You are on page 1of 16

TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN

SENI PERTUNJUKAN
PERAN PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN DALAM PENGAJARAN

SENDRATASIK B

DI SUSUN OLEH

1. NOSFRED ADIEL PATANDUNGAN (210802501020)


2. SANDI PEBRINO (210802501025)
3. ANDI BATARA SURYA (210802502029)
4. ANDI SABRIYANA ASNAS (210802502021)
5. NUR NADRA INAYAH K (210802500013)
6. ELMA ROMBEDATU TODINGAN (210802501016)
7. RISWANA NURHIDAYAH ILAHI (210802502025)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya, makalah seni budaya berjudul “Peran Pendidikan Seni
Pertunjukan Dalam Pengajaran” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini ditulis
untuk memberikan pengetahuan terhadap Peran Pendidikan Seni Pertunjukan .
Mempelajari perkembangan seni sekaligus mempelajari integrasi dalam budaya itu
sendiri karena seni pertunjukan adalah unsur kebudayaan. Penjabaran materi berupa
Penelitian Pendidikan Seni Pertunjukan Indonesia dan perbandingannya dengan
negara Asia lainnya, jejak perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, dan penyebab
perubahan tren seni pertunjukan dari masa ke masa. Tantangan untuk menyelesaikan
malah ini dihadapi penulis karena keterbatasan ilmu penulis dan sumber relevan
terkait Pendidikan Seni Pertunjukan.

Makassar, 10 September 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………........ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..iii

BAB I.PENDAHULUAN ..................................................................................2

1.1 Fenomena Tentang Peran Seni Pertunjukan Di Indonesia ...........................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................4

2.1 Seni Pertunjukan……………………………………...................................4

2.2 Pengajaran……………………………………….........................................4

2.3 Penelitian Terdahulu……………………………………………………….4

BAB III METODOLOGI KUALITATIF DESKRIPSI, OBSERVASI,


WAWANCARA, DAN DOKUMEN .................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………10

BAB V PENUTUP…..........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata 'didik' dan
mendapat imbuhan 'pe' dan akhiran 'an', maka kata ini memiliki proses atau cara atau
perbuatan mendidik. Secara bahasa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pendidikan merupakan
proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi terhadap objek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang
diperoleh secara formal ini menghasilkan setiap individu memiliki pola pikir, tingkah
laku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diterimanya.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan kebutuhan dalam
tumbuh kembang anak. Intinya pendidikan membimbing semua kekuatan alam yang
ada pada diri peserta didik sehingga sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan tertinggi dalam hidup.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus
menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang
berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar terhadap vtuhan, seperti
termanifestasi dalam alam sekitar, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan pedoman bagi anak untuk mencapai kedewasaan dalam proses tumbuh
kembang yang bertujuan untuk menambah pengetahuan, membentuk ciri-ciri diri dan
membimbing anak menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan juga dapat dipahami
sebagai upaya sadar untuk mempersiapkan siswa untuk peran masa depan melalui
kegiatan pengajaran, pengajaran dan pelatihan.

iv
Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau
kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat
unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Menurut Murgiyanto, Seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang
memiliki nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan
penonton. Tentunya diantara kita semua pasti banyak sekali yang sudah pernah
menyaksikan sebuah seni pertunjukan, entah itu pertunjukan musik, teater, drama
ataupun seni pertunjukan lainnya. Banyak yang sudah menyaksikan tapi masih
banyak juga yang belum mengerti dan mengetahui hakikat dari seni pertunjukan itu
sendiri. Menurut Soedarsono seni pertunjukan adalah sebuah rumpun seni yang
berfungsi sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis yang
mengajarkan bagaimana selayaknya manusia berprilaku sosial.
Anantarfi mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah sebuah media yang
digunakan untuk mengekspresikan / menyampaikan pesan moral dsb kepada penonton
dalam bentuk dialog ataupun gerakan.
Malaranganjaya juga ikut berpendapat mengenai seni pertunjukan,
menurutnya seni pertunjukan adalah sebuah media untuk mengekspresikan rasa dan
karsa manusia.
Muhyani hampir memiliki pendapat yang sama tentang seni pertunjukan yaitu sebuah
media untuk mengekspresikan cipta, rasa dan karsa manusia.
RoseLee Goldberg seorang kritikus seni dari amerika mengatakan bahwa seni
pertunjukan merupakan sebuah seni yang dapat disajikan sendiri, kelompok/group
dengan pencahayaan, musik atau gambar yang dibuat oleh artis sendiri atau bekerja
sama, dan dilakukan di tempat-tempat mulai dari sebuah galeri seni atau museum
untuk sebuah “ruang alternatif”, sebuah teate, kafe, bar atau sudut jalan.
Menurut Sapardi Djoko Damono seni pertunjukan merupakan cabang seni
yang memiliki 3 unsur yakni sutradara, pemain dan penonton.
Edi Sedyawati mengemukakan bahwa seni pertunjukan merupakan seni yang telah
ditemukan pada zaman prasejarah akhir, terutama pada zaman perunggu dan pada
perkembangannya seni pertunjukan memiliki fungsi yakni fungsi religius, edukatif,
peneguhan integrasi sosial, hiburan dan mata pencaharian.
Menurut Bagus Susetyo (2007:1-23) seni pertunjukan adalah sebuah ungkapan
budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-
norma estetik-artistik yang berkembang sesuai zaman, dan wilayah dimana bentuk

v
seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang. Fenomena seni pertunjukan sintren
pesisiran di daerah perbatasan Jawa Barat (Cirebon dan Indramayu) dan Jawa Tengah
(Brebes, Tegal, Pemalang) yang memiliki local genius dengan melakukan
transformasi budaya antar tradisi dan seni tradisi mistik melakukan transformasi
dengan budaya modern sebagai efek budaya urban, akhirnya dengan transformasi
budaya akan menjelma sebagai budaya urban. Permasalahan yang ada di komunitas
kesenian Sintren Pesisiran diantaranya:(1) kurangnya dukungan pengembangan dan
pelestarian kesenian tradisi pesisiran,(2) Bagaimana seni pertunjukan Sintren
Pesisiran ini secara holistik dapat menemukan kembali esensi aspek ekspresi budaya
dan pengembangan aspek kreatif lainnya. Program pemberdayaan ini dilakukan
melalui berbagai program pendampingan diantaranya:(1) pemberdayaan SDM kreatif,
(2) pelatihan koreografi, instrumen karawitan,(3) pendampingan kostum pada
beberapa komunitas Sintren Pesisiran. Hasil pendampingan pemberdayaan
masyarakat, diantaranya: Seni pertunjukan sintren pesisiran secara holistik dapat
dikaji, aspek seni sebagai ekspresi, seni sebagai pragmatik, kajian antropologis dan
sosiologis. Secara pragmatis, kesenian khas pesisiran ini melakukan aktivitas praktis
untuk berbagai aspek kepentingan. Kemudian disadari oleh komunitas seni
pertunjukan ini bahwa aktivitas kreatifnya tidak sekadar sebagai ekspresi-ansih.
Aspek-aspek sosialpun ditafsir lebih luas ketika kita menoleh aspek edukasi, tentu
dengan wacana mulltidimensi dan multitafsir.

vi
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Seni Pertunjukan


Dalam bahasa Inggris, seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art.
Seni pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena merupakan
gabungan antara berbagai bidang seni. Jika kamu perhatikan, sebuah pertunjukan
kesenian seperti teater atau sendratari biasanya terdiri atas seni musik, dialog,
kostum, panggung, pencahayaan, dan seni rias. Seni pertunjukan sangat menonjolkan
manusia sebagai aktor atau aktrisnya. Seni pertunjukan dibagi dua yaitu seni
pertunjukan tradisional dan seni pertunjukan modern. Berdasarkan minat komunitas
ini terbentuk karena adanya interaksi antara orang-orang yang memiliki minat yang
sama pada suatu bidah tertentu seperti halnya musik
2.2. Pengajaran
Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan berawal dari nama Program Studi
Seni, Drama Tari, dan Musik (Sendratasik) yang dirancang sebagai respon atas
tingginya kebutuhan tenaga pendidik seni yang kreatif serta mampu memotivasi
peserta didik Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas untuk
berkesenian melalui proses belajar mengajar bidang seni berwawasan Seni Budaya.
Materi ajar Program Studi ini merupakan pengembangan secara cerdas dari esensi dan
substansi bidang seni drama, tari, dan musik sebagai sumber inspirasi artistik dalam
meningkatkan apresiasi dan kreasi karya seni peserta didik. Pendidikan profesi guru
seni budaya merupakan pendidikan akademik yang menekankan pada pembelajaran
seni secara terintegrasi agar menjadi guru seni budaya yang profesional. Kurikulum
pendidikan seni pertunjukan disusun dengan menitikberatkan kepada proses
pembelajaran integrasi dan berorientasi kepada kompetensi terfokus pada pendidikan
tiga bidang seni yakni drama, tari, dan musik. Studi pendidikan sendratasik telah
mendapat Mandat bulan Juli tahun 2014 dengan Ijin Nomor 30/m/Kp/III/2015 (20
Maret 2015).

2.3. Penelitian Terdahulu


Untuk menghindari adanya persamaan terhadap penelitian yang sudah

vii
dilakukan sebelumnya dengan objek yang sama, sekaligus ulasan terdapat penelitian
tersebut. Hal ini dipandang sebagai bahan kajian data tertulis, sebagai awal bagi
penelitian ini. Sehingga diharapkan keaslian penelitian ini akan terjaga. Berikut
adalah hasil penelitian yang menjadi bahan kajian terhadap data-data tertulis mngenai
penelitian tentang kesenian Sisingaan.

Pelestarian Seni Tradisi


Pada zaman globalisasi sekarang ini, budaya luar menjadi tantangan bagi
budaya daerah. Dalam hal ini, masyarakat dituntut untuk memiliki dan mengambil
sikap yang tepat bagi eksistensi budaya daerah karena budaya daerah merupakan jati
diri bangsa. Salah satu budaya daerah yang harus dijaga eksistensinya adalah
kesenian, hal ini sejalan dengan pendapat Suwandono dalam Sedyawati (1984: 42),
bahwa:
Sikap selektif sangat diperlukan untuk:
1. Menjaga kelangsungan hidup seni tari kita memungkinkan terseretnya seni
tari kita ke dalam arus penetrasi budaya dari luar lingkungan kita.
2. Menciptakan keseimbangan antara nilai-nilai seni tari kita dengan nilai-nilai
seni tari dari luar lingkungan kita.
3. Memanfaatkan nilai-nilai seni dari luar lingkungan kita untuk memperkaya
dan menyempurnakan perkembangan seni kita.
Berdasarkan pendapat di atas merupakan cara untuk memerangi budaya global
yang makin lama semakin menggerogoti kecintaan masyarakat terhadap seni tradisi.
Sekarang ini banyak kesenian dari luar yang mampu menghipnotis masyarakat daerah
kita, sehingga minat untuk mempelajari seni tradisional berkurang. Dengan
terkikisnya kesadaran masyarakat akan seni tradisional ini akibatnyabanyak kesenian
tradisional yang pada saat ini kurang diminati masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat

viii
BAB III
METODELOGI KUALITATIF DESKRIPSI, OBSERVASI, WAWANCARA,
DAN DOKUMEN

Dalam penelitian sosial terutama sosiologi seni mengenal dua bentuk


penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian
kuantitatif berkaitan dengan data yang dapat diukur secara kuantitatif, menggunakan
simbol angka-angka,sementara penelitian kualitatif memerlukan data berupa
informasi secara deskriptif. Jenis penelitian Kuantitatip seperti misalnya eksploratip,
deskriptif statistik eksplanatoris, survei, ekspreimen, komparatif, dan korelasional.
Dalam penelitian kualitatif, karakteristik utama berasal dari latar belakang
alami/kenyataan di masyarakat, menggunakan metode kualitatif dengan langkah
pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen. Teori dibangun berdasarkan data.
Penyajian dan analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara naratif. Jenis
penelitian kualitatip seperti misalnya deskriptif, studi kasus, fenomenologis, dan
historis.

