Professional Documents
Culture Documents
Contoh Pedoman Forensik RS Final
Contoh Pedoman Forensik RS Final
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses penegakan hukum dan keadilan merupakan suatu usaha ilmiah dan
bukan sekedar common-sense, non-scientific belaka. Dengan demikian di
dalam penyelesaian perkara pidana yang menyangkut tubuh, kesehatan dan
nyawa manusia; seperti kasus pembunuhan, penganiayaan, kejahatan seksual,
perbuatan yang menyebabkan kematian atau perlukaan, pelayanan kedokteran
forensik dan medikolegal di rumah sakit dan puskesmas mutlak diperlukan.
1
B. Dasar Hukum
D. Sasaran
2
8. Tenaga terkait lain (Psikolog, Petugas Sosial Medik, Kepolisian RI, Jaksa,
Hakim)
3
BAB II
PENGERTIAN PELAYANAN KEDOKTERAN FORENSIK
4
7.Pelayanan Forensik
Adalah pelayanan pengesahan tindakan medis terhadap pasien (keadaan mati
batang otak, terkait masalah transplantasi dsb) atau yang terkait dengan
ketentuan hukum tentang kemampuan/kompetensi seseorang dimuka hukum
untuk memberi kesaksian dsb.
10.City Morgue
Adalah tempat pemulasaraan dan layanan kematian bagi jenazah dari seluruh
kota/kabupaten dengan kriteria kematian tidak wajar, kematian yang tidak
diketahui penyebabnya, dan kematian di tempat umum. Selanjutnya City
Morgue dapat dikembangkan menjadi pusat layanan dan registrasi kematian
yang lebih menyeluruh, tidak terbatas pada yang memerlukan pemeriksaan
kedokteran forensik saja.
B. Tujuan
5
publik yang dilaksanakan oleh rumah sakit pendidikan milik pemerintah,
bukan merupakan pelayanan yang dilakukan oleh dokter selaku praktisi
perorangan.
6
pelayanan laboratorium forensik sederhana. Puskesmas juga diharapkan
dapat memberikan pembinaan kepada masyarakat dan melaksanakan
sistem rujukan sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. Karena
distribusi spesialis kedokteran forensik dan dokter umum terlatih belum
merata di seluruh Indonesia, dimungkinkan pelayanan kedokteran forensik
extra-mural (keliling) ke tempat kejadian perkara yang memerlukannya.
7
BAB III
PENGORGANISASIAN
A. Struktur Organisasi
Agar tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan kedokteran
forensik dan medikolegal dapat dicapai, maka perlu organisasi pelayanan,
pendidikan dan pengembangan yang baik, dengan tugas dan wewenang yang
jelas dan terinci, baik secara administratif maupun teknis. Struktur ini
tergantung pada ketersediaan Sumber Daya Manusia di RS.
Direktur Utama
Kepala Instalasi
Ketua SMF Kedokteran Forensik & Medikolegal
8
b. Contoh Struktur Organisasi dengan SDM tidak lengkap
Direktur RS
Kepala Bagian
Kedokteran Forensik & Medikolegal dan
kamar jenazah
Dokter pelaksana
pemeriksaan
Kedokteran Forensik
dan pelayanan kamar
jenazah
3. Staf medis fungsional adalah kelompok dokter yang bekerja pada bagian /
departemen / instalasi dalam jabatan fungsional.
9
B. Ketenagaan
10
c. Memonitor dan mengevaluasi kinerja keuangan di instalasi
d. Menyelenggarakan surat menyurat
e. Mengkoordinasi pembuatan dan membuat visum et repertum
4. Koordinator Pelayanan
a. Menetapkan kebijakan pelayanan, standar pelayanan, pedoman
pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal, serta membuat
strategi pengembangan pelayanan forensik dan medikolegal.
b. Menetapkan indikator dan kriteria pelayanan pada unit pelayanan di
bawahnya
c. Mengawasi pelaksanaan pelayanan setiap hari.
d. Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
e. Memberi masukan kepada Kepala Instalasi yang berkaitan dengan
pelayanan.
f. Membuat laporan berkala pelayanan yang dilaporkan pada Kepala
Instalasi.
11
6. Perawat (untuk pelayanan Forensik Klinik)
a. Membantu dokter dalam melakukan pemeriksaan kedokteran forensik
klinik dan pemeriksaan penunjangnya
b. Membantu staf medis fungsional dalam menjalankan program
pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan.
c. Bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya
D. Kompetensi
2. SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal adalah kelompok dokter SpF dan
dokter spesialis bidang lain serta dokter terlatih Kedokteran Forensik dan
Medikolegal yang bekerja sesuai standar profesi kedokteran forensik dan
medikolegal dalam jabatan fungsional. Yang dimaksud dokter terlatih
adalah dokter umum atau dokter spesialis lain yang telah mengikuti
pelatihan forensik dasar selama minimal 3 bulan.
