You are on page 1of 20

TRIGGER CASE OMPHALOCELE

Kasus: Bayi X dibawa ke RS pada tanggal 19 Februari 2021 dengan usia 4 hari dengan diagnose
medis omphalocele ata kelainan bawaan saat lahir ditandai dengan kelarnya organ yang ada
didalam rongga perut bayi,seperti lambung,usus dan hati, melalui pusar.

1. Apa yang terjadi pada pasien?

Jelaskan secara konsep teoritis berdasarkan data yang ada!

Omphalocele adalah defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar dari
umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi dibungkus oleh
peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton Jelly juga membungkus
massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Omphalocel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya
dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit (copyright©
www.medicastore.com, 2004).

1.1 Etiologi

Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi pasti dari omphalocele belum diketahui. Beberapa
teori telah dipostulatkan, seperti :
1. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan
lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the
body stalk selama gestasi 12 minggu.
2. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi
kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok,
c. Kelainan genetic
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen.
g. Asupan gizi yang tak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam
tubuh ibu hamil.

1.2 Manifestasi Klinis

Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah:


1. Organ visera / internal abdomen keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar melewati area
perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalocel, yaitu :
a. Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol, sedangkan
b. Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar
dari tubuh yang sehat. Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali pusat atau
kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari kecil sampai
berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali pusat
biasanya diinsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uterus, maka usus akan terlihat
gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan normal yang
esensial. Kira – kira 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai congenital anomaly
atau abnormal

2. Pengkajian keperawatan dan pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan?

2.1. Pengkajian Keperawatan

a. Mengkaji Kondisi Abdomen

1) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka

2) Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus


3) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi

4) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan


oleh inflamasi, obstruksi

5) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh
pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi.

b. Mengukur temperatur tubuh

1) Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.

2) Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam

3) Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak

c. Kaji Sirkulasi

1) Kaji adanya sianosis perifer

d. Kaji distress pernafasan

1) Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap

2) Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat

3) Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)

4) Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea

5) Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan

6) Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada

7) Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)

8) Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis


2.2. Pemeriksaan Penunjang

Menurut A.H. Markum (1991)pemeriksaan diagnostik dari omphalokel


adalah:
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah
pada bayi yang baru lahir. Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa
adanya kantong.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada
dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga
meninggi pada spinabifida yang disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan
pseudokolinesterase.
3. Prenatal, ultrasound
Menunjukkan adanya defek ompalokel
4. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan
marker structural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetus membantu
mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik
diperjelas dengan amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus
dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

3. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien tersebut?


Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan
untuk menutup omfalokel. Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah harus diberi
merkurokrom dan diharapakan akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut,
sehingga operasi dapat ditunda sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera
sesudah lahir, tetapi harus diingat bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat visera
sekaligus kerongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru, sehingga
timbul gangguan .

3.1 Penatalaksanaan Medis


Operasi dilakukan setelah lahir, akan tetapi mengingat dengan,memasukkan semua usus dan alat
visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan terjadi tekanan yang mendadak pada paru,
sehingga dapat menimbulkan gangguan pernafasan, maka operasi biasanya dilakukan penundaan
sampai beberapa bulan.

