Ahlusunnah wal jama’ah

Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan salah satu dari beberapa aliran


Kalam. Adapun ungkapan Ahl al-Sunnah dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu umum dan khusus. Mu’tazilah sebagaimana Asy’ariyah masuk
dalam barisan Sunni. Sementara Sunni dalam pengertian khusus adalah
madzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan dari
Mu’tazilah. Pengertian yang kedua inilah yang dipakai dalam pembahasan ini.

Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan gabungan dari kata ahl assunnah


dan ahl al-jama’ah. Dalam bahasa Arab, kata ahl berarti “pemeluk aliran/
mazhab” (ashab al-mazhabi), jika kata tersebut dikaitkan dengan aliran/
madzhab. Kata al-Sunah sendiri disamping mempunyai arti al-hadits, juga
berarti “perilaku”, baik terpuji maupun tercela. Kata ini berasal dari kata sannan
yang artinya “jalan”.

Selanjutnya mengenai definisi al-Sunnah, secara umum dapat dikatakan


bahwa al-Sunnah adalah sebuah istilah yang menunjuk kepada jalan Nabi SAW
dan para sahabatnya, baik ilmu, amal, akhlak, serta segala yang meliputi
berbagai segi kehidupan. Maka, berdasarkan keterangan di atas, ahl al-Sunnah
dapat diartikan dengan orang-orang yang mengikuti sunah dan berpegang teguh
padanya dalam segala perkara yang Rasulullah SAW dan para sahabatnya
berada di atasnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari Kiamat.
Seseorang dikatakan mengikuti al-Sunah, jika ia beramal menurut apa yang
diamalkan oleh Nabi SAW berdasarkan dalil syar’i, baik hal itu terdapat dalam
alQur’an, dari Nabi SAW, ataupun merupakan ijtihad para sahabat.

Adapun al-Jama’ah, berasal dari kata jama’a yang berarti “menyetujui”


atau “bersepakat”. Dalam hal ini, aljama’ah juga berarti berpegang teguh pada
tali Allah SWT secara berjama‟ah, tidak berpecah dan berselisih.
II. Aliran Asy’ariyah

Asy’ariyah adalah sebuah paham aqidah yang dinisbatkan kepada


Abul Hasan Al Asy'ari Nama lengkapnya ialah Abdul Hasan Ali bin Ismail
bin Abi Basyar Ishak Bin Salim Bin Ismail bin Abdillah bin Musa Bilal bin
Abi Burdah Amir bin Abi Musa Al Asy'ari

Abu Hasan Al Asy'ari dilahirkan pada tahun 260H/874M di Basrah


dan meninggal dunia di Baghdad pada tahun 324H/936M ia berguru kepada
Abu Ishaq Al-Marwazi seorang Faqih Mazhab Syafi'i di Masjid Al Mansyur
Baghdad Ia belajar ilmu kalam dari Al juba'i seorang ketua mu'tazilah di
Basrah

Al Asy'ari yang semula berapaham mu'tazilah akhirnya berpindah


menjadi ahli sunnah. Dalam kitab Al ibanah Ia menjelaskan bahwa ia
berpegang pada mazhab Ahmad bin hambal Al Asy'ari menolak pemikiran
mu'tazilah qadariyah jamiyah rafidah dan murji'ah dalam beragama ia
berpedoman pada Al-Quran, Sunnah nabi dan apa yang diriwayatkan para
sahabat tabi’in serta Imam ahli hadist

Paham semakin berkembang pada masa keemasan Madrasah An


nizamiah baik yang ada di Baghdad maupun di kota naisabur Madrasah an
nizamiyah yang ada di Baghdad adalah universitas terbesar di dunia
didukung oleh para petinggi negeri itu seperti Al Mahdi Bintara dan
Nuruddin Mahmud Al zanki serta Sultan shalahudin al-ayyubi.
III. Tokoh-tokoh aliran Asy’ariyah

Al-Ghazali (450-505 H/1056-1111M)


Al-Imam Fakhurarrazi (544-606H/1150-1210M)
Abu Ishaq al-Isfirayini (418H/1027M)
Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilani (328-402 H/950-1013 M)
Abu Ishaq asy-Syirahi (293-476 H/ 1003-1083 M)
IV. Doktrin ajaran Asy’ariyah

Adapun doktrin-doktrin ajaran aliran Asy’ariyah sebagai berikut;


Yang pertama Sifat Tuhan Pandangan aliran Asy’ariyah mengenai sifat
ketuhanan ialah mengakui Zat Allah SWT berbeda dari makhluk. Contoh, Allah
Maha Mendengar. Sifat itu berbeda dengan manusia yang bisa mendengar.
Yang kedua, Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia Aliran Asy’ariyah
meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan untuk menciptakan sesuatu,
kecuali dengan adanya daya dan upaya dari Allah SWT. Yang ketiga, Keadilan
Tuhan Aliran Asy’ariyah berpandangan bahwa penentuan nasib manusia di
akhirat merupakan hak mutlak Allah SWT untuk menentukan hal itu dengan
segala kuasa-Nya. Yang keempat, Melihat Tuhan di Akhirat Paham aliran
Asy’ariyah memuat keyakinan bahwa melihat Zat Tuhan adalah kegembiraan
paling tinggi bagi manusia di akhirat kelak. Perihal bagaimana manusia bisa
melihat Zat Tuhan ketika di akhirat kelak, aliran Asy’ariyah menganggap itu
menjadi hak Allah SWT untuk menentukannya. Yang kelima, Dosa Besar
Aliran Asy’ariyah meyakini bahwa orang Islam yang melakukan dosa besar
layak disebut fasik, dan soal kemungkinan ia masih mungkin menerima
ampunan atau tidak, tergantung kepada kehendak Allah SWT. Jika seorang
muslim masuk golongan orang fasik maka ia akan dimasukkan ke neraka.
Sedangkan jika ia mendapatkan pengampunan dari Allah SWT, ia akan
dimasukkan ke dalam surga-Nya.
V. Aliran Maturidiyah
Maturidiyah adalah aliran pemikiran kalam yang berpegang pada
keputusan akal pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’.
sebaliknya jika hal itu bertentangan dengan syara’ maka akal harus tunduk
kepada keputusan syara’

