You are on page 1of 13

LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK


LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

A. Nama Acara: Pengenalan Batuan Beku, Sedimen dan Metamorf

B. Tujuan Praktikum:
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan batuan beku, sedimen
dan metamorf serta proses terbentuknya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui struktur dan tekstur pada pendeskripsian batuan
beku, sedimen dan metamorf.
3. Mahasiswa dapat mendeskripsikan batuan beku, sedimen dan metamorf secara
makroskopis dan dapat menentukan nama batuan tersebut.

C. Penanggung Jawab Acara: A. Ikram Fikriawan dan Husnul Khatima

D. Tinjauan Pustaka:
1. Definisi Batuan Beku, Sedimen, Metamorf dan Proses Terbentuknya
➢ Batuan beku atau igneous rocks (dari bahasa latin ignis, yang berarti api)
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satudari
proses-proses berikut yaitu kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau
perubahan komposisi (Zuhdi, 2019).
➢ Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari
material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini
meliputi proses pelapukan, pelapukan, transportasi, dan deposisi. Proses
pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses
pelapukan dan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses
deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu lagi
mengangkut partikel tersebut (Zuhdi, 2019).
➢ Batuan metamorf adalah batuan yang dihasilkan dari perubahan–
perubahan fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf
terjadi dalam keadaan padat dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas
tertentu saja dan meliputi proses– proses rekristalisasi, orientasi, dan
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

pembentukan mineral–mineral baru dengan penyusunan kembali elemen–


elemen kimia yang sebenarnya telah ada (Yardley, 1989).

2. Struktur Batuan Beku, Sedimen dan Metamorf

➢ Struktur batuan beku

adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan beku dan proses
kejadiannya, yang terbagi menjadi beberapa bagian seperti berikut (Graha,
1987):
a. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstrusi tertentu , yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran
dari bentuk ini adalah umumnya 30 - 60 cm dan jaraknya berdekatan pada
Columnar Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara
tegak lurus arah aliran.
c. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan
lubang – lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
d. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang
gasnnya).
e. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral –
mineral sekunder seperti Zeolit, Karbonat, dan bermacam silika.
f. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang
masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai
akibat peleburan tidak sempurna.
g. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari
lava itu sendiri.
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

➢ Struktur batuan sedimen

Berikut ini merupakan struktur yang umum ditemukan pada batuan sedimen,
diantaranya adalah sebegai berikut (Benyamin, 2009).
a. Bedding atau struktur berlapis. Struktur ini merupakan ciri khas batuan
sedimen yang memperlihatkan susunan lapisan-lapisan pada batuan sedimen
dengan ketebalan setiap lapisan ≥ 1 cm.
b. Cross bedding memperlihatkan struktur perlapisan yang saling memotong.
Terbentuk karena pengaruh perubahan energi ataupun arah arus pada saat
sedimentasi berlangsung.
c. Graded bedding memiliki ciri-ciri ukuran butir penyusun batuan sedimen yang
berbentuk gradual atau gradiasi, dimana semakin keatas ukuran butir akan
semakin halus. Proses pembentukkan butiran yang lebih besar terendapkan
terlebih dahulu sedangkan yang halus terendapkan kemudian.
d. Lamination merupakan struktur perlapisan (bedding) dengan ketebalan
masing- masing lapisan berukuran > 1 cm.
e. Inverted graded bedding, struktur ini memperlihatkan perubahan gradual atau
gradiasi yang semakin kebawah semakin halus.
f. Slump merupakan salah satu struktur batuan sedimen yang berbentuk lipatan
kecil meluncur kebawah karena adanya suatu pengangkatan pada suatu
lapisan yang belum terkonsolidasi sempurna.
g. Load cast merupakan struktur batuan sedimen yang berupa lekukan di
permukaan ataupun bentukan tidak beraturan karena pengaruh suatu beban
diatas batuan
h. Flute cast merupakan suatu struktur batuan sedimen yang berupa gerusan
dipermukaan lapisan batuan karena pengaruh suatu arus.
i. Wash out adalah kenampakan struktur batuan sedimen sebagai hasil dari
erosi tiba- tiba karena pengaruh suatu arus kuat pada permukaannya.
j. Stromatolite adalah struktur lapisan dengan susunan berbentuk lembaran
mirip terumbu yang terbentuk sebagai hasil dari aktivitas cianobakteria.
k. Tool marks, struktur ini hampir sama dengan flute cash namun bentuk
gerusan pada permukaan atau lapisan batuan sedimen diakibatkan oleh
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

gesekan benda atau suatu objek yang terpengaruh arus.