3.2. Penatalaksanaan Keperawatan


Masalah keperawatan yang dapat terjadi adalah resiko infeksi, sebelum dilakukan operasi
bila kantong belum pecah dapat dioleeskan merkurokrom setiap hari untuk mencegah infeksi.
Operasi ditunda sampai beberapa bulan atau menunggu terjadinya penebalan selaput yang
menutupi kantong tersebut. Setelah diolesi merkurokrom dapat ditutupi dengan kasa steril
kemudian diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dapat dipasangkan gurita.
Pada Ompohalocel diperbaiki dengan pembedahan, meskipun tidak selalu. Sebuah kantong
melindungi isi abdomen dan waktu yang tepat untuk masalah berat yang lain (seperti gangguan
hati) harus diberi lebih dulu, jika diperlukan. Untuk memfiksasi omphalocel, kantung tersebut
dibalut dengan benda buatan spesial , dimana kemudian dijahit ditempat tersebut. Secara
perlahan, lama – lama isi abdomen (Usus yang keluar) ditekan ke dalam abdomen. Ketika
omphalocel telah nyaman dalam rongga abdomen,maka buatan tersebut dikeluarkan dan
abdomen kemudian ditutup.
Menurut Sjamsuhidajat, tindakan pada penderita omphalocel :
Besarnya kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hati di dalam kantong akan
menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocel kecil dapat dilakukan operasi satu tahap.
Dinding kantong di buang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudia lubang
ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocel terlalu besar dan rongga
perut terlalu besar, sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke dalam perut. Jia dipaksakan
maka karena regangan pada dinding perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga akan
terjadi gangguan pernafasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan
tersebut. Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocel dengan cairan
antiseptic, musalnya betadin dan menutupnya dengan kain kasa atau dakron agar tidak tercemar.
Pemberian obat analgesic :
a. Rencanakan untuk memberikan analgesik yang telah ditentukan
sebelum prosedur :
Oral : efek obat terjadi setelah 11/2 – 2 jam untuk hapir semua obat analgesik.
Intravena : efek paling cepat setelah 5 menit.
b. Kuatkan efek dari analgesik dengan memberitahukan bahwa anak akan merasa lebih
baik.
c. Berikan obat mulai dengan dosis yang dianjurkan sesuai dengan BB, contoh obat:
1) Obat - obat anti inflamasi nonsteroid : asetaminofen dengan 10 – 20 mg/kg per dosis
setiap 4 -6 jam, tidak boleh lebih dari 5 dosis dalam 24 jam.
2) Opioid pilihan untuk nyeri sedang sampai berat (dosis awal anak dengan BB < 50kg)
contohnya:
3) Morfin: oral 0,2–0,4 mg/kg tiap 3 – 4 jam. Parenteral 0,1 – 0,2 mg/kg. IM 3 – 4 jam
0,02 – 0,1 mg/kg dan IV bolus 2 jam.
4) Fentanil: oral 5 – 15 mg/kg. Parenteral 0,5 – 2,5 mg/kg dan IV bolus setiap 0,5 jam.
5) Kodein: oral 1 mg/kg tiap 3–4 jam. Parenteral tidak dianjurkan.

4. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien tersebut?

4.1. Diagnosa Keperawatan


Pre Op

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga abdomen (paru-paru)

b. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas

c. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar

e. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang relevan

f. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita


penyakit serius

g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan post op.


Post Op

a. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur pembedahan menutup abdomen.

b. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.

c. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang multipel.

d. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang terdekat
(anak menderita omphalokel).

e. Cemas berhubungan dengan kematian.

4.2. Intervensi Keperawatan

Pre Op

Dx 1 : Pola napas tidak efektif b.d. penekanan rongga abdomen (paruparu).

NOC: Respiratory Status: Airway

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas selama 3 x 24


jam, diharapkan pola napas pasien kembali normal dan efektif dengan status respirasi
skala 4 dengan

Kriteria Hasil:

a. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursed (ips)

b. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tertekik, irama napas,
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal seperti
whezing/mengi).

c. TTV dalam batas normal

d. Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan

2) Jarang menunjukkan

3) Kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Selalu menunjukkan

NIC: Airway Management

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

a. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

c. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

d. Monitor respirasi dan status oksigen

e. Keluarkan skret dengan batuk atau suction

Dx 2 : Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas

NOC: Thermoregulatoin: Neonate

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi suhu selama 3 x 24 jam,


diharapkan termoregulasi pasien kembali normal dan efektif dengan status regulasi skala
4.

Kriteria Hasil: a. Suhu tubuh pasien dalam batas normal

b. Tidak ada stress pernapasan

c. Tidak ada letargi

d. Perubahan warna kulit dalam rentang yang diharapkan


e. Pasien tidak menggigil

f. Status hidrasi adekuat

Skala :

1) Tidak pernah menunjukkan

2) Jarang menunjukkan

3) Kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Selalu menunjukkan

NIC: Temperatur Regulation

a. Monitor suhu badan pasien setiap 2 jam

b. Monitor suhu badan bayi baru lahir sampai stabil

c. Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

d. Monitor warna kulit dan suhu

e. Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau hipertermi

f. Monitor warna kulit dan suhu

g. Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi

Dx 3 : Resiko kurang volume cairan b.d. dehidrasi

NOC: Keseimbangan cairan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen cairan selama 3 x 24 jam,


diharapkan keseimbangan cairan pada pasien adekuat dengan status cairan skala 4.
Kriteria hasil:

a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal

b. Elektrolit serum dalam batas normal

c. Tidak ada mata cekung

d. Tidak ada hipertensi ortostatik

e. Tekanan darah dalam batas normal

Skala :

1) Tidak pernah menunjukkan

2) Jarang menunjukkan

3) Kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Selalu menunjukkan

NIC: Manajemen Cairan

a. Pertahankan intake & output yang adekuat

b. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)

c. Monitor status hemodinamik

d. Monitor intake & output yang akurat

e. Monitor berat badan

DX 4 : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar

NOC: Knowledge: infection control


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x 24 jam,
diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi skala 4.

Kriteria hasil:

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

c. Jumlah leukosit dalam batas normal

d. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Skala :

1) Tidak pernah menunjukkan

2) Jarang menunjukkan

3) Kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Selalu menunjukkan

NIC: Infection control

a. Pertahankan teknik isolasi

b. Batasi pengunjung bila perlu

c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

d. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

e. Tingkatkan intake nutrisi

Dx 5 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang


relevan.
NOC: Decision Making

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan keluarga selama 3 x 24 jam,


diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga dengan skala pembuatan keputusan 4.

Kriteria Hasil:

a. Identifikasi informasi yang relevan

b. Identifikasi alternative

c. Memilih berbagai alternative

Skala:

1) Tidak pernah menunjukkan

2) Jarang menunjukkan

3) Kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Selalu menunjukkan

NIC: Family Support

a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi

b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain

c. Tawarkan informasi konsen

d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang lain, jika
diperlikan

e. Berikan dukungan secara penuh


Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
penyakit serius (omphalokel).

NOC : Family Normalization

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Normalisasi selama 3 x 24


jam diharapkan pasien (keluarga) dapat mempersiapkan diri untuk prosedur diagnostik /
operasi dengan status perubahan proses keluarga skala 4.

Kriteria hasil :

a. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur

b. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan

Skala :

1) Tidak pernah

2) Jarang

3) Kadang-kadang

4) Sering

5) Konsisten

NIC : Peningkatan Normalisasi

a. Jelaskan alasan setiap terapi

b. Jelaskan kebutuhan anak kepada orang tua misalnya anak harus dirawat dalam dalam
inkubator dan terpasang berbagai alat (Infus, Oksigen, NGT, dll)

c. Jelaskan pada keluarga tentang pengalaman umum setelah pembedahan

d. Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjadi paska operasi e. Berpartisipasi dalam
konferensi praoperasi dengan keluarga dan dokter
Dx 7 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kondisi anak, proses penyakit
yang diderita anak.

NOC : Pengetahuan : Proses Penyakit

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengajaran Proses Penyakit selama 3 x


24 jam diharapkan Keluarga dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit anaknya
dan pengobatannya dengan status pengetahuan proses penyakit skala 4.

Kriteria Hasil :

a. Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak

b. Menjelaskan proses penyakit

c. Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi

d. Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya

Skala :

1) Tidak mengetahui

2) Terbatas pengetahuannya

3) Sedikit mengetahui

4) Banyak pengetahuannya

5) Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengajaran Proses Penyakit

a. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi


pengobatan anaknya.

b. Menjelaskan proses penyakit

c. Bersama keluarga identifikasi penyebab penyakit


d. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada individu,
keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.

e. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti

f. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan pengobatan/


terapi anaknya. g. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman keluarga.

