Professional Documents
Culture Documents
Fiqih Praktis Bab Rukun Shalat
Fiqih Praktis Bab Rukun Shalat
9) Sebelum lafadz ُ اللَّهdan diantara kaliamat اَللَّهُ اَ ْكَب ْرtidak boleh ditambah و
berharakat atau bersukun
Barang siapa tidak tahu atau kesulitan membaca surat Al Fatihah karena tidak ada
pengajar semisal, dan ia biasa membaca surat yang lain dari Al Qur’an, maka bagi dia
wajib membaca tujuh ayat secara runtut ataupun tidak sebagai ganti dari surat Al Fatihah.
Jika tidak mampu membaca Al Qur’an, maka wajib bagi dia untuk membaca dzikir
sebagai ganti dari Al Fatihah, sekira huruf dzikiran tersebut tidak kurang dari jumlah
huruf Al Fatihah. Jika tidak bisa membaca Al Qur’an dan dzikiran, maka wajib bagi dia
untuk berdiri selama kadar ukuran membaca Al Fatihah.
Posisi ruku’ dalam shalat hukumnya wajib. Ruku’ juga harus disertai dengan
Thuma’ninah yang hukumnya sama sama wajib. Adapun kadar Thuma’ninah minimal
membaca tasbih satu kali.
Syarat ruku’:
I’tidal adalah bangun dari ruku’ dan i’tidal berdiri tegap sesuai keadaan sebelum
ruku’, dilakukan berdiri bagi orang yang melakukan sholat dengan berdiri dan duduk bagi
orang yang tidak mampu berdiri.
Syarat i’tidal:
1) Bermaksud untuk i’tidal
2) Tidak boleh berlama-lama melebihi bacaan al-Fatihah
3) Tuma’ninah: Adapun kadar Thuma’ninah minimal membaca tasbih satu
kali.
7. Sujud 2 kali
Minimal sujud adalah sebagian kening orang yang sholat menyentuh tempat
sujudnya, baik tanah atau yang lainnya. Sujud yang paling sempurna adalah membaca
takbir tanpa mengangkat kedua tangan ketika turun ke posisi sujud, meletakkan kedua
lutut, kemudian kedua tangan, lalu kening dan hidungnya.
Sayarat sujud:
Yang dikehendaki adalah setelah takbiratul ihram, orang yang sholat membaca
doa iftitah, baik ayat di atas ini atau yang lainnya dari bentuk-bentuk doa istiftah yang
datang dari Rosulullah Saw.
6. Membaca Ta’awudz
Disunnahkan membaca Ta’awudz dengan sir sebelum membaca surat Al-Fatihah.
Dan juga disunnahkan untuk dibaca pada setiap rakaat shalat. Baik di rakaat pertama,
kedua, ketiga maunpun di rakaat yang ke empat.
7. Mengeraskan suara di tempatnya,
Yaitu di dalam sholat Subuh, dua rakaat pertama sholat Maghrib dan Isyat, sholat
Jum’at dan dua sholat hari raya. Memelankan suara di tempatnya, yaitu di selain tempat-
tempat yang telah disebutkan di atas.
8. Membaca “Amin”
Ta’min yaitu ucapan “amin” setelah selesai membaca surat Al Fatihah bagi yang
membacanya di dalam sholat dan selainya, akan tetapi di dalam sholat lebih dianjurkan.
Seorang makmum sunnah membaca “amin” berbarengan dengan bacaan “amin”
imamnya dengan mengeraskan suara.
9. Membaca surah setetah membaca Fatihah
Membaca surat setelah membaca surat Al Fatihah bagi seorang imam atau orang
yang sholat sendiri di dalam dua rakaatnya sholat Subuh dan dua rakaat pertamanya
sholat yang lain. Membaca surat itu dilakukan setelah membaca surat Al Fatihah.
Sehingga, seandainya seseorang mendahulukan membaca surat sebelum membaca Al
Fatihah, maka bacaan suratnya tidak dianggap.
10. Takbir Intiqal
Takbir yang diucapkan ketika hendak ruku’, sujud, duduk diantara 2 sujud &
ketika hendak berdiri ke rakaat selanjutnya disebut dengan Takbir Intiqal. Takbir
Intiqal ini hukumnya sunnah bagi imam, makmum dan orang yang shalat
sendirian.
11. Mengucap kata “ُس ِم َع هللاُ لِ َمن َح ِم َده
َ ” ketika mengangkat kepala dari
ruku’.
12. Dan seandainya seorang yang sholat mengucapkanُ“ ”" َم ْن َح َم َد هللاَ َس ِم َع لَهbarang siapa
memuji Allah, maka semoga Allah mendengar pujiannya”, maka sudah
mencukupi. Makna “ُ ِم َع هللاُ لِ َمن َحمِ َدهIII”س
َ adalah semoga Allah menerima pujian
darinya dan memberi balasan atas pujiannya. Ucapan musholi (orang yang sholat)
“ُك ْال َح ْمد
َ َربَّنَا ل “
َ ketika sudah berdiri tegap.
13. Meluruskan Tangan Ketika Posisi I’tidal
Dalam madzhab syafiiy disunnahkan posisi tangan lurus saja ketika I’tidal. Tidak
perlu sedekap lagi.
18.Duduk iftirasy
Dan sunnah melakukan duduk iftirasy pada semua posisi duduk yang dilakukan di
dalam sholat, seperti duduk istirahah, duduk di antara dua sujud dan duduk tasyahud
awal. Iftirasy adalah seseorang menduduki mata kaki kirinya, memposisikan punggung
kaki kirinya pada lantai, menegakkan telapak kaki kanan, dan memposisikan jemari kaki
kanannya menempel pada lantai dan menghadap ke kiblat.
19. Dengan duduk Tawarruk
Dan sunnah duduk tawarruk saat duduk terakhir dari duduk-duduk di dalam
sholat, yaitu duduk tasyahud akhir. Tawarruk sama dengan posisi duduk iftirasy, hanya
saja di samping menetapi posisi iftirasy, mushali mengeluarkan kaki kirinya melalui arah
bawah kaki kanannya dan menempelkan pantatnya ke lantai. Adapun makmum masbuq
dan orang yang lupa, maka dia disunnahkan melakkan duduk iftirasy, tidak
duduk tawarruk.
20.Salam yang kedua
Salam yang diucapkan ketika menoleh ke kiri hukumnya sunnah.