You are on page 1of 8

MAKALAH

Pandangan generasi milenial terhadap penerapan Pancasila

OLEH:
RADEN RORO FARRELLE AMMARA PUTRI
1821300256
KELOMPOK EB
MATA KULIAH: PANCASILA
AKADEMI SEKRETARI BUDI LUHUR
2019
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang mempunyai dasar ideologi negara yaitu Pancasila. Pancasila
merupakan dasar ideologi Negara Republik Indonesia secara resmi tercantumdi dalam alinea ke-empat
pembukaan undang-undang dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKItanggal 18 Agustus 1945. Di
masyarakat Indonesia dengan pernyataan "Bangsa yang besaradalah yang memiliki jati diri".
Apa sesungguhnya jati diri bangsa Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan berbagai suku
bangsa memiliki dasar negara Pancasila dengan Bhineka TunggalIka, pada dasarnya pancasila sebagai
dasar negara, sebagai ideologi nasional yang menjadi cita-cita dan tujuan negara yang harus
dilaksanakan secara konsisten terutama bisa menghadapimaraknya masalah ere globalisasi yang
sekarang ini dengan ditandainya nilai-nilai pancasila, baik nilai positif maupun nilai negatif. Selain itu juga
mempunyai peran penting sebagai ideologi pancasila dalam menghadapi adanya era yang muncul. 
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara dituntut untuk selalu lebih maju mengikuti
setiap perkembangan demi perkembangan, yang terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Pihak yang
diuntungkan dalam situasi tersebut, tentunya adalah negara-negara maju yang memiliki tingkat
kemapanan dan kemampuan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara
berkembang. Suka atau tidak suka, mau ataupun tidak mau, bangsa Indonesia harus mengikuti. Apabila
Indonesia tidak mengikuti arus globalisasi, bisa jadi Indonesia menjadi negara tertinggal dan mungkin
disebut negara "primitive".
Pada perkembangan kehidupan manusia tidak lepas dari adanya teknologi, termasuk
dalam ranah sosial dan pendidikan. Teknologi adalah mencakup segala perangkat yang dapat
memudahkan kehidupan manusia. Selain itu, kehadiran arus globalisasi dan upaya modernisasi negara-
negara did u n i a juga menyebabkan perkembangan teknologi menjadi suatu
t u n t u t a n y a n g h a r u s dipenuhi oleh badan-badan penyedia perangkat teknologi. Salah satu teknologi
yang paling berperan dalam kehidupan manusia adalah internet.
Banyaknya manfaat dan kemudahan yang dita#arkan oleh internet juga berbanding lurus dengan
dampak negatif yang dihasilkan. Secara garis besar dampak negatif penggunaaninternet adalah
pertama semakin berkurangnya sifat sosial manusia, hal ini dikarenakan mereka lebih suka
berkomunikasi menggunakan media berbasis internet dari pada bertemudan bertukar sapa secara
langsung.
Degradasi sosial dan moral yang berkepanjangan sedikit banyak dapat
mempengaruhikelangsungan hidup dan keutuhan bangsa Indonesia di masa depan. Oleh karena itu,
pentinguntuk menanggulangi degradasi moral dan sosial yang ada. Salah satu cara yang
dapatdigunakan guna menanggulangi masalah tersebut adalah dengan kembali kepada nilai-nilai
Pancasila. Maka dari itu, perlu untuk melakukan reaktualisasi nilai-nilai $ancasila khususnya untuk
generasi milenial dan kepada masyarakat Indonesia umumnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya,
makamasalah yang akan di bahas meliputi:
1. Bagaimana kehidupan Pancasila dizaman sekarang?
2. Bagaimana karakteristik generasi milenial?
3. Bagaimana Pandangan generasi milenial terhadap penerapan Pancasila?

