Professional Documents
Culture Documents
Tinjauan Pustaka 2.1. Mati Mendadak 2.1.1. Definisi Mati Mendadak
Tinjauan Pustaka 2.1. Mati Mendadak 2.1.1. Definisi Mati Mendadak
6) Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri
(polycystic kidney disease)
7) Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari
penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis
(Schwartz, 2000).
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi
ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah kehilangan cairan yang banyak
secara mendadak (perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya seperti paru , sifilis,
malaria, hepatitis, preeklamsia, obat-obatan dan amiloidosis. Penyakit gagal ginjal
berkembang secara perlahan ke arah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali
tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya (Schwartz, 2000).
Sistem genital pada wanita saat kehamilan peka terhadap trauma, infeksi dan
penyakit-penyakit tertentu. Eklamsia dan toxemia saat kehamilan dapat menyebabkan
kolaps dan mati mendadak (Schwartz, 2000).
Sistem genital pada wanita memiliki bagian alat reproduksi. Kematangan alat
reproduksi ditandai dengan datangnya menstruasi. Salah satu penyebab kematian
mendadak adalah dimana kondisi seseorang sedang menstruasi melakukan hubungan
intim dengan lawan jenis. Hal terburuk yang terjadi adalah sudden death atau
kematian mendadak. Pada saat menstruasi, banyak pembuluh darah yang terbuka.
Hubungan intim bisa mengakibatkan terbawanya udara yang masuk melalui
pembuluh darah yang terbuka sampai ke jantung. Ini berbahaya dan bisa
menyebabkan kematian (Schwartz, 2000).
2.3. Autopsi
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan merumuskan proses
penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan
tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat
antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian. Berdasarkan
tujuannya, autopsi terbagi atas :
1. Autopsi klinik
Dilakukan terhadap mayat seorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit,
tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisis kesesuaian
antara diagnosis klinis dengan diagnosis postmortem, patogenesis penyakit dan
sebagainya. Untuk autopsi ini diperlukan izin keluarga terdekat mayat tersebut.
Sebaiknya autopsi klinik dilakukan secara lengkap, namun dalam keadaan amat
memaksa dapat dilakukan juga autopsi partial atau needle terhadap organ tertentu
meskipun kedua keadaan tersebut kesimpulannya sangat tidak akurat.
2. Autopsi forensik/medikolegal
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu
sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan maupun bunuh
diri. Tujuan pemeriksaan ini adalah :
a. Membantu penentuan identitas mayat
b. Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian dan saat kematian
c. Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan
d. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum
Autopsi forensik harus dilakukan sedini mungkin, lengkap, oleh dokter sendiri
dan seteliti mungkin.
3. Autopsi Anatomi
Dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh mahasiswa
kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia. Untuk autopsi ini
diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau keluarganya. Dalam keadaan
darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang jenazah tidak ada keluarganya maka tubuhnya
dapat dimanfaatkan untuk autopsi anatomi (Mansjoer dkk, 2000).