You are on page 1of 18

MODUL PERKULIAHAN

PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT/
FALSAFAH BANGSA
INDONESIA

a. Pancasila sebagai sistem filsafat/falsafah Bangsa Indonesia


b. Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat
c. Sifat keseimbangan Pancasila
d. Nilai, norma, moral dan etika
e. Makna nilai-nilai setiap sila Pancasila

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
FEB, BAHASA, Semua Program 190001006 Tim Dosen
TEKNIK, DAN DKV Studi

Abstract

Materi pada perkuliahan ke lima ini diarahkan Mahasiswa mampu menjelaskan


dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif rumusan kesatuan sila-sila Pancasila
sebagai sistem filsafat, nilai, norma, moral dan etika serta makna nilai-nilai setiap sila
Pancasila, sebagai orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya
lulusan Perguruan Tinggi.

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif


Pancasila sebagai sistem filsafat, nilai, norma, moral dan etika serta makna nilai-nilai
setiap sila Pancasila pe.ertian , obyek, cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila
sebagai filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis. sebagai orientasi
pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

Kompetensi
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, obyek,
cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila sebagai filsafat, serta aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis dan permasalahan di Perguruan Tinggi. Meyakini nilai –
nilai pengertian, obyek, cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila sebagai
filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis dan permasalahan sebagai
orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.
Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan
dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, obyek, cabang, tujuan dan
kegunaan filsafat, Pancasila sebagai filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan
aksiologis dan permasalahan sebagai orientasi pendidikan pancasila di Perguruan
Tinggi. Meyakini nilai – nilai Pancasila sebagai orientasi agar menjadi pedoman
berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

Pengertian Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani,”phillein” yang artinya
“cinta” dan “shopos” yang artinya “hikmah”.Yang dapat dikelompokan menjadi dua
Pertama
filsafat sebagai jenis pengetahuan,ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada
zaman dahulu dan filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat.
Kedua
Merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
B. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar
ontologis,dasar epistemologis dan dasar aksiologis.
1.) Dasar Antropologis sila-sila Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-seindiri,melaikan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.Subjek pendukung sila-sila
Pnacasila adalah manusia itu sendiri.Pancasila bahwa hakikat dasar “Antropologis” sila-sila
Pancasila adalah manusia.

‘20 Pendidikan Pancasila


2 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2.) Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancaila
Dasar Epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
Ontologisnya.Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam Epistemologi yaitu,pertama
tentang sumber pengetahuan manusi,kedua tentang teori kebenaran pengetahuan
manusia,ketiga tentang watak pengetahuan manusia.Sebagai suatu paham Epistemologi maka
Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak
bebas nilai karena harus diletakan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas
religius dalam upaya untuk mandapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam
hidup manusia.
3.) Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologinya
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan.Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tetang menentukan tentang
pengertian nilai dan hierarkhinya.Pada hakikatnya sagala sesuatu itu bernilai,hanya nilai apa
saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.
Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Nilai-nilai yang terkandug dalam Pancasila itu mempunyai tingkatan dalam hal kuantitas
maupun kualitasnya.Namun nilai-nilai itu merupakan suatu kesatuan saling berhubungan serta
saling melengkapi.Dan Pancasila merupakan suatu sistem nilai dapat dilacak dari sila-sila
Pancasila yang merupakan suatu sistem.
C. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai silsafat hidup Bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,fundamental dan
menyeluruh.Dasar pemikiran filosofis itu terkandung dalam setiap sila Pancasila,selain itu
secara kasualitas bahwa nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dan subjektif.Artinya essensi nilai-
nilai Pancasila bersifat universal.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara
Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam
pelaksanaan dan penyelengaraan negara.Selain itu bahwa nilai-nilai Pancasila juga merupakan
suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan.Hal tersebut juga meliputi moralitas
para penyelengara negara dan seluruh warga negara.Oleh karena itu bagi Bangsa Indonesia
dalam era reformasi ini seharusnya bersifat rendah hati untuk mawas diri,agar kesengsaran
rakyat tidak semakin bertambah.
D. Tujuan Dan Kegunaan Filsafat

