You are on page 1of 3

Instrumen Kebijakan Ekonomi Moneter

Kebijakan moneter adalah kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk
pengendalian besaran moneter (dapat berupa uang beredar, uang primer, atau kredit
perbankan) dan atau suku bunga untuk mencapai stabilitas ekonomi makro.
Atau
Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang menjadi bagian integral dari kebijakan
ekonomi makro, yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan kegiatan ekonomi dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Tujuan kebijakan moneter ini antara lain:


1. Membantu pemerintah dalam menjalankan program yang belum atau tidak terealisasikan
dengan cara memberi sumber penerimaan normal.
2. Menjaga kestabilan keuangan negara dengan mengawasi barang dan jasa seimbang dengan
permintaan masyarakat.
3. Mengedarkan uang yang tersedia sebagai alat tukar di dalam perekonomian negara
4. Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan. Semua berawal dari pengusaha yang apabila
keuangan dalam kantoratau pabriknya stabil maka yang terjadi adalah pengusaha akan
membuka cabang yang ppastinya akan membuka lapangan pekerjaan yang baru serta bisa
juga berinvestasi.
5. Menaikkan neraca perdagangan, agar negara Indonesia bisa menaikkan impor dan
mengurangi ekspor.

Tingkat Suku Bunga


Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio pengembalian sejumlah investasi
sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor. Besarnya tingkat suku bunga
bervariatif sesuai dengan kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian
kepada kreditur.
Di dalam industri perbankan, terdapat 5 (lima) jenis suku bunga, yaitu:
1. Suku bunga tetap (fixed)
Suku bunga tetap atau fixed  adalah suku bunga yang bersifat tetap dan tidak berubah
sampai jangka waktu atau sampai dengan tanggal jatuh tempo (selama jangka waktu
kredit).
2. Suku bunga mengambang (floating)
Suku bunga mengambang adalah suku bunga yang selalu berubah mengikuti suku
bunga di pasaran. Jika suku bunga di pasaran naik, maka suku bunganya juga ikut
naik, begitupun sebaliknya.
3. Suku bunga flat
Suku bunga flat  adalah suku bunga yang penghitungannya mengacu pada jumlah
pokok pinjaman di awal untuk setiap periode cicilan. 
4. Suku bunga efektif
Suku bunga efektif adalah suku bunga yang diperhitungkan dari sisa jumlah pokok
pinjaman setiap bulan seiring dengan menyusutnya utang yang sudah dibayarkan.
Artinya semakin sedikit pokok pinjaman, semakin sedikit juga suku bunga yang harus
dibayarkan.
5. Suku bunga anuitas
Metode ini mengatur jumlah angsuran pokok ditambah angsuran bunga yang dibayar
agar sama setiap bulan.

Operasi Pasar Terbuka


Operasi Pasar Terbuka (OPT) atau open market operation adalah kegiatan bank sentral untuk
membeli atau menjual surat berharga pemerintah, baik di pasar primer maupun di pasar
sekunder untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. 
Dibandingkan dengan kedua instrumen lainnya, OPT merupakan instrumen yang paling
sering dipergunakan oleh otoritas moneter dalam melaksanakan kebijakan moneternya
mengingat instrumen ini lebih berorientasi pasar, keterlibatan peserta OPT (bank dan pialang)
tidak mengikat, arah kebijakannya mudah ditangkap oleh pasar, dan tidak membebankan
pajak kepada bank.
Surat berharga itu diantaranya Surat berharga pasar uang dan Sertifikat Bank Indonesia. Jika
ingin mengurangi jumlah uang yang beredar pemerintah akan menjual surat berharga itu
kepada masyarakat sedangkan saat pemerintah ingin meningkatkan jumlah uang yg beredar
maka yang dilakukan pemerintah adalah membeli surat berharga pemerintah.
Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku bunganya atau jumlah/kuantitasnya dan
dapat bervariasi jangka waktunya.
Giro Wajib Minimum
Giro wajib minimum adalah dana atau simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank
dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di Bank Indonesia. Besaran Giro Wajib
Minimum (GWM) ditetapkan oleh bank sentral berdasarkan persentase dana pihak ketiga
yang dihimpun perbankan.
Kebijakan GWM terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. GWM primer yakni simpanan minimum (rupiah) yang wajib dipelihara oleh bank
dalam rekening giro di BI yang besarannya ditetapkan dalam rasio terhadap dana
pihak ketiga yang dihimpun perbankan.
Setelah ditetapkan pada 16 Maret 2016, saat ini besaran GWM primer adalah 6,5%
dari sebelumnya 7,5%. GWM primer merupakan alat untuk ekspansi atau menambah
likuiditas bank apabila diturunkan.
2. GWM sekunder, yakni cadangan minimum (rupiah) yang wajib dipelihara oleh bank
berupa surat berharga, seperti Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito Bank
Indonesia, dan Surat Berharga Negara).
Besaran GWM sekunder ditetapkan dalam rasio dana pihak ketiga. Per Maret 2016
besaran GWM sekunder ditetapkan 4% dalam rupiah dan untuk valas tidak ada.
Kebijakan GWM sekunder ditujukan untuk mempengaruhi cadangan likuiditas bank
sekaligus pendalaman sektor
keuangan. Apabila dinaikkan tujuannya adalah untuk mengurangi kapasitas kredit
bank. Sebaliknya, jika diturunkan, tujuannya untuk menambah kapasitas kredit bank.
3. GWM berdasarkan rasio kredit terhadap seluruh penghimpunan dana bank (loan to
funding ratio/LFR), yakni simpanan minimum rupiah yang wajib dipelihara oleh bank
dalam rekening giro di bank sentral sebesar persentase tertentu yang dihitung
berdasarkan selisih antara realisasi LFR bank dan LFR target yang ditetapkan BI.
Target LFR rupiah pada 24 Agustus 2016 diubah menjadi 80%-92% dari sebelumnya
78%-92%. Untuk Valas tidak ada.
Tujuan dari GWM-LFR ini untuk mendorong penyaluran kredit bank tetap berada
dalam rentang yang ditentukan agar  mendorong intermediasi sehingga pertumbuhan
ekonomi terpacu, tetapi tetap menjaga prinsip kehati-hatian.

You might also like