You are on page 1of 7

REVIEW JURNAL

Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasi


Dosen Pengampu : Dr. Febriana Wurjaningrum, SE, MT

Judul Impact of Lean and Agile Strategies on Supply Chain Risk


Management, Total Quality Management and Business
Excellence
Volume Vol. 32, No. 1
Tahun 2018
Penulis Waqar Ahmed dan Sehrish Huma
Reviewer 1. Nansi Ria Hapsari NIM. 242221071
2. Ria Anggraini NIM. 242221068
3. Vicera Romindo NIM. 242221064
4. Arif Soesilo NIM. 242221066
Tanggal 4 Oktober 2022

1. Latar Belakang dan Fenomena yang Dihasilkan


Di era kompetitif sekarang ini, dimana terjadi perubahan yang tidak terduga dan
tingkat ketidakstabilan lingkungan pasar yang tinggi, rantai pasokan lebih berfokus pada
penerapan strategi dinamis untuk mendapatkan respon yang cepat dengan biaya minimal.
Altay dan Ramirez (2010); Hendricks dan Singhal (2005) menyebutkan bahwa
kerentanan jaringan rantai pasokan saat ini dan pengelolaan operasi sebuah organisasi secara
andal dan konsisten tetap menjadi masalah manajerial utama yang mempengaruhi kinerja
organisasi. Risiko dalam jaringan rantai pasokan berdampak buruk pada kinerja rantai
pasokan dalam hal ketanggapan dan efisiensi. Oleh karena itu, manajer rantai pasok dituntut
untuk lebih dibekali dengan strategi dan teknik untuk menghadapi dan mengelola risiko
(Putra dan Tang, 2012). Ketahanan (resilience) dan ketangguhan (robustness) adalah dua
kemampuan penting untuk manajemen risiko rantai pasokan yang efektif. Oleh karena itu,
dibutuhkan kemampuan untuk secara proaktif mengelola risiko dari berbagai kemungkinan
keadaan (Ivanov, Sokolov, dan Dolgui, 2014).
Manajemen risiko yang efektif selalu menjadi ciri khas perusahaan yang sukses untuk
tetap kompetitif dalam jangka panjang. Untuk mencapai rantai pasokan yang tangguh,
Wieland dan Marcus Wallenburg (2012) telah membedakan antara strategi proaktif dan
reaktif. Karena suasana bisnis yang sangat rentan dan penuh risiko, tampaknya sulit bagi ahli
strategi rantai pasokan untuk memiliki jaminan bahwa rencana, keputusan, dan strategi
mereka akan menghasilkan hasil yang diharapkan. Risiko strategis adalah risiko yang
mempengaruhi atau dibentuk oleh keputusan strategis bisnis. Beberapa peneliti berfokus pada
pemilihan dan penerapan strategi rantai pasokan yang tepat untuk mengurangi risiko dalam
rantai pasokan.
Carvalho, Azevedo, dan Cruz-Machado (2012) dan Wieland dan Marcus Wallenburg
(2012) telah menyoroti poin yang sangat penting bahwa rantai pasokan kemungkinan akan
menghasilkan gangguan biaya yang mahal, oleh karena itu, manajer diharuskan
mengembangkan beberapa keterampilan untuk mengurangi dampak gangguan termasuk
menerapkan strategi rantai pasokan yang tepat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
dengan menerapkan strategi rantai pasokan yang tepat, kerentanan rantai pasokan pada
akhirnya akan berkurang.
Lean supply chain strategy dan agile supply chain strategy adalah dua strategi yang
dapat dipilih oleh organisasi untuk pengaturan operasi mereka. Kedua strategi memiliki
tradeoff satu sama lain. Banyak peneliti telah menyatakan bahwa hanya menerapkan lean
supply chain strategy bukanlah rantai pasokan yang paling tepat karena fokus pada
persediaan minimum dan penjadwalan yang lebih ketat dan bahkan penerapan agile supply
chain strategy saja mungkin juga tidak efektif dari segi biaya bagi perusahaan. Oleh karena
itu, Naylor, Naim, dan Berry (1999) memperkenalkan konsep pengintegrasian kedua strategi
dalam suatu rantai pasok, yaitu leagile supply chain strategy. Dengan menerapkan strategi
tersebut, keuntungan dari kedua strategi dapat digabungkan. Ambe (2010) juga membahas
bahwa menerapkan kedua strategi memungkinkan organisasi untuk mengurangi biaya,
meningkatkan kualitas, fleksibilitas, dan respons terhadap permintaan pelanggan sambil
mempertahankan keberlanjutan.
Christopher dan Lee (2004) menyebutkan bahwa untuk pengetahuan penulis, hampir
tidak ada penelitian empiris yang menekankan pada strategi rantai pasokan seperti lean dan
agile dan kemampuan manajemen risiko rantai pasokan. Wieland dan Marcus Wallenburg
(2013) juga telah telah menyoroti titik ini bahwa ada kekurangan penelitian empiris di bidang
manajemen risiko rantai pasokan.
Bhamra, Dani, dan Burnard (2011) menekankan bahwa ada persyaratan untuk
mengeksplorasi konsep ketahanan (resilience) secara empiris. Dalam hal teori kontingensi,
ahli teori telah mengemukakan bahwa kesesuaian atau efektivitas strategi mitigasi risiko
bergantung pada lingkungan internal dan eksternal; demikian, untuk memecahkan masalah
tidak ada strategi tunggal yang melayani secara konsisten dalam semua situasi (Van de Ven
dan Drazin, 1984).