‘20 Pendidikan Pancasila


3 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Teorotis : filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan, atau untuk mencapai hal
yang nyata
Praktis : dari filsafat yang teoritis diperoleh pedoman hidup, guna dipraktikan dan
dijadikan pedoman dalam praktik kehidupan.
Kegunaan Filsafat : Memberikan ketekunan dan dinamika dalam mencari kebenaran, arti dan
makna hidup.
Pancasila sebagai sistem filsafat/falsafah Bangsa Indonesia
Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pandangan dan pedoman hidup
dalam hal sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Falsafah hidup, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh
dan berkembangnya bangsa Indonesia. Prinsip yang terdapat dalam Pancasila bersumber pada
budaya dan pengalaman bangsa Indonesia, yang berkembang akibat dari upaya bangsa dalam
mencari jawaban atas persoalan yang esensial yang menyangkut makna atas hakekat sesuatu,
yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia, meliputi antara lain :
a. alam semesta, seperti bagaimana alam semesta init terbentuk, siapa pencipta alam semesta
b. manusia dan kehidupannya:siapa manusia itu,dari mana asalnya bagaimana hubungan-nya
dengan manusia lain, dengan masyarakat dengan sang pencipta
c. nilai-nilai yang diangkat menjadi norma-norma yang mengatur kehidupan misal nilai tentang
baik dan buruk, benar dan salah berguna dan tidak berguna.
Pancasila yang merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia merupakan hasil berfikir
yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai norma dan nilai yang paling benar, paling adil, paling bijaksana,
baik, cocok dan sesuai bagi bangsa Indonesia, sehingga nilai-nilai tersebut dijadikan nilai dasar
yang dijungjung tinggi oleh bangsa Indonesia bahkan oleh bangsa-bangsa yang beradab.
Nilai dasar yang dimaksud adalah nilai Ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan
dan nilai keadilan sosial. Dengan demikian kita yakin dan percaya kepada Tuhan, manusia
sebagai ciptaanNya memiliki harkat, martabat dan derajat yang sama yang mewujudkan suatu
ikatan yang kita pahami sebagai suatu bangsa sehingga kita mampu bersatu.bahwa suatu
permasalahan kita harus musyawarahkan untuk mencapai mufakat dan masing-masing kita
harus memiliki apa yang menjadi hak dan mengetahui apa yang menjadi kewajiban. Nilai dasar
tersebut merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh yang tersusun secara sistimatis
hirarkhis artinya antara nilai dasar yang satu dengan nilai dasar yang lainnya saling
berhubungan, tidak boleh dipisah-pisahkan, maupun ditukar tempatnya.
Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai ini tidak sekedar untuk diketahui, melainkan
dimaksudkan untuk dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan

‘20 Pendidikan Pancasila


4 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. sesuai dengan tujuan praktis dari filsafat
Pancasila. .
Rumusan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan,saling bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh dan sistematis.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu filsafat.
Pengertian sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama untuk tujuan tertentu secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh. Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis
Setiap sila merupakan unsur ( bagian yang yang mutlak ) dari pancasila,maka pancasila
merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.Dalam artian setiap unsur memiliki arti
masing-masing namun saling berhubungan.
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat Negara
Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas peradaban. Namun
demikian sila-sila pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila
merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka Pancasila merupakan suatu
kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekwensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas
dari sila-sila lainnya serta diantara sila yang satu dengan sila yang lainnya tidak saling
bertentangan.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara
filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti substansi
manusia. Isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia yang Mono pluralis yang memiliki
unsur-unsur susunan kodrat jasmani dan rohani. Sifat kodrat yaitu sebagai makhluk sosial
sekaligus makhluk individu dan kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri sendiri serta
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur hakikat manusia tersebut merupakan
suatu kesatuan yang bersifat organis dan harmonis. Setiap unsur memiliki fungsinya masing-

‘20 Pendidikan Pancasila


5 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
masing dan saling berhubungan atau inter dependensi ketergantungan antara satu dengan
yang lain. Oleh karena sila-sila Pancasila merupakan penjelmaan hakikat manusia Mono
Pluralis yang merupakan kesatuan organis akan sila-sila Pancasila juga memiliki kesatuan yang
bersifat organis pula.

Susunan Pancasila Yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

‘20 Pendidikan Pancasila


6 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Susunan pancasila adalah hierarkis dan berbentuk piramidal. Pengertian matematis
piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarki sila-sila pancasila dalam urutan-
urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas). Kalau dilihat dari intinya urutan-
urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian pengkhususan dari sila-sila di mukanya.

