Professional Documents
Culture Documents
573-Article Text-1086-1-10-20200226
573-Article Text-1086-1-10-20200226
0 (2019) (86-98)
Abstrak
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada
materi Suhu dan Kalor. Penelitian dilakukan pada salah satu SMAN di daerah Majalengka dengan
subyek penelitian adalah siswa kelas XII MIA yang terdiri dari tiga puluh tujuh siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode single case study. Analisis penelitian dilakukan
menggunakan model Rasch. Adapun instrumen yang digunakan adalah tes pemahaman konsep
menggunakan instrumen tes diagnostik four tier yangberjumlah 10 soal pada materi Suhu dan Kalor
untuk mengetahui miskonsepsi siswa. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu: (1)tahap
perencanaan/persiapan (penyusunan instrumen); (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap akhir (pengolahan
data). Berdasarkan hasil analisis data, terdapat persentase siswa yang paham konsep sebesar
22,97%, kurang paham konsep sebesar 18,65%, miskonsepsi sebesar 52,70%, dan non kode 5,67%.
Nilai rata-rata miskonsepsi yang dialami oleh siswa menunjukkan kategori sedang untuk materi Suhu
dan Kalor.
1. Pendahuluan
Fisika merupakan salah satu wahana 3. Mengembangkan pengalaman melalui
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir percobaan agar dapat merumuskan
yang berguna masalah memecahkan masalah, mengajukan dan menguji
masalah di dalam kehidupan sehari-hari. hipotesis, merancang dan merakit
Menurut Amnirullah (2015) fisika adalah instrumen, mengumpulkan, mengolah
pembelajaran yang mengutamakan dan menafsirkan data, serta
penguasaan konsep. Penguasaan konsep mengkomunikasikan secara lisan dan
menunjukkan siswa menguasai materi- tertulis ;
materi fisika dengan baik. Pemahaman 4. Mengembangkan kemampuan
tentang konsep fisika sangat penting bernalar dalam berpikir analisis induktif
dalam pembelajaran fisika karena dengan dan deduktif dengan menggunakan
menguasai konsep pengetahuan siswa konsep dan prinsip Fisika untuk
akan cenderung bertahan lama meskipun menjelaskan berbagai peristiwa alam
materi sudah lama diajarkan. Hal ini dan menyelesaian masalah baik
sesuai dengan yang tertera dalam Standar secara kualitatif maupun kuantitatif ;
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika 5. Menguasai konsep dan prinsip fisika
SMA, pembelajaran fisika di sekolah serta mempunyai keterampilan
bertujuan agar peserta didik memiliki mengembangkan pengetahuan, dan
kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, sikap percaya diri sebagai bekal untuk
2006 : 107 ) : melanjutkan pendidikan pada jenjang
1. Membentuk sikap positif terhadap yang lebih tinggi serta
fisika dengan menyadari keteraturan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan keindahan alam serta dan teknologi.
mengagungkan kebesaran Tuhan Terkait dengan konsepsi siswa
Yang Maha Esa ; yang berbeda dengan konsep ilmiah yang
2. Mengembangkan sikap ilmiah yaitu diterima secara umum, Hammer (1996)
jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan memilih menggunakan istilah miskonsepsi
dapat bekerjasama dengan orang lain ; dan mendefinisikannya sebagai konsepsi
87 Prosiding Seminar Nasional Fisika 5.0 (2019) (86-98)
yang dipegang kuat dan merupakan ganda tiga tingkat (three-tier diagnostic
stuktur kognitif yang stabil namun tidak test). Pengembangan tersebut terdapat
sama dengan konsepsi para ahli atau pada ditambahnya tingkat keyakinan
konsep ilmiah. Van den Berg (1991) siswa dalam memilih jawaban maupun
mendefinisikan miskonsepsi sebagai alasan. Four-tier diagnostic test terdiri dari
konsepsi seseorang yang berbeda dengan empat tingkat, dimana tingkat pertama
konsepsi para ahli (konsepsi ilmuwan). merupakan soal pilihan ganda dengan
Konsepsi para ahli lebih canggih, lebih empat pengecoh dan satu kunci jawaban
kompleks, lebih rumit, melibatkan lebih yang harus dipilih siswa. Tingkat kedua
banyak hubungan antar konsep daripada merupakan tingkat keyakinan siswa dalam
konsepsi siswa. Umumnya miskonsepsi memilih jawaban. Tingkat ketiga
menyangkut kesalahan siswa dalam merupakan alasan siswa menjawab
pemahaman hubungan antar konsep. pertanyaan (berupa alasan tertutup).
