You are on page 1of 51

KESIAPSIAGAAN SEKOLAH DALAM MENGHADAPI

BENCANA GEMPA BUMI DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN


KAWUNGANTEN KABUPATEN CILACAP TAHUN 2018

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Rizky Setiawati
NIM 3201414053

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

―Jika perjuanganmu makin berat, jangan pernah lupakan mimpi yang kamu miliki

saat pertama memulai. Itulah yang akan memotivasimu dan menyelamatkanmu

dari pikiran untuk menjadi lemah‖ – Jack Ma

―Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan‖ – Q.S Al-Insyirah: 5-6

PERSEMBAHAN

Tanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan

untuk

1. Almamaterku, Universitas Negeri Semarang.

2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak Teguh Setiadi dan Alm. Ibu Sri

Redjeki untuk segala doa, dukungan, dan semangatnya.

3. Teman seperjuanganku, Pendidikan Geografi 2014.

v
SARI
Setiawati, Rizky. 2018. Kesiapsiagaan Sekolah dalam Menghadapi Bencana
Gempa Bumi di SMP Negeri se-Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap
Tahun 2018. Jurusan Geografi FIS UNNES. Pembimbing Dr. Tjaturrahono BS,
M.Si.

Kata Kunci: Kesiapsiagaan, Gempa Bumi, Kawunganten


Indonesia merupakan salah satu Negara yang rawan terhadap bencana,
salah satunya adalah bencana gempa bumi. Oleh karena itu perlu adanya upaya
yang dilakukan untuk meminimalisir risiko yang terjadi yaitu melalui
kesiapsiagaan yang dilakukan salah satunya di lingkungan sekolah. Tujuan dari
penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui kesiapsiagaan sekolah dalam
menghadapi bencana gempa bumi (2) Untuk mengetahui upaya dalam
meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII, guru, dan tenaga
kependidikan (tendik) di SMP Negeri se-Kecamatan Kawunganten yang
berjumlah 687 orang, dengan sampel sebanyak 104 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah simple random sampling dengan mengambil sampel sebanyak
15% dari jumlah populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes,
angket, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik
deskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukan (1) Kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi
bencana gempa bumi di SMP Negeri 1 Kawunganen masuk kedalam kategori
Sangat Siap dengan persentase sebanyak 91%, di SMP N 2 Kawunganten masuk
kedalam kategori Siap dengan persentase sebanyak 71%., di SMP Negeri 3
Kawunganten masuk kedalam kategori Siap dengan persentase 68%., di SMP N 4
Satu Atap Kawunganten masuk kategori Siap dengan persentase sebanyak 63%.
(2) Upaya yang dilakukan tiap sekolah untuk meningkatkan kesiapsiagaan adalah
meningkatkna kualitas sumber daya manusia dan mengkatkan fasilitas yang
mendukung kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana.
Saran yang diberikan yaitu (1) Perlu adanya koordinasi dengan pihak
terkait dalam kesiapsiagaan bencana. (2) Meningkatkan kesiapsiagaan warga
sekolah melalui kegiatan simulasi dan sosialisasi. (3) Peningkatan fasilitas dan
sarana prasarana yang mendukung kesiapsiagaan bencana seperti adanya tanda
jalur evakuasi, tanda titik kumpul, dan penyususnan struktur organisasi untuk
kebencanaan.

vi
ABSTRACT

Setiawati, Rizky. 2018. School Preparedness in Facing Earthquake in Middle


Schools around Kawunganten Sub-District, Cilacap Regency in 2018. Geography
Department, Faculty of Social Sciences, UNNES. Advisor Dr. Tjaturrahono BS,
M.Si.

Keywords: Preparedness, Earthquake, Kawunganten

Indonesia is one of the prone countries to disasters, one of which is


earthquake. Therefore, it is necessary to make efforts to minimize the risks that
occur, namely through preparedness carried out in the school environment. The
objectives of this study are (1) To find out school preparedness in facing
earthquake disasters (2) To find out the efforts to improve school preparedness in
facing earthquake disasters.
The population in this study were grade VIII students, teachers, and
education staff in the middle schools in Kawunganten Subdistrict, amounting to
687 people, with a sample of 104 people. The sampling technique used is simple
random sampling by taking a sample of 15% the population. Data collection
techniques used were tests, questionnaires, interviews, and documentation. The
data analysis technique used descriptive percentage technique.
The results of the study showed (1) School preparedness in facing
earthquake in SMP Negeri 1 Kawunganen was included in the category of Very
Ready with a percentage of 91%, in SMP N 2 Kawunganten was in the Ready
category with a percentage of 71%, in SMP Negeri 3 Kawunganten was in the
Ready category with a percentage of 68%, in SMP N 4 Satu Atap Kawunganten
was in the Ready category with a percentage of 63%. (2) Efforts made by each
school to improve preparedness are to improve the quality of human resources and
improve facilities that support school preparedness in facing disasters.
Suggestions given are (1) Need for coordination with related parties in
disaster preparedness. (2) Increasing school community preparedness through
simulation and socialization activities. (3) Improvement of facilities and
infrastructures that support disaster preparedness such as the evacuation route
signs, gathering points, and structures of organization for disaster.

vii
PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kelancaran dan kemudahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesiapsiagaan Sekolah dalam Menghadapi
Bencana Gempa Bumi di SMP Negeri se-Kecamatan Kawunganten Kabupaten
Cilacap Tahun 2018”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Terima kasih peneliti ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri


Semarang yang telah memberikan kasempatan kepada peneliti untuk dapat
menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Moh Solehatul Mustofa, M.A, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, selaku Ketua Jursan Geografi dan
dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, membimbing, dan
memberikan arahan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Erni Suharini, M.Si, selaku dosen penguji I yang telah memberikan
kritik, saran, dan masukan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Heri Tjahjono, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah memberikan
kritik, saran, dan masukan dalam penyempurnaan skripsi.
6. Dosen dan Karyawan Jurusan Geografi yang telah membantu dan
memberikan ilmu selama perkuliahan.
7. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kawunganten yang telah memberikan izin
penelitian.
8. Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Kawunganten yang telah memberikan izin
penelitian.
9. Kepala SekolahSMP Negeri 3 Kawunganen yang telah memberikan izin
penelitian.

viii
ix
DAFTAR ISI

Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING ..Error! Bookmark not defined.


