You are on page 1of 19

MAKALAH STUDI KEPEMIMPINAN ISLAM

TENTANG
KEPEMIMPINAN ISLAM INDONESIA

DOSEN PENGAMPU:
SITI RAHMA HARAHAP, M.A

Oleh Kelompok 11
1. Apri Andika
2. Maharani Ritonga
3. Rifa Kholiza

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas limpahan nikmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dari
beberapa pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini terutama semua anggota
kelompok yang telah mencurahkan segala tenaga, materi, waktu dan pikirannya dalam
pembuatan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,baik dari segi pembahasan maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga makalah
ini dapat selesai dengan baik.

Oleh karena itu,kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan, saran
dan usulan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan para pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Panyabungan, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN

A.Pendidikan Islam di Masa Kedepan........................................ 2


B. Kepemimpinan Islam di Indonesia......................................... 5
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan ............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup,
manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup
berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup
dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang
harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai.
Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Tidak
hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusia pun
perlu dikelola dengan baik.
Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku, budaya,
dan agama, sehingga sangat menjunjung tinggi pluralisme. Walaupun mayoritas warga
negara Indonesia adalah beragama Islam, namun tidak semudah itu konsep islam dapat
berkembang luas disetiap daerah di Indonesia. Pancasila sebagai ideologi Bangsa
Indonesia memang sudah merujuk pada prinsip-prinsip islam dan sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia. Apabila konsep islam tersebut di paksakan, besar
adanya peperangan antar agama, jika terjadi demikian maka misi islam sebagai agama
yang rahmatan lil alamin bisa dikatakan gagal.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya
yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa
pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik.
Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah
dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat
terselesaikan dengan baik.Seorang pemimpin yang menanamkan syariat – syariat
Islam, yakni sesuai dengan Al Quran dan Hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kepemimpinan Islam pada masa kedepan?
2. Bagaimana Kepemimpian Islam di Indonesia ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Islam pada Masa Depan


1. Pengertian Kepemimpinan Islam
Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah, imamah,
dan ulil amri juga ada istilah ra’in. Kata khalifah mengandung makna ganda. Di satu
pihak khalifah diartikan diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan dan
kerajaan islam di masa lalu, yang dalam konteks kerajaan pengertiannnya sama
dengan sulthan.1 Selain itu dikenal pula istilah khalifatur Rasul atau khalifatun
nubuwwah yaitu pengganti Nabi sebagai pembawa risalah atau syariat, memberantas
kedhaliman dan menegakkan keadilan. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30
berikut :

Artinya :

Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan
darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia
berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Dari firman Allah SWT tersebut dijelaskan bahwasanya tidak sekedar


menunjuk pada para khalifah pengganti Rasulullah, tetapi adalah penciptaan manusia
yang diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Tugasnya adalah menyeru dan
menyuruh orang lain berbuat amar ma’ruf nahi munkar.
1 ?
Hadari Nawawi. Kepemimpinan menurut Islam. 1993. Gajah mada university Press: Yogyakarta. Hal.
39

2
Dalam surat Yunus ayat 4 dijelaskan bahwa perbuatan manusia yang disebut
kepemimpinan tidak pernah lepas dari perhatian dan penilaian Allah. Oleh karena
itu    secara spiritual kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan melaksanakan
perintah dan meninggalkan larangan Allah baik secara bersama-sama maupun
perseorangan. Kepemimpinan dalam arti spiritual tiada lain daripada ketaatan atau
kemampuan mentaati perintah dan larangan Allah dan RasulNya dalam semua aspek
Kehidupan.2
Dalam pengertian spiritual ini kita dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan
Islam secara mutlak adalah bersumber dari Allah yang telah menjadikan manusia
sebagi khalifah di bumi sehingga dimensi control tidak terbatas pada
interaksi      antara yang memimpin dengan yang dipimpin, tetapi baik antara
pemimpin dan yang dipimpin harus sama-sama mempertanggung jawabkan amanah
yang diembannya sebagai seorang khalifah di bumi.
Secara empiris kepemimpinan merupakan proses, yang berisi rangkaian
kegiatan     yang saling mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada satu
tujuan. Rangkaian     kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan
mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain agar bersedia melakukan sesuatu yang
diinginkan pemimpin dan teraah pada tujuan yang telah disepakati bersama.
Pemimpin (leader) adalah seseorang yang mampu melakukan suatu kegiatan
untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja mencapai tujuan dan sasaran
organisasi. Menurut Hersey & Blanchard (1969: 60), kepemimpinan dipandang
sebagai pengaruh antar pribadi yang dilaksanakan dalam satu situasi dan diarahkan
melalui proses komunikasi, menuju pencapaian tujuan atau tujuAn-tujuan tertentu.
Pemimpin administrasi adalah orang yang mempunyai kualitas kepemimpinan yang
kuat, dan duduk dalam posisi eksekutif pada sebuah organisasi atau unit administrasi.
Kepemimpinan dalam pandangan Islam berakar pada kepercayaan dan
kesediaan untuk berserah diri kepada Allah Yang Maha Pencipta. Kepemimpinan
Islam merupakan fitrah bagi setiap manusia dan manusia diamanahi oleh Allah untuk
menjadi Khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi (Q.S. Al Baqarah/2: 30).
Pemimpin bertugas merealisasi misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam
semesta. Selain itu manusia juga berfungsi sebagai (hamba Allah) yang senantiasa
patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda
2
Aunur Rohim Fakih. Kepemimpinan Islam. 2005. UII Press Yogyakarta: Yogyakarta. Hal. 64

