You are on page 1of 20

MAKALAH

TEKNIK EKSPLORASI

PROSES PENGAMBILAN SAMPEL PADA METODE EKSPLORASI GEOKIMIA

Disusun Oleh:

Uun Delia Fatikasari

NIM 2031340028

2TPB2

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2022

i
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3 Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Eksplorasi geokimia .............................................................................................. 3

2.2 Metode Geokimia Sampling ................................................................................. 3

2.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Survei Geokimia ................................... 4

2.4 Tipe Survei Geokimia ........................................................................................... 5

2.4.1 Survei Sedimen Sungai (Stream Sediment)............................................................... 5

2.4.2 Survei Percontohan Tanah (Soil Sampling) .............................................................. 8

2.4.3 Survei Percontohan Batuan (Rock Sampling) ......................................................... 11

2.4.4. Hydrogeochemistry (Water Sampling) ................................................................... 12

2.4.5 Survei Biogekimia (Biogechemistry Surveys) ........................................................ 13

2.4.6 Gas Survey ............................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eksplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan keadaan dan perilaku suatu endapan
bahan galian, yaitu proses untuk mengetahui bagaimana suatu endapan terbentuk
(terakumulasi), bagaimana penyeboran dan bentuk (geometri) endapan tersebut di alam, berapa
banyak endapan tersebut yang dapat diambil, serta bagaimana tingkat (nilai) keekonomian
endapan tersebut.

Metoda eksplorasi adalah cara yang secara fisik menentukan langsung ataupun tidak
langsung keberadaan adanya suatu gejala geologi yang dapat berupa tubuh suatu endapan
mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi. Metoda eksplorasi berkembang pesat dengan
munculnya teknologi baru dalam bidang metoda eksplorasi seperti dalam metoda pemboran,
metoda geofisika, metoda geokimia. Metoda yang langsung menghasilkan gejala geologi
tersebut dapat diamati dengan mata seorang akhli geologi (geologist) disebut dengan metoda
geologi. Metoda tidak langsung menghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai
gejala geologi yang dilacak, misalnya metoda geofisika atau metoda geokimia.

Metoda Geokimia yang umum dipakai adalah: metoda stream sediment sampling,
metoda rock sampling dan metoda soil sampling. Ketiga metoda tersebut ditujukan terutama
untuk mengetahui letak dan sumber dari mineral bijih yang berada di dalam bumi dan yang
menjadi tujuan dari eksplorasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Apakah definsi eksplorasi geokimia?

1.2.2 Apa saja metode geokimia sampling dalam eksplorasi geokimia?

1.2.3 Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam survei geokimia?

1.2.4 Bagaimana cara pengambilan sampel dalam stream sediment, rock dan soil sampling?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan makalah sebagai berikut:

1
1.3.1 definisi eksplorasi geokimia

1.3.2 Untuk menentukan metode geokimia sampling dalam eksplorasi geokimia

1.3.3 Untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan dalam survei geokimia

1.3.4 Untuk menentukan cara pengambilan sampel dalam stream sediment, rock dan soil
sampling

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Eksplorasi geokimia


Metoda geokimia sering disebut prospeksi geokimia (geochemical prospecting). Eksplorasi
geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-prinsip geokimia teoritis pada
eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan mineral baru dari logam-logam
yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut meliputi pengukuran sistematik satu atau
lebih unsur kimia pada batuan, stream sedimen, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini
dilakukan agar mendapatkan beberapa dispersi unsur normal yang disebut anomali, dengan
harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis. Metoda eksplorasi geokimia dapat
dikelompokan dalam:

a. Survei geokimia penyontohan aliran sungai (Geochemical stream sampling survey)


b. Penyontohan tanah geokimia (Geochemical soil sampling survey)
c. Penyontohan batuan geokimia (Geochemical rock sampling survey)

Penyelidikan geokimia setempat dilakukan dalam hal evaluasi suatu singkapan atau inti
pemboran, dan sudah menyangkut evaluasi bijih atau assaying.

Survey geokimia diterapkan pada berbagai tahapan eksplorasi mineral, yaitu:

• Survey regional dengan tujuan mencari jalur/mendala mineralisasi


• Survey lokal dengan tujuan mengidentifikasi daerah target untuk keperluan evaluasi
• Survey kekayaan dengan tujuan menentukan batas daerah termineralisasi
• Survey deposit dengan tujuan menentukan lokasi dari badan bijih individual.

