You are on page 1of 9

FIQIH PRAKTIS BAB RUKUN SHALAT

RUKUN SHALAT ADA 13:


1. Niat
Niat yang wajib ini adalah niat yang terlintas didalam hati ketika takbiratul ihram
Jadi ketika seseorang hendak shalat kemudian dia mengucapkan Takbiratul Ihram maka
niat itu harus muncul bebarengan dengan Takbiratul Ihram. Adapun niat yang diucapkan
sebelum Takbiratul Ihram (Talaffudz Binniya/melafadzkan niat) itu hukumnya sunnah.
Untuk masalah tata cara niat, madzhab Syafi’iymewajibkan 4 hal:
1) Niat Ta’yin Mengerjakan Shalat (Usholli)
2) Niat Fardhu atau Sunnah (Fardho)
3) Niat Ta’yin Nama Shalat (Shubuh)
4) Bagi makmum wajib berniat sebagai Makmum (Ma’muman)
Adapun selain 4 point diatas maka hukumnya sunnah. Misalnya seperti:
1) Menyebut Jumlah Rakaat (Rak’ataini)
2) Menyebut Arah Kiblat (Mustaqbilal Qiblati)
3) Menyebut Waktu Shalat (Ada’an/Qadha’an)
4) Menyebut al-Idhofah Ilallah (Lillahi Ta’ala)

2. Berdiri tegak bagi yang mampu


Posisi berdiri ketika shalat 5 waktu bagi yang mampu untuk berdiri hukumnya
adalah wajib. Selama masih bisa berdiri maka tidak boleh shalat sambil duduk.
3. Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram adalah takbir yang kita ucapkan pertama kali di awal ketika
hendak shalat. Takbir ini hukumnya wajib. Bagi yang mampu, maka wajib mengucapkan
takbiratul ihram, yaitu dengan mengucapkan ‚Allahu Akbar‛ Maka tidak sah jika dengan
mengucapkan ‚Ar Rahmanu Akbar‛ dan sesamanya. Dan dalam takbiratul ihram, tidak
sah mendahulukan khabar sebelum mubtada’-nya seperti ucapan seseorang
‚Akbarullahu‛. Barang siapa tidak mampu mengucapkan takbiratul ihram dengan bahasa
arab, maka wajib menterjemahnya dengan bahasa yang ia kehendaki, dan tidak
diperkenankan baginya untuk berpindah dari takbiratul ihram kepada bentuk dzikiran
yang lain -semisal lafadz ‚alhamdulillah. Dan wajib membarengkan niat dengan
pelaksanaan takbiratul ihram.
Syarat-syarat takbiratul ihram:
1) Harus dibaca ketika berdiri bila shalat fardhu
2) Harus dengan bahasa Arab bagi yang mampu

3) Harus dengan lafadz Jalalah ُ‫اللَّه‬

4) Harus dengan lafadz ‫اَ ْكَب ْر‬


5) Tertib antara kedua lafadz tersebut

6) Hamzahnya lafadz ُ‫ اللَّه‬tidak boleh dibaca panjang


7) Ba’nya lafadz ‫ اَ ْكَبْر‬tidak boleh dibaca panjang
8) Ba’nya tidak boleh ditasydid

9) Sebelum lafadz ُ‫ اللَّه‬dan diantara kaliamat ‫ اَللَّهُ اَ ْكَب ْر‬tidak boleh ditambah ‫و‬
berharakat atau bersukun

10) Diantara lafadz ُ‫ اللَّه‬dan ‫ اَ ْكَب ْر‬tidak boleh berhenti lama


11) Tidak boleh berhenti sebentar
12) Seluruh huruf-huruf takbiratul ihram harus bisa didengar oleh telinga musalli
(orang shalat) sendiri
13) Harus sudah tiba waktu shalat