3
Rasullulah dalam Hadits yang diriwayatkan Bukhari menyebutkan bahwa: “Setiap
kamu adalah pemimpin (pelindung) dan bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
pimpin”. Rasulullah Saw, adalah tauladan bagi umat dalam segala aspek kehidupan,
khususnya dalam hal kepemimpinan ini beliau adalah sosok yang mencontohkan
kepemimpinan paripurna dimana kepentingan umat adalah prioritas bagi beliau. Maka
sangatlah tepat apabila kita sangat mengidealkan visi dan model kepemimpinan
Muhammad SAW (sang revolusioner yang legendaris, manusia mulia kekasih Allah
SWT).
1. Profil Pemimpin Masa Depan Islami
Profil pemimpin masa depan islami, juga dapat disimpulkan sebagai sosok
pemimpin yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip spiritual dan keagamaan dalam
kepemimpinannya. Pemimpin masa depan adalah sosok pemimpin spiritual yang
mengemban tugas suci dan mulia dari Tuhan Yang Maha Esa, untuk melindungi,
mengabdi dan melayani umat manusia dan memberikan ketenangan serta membawa
perubahan yang baik dalam kehidupan. Impian dan harapan besar umat terhadap
pemimpin, mengantarkan betapa penting dan berartinya peran seorang pemimpin
dalam mendesain sebuah masyarakat, bangsa dan negara. Sejarah membuktikan,
kejayaan dan keemasan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas dan kapasitas
para pemimpinnya. Sebaliknya sebuah bangsa yang sebelumnya besar dan beradab
hancur dan tak berarti karena kerakusan, keserakahan dan buruknya sikap mental para
pemimpinnya. Suatu contoh, hancurnya Daulah Umayyah dan Daulah Abbasiyah,
lebih disebabkan oleh karena penerus tahta mahkota kekhalifahan berada di tangan-
tangan pemimpin yang lemah dan tak bermoral. Hubbuddunnya (cinta dunia) lebih
kentara dan lebih lekat dibanding dengan hubbul-akhirah (cinta akhirat). Islam
memberikan dasar-dasar normatif dan filosofis tentang kepemimpinan yang bersifat
komprehensip dan universal. Tidak hanya untuk umat Islam tapi juga untuk seluruh
umat manusia.
Menurut Sudarwan Danim, kepemimpinan merupakan fenomena universal dan
unik. Siapa pun akan menampakkan perilaku kepemimpinan ketika berinteraksi dalam
format memberi pengaruh kepada orang lain. Bahkan dalam kapasitas pribadi pun, di
dalam tubuh manusia itu ada kapasitas atau potensi sebagai pengendali, yang pada
intinya memfasilitasi seseorang untuk dapat memimpin dirinya sendiri. Oleh karena
kepemimpinan itu merupakan sebuah fenomena yang kompleks, maka sangat sukar
untuk membuat rumusan yang menyeluruh tentang arti ciri-ciri kepemimpinan.