2.2 Metode Geokimia Sampling


Prospeksi eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode, antara lain:

a) Dispersi Mekanis
Metode yang menggunakan pola dispersi mekanis diterapkan pada mineral yang relatif
stabil pada kondisi permukaan bumi, seperti: emas, platina, kasiterit, kromit dan
mineral tanah jarang. Cocok digunakan di daerah yang kondisi iklimnya membatasi
pelapukan kimiawi.
b) Dispersi Kimiawi

3
Metode yang menggunakan pola dispersi kimiawi diperoleh baik pada endapan bijih
yang tererosi ataupun yang tidak tererosi, baik yang lapuk ataupun yang tidak lapuk.
Pola ini kurang terlihat dibandingkan pola dispersi mekanis, karena unsur-unsur yang
membentuk pola dispersi ini bisa memiliki mineralogi yang berbeda dengan endapan
bijih primernya (contohnya: serusit dan anglesit terbentuk akibat pelapukan endapan
galena), dapat terdispersi dalam larutan (ion Cu2+ dalam air tanah dapat berasal dari
endapan kalkopirit), bisa tersembunyi dalam mineral lain (contohnya Ni dalam
serpentin dan lempung di dekat endapan pentlandit), bisa teradsorbsi (contohnya Cu
yang teradsorbsi pada lempung atau material organik pada aliran sungai bisa dipasok
oleh air tanah yang melewati endapan kalkopirit dan pirit) serta bisa bergabung dengan
material organik (contohnya Cu dalam tumbuhan atau hewan).

2.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Survei Geokimia


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam survei geokimia antara lain:

a. Sampling geokimia yang efektif membutuhkan orang yang terlatih baik, yang mampu
mengenali dan menggambarkan dengan benar material sample dan karakteristik lokasi
sample. Orang yang melakukan sampling harus mampu mengenali dan (sedapat
mungkin) menghindari situasi yang dapat menyebabkan kontaminasi, baik akibat dari
aktivitas manusia ataupun akibat perubahan kondisi kimia-fisik alam yang dapat
menyebabkan hasil yang tidak umum.
b. Utamakan memilih peralatan (seperti sekop, auger, dll) dari bahan non kontaminan dan
yang tidak terkontaminasi. Usahakan agar pemakaian pelumas, perekat, solder dll,
jangan sampai menimbulkan masalah.
c. Perhatian yang sama juga harus diberikan kepada tempat sample, seperti; kontainer,
kantong sample dari kertas kraft, kantong plastik, botol polypropylen, botol gelas
khusus untuk sampling air dan berbagai alat sampling untuk gas dan partikulet dll.
Sample yang dibungkus dalam kantong atau kontainer yang bocor dapat terkontaminasi
oleh timbal, jika diangkut dengan kendaraan yang menggunakan bahan bakar
bertimbal. Gunakan kertas kraft dengan perekat tahan air dan non-kontaminas.
d. Sangat disarankan bahwa semua sample diberi nomor urut yang unik. Sebaiknya diberi
kode proyek sebagai awalan dan tipe sample sebagai akhiran, untuk meminimasi
kemungkinan tertukar dengan sample lain dan menghindari kesalahan dalam
managemen data dan interpretasi. Koordinat tiap sample harus dicatat dan ditandai
dalam peta lokasi sampling.

4
e. Pola sampling bervariasi tergantung pada medium dan situasi lapangan.
f. Kerapatan atau sampling density tergantung pada tahapan eksplorasi.
g. Pemilihan media tergantung pada lingkungan lokal. Sebaiknya berdasarkan survey
orientasi.

2.4 Tipe Survei Geokimia


2.4.1 Survei Sedimen Sungai (Stream Sediment)
Stream sedimen atau survey sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan untuk
program penyelidikan pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah
tropis, pengambilan sampel sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan
geologi dari float dan singkapan. Tujuan dari pengambilan sampel sedimen sungai ini ialah
menangkap emas dan base metal berukuran halus.

Metode ini telah lama digunakan di berbagai belahan dunia. Alasannya adalah bahwa
stream sediment merupakan komposit produk pelapukan dan erosi yang mewakili sumber di
daerah tangkapan air dari suatu jaringan drainage sungai.

Pertimbangan dalam pemilihan metode ini adalah :

• Dipakai dalam eksplorasi tahap awal (regional geochemical reconnaissance) di areal


yang luas
• Menangkap dispersi geokimia sekunder di sepanjang aliran sungai

Keuntungan :

▪ Mampu menjangkau daerah yang luas dalam waktu yang singkat, jumlah contoh yang
relatif sedikit, dan biaya yang relatif murah.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan :

o Waktu, biaya dan luas area yang disurvei


o lokasi penyontoan/penyamplingan, densitas contoh
o sensitifitas, akurasi dan presisi
o kemungkinan adanya kontaminasi