l. Rain print atau rain marks merupakan suatu struktur akibat dari tetesan air
hujan.
m. Burrow merupakan kenampakan pada lapisan batuan sedimen berupa lubang-
lubang atau galian hasil dari suatu organisme.
n. Trail merupakan kenampakan jejak pada batuan sedimen berupan seretan
bagian tubuh suatu makhluk hidup atau organisme.
o. Track merupakan kenampakan jejak berupa tapak kaki suatu organisme.
p. Mud cracks merupakan bentuk retakan-retakan pada lapisan lumpur yang
umumnya berbentuk poligonal.
q. Flame strucktur merupakan kenampakan struktur yang seperli lidah api atau
kobaran api. Terbentuk pada saat suatu sedimen belum terlitifikasi sempurna
dan terbebani oleh lapisan sedimen yang lebih berat diatasnya.

➢ Struktur batuan metamorf

Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar,


yaitu (Ehlers & Blatt, 1982):
a. Struktur Foliasi (schistosity)
Mineral baru menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali terjadi
pada metamorfisme regional dan kataklastik. Struktur foliasi yang
menunjukkan urutan derajat metamorfosa dari rendah ke tinggi:
- Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik,
sangat halus dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun
mika halus, memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir.
Umumnya dijumpai pada batuan sabak/slate.
- Filitik/Phylitik
Rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap daripada
batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai
terdapat mineral lain yaitu tourmaline. Contoh batuannya adalah filit.
- Schistosa
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfosa


regional, sangat jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika,
talk, klorit, hematit, dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan
antara mineral pipih dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih
banya daripada mineral granular. orientasi penjajaran mineral pipih
menerus
- Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajat paling tinggi, dimana terdapat
mineral mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak
menerus/terputus.
b. Struktur Non Foliasi
Mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar. Seringkali
terjadi pada metamorfisme kontak/termal. Pada struktur non foliasi ini hanya
ada beberapa pembagian saja, yaitu:
- Granulose/Hornfelsik
Merupakan mozaik yang terdiri dari mineral-mineral equidimensional serta
pada jenis ini tidak ditemukan tidak menunjukkan cleavage (belahan).
Contohnya antara lain adalah marmer, kuarsit.
- Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineral-mineral
menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan asbestos.
- Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan
asal yang mengalami metamorfosa dinamo.
- Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus
dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu
ciri adanya sesar.
- Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
- Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa
tertanam pada masa dasar milonit.
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

- Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-
lensanya terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih
halus.
3. Tekstur Batuan beku, sedimen dan metamorf

➢ Tekstur batuan beku

a. Tingkat kristalisasinya
- Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh
Kristal
- Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas.
- Hololialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
b. Ukuran butiran
- faneritik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral- mineral yang berukuran kasar.
- Porfiritik, yaitu batuan beku yang tersusun atas mineral yangberukuran
kasar dan halus.
- Aphanitik, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
c. Bentuk Kristal
Bentuk Kristal Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk
pertamakali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir
biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
- Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
- Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
- Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
d. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya Berdasarkan kombinasi bentuk
kristalnya yakni :
- Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasioleh
bidang
- kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

- Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnyaberbentuk


euhedral dan subhedral.
- Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakankristal
yang berbentuk anhedral.
e. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
- Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampirsama
- Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama.

➢ Tekstur batuan sedimen

Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir


sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan
sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah
dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya,
tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan
batuan sedimen.
a. Tekstur batuan sedimen klastik
- Ukuran butir
Besar ukuran butir dipengaruhi oleh berbagai faktor diantanranya jenis
pelapukan, jenis transportasi, waktu atau jarak transport, resistensi dan
bentuk kristal. Untuk membedakan ukuran butir material penyusun batuan
dapat digunakan Skala Wenworth (1922)
Ukuran Butir (mm)
Nama Butir

Bongkah (boulder) >256


Kerikil Brangkal (couble) 256–64
(gravel) Krakal (pebble) 64–4
Butir (granules) 4–2

Pasir sangat kasar (very coarse sand) 2–1


Pasir (sand)

Pasir kasar (coarse sand) 1–1/2


LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Pasir sedang (medium sand) 1/2-1/4


1/4-1/8
Pasir halus (fine sand)

Pasir sangat halus (very fine sand) 1/8–1/16


Lanau (silt) 1/16-1/256
Lempung (clay) <1/256

- Tingkat kebundaran butir (roundness)


Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis
proses transportasi dan jarak transport.
1. Well rounded (sangat membundar), yaitu semua permukaan konveks,
hampir equidimensional, sferoidal.
2. Rounded (membundar), yaitu permukaan-permukaan bundar, ujung-
ujung dan tepi- tepi butiran bundar.
3. Sub rounded (membundar tanggung), yaitu permukaan umumnya datar
dengan ujung yang membundar.
4. Sub angular (menyudut tanggung), yaitu permukaan pada umumnya
datar dengan ujung-ujungnya tajam.
5. Angular (menyudut), yaitu permukaan konkaf dengan ujungnya yang
tajam.
- Sortasi atau pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar kecil butir
penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam ukuran dan besar
butirnya maka dikatakan pemilahannya semakin baik. Beberapa istilah yang
biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu:
• Sortasi baik jika besar butir merata atau sama besar.
• Sortasi buruk jika besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen.
- Kemas (fabric)
Kemas adalah bentuk dan jarak antar butir pada batuan sedimen. Terdapat 2
(dua) jenis kemas yaitu:
• Kemas terbuka adalah butiran yang tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matrik).
• Kemas tertutup adalah butiran saling bersentuhan satu sama lain.
b. Tekstur batuan sedimen non-klastik
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

- Kristalin, Tekstur ini terdiri dari kristal-kristal yang interlocking, yaitu kristal-
kristal yang saling mengunci datu dengan yang lain.
- Amorf, Tekstur ini terdiri dari mineral-mineral yang tidak membentuk kristal-
kristal atau amorf (non-klastik) umumnya berukuran lempung atau koloid
contohnya adlaah rijang masif.

➢ Tekstur Batuan Metamorf

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral


yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk
butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah kristalisasi.
Secara umum, tekstur metamorf terbagi atas tekstur dan tekstur larutan sisa.
Tekstur metamorf yaitu:
a. Kristaloblastik, yaitu tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru
terbentuk pada saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah.
- Porfirobalstik, seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat
massa dasar dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya
disebut porfiroblast.
- Granoblastik. Tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam.
- Lepidoblastik. Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling
sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.
- Nematoblastik. Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya
mineral- mineralnya berbentuk prismatis, menyerat, dan menjarum.
- Idioblastik. Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral
pembentuknya berbentuk euhedral (baik).
- Hipidiobalstik. Tekstur pada batuan metamorf dimana
mineral-mineral pembentuknya berbentuk subhedral (sedang).
- Xenobalstik. Tekstur pada batuan metamorf dimana
mineral-mineral pembentuknya berbentuk anhedral (buruk).
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

b. Palimsest (Tekstur Sisa)


- Blastoporfiritik. Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang
masih nampak.
- Blastofitik. Sisa tektur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih
nampak.
- Blastopsepit. Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran
butir lebih besar dari pasir (psepit).
- Blastopsamit. Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir pasir (psemit).
- Blastopellit. Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai
ukuran butir lempung (pelit).

E. Alat dan Bahan:


Adapun alat dan bahan dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Alat uji kekerasan (kikir baja, kawat tembaga, paku dan kaca).
2. HCL 0,5 M 30 ml.
3. Lup geologi.
4. Magnet.
5. Penggaris.
6. Alat tulis (pulpen, pensil dan pensil warna).
7. Buku rocks and minerals.
8. Lembar deskripsi batuan beku, sedimen dan ,metamorf masing-masing 15 lembar.
9. Lembar patron.
10. Kamera handphone.

F. Langkah Kerja
Adapun Langkah kerja dalam ptaktikum ini sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
2. Mengamati objek praktikum (sampel batuan).
3. Mengambil dokumentasi batuan atau objek praktikum beserta pembandingnya.
4. Melakukan deskripsi mineral sesuai dengan lembar deskripsi yang telah disediakan.
5. Ulangi langkah 2 – 4 untuk objek praktikum lainnya.
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

G. Daftar Pustaka

Benyamin., dan Sapiie. 2009. Geologi Dasar. Bandung. ITB


Bonewitz, R., L. 2012. Nature Guides Rocks and Minerals. USA: Smithsonian.
Boogs, J., and Sam. 1995. Principles of Sedimentology and Stratigrafy. Pearson
Education, Inc. New Jersey.
Ehlers, G. Ernest., Blatt, Harvey. 1982, Petrology Igneous, Sedimentary, and
Metamorphic., W.H.Freeman and Company: San Francisco.
Graha, D. S., 1987, Batuan dan Mineral, Bandung : Nova.
Yardley, B.W.D., 1989, An Introduction of Metamorphic Petrology, Longman
Scientific & Technical.
Zuhdi, M. 2019. Pengantar Geologi. Duta Pustaka Ilmu Nusa. Tenggara Barat:
Mataram p.124.
LABORATORIUM EKSPLORASI MINERAL
PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

“SELAMAT BELAJAR”

You might also like