Professional Documents
Culture Documents
Upi Pcya Diri
Upi Pcya Diri
SKRIPSI
Oleh
NINING SUSANTI
0900417
Oleh
Nining Susanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Mei 2014
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
NINING SUSANTI
0900417
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui / Mengesahkan
Ketua Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Kata kunci: kepercayaan diri, peserta didik, teknik permainan dan teknik sosiodrama.
Key word: self confidence; students; games technique and sociodrama technique.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………….. viii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian …………………………………………………… 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ………………………………………….. 8
C. Tujuan dan Manfaat Peneltian ……………………………………….……… 9
D. Asumsi ………………………………………………………………………. 11
E. Sistematika Skripsi ………………………………………………………….. 12
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat bagi para peserta didik untuk mendapatkan
ilmu dan pendidikan yang bermanfaat serta berguna bagi kehidupan mereka di
masa yang akan datang. Pendidikan formal seperti sekolah mempunyai struktur
yang jelas dan memiliki kurikulum yang terstruktur dengan jelas pula. Sekolah
menjadi suatu wadah yang diharapkan mampu membawa kemajuan dan
perubahan ke arah yang lebih baik bagi para peserta didik di masa mendatang.
Sekolah merupakan pendidikan yang bersifat formal. Pendidikan bertujuan
mendidik anak-anak bangsa di semua jenjang usia dari usia kanak-kanak sampe
usia dewasa. Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia antara lain yaitu Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan
Perguruan Tinggi (PT).
Dilihat dari segi usia, peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP)
umumnya berusia antara 12-15 tahun. Pada usia ini anak-anak bisa juga disebut
sedang memasuki masa transisi yaitu antara masa kanak-kanak dan menjelang
dewasa dan juga mulai mengalamai masa-masa datangnya pubertas. Sejalan
dengan pernyataan Santrock (2007:20) “masa remaja awal kurang lebih
berlangsung dimasa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan
perubahan pubertas terbesar terjadi di masa ini”.
Tahapan perkembangan menurut Hurlock (1980) yaitu :
“(1) Masa remaja awal (12-15 tahun) pada masa ini individu memulai
meninggalkan peran sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada
orang tua, (2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun) masa ini ditandai
bersosialisasi dengan orang lain dan akan sulit menentukan minat serta bakat yang
akan ditentukan. Kepercayaan diri yang rendah salah satunya karena individu
tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan atau individu yang kurang
memiliki kemampuan dan keterampilan dalam berinteraksi dengan orang lain,
sehingga banyak sekali orang0orang yang tidak mempunyai banyak teman.
Menurut Darajat (1982) bahwa
“kepercayaan diri yang rendah ini dapat mengakibatkan rasa pesimis,
apatis, menarik diri dalam pergaulan, tidak berani mengemukakan ide atau
perasaannya, serta tidak berani bertindak ataupun mengambil inisiatif,
dengan demikian kurangnya kepercayaan diri dapat menyebabkan potensi
manusia tidak dapat berkembang secara optimal”.
Dalam artikel yang dimuat dalam blog Problem Perilaku Anak (2011),
“masalah kepercayaan diri adalah masalah yang paling sering mengganggu pada
masa remaja”. Remaja yang mempunyai masalah kepercayaan diri mudah merasa
tidak puas dengan keadaan diri mereka, dan tanpa sadar mereka terlalu peka
terhadap komentar orang lain meskipun komentar tersebut tidak ditujukan kepada
mereka. Masalah kepercayaan diri merupakan masalah yang wajar dialami saat
melalui masa remaja, tetapi ada baiknya jika orangtua melakukan upaya-upaya
untuk membantu anak mendapatkan kembali kepercayaan dirinya.
Dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri pada remaja, perlu adanya
teknik untuk mengembangkan kepercayaan diri. Ada beberapa teknik yang dapat
dilakukan untuk membantu peserta didik dalam menangani permasalahan
kurangnya kepercayaan diri. Teknik yang akan digunakan adalah bimbingan
kelompok. Dalam teknik bimbingan kelompok ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Teknik yang
dimaksud adalah melakukan teknik bimbingan kelompok dengan teknik
permainan dan teknik sosiodrama.
