Professional Documents
Culture Documents
Umj 1x Sitimarwiy 4917 1 5.marwi H
Umj 1x Sitimarwiy 4917 1 5.marwi H
Oleh:
Siti Marwiyah, M.Si
Dekan FISIP Universitas Panca Marga Probolinggo
Email: sitimarwiyah971965@gmail.com
Abstrak
A. Pendahuluan
Negara mengakui bahwa segala bentuk kekerasan yang terjadi
merupakan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga
kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk
diskriminasi. Hal ini sesuai dengan pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya,
serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
Pada tahun 2013 ada 43 kasus KDRT, tahun 2014 ada 48 kasus,
sedangkan di tahun 2015 yang terhitung dari bulan Januari-Maret ada 13 kasus
yang dilaporkan. Dari data tersebut dapat dikatan bahwa tindakan KDRT pada
tiap tahunnya belum bisa dikatakan selalu mengalami penurunan ataupun
peningkatan. Dengan tingkat pengetahuan responden terhadap keberadaan
tindakan kekerasan dalam rumah tangga cukup tinggi. Hal ini dapat dipahami
karena pada umumnya tingkat pendidikan responden yaitu tamat SLTA yang
dapat dikategorikan berpendidikan relatif tinggi. Seharusnya dengan
pendidikan responden yang relatif tinggi sudah mengerti tentang pengetahuan
Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Terjadinya kekerasan-kekerasan ini di dalam rumah tangga karena
minimnya pengetahuan pada masyarakat. Seperti keperhatinan akan nasib para
wanita di dunia ini khususnya Kota Probolinggo. Masyarakat pada umumnya
masih minim pengetahuan tentang KDRT ini, sehingga para pelaku KDRT
masih bebas melakukan hal yang sama, bahkan berulang kali tanpa berujung
di meja hijau. Wanita masih sering dipandang lemah, sehingga sering kali
menjadi korban kekerasan bahkan oleh orang terdekatnya sendiri (suami).
4. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
Sesuai pernyataan dari Sekretaris Pemberdayaan Perempuan dan KB
Kota Probolinggo menyatakan bahwa pengaruh kondisi sosial ekonomi dapat
memicu terjadinya kekerasan dalam rumah tangga disebabkan karena
kebutuhan di dalam rumah tangga lebih besar dari nilai pendapatan. Dan yang
bermasalah dengan tindakan kekerasan dalam rumah tangga ini lebih banyak
pada masyarakat perdesaan.
Masalah-masalah yang terjadi yaitu: (1) perselisihan akibat berbeda
pendapat pemenuhan kebutuhan; (2) keegoisan dari pasangan untuk
memaksakan keinginan pribadi; (3) tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari; dan (4) kurangnya rasa jujur nilai penghasilan.
Pelayanan yang diberikan Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Kota Probolinggo kepada masyarakat khususnya korban tindakan KDRT,
yaitu: (1) pendampingan korban; (2) konseling; (3) bimbingan rohani; (4)
perlindungan hukum; (5) tenaga kesehatan.
Menurut Kabid pemberdayaan Perempuan Perempuan Kota
Probolinggo, bahwa memang benar adanya pengaruh kondisi sosial ekonomi
terhadap tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Sebenarnya yang menjadi
penyebab terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga beragam. Namun
yang paling banyak adalah di masalah perekonomian di dalam rumah tangga.
Permasalahan yang berawal dari banyaknya tuntutan kebutuhan sehari-hari
sedangkan pendapatan yang dihasilakan dalam rumah tangga itu sendiri tidak
mencukupi. Sehingga permasalahan ini membuat kedua belah pikah suam-istri
berselisih yang akan berakhir pada kekerasan dalam rumah tangga yang.
Kekerasan ini biasanya dijadikan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah
yang tidak dibenarkan. Akan tetapi tindakan kekerasan dalam rumah tangga
tidak hanya terjadi pada rumah tangga sosial ekonomi rendah saja karena juga
bisa terjadi pada rumah tangga sosial ekonomi tinggi.
Menurut Kasub Bid Pengarusutamaan Gender, bahwa melihat Kondisi
sosial ekonomi masyarakat sebagian masyarakat kota Probolinggo sekitar 50%
masuk dalam criteria menengah artinya bahwa perekonomian setiap keluarga
dapat dikatakan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari dalam berumah
tangga. Jika harus dibandingkan dengan keadaan perekonomian dengan kota
lain disekitar kota Probolinggo, harga kebutuhan pokok masih relatif lebih
tinggi. Namun ada faktor lain yang bersinggungan dengan perekonomian yaitu
tingkat pendidikan. Karena dapat menentukan kondisi sosial ekonomi pada
seseorang dapat dilihat dari perekonomian, tingkat pendidikan dan keadaan
dalam rumah tangga.
Dengan demikian, minimnya pendidikan masyarakat khususnya pada
korban tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang mayoritas tingkat
pendidikannya SMP. Namun juga ada yang tingkat pendidikan SMA. Tingkat
pendidikan ini bukan menjadi faktor utama penyebab terjadinya dalam rumah.
Usia pun bukan menjadi faktor utama. Karena sesungguhnya faktor utamanya
adalah kondisi sosial ekonominya yang dapat dilihat dari
pendapatan/perekonomian, aktivitas pekerjaan dan keadaan rumah tangga.
Untuk yang menjadi korban bukan hanya pada rumah tangga sosial ekonomi
rendah tapi juga pada sosial ekonomi tinggi. Sebenarnya dari permasalahan
sosial ekonomi ini hanya dibutuhkan komunikasi yang baik, fungsi istri
sebagai menejemen keuangan yang baik, serta memberikan kepercayaan yang
tinggi terhadap pasangan. Karena dengan begitu jumlah korban kekerasan
dalam rumah tangga akan berkurang. Jika melihat dari masyarakat yang
melapor mayoritas penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah yaitu masalah
perekonomian dalam rumah tangga.
D. Kesimpulan
Kondisi sosial ekonomi di dalam rumah tangga sangat berpengaruh
akan terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Tindakan kekerasan
dalam rumah bisa terjadi pada rumah tangga sosial ekonomi rendah maupun
rumah tangga sosial ekonomi tinggi. Faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya tindakan kekerasan dalam rumah tangga yaitu kurangnya
komunikasi, perekonomian di dalam rumah tangga, perselisihan dari berbagai
masalah. Kendala yang dialami oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Kota Probolinggo untuk bisa meningkatkan sosial ekonomi pada masyarakat
adalah mayoritas korban menutup diri sehingga instansi terkait sulit untuk
mendapatkan data korban tindakan kekerasan dalam rumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, Ny. Singgih D dan Gunarsa, Singgih D.1993. Psikologi Praktis: Anak,
Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia
Ihromi, T.O. 1995. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia