You are on page 1of 7

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK KELUARGA DI DALAM RUMAH

DENGAN KEJADIAN BRONCHOPNEUMONIA PADA BALITA


DI RUANG NUSA INDAH RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO BOJONEGORO

Oleh

Siti Patonah, S.Kes,Ns, M.Kes

ABSTRAK

Penyakit bronchopneumonia pada balita banyak terjadi, salah satu penyebabnya adalah perilaku
merokok keluarga di dalam rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku
merokok keluarga di dalam rumah dengan kejadian bronchopneumonia (BP) pada balita.

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan case control. Populasinya semua
anak balita yang menderita BP di Ruang Nusa Indah RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo
Bojonegoro pada bulan September sampai dengan Desember 2012. Populasi kontrolnya adalah semua
anak balita yang tidak menderita BP di R. Nusa Indah RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo
Bojonegoro pada bulan September sampai dengan Desember 2012. Tehnik sampling yang digunakan
adalah simple random sampling. Cara pengambilan data dengan kuesioner dan data dari rekam medik.
Analisa data dengan uji coefficient contingency.

Hasil penelitian 36 responden yang tidak menderita BP lebih dari sebagian perilaku merokok di
dalam rumah dengan kategori ringan sebanyak 31 orang (63,9%). Pada balita yang menderita BP
perilaku merokok keluarga di dalam rumah kategori berat sangat sebanyak 11 orang (100%).
Dibuktikan dengan hasil dari uji chi square, nilai asymp.sig. (2-sided) = 0,000, sehingga lebih kecil dari
α = 0,05. Maka H0 ditolak. Uji asosiasi coefficient contingency didapatkan value 0,462, sehingga ada
hubungan perilaku merokok keluarga di dalam rumah dengan kejadian BP pada balita dengan korelasi
relatif kurang kuat.

Kurangnya kesadaran keluarga tentang kebiasaan merokok di dalam rumah mengakibatkan balita
terpapar asap rokok dan dapat menderita bronchopneumonia.