Deskripsi dalam Penelitian Kualitatif


Penelitian tentang Seni Pertunjukan pada jenis penelitian yang tidak
menggunakan kuantitas angka-angka statistik merupakan penelitian kualitatif. Bogdan
dan Tailor seperti yang dikutip oleh Moeleong bagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan atau dari bentuk
tindakan kebijakan (Moeleong, Lexy J. 2002:112). Dalam penelitian seni pertunjukan
berusaha untuk mencandra/mendeskripsikan kegiatan kesenian yang biasanya berupa
karya seni pertunjukan, baik Pedalangan, Karawitan maupun Tari sebagai bagian dari
upaya untuk memperoleh pengetahuan. Pendekatan yang digunakan adalah bersifat
kualitatif yang memiliki karakteristik bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan
berupa pertama langsung dari sumbernya, peneliti menjadi bagian dari instrumen
pokok analisisnya, kedua data berupa kata-kata dalam kalimat atau gambar yang
mempunyai arti (Sutopo 2006: 40). Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi

ix
foto, rekaman karawitan/lagu dan karya tulisan lain yang sejenis. Berkaitan dengan
data, dapat dibagi jenis data-datanya ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistic. Sumber data yang diambil dalam penelitian antara lain seni
pertunjukan wayang kulit, Karawitan garap baru, tari ritual dan seni jenis lain dalam
rangka kegiatan akademis. Beberapa data lama jika meruapakan peneltian lanjutan
sebagian telah tersimpan pada pengelolaan pandang dengar/bagian audio visual.
Bahan koleksinya terdiri dari: kaset audio, kaset video, piringan hitam dan pita reel,
VCD. Alat yang digunakan untuk mengoperasikan berupa: tape recorder, televisi,
tape video, compact disk dan Slide Proyektor.Koleksi yang dimiliki merupakan
barang langka, sehingga pengguna dan atau peneliti yang menghendaki koleksi untuk
didengarkan maka cukup meminta petugas untuk mencari dan memutarkannya.
Apabila pengguna menginginkan copy koleksi, maka pengguna dapat meminta
kepada petugas untuk menggandakan koleksi yang dimaksud dengan menganti biaya
penggandaan. Data ini berupa data sekunder sebagai pelengkap dari data yang diambil
secara langsung oleh peneliti.

Teknik Pengambilan Data Observasi


Observasi, adalah melakukan pengamatan terhadap objek penelitian.
Observasi dapat lakukan dengan dua cara yaitu pertama observasi langsung dan
observasi tidak langsung. Observasi langsung peneliti mengamat objek seperti
pertunjukan wayang dalam rangka bersih desa, ritual atau hajatan penting lainya.
Berbagai aspek ikut menjadi obyek misalnya aspek ekonomi, aspek hiburan, aspek
memperkuat status. Pada saat wawancara berlangsung juga dilakukan pencatatan serta
rekaman audio visual. Maksud rekaman agar setelah wawancara tidak ada data yang
terlewatkan. Observasi tidak langsung dapat dilakukan melalui hasil rekaman pada
saat penelitian maupun yang sudah direkam pada waktu yang lalu terlebih yang sudah
tersimpan sebagai koleksi pustaka yang meliputi kumpulan buku dan atau non buku.
Koleksi buku berupa kumpulan buku pendukung untuk memperjelas audio visual.
Koleksi perpustakaan diatur dan ditata secara sistematis, sehingga setiap pemustaka
dapat dengan mudah mencari dan menemukan sesuai buku yang dibutuhkan. Koleksi
bahan pustaka non buku berupa audio visual. Perpustakaan audio visual
menyimpan bahan-bahan pustaka berbentuk CD, Kaset, DVD, Kompiuter untuk
memindahkan gambar. Pemanfaatan koleksi Audio Visual sangat menunjang
kebutuhan peneliti untuk pelaksanaan yang praktis, karena sangat diperlukan