PENGESAHAN KELULUSAN ............................Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN.....................................................Error! Bookmark not defined.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
MOTTO .................................................................................................................. v
SARI....................................................................................................................... vi
ABSTRACT.......................................................................................................... vii
PRAKATA........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
5. Batasan Istilah .............................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9
1. Deskripsi Teoritis ......................................................................................... 9
2. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 26
3. Kajian Penelitian yang Relevan ................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 34
1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 34
2. Populasi Penelitian ..................................................................................... 34
3. Sampel dan Teknik Sampling .................................................................... 35
4. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36

x
5. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 37
6. Validitas dan Reliabilitas Alat ................................................................... 38
7. Teknik Analisis Data.................................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 47
1. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 47
2. Hasil Penelitian .......................................................................................... 55
a. Kesiapsiagaan Sekolah Menghadapi Bencana Gempa Bumi..................... 55
3. Pembahasan................................................................................................ 66
BAB V PENUTUP................................................................................................ 76
1. Simpulan .................................................................................................... 76
2. Saran........................................................................................................... 77
LAMPIRAN.......................................................................................................... 80

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3. 1 Populasi Penelitian............................................................................... 34
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian................................................................................. 35
Tabel 3. 3 Kategori kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana gempa
bumi ...................................................................................................................... 41
Tabel 3. 4 Kategori parameter pengetahuan dan sikap ......................................... 42
Tabel 3. 5 Kategori parameter kebijakan dan panduan......................................... 43
Tabel 3. 6 Kategori parameter rencana tanggap darurat ....................................... 44
Tabel 3. 7 Kategori parameter system peringatan dini ......................................... 44
Tabel 3. 8 Kategori parameter mobilitas sumber daya ......................................... 45
Tabel 4. 1 Jumlah siswa SMP Negeri 1 Kawunganten ....................................... 49
Tabel 4. 2 Jumlah guru dan tenaga kependidikan SMP Negeri 1 Kawunganten.. 50
Tabel 4. 3 arana dan Prasarana SMP Negeri 1 Kawunganten............................... 50
Tabel 4. 4 Jumlah siswa SMP Negeri 2 Kawunganten ......................................... 51
Tabel 4. 5 Jumlah guru dan tenaga pendidik SMP Negeri 2 Kawunganten ......... 51
Tabel 4. 6 Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Kawunganten ........................ 52
Tabel 4. 7 Jumlah siswa di SMP Negeri 3 Kawunganten ..................................... 52
Tabel 4. 8 Jumlan guru dan tenaga kependidikan di SMP N 3 Kawunganten...... 53
Tabel 4. 9 Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 3 Kawunganten ........................ 53
Tabel 4. 10 Jumlah siswa SMP Negeri 4 Satu Atap Kawunganten ...................... 54
Tabel 4. 11 Jumlah guru dan tenaga kependidikan SMP Negeri 4 Satu Atap
Kawunganten ........................................................................................................ 55
Tabel 4. 12 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 4 Satu Atap Kawunganten ......... 55
Tabel 4. 13 Hasil Analisis Variabel Kebijakan dan Panduan ............................... 58
Tabel 4. 14 Hasil Analisis Variabel Rencana Tanggap Darurat ........................... 59
Tabel 4. 15 Hasil Analisis Variabel Sistem Peringatan Dini ................................ 61
Tabel 4. 16 Hasil Analisis Variabel Mobilitas Sumber Daya ............................... 62
Tabel 4. 17 Hasil Analisis Kesiapsiagaan sekolah menghadapi bencana gempa
bumi ...................................................................................................................... 63

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 4. 1 Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 48

Gambar 4. 2 Pengisian angket oleh siswa ............................................................. 57

Gambar 4. 3 Pemberian materi terkait kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi

bencana gempa bumi............................................................................................. 57

Gambar 4. 4 Jalur evakuasi di SMP Negeri 1 Kawunganten ................................ 72

Gambar 4. 5 Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk posko kesehatan saat terjadi

bencana.................................................................................................................. 72

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Identitas Responden........................................................................... 81

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrument Tes Pengetahuan .............................................. 85

Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrument Kuesioner......................................................... 86

Lampiran 4 Instrumen Tes Pengetahuan............................................................... 87

Lampiran 5 Instrumen Angket .............................................................................. 92

Lampiran 6 Instrumen Wawancara ....................................................................... 98

Lampiran 7 Surat Penelitian.................................................................................. 99

Lampiran 8 Materi Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi .

103 Lampiran 9 Hasil Tes Pengetahuan Siswa , Guru, dan Tendik.................... 104

Lampiran 10 Hasil Angket Kesiapsiagaan .......................................................... 113

Lampiran 11 Uji Validitas Instrumen dengan Ms. Excel.................................... 114

Lampiran 12 Uji Reliabilitas Instrumen dengan Ms. Excel................................ 116

Lampiran 13 Hasil Wawancara........................................................................... 118

Lampiran 14 Analisis Data Deskriptif Persentase ............................................. 123

Lampiran 15 Foto Penelitian............................................................................... 124

Lampiran 16 Data Profil Sekolah........................................................................ 126

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki tingkat kerawanan

bencana alam yang tinggi seperti letusan gunung api, banjir, gempa bumi,

tanah longsor, tsunami, dan sebagainya (Krishna, 2008). Berdasarkan Data

Trend Bencana Indonesia yang di keluarkan oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana mulai dari tahun 2003-2017 rata-rata jumlah

kejadian bencana yang terjadi selalu mengalami peningkatan. Pada tahun

2003 terdapat 403 bencana yang terjadi, sedangkan pada tahun 2017 (per

31-12-2017) terdapat 2372 bencana yang telah terjadi (Trend Bencana

Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2003-2017).

Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara yang

memiliki tingkat kerawanan bencana yang tergolong tinggi baik itu

bencana alam, bencana non-alam, dan bencana sosial. Menurut Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1, bencana alam merupakan bencana

yang diakibatkan oleh peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan angin topan, dan tanah

longsor. Bencana non-alam merupakan suatu bencana yang diakibatkan

oleh serangkaian peristiwa non-alam seperti teknologi, gagal modernisasi,

epidemic, dan penyakit. Bencana sosial merupakan suatu bencana yang

terjadi akibat manusia seperti konflik. Bencana alam yang membawa

dampak yang merugikan bagi kehidupan manusia oleh karena itu

1
diperlukan upaya-upaya antisipasi dengan mitigasi bencana khususnya

pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi dan memiliki tingkat

kerentanan dan kerawanan tinggi (Hairumini, dkk 2016:90).

Salah satu bencana alam yag terjadi di Indonesia adalah bencana

gempa bumi. Gempa bumi merupakan berguncangnya bumi yang

disebabkan oleh tumbukan antar lempeng, aktivitas gunung api, atau

runtuhnya bangunan (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 4 Tahun 2012). Jenis gempa dilihat dari penyebabnya

terdiri dari gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa runtuhan dan gempa

buatan (Setyowati, dkk, 2016:1). Jenis gempa yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah gempa tektonik. Gempa tektonik merupakan suatu

gempa yang terjadi diakibatkan adanya pergeseran lempeng tektonik atau

karena adanya aktivitas tektonik. Gempa yang terjadi akibat adanya

aktivitas tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila gempa

tersebut terjadi di daeah samudera dan dapat memicu terjadinya tsunami.

Indonesia memiliki tingkat intensitas gempa yang tinggi hal ini

dikarenakan Indonesia itu sendiri terletak diantara pertemuan tiga lempeng

yaitu lempeng Eurasia, Indo-Ausralia, dan lempeng Pasifik. Salah satu

daerah di Indonesia yang memiliki risiko gempa bumi tinggi adalah

Kabupaten Cilacap. Berdasarkan Peta Indeks Ancaman Bencana Gempa

Bumi di Indonesia yang dibuat oleh badan Nasional Penanggulangan

Bencana (BNPB) tahun 2010, Kabupaten Cilacap merupakan salah satu

daerah yang masuk kedalam kategori tingkat ancaman tinggi. Kabupaten

2
Cilacap sudah banyak mengalami bencana gempa bumi. Tercatat pada

tahun 2010, gempa bumi terjadi di barat daya Cilacap berkekuatan 5,4 SR

dengan kedalaman 33 km. Pada tahun 2011 mengalami gempa bumi

berturut-turut yaitu pada 4 April 2011 berkekuatan 7,1 SR dengan

kedalaman 10 km, pada 26 April 2011 gempa berkekuatan 6,3 SR dengan

kedalaman 24 km dilanjutkan dengan gempa susulan berkekuatan 5,0 SR

dengan kedalaman 70 km. Pada 14 Mei 2011 terjadi gempa berkekuatan

5,7 SR dengan kedalaman 10 km, dan gempa bumi yang terakhir terjadi

pada 15 Desember 2017 dengan kekuatan 6,9 SR (Badan Nasional

Penanggulangan Bencana di Indonesia Tahun 2017).

Kabupaten Cilacap menjadi salah satu daerah yang rawan bencana

gempa bumi karena letaknya yang berada dekat dengan pertemuan

lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Kabupaten Cilacap

memduduki peringkat ke-4 nasional indeks rawan bencana gempa bumi

dan tsunami, dan memnduduki peringkat ke-58 nasional untuk indeks

rawan gempa bumi (Indeks Rawan Bencana Indonesia dalam Sugeng

Riyadi dan Dewi Liesnoor S, 2015:66). Gempa bumi yang terjadi 15

Desember 2017 banyak menimbulkan kerusakan baik itu di Kabupaten

Cilacap maupun di luar Kabupaten Cilacap. Wilayah di Kabupaten Cilacap

pada saat itu yang mengalami kerusakan terparah saat gempa bumi terjadi

yaitu pada Kabupaten Cilacap bagian selatan. Daerah tersebut mengalami

kerusakan terparah karena lokasinya yang dekat dengan pusat gempa salah

satunya adalah Kecamatan Kawunganten. Kecamatan Kawunganten

3
merupakan salah satu kecamatan yang mengalami kerusakan terparah pada

saat gempa yang terjadi di Kabupaten Cilacap pada tahun 2017 lalu.

Gempa bumi tersebut mengakibatkan lebih dari 200 bangunan mengalami

kerusakan yang terdiri dari bangunan rumah, kios, pasar, bangunan

sekolah, dan sebagainya.

Menyadari adanya risiko bencana pada daerah tersebut maka perlu

diberikan sosialisasi untuk masyarakat tentang kesadaran dan

kesiapsiagaan masyarakat dimulai sejak dini pada derah rawan bencana

yang dapat dilakukan melalui salah satunya adalah pendidikan siaga

bencana di sekolah. Kesiapsiagaan bencana yang dilakukan di sekolah

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan juga merupakan

tanggung jawab dari semua warga sekolah baik itu guru, siswa, dan juga

seluruh komponen yang berada di sekolah. Kesiapsiagaan sangat perlu

diakukan di sekolah karena sekolah menjadi salah satu tempat yang rentan

dan memiliki risiko tinggi apabila gempa bumi terjadi pada jam sekolah.

Hal ini dikarenakan pada jam tersebut, banyak siswa dan guru yang sedang

melakukan kegiatan pembelajaran.

Sekolah merupakan salah satu tempat yang efektif dalam

memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada semua warga

sekolah dan juga masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan dalam

mengurangi risiko bencana gempa bumi. Dengan demikian, sekolah

menjadi salah satu tempat yang tepat untuk dilaksanakannya pendidikan

kebencanaan yang bertujuan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi

4
risiko bencama. Kesiapsiagaan yang dilakukan di sekolah juga dapat

memberikan pengetahuan kepada siswa dan semua warga sekolah terkait

penanganan terhadap risiko bencana. Menurut UU No. 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa setiap orang berhak

mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan ketrampilan dalam

penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi

bencana maupun situasi terdapat potensi bencana (Suhada, dkk, 2014: 10).

Sekolah yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah SMP

Negeri 1 Kawunganten, SMP Negeri 2 Kawunganten, SMP Negeri 3

Kawunganten, dan SMP Negeri 4 Satu Atap Kawunganten. Beberapa

sekolah yang mengalami kerusakan pada saat gempa bumi tahun 2017

kemarin adalah SMP Negeri 2 Kawunganten dan SMP Negeri 4 Satu Atap

Kawunganten. Kerusakan yang terjadi di SMP Negeri 4 Satu Atap

Kawunganten yaitu berupa retak pada tembok pada saat gempa bumi

terjadi. Kerusakan terparah yaitu pada SMP Negeri 2 Kawunganten berupa

runtuhnya atap bangunan salah satu ruangan sehingga menyebabkan

rusaknya sarana dan prasarana seperti meja dan kursi pada ruangan kelas

tersebut dan kaca pada salah satu ruagan pecah akibat gempa. Penelitian

dilakukan di empat sekolah tersebut karena lokasinya yang berada pada

Kecamatan Kawunganten dimana kecamatan tersebut menjadi daerah

dengan kerusakan terparah dan lokasinya yang dekat dengan pusat gempa.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ―Kesiapsiagaan Sekolah

5
dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi di SMP Negeri se-Kecamatan

Kawunganten Kabupaten Cilacap Tahun 2018‖.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana

gempa bumi di SMP Negeri se-Kecamatan Kawunganten

Kabupaten Cilacap tahun 2018?

b. Bagaimana upaya sekolah untuk meningkatkan kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana gempa bumi di SMP Negeri se-

Kecamatan Kawunganten tahun 2018?

3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi

bencana gempa bumi di SMP Negeri se-Kecamatan Kawunganten

Kabupaten Cilacap tahun 2018.

b. Untuk mengetahui upaya sekolah untuk meningkatkan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi di SMP

Negeri se-Kecamatan Kawunganten tahun 2018.

4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu sumbangan untuk pengembangan dalam bidang

pendidikan yaitu dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian

terkait kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana gempa

bumi.

6
b. Manfaat Praktis

1) Memberikan pengetahuan kepada warga sekolah tentang

pengurangan risiko bencana gempa bumi.

2) Menjadikan warga sekolah lebih siap dalam menghadapi dan

mengantisipasi bencana gempa bumi.

3) Menanamkan perilaku siap dan tanggap saat bencana gempa

bumi kepada seluruh warga sekolah.

5. Batasan Istilah

a. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan

untuk meminimalisir akibat dari suatu bencana yang ditimbulkan

melalui suatu tindakan pencegahan (Greeg dalam Dodon,

2013:129).

Terdapat lima indicator dalam kesiapsiagaan sekolah yaitu

pengetahuan dan sikap, kebijakan dan panduan, rencana tanggap

darurat, system peringatan dini, dan mobilitas sumber daya.

b. Sekolah

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar

serta tepat menerima dan memberi pelajaran.

Sekolah yang dibatasi dalam penelitian ini adalah warga

sekolah yaitu guru, siswa kelas VIII, dan tendik di SMP Negeri 1

Kawunganten, SMP Negeri 2 Kawunganten, SMP Negeri 3

Kawunganten, dan SMP Negeri 4 Satu Atap Kawunganten.

7
c. Bencana gempa bumi

Gempa bumi merupakan berguncangnya bumi yang disebabkan

oleh tumbukan antar lempeng, aktivitas gunung api, atau runtuhnya

bangunan (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 4 Tahun 2012). Gempa bumi yang dibatasi dalam

penelitian in adalah gempa yang terjadi di Kabupaten Cilacap.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Deskripsi Teoritis

a. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

meminimalisir akibat dari suatu bencana yang ditimbulkan melalui suatu

tindakan pencegahan (Greeg dalam Dodon, 2013:129).

Kesiapsiagaan lebih ditunjukan untuk menghadapi kondisi saat

setelah terjadi bencana dan bagaimana upaya untuk memulihkan kembali

ke dalam kondisi normal.Upaya yang dapat dilakukan saat melakukan

kesiapsiagaan bencana adalah persiapkan diri untuk melakuka pertolongan

pertama setelah terjadi bencana, melakukan koordinasi tanggap darurat,

dan melakukan evakuasi menuju daerah yang aman terhadap bencana.

Menurut Sopaheluwakan (2006), dalam mengembangkan

kesiapsiagaan dari suatu masyarakat terdapat beberapa aspek yang perlu

diperhatikan:

1) Perencanaan dan Organisasi

Adanya suatu arahan dan kebijakan, perencanaan penanganan

situasi darurat yang tepat dan selalu diperbarui, struktur organisasi

penanggulangan bencana memadai.

2) Sumberdaya

Inventarisasi dari semua organisasi sumberdaya secara lengkap dan

pembagian tugas dan tanggung jawab jelas.

9
3) Koordinasi

Penguatan koordinasi antar lembaga/ organisasi dan kerja sama

antar lembaga terkait.

4) Kesiapan

Unit organisasi penanggulangan bencana harus bertanggung jawab

untuk memantau dan menjaga standar kesiapan semua elemen.

5) Pelatihan dan KesadaranMasyarakat

Perlu adanya pelatihan yang memadai dan adanya kesadaran

masyarakat serta ketersediaan informasi yang memadai dan akurat.

b. Manajemen Penanggulangan Bencana

Bencana (disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena

komponen-komponen pemicu (trigger), ancaman (hazard), dan kerentanan

(vulnerability) bekerja sama secara sistematis, sehingga menyebabkan

terjadinya risiko pada komunitas (Suharini, dkk, 2015:185).

Bencana alam merupakan salah satu fenomana alam yang

mengancam keberlangsungan hidup manusia (Setiyaji, dkk, 2017:9).

Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap

fungsi dari suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas

pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan dan

yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk

mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka senidiri

(Sofyatiningrum, 2009:19).

10
Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana, bencana merupakan peristiwa atau serangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan oleh factor alam dan non-alam maupun factor

manusia sehingga menimbulkan korban jiwa, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana yaitu,

bencana alam merupakan bencana yang murni terjadi disebabkan oleh

peristiwa non alam contohnya gempa bumi, gunung meletus, dan putting

beliung. Bencana akibat ulah manusia yaitu bencana yang disebabkan oleh

kekhilafan manusia contohnya kebakaran. Bencana kompleks yaitu

bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah

manusia contohnya banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan

hutan (Sofyatiningrum, 2009:20).

Menurut UU No 27 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana, Manajemen Bencana terdiri atas:

1) Tahap Pra Bencana (mencangkup Kegiatan pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, dan peringatan dini).

a) Pencegahan (prevention). Upaya yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan

meniadakan bahaya). Misalnya : Melarang pembakaran hutan

11
dalam perladangan, Melarang penambangan batu di daerah

yang curam, dan Melarang membuang sampah sembarangan.

b) Mitigasi Bencana (Mitigation). Mitigasi adalah serangkaian

upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

c) Kesiapsiagaan (Preparedness). Serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan

berdaya guna. Beberapa bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang

dapat dilakukan antara lain: penyusunan dan uji coba rencana

penanggulangan kedaruratan bencana; pengorganisasian,

pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; penyediaan

dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;

pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang

mekanisme tanggap darurat; penyiapan lokasi evakuasi;

penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur

tentang tanggap darurat bencana; dan g) penyediaan dan

penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan

pemulihan prasarana dan sarana.

d) Peringatan Dini (Early Warning) Serangkaian kegiatan

pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat

tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat

12
oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya

untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana

kemungkinan akan segera terjadi

2) Tahap saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat

untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan bantuan

darurat dan pengungsian

a) Tanggap Darurat (response). Tanggap darurat adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat

kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang

ditimbulkan yang meliputi kegiatan penyelamatan dan

evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,

perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta

pemulihan prasarana dan sarana. Beberapa aktivitas yang

dilakukan pada tahapan tanggap darurat antara lain

pengkajianyang dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan

sumberdaya; penentuan status keadaan darurat bencana;

penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

pemenuhan kebutuhan dasar; perlindungan terhadap kelompok

rentan; dan pemulihan dengan segera prasaran dan sarana vital

(UU Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 48 tentang Penaanggulangan

Bencana).

b) Bantuan Darurat (relief) merupakan upaya untuk memberikan

bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa

13
: pangan, sandang, tempat tinggal sementara, kesehatan,

sanitasi dan air bersih.

3) Tahap pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi,

dan rekonstruksi.

a) Pemulihan (recovery). Pemulihan adalah serangkaian kegiatan

untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan

hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan 28 kembali

kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya

rehabilitasi. Beberapa kegiatan yang terkait dengan pemulihan

adalah perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan

prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan

rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan

kesehatan, ekonsiliasi dan resolusi konflik, pemulihan sosial

ekonomi budaya, dan pemulihan fungsi pelayanan publik.

b) Rehabilitasi (rehabilitation). Rehabilitasi adalah perbaikan dan

pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat

sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana

dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya

secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan

masyarakat pada wilayah pascabencana. Rehabilitasi dilakukan

melalui kegiatan : perbaikan lingkungan daerah bencana,

perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan

perbaikan rumah masyarakat, pemulihan sosial psikologis,

14
pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan resolusi konflik,

pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan

ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan

fungsi pelayanan publik.

c) Rekonstruksi (reconstruction). Rekonstruksi adalah perumusan

kebijakan dan usaha serta langkahlangkah nyata yang

terencana baik, konsisten dan berkelanjutan untuk membangun

kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistem

kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun

masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh berkembangnya

kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum

dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi 29

masyarakat sipil dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat

di wilayah pasca bencana. Lingkup pelaksanaan rekonstruksi

terdiri atas program rekonstruksi fisik dan program

rekonstruksi non fisik.

Menurut Carter dalam Mulyaningsih (2015:238) manajemen

penanggulangan bencana (disaster managemen) adalah an applied sciene

wich seeks, by the systematic observation and analysis of disaster, to

improve measure relating to prevention, mitigation, preparedness,

emergency response and recovey. Manajemen penanggulangan bencana

merupakan suatu ilmu yang didalamnya memiliki tujuan dalam

memningkatkan penanggulangan bencana yang dilakukan melalui suatu

15
proses pengamatan dan analisis tentang bencana yang terjadi baik itu dari

pencegahan, mitigasi,kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Siklus penanggulangan bencana terdiri dari tiga aktivitas yaitu Prabencana,

Bencana, dan Pascabencana. Manajemen bencana ini sangat penting untuk

dilakukan karena dengan adanya manajemen bencana tersebut menjadikan

penanggulangan terhadap bencana dapat terorganisir dengan baik.