Kata Kunci : Perilaku Merokok, Kejadian Bronchopneumonia Pada Balita

29
PENDAHULUAN merokok 95% menyebabkan kanker paru pada
pria, 70% menyebabkan kanker paru pada
Bronchopneumonia merupakan salah wanita, 60%-80% menyebabkan penyebabkan
satu infeksi saluran pernafasan bagian bawah. penyakit pernafasan kronis, 53,5%
Para keluarga yang mempunyai balita tidak menyebabkan bronchopneumonia pada balita,
menyadari tentang bahaya dari penyakit ini. dan  30% menyebabkan menyebabkan
Kemungkinan besar para orang tua juga tidak penyakit kardiovaskuler. Sedangkan sebanyak
mengetahui tentang penyebab dari penyakit 43 juta anak merupakan perokok pasif.
bronchopneumonia ini. Salah satu penyebab Berdasarkan data dari rekam medik yang ada di
penyakit bronchopneumonia adalah perilaku RSUD Kelas B Dr. R. Sososodo Djatikoesomo
merokok orang tua. Meskipun semua orang Kabupaten Bojonegoro prevalensi
tahu akan bahaya yang akibat merokok, bronchopneumonia pada balita pada tahun 2012
perilaku merokok tidak pernah surut dan adalah 37,7%. Dari Survei awal yang dilakukan
tampaknya merupakan perilaku yang masih peneliti didapatkan dari 6 balita, seluruhnya
dapat ditolerir oleh masyarakat (DepKes RI, (100%) orang tuanya merokok di dalam rumah.
2010).
Merokok adalah suatu kebiasaan yang
Berdasarkan data dari hasil laporan sering kita lihat di dalam kehidupan sehari-hari.
WHO 2010 dengan statistik jumlah perokok Gaya hidup atau life style ini menarik, dan tanpa
1,35 miliar orang. Daftar 10 negara perokok kita sadari sebagai suatu masalah kesehatan,
terbesar di dunia China sebanyak 390 juta minimal dianggap sebagai suatu faktor resiko
perokok atau 29% per penduduk, India dari berbagai macam penyakit termasuk infeksi
sebanyak 144 juta perokok atau 12,5% per saluran pernafasan
penduduk, Indonesia sebanyak 65 juta perokok (http://www.infopuskesmas.com). Asap rokok
atau 28% per penduduk (225 miliar batang per dengan segala yang dikandungnya akan
tahun), Rusia sebanyak 61 juta perokok atau merusak epitel saluran nafas, menyebabkan
43% per penduduk, Amerika Serikat sebanyak hiperplasi metaplasi dan displasi epitel hingga
58 juta perokok atau 19% per penduduk, Jepang merusak silia menyebabkan hipersekresi
sebanyak 49 juta perokok atau 38% per dengan sekret terkumpul pada lumen saluran
penduduk, Brazil sebanyak 24 juta perokok nafas (Majalah Paru Indonesia, 1 Januari 1984
atau 12,5% per penduduk, Bangladesh ). Perokok pasif mempunyai resiko tinggi
sebanyak 23,3 juta perokok atau 23,5% per terhadap kanker paru, jantung dan pernafasan.
penduduk, Jerman sebanyak 22,3 juta perokok Bagi anak dibawah umur terdapat resiko
atau 27% dan Turki sebanyak 21,5 juta perokok kematian mendadak akibat terpapar asap rokok
atau 30,5%. Sedangkan menurut data statistik (Jaya Muhammad, 2009 ). Khusus bagi anak-
perokok Indonesia dari kalangan anak-anak dan anak dapat meningkatkan resiko untuk
remaja pria sebanyak 24,1% anak/remaja pria, mendapatkan serangan ISPA dan gangguan
wanita sebanyak 4,0% anak/remaja wanita atau paru-paru dimasa yang akan datang. Anak-anak
13,5% anak/remaja di Indonesia. Dan dari anggota keluarga perokok lebih mudah dan
berdasarkan data statistik perokok dari lebih sering menderita gangguan pernafasan
kalangan dewasa pria sebanyak 63% pria dibanding anak-anak dan anggota keluarga
dewasa, wanita sebanyak 4,5% wanita dewasa yang bukan perokok
atau 34 % perokok dewasa (http://www.infopuskesmas.com). Paru
(http://nusantaranews.wordpress.com). merupakan organ dalam yang sangat vital dan
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi rentan terhadap allergen terutama pada balita.
Jawa Timur tahun 2010, sekitar 70 juta orang Balita yang menghisap asap rokok akan timbul
atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia berbagai penyakit seperti bronchopneumonia,