Jika urutan-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian maka diantara lima
sila ada hubungan yang mengikat antara yang satu dengan yang lainnya sehingga Pancasila
merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh dengan kemajemukannya. Andai kata
urutan-urutan itu di pandang sebagai tidak mutlak maka di antara satu sila dengan yang lainnya
tidak ada hubungan dan sangkut pautnya, maka pancasila itu menjadi terpecah-pecah. Oleh
karena itu tidak dapat di pergunakan sebagai asas kerohanian negara. Setiap sila dapat di
artikan bermacam-macam maksud dan penafsirannya sehingga sama saja dengan tidak
adanya pancasila.

Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis pyramidal ini maka sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaiknya
Ketuhanan Yang Maha Esa serta berkeadilan sosial sehingga didalam setiap sila senantiasa
terkandung sila-sila lainnya. Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada
landasan sila-sila pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.

Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan pancasila sebagai
dasar filsafat negara, maka segala hal yang berkaitan dengan sila dan hakikat negara harus
sesuai dengan landasan sila-sila pancasila. Hal ini berarti hakikat dan inti sila-sila pancasila
adalah sebagai berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat tuhan, sila kedua kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan negara
yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga persatuan adalah sifat-sifat dan
keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat satu, sila keempat kerakyatan sifat-sifat dan
keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-sifat
dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat adil.

Kemanusiaan yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai sila-sila


pancasila dalam negara, dalam pengertian kesesuaian sebab dan akibat. Makna kesesuaian
tersebut adalah sebagai berikut, bahwa hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa (sebagai sebab) (hakikat sila I dan II) yang membentuk persatuan mendirikan negara dan
persatuan manusia dalam suatu wilayah disebut rakyat (hakikat sila III dan IV), yang ingin
mewujudkan suatu tujuan bersama yaitu keadilan dalam suatu persekutuan hidup masyarakat

‘20 Pendidikan Pancasila


7 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
negara (keadilan sosial) (hakikat sila V) demikianlah maka secara konsisten negara haruslah
sesuai dengan hakikat pancasila.

Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal


1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwai sila kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial
begi seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam


permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila-sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta meliputi dan
menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai
oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.

Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila pancasila yang majemuk tunggal, hierarkis piramidal juga memiliki
sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila
terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa
dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila pancasila yang
saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

‘20 Pendidikan Pancasila


8 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, adalah berketuhanan yang maha esa,
berpesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan, adalah


berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpersatuan
Indonesia, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah berketuhanan yang maha
esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpesatuan Indonesia, dan
berkerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.

Sifat Keseimbangan Pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara ini secara mutlak terlekat pada kelangsungan
kehidupan Negara Indonesia, karena Pancasila mempunyai 3 (tiga) sifat keseimbangan pokok,
yang langsung berhubungan dengan kehidupan kenegaraan, sehingga dengan dasar tiga
kesimbangan ini maka tepat jika hanya Pancasila yang digunakan sebagai dasar Negara,
bukan komunis, bukan liberalis, dan bukan dari agama tertentu.
Keseimbangan Konsensus Nasional
Dalam proses penetapan Pancasila sebagai dasar Negara terjadi perdebatan-
perdebatan akibat perbedaan pendapatan dan cita-cita dalam mendirikan Negara merdeka.
Golongan Islam pada waktu itu memperjuangkan pembentukan Negara Islam, yaitu Negara
yang berdasarkan ajaran Islam, tetapi golongan kebangsaan atau nasionalis menolaknya
karena menginginkan suatu Negara sekuler, yaitu Negara yang tidak berurusan dengan agama.
Pancasila diusulkan sebagai jalan tengahnya yang mempertemukan kedua ide atau pendapat
tersebut dan akhirnya semua pihak menerimanya.
Dengan demikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara RI merupakan suatu
consensus bersama dan merupakan perjanjian luhur yang harus dipegang teguh untuh
mencegah perpecahan, ketegangan, konflik social, dan untuk memelihara persatuan dan
perdamaian antar golongan.
Pancasila sebagai consensus bersama yang mempertemukan antara ide golongan
Islam (agama) dan golongan nasional (sekuler) untuk menegakan Negara Pancasila yang dapat
disebut Negara Theis Demokrasi, sehingga dapat menyatukan seluruh rakyat Indonesia.