Menurut Serok & Blum (Suwarjo & Eliasa, 2011:4) “Permainan atau
Games bersifat sosial, melibatkan proses belajar, mematuhi peraturan, pemecahan
masalah, disiplin diri dan kontrol emosional dan adopsi peran-peran pemimpin
dengan pengikut yang kesemuanya merupakan komponen penting dari
Nining Susanti, 2014
Efektivitas teknik permainan dan teknik sosiodrama dalam meningkatkan kepercayaan
peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
kulit hitam dan mereka telah menikah. Pada saat itu, pernikahan antar-ras
adalah bagian yang tidak dapat diterima dan besar masyarakat akan
menolak pasangan dan anak-anak mereka juga. Ketika sesi berlangsung
dan wanita tersebut berbagi keprihatinannya untuk masa depan anaknya,
seorang wanita dari penonton muncul. Secara kebetulan, dia adalah
saudara protagonisnya dan telah mendengar dia berteriak minta tolong.
Dalam sebuah adegan bergerak, dia merangkul ibu yang terpukul itu dan
meyakinkannya bahwa ia akan mendukung mereka berdua”.
tinggi, seseorang bisa mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara
optimal.
Kepercayaan diri yang rendah sering kali menghambat potensi yang ada
dalam diri individu. Rasa percaya diri yang rendah jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan seseorang dapat menarik diri dari lingkungan, menjadi pesimis,
serta tidak berani bertindak dan mengemukakan pendapatnya. Kepercayaan diri
dalam bersosialisasi menjadi kurang dikarenakan adanya ketidakmampuan diri
untuk dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik. Jika seseorang mengerti
bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain maka kepercayaan diri pun akan
tumbuh.
Peserta didik SMP merupakan masa transisi dari masa anak ke masa
dewasa. Pada masa ini setiap anak dapat dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Tidak jarang ada pula anak yang merasa minder karena kekurangan yang ada
dalam dirinya. Pada masa remaja ini kepercayaan pun masih labil. Ada remaja
yang terlihat memiliki kepercayaan diri sehingga dia dapat mengurangi masalah-
masalah kehidupannya tanpa merasa cemas tetapi ada pula remaja yang merasa
cemas dan kurang percaya diri.
Pertumbuhan yang cepat sering menimbulkan permasalahan bagi remaja,
khususnya peserta didik SMP. Permasalahan yang muncul bisa disebabkan karena
kondisi fisik yang tidak sesuai dengan bentuk fisik yang diinginkan. Keadaan
tersebut dapat berdampak terhadap rasa tidak puas dan kurangnya percaya diri.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat kepercayaan diri peserta didik SMP
Langlangbuana 2 Bandung kelas VII tahun ajaran 2013/2014?
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan bagi semua kalangan
tentang kepercayaan diri pada peserta didik.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Konselor
Konselor diharapkan dapat mengaplikasikan hasil dari penelitian ini
sebagai salah satu permainan kelompok untuk meningkatkan
kepercayaan diri peserta didik.
2) Bagi Pihak Sekolah
Sebagai masukan sejauh mana tingkatan kepercayaan diri pada
peserta didik.
3) Bagi Peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh positif kepada
peserta didik agar dapat mempunyai sifat percaya diri yang tinggi.
4) Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Sebagai masukan bagi pengembangan mata kuliah yang terkait
dengan pribadi-sosial.
D. Asumsi
1. Kepercayaan diri yaitu suatu keyakinan seseorang tehadap segala aspek
yang dimilikinya sehingga keyakinan tersebut membuat merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya (Hakim, 2002:6).
2. Kepercayaan diri bilatidak ditangani sedini mungkin maka akan menjadi
semakin parah dan menghambat tahapan perkembangan berikutnya, baik
pada masa remaja, dewasa maupun orang tua (Hakim, 2002:46).
3. Bimbingan kelompok menggunakan situasi kelompok sebagai media
untuk memberikan layanan bantuan kepada individu (Rusmana, 2009:13).
E. Sistematika Skripsi
Sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Bab I. Pendahuluan.
