You are on page 1of 7

Adab Bertetangga Menurut Ajaran Islam yang Perlu Diamalkan

Umat Islam diperintahkan untuk menjaga hubungan baik antar sesama,


termasuk dengan tetangga.

Kehidupan bertetangga menjadi perhatian penting dalam Islam. Dalam


hadits Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya”.

Sebab sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain. Dan tetangga merupakan orang terdekat setelah keluarga yang
dapat memberikan pertolongan dengan segera ketika seseorang
membutuhkannya.

Rasulullah Saw menerangkan tentang siapa saja yang merupakan


tetangga itu dalam hadisnya. "Tiap empat puluh rumah adalah tetangga-
tetangga, yang di depan, di belakang, di sebelah kanan dan di sebelah kiri
(rumahnya)." (HR Ath-Thahawi).
Namun dengan kehidupan yang semakin individualis, saat ini banyak
tetangga yang tidak saling mengenal, bermusuhan, atau malah
mengumbar aib.
Peribahasa Bugis

mabbola calla’ ritengnga kampong


(berumah sendirian di tengah kampung).

Peribahasa ini menggambarkan seseorang atau suatu keluarga yang


hidupnya terisolir karena tidak berinteraksi dengan penduduk di dalam
kampung.
Walaupun rumahnya berada di dalam kampung, tetapi ia dianggap sebagai
penduduk yang terpisah dari masyarakat yang tinggal di dalam
perkampungan tersebut.
Hal ini menunjukkan ketidakharmonisan keluarga tersebut dengan
tetangganya, disebabkan karena sifat individualis, angkuh, conkak, arogan,
sombong, tidak solider dan tidak menghargai orang lain, sehingga seluruh
masyarakat dan tetangga membencinya.
Ini tentu bertentangan dengan perintah Allah SWT dalam surat An Nisa
ayat 36 yang artinya:

“Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,


orang-orang miskin, serta tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh."
(QS an-Nisaa: 36).

Allah juga menyuruh berbuat baik kepada tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh. Tetangga dekat dan yang jauh ialah orang-orang yang
berdekatan rumahnya, sering berjumpa setiap hari, bergaul setiap hari, dan
tampak setiap hari keluar-masuk rumahnya. Tetapi ada pula yang
mengartikan dengan hubungan kekeluargaan, dan ada pula yang
mengartikan antara yang muslim dan yang bukan muslim.
Berbuat baik kepada tetangga adalah penting. karena pada hakikatnya
tetangga itulah yang menjadi saudara dan famili. Kalau terjadi sesuatu,
tetanggalah yang paling dahulu datang memberikan pertolongan, baik
siang maupun malam.
Saudara dan sanak famili yang berjauhan tempat tinggalnya, belum tentu
dapat diharapkan dengan cepat memberikan pertolongan pada waktu
diperlukan, seperti halnya tetangga. Oleh karena itu, hubungan yang baik
dengan tetangga harus dijaga, jangan sampai terjadi perselisihan dan
pertengkaran, walaupun tetangga itu beragama lain. Nabi Muhammad saw
pernah melayat anak tetangganya yang beragama Yahudi.
Banyak hadis yang menerangkan kewajiban bertetangga secara baik di
antaranya:

"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia
berbuat baik kepada tetanggannya" (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah).
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Tetangga
itu ada tiga macam, tetangga yang mempunyai satu hak saja, dan ia
merupakan tetangga yang haknya paling ringan. Ada tetangga yang
mempunyai dua hak dan ada tetangga yang mempunyai tiga hak, inilah
tetangga yang paling utama haknya. Adapun tetangga yang hanya
mempunyai satu hak saja, ialah tetangga musyrik, tidak ada hubungan
darah dengan dia, dia mempunyai hak bertetangga. Adapun tetangga yang
mempunyai dua hak, ialah tetangga Muslim, baginya ada hak sebagai
Muslim dan hak sebagai tetangga. Tetangga yang mempunyai tiga hak
ialah tetangga Muslim yang ada hubungan darahnya. Baginya ada hak
sebagai tetangga, hak sebagai Muslim dan hak sebagai famili." (Riwayat
Abu Bakar al-Bazzar).
"Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah, tidak
beriman." Rasulullah ditanya orang, "siapa ya Rasulullah?" Rasulullah
menjawab, "Ialah orang yang kejahatannya tidak membuat aman
tetangganya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