Menurut buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko

Bencana 2006-2010:II-1), terdapat factor penyebab bencana antara lain

(Kristanti, 2013:14):

1) Bahaya alam (natural hazard) dan bahaya ulah manusia (man-

made hazard) yang menurut United Nation International Strategy

for Disaster Reduction (UNISDR) dapat dikelompokan menjadi

Bahaya Geologii (Geologycal hazard), Bahaya Hidrometeorologi

(Hydrometeorogical hazard), Bahaya Biologi (Biological hazard),

Bahaya Teknologi (Technological hazard), dan penurunan kualitas

lingkungan (Enviromental Degradation).

2) Kerntanan (Vulnerability) yang tinggi dari masyarakat,

infrastruktur, serta elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang

berisiko bencana.

3) Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen dalam masyarakat.

Pengetahuan kebencanaan yang dimiliki memegang peranan

penting dalam proses penyelamatan diri ketika bencana terjadi

(Wicaksono, 2007). Setiap orang harus memiliki tingkat pengetahuan

16
kebencanaan khususnya pada daerah yang telah ditetapkan menjadi daerah

yang rawan terjadinya bencana. Apabila kita memahami dan mengetahui

bencana dengan baik maka akan menjadi semakin mudah dalam

melakukan langkah-langkah penyelamatan yang tepat. Menurut

Wicaksono, langkah-langkah dalam peningkatan pengetahuan

kebencanaan adalah:

1) Mengenali fenomena-fenomena alam yang dapat menimbulkan

terjadinya bencana.

2) Mempelajari tentang bencana baik itu dari proses terjadinya,

penyebab, sampai tindakan yang harus dilakukan pada saat atau

setelah bencana terjadi.

3) Memotivasi diri sendiri dan keluarga dalam menghadapi bencana.

c. Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan berguncangnya bumi yang disebabkan

oleh tumbukan lempeng, patahan aktif, aktivitas gunung api atau runtuhan

batuan (UU Nomor 24 Tahun 2007). Gempa bumi terjadi karena adanya

tumbukan antara lempeng samudera dan lempeng benua di zona subduksi

(tumbukan). Setiap gempa bumi memiliki kekuatan dan intensitas yang

berdeda.Intensitas gempa bumi merupakan tingkat kerusakan yang

dirasakan pada tempat terjadinya gempa bumi.

17
Menurut Suharjanto (2013) Gempa bumi merupakan getaran yang

bersifat alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak

berkelanjutan.

Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Bencana Nomor 4 Tahun 2012, gempa bumi merupakan berguncangnya

bumi yang disebabkan oleg tumbukan antar lempeng, aktivitas gunung api,

atau runtuhnya batuan.

Akibat yang ditimbulkan dari gempa bumi adalah hancurnya

bangunan yang terjadi karena adanya suatu goncangan.Jatuhnya korban

jiwa yang terjadi karena tertimpa reruntuhan bangunan dan juga hilangnya

harta benda.Apabila gempa bumi terjadi di dasar lautan maka dapa

memicu terjadinya tsunami.Berbagai peristiwa yang disebabkan oleh

gempa dapat dibedakan menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, gempa

runtuhan, dan gempa buatan (Setyowati, dkk, 2016:2).

1) Gempa tektonik merupakan gempa yang terjadi akibat adanya

aktivitas tektonik yaitu pergeseran antar lempeng tektonik yang

memiliki kekuatan kecil sampai besar.

2) Gempa vulkanik merupakan gempa yang terjadi akibat adanya

aktivitas gunung api yang biasanya terjadi apabila gunung akan

meletus.

3) Gempa runtuhan terjadi pada daerah kapur, dan pertambangan.

4) Gempa bumi buatan merupakan jenis gempa yang terjadi karena

adanya aktifitas oleh manusia.

18
Sebelum gempa bumi terjadi biasanya muncul tanda-tanda ataupun

gejala yang menandakan akan datangnya gempa. Namun walaupun tanda-

tanda tersebut terjadi, gempa datang pada waktu yang tidak bisa

diperkirakan. Empat gejala terjadinya gempa bumi adalah:

1) Awan tornado

Terjadi karena adanya gelombang elektromagnetik yang berasal dari

dalam bumi yang berkekuatan besar yang mampu menjadikan awan

berbentuk tersedot kebawah karena daya listrik pada awan tersebot

oleh kekuatan gelombang elektromagnetis. Tetapi kemunculan awan

tornado ini tidak selalu menandakan bahwa akan terjadi gempa bumi.

2) Gelombang elektromatis di dalam rumah

Gelombang tersebut biasanya menjadikan gambar pada televise

menjadi tidak jelas dan lampu dalam keadaan menyala walaupun tidak

tersambung oleh listrik.

3) Perilaku hewan yang gelisah

4) Air tanah surut

Gempa bumi yang terjadi akan membawa dampak secara langsung

maupun tidak langsung bagi kehidupan di bumi. Dampak langsung yang

ditimbulkan karena adanya gempa adalah adanya suatu getaran yang

berasal dari bumi, kerusakan bangunan, tanah longsor, dan

tsunami.Sedangkan dampak tidak langsung yang ditimbulkan dari gempa

bumi adalah gangguan ekonomi, wabah penyakit, dan kebakaran.

19
Menurut Wicaksono, Willy (2007), tips yang dilakukan apabila

bencana gempa bumi terjadi adalah:

1) Menunduk dan melindungi kepala di tempat yang aman.

2) Apabila sedang tidur saat gempa terjadi maka tunggulah sampai

gempa mereda dan lindungi kepala dengan bantal.

3) Apabila sedang berada diluar ruangan, carilah tempat yang aman yang

jauh dari kemungkinan robohnya bangunan, kabel, dan lain-lain.

4) Jika sedang berada di dalam mobil, maa segeralah tepikan mobil

ditempat yang aman dan keluarlah dari kendaraan.

5) Menginformasikan kepada seluruh keluarga dan masyarakat lewat

bahwa gempa sedang terjadi.

6) Memeriksa diri sendiri apakah ada yang terluka dan lindungilah diri

dari ancaman bahaya selanjutnya.

7) Berikan pertolongan pada korban yang mengalami luka atau cedera.

8) Carilah pemadam api apabila terjadi kebakaran.

9) Hidupkan media infirmasi seperti hp, radio, atau televisi untuk

memperoleh instruksi dan informasi lanjutan.

Gempa bumi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.nTidak

semua gempa bumi dapat berpotensi terjadinya tsunami.Gempa yang

terjadi di dasar laut dapat memicu terjadinya tsunami. Menurut Wicaksono

(2007), tanda-tanda gempa bumi yang dapat memicu terjadinya tsunamki

yaitu:

1) Gempa bumi terjadi dengan durasi lebih dari satu menit.

20
2) Tidak dapat berdiri dengan posisi yang tegak atau berjalan pada saat

gempa terjadi.