‘20 Pendidikan Pancasila


9 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Sehingga Pancasila sebagai dasar Negara disebut sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia
yang perlu dilestarikan dan dikembangkan dalam kehidupan bernegara.

Ide Golongan Islam Ide Golongan Nasionalis


Negara Islam Negara Sekuler

Pancasila

Negara Theis Demokratis

Keseimbangan Sistem Kemasyarakatan


Sistem kemasyarakatan Indonesia pada dasarnya adalah menyeimbangkan antara sifat
Individu dan sifat social, yang keduanya merupakan sifat sosial, yang keduanya merupakan
sifat kodrat manusia. Mementingkan salah satu sifat kodrat akan manusia. Mementingkan salah
sifat kodrat akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Suata masyarakat jika hanya mementingkan sifat individu yang berkelebihan
mewujudkan sistem kemasyarakatan yan individualis atau liberalis yang menonjolkan hak-hak
individu mengabaikan hak bersama, sehingga timbul juga hak individu yang dapat menguasai
hajat hidup orang banyak. Sebaliknya jika suatu masyarakat hanya mementingkan sifat
sosialnya saja mengabaikan sifat individu, mewujudkan sistem masyarakat yang kolektif atau
komunis, tidak mengakui hak individu, yang ada hanyalah hak bersama sehingga hak pribadi
diabaikan yang secara berlebihan menonjolkan masyrakat dan seolah-olah menelan individu.
Masyarakat Indonesia selalu menyeimbangkan dua sifat kodrat tersebut yang ajarannya
terkandung dalam ajaran pancasila, sehingga Pancasila merupakan ajaran keseimbangan
hidup dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jadi Pancasila merupakan titik perimbangan yang dapat mempertemukan antara aliran
individualism dan aliran kolektifism untuk menegakan Negara modern yang menempuhkan jalan
tengah dengan aliran monodualism atau disebut juga dengan Negara berpaham integralistik.
Ketiga aliran tersebut diuraikan sebagai berikut :
1. Aliran pikiran individualis atau teori perorangan menyatakan bahwa : Negara adalah
masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak seluruh individu dalam

‘20 Pendidikan Pancasila


10 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
masyrakat (contract social). Susunan Negara atas dasar individualisme memandang
kebebasan individu yang diuatamakan. Negara yang menganut paham ini ialah Negara-
negara Eropa Barat dan Amerika.
2. Aliran pikiran kolektif atau teori golongan atau kelas (clase theory), yang menyatakan
bahwa Negara ialah alat suatu golongan yang mempunyai kedudukan ekonomi yang paling
kuat untuk menindas golongan lain yang kedudukannya lemah. Contoh Negara seperti ini
ialah Negara-negara komunis yang mendasarkan pada ajaran Karl Marx.
3. Aliran Integralistik, yang menyatakan bahwa Negara ialah suatu masyarakat yang integral
menjamin kepentingan seluruh rakyat sebagai persatuan untuk mengatasi kepentingan
golongan dan perorangan. Dalam Negara integralistik, semua golongan, semua bagian,
dan semua anggotanya berhubungan erat satu dengan yang lain dan merupakan
persatuan masyrakat yang organis.
Dengan demikian Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila termasuk Negara yang
beraliran integralistik. Dalam Integralistik Indonesia, Negara merupakan organisasi masyarakat
dalam hidup bersama dengan sistem kekeluargaan, tidak ada dualism individu dan Negara,
individu merupakan bagian organik dari Negara yang mempunyai kedudukan dan kewajiban
tersendiri untuk turut menyelenggarakan kemulian Negara, dan Negara bukan suatu badan
kekuasaan atau raksasa politik yang berdiri di luar lingkungan suasana kemerdekaan
seseorang.
Keseimbangan Sistem Kenegaraan
Pancasila merupakan sintesis antara dasar-dasar kenegaraan modern tentang sistem
demokrasi dengan tradisi lama kehidupan bangsa Indonesia yaitu sistem musyawarah mufakat,
untuk menegakan Negara modern, atau dapat juga dikatakan merupakan sintesis antara ide-ide
besar dunia dengan ide-ide asli bangsa Indonesia. Jadi merupakan faham dialektik kenegaraan,
yang bertitik tolak dari faham bangsa yang hidup bersama dalam kekeluargaan bangsa-bangsa,
sehingga terbuka untuk pemikiran baru yang tetap berlandaskan Pancasila, dan negaranya
disebut juga Negara Dialetik, yaitu selalu menyesuaikan dengan pola pemikiran bangsa
Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara berlandaskan Pancasila.
Kesimbangan ini menunjukan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah
ideologi dinamika, yang terbuka juga untuk penafsiran baru yang berasaskan kodrat manusia.
Melalaikan unsur-unsur lama sama dengan mendirikan suatu gedung dengan mengambang
sehingga tidak memungkinkan terwujud. Sebaliknya menolak unsur-unsur baru berarti
menjauhkan diri dari kemajuan.