1 VII – A 27
2 VII – B 34
3 VII – C 31
Jumlah Populasi 92
b. Sampel
Dalam sampel penelitian ini penentuan sampel menggunakan teknik
non-probability sampling, yaitu sampling jenuh yang merupakan teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2011:68). Maka sampel dalam penelitian ini adalah seluh peserta
didik kelas VII SMP Langlangbuana 2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan “desain pre-test post-test kelompok
statis yakni desain dalam metode eksperimen yang memberikan perlakuan kepada
dua kelompok dengan dua metode yang berbeda dalam rumpun yang sejenis”
(Sukmadinata, 2009:209). Desain penelitian digunakan untuk memperoleh
gambaran keefektifan metode permainan dan metode sosiodrama untuk
meningkatkan kepercayaan diri peserta didik kelas VII SMP Langlangbuana 2
Bandung tahun ajaran 2013-2014. Desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
b. Perizinan Penelitian
Perizinan penelitian diperlukan untuk melaksanakan penelitian di sekolah.
Proses perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikandan SMP Langlangbuana 2Bandung.
e. Treatment
Pemberian treatment (perlakuan) dengan menggunakan metode permainan
dan metode sosiodrama dilakukan pada peserta didik yang memiliki tingkat
kepercayaan diri rendah berdasarkan hasil pre-test. Pelaksanaan intervensi dari
masing-masing metode dalam meningkatkan kepercayaan diri selama delapan sesi
pertemuan, yang berdurasi 45 menit. Dalam satu sesi intervensi dibagi kedalam
dua metode yang berbeda yaitu metode permainan dan metode sosiodrama.
Pelaksanaan post-test dilakukan setelah sesi intervensi.
Langkah-langkah metode permainan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
tahap satu, asesmen dan diagnosa awal (pre-test) dalam tahap ini konselor
melakukan tes awal guna mengetahui karakeristik kepercayaan diri peserta didik,
konselor menentukan peserta yang akan mengikuti permainan dari hasil pre-test
yang telah dilakukan. Tahap dua, pengarahan. Dalam tahap ini konselor
memberikan arahan mengenai permainan yang akan dilakukan dan memaparkan
maksud dan tujuan dilaksanakannya metode permainan. Tahap tiga, pelaksanaan.
Dalam tahap ini peserta dikondisikan untuk mengikuti kegiatan. Tahap empat,
diskusi dan saran. Tahap ini merupakan tahapan dimana peserta didik
mengemukakan pendapat dan perasaannya mengenai kegiatan yang dilakukan.
Konselor memberikan bimbingan dan saran kepada peserta agar dapat
meningkatkan kepercayaan diri dalam bidang akademik. Tahap lima, tahap
diagnosa akhir. Dalam tahap ini konselor menguji kembali peserta didik yang
telah melakukan permainan.
diskusi ini merupakan proses untuk mencari pemecahan masalah secara kelompok
serta diharapkan dapat mengambil hikmah dari pelaksanaan sosiodrama tersebut.
Dalam tahap ini konselor berperan sebagai moderator dan pemberi saran bagi
peserta didik.
f. Post Test
Pelaksanaan post-test dilakukan setelah treatment dilaksanakan pada
peserta didik kelas VII SMP Langlangbuana 2 Bandung untuk mengetahui
keberhasilan dari hasil treatment yang telah dilakukan sebelumnya serta untuk
mengetahui metode mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kepercayaan diri
peserta didik.
b) Tahap Aksi
Tahap aksi ini bersisi mempertunjukkan adegan yang diperankan oleh
peserta didik dalam beberapa karakter yang sudah ditentukan. Dalam tahap
ini konselor mengawasi dan mengarahkan jalannya proses kegiatan dari
awal sampai akhir. Konselor juga mencatat hal-hal yang berkaitan dengan
proses kegiatan sebagai dasar evaluasi.
c) Tahap Hasil dan pembahasan
Tahap ini merupakan tahapan dimana pemeran mengungkapkan
perasaannya pada saat memerankan tokoh yang diperankan, kemudian
permasalahan yang ada dalam cerita tersebut diselesaikan melalui diskusi.