1.3 PEMBAHASAN

Pancasila di zaman milenial


Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang menjadi landasan dari segala
keputusan bangsa dan mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah
dasar dalam mengatur pemerintahan negara Indonesia yang mengutamakan semua komponen di seluruh
wilayah Indonesia. Secara Etimologi, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta India (Kasta
Brahmana), yaitu kata “Panca” yang artinya Lima, dan “Sila” yang artinya Dasar. Sehingga arti Pancasila
secara harfiah adalah Lima Dasar.
Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia agar kita mempunyai pondasi yang kuat
dalam menjalankan pemerintahan. Artinya, dengan adanya Pancasila maka Indonesia memiliki dasar atau
pondasi dalam bernegara sehingga tidak mudah dipengaruhi dan dijajah oleh bangsa lain.
Kebesaran bangsa Indonesia dengan segala sumber dayanya itu sangat rentan menjadi negara
yang hancur dan gagal (failed state). Karena Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang memiliki
perbedaan dari segala bidang (naturally fragmented). Keanekaragaman baik dari suku, agama, maupun
golongan sangat mudah memicu terjadinya disintegrasi bangsa.
Belajar dari sejarah dunia, sejak 1991 tercatat 3 negara terpecah oleh konflik yang disebabkan
bahasa, ekonomi, dan agama. Hasilnya, 23 negara baru memproklamasikan diri dengan warisan konflik
yang berkepanjangan. Sebut saja Yugoslavia, Sudan, dan Uni Soviet. Pengalaman sejarah menunjukkan
beberapa kali Indonesia juga pernah diterpa dengan perpecahan antaranak bangsa. Namun, pada
akhirnya negara ini mampu untuk bertahan.
Kemampuan untuk bertahan dari perpecahan bangsa itu, bukan tanpa sebab. Hal ini disebabkan
bangsa Indonesia memiliki alat pemersatu bangsa (national cohesion) yang terbentuk secara alamiah dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Lihat saja pada zaman majapahit, Mpu Tantular di dalam Kitab
Sutasoma telah menuliskan Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa yang mengisahkan
bahwa pada masa itu tidak ada perselisihan sedikitpun yang disebabkan perbedaan baik agama maupun
suku bangsa.
Hal ini bukti bahwa menghormati perbedaan telah diyakini nenek moyang bangsa Indonesia
beratus-ratus tahun yang lalu. Sementara itu, di belahan dunia lain, sekelompok manusia masih
memperlakukan manusia lainnya sebagai budak yang dipekerjakan secara kasar tanpa upah layak atas
dasar perbedaan rasial dan warna kulit semata.
Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila sejarah kerukunan bangsa Indonesia yang sudah
tumbuh beratus-ratus tahun lamanya ini harus dihancurkan oleh kebencian yang disebabkan oleh
keserakahan dan perebutan kekuasaan di antara kelompok-kelompok tertentu.
Tentunya perpecahan seperti negara-negara itu tidak kita inginkan terjadi di negara yang kita cintai ini.
Tanggung jawab ini terletak pada kita semua, terlebih pada bahu dan pundak para generasi muda yang
hidup di zaman now khususnya bagi generasi milenial.  
Generasi Milenial adalah sebutan untuk kelompok demografis atau generasi Y (gen Y) yang lahir
setelah generasi X. Sebutan milenial (millenials) untuk generasi Y ini mulai dipakai pada editorial koran
besar Amerika Serikat pada Agustus 1993 karena diperkirakan individu pada generasi ini akan mencapai
dewasa sekitar pergantian abad ke-21 atau atau pergantian era milenium (masa atau jangka waktu
seribu tahun). Generasi Milennial adalah generasi muda yang berusia sekitar antara 18–38 tahun yang
hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh peralatan elektronik dan jaringan online
Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita. Sungguh merupakan
suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata
hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan anak bangsa. Era komunikasi terbukti memberi
jaminan akses dan kecepatan memperoleh informasi. Akan tetapi, acapkali menciptakan jarak serta
membuat tidak komunikatif. Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal.
Teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang
modern dengan menggunakan teknologi, media massa, internet (cyber war). Sasarannya jelas yaitu
ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik, karakter, dll.
Disadari atau tidak banyak pihak yang sepertinya tidak ingin Indonesia menjadi bangsa yang
besar dan hebat. Kita sering menerima gempuran dan pola serangan pintar melalui F-7, food, fashion,
film dan fantasi, filosofi, dan finansial.Serangan terhadap filosofi dan finansial ialah hal yang paling
mengkhawatirkan. Serangan terhadap filosofi yang paling mengkhawatirkan yang merupakan bentuk
perang ideologi dan pikiran agar terjebak pada pola ideologi liberalis, kapitalis, sosialis, dan radikal.
Untuk membentengi diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi dan upaya-
upaya memecah bangsa, maka bangsa ini harus kembali kepada Pancasila. Pancasila sebagai falsafah
bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah, berisikan
pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu ialah semangat bersatu, menghormati
perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme,
harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.Pancasila harus dijadikan cara hidup (way of life)
seluruh anak bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila tidak perlu
lagi diajarkan secara formal dengan tampilan kaku, tetapi yang terpenting ialah hakikatnya tetap
terpelihara dan diamalkan.
Dalam melaksanakan langkah-langkah itu, diperlukan sinergisme lintas kelembagaan, untuk
bersama-sama mengaktualisasikan Pancasila melalui sistem dan dinamika kekinian. Kampus memegang
peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial sehingga tidak ada
indikasi perkembangan paham lain.