2. Permasalahan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pentingnya strategi rantai pasokan
dalam konteks manajemen risiko rantai pasokan dengan penekanan utama pada efektivitas
lean supply chain strategy dan agile supply chain strategy dalam hal menciptakan ketahanan
(resilience) dan ketangguhan (robustness) dalam rantai pasokan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan secara empiris bagaimana keputusan strategis
seperti lean supply chain strategy dan agile supply chain strategy mempengaruhi
kemampuan manajemen risiko.
2. Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi dan menjelaskan faktor pendorong yang
berkontribusi untuk merumuskan campuran yang tepat dari strategi tersebut.
3. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengusulkan kerangka kerja umum yang dapat
membantu organisasi untuk menciptakan rantai pasokan yang resilience dan robust
dengan bantuan strategi ini.
Makalah ini tidak hanya berkontribusi melalui menjembatani kesenjangan dengan
menguji dampak strategi rantai pasokan (yaitu lean dan agile) pada rantai pasokan yang
resilience dan robust, tetapi juga berfokus pada bagaimana meningkatkan Supply Chain Risk
Management (SCRM) dengan menyeimbangkan strategi lean dan agile.
Selain itu, penelitian ini tidak hanya dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan terkait
strategi rantai pasok dan manajemen risiko rantai pasok, tetapi juga untuk memverifikasi
hubungan teoritisnya melalui pengujian hipotesis.
3. Teori
3.1 Resource-based view (RBV)
RBV adalah teori dimana perusahaan harus menciptakan kumpulan sumber daya dan
kemampuan strategis untuk mencapai keunggulan kompetitif dengan pemanfaatan peluang
atau mitigasi risiko (Barney, 1991; Hoopes, Madsen, & Walker, 2003). Studi ini secara
khusus berkaitan dengan gagasan perlindungan nilai di mana pengembangan ketahanan
(resilience) dan ketangguhan (robustness) rantai pasok memiliki implikasi yang jelas untuk
mengelola risiko rantai pasok.

3.2 Supply chain risk management (SCRM)


SCRM mengidentifikasi, menilai, mengontrol, dan memantau setiap kemungkinan
risiko dan ketidakpastian dalam rantai pasok dan mengurangi gangguan di keduanya secara
reaktif (resilience) dan proaktif (robustness) (Tang, 2006; Manuj & Mentzer, 2008; Wieland
& Marcus Wallenburg, 2012).
Robustness berfokus pada kemampuan untuk melanjutkan operasi sambil menahan
dampak gangguan rantai pasok dengan menyediakan sumber alternatif atau jika diperlukan
rencana darurat untuk diimplementasikan secepatnya (Stonebraker, Goldhar, & Nassos,
2009).
Resilience menggambarkan kesiapan perusahaan untuk hal yang tidak terduga
peristiwa dan melalui kemampuan adaptif dapat merespon dan pulih dari gangguan dengan
mengelola dan mengendalikan operasi dan jaringan rantai pasok pada tingkat yang diinginkan
(Ponomarov & Holcomb, 2009).

