Professional Documents
Culture Documents
Tugas Makalah Pendidikan Seni Pertunjukan
Tugas Makalah Pendidikan Seni Pertunjukan
SENI PERTUNJUKAN
PERAN PENDIDIKAN SENI PERTUNJUKAN DALAM PENGAJARAN
SENDRATASIK B
DI SUSUN OLEH
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya, makalah seni budaya berjudul “Peran Pendidikan Seni
Pertunjukan Dalam Pengajaran” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini ditulis
untuk memberikan pengetahuan terhadap Peran Pendidikan Seni Pertunjukan .
Mempelajari perkembangan seni sekaligus mempelajari integrasi dalam budaya itu
sendiri karena seni pertunjukan adalah unsur kebudayaan. Penjabaran materi berupa
Penelitian Pendidikan Seni Pertunjukan Indonesia dan perbandingannya dengan
negara Asia lainnya, jejak perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, dan penyebab
perubahan tren seni pertunjukan dari masa ke masa. Tantangan untuk menyelesaikan
malah ini dihadapi penulis karena keterbatasan ilmu penulis dan sumber relevan
terkait Pendidikan Seni Pertunjukan.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………........ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..iii
2.2 Pengajaran……………………………………….........................................4
BAB V PENUTUP…..........................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau
kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat
unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Menurut Murgiyanto, Seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang
memiliki nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan
penonton. Tentunya diantara kita semua pasti banyak sekali yang sudah pernah
menyaksikan sebuah seni pertunjukan, entah itu pertunjukan musik, teater, drama
ataupun seni pertunjukan lainnya. Banyak yang sudah menyaksikan tapi masih
banyak juga yang belum mengerti dan mengetahui hakikat dari seni pertunjukan itu
sendiri. Menurut Soedarsono seni pertunjukan adalah sebuah rumpun seni yang
berfungsi sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis yang
mengajarkan bagaimana selayaknya manusia berprilaku sosial.
Anantarfi mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah sebuah media yang
digunakan untuk mengekspresikan / menyampaikan pesan moral dsb kepada penonton
dalam bentuk dialog ataupun gerakan.
Malaranganjaya juga ikut berpendapat mengenai seni pertunjukan,
menurutnya seni pertunjukan adalah sebuah media untuk mengekspresikan rasa dan
karsa manusia.
Muhyani hampir memiliki pendapat yang sama tentang seni pertunjukan yaitu sebuah
media untuk mengekspresikan cipta, rasa dan karsa manusia.
RoseLee Goldberg seorang kritikus seni dari amerika mengatakan bahwa seni
pertunjukan merupakan sebuah seni yang dapat disajikan sendiri, kelompok/group
dengan pencahayaan, musik atau gambar yang dibuat oleh artis sendiri atau bekerja
sama, dan dilakukan di tempat-tempat mulai dari sebuah galeri seni atau museum
untuk sebuah “ruang alternatif”, sebuah teate, kafe, bar atau sudut jalan.
Menurut Sapardi Djoko Damono seni pertunjukan merupakan cabang seni
yang memiliki 3 unsur yakni sutradara, pemain dan penonton.
Edi Sedyawati mengemukakan bahwa seni pertunjukan merupakan seni yang telah
ditemukan pada zaman prasejarah akhir, terutama pada zaman perunggu dan pada
perkembangannya seni pertunjukan memiliki fungsi yakni fungsi religius, edukatif,
peneguhan integrasi sosial, hiburan dan mata pencaharian.