x
sebagai media pembelajaran dan sarana referensi bagi mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas perkuliahannya dengan melihat dan mendengar di
perpustakaan audio visual. Observasi tidak langsung dilakukan oleh peneliti untuk
memeriksa data-data yang telah lama tersimpan. Penambahan dan pengurangan
koleksi audiao visual dapat terjadi oleh karena kerusakan dan juga kurangnya
sumbangan dari mahasiswa, dosen, masyarakat.

Wawancara
Untuk lebih memperjelas pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Dalam wawancara dilkukan dengan dua cara yaitu wawancara bebas dan
terprogram. Wawancara bebas dilakukan terhadap beberapa informan dan nara
sumber untuk memperoleh data yang sifatnya umum. Pada wawancara bebas
sudah dilakukan sejak peneliti memasuki lapangan. Wawancara meliputi riwayat
pertunjukan oleh seniman, riwayat seniman, konsep dalam berkesenian,ekspresi
seni seniman. Pada wawancara bebas berguna untuk menjalin keakraban dan
keterbukaan serta tujuan penelitian. Wawancara terprogram dilakukan untuk
menggali data yang benar-benar diperlukan dalam penelitian. Untuk wawancara
terprogram peneliti telah menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan yang meliputi
Struktur dramatik lakon, riwayat penyaji, pendukung pertunjukan, faktor pedorong
dan penghambat, lembaga penyelenggara, berbagai hambatan dan cara melakukan
penyelesaian, jumlah pengunjung dan jika perlu jumlah dan asal beaya pertunjukan.
Wawancara juga dialakukan tehadap seniman lain sebagai pembanding objek
penelitian misalnya Bambang Suwarno, Nyoman Murtana, Sri Rochana,
Sutrisno Haryono. Untuk sebuah penelitian alangkah baiknya jika mempunyai
beberapa orang pembantu untuk pengambilan data melalui beberapa catatan
maupun rekaman audio visual sehingga peneliti terpusat pada obyek penelitian

Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif peran dokumentasi sangat besar, data dari
dokumentasi berguna untuk membantu menampilkan kembali beberapa data yang
mungkin belum dapat diperoleh. Beberapa catatan tertulis dan gambar diperlukan
untuk membantu dalam mengalisis data penelitian.Sebagian besar data audio visual
be-rupa gambar harus dikelola agar bermanfaat bagi peneliti lanjutan. Data yang

xi
berupa dokumensi berguna dalam mengecek kebenaran kembali agar lebih
memudahkan deskripsi

Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dalam penelitian digunakan teknik
trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data.Dalam penelitian ini, validitas data
menggunakan trianggulasi sumber yang berarti dalam penelitian ini
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan jalan (1) Membandingkan
data hasil Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
(2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan keadaan dan persepsi
seseorang dengan berbagi pendapat dan pandangan.

Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat yaitu peneliti sendiri atau fasilitas yang
digunakan dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
akan mudah diolah (2006:41). Beberapa tahapan dalam kegiatan pengumpulan
data yaitu (1) Mengevaluasi koleksi data yang dimiliki yang sudah diperoleh, (2)
Mencatat koleksi baik yang terpakai maupun tidak terpakai jika perlu chek di
perpustakaan tersebut ke dalam tabel penyajian data berdasarkan chek list, dan (3)
Menganalisis data yang telah tercantum ke dalam tabel penyajian data untuk
memperkuat kesimpulan.
Deskripsi dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu macam penelitian yang
sesuai diterapkan untuk jenis seni pertunjukan. Pada penelitian kualtitatif
jenis deskripsi tidak diperlukan hipotesa oleh karena tidak dimaksudkan untuk
membuktikan sesuatu kebenaran. Deskripsi sifatnya untuk mencandra semua
peristiwa seni yang dialami oleh peneliti. Instrumen utama penelitian adalah
subjek peneliti sendiri. Data dapat diambil dari pengamatan, wawancara,

