Professional Documents
Culture Documents
PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT/
FALSAFAH BANGSA
INDONESIA
05
FEB, BAHASA, Semua Program 190001006 Tim Dosen
TEKNIK, DAN DKV Studi
Abstract
Kompetensi
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, obyek,
cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila sebagai filsafat, serta aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis dan permasalahan di Perguruan Tinggi. Meyakini nilai –
nilai pengertian, obyek, cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila sebagai
filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis dan permasalahan sebagai
orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.
Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan
dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, obyek, cabang, tujuan dan
kegunaan filsafat, Pancasila sebagai filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan
aksiologis dan permasalahan sebagai orientasi pendidikan pancasila di Perguruan
Tinggi. Meyakini nilai – nilai Pancasila sebagai orientasi agar menjadi pedoman
berkarya lulusan Perguruan Tinggi.
Pengertian Filsafat
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani,”phillein” yang artinya
“cinta” dan “shopos” yang artinya “hikmah”.Yang dapat dikelompokan menjadi dua
Pertama
filsafat sebagai jenis pengetahuan,ilmu,konsep,pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada
zaman dahulu dan filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat.
Kedua
Merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
B. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar
ontologis,dasar epistemologis dan dasar aksiologis.
1.) Dasar Antropologis sila-sila Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri
sendiri-seindiri,melaikan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.Subjek pendukung sila-sila
Pnacasila adalah manusia itu sendiri.Pancasila bahwa hakikat dasar “Antropologis” sila-sila
Pancasila adalah manusia.
Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Bersifat Organis
Setiap sila merupakan unsur ( bagian yang yang mutlak ) dari pancasila,maka pancasila
merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal.Dalam artian setiap unsur memiliki arti
masing-masing namun saling berhubungan.
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Dasar filsafat Negara
Indonesia terdiri atas lima sila yang masing-masing merupakan suatu asas peradaban. Namun
demikian sila-sila pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila
merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari Pancasila. Maka Pancasila merupakan suatu
kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekwensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas
dari sila-sila lainnya serta diantara sila yang satu dengan sila yang lainnya tidak saling
bertentangan.
Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara
filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti substansi
manusia. Isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia yang Mono pluralis yang memiliki
unsur-unsur susunan kodrat jasmani dan rohani. Sifat kodrat yaitu sebagai makhluk sosial
sekaligus makhluk individu dan kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri sendiri serta
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Unsur-unsur hakikat manusia tersebut merupakan
suatu kesatuan yang bersifat organis dan harmonis. Setiap unsur memiliki fungsinya masing-
Jika urutan-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian maka diantara lima
sila ada hubungan yang mengikat antara yang satu dengan yang lainnya sehingga Pancasila
merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh dengan kemajemukannya. Andai kata
urutan-urutan itu di pandang sebagai tidak mutlak maka di antara satu sila dengan yang lainnya
tidak ada hubungan dan sangkut pautnya, maka pancasila itu menjadi terpecah-pecah. Oleh
karena itu tidak dapat di pergunakan sebagai asas kerohanian negara. Setiap sila dapat di
artikan bermacam-macam maksud dan penafsirannya sehingga sama saja dengan tidak
adanya pancasila.
Kesatuan sila-sila pancasila yang memiliki susunan hierarkis pyramidal ini maka sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebaiknya
Ketuhanan Yang Maha Esa serta berkeadilan sosial sehingga didalam setiap sila senantiasa
terkandung sila-sila lainnya. Secara ontologis hakikat sila-sila pancasila mendasarkan pada
landasan sila-sila pancasila yaitu : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan pancasila sebagai
dasar filsafat negara, maka segala hal yang berkaitan dengan sila dan hakikat negara harus
sesuai dengan landasan sila-sila pancasila. Hal ini berarti hakikat dan inti sila-sila pancasila
adalah sebagai berikut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan negara harus
sesuai dengan hakikat tuhan, sila kedua kemanusiaan adalah sifat-sifat dan keadaan negara
yang harus sesuai dengan hakikat manusia, sila ketiga persatuan adalah sifat-sifat dan
keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat satu, sila keempat kerakyatan sifat-sifat dan
keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat rakyat, sila kelima keadilan adalah sifat-sifat
dan keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat adil.
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah diliputi oleh sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan menjiwai sila kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial
begi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan dijiwai
oleh sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, serta meliputi dan menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.
Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila pancasila yang majemuk tunggal, hierarkis piramidal juga memiliki
sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam setiap sila
terkandung nilai keempat sila lainnya, atau dengan kata lain dalam setiap sila senantiasa
dikualifikasi oleh keempat sila lainnya. Adapun rumusan kesatuan sila-sila pancasila yang
saling mengisi dan saling mengkualifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila Persatuan Indonesia, adalah berketuhanan yang maha esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, adalah berketuhanan yang maha
esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berpesatuan Indonesia, dan
berkerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat dalam permusyawaratan/perwakilan.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara ini secara mutlak terlekat pada kelangsungan
kehidupan Negara Indonesia, karena Pancasila mempunyai 3 (tiga) sifat keseimbangan pokok,
yang langsung berhubungan dengan kehidupan kenegaraan, sehingga dengan dasar tiga
kesimbangan ini maka tepat jika hanya Pancasila yang digunakan sebagai dasar Negara,
bukan komunis, bukan liberalis, dan bukan dari agama tertentu.
Keseimbangan Konsensus Nasional
Dalam proses penetapan Pancasila sebagai dasar Negara terjadi perdebatan-
perdebatan akibat perbedaan pendapatan dan cita-cita dalam mendirikan Negara merdeka.
Golongan Islam pada waktu itu memperjuangkan pembentukan Negara Islam, yaitu Negara
yang berdasarkan ajaran Islam, tetapi golongan kebangsaan atau nasionalis menolaknya
karena menginginkan suatu Negara sekuler, yaitu Negara yang tidak berurusan dengan agama.
Pancasila diusulkan sebagai jalan tengahnya yang mempertemukan kedua ide atau pendapat
tersebut dan akhirnya semua pihak menerimanya.
Dengan demikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara RI merupakan suatu
consensus bersama dan merupakan perjanjian luhur yang harus dipegang teguh untuh
mencegah perpecahan, ketegangan, konflik social, dan untuk memelihara persatuan dan
perdamaian antar golongan.
Pancasila sebagai consensus bersama yang mempertemukan antara ide golongan
Islam (agama) dan golongan nasional (sekuler) untuk menegakan Negara Pancasila yang dapat
disebut Negara Theis Demokrasi, sehingga dapat menyatukan seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila
Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan
Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.
http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.co.id/2013/12/proses-perumusan-pancasila-sebaga-
dasar.html Wisma Djokosutarto,SH.,1991.