Post Op

Dx 1 : Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur pembedahan


menutup abdomen.

NOC I: Tingkat Nyeri

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen nyeri selama 3 x 24 jam


diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang
dapat diterima anak dengan status penerimaan nyeri skala 2.

Kriteria hasil :

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)

b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak

NOC II: Level Nyeri Kriteria hasil :

a. Memberikan isyarat rasa nyaman (tidak rewel)

b. Nyeri menurun

Skala :

1) Ekstream

2) Berat

3) Sedang
4) Ringan

5) Tidak Ada

NIC : Menejemen Nyeri

a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas).

b. Observasi isyarat –isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.

c. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi
pengunjung).

d. Berikan analgesia sesuai ketentuan

e. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik).

Dx 2 : Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.

NOC : Pengenalian Resiko

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian Infeksi selama 3 x 24 jam


diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada
pasien dengan status pengendalian skala 4.

Kriteria hasil :

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Temperatur badan

c. Imunisasi

Skala :

1) Tidak pernah
2) Jarang

3) Kadang-kadang

4) Sering

5) Konsisten

NIC : Pengendalian Infeksi

a. Pantau tanda / gejala infeksi

b. Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi

c. Rawat luka op dengan teknik steril

d. Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung)

e. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx 3 : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan perawatan yang multipel.

NOC : Physical Aging Status

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Developmental Enhancement selama 3


x 24 jam diharapkan pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
sesuai usianya dengan status perkembangan skala 2.

Kriteria hasil :

a. Rata-rata berat badan

b. Cardiac out put

c. Elastisitas kulit

d. Kekuatan otot

Skala :
1) Ekstrem

2) Berat

3) Sedang

4) Ringan

5) Tidak ada

NIC : Developmental Enhancement

a. Bina hubungan saling percaya dengan anak

b. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan perkembangan anak sesuai dengan


umurnya (contoh bermain icik-icik)

c. Bantu anak belajar ketrampilan

d. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal pasien

e. Berikan reinforcement positif

Dx 4 :

Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi dari orang terdekat (anak
menderita omphalocel).

NOC: Family Coping Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan


Keluarga selama 3 x 24 jam, diharapkan koping keluarga menguat dengan status koping
skala 4.

Kriteria Hasil:

a. Mendemonstrasikan fleksibilitas peran

b. Menyelesaikan permasalahan yang ada


c. Percaya dapat memenej masalah

d. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan

e. Mengekspresikan perasan

f. Menggunakan strategi menurunkan stress (devence mecanism)

Skala:

1) Tidak pernah menunjukkan

2) Jarang menunjukkan

3) Kadang menunjukkan

4) Sering menunjukkan

5) Selalu menunjukkan

NIC: Dukungan keluarga

a. Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pada pasien

b. Hargai reaksi emosional keluarga terhadap kondisi pasien

c. Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga

d. Berikan harapan yang realistic

e. Dengarkan kecemasan keluarga, perasaan dan pertanyaan keluarga

f. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien

Dx 5: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

NOC : Kontrol Cemas


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perbaikan Koping Keluarga selama 3
x24 jam, diharapkan kecemasan hilang atau berkurang dengan status cemas skala 4

Kriteria hasil :

a. Monitor intensitas kecemasan

b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress

c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

d. Kondisikan lingkungan nyaman

Skala :

1) Tidak pernah dilakukan

2) Jarang dilakukan

3) Kadang-kadang dilakukan

4) Sering dilakukan

5) Selalu dilakukan

NIC : Enhancement Family Coping

a. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.

b. Tetap dampingi pasien dan keluarga untuk menjaga keselamatan pasien dan
mengurangi ansietas keluarga

c. Instruksikan kepada keluarga untuk melakukan ternik relaksasi d. Bantu keluarga


mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

You might also like