Professional Documents
Culture Documents
Ni'matul.M 50
Ni'matul.M 50
DISUSUN OLEH :
PRODI : D3 KEPERAWATAN
KELAS : P20B
2020/2021
KATA PENGANTAR.
Dengan menyebut nama Allah SWT, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
Sehingga makalah dengan judul Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Di era
Globalisasi ini dapat selesai tanpa halangan yang berarti.
Maka dari itu saya menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Baik dari
segi bahasa, susuan kalimat atau hal lain yang tidak saya sadari. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran sebagai sarana perbaikan makalah yang lebih baik.
Ni’matul Maulabibi
2
DAFTAR ISI.
Kata pengantar............................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................5
Bab II Pembahasan
1. Arti Pancasila.................. ..........................................................6
2. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara d Indonesia...........7
3. Tantangan Pancasila di era globalisasi......................................8
Bab III Penutup
Kesimpulan...................................................................................11
Daftar Pustaka...........................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN.
Pada hakekatnya, Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan
lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia adil dan makmur. Bahwasannya
Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan dalam pemubkaan Undang-Undang 1945 yang
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.
Dan di era globalisasi ini Pancasila masih sangat perlu dihayati dan diamalkan oleh
masyarakat dalm kehidupan sehari-hari yang merupakan sumber dari segala peraturan negara
Indonesia dan menjadikannya sebagai pedoman hidup.
4
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Tujuan.
5
BAB II
PEMBAHASAN.
1. Arti Pancasila.
Pancasila merupakan dasar serta landasan ideologi bagi bangsa Indonesia. Hal
itu berarti setiap nilai yang terkandung dalam Pancasila harus dijadikan dasar hidup
bernegara. Nama Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu,
panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau asas. Jadi secara leksikal Pancasila
bermakna lima aturan tingkah laku yang penting.
Lima prinsip yang terdapat dalam Pancasila dicetuskan oleh Presiden pertama RI,
Soekarno pada 1 Juni 1945. Maka pada 2016, Presiden Jokowi Widodo menetapkan 1 Juni
sebagai hari Pancasila dan hari libur nasional. Meski begitu, perumusan Pancasila juga
melalui perjalanan yang cukup panjang. Terlebih lagi selain Soekarno, Moh. Yamin dan Dr.
Soepomo juga ikut menyuarakan gagasan mereka yang menjadi bibit lahirnya Pancasila.
Namun akhirnya, lima prinsip yang disuarakan Soekarno dalam pidatonya dipilih
menjadi dasar negara atau Pancasila bagi bangsa Indonesia. Berikut ini adalah isi bunyi lima
prinsip yang terdapat dalam Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kelima prinsip yang ada pada Pancasila memiliki arti yang besar bagi bangsa
Indonesia. Sejak saat itu, Pancasila menjadi landasan ideologi berbangsa dan bernegara.
Untuk itu, bangsa Indonesia diharapkan memiliki dan membentuk kepribadian yang sesuai
dengan tiap-tiap prinsip yang terkandung dalam Pancasila.
6
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan secara
yuridis konstitusional (menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu setiap orang tidak
boleh atau tidak bebas memberikan pengertian/penafsiran manurut pendapatnya sendiri.
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut pula sebagai dasar falsafah negara
(philosofischegrondslag) atau ideologi negara (staatsidee). Pancasila yang dikukuhkan dalam
sidang I dari BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan
dasar bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang
menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indonesa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan
politik yang menuju kepada kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945
Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang
menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan uji
sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan persoalan-
persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan perkembangan negara harus
didasarkan atas dan berpedoman pada UUD. Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD
itu disebut peraturan-peraturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh
isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-
peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara
Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh
menyimpang dari jiwa Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966
ditegaskan, bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber huum
7
formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu
pengetahuan hukum). Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang
ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan pemerintah
Indonesia. Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas fundamen
yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu
model yang didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa Indonesia,
Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia, yang hidup di tanah air kita
sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya memuaskan
bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat diterima oleh bangsa-bangsa lain
sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal dan akan mempengaruhi hidup dan
kehidupan banga dan negara kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
Tantangan yang diterima oleh ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan
beragam. Sebagai contoh, beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi
alasan pemicu konflik horizontal antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari
sistim kekeluargaan (contoh: pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme dimana
keuntungan merupakan tujuan utama, paham komunisme, liberalisme,
terorisme, chauvinisme, dan sebagainya. Jika Pancasila menentang kolonialisme,
imperialisme, dan kapitalisme tidaklah mengherankan kalau ia bertentangan dengan
globalisme,
8
yang tidak lain daripada kapitalisme lanjut model Amerika yang sedang berusaha
menguasai dunia dalam aspek ekonomi. Neokapitalisme ini bersifat global dan sebagian besar
negara sedikit banyak dikuasai, tetapi secara terpisah-pisah.