Saigusa (1975); Rose Et Al (1979) dan Fateh Chand (1981) dalam Ghazali dkk. (1986)
dan Sabtanto dkk (2000) mengemukakan bahwa pengambilan sampel endapan sedimen sungai
aktif harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti berikut:

5
▪ Letak sampel harus ditentukan sehingga benar-benar mewakili daerah seluas yang
ditargetkan
▪ Pengambilan sampel juga harus dilakukan pada anak sungai, terutarna sungai orde 1,
orde 2 dan orde 3, karena lebih dari itu sudah tidak mewakili daerah tangkapan atau
cacthment area dan tidak memberikan nilai anomaly.
▪ Pengambilan sampel tidak boleh terlalu dekat dengan muara sungai besar,hal ini untuk
menghindari pengaruh dari sungai utama pada saat banjir (kontaminasi oleh unsur yang
bukan berasal dari hulu anak sungai tersebut)
▪ Tempat Pengambilan sampel sebaiknya jauh dari tepi sungai, diambil pada arus lemah
dan pada air yang dangkal. Sampel tidak diambil di bagian hilir dari tempat di mana
ada jalan melintas dan longsoran dan di tempat yang sulit ditentukan lokasinya

Gambar 1. Daerah Lingkungan Berenergi Rendah dan Tinggi

▪ Posisi petugas pengambil sampel di bagian hilir dari sampel yang akan diambil dan
diusahakan sesedikit mungkin sampel teracak-acak dari endapan sungai. Sekop yang
digunakan terbuat dari aluminium atau plastik. Bagian permukaan endapan sungai yang
teroksidasi dibuang. Sebelum meletakkan di atas ayakan, air dibuang perlahan untuk
menghindari hilangnya fraksi halus. Conto yang disaring dikumpulkan dari daerah
dengan radius 20 meter
▪ Setelah setiap satu atau dua sekop sampel endapan sungai telah diambil, pengayakan
dilakukan dengan cara pengayakan basah. Dengan menuangkan air secara hati-hati,
saring sampel dengan saringan 80 mesh. Air yang digunakan untuk menyaring sesedikit
mungkin dan dengan hati-hati agar fraksi halus tidak banyak terbuang. Penyaringan
fraksi 80 mesh berlangsung hingga terkumpul 150-200 gr berat kering sampel endapan
sungai. Di basecamp sampel dikumpulkan dan dikeringkan dengan cara dijemur

6
▪ Sampel endapan sungai dimasukkan ke dalam kantong kertas kraf atau plastik rangkap
dua dan diberi nomor. Nomor conto terdiri dari empat bagian, yaitu kode daerah, kode
petugas, jenis sampel, nomor sampel. Penomoran dijelaskan oleh Page dkk (1975).
Survey sedimen sungai aktif banyak digunakan untuk program penyelidikan
pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di daerah tropis
pengambilan sampel sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan pengamatan
geologi dari float dan batuan dasar yang tersingkap.

Ada 4 variasi dalam survey sedimen sungai aktif, yaitu:

- Prospeksi mineral berat tanpa analisis kimia


- Analisis konsentrasi mineral berat dari sedimen sungai
- Analisis fraksi halus dari sedimen sungai
- Analisis beberapa fraksi selain fraksi terhalus dari sedimen sungai

Berikut ini ialah prosedur pengambilan sampel:

a. Cuci ayakan dan dulang sebelum digunakan. Ayakan dengan bukaan yang sesuai,
biasanya ukuran 80 mesh, ditaruh di atas dulang.
b. Kumpulkan sedimen dari beberapa tempat pada aliran sungai untuk mendapatkan
komposit yang representatif. Buang sedimen bagian atas (20 –10 cm) untuk
menghindari kandungan Fe dan Fe Coating.
c. Tuangkan sedimen ke atas ayakan, dengan air sesedikit mungkin. Buang butiran besar
aduk dan tekan dengan tangan, gunakan sarung tangan karet. Buang bagian yang kasar
dan ulangi lagi, goyangkan ayakan, gosok sampai diperoleh material halus sebanyak
100 - 120 g. Hindari kemungkinan masuknya partikel kasar ke dalam partikel halus.
d. Biarkan sample mengendap 15 – 20 menit. Sambil menunggu sample mengendap,
dapat dilakukan pencatatan data dan sampling untuk pan concentate dan air.
e. Masukkan endapan sedimen ke dalam kantong sample kertas yang telah disediakan,
lapisi dengan plastik. Cuci bersih semua peralatan sebelum di bawa ke lokasi
berikutnya.
f. Ambil sample duplikat pada beberapa lokasi untuk memonitor variasi di lokasi. Dalam
survey regional, duplikat umumnya diambil dari tiap lokasi ke 100. Untuk survey yang
lebih detil diambil 4-5 duplikat tiap 100 sample.

Sampling untuk stream sediment biasanya dilakukan oleh team yang terdiri dari 2 orang.
Deskripsi lapangan perlu dilakukan pada tiap lokasi sampel. Informasi harus mencakup

7
material organik, sifat sungai dan endapannya, kehadiran singkapan, apakah dijumpai endapan
besi oksida atau mangan oksida sekunder. Pengukuran pH air sungai akan sangat berguna.

Berikut ini adalah contoh lembar pengamatan lapangan.

Langkah pertama penyajian hasil survey drainage adalah mengeplot semua sungai yang
ada di daerah penyelidikan dan mengeplot nomor sampel dan nilainya. Setelah dilakukan
pengolahan data secara statistik dapat dilakukan pemilihan background dan threshold. Lokasi
sampel dapat ditandai dengan titik hitam, yang ukurannya menunjukkan kandungan logamnya
atau dengan menebalkan sungai yang kandungan logamnya lebih tinggi.

Gambar 2. Contoh Penyajian Hasil Survey Stream Sediment

2.4.2 Survei Percontohan Tanah (Soil Sampling)


Merupakan tahap eksplorasi lanjutan setelah stream sediment. Bertujuan untuk
menangkap dispersi geokimia sekunder di sekitar (diatas) tubuh mineralisasi. Jenis metode
yang digunakan adalah Grid atau Spurs and Ridge. Survei ini menggunakan alat Hand Auger.

Tanah organic dan anorganik reaksinya akan berbeda terhadap logam karena memiliki
kandungan logam yang berbeda. Dari kedua jenis tanah ini dapat diharapkan perbedaan level
background yang jelas. Jika mengabaikan perbedaan ini maka akan mengakibatkan kesalahan
dalam pengambilan keputusan eksplorasi, yaitu anomaly yang signifikan tidak terlihat dan
anomaly yang salah. Anomaly yang salah umumnya berkaitan erat dengan komponen yang
menunjukkan konsentrasi unsur yang ekstrim, seperti pada mineral organic dan mineral
lempung, juga unsur jejak dalam air tanah.

8
Kegagalan mendefinisikan kondisi anomaly yang menunjukkan adanya mineralisasi
dapat terjadi jika sampel tidak berhasil menempuh zona pelindian, ini sering terjadi pada
pengambilan sampel yang tergesa-gesa sehingga bukti mineralisasi tidak terlihat.

Perencanaan penyontoan biasanya mengikuti grid bujur sangkar atau empat persegi panjang.
Contoh tambahan diambil dari lingkungan yang berasosiasi dengan akumulasi unsur jejak,
seperti zona depresi atau rembesan untuk menguji dispersi hidromorfik dari badan mineral
yang tertimbun.

Metode alternatif yang dapat digunakan adalah penyontoan ridge dan spur. Metode ini
sangat baik dikombinasikan dengan survey sedimen sungai untuk medanyang sulit. Metode
pengambilan contoh yang paling ideal adalah dengan grid yang teratur. Prosedur yang normal
adalah menentukan garis dasar kemudian buatlintasan yang tegak lurus terhadap garis dasar.
Penentuan garis dapat dilakukan dengan theodolit atau kompas.

Pemilihan grid yang digunakan tergantung pada tipe target yang dicari. Jika diketahui
bahwa mineralisasi di daerah itu memiliki dimensi panjang searah dengan jurus, seperti
mineralisasi vein atau unit stratigrafi, maka garis dasar harus diletakkan paralel terhadap jurus.
Contoh diambil sepanjang garis lintang yang tegak lurus pada garis dasar. Dalam kasus ini
interval antar garis bisa lebih besar dari interval contoh sepanjang garis dasar. Jika jurusnya
tidak dikenal dan targetnya diduga equidimensional, maka pengambilan contoh dilakukan
dengan grid yang berbentuk bujur sangkar. Untuk praktisnya sering digunakan grid segi empat
panjang, karenapenambahan frekuensi sampling sepanjang garis dasar tidak membutuhkan
banyak waktu. Ukuran grid yang digunakan umumnya 500 m x 100 m atau 200 m x 200 untuk
survey pendahuluan dan 100 m x 50 m atau 50 m x 50 m untuk survey detail. Kadang-kadang
digunakan juga grid jajaran genjang.

Berikut prosedur dalam pengambilan contoh:

a) Contoh tanah umumnya diambil pada horizon B, pada kedalaman 30 x 50 cm. Untuk
unsur tertentu seperti Ag dan Hg horizon A dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Pada daerah yang keras dan kering contoh diambil dengan menggali lubang kecil
dengan menggunakan sekop dan cangkul.Jika tanah lunak dan lembab dapat digunakan
sekop kecil atau hand auger. Contoh ditempatkan pada kantong contoh standar, diberi
nomor dan keterangan singkat yang mencakup tipe tanah, warna dan kandungan
organik. Gejala khusus sepanjang lintasan perlu dicatat, contohnya singkapan, jalan
setapak dan sungai.

9
b) Sistem penomoran tergantung pada pola pengambilan contoh. Untuk pola grid lebih
baik menggunakan sistem koordinat dengan mengambil titik 0 pada garis lintasan dasar,
dan memberi nomor rujukan pada tiap garis lintang. Namun penomoran alfanumerik
kurang praktis untuk analisis laboratorium. Cara penomoran lain menggunakan kode
enam sampai delapan digit yang merupakan kode proyek, daerah dan nomor
contoh,misalnya nomor 2040325 bisa berarti proyekk 2, kode daerah 04, contoh 0325.
Tipe ini lebih baik untuk pengolahan data dengan komputer.
c) Di daerah kering dan banyak matahari, contoh dapat dikeringkan di tempat terbuka di
camp, tapi di daerah basah dibutuhkan alat pengering. Jika contoh sudah kering, dapat
digerus dan diayak. Di daerah tropis yang didominasi tanah latosol penggerusan dapat
dilakukan dengan mortar agar agregat oksida besinya hancur. Ayakan dari stainless
steel atau dari nilon dapat digunakan sebelum mengayak tiap-tiap sampel, ayakan harus
bersih. Ayakan dapat dibersihkan dengan kuas ukuran 3,5 cm atau 5 cm. Hasil
pengayakan dimasukkan ke dalam amplop kertas, kemudian kedalam kantong plastik
agar tidak bocor atau terkontaminasi pada waktu pengangkutan. Fraksi ukuran yang
umum untuk contoh geokimia adalah-80 mesh (0,2 mm), tapi ukuran yang lebih halus
atau lebih kasar dapatdigunakan untuk kasus-kasus tertentu.
d) Pada daerah baru yang belum diselidiki dianjurkan untuk melakukan survey orientasi
untuk menentukan fraksi ukuran yang optimum untuk analisis, kedalaman penyontoan
yang terbaik, jika mungkin respons geokimia dari mineralisasi .
e) Hasi survey tanah biasanya disajikan dalam bentuk peta kontur yang mengacu pada
isopleth (garis yang konsentrasinya sama). Selang antar kontur dapat digambarkan
dengan warna atau arsir. Tiap titik contoh dan harganya harus diperlihatkan, tapi
nomornya tidak perlu diterakan agar tidak membingungkan. Pola pengambilan contoh
yang tidak beraturan dapat disajikan dalam peta dot, atau dengan memberikan warna
yang berbeda pada setiap titik contoh.
f) Survey lanjut (follow-up) dilakukan dengan spasi grid yang lebih rapat. Contohnya
suatu anomali yang terdapat pada grid penyelidikan pendahuluan 500×200 m dapat
dipenyontoan lagi dengan grid 250×100 m atau lebih rapat lagi, tapi grid yang lebih
rapat dari 25×25 m umumnya kurang menguntungkan, kecuali jika target yang
diharapkan berupa vein yang sangat kecil atau pegmatit. Jika hasil survey lanjut
menjanjikan, maka pada daerah anomali dapat dilanjutkan dengan survey geofisika
sebelum diputuskan dilakukan pemboran.

10
2.4.3 Survei Percontohan Batuan (Rock Sampling)
Survei ini dilakukan pada tahap akhir eksplorasi permukaan. Lokasi pengambilan
contoh berada pada Singkapan, float, pits, trenches, drill holes. Survei ini bertujuan untuk
menangkap dispersi geokimia primer yang dimaksudkan untuk keperluan analisis kimia
mineral (unsur utama, unsur target, unsur pathfinder) dan fisika mineral (petrografi, X-Ray,
dan inklusi fluida).

Beberapa cara pengambilan contoh yang dapat dilakukan adalah dengan Grab / specimen, chip,
channel / panel, drill cutting / core.

Dalam rangka mendapatkan informasi kelimpahan background dari unsur yang dianalisis
dalam survey tanah atau sedimen sungai aktif perludilakukansedikitnya pengambilan contoh
batuan secara terbatas.Dalam penyelidikan geokimia endapan sungai, sampel batuan
mempunyai peranan sebagai pelengkap yang akan berguna untuk menentukan kadar unsur
dalam batuan di daerah anomali geokimia. Nilai unsur yang diperoleh dari sampel batuan akan
berguna sebagai nilai latar belakang unsur-unsur guna membantu dalam mengindikasikan ada
atau tidaknya mineralisasi di daerah penelitian.