3) Gempa bumi menyebabkan tiang pondasi, dan lantai menjadi rusak.

d. Kesiapsiagaan Sekolah Menghadapi Bencana Gempa Bumi

Menurut Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nomor

4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan

Bencana, kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan pemberian

peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan

terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

Menurut LIPI-UNESCO/ISDR (2006) indikator yang digunakan

untuk mengukur kesiapsiagaan sekolah untuk mengantisipasi bencana

alam khususnya gempa bumi adalah

1) Pengetahuan dan sikap

Pengetahuan adalah factor utama dalam kesiapsiagaan.Pengetahuan

yang dimiliki oleh seseorang dapat berpengaruh terhadap sikap dan

rasa peduli masyarakat dalam mengantisipasi bencana terutama pada

masyarakat yang bertempat tinggal di daerah yang rawan bencana.

2) Kebijakan

Kebijakan sekolah adalah suatu keputusan yang dibuat mengenai hal-

hal yang perlu didukung dalam pelaksanaan penerapan sekolah aman

bencana.

3) Perencanaan Kesiapsiagaan

21
Bertujuan untuk menjamin adanya tindakan cepat dan tepat pada saat

terjadi bencana. Bentuk dari perencanaan ini adalah dokumen-

dokumen berupa rencana kedaruratan/ kontinjensi, dokumen

pendukung kesiapsiagaan, dan system peringatan.

4) Sistem peringatan dini

Sistem ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi

terjadinya bencana. Dengan adanya peringatan dini, masyarakat dapat

melakukan tindakan untuk mengurangi adanya korban jiwa dan

kerusakan harta benda. Oleh karena itu perlu adanya sebuah simulasi

tentang bagaimana tindakan yang harus dilakukan apabila bencana

terjadi.

5) Mobilitas sumber daya

Sekolah harus menyediakan sumber daya manusia, dan sarana

prasarana untuk menjamin kesiapsiagaan bencana di

sekolah.Mobilitas sumber daya didasarkan pada kemampuan sekolah

dan pemangku kepentingan sekolah.

Tabel 2. 1 Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah dalam Mengantisipasi

Bencana Gempa Bumi

No Parameter Variabel Indikator


1 Pengetahuan dan Pengetahuan: - Menjelaskan tipe-tipe,
Sikap - Kejadian alam sumber, penyebab, dan
dan bencana (tipe, intnsitas bencana
sumber, besaran, - Menyebutkan jenis-jenis
lokasi) bencana yang terjadi
- Bencana ikutan/ setelah gempa
turunan yang - Menjelaskan kerentanan
diakibatkan lingkungan dan bangunan
terjadinya gempa fisik sekolah
- Kerentanan fisik

22
(lokasi dan kondisi
bangunan.
- Motivasi komunitas
Sikap terhadap sekolah untuk
risiko bencana kesiapsiagaan
mengantisipasi terjadinya
bencana.
2 Kebijakan dan Kebijakan - Adanya kebijakan
Panduan pendidikan dan panduan
untuk kesiapsiagaan
bencana.
- Tersedianya fakta/ data
pelaksanaan kebijakan
pendidikan bencana.

Peraturan - Adanya peraturan


pendidikan yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan
bncana.
- Tersedianya data tentang
pelaksanaan peraturan
pendidikan yang berkaitan
dengan kesiapsiagaan.
3 Rencana Tanggap Rencana untuk - Tersedianya rencana
Darurat merespon keadaan sekolah untuk keadaan
darurat darurat.
- Tersedianya prosedur
tetap sekolah untuk
keadaan darurat.

Rencana Evakuasi Tersedianya rencana


tempat-tempat, peta dan
jalur evakuasi.

Pertolongan - Tersedianya rencana


Pertama, pertolongan pertama.
Penyelamatan, - Tersedianya rencana
Keselamatan, dan penyelamatan, keselamatan,
Keamanan dan pengamanan sekolah.

- Tersedianya back-up
Pemenuhan dokumen-dokumen penting
Kebutuhan Dasar sekolah.
- Tersedianya data tentang
alokasi kebutuhan dasar.

- Tersedianya dokumen—
dokumen, peralatan penting
Peralatan dan sekolah dan tempat
Perlengkapan penyimpana aman.

23
- Tersedianya alamat dan
no. telepon fasilitas penting
- Adanya akses terhadap
Fasilitas-fasilitas fasilitas penting.
penting (Rumah
Sakit, Polisi, PAM,
PLN, Telkom) - Adanya akses terhadap
pendidikan kesiapsiagaan
bencana.
Latihan dan - Frekuensi latihan dan
Simulasi simulasi.
4 Sistem Peringatan Tradisional yang Adanya akses terhadap
Bencana berlaku secara sumber informasi
turun temurun peringatan bencana
tradisional atau local.

Sistem Peringatan Adanya akses terhadap


Tsunami sumber informasi system
(Teknologi- tanda, peringatan tsunami.
sinyal, standar)

Instalasi (teknik, Adanya peralatan yang


peralatan, tanda, dapat menangkap informasi
dan sinyal) peringatan bencana.

Tersedianya prosedur
Diseminasi distribusi informasi
peringatan dan peringatan bencana.
mekanisme
- Jumlah guru dan siswa
Latihan dan yang telah dilatih.
simulasi - Frekuensi latihan dan
simulasi.

5 Mobilitas Sumber Penataan Tersedianya tim yang


daya Kelembagaan bertugas untuk keadaan
darurat.

Sistem Komando Tersedianya prosedur untuk


keadaan darurat bencana.

Adanya keterlibatan
Komunikasi dan seekolah dalam jaringan
Koordinasi antar kesiapsiagaan.
Stakeholder yang
relevan
Jumlah guru dan urid yang
Sumber Daya dilatih untuk kesiapsiagaan

24
Manusia dan pengelolaan tanggap
darurat bencana.

Tersedianya materi dan


bahan kesiapsiagaaan
Bimbingan Teknis
dan Penyediaan
Materi Adanya mobilisasi dana
untuk kesiapsiagaan.
Pendanaan
Tersedianya rencana untuk
mengintegrasikan materi
Pemantauan dan kesiapsiagaan bencaana
Evakuasi kedalam kurikulum mata
pelajaran yang relevan,
muatan local atau ekskul.
Sumber : Kajian Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah LIPI-UNESCO/

ISDR, 2006.

25
2. Kerangka Berpikir

Bencana merupakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa

yang mengancam dan menggangu kehidupan dan penghidupan

masyarakat. Bencana terdiri dari bencana alam, bencana non alam, dan

bencana sosial. Bencana ala merupakan suatu peristiwa yang mengancam

yang terjadi karena adanya factor dari alam salah satu contohnya adalah

bencana gempa bumi. Gempa bumi terjadi karena adaya tumbukan antar

lempeng, aktivitas gunung api, atau runtuhnya batuan yang menyebabkan

bumi berguncang. Gempa bumi yang terjadi dapat menyebabkan berbagai

kerusakan baik kerusakan sosial, kerusakan psikologis, dan kerusakan

fisik. Untuk mengurangi adanya risiko yang ditimbulkan dari bencana

gempa bumi, maka perlu adanya kesiapsiagaan yang dimulai sejak dini

yaitu dimulai dari sekolah karena sekolah menjadi salah satu tempat yang

efektiv untuk menyalurkan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Komponen

yang ada di sekolah melibatkan seluruh warga sekolah yaitu siswa, guru,

tendik, dan semua yang berada di lingkungan sekolah bersama-sama

dalam sekolah siaga bencana dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana

gempa bumi. Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi

memil lima indicator yang harus terpenuhi yaitu pengetahuan dan sikap,

kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sisitem peringatan dini,

dan mobilitas sumber daya. Unstuck lebih jelasnya, dirangkum dalam

bagan kerangka berpikir di bawah ini:

26
Bencana alam

Risiko Bencana Gempa


Bumi

Kerusakan sosial: Kerusakan fifik:


Kerusakan
- Korban luka - Hancurnya gedung
psikologis
- Hilangnya
- Korban jiwa hartabenda

Sekolah

Guru Tendik Siswa

Bersama-sama dalam
sekolah siaga bencana

Kesiapsiagaan sekolah dalam


menghadapi gempa bumi
dengan 5 variabel:
- Pengetahuan dan sikap
- Kebijakan
- Rencana Tanggap Darurat
- Sistem Peringatan Dini
- Mobiitas Sumber Daya

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

27
3. Kajian Penelitian yang Relevan
Teknik
No Pengarang Judul Tujuan Analisis Hasil Penelitian
Data
1 Solpin Kesiapsiagaan Mengidentifi Deskriptif SMA Negeri 1
Faedah Sekolah dalam kasi Kuantitatif Wedi termasuk
(2016) Menghadapi kesiapsiagaan dalam kategori
Bencana dalam hamper siap
Gempa Bumi menghadpai dengan
di SMA N 1 bencana perolehan nilai
Wedi gempa bumi indeks 61,38%.
Kabupaten Komponen
Klaten sekolah
memperoleh
indeks 61,966%
masu dalam
kategori hamper
siap dibuktikan
dengan adanya
peralatan yang
dapat
menangkap
informasi
tentang
peringatan
bencana melalui
simulasi. Indeks
kesiapsiagaan
guru 60,18%
masuk kategori
hamper siap
sedangkan
kesiapsiagaan
siswa 66, 34%
masuk kategori
siap.
2 Agustian Kesiapsiagaan Menghasilka Deskriptif - Pemahaman
Deny A. Guru SMA N n informasi Kualitatif guru tentang
(2017) 1 Prambanan mengenai bencana gempa
dalam pemahaman bumi relative
Menghadapi guru SMA N baik dengan
Bencana 1 Prambanan jawabanyang
Gempa Bumi tentang cenderung
bencana mengarah pada
gempa bumi jawaban sangat
melalui cara sesuai atau

28
berpikir dengan
ORID persentase
(Objective, 83,81%.
Refective, - Kesiapsiagaan
Interpretative guru dalam
, dan menghadapi
Decision) dan bencana gempa
Kesiapsiagaa bumi
n guru SMA dikategorikan
N1 siap dengan
Prambanan nilai indeks
dalam 71,9%.
menghadapi
bencana
gempa bumi
melalui
parameter
pengetahuan
dan sikap,
rencana
tanggap
darurat,
system
peringatan
dini,
mobilitas
sumber daya.
3 Ananto Kesiapsiagaan Mengevaluas Deskriptif Kesiapsiagaan
Aji (2015) Masyarakat i Presentase masyarakat desa
dalam kesiapsiagaan Welahan dan
Menghadapi masyarakat Desa Ketileng
Bencana Kecamatan Singolelo pada
Banjir Welahan tahap pra
Bandang di dalam bencana
Kecamatan menghadapi tergolong
Welahan bencana rendah, bahkan
Kabupaten banjir, baik menurut
Jepara pada saat pra narasumber
bencana, (perangkat desa)
ketika tergolong sangat
bencana, dan rendah. Pada
setelah tahap bencana
bencana (tanggap
terjadi darurat) dan
pasca bencana
tergolong

29
sedang.
4 Nur Kesiapsiagaan - Mengetahui Deskriptif - Kesiapsiagaan
Faizah R. Bencana tingkat Kuantitatif siswa SMP N 2
(2016) Gempa Bumi kesiapsiagaan Imogiri dala
pada Siswa siswa SMP menghadapi
SMP Siaga Siaga bencana gempa
Bencana di Bencana bumi masuk
Kabupaten dalam pada kategori
Bantul (SMP menghadapi ―siap‖.
Negeri 2 bencana - Upaya sekolah
Imogiri) gempa bumi. meningkatkan
- Mengetahui kesiapsiagaan
upaya yang siswa
dilakukan dilaksanakan
sekolah untuk melalui
meningkatka berbagai
n program.
kesiapsiagaan
siswa dalam
menghadapi
bencana
gempa bumi.
5 Fadli Identifikasi - Mengetahui Deskriptif Pengetahuan
Suhada, Kesiapsiagaan kesiapsiagaan Kualitatif dan
Khairuddi Komunitas dan kesiapsiagaan
n, M. Sekolah SMA pengetahuan komunitas
Dirmansya Negeri 2 Kluet komunitas sekolah
h (2014) Utara dalam sekolah terhadap
Menghadapi terhadap bencana gempa
Bencana bencana bumi dan
Gempa Bumi gempa bumi tsunami sudah
dan Tsunami dan tsunami. termasuk
- Mengetahui kategori baik.
kesiapsiagaan Dengan nilai
sarana dan rata-rata
prasarana pengetahuan
komunitas komunitas
sekolah skolah terhadap
terhadap bencana adalah
bencana 61,41%, dan
gempa bumi rata-rata
dan tsunami. kesiapsiagaan
59,89%, serta
sarana dan
prasarana dalam
menghadapi

30
bencana juga
sudah memiliki
saluran telepon
dan jaringan
internet, namun
belum ada
tempat
pelindung.
6 Rizky Kesiapsiagaan - Mengetahui Deskriptif - Kesiapsiagaan
Setiawati Sekolah dalam kesiapsiagaan Kuantiatif sekolah dalam
(2018) Menghadapi sekolah menghadapi
Bencana dalam bencana gempa
Gempa Bumi menghadapi bumi di SMP
di SMP Negeri bencana Negeri 1
se-Kecamatan gempa bui. Kawunganen
Kawunganten - Upaya masuk kedalam
Kabupaten sekolah kategori Sangat
ilacap Tahun dalam Siap dengan
2018 meningkatka persentase
n sebanyak 91%,
kesiapsiagaan di SMP N 2
menghadapi Kawunganten
bencana masuk kedalam
gempa bumi kategori Siap
dengan
persentase
sebanyak 71%.,
di SMP Negeri
3 Kawunganten
masuk kedalam
kategori Siap
dengan
persentase
68%., di SMP N
4 Satu Atap
Kawunganten
masuk kategori
Siap dengan
persentase
sebanyak 63%.
- Upaya yang
dilakukan tiap
sekolah untuk
meningkatkan
kesiapsiagaan
adalah

31
meningkatkna
kualitas sumber
daya manusia
dan mengkatkan
fasilitas yang
mendukung
kesiapsiagaan
sekolah dalam
menghadapi
bencana.

Sumber: Jurnal Pendidikan Geografi, Indonesian Journal of Conservation, dan


Jurnal Ilmu Kebencanaan

Berdasarkan hasil kelima penelitian terdahulu pada tabel diatas

terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh peneliti yaitu membahas tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana gempa bumi.