12
Forensik di RS Klas A). Dalam keadaan mendesak, tenaga keteknisian
forensik dapat diperoleh dari jenjang di bawah D3 keperawatan (minimal
SMU/sederajat)
13
BAB IV
PELAYANAN KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
DI RUMAH SAKIT
14
6. Pelayanan wet lab
7. Pelayanan extra mural
8. Pelayanan surat keterangan medik
9. Pelayanan identifikasi orang hilang
15
Pelayanan bagian/departemen/instalasi kedokteran forensik dan medikolegal
di rumah sakit dilaksanakan melalui sistem pendekatan pelayanan terpadu,
artinya klien, korban atau pasien yang memerlukan pelayanan kedokteran
forensik dan medikolegal dilayani melalui 2 akses utama. Akses tersebut
adalah :
Pada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) ditangani korban, klien atau pasien hidup
dengan keadaan non kritis sedemikian hingga dapat dilakukan pelayanan
forensik di bawah satu atap. PPT akan melayani masalah klinis, medikolegal,
juga masalah psiko-sosial, dengan kerja sama multi-disiplin dan multisektor.
Pemeriksaan oleh bidang spesialisasi lain, pada kasus yang ditangani di PPT,
sedapat mungkin dilakukan di ruang PPT.
Untuk mencapai tujuan di atas diperlukan sistem kerja dan alur kerja yang
tepat, baik inter disiplin maupun intra disiplin dengan memanfaatkan secara
maksimal sarana dan prasarana yang tersedia.
16
1. Sebagian korban atau klien yang membutuhkan pelayanan kedokteran
forensik dan medikolegal diharuskan datang karena perintah perundang-
undangan. Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal merupakan
kewajiban dokter yang harus dipenuhi sebagai kewajiban hukum.
2. Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal melibatkan berbagai
profesi yang bekerja dalam suatu tim terpadu sesuai kewenangannya
masing-masing.
3. Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal dalam pelaksanaannya,
selain memperhatikan kepentingan klien atau korban, juga mengutamakan
kepentingan hukum, baik dalam posisi sebagai penyidik atau posisi lain
sesuai perintah hukum.
4. Pelayanan kedokteran forensik bersifat professional dan imparsial,
meletakkan suatu kasus pada tempatnya. Pelayanan kedokteran forensik
dan medikolegal memiliki fungsi melindungi masyarakat (to protect the
society) sehingga dalam memutuskan suatu kasus tidak hanya
mempertimbangkan keadilan, namun juga stabilitas masyarakat/dalam hal
ini yang dimaksud adalah kepercayaan masyarakat terhadap institusi yang
benar benar imparsial tidak dibawah pengaruh hirarkhi apa pun.
Lintas Program
Lintas Sektoral
17
i. Korban/pengantar yang datang ke RS atau Puskesmas mendaftar di
bagian registrasi, kemudian di IGD dilakukan triage untuk menilai
kondisi korban apakah dalam keadaan non kritis, semi kritis atau kritis.
ii. Korban perempuan dan anak dalam keadaan non kritis, akan dirujuk ke
PPT untuk mendapatkan layanan pemeriksaan kedokteran forensik dan
medikolegal, serta layanan psiko-sosial. Bilamana perlu dapat dilakukan
koordinasi dan kerja sama dengan LSM terkait. Pada korban lain (bukan
perempuan dan anak) pemeriksaan dilakukan di Instalasi Gawat Darurat.
iii. Korban dalam keadaan semi kritis dan kritis atau memerlukan terapi
bedah dan medik ditangani di instalasi gawat darurat bersama dengan
dokter forensik sesuai prosedur yang berlaku.
iv. Korban, klien, atau pasien yang datang ke poliklinik atau IGD dan
dipandang mungkin penyakit atau cederanya terkait suatu tindak pidana
diperiksa bersama dengan dokter forensik atau dirujuk ke bagian/
departemen/ instalasi kedokteran forensik dan medikolegal.
v. Korban, klien, atau pasien yang sedang dirawat di instalasi rawat inap,
bila dipandang mungkin penyakit atau cederanya terkait suatu tindak
pidana, maka dokter penanggung jawab pasien, dapat merujuknya ke
bagian/ departemen/ instalasi kedokteran forensik dan medikolegal.
vi. Korban, klien, atau pasien yang datang tanpa disertai surat permintaan
visum dimintakan untuk melapor atau dibantu untuk melapor pada pihak
penyidik. Pemberitaan visum et repertum dibuat berdasarkan hasil
pemeriksaan pada hari surat permintaan visum dibuat. Pemeriksaan
sebelumnya dapat disertakan sebagai suatu surat keterangan dokter.
ii. Korban, klien atau pasien mati yang telah dilengkapi administrasinya
sesuai prosedur medikolegal dibawa ke bagian/departemen/instalasi
kedokteran forensik dan medikolegal untuk diperiksa. Pada beberapa
rumah sakit, kedua instalasi ini tergabung menjadi satu
bagian/departemen/instalasi.