3.3 Supply chain strategies


Lean supply chain strategy ditujukan untuk menciptakan rantai pasok yang hemat
biaya, dengan fokus pada pengurangan limbah, inventaris, dan waktu tunggu (Vonderembse,
Uppal, Huang, & Dismukes, 2006).
Agile supply chain strategy dapat dianggap sebagai pemanfaatan fleksibilitas dan
kemampuan beradaptasi karena responsnya yang dinamis, cepat, dan berkelanjutan terhadap
perubahan kebutuhan pelanggan dan lingkungan yang kompetitif (Gunasekaran, Lai, &
Cheng, 2008; Lin, Chiu, & Chu, 2006).
Leagile supply chain strategy adalah strategi yang menggabungkan lean dan agile
sehingga dapat memberikan pengendalian biaya yang efektif dari sumber daya, fleksibilitas
dan kemampuan beradaptasi operasional, baik di tingkat hulu maupun hilir di lingkungan
pasar yang tidak dapat diprediksi (Faisal, Banwet, & Shankar, 2006b).

3.4 Kekuatan eksternal dan internal


Market orientation (MO) sebagai kemampuan eksternal yang memungkinkan setiap
perusahaan untuk mengatasi perubahan kondisi pasar dengan menyediakan produk
berkualitas tinggi (Ahire, Golhar, & Waller, 1996), dengan cara menghasilkan pengetahuan
pasar mengenai kebutuhan dan harapan pelanggan saat ini dan masa depan (Jaworski &
Kohli, 1993).
Quality management (QM) berfokus pada perbaikan terus-menerus yang memberikan
keunggulan di internal dan operasi terkendali (Wang & Wei, 2005).

4. Hipotesis
H1a Market orientation mempunyai hubungan yang signifikan dengan quality management.
H2b Market orientation mempunyai hubungan yang signifikan dengan lean strategy.
H3c Market orientation mempunyai hubungan yang signifikan dengan agility strategy.
H2a Quality management mempunyai hubungan yang signifikan dengan lean strategy.
H2b Quality management mempunyai hubungan yang signifikan dengan agile strategy.
H3a Lean supply chain strategy mempunyai hubungan yang signifikan dengan supply chain
robustness.
H3b Agile supply chain strategy mempunyai hubungan yang signifikan dengan supply chain
robustness.
H4a Lean supply chain strategy mempunyai hubungan yang signifikan dengan supply chain
resilience.
H4b Agile supply chain strategy mempunyai hubungan yang signifikan dengan supply chain
resilience.

Model hipotesis dapat digambarkan sebagai berikut:


5. Diskusi Hasil Penelitian
5.1 Metodologi
Survei kuantitatif menggunakan skala Likert dengan profesional rantai pasok dan
operasi dari perusahaan manufaktur sebagai unit analisis. Sampel sebanyak 360 profesional
dipilih dengan teknik purposive.

5.2 Analisis Data


PLS-SEM cocok digunakan ketika ada banyak variabel independen dan dependen
dalam kerangka penelitian (Hair, Ringle, & Sarstedt, 2011; Henseler dkk., 2013).

5.3 Hasil
5.4 Kesimpulan dan Rekomendasi
Analisis hasil penelitian:
 Organisasi yang lebih agile oriented keduanya akan robust dan resilient.
 Organisasi yang lebih lean oriented menunjukkan kinerja yang lebih robust
dibandingkan dengan perusahaan agile oriented namun tidak mendukung kemampuan
resilience.
 Robustness meningkatkan kemampuan resilience.
 Agility dari perusahaan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan komprehensi pasar.
 Internal quality management yang kuat mendukung lean strategy pada perusahaan.