14) Lafadz ‫ اَللَّهُ اَ ْكَب ْر‬harus diucapkan ketika menghadap kiblat


15) Tidak boleh merusak atau merubah satu huruf dari huruf-huruf takbiratul ihram
16) Bila sebagai ma’mum, takbirtul ihramnya sesudah imam.
4. Membaca surat Al-Fatihah
Membaca surat Al-Fatihah menurut Madzhab Syafi’i hukumnya wajib baik
sholat fardhu ataupun sunnah. Baik bagi Imam maupun Ma’mum. Begitu juga bagi yang
shalatnya sendirian. Adapun bagi Ma’mum yang Masbuq ketika mendapati Imam sedang
ruku’ maka bagi si Ma’mum hanya berkewajiban mengucapkan Takbiratul Ihram
kemudian langsung ikut ruku’nya imam.

Syarat mebaca surat Al-Fatihah


1) Tertib Yaitu dengan membaca ayat-ayatnya sesuai dengan urutan yang sudah
diketahui.
2) Berturut-turut yaitu sebagian kalimat-kalimat Al Fatihah bersambung dengan
sebagian yang lain tanpa ada pemisah kecuali hanya sekedar mengambil nafas.
3) Menjaga huruf-hurufnya
4) Menjaga tasydid-tasydidnya
5) Diantara ayat-ayat al-fatihah, ketika membaca tidak boleh berhenti terlalu lama
atau sebentar dengan maksud memotong bacaan
6) Harus membaca semua ayat, basmalah termasuk ayat fatihah
7) Tidak boleh ada bacaan yang salah (lahn) yang dapat merusak makna fatihah
8) Fatihah harus dibaca ketika berdiri shalat fardhu
9) Seluruh bacaan al-fatihah harus dapat didengar oleh telinga orang shalat itu
sendiri
10) Diantara ayat-ayat fatihah jangan sampai diselingi oleh dzikir yang lain

Barang siapa tidak tahu atau kesulitan membaca surat Al Fatihah karena tidak ada
pengajar semisal, dan ia biasa membaca surat yang lain dari Al Qur’an, maka bagi dia
wajib membaca tujuh ayat secara runtut ataupun tidak sebagai ganti dari surat Al Fatihah.
Jika tidak mampu membaca Al Qur’an, maka wajib bagi dia untuk membaca dzikir
sebagai ganti dari Al Fatihah, sekira huruf dzikiran tersebut tidak kurang dari jumlah
huruf Al Fatihah. Jika tidak bisa membaca Al Qur’an dan dzikiran, maka wajib bagi dia
untuk berdiri selama kadar ukuran membaca Al Fatihah.

5. Ruku’ dan tuma’ninah

Posisi ruku’ dalam shalat hukumnya wajib. Ruku’ juga harus disertai dengan
Thuma’ninah yang hukumnya sama sama wajib. Adapun kadar Thuma’ninah minimal
membaca tasbih satu kali.

Syarat ruku’:

1) Merunduk hingga sampai diperkirakan tangan sampai siku


2) Berniat untuk ruku’
3) Harus ada tuma’ninah
4) Minimal fardlunya ruku’ bagi orang yang melakukan sholat dengan berdiri,
mampu melakukan ruku’, berfisik normal, dan selamat / sehat kedua tangan dan
kedua lututnya, adalah membungkuk tanpa membusungkan dada dengan ukuran
sekira kedua telapak tangan bisa menggapai kedua lutut seandainya ia hendak
meletakkan kedua telapak tangannya di atas Jika tidak mampu melakukan ruku’
seperti ini, maka wajib bagi dia membungkuk semampunya dan memberi isyarah
dengan matanya.
Ruku’ yang paling sempurna memiliki 4 tahap:
1) Meratakan punggung,leher,dan kepala sekiranya seperti ppan yang datar rata
2) Meluruskan ke dua lutut
3) Menggenggam ke dua lutut dengan kedua telapak tangan
4) Merengganggkan ke dua jari tangan dengan renggangan yang sedang.

6. I’tidal dan tuma’ninah

I’tidal adalah bangun dari ruku’ dan i’tidal berdiri tegap sesuai keadaan sebelum
ruku’, dilakukan berdiri bagi orang yang melakukan sholat dengan berdiri dan duduk bagi
orang yang tidak mampu berdiri.
Syarat i’tidal:
1) Bermaksud untuk i’tidal
2) Tidak boleh berlama-lama melebihi bacaan al-Fatihah
3) Tuma’ninah: Adapun kadar Thuma’ninah minimal membaca tasbih satu
kali.

7. Sujud 2 kali
Minimal sujud adalah sebagian kening orang yang sholat menyentuh tempat
sujudnya, baik tanah atau yang lainnya. Sujud yang paling sempurna adalah membaca
takbir tanpa mengangkat kedua tangan ketika turun ke posisi sujud, meletakkan kedua
lutut, kemudian kedua tangan, lalu kening dan hidungnya.
Sayarat sujud:

1) Harus dengan tujuh anggota badan (dahi, ke dua telapak tangan,kedua


lutut, dan kedua jari-jari kaki yang dalam)
2) Dahi harus terbuka
3) Kepala harus ditekan (ketika meletakksn ditempat sujud)
4) Tidak boleh ada tujuan lain ketika akan sujud (berniat untuk sujud)
5) Tidak boleh sujud di atas sesuatu yang bergerak bersamanya saat shalat
6) Kepalanya harus lebih rendah dari pada pantatnya
7) Harus tuma’ninah
 Bagi pria wajib dibuka dan ditutup
a) Wajib dibuka dahi (jidad), jangan sampai tertutup
b) Lutut wajib ditutup
c) Boleh buka dan ditutp telapak tangan dan kaki, namun
lebih bagus dibuka
 Bagi wanita wajib dibuka dan ditutup
a) Dahi(jidad) wajib dibuka
b) Wajib ditutup lutut dan kaki
c) Boleh dibuka dan ditutup telapak tangan

8. Duduk diantara dua sujud Di setiap rakaat, baik sholat dengan


berdiri, duduk atau tidur miring.

Minimalnya adalah diam setelah bergeraknya anggota anggota badannya. Dan


yang paling sempurna adalah menambahi ukuran tersebut dengan do’a yang dating dari
Rosulullah Saw saat melakukannya. Sehingga, seandainya ia tidak duduk di antara dua
sujud, bahkan posisinya hanya lebih dekat pada posisi duduk, maka duduk yang ia
lakukan tidak sah.

Syarat duduk diantara dua sujud:

1) Bermaksud/ berniat untuk sujud


2) Tidak boleh panjang berlebihan dari bacaan tasyahud
3) Tuma’ninah
9. Duduk dalam tasyahud akhir

Duduk Tasyahud Akhir hukumnya wajib dikerjakan. Adapun posisi duduknya


disunnahkan dalam keadaan Tawarruk. Berapun jumlah rakaat shalatnya (dua, tiga atau
empat rakaat) maka posisi duduk Tasyahud Akhirnya tetap Tawarruk. Tawarruk adalah
posisi dimana kaki kiri masuk dibawah kaki kanan dan posisi talapak kaki kanan berdiri
lurus.
10.Membaca tasyahud akhir
Paling sedikit membaca do'a tasyahud (atTahiyat) adalah sebagai berikut:

ُ‫هَ ِإاَّل هللا‬Iَ‫هَ ُد َأ ْن اَل ِإل‬I‫الِ ِح ْينَ َأ ْش‬I‫الص‬


َّ ِ‫ا ِد هللا‬IIَ‫ا َو َعلَى ِعب‬IIَ‫اَل ٌم َعلَ ْين‬I‫هُ َس‬Iُ‫ ةُ هللاِ َوبَ َر َكات‬I‫ك َأيُّهَا النَّبِ ُّي َو َرحْ َم‬ ُ ‫"التَّ ِحي‬
َ ‫َّات هلِل ِ َساَل ٌم َعلَ ْي‬
"ِ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
“Segala hormat milik Allah, semoga keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya
atas Engkau wahai Nabi. Semoga keselamatan atas kami dan hamba-hamba Allah yang
sholih. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi sesungguhnya
Muhammad adalah utusan Allah”
`Tasyahud yang paling sempurna adalah:
َّ ُ‫ه‬Iُ‫ ةُ هللاِ َوبَ َر َكات‬I‫ا النَّبِ ُّي َو َرحْ َم‬IIَ‫كَ َأيُّه‬II‫ات هلِل ِ ال َّساَل ُم َعلَ ْي‬
ِ‫ا ِد هللا‬IIَ‫ا َو َعلَى ِعب‬IIَ‫اَل ُم َعلَ ْين‬I‫الس‬ ُ َ‫ات الطَّيِّب‬
ُ ‫صلَ َو‬
َّ ‫ات ال‬ ُ ‫َّات ْال ُمبَا َر َك‬
ُ ‫"التَّ ِحي‬
."ِ‫الصَّالِ ِح ْينَ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
“kehormatan yang diberkahi dan rahmat yang baik hanya milik Allah. Keselamatan,
rahmat Allah dan keberkahan-Nya semoga atas Engkau wahai Nabi. Keselamatan
semoga atas kami dan hamba-hamba Allah yang sholih. Saya bersaksi tidak ada tuhan
selain Allah. Dan saya bersaksi nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
Syaratnya:
1) Terdengar oleh diri sendiri
2) Berturut-berturut (bacaanya) dan dalam bahasa Arab
3) Sekurang-kurangnya sampai ِ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬
4) Tertib
11. Membaca Shalawat Nabi Di Tasyahud Akhir
Membaca sholawat untuk baginda Nabi Saw di dalamnya, maksudnya di dalam
duduk yang terakhir setelah selesai membaca tasyahud. Minimal bacaan sholawat untuk
baginda Nabi Saw adalah

"‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬


َ ‫" اللهم‬
“ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad”

