You are on page 1of 25

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) TERHADAP

KEBERHASILAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI

PERINA RSU MUHAMMADIYAH METRO

TAHUN 2022/2023

PROPOSAL

OLEH :

DEKA INDRIANI

NIM. 2021206203194P

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN 2022
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1. Pengertian IMD

IMD merupakan kemampuan bayi mulai menyusu sendiri segera setelah dia
dilahirkan. Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi,
bayi segera ditengkurapkan di dada atau di perut ibu setelah seluruh badan dikeringkan
(bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya. Kedua telapak tangan bayi dibiarkan
tetap terkena cairan ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang
dikeluarkan payudara ibu yang akan menuntun bayi untuk menemukan puting
(Siswosuharjo dan Chakrawati, 2010). Menurut UNICEF dan WHO (2014) IMD dilakukan
satu jam pertama setelah kelahiran.
Pengertian IMD menurut Kemenkes (2014) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak dituntun
ke puting susu). Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang
sangat penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah
melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI.
Menurut pokok-pokok Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2012 tentang pemberian
ASI eksklusif IMD adalah suatu proses dimana bayi begitu dilahirkan dari rahim ibu, tanpa
dimandikan terlebih dahulu segera diletakkan pada perut dan dada ibu dengan kulit bayi
melekat atau bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini dilakukan sekurangnya selama 1
jam dan /atau sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu langsung sesuai
kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan oleh bayi. IMD dapat dilakukan
dalam semua jenis kelahiran normal maupun dengan bantuan vakum atau operasi.
IMD adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir,
setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1 jam
bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (JNPK-KR 2007 dalam Martini, 2012)
2. Manfaat IMD

Manfaat kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu
sendiri dalam satu jam pertama kehidupan (Roesli, 2012):
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara.
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi
lebih stabil.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari
kulit ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik
dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk
koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.
d. Ikatan kasih sayang (Bonding) antara ibu-bayi akan lebih baik karena
pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu bayi
biasanya tidur dalam waktu yang lama. Pemberian ASI lebih awal
dapat membantu bayi untuk belajar menyusu (UNICEF, 2015)
e. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui
eksklusif dan akan lebih lama disusui. Menunda permulaan menyusu
lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusui.
f. Pelekatan bayi pada ibu dan penghisapan puting ibu merangsang
pengeluaran horman oksitosin dan prolaktin. Hormon prolaktin akan
merangsang produksi ASI. Sedangkan, fungsi hormon oksitosin
adalah:
1) Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran
ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu.
2) Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi
lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri,
dan perasaan sangat bahagia.
3) Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua.
4) Merangsang pengaliran ASI dari payudara. Jika dirangsang oleh
hormon oksitosin, otot yang melingkari pabrik ASI ini akan
mengerut (berkontraksi) dan menyemprotkan ASI dari pabrik ASI
ke saluran ASI (Roesli, 2009).

Bayi mendapatkan ASI kolostrum yaitu ASI yang pertama kali keluar.
Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan
kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Menurut Queensland
Maternity and Neonatal Clinical Guidelines Program (2010)
kontak kulit ke kulit memiliki beberapa manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat bagi
ibu yaitu menstimulus pelepasan oksitosin yang akan meminimalkan kehilangan
darah, mengurangi kecemasan, meningkatkan ikatan emosional ibu dan bayi, serta
dapat mencegah atau meringankan masalah menyusui (misalnya pembengkakan,
puting sakit). Sedangkan manfaat bagi bayi yaitu menjaga suhu tubuh agar tetap
hangat, mengurangi lamanya waktu menangis, meningkatkan interaksi dengan ibu,
meningkatkan kebiasaan menyusu sejak lahir, meningkatkan durasi menyusu, dan
menjaga kadar glukosa darah normal.