Karakteristik Generasi Milennial

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin)
yang berarti berpikir, berakal budi. Jadi, manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Manusia merupakan makhluk sosial, yang mana dalam setiap kehidupannya
mereka tidak dapat terlepas dari makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu,
manusia membutuhkan interaksi dengan makhluk hidup yang lain. Manusia merupakan
makhluk yang terus berkembang mengikuti zaman. Pendeknya, kodrat manusia 
b u k a n sesuatu yang kaku, melainkan bersifat dinamis-evolutif dan tidak “di-kapsul-kan”. Generasi yang
tumbuh dan berkembang saat ini dibesarkan dalam dominasi penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Generasi milenial merupakan perwujudan dari generasi yang
tumbuh dan berkembang pada era ini.

Generasi milenial merupakan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi
milenial merupakan generasi yang lahir pasca tahun 1980 sampai dengan tahun 2000.
Pertumbuh di era pergantian abad menJadikan gaya hidup pada generasi mengalami perubahan yang dra
stis dibandingkan dengan generasi sebelumnya, yaitu generasi B.
Terutama sejak diperkenalkan dengan pemanfaatan teknologi. 7 Kehidupan sosial pada generasi ini
sangat tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi yang ada,
dalamhal ini teknologi informasi dan komunikasi yang paling banyak dipergunakan adalah teknologi
berbasis internet. Oleh karena itu, generasi ini merupakan generasi dengan tingkat penggunaan internet
tertinggi saat ini. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap internet tersebut menyebabkan generasi
milenial lebih memilih menggunakan internet sebagai sumber informasi dan
komunikasikarena internet dirasa lebih menjanjikan kemudahan penggunaan dan kecepatan akses.
Berikut adalah karakteristik generasi milenial:

a. Selalu terhubung: Generasi milenial selalu terhubung dengan dunia luar melalui internet