xii
dokumentasi. Informan diperoleh secara beranting untuk mencari data yang lebih
mendalam dan relevan. Seni pertunjukan merupakan sasaran yang rentan dalam
ruang waktu dan alat maka diperlukan kerja yang cermat dan tepat pada waktu
pertunjukan berlangsaung. Kesimpulan dalam penelitian relatif banyak tergantung
pada keahlian peneliti.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Muji Sutrisno (1993:6), menyatakan bahwa salah satu titik tolak dari berkesenian
adalah ekspresi proses kebudayaan manusia. Di satu pihak kebudayaan adalah proses
pemerdekaan diri. Di lain pihak, kebudayaan juga berciri fungsional untuk
melangsungkan hidup. Ukuran atau nilai sebuah kebudayaan tidak hanya manfaat, guna,
fungsional, efisien. melainkan juga pemerdekaan diri. Hal ini membuat orang lebih
merasa jadi orang, dan membuat manusia jadi lebih manusiawi..
Dengan demikain, maka dapat dikatakan bahwa berkesenian mempunya dua
dimensi: 1) dimensi budayanya (pemerdekaan: pemanusiawian), 2) dimensi fungsional:
guna, efisien, teknis, laku keras dan sebagainya. Pentingnya Pendidikan Kesenian di Sekolah
Pendididikan kesenian merupakan salah satu upaya mewujudkan pribadi sadar
budaya. Dengan kata lain, bahwa kesenian merupakan usaha sadar untuk membudayakan
manusia, yang dapat dijalankan secara formal, informal, dan non formal.
Sejalan dengan itu, pelaksanaan pendidikan di berbagai pusat pendidikan selalu
dilandasi cita-cita membentuk manusia ideal. Secara konseptual, manusia ideal salah
satunya mempunyai ciri memiliki keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rokhani yang
dicirikan oleh harmoni unsur-unsur cipta, rasa, dan karsa.
Beberapa ahli menyatakan bahwa kesenian merupakan salah satu konsumsi yang
merangsang pertumbuhan belahan otak kanan manusia, yang memungkinkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir divergen. Cara berpikir divergen adalah pola
berpikir seseorang yang lebih didominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan, berpikir
lateral menyangkut pemikiran sekitar atau menyimpang dari pusat persoalan (Crowl,
Keminsky, 1997). Berpikir divergen adalah berpikir kreatif, berpikir untuk memberikan
bermacam kemungkinan jawaban berdasar informasi yang diberikan dengan penekanan

xiii
pada kuantitas, keragaman, dan orisionalitas jawaban (Utami Munandar, 1992). Lebih
lanjut Briggs and Phillip (1993) menyatakan, bahwa cara berpikir divergen menunjuk
pada pola berpikir yang menuju ke berbagai arah dengan ditandai oleh adanya kelancaran
(“fluency”), kelenturan (“flexibility”), dan keaslian (“originality”) (dalam Haryanto:2006)
Pendidikan kesenian merupakan salah satu upaya memberikan keseimbangan
pada pribadi manusia, yaitu pribadi yang memiliki intelektual, ketajan rasa, dan unjuk kerja
yang efisien (terampil), yang nampak pada perilaku etis-aestetis-artistis (Muji
Sutrisno, 1995). Dari satu sisi, sikap aestetis dapat mempertajam potensi afektif, dan sisi
lain dapat pula merangsang tumbuhnya kreativitas yang merupakan unsur vital dalam
pembentukan watak dan pribadi.
Sekolah merupakan pendidikan formal yang bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan pribadi bagi para peserta didiknya, maka pendidikan kesenian menjadi
sangat penting diperhatikan penyelenggaraannya di sekolah. Seni Pertunjukan Menurut Para
Ahli Sebagai berikut
Menurut Soedarsono seni pertunjukan adalah sebuah rumpun seni yang berfungsi sebagai
sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis yang mengajarkan bagaimana selayaknya
manusia berprilaku sosial.
Anantarfi mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah sebuah media yang digunakan untuk
mengekspresikan / menyampaikan pesan moral dsb kepada penonton dalam bentuk dialog
ataupun Gerakan.
Malaranganjaya juga ikut berpendapat mengenai seni pertunjukan, menurutnya seni
pertunjukan adalah sebuah media untuk mengekspresikan rasa dan karsa manusia.
Muhyani hampir memiliki pendapat yang sama tentang seni pertunjukan yaitu sebuah media
untuk mengekspresikan cipta, rasa dan karsa manusia.