Cara pengambilan sampel batuan ada empat macam, yaitu:

1) Cara suban (chip sampling)


2) Cara alur (channel sampling)
3) Cara comot (grab sampling)
4) Cara meruah (bulk sampling)

Survey batuan dapat dilakukan sendiri untuk mendeteksi kemungkinan dispersi primer yang
berasosiasi dengan bijih. Survey batuan dapat digunakan untuk prospeksi mineralisasi pada
kondisi berikut:

a) Prospeksi bijih yang meghasilkan pola dispersi batuan dasar yang luas (contohnya
seperti Si, K, F, Cl dapat dijumpai pada lingkaran alterasi yang ekstensif mengitari bijih
hidrotermal).
b) Prospeksi untuk endapan yang luas berkadar rendah (contohnya endapan Cu yang
tersebar atau endapan Sn yang tersebar) yang pengenalannya tidak mungkin dilakukan
dari contoh setangan karena kadarnya rendah atau mineral yang dicari tidak terlihat.

Pengambilan contoh batuan bisa dilakukan dengan chip sampling secara acak pada
singkapan atau dengan pemboran dengan pola grid (bor auger untuk kedalaman yang kecil,

11
atau dengan rotary percussion untuk daerah yang overburdennya tebal). Contoh batuan,
yang diperoleh digerus dan diayak. Fraksi 80 mesh dianalisis.

2.4.4. Hydrogeochemistry (Water Sampling)


Merupakan metoda untuk menganalisis/menghitung komposisi kimia material yang
terlarut dalam air. Jenis-jenis air (natural water) yang dapat dipakai sebagai media sampling
yaitu air sungai, danau, air tanah, mata air, dan lain-lain.

Permasalahan yang dapat muncul dalam metoda ini ialah:

1. Konsentrasi yang sangat rendah (ppb) : Analytical difficulties dan serious risk of
contamination
2. Kimia air sangat sensitif terhadap kondisi cuaca dan lingkungannya
3. Merupakan indikator yang paling baik untuk serangkaian endapan U, V, Rn (Radon),
He, Mo, Zn, Bi, F dan SO4 2-
4. Indikator Cu dan Pb umumnya sulit untuk diinterpretasi

Analisis air dari sungai, mata air, danau, rawa sumur, dan sumur bor, dapat dilakukan
dalam prospeksi, tetapi kesulitan analisis sehubungan dengan rendahnya konsentrasi, ditambah
lagi fluktuasi yang cepat akibat variasi musim menghambat meluasnya penggunaan metode ini.
Air tanah bisa kontak dengan batuan dan melarutkan unsur-unsur dan terjadi kesetimbangan
kimia yang erat kaitannya dengan kimia yang dikandung oleh akuifer. Air tanah mengandung
padatan terlarut yang bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya. Contohnya air dari ladang
minyak dengan endapan halit dapat mengandung padatan terlarut yang lebih banyak dari air
laut atau air tanah biasa.

Air sungai dan danau umumnya berasal dari air permukaan, tapi air tanah dapat
memberi kontribusi melalui mata air dan sungai bawah tanah. Air danau dan sungai
memperlihatkan kandungan padatan terlarut yang lebih bervariasi, karena adanya variasi
penambahan air permukaan yang besar dan tiba-tiba yang akan merubah pH, Eh, dan
lingkungan kimia dalam jarak yang sangat pendek.

Berikut ini prosedur pengambilan sampel air:

Contoh diambil di lapangan dengan botol plastik yang bersih (250 x 500 ml) yang telah dicuci
dua sampai tiga kali. Agar bebas kontaminasi botol harus dibersihkan dengan asam yang bebas
logam sebelum dibawa ke lapangan. Untuk praktisnya, contoh diasamkan dengan dua atau tiga
tetes asam nitrit bebas logam untuk mencegah pengendapan logam yang ada.J ika diperlukan

12
pengukuran pH dan Eh atau penentuan substansi yang mungkin dipengaruhi oleh asam, maka
perlu diambil contoh duplikat atau melakukan pengukuran ditempat. Jika contoh mengandung
padatan suspensi, maka perlu dilakukna filtrasi, tapi biasanya dilakukan di laboratorium
sebelum analisis.