Nilai, Norma dan Moral

‘20 Pendidikan Pancasila


11 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Nilai adalah kualitas dari sesuatu. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila ada
kualitas yang melekat pada sesuatu, berupa : berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai
estetis ), baik ( nilai moral atau etika ), religius ( nilai agama ).
Menilai berarti menimbang-nimbang dan membandingkan sesuatu dengan yang lainnya
untuk kemudian mengambil keputusan. Hasil pertimbangan adalah nilai.
Prof. Notonegoro membedakan nilai kedalam 3 macam:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Selanjutnya nilai kerokhanian dapat dibedakan lagi atas 4 (empat ) macam, yaitu :
a. Nilai kebenaran/kenyataan, yang bersumber pada akal manusia ( rasio ).
b. Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa manusia ( perasaan )
c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia (
will, karsa )
d. Nilai Religius, yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak.
(kepercayaan/keyakinan)
Pancasila tergolong sebagai nilai kerohanianyakni yang didalamnya terkandung nilai-
nilai secara lengkap dan harmonis, baik nilai materiil, nilai vital, nilai kebenaran. Nilai estetis,
nilai ethis/moralmaupun nilai religiussepertiyang tampak pada susunan sila-sila Pancasila
yang sistimatis hierarkhis, dimulai dari sila pertama sampai sila kelima.

Prof Dardji Darmodihardjo mengklasifikasi tentang nilai al sbb :


1. Nilai Dasar.
Adalah nilai yang bersifat tetap tidak berubah sepanjang masa, abstrak, umum, tidak
terikat dengan waktu dan tempat.Nilai ini mencakup cita-cita,tujuan,tatanan dasar dan ciri
khasnya Nilai dasar yang dianut bangsa Indonesia adalah kebersamaan, persatuan dan
kesatuan, kekeluargaan yang menolak individualisme dan egoisme.
Dalam sistem ketatanegaraan nilai dasar tercantum dalam hukum dasar tertulis Pembukaan,
Batang Tubuh dan penjelasan yang memuat kaidah yang hakiki al cita-cita, tujuan nasional,
tatanan dasar dan ciri khasnya.
2. Nilai Instrumental.
Adalah penjabaran dari nilai dasar. Yang merupakan arahan kinerja untuk waktu dan
kondisi ttt. mempunyai sifat dinamis konstekstual danmengikuti perkembangan zaman.
Nilai ini merupakan kebijakan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program. Nilai ini
dipengaruhi waktu, keadaan dan tempat sehingga perlu secara berkala penyesuaian.