18
iii. Pada pemeriksaan forensik, penyidik/penyidik pembantu mengikuti
pemeriksaan mayat dan atau bedah mayat bersama staf medis
fungsional.
iv. Pada autopsi klinik, pihak keluarga, staf medis fungsional rumah sakit
dari bagian/departemen/instalasi lain dapat diijinkan mengikuti
pemeriksaan mayat dan bedah mayat bersama staf medis fungsional.
a. Lokasi
b. Kebutuhan Ruang
2. Ruang administrasi
3. Ruang pemeriksaan
19
yang disusun bertingkat di sekeliling ruang otopsi. Di ruangan
minimal terdapat 2 meja otopsi.
b. Ruang pemeriksaan forensik klinik dan atau ruang PPT
Ruang pemeriksaan forensik klinik dan atau ruang PPT sebaiknya
cukup luas untuk menampung pelayanan multi-disiplin dan
sumberdaya manusianya.
c. Ruang observasi medis
Digunakan para staf medis untuk melihat otopsi, dilantai atas
dengan dinding terbuat dari kaca.
Terdiri dari :
a. Ruang pertemuan besar untuk keperluan seluruh karyawan dan
kemungkinan acara dengan undangan dari luar.
b. Ruang diskusi kecil untuk keperluan pertemuan diskusi profesi
secara khusus.
c. Ruang istirahat dilengkapi dengan dapur kecil.
7. Ruang Radiologi
20
Ruang konsultasi medikolegal sebaiknya memiliki suasana yang tenang
dan privat, dapat menampung kelompok orang yang membutuhkan
konsultasi medikolegal. Bila tidak tersedia ruang konsultasi
medikolegal, pelayanan dapat dialihkan pada ruang diskusi kecil.
Toilet untuk pasien dilengkapi dengan pengaman dari kayu atau besi
untuk pegangan serta dibuat sedemikian rupa sehingga korban, klien,
atau pasien yang mempergunakan kursi roda, kruk atau alat
penyangga tubuh lainnya dapat mempergunakannya tanpa ada
kesukaran.
Ruang ganti dipisahkan untuk staf medis pria dan wanita, dilengkapi
dengan rak penggantung baju yang terpisah dengan rak penggantung
apron.
12. Gudang
Gudang terdiri atas gudang bersih dan gudang besar. Gudang bersih
digunakan untuk penyimpanan perlengkapan seperti formulir
dokumen medik, sprei, sarung bantal, dan lain-lain. Gudang besar
digunakan untuk menyimpan bahan kimia habis pakai, peralatan yang
masih berfungsi maupun yang sudah rusak untuk diperbaiki, serta
troley.
2. Peralatan
21
b. Jumlah korban, klien atau pasien yang membutuhkan pelayanan
kedokteran forensik dan medikolegal di RS yang bersangkutan.
d. Sarana dan prasarana yang ada sesuai strata rumah sakit. (lihat
lampiran)
F. Sistem Pembiayaan
1. Sumber :
o Biaya sendiri
o Pemerintah Pusat (APBN)
o Pemerintah daerah (APBD)
o Asuransi
o Perusahaan / Instansi
o Kedutaan asing
o Konsul dokter
o Konsul psikolog
o Tindakan
Jasa medik
Jasa rumah sakit
Jasa pemulasaraan dan pengawetan jenazah
Bahan dan alat
Pemeriksaan penunjang, lab, radiologi dsb
Transportasi jenazah
Pengurusan dokumen terkait
22
H. Pencatatan dan Pelaporan
Dalam rekam medis dicatat diagnosa medik berdasarkan ICD X untuk pelaporan
rumah sakit ke Dinas Kesehatan yang kemudian diteruskan ke Departemen
Kesehatan.
a. Evaluasi internal
b. Evaluasi eksternal
23
BAB V
SISTEM RUJUKAN
A. Pengertian Rujukan
Konsep rujukan adalah suatu upaya pelimpahan tanggung jawab dan wewenang
secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk mencapai suatu
pelayanan forensik dan medikolegal yang bermutu dan tepat sasaran.
Rujukan ini dapat bersifat vertikal maupun horizontal sesuai dengan fungsi
koordinasi dan jenis kemampuan yang dimiliki. Rujukan dapat terjadi dari
Puskesmas ke Puskesmas lain, Puskesmas ke Rumah Sakit, Rumah Sakit ke
Rumah Sakit dengan kelas rujukan yang lebih tinggi.