2.4.5 Survei Biogekimia (Biogechemistry Surveys)


Metoda ini memanfaatkan komposisi kimia tumbuhan yang dipakai sebagai media contoh.
Akar tumbuhan potensial sebagai media sampling karena sifatnya yang menyerap larutan
dalam air tanah. Larutan ini mungkin membawa garam-garam inorganik yang dapat
diendapkan di berbagai tumbuhan, seperti daun, kulit kayu, buah dan bunga. Pada bagian
tertentu dari beberapa jenis tumbuhan telah terbukti menunjukkan kadar konsentrasi unsur-
unsur tertentu yang lebih tinggi jika tumbuh pada soil yang berkembang di atas cebakan
mineral daripada di soil biasa. Istilah geobotany melibatkan identifikasi visual jenis spesies
tumbuhan yang hidup di daerah tertentu. Pengamatan terhadap jenis tumbuhan penutup
mungkin dapat mengindikasikan mineralisasi di bawahnya.

Keuntungan metode ini dibandingkan dengan metode lainnya yaitu:

a. Dapat dilakukan untuk prospeksi di daerah yang tanah penutupnya tertranspor


b. Prospeksi di daerah berawa
c. Prospeksi di daerah yang vegetasinya sangat rapat.

Tanaman mengambil makanan dari tanah melalui akarnya. Dengan membandingkan


konsentrasi unsur dalam jaringan tanaman dengan konsentrasi unsur dalam tanah, unsur-
unsur dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama terdiri dari unsur biogenic mencakup H, C, N, P, dan S,merupakan


unsur pembangun jaringan tanaman, konsentrasinya di atas konsentrasi unsur-unsur
tersebut dalam tanah.
Kelompok kedua berupa unsur yang jejak yang diperlukan untuk pertumbuhan yang
sehat, terdiri dari B, Mg, K, Ca, Mn, Fe, Cu dan Zn yang konsentrasinya dalam tanaman
hampir sama dengan dalam tanah.
Kelompok ke tiga adalah unsur yang tidak diperlukan atau unsur toksik, antara lain Pb,
Sr, HG, Be, U, NI, Cr, Ag, Sn,dan Se. Unsur toksik mungkin diperlukan dalam jumlah
yang sangat sedikit, sedangkan unsur yang diperlukan bisa menjadi toksik jika hadir
dalam konsentrasi yang tinggi.

13
Untuk melakukan survey biogeokimia, sedikitnya diperlukan 300 gram material dari tiap
tanaman. Tanaman muda dan kurus umumnya memberikan hasil yang paling baik. Contoh
dapat divariasikan dengan spesies yang berbeda, tapi menggunakan satu spesies lebih praktis.
Pengambilan contoh harus sedekat mungkin pada gridnya. Setelah contoh dimasukkan ke
dalam kantung, material dikeringkan dan dapat dikirim ke laboratorium untuk dijadikan abu
dan dianalisis, atau dapat dibiarkan hangus di udara atau dalam oven, kemudian masukan ke
dalam kantung contoh dan dikirim ke laboratorium. Sebelum contoh dianalisis, dilakukan
pengabuan terlebih dulu pada temperatur 450° - 500° C. Temperatur ini terlalu tinggi untuk Sb,
Hg , Se, dan Te, sehingga perlu menggunakan metode pengabuan basah.

2.4.6 Gas Survey


Suatu teknik yang masih sedang dikembangkan adalah pengambilan contoh gas untuk
mencari anomali unsur volatil di sekitar bijih. Saat ini perhatian difokuskan pada pendeteksian
gas Hg di sekitar berbagai endapan bijih. Sejumlah volume udara dilewatkan melalui suatu
filter yang dapat menangkap uap Hg untuk dianalisis kemudian.

Pengambilan contoh dapat dilakukan di dekat permukaan (misalnya melalui satu unit
perangkat yang dipasang padakendaraan berodaempat), dalam tanah, atau dengan pesawat
yang terbang rendah. Survei gas ini didasarkan dari banyakya cebakan mineral yang
mengandung volatile. Karena mobilitasnya tinggi, material volatile ini dapat mencapai
permukaan dan dilepaskan ke atmosfer.

Contoh :

• Mercury di atas cebakan logam dasar (base metals) dan emas epitermal
• Radon sebagai hasil peluruhan U238 dalam cebakan uranium
• Helium dari cebakan U dan Th
• SO2 terdeteksi sebagai hasil oksidasi sulfide
• Berbagai hidrokarbon volatile dalam survei minyak dan gas bumi. Teknik penyontoan
bervariasi dari mulai dengan pesawat terbang atau helikopter, detektor yang dipasang
dalam tanah atau dalam air, sampai anjing yang dilatih untuk mendeteksi sulfida dari
kehadiran H2S

Keterbatasa nmetode ini adalah:

a. Konsentrasi gas yang diukur umumnya rendah


b. Sulit menentukan lokasi anomali yang akurat

14
c. Peka terhadap kondisi cuaca
d. Memelukan endapan bijih yang mengandung Hg yang cukup