Pada tahap ini konselor bertugas sebagai moderator untuk memimpin
jalannya diskusi mengenai proses yang telah dilaksanakan, konselor juga
menerangkan apa kesimpulan dan nilai yang dapat diambil dari kegiatan
sosiodrama yang telah dilaksanakan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Kepercayaan Diri Peserta Didik
(+) (-)
Pola Pikir Positif 1. Optimis dan melihat sisi baik dari segala 21 22 2
situasi
2. Mengatasi masalah yang dihadapi 23 24 2
2. Pedoman Skor
Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan dengan lima alternatif
jawaban. Lima alternatif jawaban tersebut menggambarkan orientasi kepercayaan
diri yang tersebar dalam pilihan SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), KS (Kurang
Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Kriteria penyekoran
instrumen disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Penyekoran Instrumen Kepercayaan Diri
Pemberian Skor
Alternatif Jawaban
Positif (favorable) Negatif (unfavorable)
Sesuai (S) 4 2
E. Uji Validitas
1. Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen
dari segi konstruk, isi dan bahasa. Uji kelayakan instrumen dilakukan oleh tiga
dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi
Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberikan nilai M berarti item
tersebut bisa digunakan dan item yang diberi nilai TM memiliki dua kemungkinan
yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau masih bisa digunakan dengan
merevisi terlebih dahulu.
Hasil penilaian menunjukkan secara konstruk seluruh item pada angket
kepercayaan diri termasuk memadai dan terdapat beberapa item yang perlu
diperbaiki dari segi bahasa dan isi. Hasil penimbangan dari ketiga dosen ahli
dapat disimpulkan bahwa item-item pernyataan dapat digunakan dengan adanya
beberapa perbaikan yang dapat dilihat dari segi konstruk, bahasa dan isi agar
mudah dipahami oleh peserta didik.
2. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan instrumen dilaksanakan kepada sampel setara di sekolah
lain yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel penelitian.
Tujuan uji keterbacaan ini adalah untuk mengukur tingkat keterbacaan instrumen
dari segi kata-kata, istilah dan kalimat secara utuh. Hasil uji keterbacaan adalah
penyederhanaan kalimat tanpa mengubah makna dari pernyataan tersebut.
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Item Kepercayaan Diri Peserta didik
F. Uji Reliabilitas
Tabel 3.5
Tingkat Reliabilitas Instrumen Kepercayaan Diri Peserta Didik
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
0,761 47
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Gambaran tingkat kepercayaan diri siswa SMP Langlangbuana 2 pada saat
pre-test berada pada kategori tinggi, sedang, rendah dengan kategori yang
terbanyak adalah sedang. Oleh karena itu, peserta didik harus mendapat
penanganan guna meningkatkan kepercayaan diri.
2. Terjadi peningkatan skor kepercayaan diri setelah peneliti melakukan
treatment dengan metode permainan dan metode sosiodrama pada saat
post-test.
3. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara metode permainan dan metode sosiodrama dalam
meningkatkan kepercayaan diri peserta didik kelas VII SMP
Langlangbuana 2 Bandung.
B. Rekomendasi
Hasil penelitian menunjukkan metode permainan dan metode sosiodrama
efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri peserta didik. Dengan demikian
peneliti dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Guru BK
a. Diharapkan mampu memahami lebih luas metode-metode yang terdapat
dalam bimbingan dan konseling untuk mengatasi dan membantu
permasalahan yang dihadapi peserta didik.
Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Percaya Diri, Pasti!. Jakarta: Gema Insani Press.
Burton, Kate. 2006. Confidence For Dummies. Chichester: Ltd. Wiley, J& Sons.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Stategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta : Puspa
Swara.
Lauster, Peter. 2002. Tes Kepribadian. (Alih Bahasa D.H. Gulo). Edisi Bahasa
Indonesia. Cetakan Ketigabelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Leveton, Eva. 2010. Healing Collective Trauma Using Sociodrama And Drama
Therapy. Newyork : Springer Publishing Company.
Moreno, J.L. 1942. The concept of sociodrama: a new approach to the problem
of inter-cultural relations. New York: Beacon House.
Moreno, J.L. 1953. Who shall survive? New York: Beacon House.
Prasetyo, Iis Kukuh. 2013. Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Melalui Metode
Bermain Peran (Role Playing) Pada Siswa Kelas VIII Di SMP N 3
Manisrenggo. Universitas Negeri Yogyakarta.
Rusmana, Nandang. 2009. Permainan (Play & Games). Permainan untuk para
pendidik, pembimbing, pelatih, dan widyaiswara. Bandung: RIZQI
PRESS.
Sugiyono, Dr. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit:
Alfabeta.
Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.
Yeung, Rob. 2010. Confidence. New Jersey: Pearson Education, Inc. publishing
as FT. Press.
Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.