mobile yang mereka bawa kemana-mana. Melalui laptop, mobile phone
mereka selalu terkoneksi dengan informasi dan komunitas dunia maya.
Keterhubungan dengan dunia maya inilah yang menyebabkan mereka sangat tergantung
dengan keberadaan internet (Oblinger & Oblinger).
b. Segera: Generasi Milenial selalu menginginkan kecepatan, apakah itu berhubungan
dengan respon yang mereka harapkan maupun kecepatan dalam memperoleh informasi.
Mereka terbiasa melakukan multitasking dalam memperoleh informasi ataupun dalam
melakukan apapun. Mereka dengan cepat bergerak dari satu aktifitaske aktifitas lainnya dan
kadang mereka melakukannya secara bersamaan. Mereka dengan cepat membalas email
ataupun permintaan respon dari komunitasnya, bahkan
mungkin mereka lebih mengutamakan kecepatan dibandingkan dengan ketepatan
Oblinger&Oblinger.
c. Sosial: Generasi milenial sangat tertarik dengan interaksi sosial, apakah itu chatting
dengan teman-teman lama, memposting buku harian web (blogging), berbagi informasi dan
bersosialisasi melalui situs jejaring sosial semacam facebook, twitter dan lain-
lain. Mereka terbuka terhadap keanekaragaman, perbedaan, dan mereka nyaman
berinteraksi dengan orang asing yang tidak dikenal sekalipun.
d. Generasi milenial adalah orang-orang yang paling sering, bahkan selalu terhubung dengan
media sosial. Kadang, apa yang dilakukan di media sosial hanya menunjukan eksistensi
keseharian mereka bahkan tidak segan untuk mencurahkan isihati melalui media sosial.
e. Generasi milenial lebih terkesan individual, cukup mengabaikan masalah politik, fokus pada
nilai-nilai materialistis, dan kurang peduli untuk membantu sesama jika dibandingkan dengan
generasi B dan generasi baby boom pada saat usia yang sama.
f. Generasi milenial merupakan pribadi yang pikirannya terbuka, pendukung kesetaraan hak
misalnya tentang LGBT atau kaum minoritas. Mereka juga
memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, pribadi libera,
optimis, dan menerima ide-ide dan cara-cara hidup.
g. Generasi Milenial kerap dituding sebagai generasi yang manja, etos kerja yang buruk,
sampai terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau ponsel pintar. Banyak yang
menyebutnya sebagai generasi galau karena sering tidak betah di suatu tempat atau
menekuni suatu hal.
PANDANGAN GENERASI MILENIAL TERHADAP PANCASILA
Pancasila dan generasi milenial merupakan dua hal yang perlu diperhatikan lebih untuk saat
ini. Ketimpangan sosial yang terjadi saat ini adalah di
karenakan kurangnya perhatian masyarakat Indonesia terutama generasi milenial terhadap nilai-nilai Pan
casila. Internalisasi nilai-nilai liberal yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa menjadikan masyarakat
Indonesia layaknya orang buta yang kehilangan tongkatnya. Persoalan yang sangat besar dihadapi
bangsa dan negara hingga sekarang ialah pembudayaan dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak
berjalan efektif dan mendasar.
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga bangsa Indonesia pada saat
ini terjadi perubahan besar-besaran yang disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam
negeri. Dengan demikian, di era globalisasi seperti sekarang ini peran Pancasila
tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa
Indonesia. Debih dari itu, nilai-nilai Pancasila sepatutnya menjadi karakter masyarakat Indonesia
sehingga Pancasila menjadi identitas atau jati diri bangsa Indonesia.
Jika ditinjau lebih jauh, generasi milenial kini berada di usia produktif yang memiliki peranan
penting untuk kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa depan. Berkembang pesatnya
globalisasi dan digitalisasi menjadikan generasi ini unggul dalam hal kreativitas dan kemudahan dalam
menghubungkan dirinya dengan dunia luar dirinya. Sayangnya, keunggulan ini banyak dilihat milenial
sebagai sesuatu yang membuka ruang untuk menginginkan segalanya, serba instan dan interaksi
antarbudaya yang terbuka mengakibatkan generasi ini mudah dipengaruhi oleh pikiran dan perilakunya.
Perilakunya dinamis dan fleksibel. Maka di titik inilah Pancasila relevan dan berperan penting untuk kita
generasi milenial.
Eksistensi Pancasila menurut generasi milenial dapat menjadi jembatan emas untuk kaum
milenial membangun batas apa yang bisa diterima dari pengaruh luar yang merugikan dan tidak etis-
negatif. Dengan luar biasanya ideologi Pancasila kita menempatkan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai
sila ke-1 berguna untuk memperingatkan generasi milenial bahwa ada Tuhan sebagai pusat dari
kehidupan segala sesuatu dalam bentangan dunia ini. Kecanggihan teknologi tidak akan pernah
menggantikan kehebatan Tuhan dan memiliki iman yang kuat pada Tuhan menjadi sebuah keharusan
(keniscayaan). Generasi Milenial harus sadar bahwa semuanya milik Tuhan, sehingga kesombongan
dalam diri manusia bisa terminimalisir dan berusaha untuk selalu mengambil manfaat positif dalam setiap
kemudahan, bukan untuk mengambil kekuasaan apalagi menggunakan kekuasaan secara sewenang-
wenang dalam kekuasaan. Kekuasaan Tuhan melampaui kekuasaan manusia.
Pancasila harus dijadikan acuan bagaimana generasi milenial juga dalam menjalani hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam relevansinya dengan sila ke-2. Di mana kaum milenial
Indonesia harus dengan bijaksana, harus selalu adil dalam pikiran dan perilaku etis pada sesama, tidak
menggampangkan segala sesuatu dan terus berbuat kebaikan yang mementingkan kepentingan umum
demi cita-cita bonum commune (kebaikan bersama).
Generasi milenial harus sadar diri untuk selalu bersinergi menciptakan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia (sila ke-3) melalui sikap toleransi akan perbedaan dan memegang teguh pendirian
yang tidak bisa diacak oleh bangsa luar. Sesama bangsa Indonesia, generasi milenial harus bergotong
royong mengangkat derajat bangsa Indonesia lebih tinggi darpada negara lain untuk menunjukkan
bahwa Indonesia bukan negara lemah yang gampang terjajah, tapi negara yang kuat karena generasi
penerusnya mampu bersatu memajukan Indonesia lebih baik di tengah tantangan global masa kini.
Generasi muda milenial juga harus bersikap demokratis dengan mementingkan aspek
musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan (sila ke-4). Keputusan tidak boleh diambil
secara otoriter namun hasil kesepakatan dan musyawarah bersama. Juga sila kelima anak muda milenial
harus mengusahakan keaadilan sosial. Perlu mengkritik struktur social, ideologi, politik dalam negara dan
masyarakat yang menciptakan ketidakadilan social bagi rakyat Indonesia.

1.4 PENUTUP
Pada hakikatnya generasi milenial harus terus memelihara dan mengamalkan Pancasila dalam
kehidupan nyata sehari-hari. Melalui pendidikan, generasi milenial harus sadar bahwa nilai-nilai Pancasila
yang ditanam, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, gotong royong, musyawarah untuk mufakat,
keadilan sosial, patriotisme, nasionalisme, menghormati perbedaan bukan hanya untuk dihafal, namun
terlebih dan paling penting adalah untuk diterapkan pada diri sendiri dan menebarkannya kepada
generasi milenial lain yang sama-sama berperan penting dalam menciptakan Indonesia yang damai,
aman dan tentram. Marilah kita maju ke depan dengan membawa obor yang dapat menyalakan api
semangat membangun Indonesia jaya pada kehidupan lebih baik lagi di masa mendatang menuju
keabadian.

You might also like