Al-maturidi berdasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan


kepada pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-
fiqih Al-Akbar dan alfiqih Al-abshad serta memberikan urusan-urusannya
terhadap kedua kitab-kitab tersebut Matur dan dia lebih mendekati golongan
mu'tazilah

Aliran materi dia lahir disamarkan pertengahan kedua dari abad ke IX M


pendirinya adalah Abu Mansur Muhammad ibn Muhammad ibnMahmud al-
maturidi di daerah maturid samarkan munculnya aliran materi dia untuk
melawan masa mu'tazilah Abu Mansyur al-maturizi menganut mazhab Abu
Hanifah dalam masalah fiqih Oleh sebab itu kebanyakan pengikutnya juga
bermazhab Hanafi almamater ini dalam pemikiran teologinya banyak
menggunakan Ra sio hal ini mungkin banyak dipengaruhi oleh Imam Abu
Hanifah.
VI. Doktrin Ajaran aliran Maturidiyah
1. Kewajiban Mengenal Allah SWT dan Syariat Islam Menurut aliran
Maturidiyah, meski akal dapat mengetahui kebaikan dan keburukan
secara objektif, tetapi pemikiran manusia tidak dapat mencapai
pengetahuan agama (perintah Allah SWT) secara sempurna. Dengan
demikian, akal manusia tetap membutuhkan syariat Islam untuk
mengetahui kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada hambanya.
Doktrin utama Maturidiyah ini berbeda dengan pemikiran dari aliran
Mu'tazilah yang menyatakan bahwa Allah SWT menganugerahkan akal
kepada manusia yang bisa digunakan secara penuh buat mengetahui
kebenaran perintah-perintahNYA. Menurut Maturidiyah, akal adalah
media untuk memahami perintah Allah. Sementara, kewajiban itu datang
langsung dari Tuhan. Artinya, manusia berkewajiban untuk mengenal
Allah SWT dan mempelajari syariat-syariatnya.

2. Kebaikan dan Keburukan Menurut Rasio Maturidiyah membagi


kemampuan akal dalam mengetahui kebaikan dan keburukan dalam tiga
hal. Adapun tiga doktrin aliran Maturidiyah tersebut adalah sebagai
berikut. Pertama, ada kebenaran objektif yang bisa diketahui akal.
Misalnya, mencuri adalah perbuatan yang salah, bahkan tanpa harus ada
larangan mencuri dari syariat Islam. Kedua, kebenaran dan keburukan
yang tidak mungkin diakses oleh akal dan hanya Allah SWT yang
mengetahui hal tersebut. Ketiga, kebenaran dan keburukan yang tidak
sanggup diketahui oleh akal. Karena itu, manusia harus mempelajari
syariat Islam untuk mengetahui hal tersebut. Kendati akal bisa
mengetahui kebaikan dan keburukan yang objektif, tetapi perintah dan
larangan hanya dibebankan setelah adanya syariat Islam, demikian
kesimpulan dari doktrin Maturidiyah.

3. Perbuatan Manusia Aliran Maturidiyah memandang bahwasanya


perwujudan perbuatan itu terdiri dari dua hal, yaitu perbuatan Allah SWT
dan perbuatan manusia. Artinya, Allah menciptakan perbuatan manusia
sebagaimana firman-Nya dalam surah As-Shaffat ayat 96: “Allah-lah
yang menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan” (Q.S. As-Shaffat [37]:
96) Kendati demikian, manusia memiliki daya dan kehendak untuk
menentukan perbuatan tersebut. Manusia akan melakukan perbuatan yang
sudah diciptakan Tuhan. Aliran Maturidiyah menyangkal pendapat yang
menyebut bahwasanya manusia memiliki kehendak bebas (free will).
Namun, Maturidiyah juga tidak menyetujui fatalisme. Maturidiyah berada
di posisi tengah-tengah: bahwasanya perwujudan perbuatan adalah
gabungan dari penciptaan Allah SWT dan partisipasi manusia di
dalamnya.

4. Janji dan Ancaman Allah SWT memberikan ancaman neraka kepada


pendosa dan menjanjikan surga bagi orang-orang yang beramal baik.
Kendati demikian, Allah SWT berkehendak sesuai kebijakannya. Apabila
Allah SWT ingin memberi ampun kepada pendosa maka Sang Maha
Kuasa akan memasukkan hambanya itu ke surga. Demikian juga
sebaliknya. Berbeda dengan aliran Khawarij, aliran Maturidiyah
memandang bahwa pelaku dosa besar masih dikategorikan mukmin
(muslim) sepanjang masih ada keimanan dalam hatinya. Pendosa besar
tidak bisa dicap telah kafir, menurut aliran Maturidiyah. Sementara jika
pelaku dosa besar meninggal sebelum bertaubat maka nasibnya
diserahkan kepada kehendak Allah SWT.
MAKALAH
AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH

KELOMPOK:
- Siti Sarah
- Syifa Aulia
- Zahira Amani
MAKALAH
Aliran Mu'tazilah

KELOMPOK:
1. Siti Hanifah Maulidya
2. Siti Nur Arya Septiana

Kelas : 11 BDDP

You might also like