You are on page 1of 6

PENGARUH PENGGUNAAN E-LKPD INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI

TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN GERAK HARMONIK


SEDERHANA BERBANTUAN SENSOR SMARTPHONE DENGAN MEDIA
PHYSICS TOOLBOX SENSOR SUITE TERHADAP KEMAMPUAN
INTERPRETASI GRAFIK SISWA

Oleh
ARINI WULANDARI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika


Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Ruang Lingkup Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kerangka Teori
2.1.1. E-LKPD Interaktif
2.1.2. Inkuiri Terbimbing
2.1.3. Kegiatan Praktikum dengan Media Physics Toolbox Sensor Suite
2.1.4. Gerak Harmonik Sederhana
2.1.5. Kemampuan Interpretasi Grafik
2.2. Penelitian yang Relevan
2.3. Kerangka Pemikiran
2.4. Anggapan Dasar
2.5. Hipotesis Penelitian
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah


Indonesia saat ini memasuki era revolusi 4.0. Revolusi ini ditandai dengan
perpaduan teknologi dan kaburnya batas antara ruang fisik, digital, dan biologis.
Kemajuan Era Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan semakin sedikitnya aktivitas
yang terkait dengan geografi, hal ini dikarenakan setiap aktivitas manusia sedang
diubah dari manual ke digital (Huda, 2020). Industri 4.0 berarti peningkatan
konektivitas, interaksi, dan pengembangan sistem digital, kecerdasan buatan,
virtual, dan disrupsi (spit) karena hampir setiap bidang kehidupan bertransformasi
dari manual ke digital (Putriani, 2021). Apalagi ciri-ciri revolusi industri 4.0
adalah kecerdasan buatan, data iCloud, internet manusia, big data, internet of
things (IoT) dan digitalisasi, di mana semua perkembangan baru ini telah
menyebabkan gangguan di berbagai bidang kehidupan manusia, yang berdampak
cukup besar salah satunya adalah sektor pendidikan (Afrianto, 2018).

Sektor pendidikan merupakan salah satu pilar utama tegaknya suatu bangsa dan
tolak ukur bagi kemajuan generasi penerus bangsa. Sektor pendidikan juga perlu
menyesuaikan diri sesuai dengan perkembangan zaman agar tidak tertinggal baik
dari bidang teknologi pendidikan maupun kurikulum pembelajaran dibandingkan
dengan negara maju. Era baru Industri 4.0 akan membawa perubahan besar dalam
dunia fisik seperti pada fasilitasi virtual yang dimungkinkan oleh koneksi digital
yang memperkecil jarak, menghilangkan perbedaan, dan melakukan transfer
pengetahuan waktu nyata dan transfer material secara global (Umachandran et al.,
2018). Menurut (Dewi & Firman, 2019) pendidikan di era revolusi 4.0 merupakan
respon terhadap kebutuhan manusia dan teknologi diselaraskan untuk
menciptakan peluang-peluang baru dengan kreatifitas dan inovasi yang tinggi.

Adapun hubungan antara dunia pendidikan dan revolusi industri 4.0. yaitu dunia
pendidikan dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi yang sedang
berkembang pesat serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai fasilitas lebih dan serba canggih guna untuk memperlancar proses
pembelajaran. Selain itu, (Efendi, 2019) menuturkan bahwa “Tujuan dari
pendidikan 4.0 adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia yang kreatif serta
sesuai dengan tuntutan pada saat ini yaitu dunia sedang menghadapi revolusi
industri yang berbasis digital”. Pendidikan 4.0 ini diharapkan dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sehingga pola pikir proses
pembelajaran dapat bergeser dari berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
berpusat pada peserta didik (student centered) (Prajana & Astuti, 2020).

Proses pembelajaran di Indonesia saat ini dipandang sebagai pengembangan tiga


kompetensi besar di abad ke-21, yakni kompetensi berpikir, bertindak dan hidup
di dunia. Kompetensi berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan
pemecahan masalah. Kompetensi bertindak yaitu berupa komunikasi, kolaborasi,
literasi digital dan literasi teknologi. Sedangkan kompetensi hidup di dunia berarti
memiliki inisiatif, mengarahkan diri, pemahaman global dan tanggung jawab
sosial (Lukum, 2019). Pada era ini akan menginduksi revolusi pendidikan
menjadi pendidikan 4.0 yang menuntut akan adanya perubahan yang fundamental
dalam proses pembelajaran hingga saat ini. Pembelajaran abad 21 dituntut untuk
menerapkan keterampilan 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration,
Creativity), keterampilan ini wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik.
Selain itu, pada pembelajaran abad 21 guru dituntut menjadi seorang fasilitator,
motivator dan inspirator bagi muridnya untuk mencari dan memanfaatkan sumber
belajar melalui kemajuan digital. Serta menjadi inspirator untuk peserta didiknya
agar lebih giat belajar dan menemukan sumber informasi melalui teknologi yang
berkembang (Rosnaeni, 2021).

Menurut Permendikbud nomor 103 tahun 2014, dijelaskan bahwa karakteristik


pembelajaran abad 21 menuntut proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centered). Namun faktanya, proses pembelajaran cenderung masih
berpusat pada guru (teacher centered), hal ini menyebabkan sebagian besar
peserta didik menjadi pasif, malas belajar, mudah merasa bosan saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, serta kurang memahami konsep materi yang diberikan
oleh guru (Suryaningsih dkk., 2021).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
mewaancarai guru mata pelajaran fisika kelas X MIPA di SMA Negeri 1 Natar,
pada saat ini kegiatan pembelajaran telah dilakukan secara tatap muka sejak bulan
Juli tahun 2022. Selama pelaksanaan pembelajaran, peserta didik melaksanakan
praktikum secara langsung di laboratorium dengan menggunakan alat sederhana.
Bahan ajar yang digunakan di sekolah tersebut masih terbatas pada buku cetak
dan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang masih bersifat konvensional. Selain
itu, praktikum yang dilakukan masih sangatlah sederhana belum memanfaatkan
teknologi digital. Kemudian, selama proses pengambilan data yang dilakukan
oleh peserta didik dalam kegiatan praktikum dengan mengamati, mencatat secara
langsung dan membuat grafik secara manual. Pada proses analisis data, guru juga
menyampaikan bahwa peserta didik masih banyak yang mengalami kesulitan
dalam menganalisis data hasil percobaan, salah satunya menginterpretasikan
grafik hasil percobaan. Kurangnya kemampuan peserta didik dalam
menginterpretasikan grafik akan mempengaruhi pemahaman konsep peserta didik
terhadap konsep-konsep fisika yang disajikan dalam bentuk grafik. Selain itu,
kurang berkembangnya bahan ajar LKPD dapat mempengaruhi sikap belajar
peserta didik terhadap konsep-konsep fisika yang cenderung sukar.

You might also like