3. Perilaku Bayi Sebelum Menyusu

Semua bayi akan melalui 5 tahapan yang sama saat IMD, antara lain (Yuliarti,
2010 ; Roesli, 2012) :
a. Selama 30 menit pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam
keadaan siaga. Bayi diam tidak bergerak. Masa tenang yang istimewa
ini merupakan penyesuian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke
keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini
merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman serta
meningkatkan kepercayaan diri ibu dan ayah terhadap kemampuan
keberhasilan menyusui (Roesli, 2012)

b. Antara 30 - 40 menit sesudah bayi tenang, bayi akan mengecap


bagian atas telapak tangannya. Bau di telapak tangan mirip dengan
ASI yang akan keluar. Jadi, bau ini memandu bayi untuk mencari
puting susu ibunya. Oleh karena itu, saat membersihkan bayi, bagian
atas telapak tangannya jangan dikeringkan.
c. Menekan di atas perut tepat diatas rahim guna menghentikan
perdarahan. Hal tersebut dapat membantu mengecilkan kontraksi
rahim.

d. Bayi mulai bergerak ke arah payudara dan menekan payudara dan hal
tersebut akan merangsang susu keluar. Sambil bergerak, ia menjilat
dan mengambil bakteri dari kulit ibunya. Seberapa banyak ia menjilat
cuma ia yang tahu berapa kebutuhannya akan bakteri yang masuk ke
pencernaaannya itu dan menjadi bakteri Lactibacillus. Ia kulum dulu,
kemudian dijilat sampai ia yakin okstitusi ibunya cukup, baru dia naik
ke atas. Jadi, hanya ia yang tahu.

e. Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak ke arah puting susu


sampai menemukannya. Pada saat tersebut, tidak mesti ASI keluar
yang penting ia telah mencapai puting dan mulai menghisap.
Walaupun ia sudah menemukan puting susu ibunya, biarkan selama 1
jam untuk proses skin to skin contact.

4. Syarat-syarat ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat dilakukan IMD

Syarat dilakukannya IMD adalah apabila ibu dan bayi dalam keadaan
sehat, bugar, tidak gawat darurat, meskipun kelahiran dilakukan melalui operasi
caesar, IMD tetap bisa dilakukan (Info, 2013). Menurut PP No. 33 Tahun 2012
tentang Pemberian ASI eksklusif bahwa pelaksanaan IMD ini dapat tidak
dilaksanakan apabila terdapat indikasi medis demi keselamatan ibu dan bayi.
Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan (Manuaba, 1998)
a. Faktor dari ibu

Ibu dengan penyakit jantung yang berat akan menambah beratnya penyakit
ibu, ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang
telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya, penyakit infeksi berat pada
payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya, karsinoma payudara
mungkin dapat menimbulkan metastasis, ibu dengan psikosis, dengan
pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan
bayi, ibu dengan infeksi virus, ibu dengan TBC atau lepra.

b. Faktor dari bayi

Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan bahaya


aspirasi ASI, bayi yang menderita sakit berat dengan pertimbangan dokter anak
tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI, bayi premature dan berat badan lahir
rendah karena refleks menelannya sulit hingga bahaya aspirasi mengancam.
Refleks menangkap puting mulai ada di usia kehamilan 32 minggu. Koordinasi
menghisap, menelan dan bernafas mulai muncul di usia kehamilan 32 dan 35
minggu. Sebagian besar bayi bisa menetek dengan baik jika di usia kehamilan 36
minggu (Karnadi, 2014). Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan
(labiokisis, palatognatokisis,libiognatopalatokisis), bayi yang tidak dapat
menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.

c. Keadaaan patologis pada payudara

Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI


yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian
masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter
sehingga tidak merugikan ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan
konsultasi adalah infeksi payudara, terdapat abses yang memerlukan insisi, terdapat
benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui, ASI yang bercampur
dengan darah.
5. Tatalaksana IMD

a. IMD secara umum (Roesli, 2012) :


1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2) Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan.
3) Bagitu bayi lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain
kering.
4) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
5) Tali pusat dipotong, lalu diikat.
6) Zat lemak putih (vernix) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
7) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-
sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
kepalanya. Sering kita khawatir bayi kedinginan.
8) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.
9) Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda- tanda atau
perilaku bayi sebelum menyusu. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa
percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit
ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu
pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya
dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit
ibunya sampai berhasil menyusu pertama.
10) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu
jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan
vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. Secara fisiologis kadar
faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar 50%
dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 48-72 jam
setelah kelahiran (Kemenkes RI, 2011).
11) Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar.
Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam
jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan yang diberikan
sebelum ASI keluar) dihindarkan.
b. IMD pada operasi Caesar (Roesli, 2012)
Ada perbedaan waktu keberhasilan pelaksanaan program IMD antara
persalinan caesar dengan persalinan normal. Pada 24 responden yang diteliti untuk
masing-masing jenis persalinan. Pada kelompok yang menjalani persalinan normal
presentase keberhasilan melakukan program IMD adalah 87,5%, dan 12,5% tidak
berhasil melakukan program IMD. Sedangkan pada kelompok yang menjalani
persalinan caesar presentase 4,2% keberhasilan IMD dan 95,8% tidak berhasil
melakukan IMD (Arifah, 2009).
Selain itu, pengeluaran ASI juga lebih cepat pada ibu post partum normal
dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu
post sectio caesarea mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu
pengeluaran oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi
(Desmawati, 2010).
Upaya bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat
dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun, jika diberikan anestesi spinal
atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons
pada bayi. Usahakan menyusus pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaaan
ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan
yang tercepat (Roesli, 2012).
Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu
sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius.
Sementara menunggu ibu sadar ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan
kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat (Roesli, 2012). Berdasarkan
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/SK/IV/2004 yang tercantum dalam Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM) bahwa apabila ibu mendapat operasi Caesar,
bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar.

Berikut tatalaksana IMD pada operasi caesar :


1) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif

2) Jika memungkinkan, diusahakan suhu ruangan 200-250 C. Sediakan selimut


dan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
3) Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana IMD secara umum diatas
4) Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi
harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu
ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini
dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.

c. IMD pada bayi gemelli (Selasi 2009 dalam Juliastuti, 2011) :

1) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar


bersalin
2) Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix.
Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.
Berikut tatalaksana IMD pada operasi caesar :

3) Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif

4) Jika memungkinkan, diusahakan suhu ruangan 200-250 C.


Sediakan selimut dan topi bayi untuk mengurangi hilangnya
panas dari kepala bayi.
5) Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana IMD secara
umum diatas
6) Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar
operasi atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi
tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar
perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar
perawatan ibu atau kamar pulih.

d. IMD pada bayi gemelli (Selasi 2009 dalam Juliastuti, 2011) :

7) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu di kamar


bersalin
8) Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan vernix.
Mulut dan hidung bayi dibersihkan, tali pusat diikat.
9) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi di
tengkurangpkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu. Keduanya
diselimuti bayi dapat diberi topi
10) Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi.
Biarkan bayi mencari puting sendiri
11) Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua berikan bayi
pertama pada ayah. Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi
melekat pada kulit ayah seperti pada perawatan metoda
kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah
12) Bayi kedua lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama
kepala, kecuali tangannya tanpa menghilangkan vernix. Mulut
dan hidung dibersihkan, tali pusat diikat
13) Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua
ditengkurapkan di dada-perut ibu dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu. Letakkan kembali bayi pertama di dada ibu
berdampingan dengan saudaranya, ibu dan kedua bayinya
diselimuti. Bayi-bayi dapat diberi topi.
14) Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama
paling tidak satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1
jam, tetap biarkan kulit ibu-bayi bersentuhan sampai
setidaknya 1 jam
15) Bila dalam satu jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu
dengan mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukka
puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam lagi kulit
melekat pada kulit
16) Rawat gabung ibu dan bayi dalam jangkauan ibu selama 24 jam.

Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi
medis.
B. ASI Ekslusif

1. Pengertian ASI Ekslusif

Kata eksklusif, diambil dari kata bahasa Inggris, exclusive yang


menurut kamus (John M.Echols & Hassan Shadily dalam Budiasih,
2008) artinya sendirian, tidak disertai dengan yang lain, terpisah dari
yang lain. Dengan demikian, pemberian ASI Eksklusif diartikan sebagai
pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan atau selingan apa
pun sejak bayi lahir hingga umur tertentu (Budiasih, 2008). Menurut
RISKESDAS (2013) kriteria menyusu eksklusif ditegakkan bila anak
umur 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24 jam terakhir dan tidak
diberi makanan dan minuman lain selain ASI.