berikut ini adalah sejumlah adab bertetangga yang perlu dipraktikkan


dalam kehidupan sehari-hari:
Menghormati dan Berbuat Baik

Memuliakan tetangga ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah


satunya adalah dengan menunjukkan kepedulian terhadap kondisi
tetangga yang kurang beruntung. Ketika seseorang memiliki rezeki yang
lebih, tidak ada salahnya untuk membaginya dengan tetangganya.
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Bukan mukmin, orang yang kenyang
perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan." (HR Al Baihaqi dalam
Sunan Al Kubra 18108, disahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah
149).
Dan ketika diberi sesuatu oleh tetangga, seseorang tidak boleh
meremehkannya meskipun jumlah pemberiannya sedikit. Ini merupakan
bentuk penghormatan atas kerendahan hatinya.
"Wahai para wanita muslimah, janganlah ada seorang tetangga yang
meremehkan hadiah tetangganya meskipun kikil (kaki) kambing." (HR.
Bukhari dan Muslim).
”Punna sunggu empoannu, sannammi katalassannu urangi tongi tunaya na
to kasiasia.” Artinya, Jikalau sudah senang dan bahagia hidupmu ingat
kepada orang miskin.
Tidak Mengganggu Tetangga
Mengutip buku Adab Muslim Sehari Semalam tulisan al-Qismul Ilmi Bi
Madaril Wathan, Muslim yang bijak seharusnya tidak melakukan tindakan
yang bisa mengganggu kenyamanan tetangga. Misalnya dengan
menyalakan radio atau televisi dengan keras, membuang sampah di
rumahnya, menutup jalannya, dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah, tidaklah beriman, tidaklah
beriman!” “Siapa, wahai Rasul?” Tanya sahabat.“Dia yang tidak memberi
rasa aman bagi tetangganya dari gangguannya” (HR.Bukhari dan Muslim).
Niak tonja antu paccena punna pacce naekbak lading
Terjemah   : “ada juga pedihnya, tetapi pedih karena teriris pisau”
Makna         : dikatakan kepada orang yang tak mempunyai rasa belas
kasihan terhadap penderitaan atau musibah yang menimpa orang lain.

Sipaccinikang lomo-lomo tasipaccinikang sukkarak


Terjemah   : “saling memperlihatkan kemudahan dan tidak saling membawa kesulitan”
Makna         : saling membantu dalam mencapai kemajuan, saling mempermudah urusan dan
tidak saling menghalangi.

Menjenguk Ketika Sakit


Ketenangan hati merupakan salah satu kunci kesembuhan. Jika seseorang
yang sedang sakit dijenguk dan didoakan oleh kawan atau tetangganya,
maka hatinya akan tentram. Pada akhirnya ini akan membantu proses
penyembuhannya. Oleh sebab itu, jika ada tetangga yang sakit, hendaknya
kita menengoknya.
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang menjenguk saudaranya
yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil
memetik buah-buahan surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk
maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya
di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar mendapat
rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka
tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga waktu
pagi tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad
shahih).
Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak
jarang, tetangga kita lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat kita yang
tinggal berjauhan. Saat kita sakit dan ditimpa musibah, tetanggalah yang
pertama membantu kita. Tak heran, jika Islam begitu menekankan kepada
kita untuk berbuat baik kepada terangga, karena dampak hubungan yang
harmonis antar tetangga mendatangkan maslahat yang begitu besar.