adalah perokok. Prevalensi merokok pada tahun dan ISPA. Pada orang dewasa setiap 20
2010 sebesar 26,9% pada tahun 2012 menjadi batangnya akan membunuh  6000 sel otak.
31,9%. Menurut Laporan WHO (2010) dampak Sudah menjadi pendapat umum rokok adalah
30
kambing hitam dari segala macam penyakit. bronchopneumonia sedangkan data control
Pernyataan itu memang didukung oleh pada penelitian ini balita yang tidak mengalami
banyaknya hasil penelitian yang menegaskan bronchopneumonia. Populasi adalah setiap
tentang bahaya rokok, kalaupun akhir-akhir ini subjek (misalnya manusia, pasien) yang
rokok dinilai aman karena mengandung kadar memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
tar dan nikotin yang rendah maka semua itu (Nursalam, 2011). Pada penelitian ini populasi
adalah omong kosong, rokok yang paling aman kasus adalah semua anak balita yang menderita
adalah yang tidak terbakar. bronchopnemonia yang di rawat di Ruang Nusa
Dengan meluasnya informasi tentang Indah RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro
dampak buruk dari merokok, maka Djatikoesomo Bojonegoro tahun 2013
menghentikan perilaku merokok merupakan sebanyak 40 anak. Populasi kontrol adalah
solusi yang paling tepat dan terbukti semua anak balita yang tidak menderita
mengurangi serta menghilangkan akibat yang bronchopnemonia yang di rawat di Ruang Nusa
mungkin telah dan akan muncul. Usaha-usaha Indah RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro
lain yang mungkin bisa diterapkan yaitu : Djatikoesomo Bojonegoro tahun 2013. Cara
mengusahakan pengurangan sampai pengambilan sampel dalam penelitian ini
penghentian merokok, mengusahakan menggunakan teknik simple random sampling
mencegah memulai merokok, terutama pada yaitu pengambilan sampel secara acak
anak-anak dan remaja, mengusahakan adanya sederhana artinya bahwa setiap anggota atau
peraturan yang melindungi konsumen terhadap unit dari populasi mempunyai kesempatan yang
akibat buruk dari rokok dan mengusahakan sama untuk diseleksi sebagai sampel
adanya peraturan-peraturan yang melindungi (Notoatmodjo S, 2012).
bukan perokok dari polusi rokok,
mengusahakan melakukan penelitian- HASIL dan PEMBAHASAN
penelitian tentang akibat buruk dari rokok
Tabel 1 Distribusi perilaku merokok
terhadap kesehatan masyarakat secara luas.
keluarga di dalam rumah yang
balitanya menderita tidak terjadi
bronchopneumonia di Indah Ruang
METODE Nusa indah RSUD Kelas B Dr. R.
Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten
Metode penelitian merupakan suatu Bojonegoro tahun 2012.
cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah No. Perilaku merokok Jumlah Prosentase
yang pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah (Notoatmodjo S, 20012). 1. Tidak merokok 0 0%
Penelitian ini menggunakan metode 2. Perokok ringan 23 63,9%
Analitik (korelasi) yaitu suatu rancangan
penelitian yang dipergunakan untuk mencari 3. Perokok sedang 9 25,0%
hubungan sebab akibat dengan adanya
keterlibatan penelitian dalam melakukan 4. Perokok berat 4 11,1%
manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam,
2011). Dan pendekatan pada penelitian ini 5. Perokok berat sangat 0 0%
adalah dengan case control yaitu jenis
penelitian dimana peneliti melakukan Jumlah 36 100%
pengukuran pada variabel dependent terlebih
dahulu sedangkan variabel independent
ditelusuri secara retrospektif (pengumpulan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
data dimulai dari efek atau akibat yang telah dari 36 responden yang balitanya tidak terjadi
terjadi) untuk menentukan ada tidaknya faktor bronchopneumonia lebih dari sebagian perilaku
variabel independent yang berperan (Nursalam, merokok keluarga di dalam rumah kategori
2011). Data case pada penelitian ini adalah ringan yaitu sebanyak 23 orang (63,9%).
anak balita yang mengalami