2. Fisiologi Laktasi

Payudara pada wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari


jaringan lemak dan sistem duktus rudimenter. Ukuran payudara
ditentukan oleh jumlah jaringan lemak yang tidak ada kaitannya dengan
kemampuan menghasilkan air susu (Sherwood, 2011 ). Pada masa
kehamilan di tiga bulan pertama, terjadi tumbuh kembang sistem kelenjar
payudara sebagai persiapan memberikan ASI. Tiga bulan berikutnya,
pertumbuhan tubuloalveolus mendominasi, stroma mama terdesak dan
digantikan oleh lobus payudara yang berkembang dengan jalan
hiperplasia dan hipertropi selnya. Alveolus dilapisi oleh sel tunggal untuk
membentuk ASI. Pada akhir kehamilan, lumen alveolus telah berisi
protein yang berasal dari deskuamasi sel epitel alveolus dan lekosit
(Manuaba, dkk, 2007).
Kemudian, pada masa post partum segera setelah persalinan,
besar sel alveolus makin bertambah dan disertai peningkatan organ
sekresinya dalam 48 jam sel menjadi lebih lebar, penuh dengan retikulum
endoplasmik, sel golgi, terdapat mikrovili pada ujungnya. Alveoli penuh
dengan ASI sehingga sel alveoli menjadi datar dan tertekan. Bila ASI
tidak diisap maka sel alveolus akan mengalami nekrosis dan dapat
menimbulkan masalah. Peredaran darah akan meningkat segera setelah
persalinan sehingga pembentukan ASI dapat berlangsung dengan cukup
baik (Manuaba, dkk, 2007).
Hormon yang berperan dalam proses laktasi yaitu
(UNICEF,2010):
g. Prolaktin
Prolaktin sebagai hormon yang merangsang produksi ASI.
Fungsi hormon ini tergantung pada waktu menyusui. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu anjurkan kontak payudara dan kulit dalam waktu
yang lama dan sering untuk merangsang produksi ASI, anjurkan
menyusu dini dan pastikan pelekatan yang efektif untuk
memaksimalkan produksi ASI serta berikan ASI selama bayi
menginginkan.

h. Oksitosin
Oksitosin sebagai hormon yang merangsang pengeluaran ASI.
Menyusui merangsang pelepasan oksitosin untuk melancarkan
pengeluaran ASI. Selain itu penglihatan, suara dan sentuhan bayi
juga meningkatkan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menimbulkan
ketenangan tetapi akan terhambat apabila terjadi stres.

3. Komposisi ASI
1.Kolostrum
2.ASI transisi / peralihan
3.ASI matang ( mature)

4. Manfaat ASI

Manfaat ASI eksklusif (Aprilia, 2010)


a. Bagi Bayi

1) Mendapatakan kolostrum yang mengandung zat kekebalan


tubuh terutama Imunoglobulin A (IgA) yang melindungi bayi
dari berbagai infeksi terutama diare, serta membantu
pengeluaran meconium feses bayi baru lahir.
2) Makanan terlengkap untuk bayi yang terdiri dari proporsi
seimbang dan kuantitas cukup atas semua zat gizi yang
diperlukan untuk enambulan pertama kehidupannya.
3) Mudah dicerna dan diserap
4) Selalu bersih dan siap tersedia dalam suhu yang sesuai
5) Melindungi bayi terhadap alergi dan penyakit, khususnya
gangguan pencernaan.
6) Mencegah hipotermia pada bayi baru lahir.

b. Bagi ibu

7) Merupakan metode kontrasepsi yang efisien 98 % selama


enam bulan pertama pascakelahiran ( jika bayi hanya diberi
ASI dan sang ibu mengalami menstruasi kembali)
8) Menempelkan segera bayi payudara membantu pengeluaran
plasenta karena isapan bayi merangsang kontraksi rahim.
9) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu
meningkatkan produksi ASI
10) Isapan puting yang segera dan dalam intensitas yang sering
membantu mencegah payudara menjadi bengkak
11) Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia
kapan dan di mana saja.
12) Ekonomis
13) Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.

c. Bagi keluarga
14) Efisien. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, repot
merebus air, atau membeli peralatan susu.
15) Pegeluaran biaya perawatan lebih sedikit karena bayi sehat.