4
Profil pemimpin masa depan ditinjau berdasarkan pandangan filosofi, adalah
dimana seorang pemimpin disamakan dan disejajarkan dengan para filsuf. Hal ini
karena adanya pandangan bahwa para filsuf adalah orang-orang yang memiliki dan
mencintai kebijaksanaan dan menjalankan nilai-nilai kebijaksanaan tersebut dalam
kehidupan, seperti: kualitas moral haruslah diutamakan, teladan kebaikan dan
kebajikan, kecerdasan akal, dan kebaikan moral, menangkap karya seni, pengendalian
diri, keberanian, kearifan dan keadilan. Dari pandangan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa seorang filsuf dapat diartikan sebagai seorang pemimpin karena
sifat-sifat yang dimilikinya seorang pemimpin harus mencermikan dan menjiwai
ataupun serupa dengan para filsuf. Para filsuf mewariskan keteladanan mereka dalam
kepemimpinan dan mengajarkan pada semua orang untuk melakukan makna dan arti
dari kepemimpinan sebagai wujud dari praktek kepemimpinan dalam kehidupan.
Sederetan filsfuf dikenal karena cara pandangnya akan kepemimpinan, masih sangat
relevan dengan keaadaan sekarang. Apa yang diajarkan dan diungkapkan oleh para
filsuf juga merupakan rambu-rambu dan petunjuk serta contoh-contoh bagi para
pemimpin dalam mempraktikkan kepemimpinannya.3
Pada sudut pandang sosiologi, profil pemimpin masa depan Islami yang sesuai
harapan masyarakat adalah pemimpin yang memiliki kepribadian yang berkualitas,
memiliki kemampuan berpikir, kemampuan memilah kebaikan dan keburukan serta
mengelola lingkungan dengan baik dan memiliki kearifan dalam penyelesaian
masalah. Dalam hal ini pandangan sosiologi menekankan bahwa dalam kehidupan
interaksinya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan wadah untuk berkelompok,
manusia menciptakan seorang pemimpin yang dipilihnya untuk menjalankan kontrak
sosial yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang dipercaya itu. Namun dalam
interaksi yang terjadi, pemimpin harus menyadari bahwa konflik dapat terjadi, untuk
itulah manusia harus dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk dalam
mengelola kepemimpinannya dengan baik. Tujuan manusia dalam kehidupan adalah
menciptakan keharmonisan dan keserasian dalam hubungannya antara manusia, alam
dan Tuhan.

B. Kepemimpinan Islam di Indonesia


3 ?
Nashori, F. (Ed.). (2009), Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta: Pustaka Fahima. Hal. 98

5
Dahulu, Rasulullah SAW pernah diberikan tiga tawaran oleh musuh-musuhya
agar Beliau beralih ke pihak mereka. Tawaran yang pertama adalah harta yang
melimpah yang kemudian tawaran ini Beliau tolak. Disusul dengan tawaran kedua
yakni wanita yang cantik, ini tak sedikitpun menggetarkan keteguhan hati Beliau. Dan
yang ketiga yang akan menjadi sorotan ialah tawaran untuk menjadi raja atau
pemimpin kaum. Saat itu raja adalah seseorang yang memiliki kekuatan dan
kekuasaan penuh.
Rasulullah SAW menyadari saat itu yang ada ialah sistem yang jahil, sehingga
tidak ada gunanya menjadi pemimpin saat itu, kalaupun syariat islam diterapkan, maka
sistem yang ada akan menolak, bukannya kemaslahatan yang akan didapat melainkan
mudharat (“Fiqh Pergerakan” Sayyid Quthb). Sehingga Beliau memulai membangun
dari dasar, membina para sahabat-sahabatnya, dari masa dakwah yang sembunyi-
sembunyi, hingga akhirnya terang-terangan dan melakukan ekspansi.
Kisah lain adalah Khalifah Umar bi Khatab. Ketika Beliau diangkat menjadi
khalifah menggantikan Abu Bakar, pertama yang Beliau ucapkan adalah Istighfar
dengan kelopak yang dipenuhi air mata, karena mengingat pemimpin adalah sebuah
amanat besar yang mesti diemban. Pernah suatu malam Khalifah Umar bin Khaththab
r.a. berjalan menyusuri lorong-lorong kota Madinah. Bersama seorang pembantunya,
Umar hendak melihat keadaan rakyatnya. Mereka mendapati seorang wanita dan anak-
anaknya yang masih kecil duduk mengitari periuk besar di atas tungku api. Anak-anak
itu terlihat menangis. Umar lalu mendekat dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi?”.
“Kami sudah dua hari tidak makan. Kami kedinginan dan kelaparan,” jawab wanita
itu. Ia tidak tahu kalau yang ada di hadapannya itu adalah Khalifah Umar. “Lalu apa
yang ada di dalam periuk itu?”, tanya Umar. “Air, agar mereka diam dan tertidur”,
jawab wanita itu. “Apa kau tidak memberi tahu pada Khalifah Umar?”. “Seharusnya
dialah yang harus tahu keadaan kami. Dia punya kuda, juga ribuan pegawai dan
tentara. Dia seharusnya tidak boleh tidur nyenyak di rumahnya, sementara ada
rakyatnya seperti kami yang kedinginan dan kelaparan”, tegas wanita itu.
Hati Umar tergetar dan sangat pedih. Umar bergegas pergi mengajak
pembantunya menuju ke gudang penyimpanan gandum. Umar mengambil sekarung
gandum dan hendak memanggulnya. Sang pembantu mencegah, “Jangan, Tuan,
biarlah saya saja yang memanggulnya.” Umar malah marah dan menghardik, “Apakah
kamu juga akan memanggul dosaku di Hari Kiamat kelak!” Pembantu itu diam seribu
bahasa. Ia lalu membantu Umar menaikkan sekarung gandum itu ke pundaknya. Umar