"Dan berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau menjadi


seorang Muslim." (HR Ibnu Majah).
Semakin tinggi keimanan seseorang, maka semakin mulia pula akhlaknya
kepada siapa pun, termasuk kepada para tetangganya. Keluhuran akhlak
seseorang bukti kesempurnaan imannya.
Rasulullah bersabda, "Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik
terhadap sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik
terhadap tetangganya." (HR Tirmidzi).
Kontui jeknek simata massolonna
Terjemah   : “bagaikan air yang selalu mengalir”
Makna         : dikatakan pada orang yang selalu menolong orang lain yang
sedang kesulitan.

Kisah Inspiratif

Kisah seorang sufi berbuat baik kepada tetangga nonmuslim

Sahal At-Tustari selama puluhan tahun bertetangga dengan


seorang Majusi--sebutan untuk pengikut agama Zoroaster, agama Persia
kuno.
Sahal yang kesohor sebagai sufi itu berhubungan baik dengan sang
Majusi. Di mata Sahal, perbedaan agama tak boleh jadi alasan untuk
membenci. Mereka pun rukun seperti kawanan merpati. Bahkan kerap
berbagi makanan.

Perbedaan agama tak jadi masalah penting dalam pergaulan keduanya.


Mereka menganggap perbedaan agama sebagai jalan untuk menunjukkan
budi pekerti luhur. Alhasil, pergaulan sehari-sehari mereka tampak penuh
nuansa persaudaraan.
Namun siapa mengira di balik relasi bertetangga selama puluhan tahun itu,
Sahal menyembunyikan penanggungan derita yang baru diungkapkan
pada pengujung hayatnya. Selama puluhan tahun, ia memang lebih
memilih diam, dan tak melancarkan protes kepada tetangganya.

Alkisah, saluran limbah wc sang tetangga bocor tanpa sepengetahuannya


dan menjadi onggok di muka rumah Sahal. Hampir saban malam Sahal
membersihkan limbah perut tetangganya yang mengonggok itu. Sahal
melakukannya selama puluhan tahun dengan ikhlas. Ini pula yang
menyebabkannya sakit.

Hingga jelang akhir hayatnya, Sahal meminta sahabatnya datang, karena


dirinya ingin berbicara sesuatu yang penting.

"Wahai tetanggaku, aku merasa ajalku mendekat. Kalau ajalku tiba, rumah
ini akan menjadi milik para ahli warisku. Aku minta maaf kepadamu kalau
mereka kelak tidak kuat menanggung apa yang kualami selama puluhan
tahun kita tinggal berdampingan," ujar Sahal.

Ia pun mulai menceritakan prosesnya membersihkan limbah sang


tetangga.

Demi mendengar cerita Sahal, sang tetangga Majusi itu terkejut. Bibirnya
kaku. Wajahnya pucat. Tak satu kata pun keluar dari mulutnya. Hatinya
gundah antara malu, sedih, dan kagum mendengar permohonan maaf dari
lelaki tua di hadapannya.

Sejurus kemudian, sang tetangga mulai menguasai diri dan merespons


pengakuan Sahal.

"Puluhan tahun kau memperlakukanku sedemikian baiknya. Sementara


aku tetap dalam kekufuran. Wahai tetanggaku, ulurkan tanganmu.
Saksikanlah dua kalimat syahadatku," kata sang tetangga dengan terbata-
bata.
Demikian Sahal At-Tustari yang mengamalkan pesan Rasulullah SAW.
agar umatnya tidak menyakiti tetangga meskipun berbeda agama.

Adapun Sahal punya nama lengkap Abu Muhammad Sahal bin Abdullah
bin Yunus bin 'Isa bin Abdullah bin Rafi' At-Tustari (203-283). Sahal lahir di
Shustar, Iran, dan wafat di Basra, Irak.

Golla pokokna, kaluku tanngana, paria cappakna


Terjemah   : “Gula awalnya, kelapa pertengahannya, peria ujungnya”
Makna         : pergaulan yang mulanya sangat erat, namun lama kelamaan jadi renggang dan
akhirnya bermusuhan.

You might also like