Definisi-definisi tersebut menunjukkan Tingkat keempat merupakan tingkat
bahwa siswa dikatakan mengalami keyakinan siswa dalam memberi alasan.
miskonsepsi bukan semata-mata karena (Rusilowati, 2015).
tidak konsisten dengan konsep ilmiah, Berdasarkan penjelasan tentang
tetapi juga karena konsep yang salah ini miskonsepsi yang terjadi dalam bidang
diyakini dengan kuat oleh siswa. fisika, maka penelitian ini membahas
mengenai identifikasi miskonsepsi siswa
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Four-Tier Diagnostic Test
terdahulu yang dilakukan Sri Nurul, dkk. pada pokok bahasan Suhu dan Kalor di
(2016) menyebutkan bahwa berdasarkan salah satu SMAN kabupaten
hasil tes three-tier pada materi Suhu dan Majalengka.Adapun rumusan masalah
Kalor yang diberikan pada 136 siswa berdasarkan latar belakang masalah yang
dinyatakan bahwa sebanyak 47% dikemukakan sebagai berikut: “bagaimana
termasuk dalam kriteria menguasai miskonsepsi siswa pada materi suhu
konsep, 38% mengalami miskonsepsi, 5% dankalor di salah satu SMAN kabupaten
menebak atau tidak percaya diri, dan 10% Majalengka?”.Adapun tujuan berdasarkan
tidak tahu konsep. Berdasarkan hasil rumusan masalah yang dikemukakan
penelitian pada salah satu topik fisika sebagai berikut: untuk menganalisis
dapat dikatakan bahwa pemahaman miskonsepsi siswa pada materi suhu dan
konsep fisika pada siswa di sekolah kalor di salah satu SMAN kabupaten
tersebut masih rendah. Majalengka.
Identifikasi miskonsepsi siswa
sangat penting untuk proses pembelajaran 2. Metode
siswa kedepannya. Apabila miskonsepsi Metode penelitian yang digunakan
tetap dibiarkan dapat mempengaruhi hasil dalam studi kasus pendahuluan ini yaitu
belajar siswa dan proses belajar siswa metode penelitian single case study.
selanjutnya. Jadi, perlu dilakukan tes Analisis penelitian dilakukan
diagnostik untuk mengidentifikasi menggunakan model Rasch melalui tes
miskonsepsi siswa agar dapat ditemukan pemahaman konsep menggunakan four
dan diatasi secara efektif sehingga hasil tier test pada materi Suhu dan Kalor untuk
belajar siswa menjadi lebih baik dan siswa miskonsepsi siswa. Studi kasus
tidak mengalami miskonsepsi. pendahuluan ini dilakukan di salah satu
Usaha untuk mengidentifikasi sekolah di kabupaten Majalengka, Jawa
miskonsepsi harus membedakan antara Barat dengan siswa kelas XII tahun
siswa yang mengalami miskonsepsi pelajaran 2018-2019 yang berjumlah tiga
dengan siswa yang tidak tahu konsep. puluh tujuh siswa sebagai partisipasinya.
Salah satu cara untuk mengetahui Waktu pelaksanaan studi kasus
miskonsepsi pada siswa adalah dengan pendahuluan ini dilakukan hari Jum’at
tes diagnostik. Four-tier diagnostic test tanggal 9 November 2018 pada jam
(tes diagnostik empat tingkat) merupakan kelima dan keenam yaitu pukul 10.00-
pengembangan dari tes diagnostik pilihan 11.30 WIB.Untuk memperoleh data dalam
G.P. Utari., dkk, - Identifikasi miskonsepsi siswa 88
studi lapangan yang relevan dengan secara kuantitatif. Data kuantitatif berupa
masalah yang diteliti, digunakan instrumen skor tes pemahaman konsep dengan
berupa tes pemahaman konsep. menggunakan four tier test untuk melihat
Instrumen berupa tes diagnostik four tier miskonsepsi siswa yang dianalisis dengan
sebanyak 10 soal pada materi Suhu dan uji statistik untuk menggambarkan
Kalor guna melihat miskonsepsi siswa. presentasi miskonsepsi siswa.