Menurut Bagus Susetyo (2007:1-23) seni pertunjukan adalah sebuah ungkapan
budaya, wahana untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan perwujudan norma-
norma estetik-artistik yang berkembang sesuai zaman, dan wilayah dimana bentuk
v
seni pertunjukan itu tumbuh dan berkembang. Fenomena seni pertunjukan sintren
pesisiran di daerah perbatasan Jawa Barat (Cirebon dan Indramayu) dan Jawa Tengah
(Brebes, Tegal, Pemalang) yang memiliki local genius dengan melakukan
transformasi budaya antar tradisi dan seni tradisi mistik melakukan transformasi
dengan budaya modern sebagai efek budaya urban, akhirnya dengan transformasi
budaya akan menjelma sebagai budaya urban. Permasalahan yang ada di komunitas
kesenian Sintren Pesisiran diantaranya:(1) kurangnya dukungan pengembangan dan
pelestarian kesenian tradisi pesisiran,(2) Bagaimana seni pertunjukan Sintren
Pesisiran ini secara holistik dapat menemukan kembali esensi aspek ekspresi budaya
dan pengembangan aspek kreatif lainnya. Program pemberdayaan ini dilakukan
melalui berbagai program pendampingan diantaranya:(1) pemberdayaan SDM kreatif,
(2) pelatihan koreografi, instrumen karawitan,(3) pendampingan kostum pada
beberapa komunitas Sintren Pesisiran. Hasil pendampingan pemberdayaan
masyarakat, diantaranya: Seni pertunjukan sintren pesisiran secara holistik dapat
dikaji, aspek seni sebagai ekspresi, seni sebagai pragmatik, kajian antropologis dan
sosiologis. Secara pragmatis, kesenian khas pesisiran ini melakukan aktivitas praktis
untuk berbagai aspek kepentingan. Kemudian disadari oleh komunitas seni
pertunjukan ini bahwa aktivitas kreatifnya tidak sekadar sebagai ekspresi-ansih.
Aspek-aspek sosialpun ditafsir lebih luas ketika kita menoleh aspek edukasi, tentu
dengan wacana mulltidimensi dan multitafsir.
vi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
vii
dilakukan sebelumnya dengan objek yang sama, sekaligus ulasan terdapat penelitian
tersebut. Hal ini dipandang sebagai bahan kajian data tertulis, sebagai awal bagi
penelitian ini. Sehingga diharapkan keaslian penelitian ini akan terjaga. Berikut
adalah hasil penelitian yang menjadi bahan kajian terhadap data-data tertulis mngenai
penelitian tentang kesenian Sisingaan.
viii
BAB III
METODELOGI KUALITATIF DESKRIPSI, OBSERVASI, WAWANCARA,
DAN DOKUMEN
ix
foto, rekaman karawitan/lagu dan karya tulisan lain yang sejenis. Berkaitan dengan
data, dapat dibagi jenis data-datanya ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistic. Sumber data yang diambil dalam penelitian antara lain seni
pertunjukan wayang kulit, Karawitan garap baru, tari ritual dan seni jenis lain dalam
rangka kegiatan akademis. Beberapa data lama jika meruapakan peneltian lanjutan
sebagian telah tersimpan pada pengelolaan pandang dengar/bagian audio visual.
Bahan koleksinya terdiri dari: kaset audio, kaset video, piringan hitam dan pita reel,
VCD. Alat yang digunakan untuk mengoperasikan berupa: tape recorder, televisi,
tape video, compact disk dan Slide Proyektor.Koleksi yang dimiliki merupakan
barang langka, sehingga pengguna dan atau peneliti yang menghendaki koleksi untuk
didengarkan maka cukup meminta petugas untuk mencari dan memutarkannya.
Apabila pengguna menginginkan copy koleksi, maka pengguna dapat meminta
kepada petugas untuk menggandakan koleksi yang dimaksud dengan menganti biaya
penggandaan. Data ini berupa data sekunder sebagai pelengkap dari data yang diambil
secara langsung oleh peneliti.
x
sebagai media pembelajaran dan sarana referensi bagi mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas perkuliahannya dengan melihat dan mendengar di
perpustakaan audio visual. Observasi tidak langsung dilakukan oleh peneliti untuk
memeriksa data-data yang telah lama tersimpan. Penambahan dan pengurangan
koleksi audiao visual dapat terjadi oleh karena kerusakan dan juga kurangnya
sumbangan dari mahasiswa, dosen, masyarakat.
Wawancara
Untuk lebih memperjelas pengambilan data dilakukan dengan wawancara.
