Professional Documents
Culture Documents
LAporan SSS
LAporan SSS
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
a. Analisa granulometri
Maksud :
Tujaun :
LOKASI
( LETAK DAN KESAMPAIAN )
2.1 LETAK
a. Hulu (data pendukung)
2.2 KESAMPAIAN
DASAR TEORI
Batuan sedimen klastik terdiri dari berbagai ukuran. Cara yang terbaik untuk
melakukan pemisahan dari setiap ukuran adalah dengan metode pengayakan. Metode
pengukuran secara langsung hanya berfungsi pada batuan kerikil atau kerakal
dikarenakan ukuran mereka yang cukup besar. Dari ribuan butir, setiap butir memiliki
ukuran sendiri -sendiri. Oleh karena itu skala interval besar butir dibuat oleh banyak
penulis seperti Hopkins, Attenberg, Udden, Wenworth Cayeux, U.S Bureau Soils.
Namun yang paling sering digunakan dan sekaligus digunakan dalam praktikum ini
adalah skala dari Wenworth.
Pembagian berdasarkan ukuran butir digunakan sebagai awal untuk
mengklasifikasikan dan menamakan sedimen dan batuan sedimen klastik
terrigenous . Kerikil dan konglomerat tersusun oleh klastik berdiameter lebih dari 2
mm, butir berukuran pasir antara 2 mm sampai 1/16 mm (63 μm) , lumpur (termasuk
lempung dan lanau) terdiri dari partikel berdiameter kurang dari 63 μm. Ada beberapa
jenis skema dan pembagian kategori, tetapi sedimentologist cenderung menggunakan
Skala Wentworth untuk menentukan dan menamakan endapan klastik terrigenous.
Dikenal umum dengan nama Skala Wentworth, skema ini digunakan untuk klasifikasi
materi partikel aggregate ( Udden 1914, Wentworth 1922). Pembagian skala dibuat
berdasarkan faktor 2 ; contoh butiran pasir sedang berdiameter 0,25 mm – 0,5 mm,
pasir sangat kasar 1 mm – 2 mm, dan seterusnya. Skala ini dipilih karena pembagian
menampilkan pencerminan distribusi alami partikel sedimen ; sederhananya, blok
besar hancur menjadi dua bagian, dan seterusnya. Sedimen dapat diklasifikasikan
berdasarkan ukuran butir dan / atau komposisi.
Ukuran sedimen diukur pada log basis 2 skala, yang disebut “Phi” skala, yang
mengklasifikasikan partikel berdasarkan ukuran dari “koloid” ke “batu”. Skala phi
adalah angka perwakilan pada skala Wentworth. Huruf Yunani ‘Ф’ (phi) sering
digunakan sebagai satuan skala ini Skala ini mempunyai rumus sebagai berikut:
log2 d dimana adalah ukuran phi dan d merupakan ukuran butir dalam millimeter
Analisa ukuran butir adalah suatu cara atau metode yang digunakan untuk
mengetahui ukuran tiap butiran sedimen.. Dalam analisa ini tercakup beberapa hal
yang biasa dilakukan seperti pengukuran rata-rata, pengukuran sorting atau standar
deviasi, pengukuran skewness dan kurtosis. Masing-masing pengukuran tersebut
mempunyai rumus-rumus yang berbeda dan mempunyai batasan-batasan untuk
menggambarkan keadaan dari butiran yang diamati atau dianalisa. Batasan-batasan
tersebut biasa disebut dengan verbal limit. Analisa ukuran butir dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu dengan metode grafis dan metode statistik, dimana metode
grafis memuat berbagai macam grafik yang mencerminkan penyebaran besar butir,
hubungan dinamika aliran dan cara transportasi sedimen klastik, sedangkan metode
statistik menghasilkan nilai rata-rata, deviasi standar, kepencengan dan kemancungan
kurva.
Dalam acara ini akan dilakukan pemisahan ukuran butir dari suatu contoh pasir
lepas. Seperti diketahui analisis ini untuk mengetahui koefisien sortasi, skewness dan
kurtosis. Untuk mengetahiu harga-harga tersebut dapat dilakukan dengan cara grafis
dan matematis.