6
juga menenteng beberapa liter minyak samin. Kemudian Umar berjalan tergesa
menuju rumah wanita tadi, tidak peduli dengan beratnya beban dan dinginnya malam.
Bencana krisis kepemimpinan sedang melanda di negeri ini, yang ada sekarang
pemimpin cenderung dijadikan sebagai jabatan prestise yang dicari banyak orang
bahkan kecenderungan ini merambah ke kalangan artis. Jika dahulu Rasulullah
ditawari menjadi seorang raja akan tetapi beliau tolak karena sistem yang ada saat itu
adalah sistem jahil, maka Beliau membangun kepemimpinan mulai dari pondasi dasar.
Namun sekarang para pemimpin muncul dipermukaan hanya menjelang momentum
pemilihan umum dan cenderung instan, banyak yang mengabaikan untuk membangun
dari awal. Jabatan dijadikannya sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang, jika modal
yang dahulu dikeluarkan untuk menjadi pemimpin menghabiskan banyak uang, maka
bukan menjadi hal yang mustahil lagi untuk mengembalikan modal saat periode
jabatan. Sehingga yang mucul adalah korupsi merambah diberbagai penjuru negeri ini.
Menurut hasil survey dari lembaga Kemitran Partnership 2010 di 27 provinsi.
Survei menyebutkan 78 persen responden mempersepsikan DPR sebagai lembaga
terkorup, lembaga hukum 70 persen, dan pemerintah 32 persen (tempointeraktif.com,
8/5/15).
Jika dahulu Umar bin Khatab pernah menangis melihat Rasulullah tidur hanya
beralaskan tikar hingga membekas dipunggung Beliau, maka bisa dilihat Wakil
Rakyat dinegeri ini semakin menjadi-jadi untuk memanjakan dan memperkaya diri
mereka sendiri.
Peran warga negara terhadap keberlangsungan pemerintahan memang sangat
dominan, karena Indonesia adalah negara yang demokratis, sehingga warga negara
mayoritas tersebut memungkinkan menjadi cara untuk mengembangkan konsep islam
dalam pemerintahan dengan memilih pemimpin yang beragama islam. Dan
kenyataannya semua presiden Indonesia beragama islam, walaupun tidak sepenuhnya
menerapkan konsep islam dalam  pemerintahannya. Kepemimpinan Islam di Indonesia
kian lama semakin berkembang, dengan adanya  organisasi yang berideologikan
islam, organisasi tersebut menunjukkan konsep islam dalam berpolitik. Tujuan salah
satu organisasi Islam adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur,
sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik

7
Indonesia yang berdasarkan Pancasila di  bawah rida Allah SWT. Tujuan tersebut
yang memang memperlihatkan konsep kepemimpinan islam.4
Organisasi yang ada pada saat ini memang bukan organisasi yang
berideologikan islam kebanyakan, tetapi orang-orang yang tergabung dalam organisasi
tersebut mayoritas beragama  islam, walaupun bukan berlandaskan islam
kepemimpinan organisasi tersebut, secara tersirat mengadopsi konsep-konsep islam
yang dibawakan oleh orang yang menjalankan kepemimpinannya dipartai tersebut.
Akan tetapi konsep islam seakan-akan hilang dengan  banyaknya kasus-kasus Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dialami para pelaksana  pemerintahan yang
notabennya beragama islam.
Hal ini membuat kepemimpinan islam mengalami keterpurukan. Untuk itu
perlu dipertanyakan tentang pemahaman konsep islam kepada setiap pemimpin di
Indonesia. Mungkin didalam sebuah pemerintahan juga terdapat orang-orang yang
memang mengerti konsep islam, sehingga terdapat beberapa substansi  pemerintahan
yang dapat berjalan dengan konsep islami walaupun tidak secara tertulis. Realita yang
terjadi saat ini pada partai Islam sungguh amat memprihatinkan. Bahkan dalam
beberapa survey, partai Islam diperkirakan akan hilang seiring perkembangan zaman
karena ketidakmampuan partai Islam menangkap cepat aspirasi ummat, disinyalir
menjadi salah satu titik kemunduran partai Islam pada Pemilu ke depan. Partai Islam
dipandang hanya menampilkan jargon dan slogan, tanpa implementasi ideologi
perjuangan
Pemimpin dan kepemimpinannya merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan umat manusia dan berperan sentral dalam menjalankan
roda organisasi. Bahkan, pemimpin dengan kepemimpinannya menentukan maju atau
mundurnya suatu organisasi, dan dalam lingkup lebih luas menentukan jatuh dan
bangunnya suatu bangsa dan negara.

1. Tantangan Kepemimpinan Islam di Indonesia


Tantangan lingkungan Indonesia masa depan sangat beragam. Apalagi
sekarang ini dinamika perubahan yang begitu cepat. Dinamika perubahan itu tercipta
dari isu-isu seperti globalisasi, regionalisasi, knowledge economy, dan borderless
world. Dalam menghadapi situasi dunia yang dinamis seperti itu, bangsa ini harus
4 ?
Imam Moedjiono.  Kepemimpinan dan Keorganisasian. 2002. UII Press Yogyakarta: Yogyakarta. Hal.
125

8
punya perspektif yang berbeda tentang tipe kepemimpinannya. Pemimpin di masa
mendatang bukan hanya pemimpin yang berkarateristik seperti diinginkan oleh para
pengikutnya. Tapi, seorang pemimpin yang menerapkan Al Quran dan Hadits dalam
setiap kepemimpinannya serta memiliki akhlak mulia seperti Rasulullah. Dan akhlak
mulia Rasulullah tersebut, yaitu :
a. Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada, selalu tanggap. Hal
ini di jelaskan dalam surat al-Mujadalah ayat : 11

Artinya :
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b. Adil, jujur, dan konsekuen. Dalam surat an-Nisa ayat 58 :

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.
c. Bertanggung jawab. Dalam surat al-An’am ayat 164

9
Artinya :
Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia
adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa
melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang
yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada
Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang
kamu perselisihkan."
d. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain. Dalam surat al-Baqarah
ayat 166

Artinya :
(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang
yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan
antara mereka terputus sama sekali.
e. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian.Dalam surat al-baqarah ayat 245

Artinya :
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.  