31
Tabel 2 Distribusi perilaku merokok 4. Perokok berat 4 33,3 8 66,7
keluarga di dalam rumah yang
balitanya menderita terjadi 5. Perokok berat sangat 0 0 11 100
bronchopneumonia di Ruang Nusa
Indah RSUD Kelas B Dr. R. Jumlah 36 50,0 36 50,0
Sosodoro Djatikoesomo Kabupaten
Bojonegoro tahun 2012. Dari tabel 3 tabulasi silang dapat
dijelaskan bahwa dari 72 responden yang
diteliti, responden yang berperilaku merokok
didalam rumah kategori ringan sebanyak 31
No. Perilaku merokok Jumlah Prosentase orang dan sebagian besar anak balitanya tidak
mengalami terjadinya bronchopneumonia yaitu
1. Tidak merokok 0 0% sebanyak 23 anak (74,2%), sedangkan
responden berperilaku merokok didalam rumah
2. Perokok ringan 8 22,2% kategori berat sangat sebanyak 11 orang dan
seluruhnya anak balitanya mengalami
3. Perokok sedang 9 25,0% terjadinya bronchopneumonia (100%).

4. Perokok berat 8 22,2% Dari kedua variabel tersebut setelah diuji


statistik dengan menggunakan uji statistik Chi
5. Perokok berat 11 30,6% Square dengan nilai  : 0,05. Didapat nilai  :
sangat 0,000 <  (0,05), jadi H0 ditolak, yang berarti
H1 diterima. Hasil dari uji asosiasi Coefficient
Jumlah 36 100% Contingency didapatkan value 0,462 sehingga
kesimpulanya adalah ada hubungan antara
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
perilaku merokok keluarga di dalam rumah
dari 36 responden yang balitanya terjadi dengan kejadian bronchopneumonia pada balita
bronchopneumonia kurang dari sebagian di RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro
perilaku merokok keluarga di dalam rumah
Djatikoesoemo Kabupaten Bojonegoro, dengan
kategori berat sangat yaitu sebanyak 11 orang
kekuatan korelasi relatif kurang kuat (0,462).
(30,6%).
2.Pembahasan
Tabel 3 Distribusi Hasil Tabulasi Silang
perilaku merokok keluarga di dalam a. Perilaku merokok keluarga di dalam
rumah dengan kejadian rumah yang balitanya tidak
bronchopneumonia pada balita Di menderita bronchopneumonia
Ruang Nusa Indah RSUD Kelas B Hasil penelitian 1 menunjukkan bahwa
Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo dari 36 responden yang balitanya tidak terjadi
Kabupaten Bojonegoro Tahun bronchopneumonia lebih dari sebagian perilaku
2012. merokok keluarga di dalam rumah kategori
ringan yaitu sebanyak 23 orang (63,9%).
kejadian bronchopneumonia padaMenurut Notoatmodjo (2011), perilaku
balita manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
No Perilaku merokok manusia baik N yang% dapat diamati langsung,
Tidak terjadi Terjadi
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku merokok di dalam rumah adalah
n % n %
terdapatnya seorang anggota keluarga atau
lebih yang menghisap rokok di dalam rumah
1. Tidak merokok 0 0 0 0 0 0
(Depkes R.I, 2010). Menurut Siluan Tomkins
2. Perokok ringan 23 74,2 8 (2010)
25,8 tipe perilaku
31 100 merokok yaitu tipe perilaku
yang dipengaruhi oleh perasaan positif,
3. Perokok sedang 9 50,0 9 perilaku
50,0 merokok
18 100 yang dipengaruhi perasan
negative, perilaku merokok yang adaptif atau
disebut dengan psychological addiction,
32
perilaku rokok yang sudah menjadi kebiasaan, gizi, imunisasi yang tidak memadai, tingkat
merokok diruang umum atau tempat public dan jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
merokok ditempat-tempat yang bersifat pribadi. dan menderita penyakit kronis.
Menurut Aditama TY (2005) beberapa faktor Bronchopneumonia digunakan untuk
yang berpengaruh terhadap kebiasaan merokok menggambarkan pneumonia yang mempunyai
adalah faktor farmakologis, faktor sosial, faktor pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu
psikologis dan faktor iklan. atau lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan
Berdasarkan hasil penelitian dari 36 meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
responden yang balitanya tidak terjadi sekitarnya. Pada bronchopneumonia terjadi
bronchopneumonia lebih dari sebagian (63,9%) konsolidasi area berbercak (Smeltzer, 2011).
perilaku merokok keluarga di adalah perokok Dari hasil penelitian didapatkan dari
ringan. Meskipun hasil penelitian sebagian responden balita menderita
menunjukkan bahwa para orang tua tersebut bronchopneumonia, faktor yang menyebabkan
berperilaku merokok didalam rumah dalam terjadinya bronchopneumonia adalah kurang
kategori ringan, tetapi para orang tua tersebut gizi, imunisasi yang tidak memadai, tingkat
masih melakukan kebiasaan merokok. Ini bisa jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah,
terjadi karena para orang tua menyadari akan dan menderita penyakit kronis. Sesuai dengan
bahaya merokok bagi anggota keluarga yang gambar 4.6 kurang dari sebagian berpendidikan
tidak merokok. Para orang tua yang mempunyai SD yaitu dan berpendidikan SMP dan kurang