12. Membaca Salam Yang Pertama


Salam yang diucapkan ketika menoleh ke kanan hukumnya adalah wajib. Adapun
salam yang diucapkan ketika menoleh ke kiri hukumnya adalah sunnah. Minimal ucapan
salam adalah ucapan "‫اَل ُم َعلَ ْي ُك ْم‬I‫"الس‬ satu
َّ kali. Dan ucapan salam yang paling sempurna
adalah “"‫ال َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللا‬
13. Tertib Rukun
Rukun-rukun yang sudah kita sebutkan diatas harus dikerjakan secara tertib atau
berurutan. Hal ini berdasarkan praktek dari Nabi SAW ketika beliau shalat.
Sunnah Ab’adh dalam shalat
Sunnah Ab’adh adalah sesuatu yang jika tertinggal karena lupa atau sengaja
ditinggalkan maka disunnahkan sujud sahwi dengan 2 kali sujud sebelum salam.
Adapun sunnah Ab’adh ialah:
1) Tahiyyat awal.
2) Duduk pada sa'at tahiyat awat.
3) Berdo'a qunut dalam shalat shubuh.
Secara bahasa qunut bermakna do’a. Dan secara syara’ adalah dzikiran tertentu,
yaitu:
.‫اللهم ا ْه ِدنِي فَ ْي َم ْن هَ َديْتَ َوعَافِنِ ْي فِ ْي َم ْن عَافَيْتَ ِإلَ ْخ‬
Qunut di dalam sholat witir ini sama seperti qunutnya sholat Subuh yang
sebelumnya di dalam tempat dan lafadznya. Qunut tidak harus menggunakan kalimat-
kalimat qunut yang telah dijelaskan di atas. Sehingga, seandainya seseorang melakukan
qunut dengan membaca ayat Al Qur’an yang mengandung doa dan ditujukan
untuk qunut, maka sudah dianggap mendapat kesunnahan qunut.
4) Berdo'a qunut pada akhir shalat witir pada pertengahan yang kedua (akhir)
dari bulan Ramadlan.
5) Berdiri untuk berdo'a qunut.
6) Membaca shalawat buat Nabi SAW. pada sa'at tahiyyat awa[. Dan (juga)
membaca shalawat buat keluarga Nabi saat dalam tahiyyat yang terakhir.
Sunnah Haiat
Sunnah Haiat adalah sunnah yang apabila tertinggal karena lupa atau sengaja
ditinggalkan maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu sujud sahwi.
Adapun sunnah haiat adalah:
1. Melafadzkan Niat
Ketika seseorang hendak shalat diperbolehkan untuk melafadzkan niat shalat
sebelum mengucapkan Takbiratul Ihram. Adapun dalam Madzhab Syafi’i masalah
melafadzkan niat ini hukumnya hanya sunnah saja dan bukan wajib. Artinya jika tidak
melafadzkan niat juga tidak apa apa. Sebab yang paling terpenting dan wajib dilakukan
justru adalah niat dalam hati ketika Takbiratul Ihram.
2. Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram
Ketika ingin memulai shalat disunnahkan mengangkat kedua tangan pada saat
mengucapkan Takbiratul Ihram. Adapun posisi kedua tangan diangkat sejajar dengan
bahu sampai jari-jari kedua tangan sejajar dengan daun telinga dan ujung jari tangan
sejajar dengan bagian atas telinga.
3. Mengangkat kedua tangan sewaktu hendak ruku' dan sewaktu
hendak bangun (usai) dari ruku', dan metetakkan (bagian dalam
tapak) tangan yang kanan di atas (bagian muka tapak) tangan
yang kiri, dan kedua tangan itu berada di bagian bawah dadanya
dan di bagian atas pusarnya.
4. Pandangan Ke Tempat Sujud
Disunnahkan ketika shalat untuk menghadapkan pandangan wajah ke arah tempat
sujud. Hal ini dilakukan agar supaya bisa mendapatkan kekhusyu’an dalam shalat.
5. Membaca Doa Iftitah
Do’a tawajjuh, maksudnya ucapan orang yang sholat setelah takbiratul ihram
yang berbunyi,
َ ْ‫ت َواَْألر‬
"‫ض الَخ‬ ِ ‫ْت َوجْ ِه َي لِلَّ ِذيْ فَطَ َر ال َّس َم َوا‬
ُ ‫" َو َّجه‬

Yang dikehendaki adalah setelah takbiratul ihram, orang yang sholat membaca
doa iftitah, baik ayat di atas ini atau yang lainnya dari bentuk-bentuk doa istiftah yang
datang dari Rosulullah Saw.
6. Membaca Ta’awudz
Disunnahkan membaca Ta’awudz dengan sir sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Dan juga disunnahkan untuk dibaca pada setiap rakaat shalat. Baik di rakaat pertama,
kedua, ketiga maunpun di rakaat yang ke empat.
7. Mengeraskan suara di tempatnya,
Yaitu di dalam sholat Subuh, dua rakaat pertama sholat Maghrib dan Isyat, sholat
Jum’at dan dua sholat hari raya. Memelankan suara di tempatnya, yaitu di selain tempat-
tempat yang telah disebutkan di atas.
8. Membaca “Amin”
Ta’min yaitu ucapan “amin” setelah selesai membaca surat Al Fatihah bagi yang
membacanya di dalam sholat dan selainya, akan tetapi di dalam sholat lebih dianjurkan.
Seorang makmum sunnah membaca “amin” berbarengan dengan bacaan “amin”
imamnya dengan mengeraskan suara.
9. Membaca surah setetah membaca Fatihah
Membaca surat setelah membaca surat Al Fatihah bagi seorang imam atau orang
yang sholat sendiri di dalam dua rakaatnya sholat Subuh dan dua rakaat pertamanya
sholat yang lain. Membaca surat itu dilakukan setelah membaca surat Al Fatihah.
Sehingga, seandainya seseorang mendahulukan membaca surat sebelum membaca Al
Fatihah, maka bacaan suratnya tidak dianggap.
10. Takbir Intiqal
Takbir yang diucapkan ketika hendak ruku’, sujud, duduk diantara 2 sujud &
ketika hendak berdiri ke rakaat selanjutnya disebut dengan Takbir Intiqal. Takbir
Intiqal ini hukumnya sunnah bagi imam, makmum dan orang yang shalat
sendirian.
11. Mengucap kata “ُ‫س ِم َع هللاُ لِ َمن َح ِم َده‬
َ ” ketika mengangkat kepala dari
ruku’.
12. Dan seandainya seorang yang sholat mengucapkanُ‫“ ”" َم ْن َح َم َد هللاَ َس ِم َع لَه‬barang siapa
memuji Allah, maka semoga Allah mendengar pujiannya”, maka sudah
mencukupi. Makna “ُ‫ ِم َع هللاُ لِ َمن َحمِ َده‬III‫”س‬
َ adalah semoga Allah menerima pujian
darinya dan memberi balasan atas pujiannya. Ucapan musholi (orang yang sholat)
“ُ‫ك ْال َح ْمد‬
َ َ‫ربَّنَا ل‬ “
َ ketika sudah berdiri tegap.
13. Meluruskan Tangan Ketika Posisi I’tidal
Dalam madzhab syafiiy disunnahkan posisi tangan lurus saja ketika I’tidal. Tidak
perlu sedekap lagi.

14.Membaca tasbih di dalam ruku’


Minimal sempurna di dalam bacaan tasbih ini adalah "‫" ُس ْب َحانَ َربِّ َي ْال َع ِظي ِْم‬ tiga kali.
15. Mendahulukan Lutut Kemudian Baru Tangan Ketika Hendak
Sujud
Ketika hendak sujud disunnahkan yang pertama kali mendarat adalah kedua
lututnya baru kemudian kedua tangannya.
16. Membaca tasbih di dalam sujud.
Minimal sempurna di dalam bacaan tasbih ini adalah "‫" ُس ْب َحانَ َربِّ َي اَأْل ْعلَى‬ tiga kali.
Untuk dzikiran yang paling sempurna di dalam bacaan tasbih saat ruku’ dan sujud sudah
mashur.
17. Meletakkan kedua tangan diatas kedua paha saat duduk tasyahud awal dan
akhir
Dengan membuka tangan kiri sekira ujung jemarinya sejajar dengan lutut. Dan
menggenggam tangan kanan, maksudnya jemarinya, kecuali jari telunjuk tangan kanan.
Maka ia tidak menggenggamnya, karena sesungguhnya ia akan menggunakannya untuk
isyarah, mengangkatnya saat mengucapkan tasyahud, yaitu ketika mengucapkan
kalimat "ُ‫"ِإاَّل هللا‬. Dan hendaknya ia tidak menggerak-gerakan jari telunjuknya. Jika ia
menggerak-gerakannya, maka hukumnya makruh dan sholatnya tidak sampai batal
menurut pendapat al ashah.

18.Duduk iftirasy
Dan sunnah melakukan duduk iftirasy pada semua posisi duduk yang dilakukan di
dalam sholat, seperti duduk istirahah, duduk di antara dua sujud dan duduk tasyahud
awal. Iftirasy adalah seseorang menduduki mata kaki kirinya, memposisikan punggung
kaki kirinya pada lantai, menegakkan telapak kaki kanan, dan memposisikan jemari kaki
kanannya menempel pada lantai dan menghadap ke kiblat.
19. Dengan duduk Tawarruk
Dan sunnah duduk tawarruk saat duduk terakhir dari duduk-duduk di dalam
sholat, yaitu duduk tasyahud akhir. Tawarruk sama dengan posisi duduk iftirasy, hanya
saja di samping menetapi posisi iftirasy, mushali mengeluarkan kaki kirinya melalui arah
bawah kaki kanannya dan menempelkan pantatnya ke lantai. Adapun makmum masbuq
dan orang yang lupa, maka dia disunnahkan melakkan duduk iftirasy, tidak
duduk tawarruk.
20.Salam yang kedua
Salam yang diucapkan ketika menoleh ke kiri hukumnya sunnah.

You might also like