10
Dan kelemahan mendasar kepemimpinan islam diIndonesia adalah para
pemimpinnya tidak menggarap isu-isu populis dan strategis, seperti buruh, tenaga
kerja, pengangguran, kemiskinan, petani, korupsi, lingkungan hidup, dan lain-lain.
Padahal inilah masalah besar di dalam bangsa kita yang memerlukan solusi kongkrit
Yang menjadi tantangan terbesar kepemimpinan islam adalah para
pemimpinnya mempertahankan dan menjunjung tinggi nilai-nilai islam dalam
organisasi yang dapat memperjuangkan aspirasi yang terkait dengan masyarakat
muslim di Indonesia seperti: haji, zakat, sertifikasi halal,  pendidikan siswa madrasah,
pesantren, guru agama, dan lain-lain.5
2. Peluang Kepemimpinan Islam di Indonesia
a. Melalui Jalur Bisnis
Dalam menghadapi perekonomian yang terjadi saat ini yaitu worldwide
Barat, Pemimpin Indonesia harus memposisikan diri sesuai dengan nilai –
nilai keislaman. Seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah, yaitu menjadi
seorang enterprenur sejati dan berakhlak sebagai hamba Allah SWT. Dan
menjauhkan bisnis kita hanya dari keuntungan Semata.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim harus mengikuti cara berbisnis
Rasulullah dengan tetap beretika dalam menjalankan bisnis. Caranya, yaitu :
1. Jujur di dalam bisnisnya,
Kejuran adalah syarat fundamental dalam berbisnis yang di lakukkan oleh
RasullAllah Muhammad SAW. Beliau pernah melarang para pedagang
untuk meletakkan barang busuk/jelek di dalam dagangannya. dan beliau
selalu memberikan barang sesuai dengan seadannya dan terbaik bagi
konsumennya.
2. Berprinsip pada nilai Illahi,
Bisnis yang di lakukkan tidak terlepas dari pengawasan Tuhan. Dan
menyadarkan manusia sebagai makluk Illahiyah (berTuhan).
3. Prinsip kebebasan Individu yang bertanggung Jawab,
Bukan bisnis hasil dari paksaan atau riba, yang menjerat kebebasan
individu.
4. Bertanggung Jawab

5 ?
Sauri, S. (2013). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung: Rizqi Press. Hal. 83

11
Bertanggung Jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnisnya maupun
orang lain/ partner bisnisnya maupun konsumennya.
5. Keadilan dan Keseimbangan
Keadilan dan keseimbangan sosial, bukan hanya keuntungan semata tetapi
kemitraan/ bantu membantu di dalam bisnisnya (Win-Win-Solution)
6. Tidak hanya mengejar keuntungan, dan berorientasi untuk menolong orang
lain
7. Berniat baik di bisnisnya
Berniat baik adalah aset paling berharga oleh pelaku bisnis selain untuk
menjadi terbaik tapi bermanfaat bagi orang lain.
8. Branding/menjaga nama baik
Rasulullah selalu menggunakan cara ini sebagai modal

b. Melalui Jalur Legislatif


Pemilu adalah sebuah momen perubahan dan titik penentuan nasib
bangsa dan umat ini ke depan, entah ke arah kemajuan ataupun ke arah
kemunduran. Sebagai umat Islam, tentunya kita sangat mengharapkan adanya
kemajuan bangsa ini dalam berbagai bidang; baik itu bidang agama,
pendidikan, sosial, dan lainnya. Namun hal ini tentu tak akan tercapai tanpa
adanya usaha dan ikhtiar yang maksimal. Salah satunya adalah dengan
menjadikan momen pemilu yang merupakan waktu pemilu anggota legislatif
(DPR) sebagai salah satu momen menuju kemajuan dan perbaikan bangsa serta
umat ini.6
Maka setidaknya hak pilih kita seharusnya digunakan dan diberikan
kepada partai atau caleg yang berkompeten, memiliki agenda dan misi
perjuangan akan tegaknya syariat dan hak-hak umat islam. Tujuannya untuk
meminimalisir mudharat yang akan muncul ketimbang jika orang-orang kafir
atau pengusung aliran atau pemikiran sesat terpilih sebagai anggota DPR.
Sebab tidak terbayangkan kerusakan yang akan terjadi di negeri ini, jika
anggota legislatif dan wakil-wakil rakyatnya dipenuhi oleh kaum liberal,

6 ?
Masaong, A. K. & Tilomi, A. A. (2011), Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence: Sinergi
Kecerdasan Intelektual Emosional dan Spiritual Untuk Meraih Kesuksesan Yang Gemilang. Bandung: Alfabeta.
Hal. 134