kebiasaan merokok di dalam rumah dan dari sebagian berpenghasilan Rp. 600.000 – Rp.
memiliki balita , tetapi mereka merokok tidak 1.000.000. Dengan penghasilan yang cukup
berada di samping balita sehingga balita mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok
terhindar dari paparan asap rokok dan terhindar (sandang, pangan dan papan) dan responden
dari penyakit bronkopneumonia. mampu memenuhi kebutuhan lainnya seperti
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan
Upaya sosialisasi kepada masyarakat, khususnya kebutuhan akan informasi tentang
terkait dengan faktor-faktor risiko bahaya kesehatan balita. Perilaku merokok pada orang
merokok bagi kesehatan hendaknya dilakukan tua juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
secara terus-menerus baik oleh pemerintah baik itu lingkungan keluarga, lingkungan
maupun keluarga si perokok untuk menurunkan tempat tinggal maupun lingkungan pekerjaan.
perilaku merokok orang tua khususnya bagi Kurangnya kesadaran orang tua kemungkinan
mereka yang mempunyai balita, sehingga disebabkan sikap yang tidak merasa (cuek) saat
dengan adanya peringatan akan kerugian dari melakukan kegiatan merokok, mereka juga
merokok dapat menurunkan kebiasaan menyakini bahwa dengan merokok dapat
merokok mereka dan menurunkan angka menghilangkan stress atau tekanan perasaan
kesakitan balita akibat merokok. yang sedang mereka alami. Disamping itu
pengetahuan orang tua akan kerugian merokok
2. Perilaku merokok keluarga di dalam yang masih kurang, menyebabkan mereka
rumah yang balitanya menderita kurang mengetahui bahwa dengan merokok
bronchopneumonia dapat mengganggu kesehatan yang disebabkan
Berdasarkan hasil penelitian pada table 2 oleh nikotin, tar, gas karbon monoksida, dan
menunjukkan bahwa dari 36 responden yang berbagai logam berat yang terkandung dalam
balitanya terjadi bronchopneumonia kurang rokok yang dapat mengganggu kesehatan
dari sebagian perilaku merokok keluarga di seseorang bila merokok secara terus menerus.
dalam rumah kategori berat sangat yaitu Adanya kesempatan bagi para orang tua untuk
sebanyak 11 orang (30,6%). merokok tanpa adanya teguran dari pihak lain
Pneumonia adalah peradangan yang (anggota keluarga yang lain) akan mendukung
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus mereka untuk tetap melakukan kebiasaan
terminalis yang mencakup bronkiolus merokoknya. Terlebih lagi para orang tua
respiratorius, alveoli serta menimbulkan tersebut melakukan kebiasaan merokok hanya
konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan pada saat moment tertentu, misalnya saja
gangguan pertukaran gas setempat (Zul, 2011). setelah makan, saat minum kopi dan menonton
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan televisi, hal ini menunjukkan bahwa dengan
pneumonia diantaranya adalah faktor kurang merokok para orang tua tersebut merasa lebih
33
segar jika merokok dan dapat mengurangi stress Merokok dirumah tidak disarankan bagi
dengan merokok. orang tua yang mempunyai anak balita, apalagi
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran saat anak-anak mereka berada didekatnya.
masyarakat tentang perilaku merokok di rumah Bahkan bila merokok disebelah ibu yang
mengakibatkan keluarga yang tidak merokok sedang menggendong bayi. Dampak merokok
terkena dampaknya. Terutama pada keluarga salah satunya dapat menyebabkan penyakit
yang mempunyai balita. Bila anggota keluarga bronchopneumonia pada balita. Meskipun
yang merokok di samping balitanya akan semua orang tahu akan bahaya yang
berdampak buruk pada balita. Balita yang yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok
terpapar asap rokok terus-menerus akan tidak pernah surut dan tampaknya merupakan
mengakibatkan penyakit bronchopneumonia. perilaku yang masih dapat ditolerir oleh
masyarakat (DepKes RI, 2009). Perilaku
Upaya sosialisasi kepada masyarakat, merokok dalam rumah mengakibatkan resiko
terkait dengan faktor-faktor risiko bahaya keluarga menderita sakit, seperti gangguan
merokok bagi kesehatan hendaknya dilakukan pernafasan. Karena asap rokok yang berada di
secara terus-menerus baik oleh pemerintah udara bebas mengandung zat karsinogenik,
maupun keluarga si perokok untuk menurunkan seperti CO (Karbon Monoksida), Nikotin dan
perilaku merokok orang tua khususnya bagi zat-zat lainnya yang berbahaya. Balita dengan
mereka yang mempunyai balita, sehingga orang tua yang mempunyai perilaku merokok di
dengan adanya peringatan akan kerugian dari dalam rumah sangat rentan terhadap penyakit
merokok dapat menurunkan kebiasaan saluran pernafasan seperti bronchopneumonia,
merokok mereka dan timbulnya angka ISPA, flu dan penyakit saluran nafas lainnya,