Studi pendahuluan melalui tiga Tes miskonsepsi siswa dianalisis
tahapan, yaitu:Tahap menggunakan model rasch. Model rasch
perencanaan/persiapan: a) Berkunjung ke menggunakan prinsip probabilitas pada
sekolah yang dituju untuk mengurus ijin setiap pilihan yang tersedia pada teori tes
penelitian dengan wakil kepala sekolah klasik lebih diutamakan pada total skor
bidang akademik.b) Menghubungi guru hasil tes. Pada penelitian ini digunakan
Fisika untuk menentukan waktu penelitian. software winstep untuk mengolah data
c) Menentukan kelas yang akan dijadikan yang diperoleh dari hasil tes pemahaman
subjek penelitian. d) Menyusun instrumen konsep siswa. Untuk mengetahui
studi kasus pendahuluan.Tahap miskonsepsi yang dimiliki siswa maka
Pelaksanaan, dilakukan dengan perlu dihitung tiap indikator. Perhitungan
pemberian tes pemahaman konsep untuk persentase skor miskonsepsi siswa
melihat miskonsepsi siswa materi Suhu dengan cara:
dan Kalor.Tahap Akhir, yaitu: a) Mengolah
data hasil penelitian; b) Membahas dan
menganalisis data hasil penelitian; c)
Memberikan kesimpulan dan kemudian persentase tersebut diberikan
rekomendasi. Pengolahan data dilakukan interpretasi sebagai berikut:
c. Daya beda
Arikunto (2009 :211) menyatakan
bahwa “daya pembeda soal adalah Keterangan :
kemampuan soal untuk membedakan D = Daya beda
peserta didik yang berkemampuan tinggi Ba= Jumlah kelompok atas yang
dengan yang berkemampuan rendah.” menjawab benar
Indeks yang digunakan dalam Bb = Jumlah kelompok bawah yang
membedakannya adalah indeks daya menjawab benar
pembeda. Ja = Jumlah peserta kelompok atas
Rumus untuk menentukan indeks Jb=Jumlah peserta kelompok bawah
deskriminasi adalah:
3. Hasil dan Pembahasan yaitu 0.15 dan item reliability yaitu 0.89.
Penelitian ini dilakukan di SMAN 2 dapat disimpulkan bahwa konsistensi
Majalengka dengan mengambil satu kelas jawaban dari siswa lemah, namun kualitas
XII MIA. Jumlah siswa keseluruhan yang butir-butir soal dalam instrumen aspek
mengikuti tes adalah sebanyak 37 siswa. reliabilitasnya kriteria bagus. Nilai alpha
Tes yang diberikan terdiri dari 10 butir soal cronbach untuk mengukur reliabilitas
yang dilengkapi dengan alasan dan tingkat interaksi antara person dan butir-butir soal
keyakinan siswa dalam mengerjakan tes. secara keseluruhan didapatkan hasil 0.07.
Instrumen tes dianalisis dengan Nilai alpha ini menunjukkan reliabilits tes
menggunakan Rasch model, dimana secara umum masih belum memuaskan
diperoleh beberapa kategori diantaranya dan termasuk kategori lemah.
nilai reliabilitas soal, tingkat kesukaran dan Tingkat kesukaran instrumen tes
daya pembeda soal. dapat dilihat berdasarkan kolom measure
Melalui analisis menggunakan model dalam Rasch model.
rasch diperoleh hasil person reliability
G.P. Utari., dkk, - Identifikasi miskonsepsi siswa 90
dimana menunjukkan nilai logit untuk 30, 37, 03 dan 14. Siswa dengan
setiap item yang diurutkan dari yang kemampuan tinggi terdiri dari 5 orang
tertinggi ke yang terendah. Untuk item ke dengan kode person 01, 02, 06, 22, 24.
1 yaitu 3.95 logit menunjukkan butir soal Data hasil tes diagnostik
yang tersulit, sedangkan item ke-3 miskonsepsi dengan menggunakan soal
merupakan item yang paling mudah pilihan ganda empat tingkat (Four-Tier
sebesar -2,43 logit. Diagnostic Test) dikelompokkan dan
Daya pembeda soal dapat dilihat dihitung jumlah siswa yang termasuk
dari distribusi soal. Urutan distribusi soal dalam kategori paham konsep, tidak
sesuai dengan tingkat kesukaran. Siswa paham konsep, dan miskonsepsi,
dengan kemampuan rendah terdiri dari 8 sehingga didapatkan hasil seperti pada
orang dengan kode person 07, 21, 23, 26, Tabel 5.
Aliran kalor
9 51,4 Sedang
konduksi
Kecepatan
10 Daya (aliran) 83,8 Tinggi
kalor radiasi