12
sekuler, Syiah , ataupun aliran lainnya. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh yang
artinya :
“Jika dua mafsadat saling berlawanan maka yang terbesar hendaknya
dicegah dengan melakukan yang terkecil”.
Berbagai kriteria pemimpin yang sesuai dengan Al Quran dan Hadits
ini hendaknya dijadikan acuan dalam memilih. Jika tidak terpenuhi pada
seorang calon wakil rakyat yang memperjuangkan Islam, maka hendaknya
memilih yang lebih banyak berkriteria seperti ini walaupun tidak harus
sempurna. Ini semua demi mengejar maslahat dan meminimalisir mafsadat,
agar negara dan umat ini tidak berada dibawah kekuasaan dan genggaman
kaum Syiah, Liberal dan Sekuler yang sangat membahayakan.
c. Melalui Jalur Yudikatif
Yudikatif berfungsi sebagai lembaga pengawas dan penegak hukum.
Lembaga ini mempunyai dan menjalankan kekuasaan untuk membela hukum-
hukum positif dari setiap serangan dan pelanggaran yang ada.
Keadaan peradilan di negara kita tercinta ini sedang mengalami
kekacauan, dimana sistem peradilan sudah tidak lagi berlaku adil dan tegas.
Contohnya saja seorang nenek yang mengambil cacao dipenjara selama
beberapa tahun, sedangkan para pejabat yang korupsi dibiarkan saja dan
dihukum lebih ringan dari nenek tersebut.
Dan disinilah diperlukan seorang pemimpin yang berakhlak mulia dan
sesuai dengan perintah Allah SWT. Karena ketika seorang muslim kemudian
menjabat jabatan itu, maka menjadi wajib baginya untuk memutuskan dengan
landasan Syariat Islam. Dan ia tidak dibenarkan melepaskan jabatan ini jika ia
mampu memutuskan hukum sesuai dengan wahyu Allah.
Oleh karena itu, untuk menegakkan sistem peradilan yang sesuai, maka
para pemimpin harus bersikap adil dalam menentukan hukuman seseorang,
bersikap tegas, dan sesuai dengan syariat islam tentunya. Dan disitu lah titik
agar peradilan diIndonesia semakin baik dan adil untuk semuanya.
3. Kementrian Dalam Negeri dan Islam
Kementerian Dalam Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

13
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan
pemerintahan umum, otonomi daerah, pembinaan administrasi kewilayahan,
pembinaan pemerintahan desa, pembinaan urusan pemerintahan dan
pembangunan daerah, pembinaan keuangan daerah, serta kependudukan dan
pencatatan sipil, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab


Kementerian Dalam Negeri;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Dalam Negeri;

e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian


Dalam Negeri di daerah;

f. pengoordinasian, pembinaan dan pengawasan umum, fasilitasi, dan evaluasi atas


penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

g. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam negeri;

h. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pemerintahan dalam


negeri;

i. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah; dan

j. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di


lingkungan Kementerian Dalam Negeri

Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama islam. Oleh


karena itu, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah hendaknya disesuaikan
dengan nilai – nilai keislaman. Begitu juga dengan kementrian dalam negeri yang
harus menyesuaikan dan memfilter setiap penyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri dan disesuaikan dengan syariat islam.

14
BAB III
PENUTUP

A.. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan proses, yang berisi rangkaian kegiatan yang saling
mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada satu tujuan.
Rangkaian     kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan
perasaan dan pikiran orang lain agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan
pemimpin dan terarah pada tujuan yang telah disepakati bersama.
Rakyat yang sejahtera mengartikan bahwa kinerja dengan konsep islami memang
membawa kemaslahatan bagi setiap umat. Pemerintahan seperti itu yang mungkin
dapat mempertahankan atau bahkan menjungjung tinggi konsep islami dalam
penyelenggara negara yang diharapkan masyarakat Indonesia. Dengan begitu
kepemimpinan islam di Indonesia sedikit demi sedikit akan terangkat citranya dengan
kinerja yang baik dan benar.
Begitu juga dengan kementrian dalam negeri yang harus menyesuaikan dan
memfilter setiap Penyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dengan
disesuaikan dengan syariat islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aunur Rohim Fakih. Kepemimpinan Islam. 2005. UII Press Yogyakarta: Yogyakarta


Imam Moedjiono.  Kepemimpinan dan Keorganisasian. 2002. UII Press Yogyakarta:
Yogyakarta
Hadari Nawawi. Kepemimpinan menurut Islam. 1993. Gajah mada university Press:
Yogyakarta. 
Masaong, A. K. & Tilomi, A. A. (2011), Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence:
Sinergi Kecerdasan Intelektual Emosional dan Spiritual Untuk Meraih
Kesuksesan Yang Gemilang. Bandung: Alfabeta.
Nashori, F. (Ed.). (2009), Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta: Pustaka Fahima.
Sauri, S. (2013). Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung: Rizqi Press.

16

You might also like