kesakitan akibat merokok karena terjadi inhalasi (penghirupan) asap
rokok yang kandungan nikotinnya dapat
3. Hubungan perilaku merokok mengganggu system saraf simpatis yaitu
keluarga di dalam rumah dengan menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen
kejadian bronchopneumonia pada sehingga merangsang pembentukan lendir.
balita
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 Pada anak balita di RSUD Kelas B Dr. R.
tabulasi silang dapat dijelaskan bahwa dari 72 Sosodoro Djatikoesomo Bojonegoro lebih dari
responden yang diteliti, responden yang sebagian tidak mengalami bronchopneumonia
berperilaku merokok didalam rumah kategori hal ini disebabkan karena para orang tua balita
ringan sebanyak 31 orang dan sebagian besar berperilaku merokok didalam rumah kategori
anak balitanya tidak mengalami terjadinya ringan. Dengan perilaku merokok yang
bronchopneumonia yaitu sebanyak 23 anak semakin jarang, hal ini orang tua dapat
(74,2%), sedangkan responden berperilaku menghindarkan anak balitanya dari bahaya
merokok didalam rumah kategori berat sangat rokok yang dapat mengganggu kesehatan yaitu
sebanyak 11 orang dan seluruhnya anak penyakit-penyakit saluran pernafasan,
balitanya mengalami terjadinya disamping itu untuk mencegah bahaya rokok
bronchopneumonia (100%). peran serta masyarakat dan keaktifan petugas
kesehatan dalam memberikan yang
Dari kedua variabel tersebut setelah diuji berkesinambungan baik melalui media massa (
statistik dengan menggunakan uji statistik Chi koran, majalah, bulletin, televisi, radio)
Square dengan nilai  : 0,05. Didapat nilai  : maupun penyuluhan saat kegiatan posyandu
0,000 <  (0,05), jadi H0 ditolak, yang berarti bagi ibu bayi dan balita dalam memberikan
H1 diterima. Hasil dari uji asosiasi Coefficient gambaran kepada suami dan anggota keluarga
Contingency didapatkan value 0,462 sehingga lainnya agar tidak merokok didalam rumah.
kesimpulanya adalah ada hubungan antara Hubungan yang relatif kurang kuat pada
perilaku merokok keluarga di dalam rumah perilaku merokok keluarga di dalam rumah
dengan kejadian bronchopneumonia pada balita dengan kategori dari ringan sampai berat sangat
di RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro semuanya dapat mengakibatkan penyakit
Djatikoesoemo Kabupaten Bojonegoro, dengan bronchopneumonia pada balita.
kekuatan korelasi relatif kurang kuat.
KESIMPULAN
34
1. Lebih dari sebagian responden yang
balitanya tidak terjadi Ernest Cadwell. 2011. Berhenti Merokok.
bronchopneumonia di Ruang Nusa Jakarta : PT Aksara.
Indah RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro
Djatikoesomo Kabupaten Bojonegoro Error! Hyperlink reference not valid..
berperilaku merokok ringan.
2. Kurang dari sebagian responden yang Http://N N.
balitanya menderita www.infopuskesmas.com/kebiasaan-
bronchopneumonia di Ruang Nusa merokok-dalam-rumah-berpengaruh-
Indah RSUD Kelas B Dr. R. Sosodoro dengan penyakit-ISPA-pada-
Djatikoesomo Kabupaten Bojonegoro balita.html.
berperilaku merokok berat sangat.
3. Ada hubungan antara perilaku Notoatmodjo Soekidjo, 2012. Metodelogi
merokok keluarga di dalam rumah Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
dengan kejadian bronchopneumonia Karya Cipta.
pada balita di Ruang Nusa Indah RSUD
Kelas B Dr. R. Sosodoro Djatikoesomo , 2012. Ilmu Kesehatan
Kabupaten Bojonegoro. Masyarakat. Jakarta : Rineka Karya
Cipta.
SARAN Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
1. Bagi Orang Tua
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Orang tua hendaknya selalu waspada
Medika.
terhadap masalah kesehatan anak balita dan
segera mengurangi kebiasaanatau
Price Sylvia A, 2005. Patofisiologi Konsep
menghentikan merokok terutama jika anak
Klinik Proses Penyakit. Buku T.
balitanya mengalami gejala-gejala gangguan
Jakarta : EGC.
kesehatan, khususnya penyakit
bronchopneumonia. Soetjiningsih, 2010. Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta : EGC.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dengan mengetahui masih banyak orang Jaya Muhammad, 2009. Pembunuh Berbahaya
tua balita yang merokok didalam rumah Itu Bernama Rokok. Yogyakarta :
diperlukan upaya sosialisasi secara terus- Riz’ma.
menerus kepada masyarakat tentang bahaya
merokok bagi kesehatan, sehingga dengan
adanya peringatan akan kerugian dari merokok
dapat menurunkan kebiasaan merokok orang
tua yang mempunyai balita dan menurunkan
angka kesakitan akibat rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama Yoga Chandra. 2005. Proses Berhenti


Merokok. Jakarta : Cermin Duni
Kedokteran.

Effendy Nasrul, 2012. Dasar-Dasar


Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC.
35

You might also like