Professional Documents
Culture Documents
Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep
ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain.
Teisme (Tuhan ada secara realistis, objektif, dan independent) yaitu Tuhan merupakan
pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Tuhan diyakini sebagai
pencipta dan pengatur segala hal; mahakuasa dan kekal abadi; personal dan berinteraksi
dengan alam semesta melalui pengalaman religius dan doa-doa umat-Nya
Deisme yaitu Tuhan merupakan pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut campur dalam
kejadian di alam semesta. Menurut pandangan ini, Tuhan tidak memiliki sifat-sifat
kemanusiaan, tidak serta-merta menjawab doa umat-Nya dan tidak menunjukkan mukjizat.
Secara umum, deisme meyakini bahwa Tuhan memberi kebebasan kepada manusia dan
tidak mau tahu mengenai apa yang diperbuat manusia
Panteisme yaitu Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Konsep ini merupakan
pandangan dalam ajaran Gereja Katolik Liberal, Theosophy, beberapa mazhab agama
Hindu, Sikhisme, beberapa divisi Neopaganisme dan Taoisme
Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan
yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui
segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun),
Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara
dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.
Dari beberapa pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kata Allah adalah kata khusus
yang tidak dimiliki oleh kata lain selain-Nya; ia adalah kata yang sempurna huruf-hurufnya,
sempurna maknanya, serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya. Hanya Dia
juga yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak
ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.
Eksistensi Tuhan
Ismail Raj’i Al Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam,
yaitu Khaliq dan makhluk. Khaliq adalah pencipta yakni Allah SWT, hanya
Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan transenden. Dia selamanya mutlak Esa
dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan, berdimensi
ruang dan waktu, tercakup didalamnya dunia benda, tanaman, hewan, manusia,
jin, malaikat, langit dan bumi, surga dan neraka dan sebagainya.
Jika kita percaya tentang eksistensi dunia serta isinya, secara logika kita harus
percaya tentang adanya pencipta alam semesta. Seperti firman Allah di QS. Yasin 71-72
71 ََأ َولَ ْم يَ َر ْوا َأنَّا َخلَ ْقنَا لَ ُه ْم ِم َّما َع ِملَتْ َأ ْي ِدينَا َأ ْن َعا ًما فَ ُه ْم لَ َها َمالِ ُكون
72 ََو َذلَّ ْلنَاهَا لَ ُه ْم فَ ِم ْن َها َر ُكوبُ ُه ْم َو ِم ْن َها يَْأ ُكلُون
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang
ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan
Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukan binatang-binatang itu untuk
mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan."
(QS. Yasin; 71-72).
“Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
hari”. Lafadz “Ayyam” adalah jamak dari yaum yang berarti periode, jadi sittati
ayam berarti enam periode dan tentunya membutuhkan proses waktu yang
sangat panjang.
KESIMPULANNYA
Dalam al-Quran kata “Tuhan” dipakai untuk sebutan tuhan selain Allah, seperti menyebut
berhala, hawa nafsu, dan dewa. Namun kata “Allah” adalah sebutan khusus dan tidak
dimiliki oleh kata lain selain-Nya, kerena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya
itu yang berhak menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak Boleh.
Hanya Dia juga yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak,
sebagaimana tidak ada nama yang lebih agung dari nama-Nya itu.
Keesaan Allah dapat di buktikan dengan tiga bagian pokok, yaitu : kenyataan wujud yang
tampak, rasa yang terdapat dalam jiwa manusia, dan dalil-dalil logika.Kenyataan wujud yang
tampakal-Quran menggunakan seluruh wujud sebagai bukti, khususnya keberadaan alam
raya ini dengan segala isinya. Berkali-kali manusia diperintahkan untuk melakukan nazar,
fikr, serta berjalan di permukaan bumi guna melihat betapa alam raya ini tidak mungkin
terwujud tanpa ada yang mewujudkannya.