Kekhawatiran akan bayi sakit juga otomatis berkurang

16) Membantu menjarangkan kelahiran karena efek kontrasepsi


dari ASI eksklusif.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI


(UNICEF, 2010):
a. Kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi
Manfaatnya yaitu respon hormonal memicu pelepasan prolaktin,
perilaku spontan ibu dan bayi berperan penting untuk menyusui,
bayi tenang, serta mengatur suhu, pernapasan dan detak jantung.
b. Mengajarkan ibu posisi, pelekatan dan tangan
Manfaatnya yaitu meningkatkan kemungkinan pelekatan yang efektif
sehingga pemberian ASI efektif, meningkatkan kepercayaan diri
ibu, mencegah pembengkakan.
c. Sering menyusui
Manfaatnya yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin, mengurangi
tingkat FIL (Feedback Inhibitor of Lactation), melatih menyusui
dan mencegah pembengkakan.

d. Waktu menyusui tidak dibatasi


Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang cukup untuk bayi,
memungkinkan bayi untuk mengatur persediaan susu, memastikan bayi puas dan
mengurangi colic.
e. Rawat gabung (Rooming in)
Manfaatnya yaitu memungkinkan sering menyusui, meningkatkan
kadar oksitosin, memungkinkan ibu dan bayi untuk mengenal satu
sama lain terutama tanda-tanda menyusui dan mengurangi risiko
kematian bayi yang tiba-tiba

C. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM)

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia


nomor /MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada
bayi di Indonesia :
2. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas
3. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut
4. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir
sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui
5. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah
melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu mendapat
operasi caesar, bayi menyusu setelah 30 menit ibu sadar
6. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi
medis
7. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir
8. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi
24 jam sehari
9. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan
terhadap lama dan frekuensi menyusui
10. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI
11. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dan
rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah
D. Kerangka Teori

Kerangka teori akan memuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan masalah yang
sedang di teliti. Kemudian kerangka teori ini digunakan sebagai landasan teori atau dasar
pemikiran dalam penelitian (Adelia, 2018:10).

Prinsip IMD : Manfaat IMD :

1. Kontak langsung antara kulit ibu Bagi Ibu :


dan kulit bayi.
a) Menstimulus pelepasan oksitosin.
2. Bayi dibiarkan mencari puting b) Mencegah masalah menyusui.
susu ibunya sendiri sampai
menyusu sendiri. Bagi Bayi :
a) Menjaga suhu tubuh.
b) Mengurangi lamanya waktu
menangis.
Isapan Bayi c) Meningkatkan interaksi ibu.
Faktor-Faktor d) Meningkatkan kebiasaan menyusu
peningkatan sejak lahir.
produksi ASI: e) Meningkatkan durasi menyusui.
Menstimulus f) Menjaga kadar glukosa darah
1. Skin to skin normal.
pengeluaran
antara ibu dan hormon
anak. oksitosin dan
prolaktin.
2. Sering Manfaat ASI :
A. Bagi Bayi
menyusui.
Mendapatkan kolostrum yang mengandung zat
Sekresi susu kekebalan tubuh, makanan terlengkap yang
3. Lamanya
dan produksi mengandung zat gizi seimbang.
menyusui
ASI.
tidak dibatasi. B. Bagi Ibu
Metode kontrasepsi yang efisien 98% selama
enam bulan pascapersalinan, isapan puting yang
ASI Eksklusif segera dan dalam intensitas yang sering
membantu mencegah payudara menjadi bengkak.

GAMBAR 1.1
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah rangkaian atau uraian dari variable yang saling berkaitan
antara variable satu dengan variable lain ( Dini, 2018:30 ).

Bagian 3.1. Kerangka Konsep Penelitian tentang Hubungan IMD terhadap Keberhasilan ASI
Ekslusif di ruang Perina RSU Muhammadiyah Metro.

IMD ASI Eksklusif

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono,
2018:63).

Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan inisiasi menyusui dini (IMD) terhadap
keberhasilan asi eksklusif di RS Muhammadiyah
Metro.
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control dengan pendekatan


retrospektif. Penelitian dimulai dengan mengukur variabel dependen, kemudian membagi subjek
penelitian menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus (subjek yang terkena penyakit atau efek
tertentu) dan kelompok kontrol (subjek tanpa penyakit atau tanpa efek tertentu). Selanjutnya
peneliti mengukur variabel independen (faktor resiko) yang terjadi pada responden dimasa lalu
secara retrospektif (Dharma, 2011).

B. Variabel Penelitian

Variabel atau peubah merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan variasi
nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan tingkatannya
( Danim, 2003 ).Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan
variabel dependen .Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen ( variabel terikat ) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas ( Hidayat, 2007).

Penelitian ini mengkaji 2 variabel yaitu variabel bebas ( independen) yakni IMD,sedangkan
variabel terikat ( dependen) yaitu keberhasilan ASI eksklusif.
C. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Inisiasi Variabel Independent : Wawancara Kuisioner C 0 = Tidak IMD Nominal


Menyusu Proses bayi menyusu setelah dilahirkan, ( lihat panduan
Dini dimana bayi diletakkan tengkurap di dada kuisioner )
(IMD) ibu dengan kontak langsung antara kulit 1 = IMD ( lihat
bayi dan kulit ibu sampai bayi dapat panduan kuisioner)
menyusu sendiri. (Siswosuharjo dan
Chakrawati , 2010;KEMENKES, 2014 ;
JNPK – KR 2007 dalam Martini, 2012

2. ASI Variabel Dependent : Wawancara Kuisioner B 0 = Tidak Ekslusif Nominal


Ekslusif Pemberian ASI yang diberikan dari hari ( lihat panduan
pertama kelahiran sampai usia enam kuisioner)
bulan tanpa tambahan makanan atau 1 =Asi Ekslusif
minuman . ( Budiasih, 2008) ( lihat panduan
kuisioner)

3 Data Keberadaan responden sejak dia lahir Wawancara Kuisioner 3.A 1 = Kelompok usia Ordinal
Demografi hingga waktu umur itu dihitung, ordinal tidak ideal
: Pengelompokkan usia dalam kehamilan ( < 20 tahun dan >
a.Usia ( Raharja, 2013 : 35 tahun )
- kelompok ideal dengan kriteria 2 = kelompok usia
usia 20-35 tahun ideal ( 20- 35
- kelompok usia tidak ideal yaitu tahun)
usia dibawah 20 tahun dan usia
diatas 35 tahun

Secara umum, persalinan terbagi menjadi


b.Jenis
dua yaitu persalinan normal( keluarga 1 = Persalinan
Persalin Wawancara Kuisioner A.5 Nominal
bayi dengan kondisi belakang kepala tidak normal
an (JP)
dahulu melalui vagina dalam keadaan 2 = Persalinan
hidup dan tanpa memakai alat bantu) dan normal
persalinan tidak normal (penggunaan
vakum, forsep, Caesar) (Sinsin, 2008)

Jumlah kehamilan yang telah mencapai


c.Anak ke- 1 = Primipara
( 24 minggu) dan telah dilahirkan, bukan Wawancara Kuisioner A.4 Nominal
( paritas) 2 = Multipara
jumlah janin yang dilahirkan, dan pada
3 =
saat bertemu responden.
GrandeMultipara
- Primipara : 1 kali kehamilan
- Multipara : 2 – 4 kali kehamilan
- Grande Multipara : 5 atau lebih
kehamilan
( Oxorn dan Forte, 2010; Morgan dan
Hamilton, 2009 )

You might also like