‘20 Pendidikan Pancasila


12 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Nilai ini merupakan kontekstualisasi dan kongkritisasi dari nilai dasar untuk menjamin agar nilail
tersebut dapat relevan dengan perkembangan zaman. Nilai dituangkan dalam bentuk norma.
Nilai ini tercantum dalam seluruh dokumen kenegaraan yang menindaklanjuti UUD, misal UU
daan peraturan pelaksanaan. termasuk konvensi..Kongkritnya diperlukan strategi dan
kebijaksanaan .
3. Nilai Praksis.
Adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental. Sifat nilai ini dinamis,
karena yang diinginkan adalah tegaknya nilai instrumental dalam kenyataan.
Nilai prakti dalam wujud penerapannya nilai pancasila oleh organisasi kegiatab politik, ormas,
badan-badan ekonomi, pemimpin kemasyarakatan, warga Negara perseorangan
Dalam kenyataannya sehari-hari nilai praktis terkandung dalam cara bagaimana kita
melaksanakan nilai-nilai Pancasila
Norma adalah penjabaran/kongkretisasi dari nilai sebagai penuntun perilaku seseorang
atau masyarakat. Norma ini berisi lebih dari satu nilai
Norma memiliki arti juga petunjuktingkah laku yang harus dan tidak boleh dilakukan daLam
hidup sehari-hari, berdasarkan suatu alasan ( motivasi ) ttt dengan disertai sanksi. Norma
tersebut dapat dibedakan kedalam 4 Jenis yaitu :
1. Cara
2. Kebiasaan
3. Tata kelakuan
4. Custom/adat istiadat.
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang /kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.
Moral memiliki arti juga ajarantentangbaik buruk perbuatan ( akhlak ), budi pekerti, susila. Moral
pada hakikatnya berkaitan dengan integritas manusia, dengan harkat dan martabat manusia.
Ada 3 macam Prinsip Dasar Moral, yaitu :
1. Prinsip sikap baik, bahwa manusia jangan sampai berbuat sesuatu yang merugikan orang
lain.
2. Prinsip keadilan, yaitu perlakuan yang sama dalam situasi yang sama dan menghormati
semua hak orang.
3. Prinsip hormat terhadap diri sendiri, agar manusia selalu memperlakukan diri sendiri sebagai
sesuatu yang sangat bernilai.

Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila


Nilai-nilai yang dikandung Pancasila dapat dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah
silanya, yaitu nilai dan jiwa :
1. Religius. ( Ketuhanan )

‘20 Pendidikan Pancasila


13 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
2. Kemanusiaan.
3. Persatuan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial
Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala yang ada dan semua
makhluk. Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, esa dalam zatnya, esa dalam sifatnya, esa
dalam perbuatannya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak kemudian
menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah adikodrati (sempurna), tidak dapat disamai oleh
siapapun.
Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa bukanlah suatu dogma atau kepercayaan
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang
berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah
logika.
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai religious. Nilai ini mengandung makna,
antara lain :
1. Percaya terhadap Tuhan YME sebagai pencipta alam semesta
2. Kebebasan untuk memeluk agama (religi) sesuai dengan kepercayaan masing-masing.
Negara pun tidak bisa memaksakan, karena religi berdasarkan keyakinan individual terhadap
ikatan yang dibuat dengan illahi. Religi pertama-tama berupa keputusan batin pribadi yang
kemudian diikuti ikatan yang bersifat komunal dalam wadah agama. Negara tidak berhak
mengurusi dan mencampuri kehidupan batiniah seseorang. Mengatur dan melarang
kehidupan batiniah adalah perampasan kemerdekaan manusia. Hal batiniah memang harus
diserahkan kepada manusia sendiri, atau tergantung pada manusia sendiri.

Kemanusiaan yang adil dan beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudi yang memiliki
potensi pikir, rasa dan karsa. Karena potensi ini manusia menduduki atau memiliki martabat
tinggi. Dengan akal budinya, manusia menjadi berkebudayaan. Dengan budi nuraninya, manusia
menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan berarti sifat manusia yang merupakan
esensi dan identitas manusia karena martabat kemanusiaannya (human digity)
Adil terutama mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang obyektif, jadi tidak subyektif apalagi sewenang-wenang.

‘20 Pendidikan Pancasila


14 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi beradab berarti berbudaya. Ini
artinya sikap hidup, keputusan, dan tindakan selalu didasarkan nilai-nilai budaya, terutama
norma sosial dan kesusilaan.
Jadi kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia
didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dengan norma-norma dan
kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesame manusia maupun terhadap alam
dan hewan.
Kemanusian yang Adil dan Beradab mengandung nilai kemanusiaan. Nilai ini mengandung
makna, antara lain :
1. Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dengan segala hak dan kewajiban asasi
2. Perlakuan adil terhadap sesama manusia, diri sendiri, alam sekitar, dan Tuhan.
3. Manusia sebagai mahluk beradab memiliki daya cipta, rasa, karsa dan keyakinan.
Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak terpecah-pecah, persatuan
mengandung arti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Indonesia mengandung dua makna ; makna geografis berarti sebagian bumi yang membentang
dari 95 derajat-141 derajat BT dan dari 6 derajat LU- 11 derajat LS. Kedua makna politis yaitu
bangsa yang hidup di wilayah itu. Jadi persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia ini bersatu karena
didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah Negara yang
merdeka dan berdaulat.
Persatuan Indonesia mengandung nilai persatuan bangsa . Nilai ini mengandung makna :
1. Pengakuan terhadap ke-bhineka tunggal ika-an
2 Pengakuan terhadap persatuan bangsa dan wilayah Indonsia serta wajib membela dan
menjunjungnya.
3. Cinta dan bangga akan bangsa dan negara Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan


Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia yang berdiam
dalam suatu wilayah tertentu. Kerakyatan dalam hubungan dengan sila ke-4 ini berarti bahwa
keputusan tertinggi berada di tangan rakyat.
Hikmah kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan kesatuan dan persatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan dilaksanakan
secara sadar, jujur dan bertanggungjawab serta didorong oleh itikad baik sesuai hati nurani.

‘20 Pendidikan Pancasila


15 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan
sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai keputusan yang berdasarkan
kebulatan pendapat atau mufakat.
Perwakilan adalah suatu sistem tata cara dalam mengusahakan turut seratanya rakyat
dalam mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, anatara lain dilakukan dengan melalui
badan-badan perwakilan yang anggotanya dipilih dalam pemilihan umum (pemilu)
Jadi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyarakatan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui
sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang
dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan YME
maupun kepada rakyat yang diwakilinya.
Sila ke-4 merupakan suatu azas bahwa tata pemerintahan Republik Indonesia
didasarkan atas kedaulatan rakyat atau dikenal dengan istilah lain yaitu demokrasi.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan mengandung nilai kerakyatan. Nilai ini mengandung makna anatar lain :
1. Negara adalah untuk kepentingan rakyat,
2. Kedaulatan ada ditangan rakyat
3. Manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
4. Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat.
5. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah mufakat.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Keadilan berarti sebuah keadaan dimana seseorang atau semua orang mendapatkan
hal apa saja yang menjadi haknya. Atau bisa juaga keadaan seseorang mendapatkan bagian
yang sama seperti yang diterima orang lain.
Jadi keadilan sosial berarti meletakkan keadilan dalam struktur dan sistem masyarakat.
Artinya tindakan adil seseorang tidak hanya tergantung dari kemampuannya saja, tetapi
ditentukan juga oleh unsur-unsur dalam keseluruhan struktur itu beserta dinamikannya
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengandung nilai keadilan sosial. Mengandung
makna :
1. Perlakuan yang adil dalam segala bidang kehidupan terutama bidang politik, ekonomi, sosial
budaya..
2. Perwujudan keadilan meliputi seluruh rakyat Indonesia.
3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak milik orang lain.
5. Cita-cita masyarakat adil dan makmur merata mateiil spiritual
6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

‘20 Pendidikan Pancasila


16 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Alfian,Dalam Pancasila Sebagai Ideologi.Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan


Politik.Jakarta:BP-7 Pusat 1991.

Budiarjo,Miriam.Dasar Ilmu Politik.Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1991.

Bakry,Noor MS. Oriental Filsafat Pancasila. Yogyakarta,Liberty,1990.

Bakry,Noor MS. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta,Liberty,1994

‘20 Pendidikan Pancasila


17 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Darmodiharjo,cs Darji.Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan
Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.

Djuharno,Hasanudin.Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.Bandung,1989.

KMKLU Universitas Kristen Maranatha, Diktat Kuliah Pendidikan Pancasila,2009.

Hatta, Mohamad cs. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara,1980.

Kaelan,M.S, Pancasila Sebagai Filsafat, Pancasila Sebagai Etika Politik, Paradigma


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Paradigma Yogyakarta,2003.

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. Glossarium Sekitar Pancasila. Surabaya : Usaha


Nasional, 1981.

Mubyarto. Dalam Pancasila Sebagai Ideologi. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam


Kehidupan Kebudayaan. Jakarta BP-7 Pusat,1981.

Notosusanto, Nugroho. Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, Jakarta : PN Balai


Pustaka,1981.

http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.co.id/2013/12/proses-perumusan-pancasila-sebaga-
dasar.html Wisma Djokosutarto,SH.,1991.

Widodo, Bali. Dkk (2010). Pendidikan Pancasila. Bandung : Universitas Widyatama

‘20 Pendidikan Pancasila


18 Nama Dosen Pengampu
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

You might also like