Penelitian yang dilakukan oleh Faedah, Solphin (2016) dengan

judul Kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi Bencana Gempa Bumi di

SMA Negeri 1 Wedi Kabupaten Klaten memiliki kesamaan yaitu

membaas tentang kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana

gempa bumi. Penelitian yang dilakukan oleh Agustin Deny Ardiansyah

(2017) yang berjudul Kesiapsiagaan Guru SMA Negeri 1 Prambanan

dalam menghadapi Bencanna Gempa Bumi memiliki sedikit kesamaan

dalam variabel penelitian namun memiliki perbedaan dalam subjek

penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Aji, Ananto (2015) yang

berjudul Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir

Bandang di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara memiliki kesamaan

dalam variable penelitian tetapi memiliki perbedaan pada topik penelitian.

32
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Nur Faizah (2016) yang

berjudul Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Siswa SMP Siaga

Bencana di Kabupaten Bantul (SMA Negeri 2 Imogiri) memiliki

kesamaan yaitu pada topik pembahasan dan variabel penelitian. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Suhada, Fadli dkk (2014) yang berjudul

Identifikasi Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah SMA Negeri 2 Kluet Utara

dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami juga memiliki

kesamaan pada variabel penelitian.

Sedangkan untuk perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian

berbeda. Selain itu juga subjek atau sampel yang dijadikan penelitian juga

berbeda.

33
BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa:

a. Kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi di

SMP Negeri 1 Kawunganen masuk kedalam kategori Sangat Siap

dengan persentase sebanyak 91%. Kesiapsiagaan sekolah dalam

menghadapi bencana gempa bumi di SMP N 2 Kawunganten

masuk kedalam kategori Siap dengan persentase sebanyak 71%.

Kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana gempa bumi di

SMP Negeri 3 Kswungsnten masuk kedalam kategori Siap dengan

persentase 68%. Kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi

bencana gempa bumi di SMP N 4 Satu Atap Kawunganten masuk

kategori Siap dengan persentase sebanyak 64%.

b. Upaya yang dilakukan tiap sekolah untuk meningkatkan

kesiapsiagaan adalah meningkatkna kualitas sumber daya manusia

dan mengkatkan fasilitas yang mendukung kesiapsiagaan sekolah

dalam menghadapi bencana.

76
2. Saran

a. Perlu adanya koordinasi dengan pihak terkait dalam kesiapsiagaan

bencana.

b. Meningkatkan kesiapsiagaan warga sekolah melalui kegiatan

simulasi dan sosialisasi.

c. Peningkatan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung

kesiapsiagaan bencana seperti adanya tanda jalur evakuasi, tanda

titik kumpul, dan penyususnan struktur organisasi untuk

kebencanaan.

77
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Ananto. 2015. Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir


Bandang di Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara.Indonesian Journal of
Conservation.Volume 4.Nomor 1. Hal 1-8.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Indonesia Tahun 2017. Diakses pada
9 Maret 2018.
http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/datagempa.php
Daryanto S, S. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo.
Dodon. 2013. Indikator dan Perilaku Kesiapsiagaan Masyarakat di Pemukiman
Padat Penduduk dalam Antisipasi Berbagai Fase Bencana Banjir. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota.Volume 24.Nomor 2. Hal 125-140.
Faedah, Solpin. 2016. Kesiapsiagaan Sekolah dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi di SMA Negeri 1 Wedi Kabupaten Klaten.Naskah Publikasi.
Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Hairumini, Dewi Liesnoor S, Tjaturahono BS. 2016. Kearifan Lokal Rumah
Tradisional Aceh sebagai Warisan Budaya untuk Mitigasi Bencana Gempa
dan Tsunami. Journal of Educational Social Studies.Volume 1.Nomor 5.
Hal 89-96.
Kristanti. 2013. Kesiapsiagaan Masyarakat terhadap Bencana Gempa Bumi di
DUsun Piring Desa Srihardono Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul
Yogyakarta.Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Mulyaningsih, Sri. 2015. Vulkanologi. Yogyakarta: Ombak.
Paton, Douglas. 2003. Disaster Preparedness: A Social-Cognitive Perspective.
Disaster Prevention and Management: An International Journal, Vol. 12
Issue: 3, pp. 210-216.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun
2012.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.
Pribadi, Krishna S. dan Ayu Krishna Y. 2009. Pendidikan Siaga Bencana Gempa
Bumi Sebagai Upaya Meningkatkan Keselamatan Siswa (Studi Kasus
Pada SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2 Kabupaten Bandung). Jurnal
ABMAS. Volume 9 Nomor 9.

78
Rahmawati, Nur Faizah. 2016. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi pada Siswa
SMP SIaga Bencana di Kabupaten Bantul (SMP N 2 Imogiri).Artikel.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Seni, Wildan, Nazli Ismail, dan Ismail AB. 2013. Pendidikan Mitigasi Bencana
Berbasis Lingkungan Masyarakat terhadap Jalur Evakuasi Gempa Bumi
Berpotensi Tsunami (Studi Kasus Kecamatan Kuta Alam Kota Banda
Aceh).Jurnal Biotik.Volume 1.Nimor 2. Hal 67-136.
Setiyaji, Arif, Sunarko, dan Satyanta Parman. 2017. Pelaksanaan Program
Sekolah Siaga Bencana di SMA Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun 2016.
Edu Geography. Volume 5.Nomor 1. Hal 8-17.
Setyowati, Dewi Liesnoor, Isti Hidayah, Juhadi, Tjaturahono BS, Ananto Aji, M.
Aryono, Arif Widianto, dan Satya Budi N. 2016. Panduan Pengurangan
Risiko Bencana (PRB) Sekolah. Semarang: Swadaya Manunggal.
Sopaheluwakan, Jan. 2006. Kajian Kesiapsiagaan dalam Mengantisipasi Bencana
Gempa Bumi dan Tsunami. Jakarta: LIPI-UNESCO/ ISDR.
Sugiyono, 2015.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta.
Suharjanto. 2013. Rekayasa Gempa. Yogyakarta: Penerbit Kepel Perss.
Suhada, Fadli, Khairudin, dan M. Dirmansyah. 2014. Identifikasi Kesiapsiagaan
Komunitas Sekolah SMA Negeri 2 Kluet Utara dalam Menghadpai
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami. Jurnal Ilmu Kebencanaan. Volume
1.Nomor 2. Hal 9-15.
Suharini, Erni, Dewi Liesnoor S, dan Edi Kurniawan. 201. Pembelajaran
Kebencanaan Bagi Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Banjir DAS
Beringin Kota Semarang.Jurnal Forum Ilmu Sosial.Volume 42.Nomor 2.
Hal 184-195.
Sofyatiningrum, Etty. 2009. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko
Gempa Bumi. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
Wiarto, Giri. 2017. Tanggap Darurat Bencana Alam. Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Wicaksono, Willy. 2007. Pedoman Menghadapi Bencana Gempa Bumi dan
Tsunami. Jakarta: Ikreasi.
Yahya, Gutama Putra, Erni Suharini, dan Saptono Putro. 2017. Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Banjir di Desa Soditan
Kecamatan Lasem KAbupaten Rembang Tahun 2017.Artikel. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

79

You might also like