1. Cara grafis
Cara grafis ini prinsipnya adalah menggunakan data hasil pengayakan dan
penimbangan yang diplot sebagai kurva kumulatif untuk mengetahui parameter-
parameter statistiknya. Kurva kumulatif dibedakan menjadi dua, yaitu kurva
kumulatif aritmetik (arithmetic ordinate) dan kurva kumulatif probabilitas
(probability ordinate).Kurva kumulatif aritmetik digambarkan secara smooth
melewati semua data (kurva berbentuk S), sehingga semua parameter statistic dapat
terbaca. Sedang kurva probabilitas digambarkan dengan garis lurus untuk mengetahui
probabilitas normalnya. Pada kurva ini memungkinkan untuk membaca parameter
statistic lebih akurat karena mengurangi interpolasi dan ekstrapolasi dalam
penggambaran. Tetapi yang sering digunakan adalah kurva kumulatif aritmetik
karena lebih mencerminkan distribusi ukuran butirnya. Kurva kumulatif dibuat
dengan absis ukuran butir dalam millimeter ( untuk kertas semilog) atau unit phi dan
ordinat prosentase berat (skala 1 – 100%).
Setelah dilakukan pengayakan dan penimbangan hasilnya dapat disajikan
dalam bentuk table. Dan untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dapat dibuat
histogram. Harga-harga median diameter, koefisien sortasi, skewness dan kurtosis
diturunkan dari kurva kumulatif dan dihitung dengan rumus-rumus berikut :
Koefisien Sortasi (So)
Menurut Trask So = Q3/Q1, dengan ukuran dalam mm, sehingga jika :
So < 2,5 : Sortasi baik
So 2,5 – 4 : Sortasi normal (sedang)
So > 4 : Sortasi jelek
Rumus yang lain; So √Q1/Q3 atau jika dinyatakan dalam kuartil adalah :
Kedua pengukuran tersebut selanjutnya jarang digunakan karena kurang teliti. Folk
menetukan koefisien sortasi sebagai defiasi standar grafis:
σG = Φ84 – Φ25
2
Skewness (Sk)
` Skewness menyatakan derajat ketidaksimetrian suatu kurva. Bila Sk berharga
positif maka sediment yang bersangkutan mempunyai jumlah butir halus lebih
banyak dari jumlah butir yang kasar dan sebaliknya jika berharga negative maka
sediment tersebut mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak dari jumlah butir
yangh halus. Distribusi normal adalah suatu distribusi ukuran butir dimana pada
bagian tengah dari sampel mempunyai jumlah butiran paling banyak.
Hasil dari perhitungan ukuran butir dapat ditampilkan dalam bentuk grafik atau
kurva. Kurva yang digunakan adalah kurva histogram dan kurva frekuensi. Kurva ini
diperoleh dari membandingkan antara ukuran butir dengan berat kumulatif.
Kurtosis (K)
Kurtosis menunjukan harga perbandingan antara pemilahan bagian tengah
terhadap bagian tepi dari suatu kurva. Nilai kurtosis berhubungan antara penyebaran
dan normalitas distribusi. Perhitungan dari kurtosis merupakan perbandingan antara
ekor kurva dengan puncak kelengkungannya.
Kurva frekuensi ukuran butir dapat menunjukkan variasi dari puncak-puncak
yang bebeda. Derajat puncak-puncak kurva frekuensi disebut kurtosis. Meskipun
kurtosis dapat dihitung, tapi secara signifikan tidak dapat diketahui serta
menampakkan jumlah yang sedikit dari interpretasi ukuran butir. Untuk menentukan
harga K digunakan rumus yang diajukan oleh Folk (1968), yaitu :
Kurtosis
<0,67 very platykurtic
0,67-0,9 Platycurtic
0,9-1,11 Mesokurtic
1,11-1,5 Leptokurtic
1,5-3 very leptokurtic
>3 extremely leptokurtic
2. Cara matematis
Cara matematis dalam analisis ukuran butir akan memberikan gambaran yang
lebih baik daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga ukuran
butir dalam klas interval diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan cara
matematis ini adalah ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Untuk memahami
cara matematis ini adalah dengan memahami distribusi normal dari suatu kurva
distribusi frekuensi yaitu kurva hasil pengeplotan ukuran butir (dalam skala phi)
dengan frekuensi yang disajikan dalam beberapa klas interval. Perhitungan tersebut
adalah perhitungan statistic. Ukuran butir diplot pada absis dan frekuensinya pada
ordinat. Kurva normal akan berbentuk simeetri.
Dalam statistic distribusi normal ini disebut moment. Istilah moment dalam
mekanika yaitu jarak dikalikan massanya. Jadi mome suatu benda terhadap suatu titik
adalah besar massa tersebut dikalikan jarak terhadap titik tersebut. Dalam
statistikmassa digantikan dengan frekuensi suatu klas interval ukuran butir dan jarak
yang dipakai adalah jarak terhadap titik tertentu (arbitrary point) yaitu suatu titik awal
dari suatu kurva atau dapat juga titik rata-rata ukuran butir tersebut.
Tiap klas interval dicari momenya, kemudian setelah momen masing-masing
klas sudah dicari dijumlahkan dan dibagi total jumlah sample ( jika frekuensi dalam
% maka jumlahnya 100, hal ini memberikan harga momen per unit 1% frekuensi ).
P2 = ∑f . m2
100
Momen pertama ini identik dengan harga rata-rata ukuran butir (mean). Frekuensi
(f) dalam prosen dan m adalah mid point tiap interval kelas dalam unit phi setelah
diketahui harga x maka dapat dijadikan titik tumpu dimana jarak disebelah titik
kanannya positif dan sebelah kirinya negatif. Distribusi dikatakan normal jika selisih
jumlah kedua kelompok tersebut nol.
Harga momen yang lebih besar dicari dengan titik tumpu menggunakan X atau
jarak m, jadi jaraknya (m-x).
P2 = ∑f .(m2 - X)2
100
Momen pertama = nilai mean, frekuensi (f) dalam persen dan m adalah nilai
mid poin tiap kelas interval dalam unit phi.
Momen kedua ini merupakan kuadrat dari standart deviasi (). Standart deviasi
ini menunjukkan besar kecilnya selisih dari harga x dan ini merupakan konsep sortasi,
sehingga sortasi adalah :
P2= ∑f .(m2 - X)3
100
Karena harga (m-x) positif disebelah kanan x dan negatif disebelah kirinya
harga momen ketiga yang normal adalah nol. Harga skewness dihitung dengan
membagi momen ketiga dengan pangkat tiga dari standar deviasi ().
P2= ∑f .(m2 - X)4
100
Skewness ini mencerminkan deviasi dari keestriman dari suatu kurva dan
peka terhadap yang kasar atau halus dalam suatu populasi ukuran butir sedimen.
Sehingga dapat digunakan untuk interpretasi pengendapan dari sedimen tersebut.
Momen keempat digunakan untuk menghitung tinggi rendahnya puncak suatu
kurva distribusi (peakkedness) atau kurtosis. Kurtosis dicari dengan membagi momen
keempat dengan pangkat empat dari standar deviasi.
- Lingkungan pengendapannya
Sphericity
ψ = 3√Vp / Vcs
dimana Vp = Voluem partikel ( diukur dengan air)
Vcs = Volume dari bola yang mencakup volume
partikel( circumbling sphere)
Terdapat juga pengukuran harga spherecity secara dua dimensi dari sayatan
tipis atau dari pngukuran langsung dengan grid tegak lurus ( rectangular grid ), yaitu :
0.60-0.63 Elongate
0.63-0.66 Subelongate
0.69-0.72 Subequent
0.72-0.75 Equent
Roundness
Roundness merupakan morfologi butir yang berkaitan dengan
ketajamanpinggir dan sudut suatu partikel sedimen klastik. Secara matematis,
Wadell (1932) mendefinisikan roundness Sebagai rata-rata aritmetik
roundness masing-masing sudut butiran pads bidang pengukuran. Roundness
masing-masing sudut diukur dengan membandingkan jari-jari iengkungan
sudut tersebut dengan jari-jari lingkaran maksimum yang dapat dimasukkan
pada butiran tersebut. Dengan demikian tingkat roundness butiran menurut
Wadell (1932) adalah:
Rd=¿ ∑(r)
RN
Table Rasio Q/F dan Q/(F+L) yang mnunjukkan tipe batuan dan indek
kematangan ( Pettijhon,1957).
Dalam rangka table rasio Q/F perlu di catat bahwa rasio tersebut tidak terlalu
sesuai untuk pasir yang berasal dari daerah dengan batuan yang msikin feldspar.
Kurangnya kandungan feldspar akan mengakibatkan tingginya rasio Q/F. batuan
dengan tingkat kematangan tinggi akan memiliki prosentase kuarsa yang tinggi
seperti pada orthoquartzite ( quartz arenite ). Kematangan ini juga akan berkaitan
dengan nila sirtasi dan kebundaran dari partikel( roundness). Semakin matang maka
sortasi semakin baik dan semakin bundar.
BAB IV
Foto
Arah Sungai Bagian Hilir ke arah selatan