xiv
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari kelompok kami berdasarkan sumber yang kami dapat yakni Seni
pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat
dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang,
tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Menurut Murgiyanto, Seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang memiliki
nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan penonton.
Tentunya diantara kita semua pasti banyak sekali yang sudah pernah menyaksikan
sebuah seni pertunjukan, entah itu pertunjukan musik, teater, drama ataupun seni
pertunjukan lainnya. , seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art. Seni
pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena merupakan
gabungan antara berbagai bidang seni. Seni pertunjukan diambil dari beberapa ahli
untuk dijadikan sebagai referensi makalah yang diberikan. Dalam makalah ini
terdapat penelitian yang mencakup beberapa aspek yaitu deskripsi dalam penelitian
kualitatif, Teknik pengambilan data, wawancara, validasi data, instrument penelitian,
serta Teknik analisis data.

Saran

Hasil penulisan ini merupakan bukti akan pentingnya siswa memiliki


pengalaman musik di luar sekolah untuk meningkatkan minat belajar seni
pertunjukan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan pemahaman dan gambaran
bagi guru seni agar memotivasi siswa untuk meningkatkan minat belajar musik
melalui pengalaman - pengalaman yang mereka dapatkan baik di luar sekolah maupun
di lingkungan sekolah.

xv
DAFTAR PUSTAKA

rnold Hauser. 1979. 7KH6RFLRORJ\RI$UW. Trans Kenneth J.Northcott. Chicago:


The University of Chicago Press. Bagus, L., 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Pu-tra
gramedia Jazuli, M. 2003. Sosiologi Pedalangan. Semarang : Limpad
Moeleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda-
karya.Slamet Suparno, 2009. 3DNHOLUDQ:D\DQJPurwa Dari Ritus Sampai
Pasar. Solo: ISI Press. Soedarsono, 1999. 6HQL 3HUWXQMXNDQ ,QGR-nesia
dan Pariwisata. Yogyakarta: ISI Press.Soerjono Soekanto, 1994. 6RVLRORJL
6XDWXPengantar. Jakarta: CV. Rajawali.Suka Hardjana, 2000. Seni
Pertunjukan dan Pendidikan Seni. Dalam Gelar Jurnal Ilmu dan Seni Vol. 2 No.3
Ok Subandi, Deskripsi Kualitatif Sebagai Satu Metode179tober 2000. Surakarta :
Gelar Sumardjo, J., 2002. 6HQL3HUWXQMXNDQ,QGRQH-sia. Bandung:
ITB.Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kual-itatif. Surakarta: UNS.Press.Team.
2001. .DPXV%HVDU%DKDVD,QGRQHVLD. Jakarta: Balai Pustaka.The Liang
Gie, 1976. Garis garis besar Este-tik. Filsafat Keindahan. Yogyakarta:
Karya.Wadiyo, 2003. “Teori dan Masalah Pene-litian Seni Dalam Perspektif
Sosio-Kultural”. +DUPRQLD-XUQDO3HQJHWD-
KXDQGDQ3HPLNLUDQ6HQL Vol. IV No. 3 September–Desember FPBS
UNNES. Semarang: Sendratasik.
https://www.neliti.com/id/publications/62082/deskripsi-kualitatif-sebagai-satu-
metode-dalam-penelitian-pertunjukan
https://eprints.undip.ac.id/66230/5/NUHWAN_KELANA_21020113120021_BAB_II
.pdf

xvi

You might also like