Dalam wawancara dilkukan dengan dua cara yaitu wawancara bebas dan
terprogram. Wawancara bebas dilakukan terhadap beberapa informan dan nara
sumber untuk memperoleh data yang sifatnya umum. Pada wawancara bebas
sudah dilakukan sejak peneliti memasuki lapangan. Wawancara meliputi riwayat
pertunjukan oleh seniman, riwayat seniman, konsep dalam berkesenian,ekspresi
seni seniman. Pada wawancara bebas berguna untuk menjalin keakraban dan
keterbukaan serta tujuan penelitian. Wawancara terprogram dilakukan untuk
menggali data yang benar-benar diperlukan dalam penelitian. Untuk wawancara
terprogram peneliti telah menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan yang meliputi
Struktur dramatik lakon, riwayat penyaji, pendukung pertunjukan, faktor pedorong
dan penghambat, lembaga penyelenggara, berbagai hambatan dan cara melakukan
penyelesaian, jumlah pengunjung dan jika perlu jumlah dan asal beaya pertunjukan.
Wawancara juga dialakukan tehadap seniman lain sebagai pembanding objek
penelitian misalnya Bambang Suwarno, Nyoman Murtana, Sri Rochana,
Sutrisno Haryono. Untuk sebuah penelitian alangkah baiknya jika mempunyai
beberapa orang pembantu untuk pengambilan data melalui beberapa catatan
maupun rekaman audio visual sehingga peneliti terpusat pada obyek penelitian
Dokumentasi
Dalam penelitian kualitatif peran dokumentasi sangat besar, data dari
dokumentasi berguna untuk membantu menampilkan kembali beberapa data yang
mungkin belum dapat diperoleh. Beberapa catatan tertulis dan gambar diperlukan
untuk membantu dalam mengalisis data penelitian.Sebagian besar data audio visual
be-rupa gambar harus dikelola agar bermanfaat bagi peneliti lanjutan. Data yang
xi
berupa dokumensi berguna dalam mengecek kebenaran kembali agar lebih
memudahkan deskripsi
Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dalam penelitian digunakan teknik
trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data.Dalam penelitian ini, validitas data
menggunakan trianggulasi sumber yang berarti dalam penelitian ini
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan jalan (1) Membandingkan
data hasil Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
(2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi, (3) Membandingkan keadaan dan persepsi
seseorang dengan berbagi pendapat dan pandangan.
Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian adalah alat yaitu peneliti sendiri atau fasilitas yang
digunakan dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga
akan mudah diolah (2006:41). Beberapa tahapan dalam kegiatan pengumpulan
data yaitu (1) Mengevaluasi koleksi data yang dimiliki yang sudah diperoleh, (2)
Mencatat koleksi baik yang terpakai maupun tidak terpakai jika perlu chek di
perpustakaan tersebut ke dalam tabel penyajian data berdasarkan chek list, dan (3)
Menganalisis data yang telah tercantum ke dalam tabel penyajian data untuk
memperkuat kesimpulan.
Deskripsi dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu macam penelitian yang
sesuai diterapkan untuk jenis seni pertunjukan. Pada penelitian kualtitatif
jenis deskripsi tidak diperlukan hipotesa oleh karena tidak dimaksudkan untuk
membuktikan sesuatu kebenaran. Deskripsi sifatnya untuk mencandra semua
peristiwa seni yang dialami oleh peneliti. Instrumen utama penelitian adalah
subjek peneliti sendiri. Data dapat diambil dari pengamatan, wawancara,
xii
dokumentasi. Informan diperoleh secara beranting untuk mencari data yang lebih
mendalam dan relevan. Seni pertunjukan merupakan sasaran yang rentan dalam
ruang waktu dan alat maka diperlukan kerja yang cermat dan tepat pada waktu
pertunjukan berlangsaung. Kesimpulan dalam penelitian relatif banyak tergantung
pada keahlian peneliti.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Muji Sutrisno (1993:6), menyatakan bahwa salah satu titik tolak dari berkesenian
adalah ekspresi proses kebudayaan manusia. Di satu pihak kebudayaan adalah proses
pemerdekaan diri. Di lain pihak, kebudayaan juga berciri fungsional untuk
melangsungkan hidup. Ukuran atau nilai sebuah kebudayaan tidak hanya manfaat, guna,
fungsional, efisien. melainkan juga pemerdekaan diri. Hal ini membuat orang lebih
merasa jadi orang, dan membuat manusia jadi lebih manusiawi..