Kerangka konseptual untuk menyelidiki kekuatan internal dan eksternal yang mendorong
strategi rantai pasol dan sebagai hasilnyaakan berdampak pada robustness dan resiliencies
dari strategi rantai pasok (lean dan agile):
1. Market orientation secara signifikan mempengaruhi quality management, artinya
semakin erat departemen pemasaran dan kualitas bekerja maka semakin tercipta
nilai bagi pelanggan. Market orientation juga sangat berhubungan dengan strategi
lean dan agile, walau lebih besar pengaruhnya pada strategi agile karena mampu
secara langsung merespon pasar dengan memahami perubahan kebutuhan
pelanggan (Lee, 2002).
2. Quality management adalah pendorong internal untuk kedua strategi. Hasil penelitian
menyarankan sebelum mengimplementasikan kedua strategi, perusahan pertama kali
butuh memfokuskan pada quality management.
3. Kedua strategi (lean dan agile) secara signifikan berdampak positif terhadap
robustness dari rantai pasok. Namun, manajer lebih baik pertama-tama menekankan
pengimplementasian strategi lean supply chain.
4. Kedua strategi (lean dan agile) berperan penting dalam mengelola risiko rantai pasok.
Agile supply chain strategy mempunyai pengaruh yang kuat terhadap ketahanan
(resilience), namun sebaliknya lean supply chain strategy tidak signifikan
mempengaruhi ketahanan (resilience). Waters (2007) juga menyoroti bahwa efisiensi
tinggi dalam rantai pasokan lebih berfokus pada isu-isu terkait biaya itulah sebabnya
penanganan kejadian yang tidak direncanakan menjadi tidak mungkin.
5. Hasil penelitian kuat mendorong asumsi bahwa kedua strategi penting dalam
mengelola risiko rantai pasok. Artinya, dengan implementasi strategi lean dan agile,
perusahaan menciptakan robustness yang mengarah ke rantai pasok yang resilient dan
ini adalah rantai pasok yang ideal yang secara reaktif dan proaktif mengelola
risikonya sendiri dari rantai pasok hulu ke hilir.

Implikasi manajerial:
1. Penelitian ini menganggap market orientation sebagai kekuatan pendorong eksternal
dan quality management sebagai kekuatan pendorong internal untuk menerapkan
kedua strategi supply chain yaitu lean dan agile.
2. Jika hubungan antara informasi eksternal dan kegiatan operasional internal tidak
terhubung dengan baik, ada kemungkinan informasi pasar tidak dipahami dengan baik
atau dikelola dengan buruk.
3. Manajer akan belajar bahwa situasi yang ideal bagi organisasi itu dimulai dari fokus
pada pelanggan dan terus mengumpulkan informasi pasar serta menyebarluaskan
informasi berorientasi pelanggan tersebut di seluruh organisasi, kemudian
mengkolaborasikan informasi tersebut dan mengelola kualitas yang akan sangat
signifikan dalam mendorong kedua strategi dan menciptakan nilai bagi pelanggan.
4. Penelitian ini juga menyarankan para pembuat kebijakan untuk menekankan pada
pengelolaan kualitas sebagai prioritas pertama yang dapat dilakukan dengan
menyediakan produk yang berkualitas, yang harus sesuai dengan standar dan sesuai
dengan kebutuhan pelanggan.
5. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa profesional rantai pasokan harus mulai
berfokus pada implementasi strategi lean dan agile dalam konteks menciptakan rantai
pasokan yang resilience dan robust karena makalah ini menyarankan bahwa kedua
strategi bekerja dengan baik ketika suara pelanggan diketahui dan informasi dibagikan
dengan setiap departemen. Keuntungan dari kedua strategi (lean dan agile) dapat
dikonsumsi bersama-sama dengan mengintegrasikan kedua strategi ini.
6. Model yang disarankan membantu para profesional rantai pasokan untuk
mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan menghemat biaya dengan mencoba
mengatasi gangguan rantai pasokan dan meningkatkan daya tanggap dengan
memberikan visibilitas dan fleksibilitas yang membuat rantai pasokan lebih robust
(tangguh) dan sebagai imbalannya meningkatkan robustness (ketangguhan) dengan
agile supply chain strategy mengarah ke rantai pasokan yang resilient.
7. Tujuan inti penerapan lean supply chain strategy adalah untuk mengurangi
pemborosan dan memanfaatkan sumber daya secara maksimal, yang penting untuk
secara proaktif menilai semua operasi untuk organisasi manufaktur. Di sisi lain,
tujuan inti dari agile supply chain strategy adalah untuk secara cepat menanggapi
permintaan yang tidak terduga dan lingkungan yang rentan karena dua unsur
utamanya: visibilitas dan fleksibilitas.
8. Hasil menunjukkan untuk organisasi manufaktur tentang bagaimana lean supply
chain strategy sangat signifikan dalam menciptakan ketahanan dan bagaimana agile
supply chain strategy sangat penting dan memiliki kemampuan dalam menciptakan
rantai pasokan tangguh yang membantu perusahaan untuk menentukan arah terbaik
untuk rantai pasokan ideal mereka.

You might also like