24
Pada kasus bencana massal, RS berkoordinasi dan kerja sama dengan
Pemerintah Daerah, Kepolisian Daerah, Disaster Victim Indentification
(DVI) Team, dan Departemen Kesehatan.
Pada kasus korban mati sedangkan tidak ada dokter spesialis forensik
di RS wilayah tersebut, dapat dilakukan :
25
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
B. Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan mencakup :
1. Manajemen
2. Layanan keteknisan kedokteran forensik dan medikolegal
3. Layanan terkait lainnya.
Pengawasan dilakukan secara berkelanjutan dan hasil pengawasan dituangkan
dalam penilaian tertulis terhadap kinerja bagian/departemen/instalasi
kedokteran forensik dan medikolegal.
C. Pembinaan
Pembinaan oleh PDFI, Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan secara
periodik sesuai ketentuan yang berlaku, atau dapat dilakukan sesuai kebutuhan
tiap bagian/departemen/instalasi atau dengan permintaan instalasi yang
bersangkutan.
26
D. Sanksi
Pelanggaran yang ditemukan pada pengawasan disampaikan pada direktur
rumah sakit, untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti. Sanksi administratif akan
diberikan oleh manajemen rumah sakit, atau bila perlu dilaporkan ke Dinas
Kesehatan untuk diberikan sanksi administratif. Pelanggaran aturan ikatan
profesi diserahkan pada ikatan profesi yang bersangkutan melalui surat resmi
pada ikatan profesi cabang setempat untuk ditindak lanjuti sesuai ketentuan
dalam ikatan profesi tersebut.
Pelanggaran hukum akan ditindaklanjuti melalui jalur hukum yang sesuai
(pidana, perdata, administratif), dan diserahkan tindak lanjutnya pada aparat
yang berwenang.
27
BAB VII
PENGEMBANGAN PELAYANAN
28
C. Pengembangan Jenis Layanan
29
BAB VIII
PENUTUP
Rumah sakit dan Puskesmas yang telah atau akan menyelenggarakan pelayanan
kedokteran forensik dan medikolegal agar menyesuaikan dengan ketentuan yang
terdapat dalam buku pedoman ini dan dapat dikembangkan secara fleksibel sesuai
dengan kondisi dan situasi bagi tiap rumah sakit. Buku pedoman ini diharapkan
dapat menjadi acuan standar pelayanan kedokteran di bidang kedokteran forensik
dan medikolegal dan unit-unit penunjangnya.
30
Lampiran 1.
Perawat
Strata Klasifikasi Jumlah Ket
DrSp.
Lain
TKF
SpF
DU
Primer RS kelas D,&
0 1 1 1 1 0 4
(I) Puskesmas
Tertier RS kelas B
pendidikan dan 5 3 3 5 2 2 15
(III)A kelas A
Catatan :
1. SpF = Spesialis Forensik
2. Sp.Lain = Spesialis bidang lain terkait kedokteran forensik, diutamakan yang
terlatih kedokteran forensik dan medikolegal
3. Dr.U = dokter umum terlatih kedokteran forensik dan medikolegal
4. TKF = tenaga keteknisian kedokteran forensik dan medikolegal
5. Lain = tenaga lain seperti psikolog, sarjana bioteknologi, dan tenaga lain
yang diperlukan untuk pengembangan pelayanan kedokteran forensik &
medikolegal
Keterangan :
31
Lampiran 2
KELUARGA,PASIEN, JENAZAH,
MASYARAKAT
HIDUP RUJUKAN/
KONSULTASI
IGD IRJ Ranap RS POLISI
MENINGGAL
DEPARTEMEN/INSTALASI
KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
32
Alur Pelayanan Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Di Strata
Primer dan Sekunder
KELUARGA,PASIEN, JENAZAH,
MASYARAKAT
MeninggalA Hidup
L
Polisi Polisi
DEPARTEMEN/INSTALASI IGD
KEDOKTERAN FORENSIK
DAN MEDIKOLEGAL
33
Lampiran 3.
I. Ruang Dokter v v v v
II. Kamar jenazah v v v v
III. Laboratorium otopsi (wet lab) v v
IV. Laboratorium Patologi v v v
Forensik
V. Laboratorium Toksikologi v v v
Forensik
VI. Laboratorium Serobiomol v v
Forensik
VII. Medikolegal v v v v
VIII. Klinik forensik v v v v
IX. Ruang PPDS v v
X. Ruang Tenaga Keteknisan v v v v
XI. Ruang Radiologi v v
XII
34
Lampiran 4
PUSKESMAS
(forensik dasar)
35