Dengan demikain, maka dapat dikatakan bahwa berkesenian mempunya dua
dimensi: 1) dimensi budayanya (pemerdekaan: pemanusiawian), 2) dimensi fungsional:
guna, efisien, teknis, laku keras dan sebagainya. Pentingnya Pendidikan Kesenian di Sekolah
Pendididikan kesenian merupakan salah satu upaya mewujudkan pribadi sadar
budaya. Dengan kata lain, bahwa kesenian merupakan usaha sadar untuk membudayakan
manusia, yang dapat dijalankan secara formal, informal, dan non formal.
Sejalan dengan itu, pelaksanaan pendidikan di berbagai pusat pendidikan selalu
dilandasi cita-cita membentuk manusia ideal. Secara konseptual, manusia ideal salah
satunya mempunyai ciri memiliki keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rokhani yang
dicirikan oleh harmoni unsur-unsur cipta, rasa, dan karsa.
Beberapa ahli menyatakan bahwa kesenian merupakan salah satu konsumsi yang
merangsang pertumbuhan belahan otak kanan manusia, yang memungkinkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir divergen. Cara berpikir divergen adalah pola
berpikir seseorang yang lebih didominasi oleh berfungsinya belahan otak kanan, berpikir
lateral menyangkut pemikiran sekitar atau menyimpang dari pusat persoalan (Crowl,
Keminsky, 1997). Berpikir divergen adalah berpikir kreatif, berpikir untuk memberikan
bermacam kemungkinan jawaban berdasar informasi yang diberikan dengan penekanan
xiii
pada kuantitas, keragaman, dan orisionalitas jawaban (Utami Munandar, 1992). Lebih
lanjut Briggs and Phillip (1993) menyatakan, bahwa cara berpikir divergen menunjuk
pada pola berpikir yang menuju ke berbagai arah dengan ditandai oleh adanya kelancaran
(“fluency”), kelenturan (“flexibility”), dan keaslian (“originality”) (dalam Haryanto:2006)
Pendidikan kesenian merupakan salah satu upaya memberikan keseimbangan
pada pribadi manusia, yaitu pribadi yang memiliki intelektual, ketajan rasa, dan unjuk kerja
yang efisien (terampil), yang nampak pada perilaku etis-aestetis-artistis (Muji
Sutrisno, 1995). Dari satu sisi, sikap aestetis dapat mempertajam potensi afektif, dan sisi
lain dapat pula merangsang tumbuhnya kreativitas yang merupakan unsur vital dalam
pembentukan watak dan pribadi.
Sekolah merupakan pendidikan formal yang bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan pribadi bagi para peserta didiknya, maka pendidikan kesenian menjadi
sangat penting diperhatikan penyelenggaraannya di sekolah. Seni Pertunjukan Menurut Para
Ahli Sebagai berikut
Menurut Soedarsono seni pertunjukan adalah sebuah rumpun seni yang berfungsi sebagai
sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis yang mengajarkan bagaimana selayaknya
manusia berprilaku sosial.
Anantarfi mengatakan bahwa seni pertunjukan adalah sebuah media yang digunakan untuk
mengekspresikan / menyampaikan pesan moral dsb kepada penonton dalam bentuk dialog
ataupun Gerakan.
Malaranganjaya juga ikut berpendapat mengenai seni pertunjukan, menurutnya seni
pertunjukan adalah sebuah media untuk mengekspresikan rasa dan karsa manusia.
Muhyani hampir memiliki pendapat yang sama tentang seni pertunjukan yaitu sebuah media
untuk mengekspresikan cipta, rasa dan karsa manusia.
xiv
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari kelompok kami berdasarkan sumber yang kami dapat yakni Seni
pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat
dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang,
tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Menurut Murgiyanto, Seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang memiliki
nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan penonton.
Tentunya diantara kita semua pasti banyak sekali yang sudah pernah menyaksikan
sebuah seni pertunjukan, entah itu pertunjukan musik, teater, drama ataupun seni
pertunjukan lainnya. , seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art. Seni
pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena merupakan
gabungan antara berbagai bidang seni. Seni pertunjukan diambil dari beberapa ahli
untuk dijadikan sebagai referensi makalah yang diberikan. Dalam makalah ini
terdapat penelitian yang mencakup beberapa aspek yaitu deskripsi dalam penelitian
kualitatif, Teknik pengambilan data, wawancara, validasi data, instrument penelitian,
serta Teknik analisis data.
Saran
xv
DAFTAR PUSTAKA
xvi