Globalisasi juga bertentangan dengan sila ke-3, karena hilangnya porositas batas
bangsa-bangsa oleh arus bebas fakor-faktor produksi, pelenyapan tariff, tak terkendalinya
arus lintas-batas informasi dan nila-nilai.
Demikian halnya dengan sila ke-4 Pancasila yang juga bertentangan karena
globalisme menaikkan per-kapita nasional, tetapi menambah pula presentase orang miskin,
sehingga terjadi rekonfigurasi lapisan-lapisan social-ekonomis. Globalisme menekan aspirasi
rakyat suatu negara dengan ambis-ambisi korporasi transnasional yang lebih kuat dari ambisi
negara. Globalisme menghalangi kecerdasan dan kesehatan rakyat dengan bertambah
mahalnya komoditas ilmu pengetahuan dan kesehatan.
Tidak hanya sampai di situ Sila ke-5 Pancasila lagi-lagi juga bertentangan dengan
globalisme, karena keadilan komutatif, distributif, dan legal diperjualbelikan; konsumen tidak
berhubungan langsung dengan produsen; dan system legal dibuat demi keuntungan
modal;dan eksploitasi lingkungan dapat mengancam keadilan nasional, regional,
internasional maupun intergenerasinal, karena hutang dan pajak lingkungan tidak dibayar.
9
Akibat globalisme, lingkungan kultural dan natural akan berubah melalui waktu.
Pancasila akan berubah pula dan demikian pula penafsiran dan prakteknya. Disamping itu era
globalisasi telah memberikan tantangan terhadap nilai-nilai pancasila.
Globalisasi telah mengubah wajah negara berkembang dan indonesia pada khususnya
sistem perekonomian yang dulunya sosialis men-jadi pasar terbuka. Perubahan pasar ini
disebabkan oleh adanya interaksi indonesia dengan negara negara barat. Perubahan lain
adalah nilai dan sikap nasionalisme globalisasi telah membuat semangat nasionalisme
menurun, sebab setiap orang berusaha memaksimalkan kepuasannya dan dapat hidup
dinegara maan saja berdasarkan kompetensi dan komitmennya.
Pertanyaan kritis dan relevan adalah nilai-nilai apakah yang dapat disebut khas
indnesia. Dari berbagai literature dan pengalaman dalam kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara sekurang-kurangnya ada tiga konsep yang mencerminkan khas indonesia
sesuai dengan nilai pancasila yaitu musyawarah, mufakat dan gotong royong. Kemudian jika
demikian bagaimana kita menyablimasikan nilai-nilai khas indonesia tersebut kedalam
tatanan nilai universal Dan lain sebagainya.
10
BAB III
PENUTUP.
Kesimpulan.
Globalisasi sendiri adalah masuknya atau pengaruh luasnya dari suatu wilayah
atau negara lain dan atau proses masuknya suatu negara dalam suatu negara.
Tantangan yang diterima oleh ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan
beragam. Disamping itu era globalisasi telah memberikan tantangan terhadap nilai-
nilai pancasila. Globalisasi telah mengubah wajah negara berkembang dan indonesia
pada khususnya sistem perekonomian yang dulunya sosialis menjadi terbuka.
11
DAFTAR PUSTAKA.
bola.com. (28 September2020) “Arti Penting Pancasila sebagai Dasar Negara yang harus
diketahui”. (http://bola.com / diakses pada 2 Oktober 2020)
12