Tipe penyelidikan lain adalah inderaja digunakan untuk mendeteksi hidrokarbon dalam
prospeksi minyak dan untuk mendeteksi gas-gas radiogenic seperti Rn, He, dan Xe dalam
prospeksi U dan Th. Gas radiogenik ini luruh dalam paruh waktu yang pendek (Rn220 54
jam, Rn222 4 hari) yang membatasi ukuran pola dispersi yang dapat dikenal. Walau begitu
Rn222 banyak digunakan dalamprospeksi uranium, dan kadang-kadang berhasil. Gas
seperti H2S, SO2, I2, CO2, N2dan O2 memiliki potensi dalam prospeksi, tetapi pada saat
ini banyak yang belum dieksploitasi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Eksplorasi geokimia dapat diartikan sebagai penerapan praktis prinsip-prinsip geokimia teoritis
pada eksplorasi mineral dengan tujuan agar mendapatkan endapan mineral baru dari logam-
logam yang dicari dengan metoda kimia. Metoda tersebut meliputi pengukuran sistematik satu
atau lebih unsur kimia pada batuan, stream sedimen, tanah, air, vegetasi dan udara. Metoda ini
dilakukan agar mendapatkan beberapa dispersi unsur normal yang disebut anomali, dengan
harapan menunjukkan mineralisasi yang ekonomis.

Prospeksi eksplorasi geokimia pada dasarnya terdiri dari dua metode yaitu Dispersi Mekanis
dan Dispersi Kimiawi.

Tipe-tipe survei geokimia dibagi menjadi beberapa metode.

a. Survei Sedimen Sungai (Stream Sediment)


Stream sedimen atau survey sedimen sungai aktif fraksi halus banyak digunakan untuk
program penyelidikan pendahuluan, khususnya pada daerah yang medannya sulit. Di
daerah tropis, pengambilan sampel sedimen sungai dapat dilakukan bersamaan dengan
pengamatan geologi dari float dan singkapan. Tujuan dari pengambilan sampel sedimen
sungai ini ialah menangkap emas dan base metal berukuran halus.
b. Survei Percontohan Tanah (Soil Sampling)
Merupakan tahap eksplorasi lanjutan setelah stream sediment. Bertujuan untuk
menangkap dispersi geokimia sekunder di sekitar (diatas) tubuh mineralisasi. Jenis
metode yang digunakan adalah Grid atau Spurs and Ridge. Survei ini menggunakan
alat Hand Auger.
c. Survei Percontohan Batuan (Rock Sampling)
Survei ini dilakukan pada tahap akhir eksplorasi permukaan. Lokasi pengambilan
contoh berada pada Singkapan, float, pits, trenches, drill holes. Survei ini bertujuan
untuk menangkap dispersi geokimia primer yang dimaksudkan untuk keperluan analisis
kimia mineral (unsur utama, unsur target, unsur pathfinder) dan fisika mineral
(petrografi, X-Ray, dan inklusi fluida)
d. Hydrogeochemistry (Water Sampling)

16
Merupakan metoda untuk menganalisis/menghitung komposisi kimia material yang
terlarut dalam air. Jenis-jenis air (natural water) yang dapat dipakai sebagai media
sampling yaitu air sungai, danau, air tanah, mata air, dan lain-lain.
e. Survei Biogekimia (Biogechemistry Surveys)
Metoda ini memanfaatkan komposisi kimia tumbuhan yang dipakai sebagai media
contoh. Akar tumbuhan potensial sebagai media sampling karena sifatnya yang
menyerap larutan dalam air tanah. Larutan ini mungkin membawa garam-garam
inorganik yang dapat diendapkan di berbagai tumbuhan, seperti daun, kulit kayu, buah
dan bunga.

17
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari dan Rachmanto, Hendrata. 2020. Studi Eksplorasi Geokimia.


https://repository.unpak.ac.id/tukangna/repo/file/files-20200910170610.pdf.

Amugizi. 2016. Pedoman Eksplorasi Geokimia. https://www.amuzigi.com/2016/01/pedoman-


eksplorasi-geokimia.html?m=1.

Danial, Bramanta. 2020. Apa Yang Dimaksud Dengan Eksplorasi Geokimia?.


https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-eksplorasi-geokimia/124610.

Tupenalay, Agustinus. Metode Eksplorasi Geokimia.


https://www.scribd.com/embeds/373573072/content?start_page=1&view_mode=scrol
l&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.

Syahroni. 2010. Metode Analisis Geokimia.


https://www.academia.edu/11694280/Metode_Analisis_Geokimia.

Diharlan, Sastra. 2017. Eksplorasi Geokimia.


https://www.slideshare.net/SastraDiharlan/eksplorasi-geokimia-76342269.

18

You might also like